You are on page 1of 11

I. Judul Praktikum Pemeriksaan glukosa darah dengan metode GOD-PAP II. Tanggal Praktikum Rabu, 10 Desember 2008 III.

Tujuan Praktikum 1. Mengukur kadar glukosa darah dengan metode GOD-PAP 2. Membandingkan kadar glukosa probandus dengan nilai normal 3. Melakukan diagnosa dini penyakit apa saja yang disebabkan oleh kadar glukosa yang abnormal dengan bantuan hasil praktikum yang dilakukan. IV. Dasar Teori Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Glukosa juga dibutuhkan, didalam jaringan adipose sebagai sumber gliserida-gliserok, dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar senyawa antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh. Glukosa berasal sebagian besar diperoleh dari makanan, kemudian dibentuk dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis lalu juga dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolisis. Setelah makan tinggi KH, kadar glukosa darah akan meningkat dari kadar puasa sekitar 80-100 mg/dl ke kadar sekitar 120-140 mg/dl, dalam periode 30 menit sampai 1 jam. Konsentrasi glukosa dalam darah kemudian menurun kembali ke rentang puasa dalam waktu sekitar 2 jam setelah puasa. Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil di dalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostasis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa

hormon. Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin adalah hormon anabolic, merangsang sintesis komponen mekromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon adalah suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekuler dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya. Nilai normal kadar glukosa serum atau plasma adalah 75 115 mg/dl.

V. Alat dan Bahan A. Alat 1. Spuit 3 cc 2. Torniquet 3. Plakon 4. Eppendorf 5. Sentrifugator 6. Tabung reaksi 3 mL 7. Rak tabung reaksi

8. Mikropipet (10 l - 100 l) 9. Mikropipet (100 l - 1000 l)


10. Yellow tip 11. Blue tip 12. kuvet 13. Spektrofotometer B. Bahan 1. Sampel (serum) 2. Reagen GOD

VI. Cara Kerja 1. a. spuit b. Darah dimasukkan ke dalam tabung eppendorf dan disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian diambil serumnya sebagai sampel. 2. Sampel (serum) sebanyak 10 l dicampur dengan reagen Campuran di inkubasi selama 15 menit dalam suhu ruangan
0

Persiapan sampel : Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan

GOD sebanyak 1000 l 3. (20-25 C), kemudian diukur dengan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 546 nm. VII. Hasil dan Pembahasan : Leti Indah Oktaviani : 19 tahun : Perempuan

A. Hasil Probandus Umur Jenis kelamin

+ serum 10 I Reagen GOD dihomogenkan diinkubasi 15 menit

Setelah diinkubasi selama 15 menit, tabung tersebut diukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm. Hasil yang diperoleh adalah 102 mg/dl.

B. Pembahasan Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil kadar glukosa dalam darah probandus 102 mg/dl. Hal ini menunjukan kadar glukosa darah probandus dalam keadaan normal karena dalam rentan 75 115 mg/dl. Konsentrasi glukosa dalam darah manusia normal antara 80 dan 100 mg/100ml. Setelah makan makanan dengan sumber karbohidrat, konsentrasi glukosa darah dapat naik sampai 120-130 mg/100 mL, kemudian akan kembali normal setelah beberapa saat. Sebaliknya, dalam keadaan puasa konsentrasi glukosa darah turun hingga 60-70 mg/100 mL. Kondisi glukosa darah yang lebih tinggi daripada normal disebut hiperglikemia, sedangkan yang lebih rendah daripada normal disebut hipoglikemia. Bila konsentrasi terlalu tinggi maka sebagian glukosa dikeluarkan dari tubuh melalui urine. Kadar glukosa darah pada orang normal dijaga tubuh agar tetap berada diantara 70-120 mg/dL (4-7 mmol/L) dengan menjaga keseimbangan antara produksi dan pemakaian glukosa. Secara umum glukosa didapat dari makanan sehari-hari (post prandial) atau dapat pula dari glikogenolisis dan glukoneogenesis (dalam keadaan puasa). Glukosa akan dimetabolisme melalui oksidasi, dan disimpan dalam bentuk glikogen di jaringan. Glukosa darah berasal dari glukoneogenesis dan glikogenolisis. Sebagian besar karbohidrat yang dicerna di dlam makanan akhirnya akan membentuk glukosa. Karbohidrat di dalam makanan yang dicerna secara aktif mengandung residu glukosa, galaktosa, dan fruktosa yang akan dilepas di intestinum yang kemudian diangkut ke hati melalui vena porta hati. Galaktosa dan fruktosa dengan segera dikonfersi menjadi glukosa. Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis. Senyawa ini dapat digolongkan menjadi dua kategori, yang pertama senyawa yang melibatkan konversi neto langsung menjadi glukosa seperti beberapa asam amino dan propionat. Kedua, senyawa yang merupakan produk metabolisme parsial glukosa pada jaringan tertentu dan yang diangkut ke hati serta ginjal untuk disintesis kembali menjadi glukosa.

Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan oleh jaringan-jaringan perifer bergantung pada keseimbangan fisiologis beberapa hormon yaitu hormon yang merendahkan kadar glukosa darah atau hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah. Insulin merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dan glukagon merupakan hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah. Kedua hormon ini dihasilkan di pankreas. Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokin dan endokrin. Bagian eksokrin mengeluarkan basa encer dan enzim-enzim pencernaan melalui duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran pencernaan. Sel-sel ini membentuk kelompok-kelompok atau biasa disebut pulau langerhans. Jenis sel endokrin pankreas yang paling banyak dijumpai adalah sel (beta) yang merupakan tempat sintesis dan ekskresi insulin. Sel (alfa) yang juga penting sebagai penghasil glukagon. Sel (delta) sebagai tempat sintesis somatostatin. Sel PP penghasil polipeptida pankres jarang ditemukan. Hormon yang paling penting untuk mengatur kadar gula darah adalah insulun dan glukagon. Hormon lain yangberpengaruh terhadap kadar glukosa darah antara lain : glukokortikoid, epinefrin, dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. 1. Insulin Hormon ini menurunkan kadar glukosa darah serta mendorong penyimpanan glukosa. Insulin meningkatkan penyerapan glukosa oleh sel menjadi glikogen. Insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sel dengan difusi terfasilitasi melalui fenomena transporter rekuitmen. Fsilitas atau protein pembawa glukosa dikenal sebagai glukosa transporter. Pengangkut tersebut disekresi oleh sel sebagai respon adanya insulin sehingga pengangkutan nutrient dari plasma ke dalam sel meningkat. Beberapa jaringan tidak tergantung pada konsentrasi insulin dalam menyerap glukosa, yaitu : otak, otot yang aktif, dan hati.otak memerlukan glukosa setiap saat untuk memenuhi kebutuhan energinya sehingga mudah

dimasuki glukosa setiap saat. Tanpa alasan yang jelas, otot rangka juga tidak bergantung insulin dalam menyerap glukosa selama beraktivitas. 2. Glukagon Glukagon merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel-sel pulau-pulau Langerhans pankreas. Sekresi hormon ini dirangsang keadaan hipoglikemia. Pada. saat mencapai hati melalui vena porta, hormon glukagon menimbulkan glikogenolisis dengan mengaktifkan enzim fosforilase. Sebagian besar glukagon endogen dan insulin dibersihkan dari sirkulasi darah oleh hati. Berbeda dengan epinefrin, glukagon tidak mempunyai pengaruh pada enzim fosforilase otot. Glukagon juga meningkatkan glukoneogenesis dari asam amino dan laktat. Pada semua cara kerja ini, glukagon bekerja dengan menghasilkan cAMP. Baik glikogenolisis maupun glukoneogenesis di hati sama-sama menimbulkan efek hiperglikemia glukagon, yang kerjanya berlawanan dengan insulin. Sel hati dapat dilewati glukosa dengan bebas. Oleh karena itu merupakan sarana utama untuk mengatur konsentrasi glukosa darah. Sel tersebut memiliki enzim glukokinase dengan nilai K yang tinggi, yang secara spesifik disesuaikan dengan fungsi pengeluaran glukosa sesudah makan. Insulin disekresikan sebagai respons langsung terhadap hiperglikemia. Hormon ini bersifat anabolik yang bertugas membantu hati untuk menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan memfasilitasi ambilan glukosa oleh jaringan ekstrahepatik. Insulin juga memilki efek menghambat glukogenolisi dengan menghambat penguraian glukogen di jaringan menjadi glukosa. Insulin selanjutnya menghambat pembentukan glukosa oleh hati dengan menghambat glukoneogenesis (perubahan asam amino menjadi glukosa di hati). Oleh karena itu, insulin menurunkan konsentrasi glukosa darah dengan meningkatkan penyimpanan dan penggunaan glukosa darah oleh sel.

3.

Somatostatin

Somatostatin dikeluarkan oleh sel-sel pancreas sebagai respon langsung terhadap peningkatan glukosa dan asam amino darah selama proses absorbsi makanan. Hormone ini bertugas menghambat kecepatan pncernaan dan penyerapan makanan sehingga tidak terjadi peningkatan nutrient yang berlebihan di dalam plasma. Somatostatin juga memiliki efek local untuk mengurangi pengeluaran hormon-hormon yang dihasilkan pankreas. 4. Glukokortikoid Glukokortikoid disekresikan oleh korteks adrenal dan sangat penting di dalam metabolisme karbohidrat. Hormon ini menyebabkan peningkatan glukoneogenesis. Hal ini terjadi akibat peningkatan katatabolisme protein di jaringan, peningkatan ambilan asam amino hati, dan peningkatan aktivitas enzim transaminase serta enzim lainnya yang berhubungan dengan glukoneogenesis penggunaan di hati. selain di itu, glukokortikoid terhadap insulin. 5. Epineprin Hormon ini disekresikan oleh medula adrenal akibat rangsangan yang menimbulkan stres (ketakutan, kegembiraan, kelelahan, hipoksia, hipoglikemia, d11.) dan menimbulkan glikolisis di hati serta otot karena stimulasi enzim fosforilase dengan menghasilkan cAMP. Akibat tidak adanya enzim glukosa-6-fosfatase di otot, glikogenolisis terjadi dengan bentukan laktat, sedangkan di hati glukosa merupakan produk utama yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. 6. Hormon tiroid Hormon tiroid juga berpengaruh terhadap glukosa darah. Terdapat bukti-bukti eksperimental bahwa tiroksin mempunyai kerja diabetogenik dan bahwa tindakan tiroidektomi menghambat perkembangan diabetes. Kadar glukosa puasa tampak naik di antara pasien-pasien hipertiroid dan menurun di antara pasien-pasien hipotiroid. Meskipun demikian, pasien menghambat glukosa jaringan

ekstrahepatik kecuali otak. Glukokortikoid bekerja secara antagonistik

hipertiroid menggunakan glukosa dengan kecepatan yang normal atau meningkat, sedangkan pasien hipotiroid mengalami penurunan kemampuan dalam menggunakan glukosa. Di samping itu, pasien hipotiroid mempunyai sensitivitas terhadap insulin yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan orang-orang normal atau penderita hipertiroid. C. Aplikasi Klinis 1. Diabetes Melitus Diabetes Melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relatif atau absolut. Disini terjadi kelainan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan penurunan toleransi glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin sebagai respon terhadap pemberian glukosa. Manifestasi klinis penyakit ini berupa kenaikan kadar glukosa darah (hiperglikemia) dan glikosuria yang dapat disertai perubahan pada metabolisme lemak. Berdasarkan etiologinya, diabetes melitus dapat diklasifikasikan menjadi (ADA, 2003) : 1. Diabetes Melitus Tipe 1 Destruksi sel umumnya menjurus ke arah defisiensi insulin absolute melalui proses imunologik (Otoimunologik) dan idiopatik yang belum diketahui secara jelas penyebabnya. 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 Tipe ini bervariasi dan paling sering ditemukan, mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Faktor genetik dan lingkungan berpengaruh besar terhadap terjdinya DM tipe 2, antara lain diet tinggi lemak dan kurang serat, obesitas, serta kurang aktivitas. 3. Diabetes Mellitus Tipe Lain Diabetes golongan ini disebabkan karena banyak faktor, antara lain : defek genetik fungsi sel , defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin

pancreas,

Endokrinopati,

Diabetes

karena

obat/zat

kimia:

(Glukokortikoid, hormon tiroid, asam nikotinat, pentamidin, vacor, tiazid, dilantin, interferon), Diabetes karena infeksi 4. Diabetes Mellitus Gestasional Diabetes tipe ini muncul pada masa kehamilan dan umumnya bersifat reversibel, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM Tipe 2. Anak yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes tipe ini juga beresiko terkena DM dikemudian hari, apalagi jika lahr dengan berat badan lebih dari empat Kg. 2. Hipoglikemi Kadar gula darah yang kurang dari batas normal disebut hipoglikemia, dapat disebabkan karena olahraga terlalu berat atau asupan makanan yang kurang. Jika hipoglikemia tidak segera diatasi, bisa menyebabkan kejang atau pingsan. Kadar gula darah yang rendah biasanya menimbulkan ; sakit kepala, gemetar, kepala pening, lapar, kulit dingin atau lembab, denyut jantung cepat, gelisah.

VIII. Kesimpulan

1. 2.

Pemeriksaan kadar glukosa darah dengan metode GOD-PAP Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil

menggunakan campuran serum dengan reagen GOD. kadar glukosa dalam darah probandus 102 mg/dl. Hal ini menunjukan kadar glukosa darah probandus dalam keadaan normal karena dalam rentan 75 115 mg/dl. 3. Keadaan glukosa darah yang melebihi batas normal dikenal dengan keadaan hiperglikemi. Sedangkan kadar glukosa darah rendah disebut hipoglikemi.

DAFTAR PUSTAKA Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 1997. Efek Insulin Terhadap Metabolisme Karbohidrat dan Lemak. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC. 1221-38. Murrey, Robert K, at all. 2003. Glikolisis dan Oksidasi piruvat. Dalam : Biokimia Harper edisi 25. Jakarta : EGC. 200-4. Poedjiadi, Anna. 1994. Metabolisme Karbohidrat. Dalam: Dasar dasar Biokim. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). 259-62. Price, Sylvia A, at all. 2006. Pankreas : Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus. Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit edisi 6: Jakarta : EGC. 1110-9. Sherwood, Lauralee. 2001. Kontrol Endokrin atas Metabolisme Bahan Bakar. Dalam: Fisiologi Manusia (Dari Sel ke Sistem) Edisi 2. Jakarta : EGC. 661-7.

You might also like