You are on page 1of 13

KEWAJIBAN HUKUM By:

Kharisma Annisa K Rizal Abdi R

HUKUM PERDATA DAN PIDANA DI INDONESIA

Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara, kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya. Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pidana terbagi menjadi dua bagian, yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formil. Hukum pidana materiil mengatur tentang penentuan tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana (sanksi). Di Indonesia, pengaturan hukum pidana materiil diatur dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP). Hukum pidana formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana materiil. Di Indonesia, pengaturan hukum pidana formil telah disahkan dengan UU nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP).

LINGKUNGAN HUKUM

Para profesional audit selalu mempunyai tugas untuk menyiapkan perlindungan pada saat melayani kliennya. Para profesional bertanggung jawab dibawah hukum untuk memenuhi apa yang dicantumkan dalam kontrak. Para profesional bertanggung jawab terhadap klien bila ada kegagalan atau ketidakmampuan melaksanakan kontrak Tuntutan kriminal terhadap auditor dapat terjadi bila terlihat auditor bermaksud menyakiti atau melukai pihak lain.

TANGGUNGJAWAB HUKUM BAGI AUDITOR


1. Mendektesi adanya indikasi kecurangan dan melaporkan.(Fraud detection) 2. Mendektesi dan melaporkan adanya ketidakmampuan perusahaan meneruskan usahanya. 3. Mendektesi dan melaporkan adanya potensi salah saji yang material yang akan merugikan publik.

PERBEDAAN ANTARA KESALAHAN BISNIS, KESALAHAN AUDIT,DAN RESIKO AUDIT

Kesalahan bisnis terjadi bila usaha tidak dapat memenuhi harapan pemegang saham. Kesalahan audit terjadi ketika auditor mengeluarkan pendapat audit yang salah karena tidak memenuhi syarat yang tercantum pada GAAS. Resiko audit memperlihatkan resiko yang dihadapi auditor yang menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut sudah benar tetapi pada kenyataannya laporan tersebut tidak benar.

KONSEP HUKUM YANG MENYEBABKAN KEWAJIBAN


Ada kesepakatan antara profesi akuntan dan Lembaga Hukum bahwa auditor bukanlah penanggung jawab atau penjamin. Standar kehati-hatian dimana auditor diharapkan bisa menyelesaikan tugasnya disebut sebagai konsep kehati-hatian.

KEWAJIBAN HUKUM DENGAN KARYAWAN, MASA PENSIUN, DAN UTANG PIUTANG

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.24 (Revisi 2004) Ikatan Akuntan Indonesia (2004) dalam bukunya Standar Akuntansi Keuangan, menjelaskan mengenai PSAK no.24 Imbalan Kerja antara lain sebagai berikut: (01) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja. Pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk mengakui: a. kewajiban jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan b. beban jika perusahaan menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja. (02) Pernyataan ini harus diterapkan oleh pemberi kerja untuk imbalan kerja. (03) Pernyataan ini tidak mencakup pelaporan oleh Dana Pensiun

(04) Pernyataan ini diterapkan untuk seluruh imbalan kerja, termasuk yang diberikan: a. melalui program formal atau perjanjian formal lainnya antara perusahaan dan pekerja, serikat pekerja, atau perwakilan pekerja; b. melalui peraturan perundang-undangan atau peraturan industri dimana perusahaan diwajibkan untuk ikut serta pada program nasional, industri atau program multipemberi kerja lainnya; atau c. oleh kebiasaan yang menimbulkan kewajiban konstruktif. Kebiasaan akan menimbulkan kewajiban konstruktif jika perusahaan tidak memiliki alternative realistis selain membayar imbalan kerja. (05) Imbalan Kerja mencakup: a. Imbalan kerja jangka pendek, seperti upah, gaji, iuran jaminan social, cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba, dan bonus (jika terhutang dalam waktu 12 bulan pada akhir periode pelaporan) serta imbalan nonmoneter (seperti imbalan kesehatan, rumah, mobil, dan barang atau jasa yang diberikan secara cuma-cuma atau melalui subsidi) untuk pekerja; b. imbalan pascakerja, seperti pension, imbalan pension lainnya, asuransi jiwa pascakerja, dan imbalan kesehatan pascakerja; c. imbalan kerja jangka panjang lainnya, termasuk cuti besar, cuti hari raya, imbalan jangka panjang lainnya, imbalan cacat permanent, dan bagi laba, bonus, dan kompensasi yang ditangguhkan (jika terhutang seluruhnya lebih dari 12 bulan pada akhir periode pelaporan); d. pesangon pemutusan kontrak kerja (PKK); dan e. imbalan berbasis ekuitas.

DALAM MERINGANKAN KEWAJIBANNYA AUDITOR DAPAT MELAKUKAN LANGKAH LANGKAH BERIKUT :


Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi dengan pantas Mengikuti standar profesi Mempertahankan Independensi Memahami usaha klien Melaksanakan audit yang bermutu Mendokumentasikan pekerjaan secara memadai Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia Perlunya asuransi yang memadai ; asuransi TK

KONSEP KEHATI-HATIAN DIKEMUKAKAN DALAM COOLEY ON TORTS

Setiap orang yang menawarkan jasa pelayanan kepada yang lain dan dipekerjakan memiliki kewajiban untuk menggunakan keahlian dalam pekerjaannya yang didapat dengan hati hati dan sungguh sungguh. Dalam setiap pekerjaan dimana keahlian khusus dibutuhkan, bila seseorang menawarkan jasanya, dia sudah mengerti bahwa dia sudah diakui sebagai pemegang tingkat keahlian yang biasanya sudah dimiliki orang lain pada posisi yang sama,dan bila keinginannya tidak tercapai, ia sudah melakukan penipuan terhadap setiap orang yang mempekerjakannya dalam hubungannya dengan profesi publik. Dia bertugas dengan semangat dan integritas yang tinggi tetapi tidak dengan kemungkinan berbuat salah dan dia bertanggung jawab terhadap atasannya atas kelalaian, itikad buruk,atau ketidak jujuran,tetapi tidak bertanggung jawab atas kerugian karena penilaian yang salah.

SYARAT SYARAT HUKUM YANG MENIMBULKAN KEWAJIBAN PARA AKUNTAN PUBLIK


Syarat yang berhubungan dengan kelalaian dan penipuan Syarat yang berhubungan dengan hukum kontrak Serta syarat syarat lain

EXAMPLE CASE :

Seorang pemberi pinjaman menuntut dan meminta tertuduh auditor untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan yang sedang mencari pinjaman. Auditor menerbitkan laporan keuangan yang menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan baik, yang pada kenyataannya tidak. Penuntut, yang meminjamkan uang perusahaan mengalami kerugian besar, dan menuntut auditor untuk memberikan ganti rugi. Auditor bertahan dalam kasus tersebut dengan dasar tidak adanya hubungan Rush Factor dalam hal ini. Pengadilan melihat adanya keuntungan pada pihak penuntut. Oleh karena itu, pengadilan dapat mengatakan bahwa berdasarkan doktrin Ultramares tentang primary beneficiary, harus dilakukan Restatement of Torts, yang menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab atas kelalaian biasa dalam audit dimana laporan keuangan ditujukan pada kelompok orang tertentu dan sudah dapat ditentukan sebelmnya.

ADDED :
Aspek hukum auditi dan auditor Bukti untuk auditor adalah untuk menghasilkan opini yang di dokumentasikan dalam kertas kerja Auditor tidak bisa berperan sebagai penjamin karena tergantung pada bukti di lapangan

You might also like