You are on page 1of 7

DI SUSUN OLEH :

NAMA : NINDYA ANGGI WULANDARI NPM : 19110055 KELAS : 3 KA 34 (KELAS MALAM) JUDUL MAKALAH : Pengaruh bahasa pergaulan dalam perkembangan bahasa
indonesia Analisis Kasus Bagaimana Upaya Agar Bahasa Indonesia menjadi Tuan Rumah di Negara Sendiri

UNIVERSITAS GUNADARMA KAMPUS J

MAKALAH : Analisis Kasus Bagaimana Upaya Agar Bahasa Indonesia menjadi Tuan Rumah di Negara Sendiri

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidyahNya kepada kita semua sehingga peneltian ini saya dapat menyelesaikan pada waktunya. Walaupun hasilnya masih jauh dari apa yang menjadi harapan pembimbing. Namun sebagai awal pembelajaran dan agar menambah spirit dalam mencari pengetahuan yang luas dilapangan, bukan sebuah kesalahan jika kami mengucapkan kata syukur.

Terimakasih saya ucapkan kepada dosen Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan arahan terkait penelitian ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin saya tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang berlaku. Kesalahan yang terdapat di dalam jelas ada. Namun bukanlah kesalahan yang tersengaja melainkan karena khilafan dan kelupaan. Dari kesemua kelemahan saya kirannya dapat dimaklumi.

Terimakasih saya ucapkan pula kepada teman-teman yang telah memberikan banyak saran dan pengetahuannya sehingga menambah hal baru bagi saya. Terutama sumbangannya dalam hal materil berupa referensi mengenai penelitian Bahasa Indonesia.

Demikian, harapan saya semoga hasil pengkajian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula, Terima kasih .

Kasus Bagaimana Upaya Agar Bahasa Indonesia menjadi Tuan Rumah di Negara Sendir

Bahasa bahkan memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perkembangan seorang anak menjadi seorang manusia dewasa seutuhnya. Dengan bantuan bahasa pulalah, seorang anak tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi di dalam kelompoknya. Hingga akhirnya pribadi tersebut dapat berpikir, merasa, bersikap, berbuat, serta memandang dunia dan kehidupan ini seperti masyarakat di sekitarnya. Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa tentu saja memegang peranan yang sangat penting. Tanpa bahasa tentu kita takkan pernah menyaksikan adanya dialog-dialog antara bangsa-bangsa di dunia, antara pemerintah yang berkuasa dengan rakyatnya, dan bahkan antara sesama warga negara. Sejak berdirinya negara Republik Indonesia ini, Bahasa Indonesia telah menjalankan peranannya yang sangat penting di dalam perundang-undangan, di dalam keputusan serta ketetapan pemerintah dalam persidangan DPR dan MPR, serta dalam proses pembangunan bangsa Indonesia itu sendiri. Bahasa digunakan untuk mengomunikasikan pikiran, perasaan, serta sikap kepada orang lain. Dalam hal ini yang sangat penting ialah tercapainya tujuan komunikasi secara tepat, tanpa ada salah pengertian atau salah paham. Namun, dalam pemakaian bahasa di masyarakat, yang menjadi bahan pertimbangan bukan hanya sampainya tujuan komunikasi. Ada faktor-faktor penentu lain yang membatasi pemakaian bahasa, di antaranya kepada orang atau hal yang berkaitan dengan komunikasi tersebut. Faktor di atas, berhubungan erat dengan nilai-nilai etika yang berlaku di dalam masyarakat kita. Bangsa Indonesia, misalnya menghargai status baik berdasarkan umur maupun berdasarkan kedudukan sosial. Karena itu dalam penggunaan bahasa ada bentuk dan ungkapan tertentu yang dipergunakan jika berbicara kepada atau tentang orang yang lebih tua atau dihormati.

Sering kali dijumpai di dalam berbagai media, yang menggambarkan upaya kemasyarakatan bahasa Indonesia secara tepat dan sesuai dengan situasi serta sasaran berbahasa. Pemakaian bahasa yang baik ialah pemakaian bahasa yang memperhatikan faktor-faktor penentu komunikasi, sedangkan pemakaian bahasa secara benar adalah pemakaian secara tepat, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku sehingga tidak menimbulkan kekeliruan. Pemakaian bahasa yang baik dan benar adalah pemakaian bahasa secara efektif, tidak menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku.

Pengaruh Arus Global Arus globalisasi tentu saja akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia sejagat. Pengaruh itu, antara lain akan terlihat dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Salah satu pokok yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah identitas bangsa. Kalau kita berbicara identitas bangsa, mau tidak mau kita akan berbicara tentang kebudayaan, dan kalau kita berbicara tentang kebudayaan, maka mau tidak mau kita akan mempersoalkan bahasa. Itu sebabnya Makagiansar menekankan perlunya kesadaran tentang identitas budaya, bahkan Emil Salim menyatakan bahwa upaya mempertahankan identias merupakan prioritas yang harus diperjuangkan mati-matian dengan ciri utama keseimbangan antara aspek material dan spiritual. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa itu tercermin, antara lain, dari sikap lebih mengutamakan penggunaan bahasa asing daripada penggunaan bahasa Indonesia sendiri. Misalnya, dalam penamaan kompleks perumahan dan sikap mementingkan kegiatan tertentu seperti kegiatan pengembangan pariwisata dan bisnis. Ada pula penggunaan sejumlah slogan berbahasa asing yang kerap kali dipergunakan oleh industri kreatif dan advertaising. Bahkan hingga memasang sejumlah reklame dan baliho yang berukuran cukup besar dengan menggunakan bahasa asing tersebut di jalan-jalan utama perkotaan. Namun, penulis yakin lambat laun sikap seperti itu mulai disadari dan dapat diambil langkah-langkah nyata mengganti kata-kata asing dengan kata-kata Indonesia, khususnya oleh pihak pemerintah kita selaku pemegang kebijakan dan pengambil keputusan. Penulis bukannya antipati terhadap penggunaan bahasa asing tersebut, namun sudah selayaknya kita menghargai bahasa kita sendiri. Bahasa yang telah mempersatukan bangsa ini dari

keanekaragaman budaya yang dimilikinya. Sehingga melalui momentum 82 tahun Sumpah Pemuda ini mari kita bercermin dan merefleksikan diri apakah Bahasa Indonesia ini telah layak disebut sebagai tuan rumah dinegerinya sendiri. Jangan jadikan peristiwa ini hanya sebagai peringatan seremonial belaka tanpa ada upaya nyata. Tantangan Terhadap Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia sebagai lambang dan identitas nasional tentu tidak luput dari tantangan. Meskipun telah menjelma menjadi potensi budaya bangsa Indonesia, tantangan yang telah nyata sekarang dan tantangan yang perlu diantisipasi harus dihadapai dengan perencanaan, pemikiran konseptual, intelektual, dan penuh kearifan. Tantangan itu ada yang bersifat internal dan ada yang bersifat eksternal. Tantangan yang bersifat eksternal itu, antara lain arus globalisasi. Situasi kebahasaan ditandai oleh dua tantangan. Tantangan pertama, yakni perkembangan bahasa Indonesia yang dinamis, tetapi tidak menimbulkan pertentangan di antara masyarakat. Pada saat bersamaan bangsa Indonesia sudah mencapai kedewasaan berbahasa. Sekarang tumbuh kesadaraan secara emosional bahwa perilaku berbahasa tidak terkait dengan masalah nasionalisme. Buktinya, banyak orang yang lebih suka memakai bahasa asing. Tantangan kedua, yakni persoalan tata istilah dan ungkapan ilmiah. Tantangan kedua ini yang menimbulkan prasangka yang tetap diidap ilmuwan kita yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia miskin, bahkan kita dituduh belum mampu menyediakan sepenuhnya padanan istilah yang terdapat dalam banyak disiplin ilmu, teknologi, dan seni. Anton M. Moeliono (2001:15) menyatakan bahwa prasangka itu bertumpu pada pendirian apa yang tidak dikenal atau diketahui, tidak ada dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, mari kita budayakan kembali kecintaan kita terhadap Bahasa Indonesia ini. Jangan sampai ikrar sumpah pemuda yang telah menjadi tonggak sejarah bangsa selama 82 tahun ini hanya menjadi slogan belaka. Jayalah selalu bangsaku. Jayalah bahasaku, Bahasa Indonesia. Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa lain. Dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal tersebut memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Bahasa Inggris yang telah menjadi raja sebagai bahasa internasional terkadang memberi dampak buruk

pada perkembangan bahasa Indonesia. Kepopuleran bahasa Inggris menjadikan bahasa Indonesia tergeser pada tingkat pemakaiannya.

Berbagai penyebab pergeseran pemakaian bahasa Indonesia, tidak hanya disebabkan oleh bahasa asing tetapi juga disebabkan oleh adanya interferensi bahasa daerah dan pengaruh bahasa gaul. Dewasa ini bahasa asing lebih sering digunakan daripada bahasa Indonesia hampir di semua sektor kehidupan. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan No Smoking daripada Dilarang Merokok, Stop untuk berhenti, Exit untuk keluar, Open House untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran, dan masih banyak contoh lain yang mengidentifikasikan bahwa masyarakat Indonesia lebih menganggap bahasa asing lebih memiliki nilai.

Cara Supaya Sikap Nasionalisme Berbahasa Indonesia Tidak Berkurang Saat masyarakat lebih banyak menggunakan bahasa Inggris, maka secara langsung ataupun tidak langsung sikap nasionalisme terhadap bahasa Indonesia/ bahasa daerah sedikit demi sedikit akan berkurang. Ada beberapa cara supaya sikap nasonalisme berbahasa Indonesia tidak berkurang dari masyarakat Indonesia, dan para responden telah memberikan pendapatnya seperti yang ada di bawah ini. Tambahan untuk pelajaran bahasa Indonesia Tambahan pelajaran untuk pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah akan membuat para siswa lebih dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu siswa juga lebih dapat menguasai bahasa Indonesia. Pelajaran bahasa daerah dihidupkan kembali Pada saat ini, di sekolah-sekolah SMP DAN SMA sudah jarang sekali kita temui pelajaran bahasa daerah, atau mungkin juga sudah tidak ada pelajaran bahadsa daerah. Bahasa daerah sekarang hanya dipergunakan di Sekolah Dasar, itupun tidak semua Sekolah Dasar ada mata pelajaran bahasa daerah. Sehingga bahasa daerah sudah banyak digunakan. Lebih mengutamakan bahasa Indonesia dari pada bahasa inggris. Masyarakat lebih mengutamakan bahasa Indonesia, lebih dapat menguasai bahasa pemersatu bangsa Indonesia, sebelum kita belajar bahasa asing, bahasa inggris. Sehingga bahasa Indonesia tetap menjadi yang no 1, yang utama bagi bangsa Indonesia.

Lebih dapat mencintai bahasa Indonesia/bahasa daerah Bahasa Indonesia adalah bahasa yang telah diciptakan oleh para putra bangsa, dan telah disepakati oleh para pahlawan-pahlawan indonesia. Bangsa Indonesia harus lebih mencintai dan menghargai bahasa Indonesia. Walaupun belajar bahasa asing, namun nilai-nilai budaya bahasa Indonesia/bahasa daerah tidak boleh ditinggalkan.

You might also like