You are on page 1of 5

16 PERSALINAN LAMA

PRINSIP DASAR Masalah Fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada pada persalainan fase aktif.

Penanganan Umum Nilai secara cepat keadan umum wanita hamil tersebut termasik tanda vital dan tingkat hidrasinya. Apakah ada masalah medic lain atau hal-hal yang mengancam jiwanya? Apakah ia kesakitan? Gelisah? Jika ya pertimbangkan pemberian analgetik. Tentukan apakah pasien berada dalam persalinan?

Tentukan keadaan janin

Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his. Hitung frekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama kala II. Jika terdapat gawat janin, lakukan seksio sesarea; keculai jika syaratsyaratnya dipenuhi, lakukan ekstraksi vakum atau forceps.

Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah, pikirkan kemungkinan gawat janin. Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah, pertimbangkan adanya indikasi jumlah air ketuban yang mungkin menyebabkan gawat janin. Perbaiki keadaan umum dengan : Memberikan dukungan emosi. Bila keadan masih memungkinkan anjurkan bebas bergerak, duduk dengan posisi yang berubah (sesuaikan dengan penanganan persalinan normal). Berikan cairan baik secara oral atau parenteral dan upayakan buag air kecil (hanya perlu kateterisasi bila memang diperlukan).

Bila penderita merasakan nyeri yang sangat berikan analgetik : tramadol atau pethidin 25 mg dinaikkan sampai maksimum 1 mg/kg atau morfin 10 mg IM.

Lakukan pemeriksaan vaginal untuk menentukan kala persalinan (lihat Persalinan normal). Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan partograf.

PENILAIAN KLINIK Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh : his tidak efisien (adekuat). faktor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar). faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor).

Faktor-faktor ini sering saling berhubungan.


Tabel 16.1: Diagnosis kelainan partus lama.

Tanda dan gejala klinis Diagnosis Pembukaan serviks tidak membuka Belum in partu, fase labor. (kurang dari 3 cm) Tidak didapatkan kontraksi uterus Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm Prolonged latent phase. sesudah 8 jam in partu. Pembukaan serviks melewati waspada partograf: frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40 detik.

garis Inersia uteri

Secondary arrest of dilatalion atau arrest of descent. Secondary arrest of dilatation dan bagian terendah dengan kaput, terdapat moulase hebat, edema serviks, tanda rupture uteri imminens, fetal dan (selain maternal distress.

Disproporsi sefalopelvik Obstruksi

Malpresentasi vertes) Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin Kala II lama (prolonged second stage) mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan. PENANGANAN False labor (persalinan palsu/belum in partu)

Kelainan

presentasi

Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang periksa adanya infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat. Bila tidak pasien boleh rawat jalan. Prolonged latent phase (fase laten yang memanjang) Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara retrospektif. Bila his berhenti disebut persalinan palsu atau belum in partu. Bilamana kontraksi makin teratur dan pembukaan bertambah sampai 3 cm, pasien kita sebut masuk fase laten. Kekeliruan melakukan diagnosis persalinan palsu menjadi fase laten menyebabkan pemberian pemberian induksi yang tidak perlu yang biasanya sering gagal. Hal ini menyebabkan tindakan operasi seksio sesarea yang kurang perlu dan sering menyebabkan amnionitis.

Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tak ada kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan melakukan pemeriksaan serviks; Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam keadaan in partu. Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose (atau NaCI) mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin, lakukan seksio sesarea. Pada daerah yang prevalensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan HIV. Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengna oksitosin 5 U dalam 500 cc dekstrose (atau NaCI) mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes / menit) atau diberikan preparat prostlagandin; serta obati infeksi dengna ampisilin 2 g IV sebagai dosis awal dan 1 g IV setiap 6 jam dan gentamisin 2 x 80 mg.

Prolonged active phase (fase aktif yang memanjang)

Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion) atau adanya obstruksi : Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki konstraksi dan mempercepat kemajuan persalinan. Bila ketuban intak, pecahkan ketuban. Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam, lakukan penilaian kontraksi uterusnya. Kontraksi uterus adekuat Bila kontraksi uterus adekuat (3 dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan adanya kemungkinan CPD, obstruksi, malposisi atau malpresentasi. Disproporsi sefalopelvik (CPD) CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan kita dapatkan persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan partus percobaan (trial of labor). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas. Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio sesarea. Bila bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin lakukan seksio sesarea). Obstruksi (partus macet) Bila ditemukan tanda tanda obstruksi : Bayi hidup lahirkan dengan seksio sesarea. Bayi mati lahirkan dengan kraniotomi/embriotomi.

Malposisi dan mal presentasi Bila didapatkan adanya malposisi atau malpresentasi lihat bab malposisi/ malpresentasi. Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri) Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi atau obstruksi bias disingkirkan, penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi uterus yang tidak adekuat.

Pada multigravida kontraksi uterus yang tidak adekuat lebih kurang didapatkan disbanding dengna pada primigravida, sehingga lakukan evaluasi lebih dulu apakah bisa menyingkirkan faktor disproporsi sebelum melakukan tindakan oksitosin drip pada multigravida. Lakukan induksi dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrosa (atau NaCI) atau prostaglandin. Evaluasi ulang dengna pemeriksaan vaginal setap 4 jam : Bila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan seksio sesarea. Bila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.

Kala II memanjang (prolonged expulsive phase) Upaya mengedan ibu menambah risiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke plasenta. Maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan; mengedan menahan napas yang terlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan denyut jantung janin; bradikardia yang lama mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat. Dalam hal ini lakukan tindakan ekstraksi vakum/forseps bila syarat terpenuhi. Bila malpresentasi dan tanda obstruksi bias disingkirkan, berikan oksitosin drip. Bila pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam, lahirkan dengan bantuan vakum atau forseps bila persyaratan dipenuhi. Lahirkan dengan seksio sesarea bila persyaratan vakum dan forseps tidak dipenuhi.

You might also like