You are on page 1of 9

LAPORAN KASUS OBSGYN

Identitas pasien : No rekam medik: Nama : Ny. Suyati Umur: 47 tahun Jenis kelamin : perempuan Pekerjaan : karyawati Alamat : jl. jambu Agama : Islam Status perkawinan : kawin Anamnesis : autoanamnesis Keluhan Utama : Keputihan berulang RPS : Keputihan berulang Keputihan yang keluar semakin banyak Keluar darah setelah berhubungan seksual tidak ada Nyeri perut bagian bawah tidak ada Nyeri punggung tidak ada Nyeri pinggul pada saat duduk dan berdiri tidak ada Demam tidak ada Makan & minum biasa

BAB dan BAK normal Menstruasi normal Riwayat persalinan : Riwayat perkawinan : Riwayat kontrasepsi : -

RPD: sudah pernah sakit seperti ini sebelumnya minum obat sembuh tapi kambuh lagi RPK : RSE : tidak pernah minum alcohol dan merokok. Pemeriksaan Fisik : Status Generalis Keadan umum : baik Kesadaran : Composmentis Vital sign : BB: - TB: - TD: 120/80 mmHg R: - N: - T: 360C Kepala : Mata : konjungtiva sclera Hidung : Telinga : Mulut : Tenggorokan : Leher : Thorax: ::-

Paru-Paru : I: Pa: Pr: Au: -

Jantung : I: Pa: Pr: Au: -

Abdomen: -

Ekstremitas atas : Ekstremitas Bawah : -

Pemeriksaan penunjang : Pap smear & USG Diagnosa kerja : Servicitis Diagnosa Banding : kanker cervik endometritis Penatalaksanaan: - Medikamentosa: neogoksa, antibiotic, vaginal toilet, vagina ovule - Edukatif : tidak berhubungan seksual selama 3 hari Prognosis : -

Cervicitis Definisi1 Cervisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris sehingga lebih mudah terinfeksi disbanding selaput lendir vagina.Juga merupakan : Infeksi non spesifik dari serviks Erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler (kistik) Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior. Etiologi1,2 Cervisitis disebabkan oleh kuman-kuman spt : trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob. endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma. Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seprti dilatasi, dan lain-lain. Patofisiologi3 Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan lukaluka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kumankuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan : a. Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan. b. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah. c. Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian itu mudah kena infeksi dari vagina,

karena radang menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret bertambah banyak. Klasifikasi2 1. Cervicitis Akut. Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.

Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis. Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks. Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara nonseksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan. Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.

2. Cervicitis Kronis. Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan : a. Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.

b. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah. c. Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen bertambah pendek. Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu, cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis cervisitis kronis. Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan. Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas. Gejala Klinis3 1. Keputihan hebat, biasanya kental dan biasanya berbau, sering menimbulkan erosi pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala. Pada pemeriksaan inspekulo kadangkadang dapat dilihat keputihan yang kental keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion (mukosa kanalis servikalis tampak dari luar), maka harus diingat kemungkinan gonorroe 2. Gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan kemih, perdarahan saat melakukan hubungan seks.

Faktor Resiko1 Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu: 1. Usia muda 2. Jumlah perkawinan 3. Hygiene dan sirkumsisi 4. Status sosial ekonomi rendah 5. berganti-ganti pasangan 6. Terpajan virus terutama virus HIV 7. Merokok dan alkohol Tanda dan Gejala3 1. Perdarahan 2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal 3. Cepat lelah 4. Kehilangan berat badan 5. Anemia Manifestasi Klinis3 Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi. Pemeriksaan Penunjang1 Sitologi, dengan cara tes pap smear Tes Pap smear : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif

palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%. Kolposkopi Servikografi Pemeriksaan visual langsung Gineskopi Papnet (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)

Pencegahan3 Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun. Diagnosis banding2 Karsinoma servik uteri PID SIK Endometritis

Pengobatan3 Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam secret Kalau cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi. Cervicis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan konisasi, kalau sebabnya ekstropion dapat dilakukan lastik atau amputasi. Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 % atau Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak Servisitis kronika pengobatannya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi-radial dengan termokauter atau dengan krioterapi.

Referensi Padjajaran, Universitas.2003. Obsetri Patologi Edisi 2. Jakarta: EGC Sarwono, 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo Wikajosastro, H. 2006. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan bina Pustaka sarwono Prawirohardjo

You might also like