You are on page 1of 24

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS TENTANG PENINGGALAN SEJARAH MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN PUNTUK DORO 2 MAGETAN

Oleh : MURNI DIASTUTI 09141148 PGSD / VII D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI MADIUN 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ada presepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Presepsi umum ini menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya dipandang oleh siswa sebagai yang maha tau dan sumber informasi. Lebih celaka lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi. Tampaknya ada perubahan paradigm dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara belajar siswa dan guru. juga Sudah lebih

seyogyanyalah

kegiatan

mengajar

mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, arus proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh teman sebaya ternyata lebih efektif daripada oleh guru. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk

bekerja sama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas yang tersetruktur disebut sebagai pembellajaran gotong toyong atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Sesungguhnya metode gotong royong tidak terlampau asing dan mereka telah sering menggunakannya dan mengenalnya sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak guru telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam kelompok. Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif. Berbagai sikap dan kesan negatif memang bermunculan dalam pelaksanaan metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidakpuasan dan kekecewaan. Bukan hanya guru dan siswa yang merasa pesimis mengenai penggunanan metode kerja kelompok, bahkan kadangkadang orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang seimbang. Berbagai dampak negatife dalam menggunakan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau

meluangkan waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode

pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, system pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsure pokok (Johnson & Jonhson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Kekhawatiran bahwa semangat siswa dalam mengembangkan diri secara individu bisa terancam dalam penggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar

tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok melaksanakan tanggung jawab pribadinya karena ada system akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja

membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya. Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian balikan terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil

judul Meningkatkan Prestasi Belajar IPS tentang Peninggalan Sejarah melalui Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share Pada Siswa Kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan .

B. Identifikasi Masalah Dari paparan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu : 1. Apakah pembelajaran kooperatif model think pair share

berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV ? 2. Bagaimana pembelajaran kooperatif model think pair share pada pelajaran IPS ? 3. Bagaimana prestasi belajar IPS yang diperoleh siswa sebelum menggunakan model pembelajaran think pair share ? 4. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran IPS dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif model think pair share pada siswa kelas IV ? C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang dibatasi sebagai berikut : 1. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan.

2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini tentang peninggalan sejarah di kabupaten/kota dan provinsi. 3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif model think pair share.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pembelajaran kooperatif model think pair share

berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan ? 2. Seberapa tingg tingkat penguasaan materi pelajaran IPS dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model think pair share pada siswa kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan ?

E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah : 1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model think pair share terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan. 2. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran IPS setelah diterapkannya pembelajaran

kooperatif model think pair share pada siswa kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan.

F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memeberikan manfaat bagi siswa dan bisa meningkatkan inovasi dalam

menyampaikan materi pembelajaran. 2. Siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar dalam melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar. Dan bisa meningkatkan prestasi dalam hal akademik. 3. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 4. Menambah wawasan dann pengetahuan penulis tentang peranan guru Ilmu Pengetahuan Sosial dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengajaran Kooperatif Pengajaran kooperatif (cooperative Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec,2001). 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesame siswa. Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan yang lain, karena sifatrnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200:78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan

interaksi yang silih asah, silih asih, silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata . 2. Prinsip Belajar Kooperatif dan Manfaat Belajar Kooperatif a. Kesamaan Tujuan b. Tujuan yang sama pada anak-anak dalam kelompok membuat kegiatan belajar lebih kooperatif. Jika suatu kelas bekerja sama dalam satu permainan, tujuan kelompok adalah menghasilkan suatu permainan yang menyebabkan anak-anak lain senang. c. Ketergantungan Positif Kegiatan akan dapat berhasil jika anggota keluarga dapat bekerja sama. Kegiatan individu dapat dilakukan dengan cara : 1. Memberi peranan khusus pada tiap individu 2. Membagi tugas menjadi sub-sub tugas 3. Menciptakan situasi fantasi untuk membangun kekuatan imajinatif d. Manfaat Belajar Kooperatif 1. Meningkatkan hasil belajar siswa 2. Meningkatkan hubungan antar kelompok 3. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar 4. Membina sifat kebersamaan, peduli, tenggang rasa dan rasa andil terhadap keberhasilan tim 5. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas 6. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan

3. Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya : a. Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa merasa saling

membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui : 1. Saling ketergantungan pencapaian tujuan 2. Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas 3. Saling ketergantungan dahan atau sumber 4. Saling ketergantungan peran 5. Saling ketergantungan hadiah b. Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka menurut para ahli dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sember belajar lebih bervariasi.

Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. c. Akuntabilitas individu Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penelitian ditunjukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap ateri pelajaran secara individual. Hasil penelitian secara individual tersebut

selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. d. Ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Abdurahman & Bintoro, 2000:78-79) Dalam pembelajaran kooperatif ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relarionship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa tidak hanya dapat menjalin hubungan antar pribadi, tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari semua siswa.

4. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatife dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut adalah : a. Guru harus merumuskan tujuan pembelajaran b. Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar c. Menentukan tempat duduk siswa d. Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif e. Menentukan peran siswa untuk menunjang saling

ketergantungan positif f. Menjelaskan tugas akademik g. Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama h. Menyusun akuntabilitas individu i. Menyusun kerja sama antar kelompok j. Menjelaskan kriteia keberhasilan k. Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan l. Memantau perilaku siswa m. Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas n. Melakukan intervensi untuk melakukan ketrampilan bekerja sama o. Menutup pelajaran

p. Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa q. Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok

B. Model Think Pair Share

Model ini dekembangkan oleh Spencer dan kawan-kawannya dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Model Think Pair Share memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan merespon serta saling pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya, guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Guru tersebut lebih memilih model Think Pair Share daripada metode Tanya jawab. Untuk kelompok secara keseluruhan (wholegroup question and answer). Lyman dan kawan-kawannya

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Berpikir (Thinking). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. 2. Berpasangan (Pairing). Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi

selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. 3. Berbagi (Sharing). Pada langkah akhir guru meminta siswa pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat ataiu separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai pembelajar dalam kegiatan belajarnya (dad yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya), sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1995:787). Dari pengertian ini maka, hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pelajar. Istilah hasil belajar mem;punyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya. Nawawi (1981:100) mengemukakan pengertian hasil belajar adalah sebagai berikut : Keberhasilan murid dalam mempelajari nateri pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasi Belajar Faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu : a. Faktor Internal Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar.

Faktor

psikologis,

yaitu

faktor

yang mendorong

atau

memotivasi belajar. Diantaranya sebagai berikut : Adanya keinginan untuk tahu Agar mendapat simpati dari orang lain Untuk memperbaikai kegagalan Mntuk mendapatkan rasa aman

b. Faktor Eksternal Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. 1. Faktor yang berasal dari orang tua Faktor yang berasal dari orang tua adalah sebagai cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dapat dikaitkan suatu teori apakah orang tua mendidik secara demokratis, atau secara otoriter. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung dan memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar. 2. Faktor yang berasal dari sekolah Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterakan guru dalam proses pembelajaran. Faktor guru

banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru , dan kemampuan mengajarnya. 3. Faktor yang berasal dari masyarakat Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Sampai-sampai pengaruh masyarakat sulit untuk dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi. Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, ada faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar yaitu : 1. Minat 2. Kecerdasan 3. Bakat 4. Motivasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian Tindakan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

B. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN Puntukdoro 2 Magetan. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dimulai sejak bulan nopember sampai desember. 3. Subyek Penelitaian Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan dengan mata pelajaran IPS pada kompetensi dasar menghargai berbagai peninggalan sejarah di

lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya.

C. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah bntuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemehaman terhadap tindakantindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana prektek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000:3). Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk secara adalah

memperbaiki/meningkatkan berkesinambungan,

praktek tujuan

pembelajaran penyertaan

sedangkan

menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000:5). Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997:6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap silkus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).

D. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu melalui beberapa siklus berikut :
Obervasi Awal

Perencanaan I Pembelajaran menggunakan model pembelajaran think pair share pada mata pelajaran IPS kelas IV

SIKLUS I

Pelaksanaan I Pengamatan I Refleksi I

Perencanaan II Permasalahan Baru Pembelajaran menggunakan model pembelajaran think pair share pada mata pelajaran IPS kelas IV

SIKLUS II
Pelaksanaan II Pengamatan II Refleksi II

Laporan

Alur Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Mulyasa (2011)

E. Instrument Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Silabus Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, metode, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan penilaian. 3. Lembar Kegiatan Siswa Lembar kegiatan siswa ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data dari hasil kegiatan belajar mengajar. 4. Tes Formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Ilmu Pengetahuan teknologi Sosial pada pokok bahasan dan

perkembangan

untuk

produksi,

komunikasi

transportasi. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru (objektif).

F. Metode Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan belajar aktif, observasi aktivitas siswa dan guru, serta tes formatif. Data itu bersumber dari kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan. G. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keaktifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan ststistik sederhana yaitu : 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan sebagai berikut :

X=

Dengan : X

= nilai rata-rata = jumlah semua nilai siswa = jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65 % atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila kelas tersebut terdapat 85 % yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65 %. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

P =

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Rustiyah, N.K.1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU PPAI, Universitas Terbuka. file:///C:/Users/Public/Documents/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html

You might also like