You are on page 1of 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA

MATERI KEGIATAN EKONOMI YANG BERKAITAN DENGAN POTENSI ALAM DAERAH

Proposal

Oleh: Endra Setyo Nugroho 09141068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI MADIUN 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kurikulum pengetahuan sosial disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan pengetahuan sosial. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian, tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan sosial menjadi suatu keharusan. Pengembangan kurikulum pengetahuan sosial merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta tuntutan desentralisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran pengetahuan sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Martorella (Solihatin, 2007: 14) mengatakan bahwa pembelajaran

pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan dari pada transfer konsep, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS peserta didik diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan pengembangan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Pendidikan merupakan suatu proses jangka panjang yang memerlukan pembelajaran. Proses pembelajaran sebagai interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dengan kata lain, pembelajaran adalah cara yang dipakai untuk mendorong siswa memahami dan mengimplikasikan apa yang diajarkan. Artinya, interaksi guru dengan peserta didik haruslah merupakan menu utama proses pembelajaran, sebab interaksi itulah yang memegang peranan penting dalam mentransformasikan materi menjadi kompetensi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, yaitu ditinjau dari sudut prosesnya dan ditinjau dari sudut hasil yang dicapai. Kriteria dari sudut proses menekankan kepada pengajaran suatu proses haruslah merupakan interaksi dinamis, sehingga siswa sebagai subjek yang belajar mampu mengembangkan

potensinya melalui belajar sendiri dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif. Kriteria dari segi hasil atau produk menekankan tingkat penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Artinya, antara kedua pendekatan tersebut tidak terdapat perbedaan prinsipil, sebab suatu hasil belajar yang baik akan diperoleh melalui proses yang baik, dan sebaliknya proses belajar yang baik akan memberi hasil yang baik pula. Setiap siswa berkeinginan untuk berhasil dalam aktivitas belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar akan menjadi kebanggaan bagi diri siswa, orang tua maupun lingkungan sekitarnya. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran adalah perolehan hasil belajar yang baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran akan tercermin dari hasil belajar yang akan dicapai siswa. Artinya, semakin baik pelaksanaan pembelajaran maka hasil belajar siswa juga akan semakin baik. Sebaliknya, semakin kurang baik pelaksanaan pembelajaran maka hasil belajar siswa juga semakin rendah. Berdasarkan uraian di atas menggambarkan bahwa peran guru mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa, karena hasil belajar siswa yang baik menunjukkan keberhasilan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu juga, keberhasilan siswa dalam belajar akan menjadi kebanggaan bagi diri siswa, orang tua maupun lingkungan sekitarnya. Keberhasilan siswa di sekolah ditandai dengan hasil nilai siswa yaitu tingkat ketuntasan minimal (KKM) yaitu minimal siswa memiliki nilai 65,00 baru dikatakan lulus. Wachidi dalam Kunandar (266:2011) merumuskan tujuan pokok dari pengajaran IPS yaitu (a) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana bersikap terhadap bendabenda disekitarnya; (b) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan manusia lain; (c) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan masyarakat sekitarnya; (d) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan alam sekitarnya; (e) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan tuhannya.

Memperhatikan tujuan yang dikandung oleh mata pelajaran pengetahuan sosial maka seharusnya pembelajarannya di sekolah-sekolah merupakan suatu kegiatan yang disenangi, menantang dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid, bahan ajar dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung. Pembelajaran IPS di sekolah khususnya di Sekolah Dasar (SD) dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang mendapat perhatian dari siswa terutama pada materi sejarah seperti pada materi Kegiatan Ekonomi yang Berkaitan dengan Potensi Alam Daerah. Hal ini terlihat dari hasil belajar yang kurang memuaskan serta pengajaran yang dikemas kurang menyenangkan, setidaknya ada tiga indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang berani dalam menyampaikan pendapatnya, kedua siswa kurang mampu untuk merumuskan gagasan sendiri, dan ketiga daya saing siswa masih rendah dalam menyampaikan pendapat karena tidak dibiasakan untuk bersaing menyampaikan pendapatnya di muka umum. Dari ketiga indikator tersebut maka dibutuhkan metode mengajar yang lebih

bervariatif. Begitu banyak metode dalam pembelajaran namun di kelas peneliti pembelajaran IPS masih menggunakan cara klasikal atau tradisional.

Pembelajaran masih didominasi oleh mencatat dan mengerjakan tugas, sehingga siswa cenderung merasa bosan dan pembelajarannya pun tidak bermakna. Hal ini ditunjukkan denganhanya terdapat 5 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65 (berdasarkan hasil UTS). Dengan hasil tersebut dapat dikatakan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS masih rendah. Tolok ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah hasil belajar. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas IVB SDN Pingkuk 2 untuk beberapa

kompetensi dasar menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini menunjukan bahwa standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas IVB memang sarat akan materi, di samping cakupannya luas dan diperlukannya hafalan yang sangat kuat . Jika dilihat dari hasil Ujian Tengah Semester, sebagian besar siswa masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 80%, akan tetapi hanya 23% siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan minimal. Dengan rata-rata kelas sebesar 44,5. Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran

pengetahuan sosial mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral, memiliki semangat kebangsaan, dan cinta tanah air semenjak usia dini (usia SD). Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran pengetahuan sosial adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran pengetahuan sosial dengan metode yang menarik, menantang dan menyenangkan. Para guru sering kali menyampaikan materi pengetahuan sosial apa adanya (konvensional), sehingga pembelajaran pengetahuan sosial cenderung membosankan dan kurang menarik minat para siswa yang pada gilirannya hasil belajar siswa kurang memuaskan. Setidaknya ada tiga indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, siswa kurang memiliki keberanian untuk merumuskan gagasan sendiri. Dan ketiga, siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman lainnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar pengetahuan sosial yaitu dengan menggunakan pembelajaran aktif dimana siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan menarik hati dalam belajar untuk mempelajari dengan baik. Belajar aktif membantu untuk mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan mendiskusikannya dengan yang lain. Dalam belajar aktif yang paling penting bagi siswa perlu memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan dan mengerjakan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang akan dicapai (Silberman, 2001: 11). Slavin (2008: 27), menyatakan bahwa berbagai jenis pembelajaran aktif diantaranya: Student Teams Achiement Devisions (STAD), Teams Games Tournaments (TGT), Jigsaw,

Teams Accelerated Instruction (TAI) dan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Terciptanya suasana yang aktif di dalam kelas akan mudah menyerap materi yang diberikan oleh guru. Salah satu cara yang cukup efektif adalah melalui penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT (Teams Games Tournaments). Metode pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk semua bidang studi, TGT (Teams Games Tournament)merupakan metode yang

sesuai dengan pokok bahasan ini. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran

kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Hasil belajar yang masih rendah menjadi masalah bagi peneliti maka dalam penelitian yang akan dilaksanakan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) serta melakukan observasi, wawancara, dan pengisian angket. Oleh karena itu penulis mengajukan judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

(TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR IPS PADA MATERI KEGIATAN EKONOMI YANG BERKAITAN DENGAN POTENSI ALAM DAERAH dan diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka rumusan berikut: a. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada pembelajaran IPS tentang Kegiatan Ekonomi yang Berkaitan dengan Potensi Alam Daerah siswa kelas IVB SDN Pingkuk 2 tahun ajaran 20012/2013? b. Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS tentang Kegiatan permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

Ekonomi yang Berkaitan dengan Potensi Alam Daerah siswa kelas IVB SDN Pingku 2 tahun ajaran 20012/2013 setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments)?

C. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada pembelajaran IPS tentang Kegiatan Ekonomi yang Berkaitan dengan Potensi Alam Daerah siswa kelas IVB SDN Pingkuk 2 tahun ajaran 20012/2013? b. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS

tentang Kegiatan Ekonomi yang Berkaitan dengan Potensi Alam Daerah siswa kelas IVB SDN Pingkuk 2 tahun ajaran 20012/2013 setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments)?

D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain : a. Bagi siswa, agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar dan agar siswa dapat berfikir kritis, cermat, kreatif, percaya diri, inovatif, dan mampu mencari solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. b. Bagi guru, sebagai acuan atau referensi agar dapat menciptakan proses

pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. c. Bagi peneliti, sebagai sumber dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yang akan diterapkan dalam pembelajaran atau materi pelajaran yang lain.

E. Definisi Operasional a. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2008 : 22). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan

sehari-hari.Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2008 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya dimana hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2008 : 39). Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. b. Pembelajaran Kooperatif Pada dasamya Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sarna yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan ketja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari tiap anggota kelompok itu sendiri. Hal ini berarti bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memandang keberhasilan individu berorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam hal ini, maka peserta didik berusaha keras membantu dan mendorong pada teman-temannya untuk bersamasama berhasil dalam belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pembelajaran Kooperatif Falsafah yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam

pendidikan adalah falsafah Nurhadi dkk (2004) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa) untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalahpahaman. Wina (2006) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri 4 sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas. homo homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan kerja sama dalam mencapai kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Anita (2002) menyatakan bahwa melalui pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah suatu model pembelajaran yang

menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dimana guru disarankan agar membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang heterogen. Ada banyak alasan maka pembelajaran kooperatif dikembangkan. Wina (2005: 107) menjelaskan bahwa pentingnya pembelajaran kooperatif dapat ditinjau dari beberapa presfektif berikut ini, yaitu:a. Perspektif motivasi, artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota akan saling membantu, dengan demikian keberhasilan setiap individu adalah keberhasilan kelompok.b. Perspektif sosial, artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling

membantu dalam belajar, karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. c. Persfektif perkembangan kognitif, artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir mengolah berbagai informasi. Anita (2002) menjelaskan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, harus ada empat unsur dalam mdel pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, dan (4) komunikasi antar anggota. Selanjutnya, empat unsur dalam pembelajaran kooperatif ini akan dijelaskan seperti berikut: (a) Saling ketergantungan positif, (b) Interaksi tatap muka, (c) Akuntabilitas Individual, dan (d) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan. Nurhadi dkk (2004) menyatakan hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksuddengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpilkan bahwa saling ketergantungan positif ini bertujuan untuk memberikan motivasi bagi siswa untuk meraih hasil belajar yang optimal. Upaya ini dapat dicapai melalui saling ketergantungan dalam pecapaian tujuan, menyelesaikan tugas, bahan atau sumber, peran, dan hadiah dalam belajar. 2. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif Ada 4 model pembelajaran kooperatif, yaitu : 1) STAD (Student Teams Achievement Divisisons) Merupakanpembelajaran Robert Slavin dari Universitas John

kooperatif yang dikembangkan oleh

Hopkins. Tipe ini menekankan kerja sama antar sesama anggota kelompok untuk mencapai ketuntasan belajar, serta setiap minggu atau setiap dua minggu dilakukan evaluasi dan pemberian skor. 2) JIGSAW merupakan pembelajaan kooperatif yang terdiri dari kelompok pakar (expert group) dan kelompok awal (home teams), dimana setiap anggota kelompok

bertanggung jawab untuk mempelajari bagian akademik dari semua bahan akademik yang disodorkan guru. 3) GI (Group Investigation) merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk pembelajaran secara investigasi. Metode ini menuntut para siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik. 4) Think-Pair-Share merupakan suatu pembelajaran kooperatif yang memberikan kepada siswa waktu untuk berfikir dan merespon. Hal ini menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan serta menumbuhkan sikap salingmembantu satu sama lain. Ada tiga langkah dalam tipe ini, antralain : berfikir(think), berpasangan(pair), dan berbagi (share) 5) Numbered Head Together tipe ini merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Terdapat 4 langkah dalam model ini, yaitu : penomoran, pengajuanpertanyaan, berfikir bersama, dan pemberian jawaban. 6) TGT (Teams Games-Tournaments) Teams Games-Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavi, 2008). Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournaments dimasukkan sebagai tahapan review setelah setelah siswa bekerja dalam tim (sama dengan TPS). Dalam TGT siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada meja-turnamen, di mana ketiga peserta dalam satu

meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai IPS terakhir yang sama. Sebuah prosedur menggeser kedudukan membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan 60 poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya. Ini berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi rendah juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi) keduaduanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya. TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan

permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalahmasalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada

kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran. B. Konsep Kegiatan Ekonomi dan Potensi Alam Daerah 1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau yang lebih dikenal dengan social studies merupakan kesepakatan dari para pakar ilmu di Indonesia dalam Seminar Nasional tentang civic education tahun 1972 di Tawangmangu, Solo. IPS

pertama kali digunakan sebagai satu mata pelajaran di sekolah dalam Kurikulum 1975. Namun pengertian IPS di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik khususnya antara IPS untuk SD, Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti program pengajaran, mata pelajaran yang berdiri sendiri, gabungan dari sejumlah

mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut.Ilmu pengetahuan sosial yang berada di dalam ruang lingkup pembelajaran pada setiap tingkat pendidikan, memiliki suatu kajian tersendiri sesuai dengan ruang lingkup pengembangan dari ilmu pengetahuan sosial tersebut dikembangkan, hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti tingkat perkembangan dari peserta didik maupun dari keadaan masyarakat di lingkungan sekitar yang memberikan suatu pengaruh terhadap pengembangan dari ilmu pengetahuan sosial dalam proses pembelajaran. IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD. Secara bertahap, ada beberapa tema IPS SD yang perlu mendapat perhatian kita bersama, antara lain : 1) IPS SD sebagai Pendidikan Nilai (value education), yakni :

Mendidikkan nilai-nilai yang baik yang merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat; Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa; Nilainilai inti/utama (core values) seperti menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia (the dignity of man and work) sebagai upaya membangun kelas yang demokratis. 2) IPS SD sebagai Pendidikan Multikultural (multicultural eduacation), yakni Mendidik siswa bahwa perbedaan itu wajar; Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang menjadikan kekayaan budaya bangsa; Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau minoritas.

3)

IPS SD sebagai Pendidikan Global (global education), yakni :

Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia; Menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa; Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia; Mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan. 2. Konsep Kegiatan Ekonomi dan Potensi Alam Daerah a. Kegiatan Ekonomi Semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ini disebut sebagai kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga hal, yakni: 1) Kegiatan produksi Kegiatan produksi merupakan kegiatan manusia yang menghasilkan barang atau jasa. Kegiatan yang menghasilkan barang contohnya adalah bercocok tanam, mendirikan pabrik dan usaha kerajinan. Sedangkan kegiatan yang menghasilkan jasa atau pelayanan misalnya adalah menjadi sopir angkot, tukang cukur, dokter dan guru. Orang yang melakukan kegiatan produksi disebut produsen. 2) Kegiatan konsumsi Kegiatan konsumsi merupakan kegiatan menggunakan atau menikmati hasil-hasil produksi. Contoh kegiatan konsumsi adalah makan nasi, minum susu, berpakaian, memakai sepatu dan naik delman. Orang yang melakukan kegiatan konsumsi disebut konsumen. Konsumen disebut juga dengan pemakai. Semua orang pada dasarnya adalah konsumen. 3) Kegiatan distribusi Kegiatan distribusi merupakan kegiatan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Kegiatan distribusi sangat bermanfaat agar barang-barang dan jasa dapat tersalurkan ke semua tempat. Para pelaku distribusi disebut distributor. Para penyalur, pedagang dan agen merupakan distributor.. b. Potensi Alam Daerah Kegiatan ekonomi di suatu tempat berkaitan erat dengan potensi di suatu daerah. Manusia berusaha memanfaatkan apa yang ada di sekitar lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Segala sesuatu yang ada di suatu daerah

yang dapat dimanfaatkan lebih jauh disebut potensi daerah. Tanah yang subur, pemandangan alam yang indah, laut yang kaya akan ikan merupakan contoh potensi yang ada di suatu daerah. Selain itu keindahan kesenian dan aneka

budaya di suatu daerah juga merupakan potensi daerah. Di setiap daerah tentu memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan dan dikembangan. Potensi ini kadang berbeda satu sama lain. Potensi alam wilayah daratan Pada umumnya wilayah daratan di Indonesia sangat subur. Di dalamnya terkandung berbagai kekayaan alam seperti minyak bumi, gas alam, emas, tembaga serta bahan mineral lainnya. c. Pemanfaatan Potensi Daerah dalam Kegiatan Ekonomi Semua potensi dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

manusiaatau untuk kegiatan ekonomi. Baik untuk kegiatan produksi, distribusi, maupun untuk dikonsumsi secara langsung. Pemanfaatan potensi alam untuk kegiatan ekonomi tersebut dapat dibagi menjadi beberapa bidang, yakni sebagai berikut: 1) Bidang Pertanian, Pertanian merupakan kegiatan mengolah tanah dan menanaminya dengan tanaman yang bermanfaat. Kegiatan pertanian

memanfaatkan tanah yang subur di dataran rendah. 2) Bidang Perkebunan, Usaha perkebunan dapat dilakukan di dataran tinggi dan di dataran rendah. Wilayah Indonesia sangat potensial untuk dijadikan usaha di bidang perkebunan karena tanahnya subur. 3) Bidang Peternakan, untuk usaha peternakan tentunya harus

disesuaikan lokasinya. Daerah yang banyak terdapat padang rumput sangat cocok dan potensial untuk ternak sapi atau kambing. Usaha bidang peternakan dibagi menjadi: Ternak hewan besar, contohnya: ternak sapi dan kerbau. Ternak hewan kecil, contohnya: ternak kambing dan kelinci. Ternak unggas, contohnya: ternak itik, angsa, dan burung 4) Bidang Perikanan, Usaha perikanan merupakan usaha menangkap ikan baik dari laut maupun dari sungai dan danau. Jenis ikan laut misalnya bandeng, pari, serta teri. Sedangkan ikan air tawar contohnya tawas, lele, nila, dan mas. Potensi perikanan di Indonesia cukup besar. Mengingat wilayah Indonesia sebagian besar adalah perairan. Ikan selain untuk dikonsumsi juga dimanfaatkan

sebagai hiasan. Contohnya ikan arwana, mas koki dan ikan nila. Ikan juga dapat dibudidayakan atau dipelihara di kolam, empang atau tambak. 5) Bidang Pertambangan, Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil tambang seperti pasir kuarsa, bijih besi, minyak bumi, emas, tembaga dan gas alam. 6) Bidang Pariwisata, Kegiatan pariwisata banyak memanfaatkan

potensi alam, sosial dan budaya. Alam yang indah sangat potensial untuk kegiatan wisata. Keanekaragaman seni dan budaya di suatu daerah juga sangat potensial untuk kegiatan pariwisata. Berbagai tarian adat, rumah adat, seni musik dan makanan khas merupakan contoh budaya yang potensial untuk kegiatan wisata. Berbagai bangunan bersejarah dan bernilai seni seperti candi dan benteng juga banyak dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. C. Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan

oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2008 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya dimana hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2008 : 39). Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian Penelitian ini muncul dari praktik pembelajaran sehari-hari yang dirasakan langsung oleh guru dan siswa di dalam kelas, yaitu masalah pembelajaran bangun ruang. Oleh karena itu. diperlukan suatu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran tersebut. Metode yang tepat dan relevan dengan permasalahan yang dihadapi adalah melalui metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).Beberapa ahli mengemukakan tentang penelitian tindakan kelas (PTK), di antaranya yaitu pendapat dari Ebbut dalam Wiriaatmadja (2005: 12) bahwa, Penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek sekelompok guru pendidikan oleh

dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, Penelitiari

berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan Suhardjono dalam Arikunto, dkk (2006: 58) mengemukakan,

tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tuiuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelasnya. Kemudian Arikunto (2006: 91) menyimpulkan bahwa, Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki/meningkatkan kualitas praktik pembelajaran, sehingga PTK berfokus pada permasalahan praktis, yaitu masalah proses pembelajaran seperti suasana kelas yang kurang kondusif, metode pembelajaran yang kurang tepat. media pembelajaran yang kurang mendukung, dan sistem penilaian yang kurang sesuai.Dari permasalahan yang telah diuraikan, maka bidang kajian penelitian ini adalah praktik pembelajaran dengan memfokuskan pada teknik pembelajaran yaitu penerapan teknik teka teki silang dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas.

B. Model Penelitian Dengan menggunakan teknik PTK oleh Kemmis dan Mc Taggart, model penelitian yang digunakan iniadalah model daur (siklus) yang

mencakupempatkomponen, yaitu: rencana (planning), observasi (observation, tindakan (action), danr efleksi (reflection). Tahapan tahapan penelitian: Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (Planning) Dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakandenganpihak yang mengamati proses jalannya tindakan. . Tahap 2: PelaksanaanTindakan (Acting) Pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan pembelajaran di kelas. Hal yang Perlu diingat adalah bahwap elaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudahdirumuskan dalam rancangan, dan harus pula berlaku wajar,. Tahap 3: Pengamatan (Observation) Dilakukan oleh pengamat atau observer. Pengamatan ini tidak dapat dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan, pengamatan dilakukan pada waktu tindakan berlangsung. Tahap 4: Refleksi (Reflection) Kegiatan refleksi dilakukan guru setelah melakukan tindakan,berdiskusi tentang kekurangan atau kelebihan pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan dan merencanakan rancangan tindakan selanjutnya.

C. Subjek Penelitian Siswa kelas IVB SDN Pingkuk 2 yang terdiri dari 26 orang siswa, 12 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Peneliti memilih kelas tersebut untuk menjadi subjek penelitian dikarenakan adanya suatu permasalahan yang muncul dikelas tersebut. D. Prosedur Penelitian Prosedur dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada model Kemmis & Mc.Taggartyang terdiri dari 4 komponen utama penelitian tindakan kelas yaitu:

1) Tahap perencanaan, terdiri dari: a) Menetapkan pokok bahasan yang akan dipergunakan dalam penelitian b) Merancang dan meyusun rencana pelaksanaan pembelajaran c) Menyiapkan daftar kelompok untuk turnamen d) Menyusun instrument penelitian e) Merevisi instrument jika diperlukan. 2) Tahap tindakan/pelaksanaan, diantaranya terdiri dari: Pada tahap pelaksanaan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas IVB SDN Pingkuk 2. Guru kelas IV bersama peneliti melaksanakan pembelajaran pada materi Kegiatan Ekonomi yang Berkaitan dengan Potensi Alam Daerah menggunakan metode TGT (Teams Games Tournaments). Apabila tujuan pembelajaran belum tercapai pada tahap atau siklus pertama maka dilanjutkan pada tahap atau siklus berikutnya. Secara rinci di jelaskan sebagai berikut : a) Tahap awal, pada tahap ini proses belajar mengajar dilakukan secara konvensional sehingga yang lebih aktif dalam proses ini adalah guru, bukan siswa. b) Tindakan Siklus I, kegiatan belajar mengajar masih dilakukan dengan

metode konvensional (ceramah, tanya jawab, dan diskusi) juga pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) yang dikemas dalam bentuk permainan secara berkelompok. c) Tindakan Siklus II, kegiatan belajar mengajar pada siklus ini masih dilakukan dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) yang dikemas dalam bentuk permainan secara berkelompok, namun untuk memperdalam materi perlu dilakukan diskusi, tanya jawab antar kelompok, yang dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan individual yang berupa kuis terpadu dan harus dilakukan siswa secara individual. d) Tahap Observasi Tindakan, Tahap ini dilakukan pada saat

pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengamati pelaksanaan tindakan. Dalam tahap ini peneliti dibantu pengamat (observer) lain untuk turut mengamati jalannya proses

pembelajaran yang mengacu pada lembar observasi aktifitas siswa yang telah disiapkan oleh peneliti e) Tahap Post Test (Tes Akhir), Untuk menentukan kriteria hasil belajar, siswa diberikan tes secara individual pada setiap akhir pertemuan di tiap siklus. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di setiap siklus bertujuan untuk memperbaiki hasil belajar siswapada siklus I. Prosedur pelaksanaan pembelajaran pada siklus II masih dilakukan dengan prosedur yang sama yakni tahap perencanaan pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi terhadap tindakan. 3) Tahap akhir, a) Mengolah data penelitian.b) Menganalisis dan dan refleksi data penelitian.c) Menarik kesimpulan.

E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya : a. Tes: Digunakan pada akhir siklus (post test) menggunakan butir soal (baik butir soal untuk tournament/games maupun butir soal untuk tes secara individual) dan digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa (baik hasil tes dari tournament/games maupun hasil tes secara individual) b. Observasi: digunakan untuk mengumpulkan data tentang

keterlaksanaan PBM dan implementasi/penerapan pembelajaran dengan metode TGT (Teams Games Tournaments) menggunakan lembar observasi

keterlaksanaan metode TGT;. c. Diskusi antara guru, teman sejawat, atau kolaborator sebagai refleksi hasil siklus PTK d. Dokumentasi: dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari observasi. Dokumentasi foto untuk memberikan gambaran secara lebih nyata mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas belajar berlangsung. Dokumen yang digunakan berupa LKS, daftar kelompok, daftar nilai siswa, foto pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

F. Analisis Data 1. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. a. Analisis kualitatif digunakan pada data hasil observasi dengan

triangulasi. Triangulasi berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut pandang guru sebagai peneliti, sudut pandang siswa dan sudut pandang mitra peneliti yang melakukan pengamatan (kusnandar, 2008: 108) b. Analisis kuantitatif digunakan pada data hasil evaluasi hasil belajar dengan statistika deskriptif. c. Pengecekan validitas Dilakukan berhubungan dengan hasil penarikan kesimpulan yang telah diperoleh. Hasil tukar fikiran dengan ahli, dan guru. d. Interpretasi data dilakukan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang telah dilaksanakan pada setiap siklus penelitian Kegiatan ini dilakukan dengan cara menganalisis tes hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA Anita, Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Arikunto. Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kurikulum SD/MI 2004. Jakarta Huda, Miftahul. (2011). Kooperatif Learning-metode, teknik, strukturdan model penerapan.Yogyakarta :Pustaka Widianto. Rovey. 26 September 2010. Definisi Beajar dan Mengajar. Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Desember 2012 melalui website :http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/26/definisi-belajar-dan-mengajar/ Masbow. 20 Juli 2009. Definisi Belajar Menurut Para Ahli. Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Desember 2012 melalui website:http://www.masbow.com/2009/07/pendapat-para-ahli-psikologidalam.html Massofa. 9 Desember 2010. Pengertian, Ruang Lingkup dan Tujuan IPS. Jakarta. Diakses pada tanggal 27 desember 2012 melalui website :http://massofa.wordpress.com/2010/12/09/pengertian-ruang-lingkup-dantujuan-ips/ Isjoni. (2007). Cooperative Learning(Efektivitas Pembelajaran Kelompok). Bandung : Alfabeta Kusnandar.(2011).Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru.Jakarta :RajawaliPers Nurhadi dkk. 2004. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas Silberman. Mel. (2001). Active Learning 101 Strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta : YAPPENDIS. Slameto.(2010). BelajardanFaktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :RinekaCipta Slavin. Robert. (2008). Cooperative Learning (Teori, Riset dan praktik). Bandung : Remaja Rosdakarya.

Solihatin. E dan Raharjo. (2009). Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara Sudjana. Nana. (2008). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru Algaeisindo. Wina. Sanjaya. (2005). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Sekolah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wiraatmaja. Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.

You might also like