You are on page 1of 3

c. Otomasi Jantung - Sediakan cawan petri yang diisi cairan Ringer suhu kamar.

- Jepitlah ujung ventrikel jantung (apeks) dan angkat ke atas. - Bebaskan jantung dari tenunan sekitarnya, kemudian potonglah pembuluh-pembuluh darah yang berhubungan dengan jantung sejauh mungkin dari jantung. - Angkat jantung yang telah bebas dan letakan dalam cawan petri yang berisi cairan Ringer tadi, jantung akan tetap berdenyut walaupun telah dibebaskan dari susunan saraf pusat, susunan saraf otonom dan tidak dialiri darah. Amatilah sifat otomasi otot jantung ini dan hitunglah frekuensi denyutnya.

Hasil Kerja
1. Gambar Jantung

2. Hasil Percobaan

Nomor

Macam Percobaan

Frekuensi Denyut Jantung (banyaknya denyut/menit) sebelum sesudah

1 2 3 4 5

Suhu dingin Suhu panas Asetilkolin Adrenalin Otomasi

51 x / menit 43 x / menit 44 x / menit 42 x / menit 33 x / menit

37 x / menit 53 x / menit 35 x / menit 45 x / menit 20 x / menit

Pembahasan
Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. Secara anatomis jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Sinus venosus adalah ruangan sekitar jantung. Melalui pengamatan darah mengalir melalui sinus venosus kemudian darah mengalir ke atrium dan mengisi ruang ventrikel sebelum darah dipompa kembali oleh otot- otot di ventrikel keseluruh tubuh. Percobaan pertama yang dilakukan pada jantung katak adalah mengenai pengaruh suhu terhadap jantung katak. Saat jantung katak di beri larutan Ringer pada suhu kamar jantung bekerja 51/menit, itu adalah kerja normal jantung pada suhu normalnya. Setelah jantung diberi larutan Ringer pada suhu 4-10C ternyata ritme jantung katak menurun menjadi 37/menit. Hal ini disebabkan oleh respon feed back mechanism otot jantung yang bekerja lebih lambat untuk mempertahankan suhu normal jantung. Penurunan suhu menyebabkan penurunan permeabilitas membran sel otot jantung terhadap ion, sehingga diperlukan waktu lama untuk mencapai nilai ambang. Akibatnya kontraksi otot jantung juga mengalami penurunan. Berbeda halnya setelah jantung diberi 3 larutan Ringer pada suhu 40-50C ternyata ritme jantung katak meningkat menjadi 53/menit dalam. Hal ini disebabkan oleh respon feed back mechanism otot jantung yang bekerja lebih keras untuk mempertahankan suhu normal. Kenaikan suhu mengakibatkan permeabilitas membran sel otot jantung terhadap ion meningkat, maka terjadilah depolarisasi. Selanjutnya, yang dilakukan adalah jantung diberikan rangsangan berupa larutan asetilkolin 2-3 tetes dan larutan adrenalin 2-3 tetes. Sebelum diberikan larutan asetilkolin jantung bekerja 44/menit. Setelah diberikan asetilkolin kerja jantung menjadi lebih lemah yaitu 35/menit. Hal ini disebabkan oleh asetilkolin yang merupakan neurotransmitter yang dilepaskan oleh saraf saraf parasimpatis dan juga saraf saraf preganglionik. Sehingga apabila rangsangan tersebut berasal dari saraf vagus, akan menurunkan aktivasi Nodus SA sehingga aktivasi jantung pun akan menurun. Asetikolin berfungsi sebagai neurotransmitter. Asetilkolin adalah satu dari berbagai neurotransmiter pada sistem saraf otomatis, dan satusatunya neurotransmiter pada sistem saraf sadar. Sebelum diberikan larutan adrenalin jantung bekerja 42/menit. Setelah diberikan adrenalin, kerja jantung menjadi semakin cepat, hal ini dikarenakan adrenalin merupakan neurotransmitter yang dilepaskan oleh saraf simpatis. Sehingga rangsangan tersebut meningkatkan aktivitas Nodus SA.
Setelah itu, dilakukan otomasi jantung diluar tubuh. Jantung memang memiliki

otomasi sendiri di otot jantung berupa serabut purkinje dan serabut his. Terbukti tanpa adanya koordinasi syaraf simpatis dan parasimpatis jantung tetap dapat berdetak diluar tubuh yaitu 20/menit. Tetapi karena kondisi diluar tubuh tidak cocok dengan jantung maka jantung kerjanya menjadi semakin melemah.

Kesimpulan
Jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Suhu dan zat kimia dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung. Suhu rendah (dingin) akan menurunkan frekuensi denyut jantung, sedangkan suhu tinggi akan meningkatkat frekuensi denyut jantung. Jantung memiliki otomasi sendiri di otot jantung berupa serabut purkinje dan serabut his. Tanpa adanya koordinasi syaraf simpatis dan parasimpatis jantung tetap dapat berdetak diluar.

Daftar Pustaka
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L.G Junqueira, Luiz Carlos and JosCarneiro. 2007. Histologi Dasar. Jakarta: EGC. Guyton, A. C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku kedokteranEGC, Jakarta. Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.Yogyakarta : Kanisius.

You might also like