You are on page 1of 3

1.

demokrasi itu berarti suara/pendapat semua orang dianggap sama. bagusnya kalo semua orang itu sama cerdasnya, jeleknya ya pendapat orang cerdas sama yang kurang cerdas nilainya jadi sama..

Definisi atau Pengertian Paham Demokrasi - Secara etimologi pengertian demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yakni demos yang artinya rakyat dan kratos/kratein artinya kekuasaan/ berkuasa. Jadi demokrasi adalah kekuasaan ada ditangan rakyat.

Dalam hal ini demokrasi berasal dari pengertian bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat. Maksudnya kekuasaan yang baik adalah kekuasaan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

2
A. Demokrasi Pancasila

Demokrasi yang dianut oleh bangsa Indonesia sampai saat ini adalah demokrasi Pancasila. Yaitu, pelaksanaan demokrasi di Indonesia dilakukan atas dasar Pancasila. Dengan kata lain adalah paham demokrasi yang bersumber pada kepribadian dan falsafah hidup Pancasila.

B. Demokrasi Terpimpin

Sistem demokrasi ini dicetuskan oleh Soekarno, pada masa demokrasi terpimpin Soekarno menjadi kekutan politik yang hamper tak tergoyahkan. Bahkan beliau mencalonkan diri sebagai presiden seumur hidup. Namun hal itu ditentang oleh Hatta karena menurutnya jika menganut system tersebutu maka Indonesia kembali ke Negara Feodal yang berpusat pada raja.

C. Demokrasi Parlementer

Demokrasi parlementer adalah sebuah system demokrasi yang pengawasannya dilakukan oleh parlemen. Ciri utama Negara yang menganut system demokrasi ini adalah dengan adanya parlemen dalam sistem pemerintahannya. Indonesia pernah mencoba menganut system ini pada saat pertama merdeka tahun 1957. D. Demokrasi Liberal

Demokrasi liberal adalah salah satu paham yang mendorong munculnya banyak partai politik. Karena dalam praktiknya, setiap masyarakat mempunyai hak yang sama untuk berkecimpung dipemerintahan. Dalam system ini pemilu harus dilaksanakan dengan bebas dan adil. Selain itu, pemilihan kepala pemerintahan dilakukan secara kompetitif.

@Demokrasi di Indonesia telah melewati perjalanan sejarah yang tidak singkat. Setidaknya, Indonesia telah menerapkan enam macam sistem demokrasi yang berbeda setelah kemerdekaan. Di

dalam sejarah demokrasi Indonesia, sistem demokrasi yang pertama kali dianut oleh bangsa ini adalah demokrasi Pancasila (1945-1949). Demokrasi ini dilakukan pemerintah sebagai aksi tanggap darurat awal untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih. Setelah itu, Indonesia menjalankan Konstitusi RIS (1949-1950) yang menjadikan negara ini mempunyai Perdana Menteri dan Presiden sebagai lambang negara. Tetapi, Konstitusi RIS tidak berjalan sempurna sehingga diputuskan untuk kembali pada UUDS 1950. Indonesia kemudian menganut sistem Demokrasi Parlementer (liberal) selama 9 tahun (1950-1959). Selama 9 tahun ini, pergantian kabiner dilakukan hingga tujuh kali yang mengakibatkan pembangunan tidak berjalan lancar karena partai lebih mengutamakan kepentingan partai dan golongannya. Karena sistem demokrasi parlementer dianggap tidak mampu membangun Indonesia, di tahun 1959, UUDS 1950 kemudian diganti kembali menjadi UUD 1945 yang akhirnya menyebabkan pemusatan kekuasaan di tangan presiden dan menimbulkan penyimpangan dan penyelewangan atas Pancasila dan UUD 1945 yang lebih sering kita sebut sebagai zaman Orde Lama (Demokrasi Terpimpin). Di tahun 1966, orde lama kemudian beralih menjadi zaman Orde Baru yang dimana kekuasaan dan masa jabatan Presiden tidak dibatasi periodenya. Sehingga, mengakibatkan penyalahgunaan kekuasaan dan budaya KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) tumbuh subur pada zaman ini, dan kebebasan berbicara dibatasi sehingga praktik demokrasi menjadi semu. Sehingga, di tahun 1998 ini diberlakukan orde reformasi yang akan menyempurnakan pelaksanaan dan peraturan yang lebih demokratis berasas pada Pancasila dan UUD 1945.

3.

Pemahaman super radikal dari mahasiswa demonstran patut kita kaji lebih dalam. Kasus yang menimpa Sondang yang telah membakar diri sendiri pada aksi demonstrasi memperingati Hari Anti Korupsi didepan Istana Merdeka mengejutkan kita semua. Sudah demikian parahnyakah keadaan negeri ini sehingga seorang anak bangsa rela membakar diri? Seorang psikolog dalam pernyataan ketika diwawancarai stasiun tv swasta tidak menampik bahwa aksi bakar diri seperti ini secara umum mempunyai motif politik yang sangat kuat. Dari beberapa aksi bakar diri, umumnya mereka menyimpulkan bahwa ada muatan politis dibalik aksi tersebut. Kita lantas berpikir, Indonesia yang sekarang diakui sebagai negara demokrasi terbesar didunia, segala bentuk saluran aspirasi terbuka lebar. Toh kenapa masih ada aksi serupa yang dilakukan Sondang. Apakah aspirasi politik di negara yang katanya negara demokrasi sudah tertutup sama sekali? Baca juga Kompas Presiden SBY sendiri pada saat menyampaikan sambutan memperingati Hari Anti Korupsi tergambar betapa pemerintahan saat ini sangat ingin agar semua bentuk kejahatan korupsi bisa ditindak dengan tegas. Pernyataan-pernyataan dari beberapa pejabat penting terkait juga memperlihatkan betapa besar perhatian akan gerakan membumi hanguskan korupsi di tanah air. Toh kenyataannya, korupsi tetap saja jalan. Sudah berapa pejabat yang tertangkap dan diberi hukuman tidak lantas membuat kasus korupsi hilang sama sekali. Efek jera yang diharapkan membuat para bakal koruptor juga tidak mempan. Usul agar setiap koruptor dihukum seberat-beratnya tinggal menjadi wacana perbincangan serta diskusi debat kusir. Remisi yang diperketat juga tidak memberi arti apa-apa. Jadi sebenarnya dimana letak permasalahannya? Indonesia dengan segala keunikannya ini membuat masyarakat bisa kehilangan harapan. Proses yang memakan waktu sangat lama sejak era reformasi sudah semakin jauh panggang dari api. Simpati serta penghormatan terhadap pemerintahan juga luntur dengan

sendirinya. Yang tersisa adalah rasa saling curiga mencurigai. Pemerintah tidak percaya terhadap rakyatnya begitupun sebaliknya. Setiap langkah yang diambil oleh pemerintah dianggap hanya omong kosong belaka oleh para rakyat. Rakyat pun tidak dipercaya lagi, setiap aspirasi maupun keinginan rakyat dianggap ancaman oleh pemerintah. Sampai kapan situasi rumit ini dipertahankan. Berharap pada suksesi kepemimpinan lima tahunan dengan sistim pilkada amburadul sama juga bohong. Yang ada hanya posisi siap siaga menunggu kesempatan untuk saling memusnahkan satu sama lainnya. Peran tokoh, agamawan, budayawan juga setali tiga uang. Banyak yang memilih tiarap dan onani sendiri. Tak ada lagi yang bisa dipercaya. Celah inilah yang dimanfaatkan oleh Sondangers lainnya untuk meraih simpati melalui gerakan-gerakan radikal melawan pemerintahan yang ada. Harapan itu ada walaupun sangat pahit dan perih. Perasaaan geram melihat aksi bakar diri namun tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menghentikannya. Kita tidak boleh kehilangan asa apalagi kalau membayangkan republik ini akan bubar. Harapan demi harapan kita gantungkan setinggi langit. Dan di tangan para pemudapemudi nasib bangsa ini berada. Tayangan demi tayangan sudah kita tonton bersama-sama. Suka tidak suka harus kita telan bersama pula. Jayalah terus bangsaku, Indonesia Raya. Baca juga artikel korupsi lainnya disini, Bahaya Laten Korupsi

You might also like