You are on page 1of 43

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Peran pendidik di kelas adalah sebagai pembimbing, fasilitator, Pemandu, Motivator dan juga sebagai penilai atas kemampuan siswa. Di sisi lain peran pendidik adalah sebagai perancang dan pelaksanaan kurikulum dan tentu saja sebagai manajer kelas dari anak didik. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidik adalah sistem pengajaran di kelas (BNSP, 2008: iii). Sedangkan bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan

intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Mengingat pentingnya peran berbahasa, maka pemerintah telah

menetapkan bahwa bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran utama di lembaga-lembaga formal, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Dikarenakan belajar bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah belajar berkomunikasi maka pembelajaran bahasa Indonesia selalu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dalam komunikasi lisan maupun tulisan diperlukan beberapa kemampuan,

diantaranya penguasaan kata dalam menyusun suatu kalimat dan melengkapi kalimat (BNSP, 2008: iv). Dalam pelajaran bahasa kalimat termasuk ke dalam kajian bidang sintaksis. Menurut Kosasih (2002: 25) menyatakan bahwa kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan menurut Keraf (1991: 184) kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan inotasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Maka dari itu kalimat berperan penting dalam pelajaran bahasa Indonesia, khususnya sintaksis bahasa Indonesia. Tetapi kenyataan di lapangan dilihat pada data siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau tahun ajaran 2009/2010 masih kurang memahami tentang kalimat yang lengkap hal ini dapat dilihat dari 28 orang siswa hanya 16 orang (57%) yang memahami tentang melengkapi kalimat dalam wacana, sedangkan 12 orang (43%) belum memahami. Jika dikaitkan dengan Ketuntasan Belajar Minimal (KKM) sekolah yang ditetapkan yaitu secara klasikal siswa dinyatakan belum tuntas bila 65 % siswa mendapatkan nilai 65, maka kondisi kelas yang dihadapi peneliti hasil belajar siswa dinyatakan belum tuntas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan media gambar dalam upaya untuk mempermudah siswa kelas I dalam mempelajari kalimat, khususnya melengkapi kalimat rumpang. Menurut Soeparno (Muslich 2009: 19), media gambar adalah salah satu bentuk media pengajaran berupa gambar/rangkaian gambar yang saling berhubungan sehingga merupakan suatu rangkaian cerita. Sedangkan menurut

Santoso (Muslich 2009: 19) yang dimaksud media adalah semua bentuk perantara yang digunakan untuk mengungkapkan ide, pikiran, atau gagasannya sehingga gagasan itu sampai kepada penerima. Sehingga siswa kelas melihat gambar yang disediakan oleh peneliti untuk melengkapi kalimat yang ada. Dari gambar tersebut siswa kelas satu dapat memahami apa yang dilakukan pada gambar, dan dengan mudah siswa kelas I melengkapi kalimat tersebut. Berdasarkan uraian di atas penulis mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Kemampuan Melengkapi Kalimat Rumpang Siswa Kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau melalui Media Gambar

B. Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah Umum Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah Apakah penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan dalam melengkapi kalimat rumpang siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau? 2. Rumusan Masalah Khusus a. Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa kelas I SD Negeri

31 Lubuklinggau dalam melengkapi kalimat rumpang dengan menggunakan media gambar? b. dalam Bagaimanakah aktivitas siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau pembelajaran melengkapi kalimat rumpang dengan menggunakan

media gambar?

C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan guru dalam menggunakan media gambar dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dalam melengkapi kalimat rumpang. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui peningkatan

kemampuan melengkapi kalimat rumpang siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dengan menggunakan media gambar. b. Untuk mengetahui aktivitas siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dalam pembelajaran melengkapi kalimat rumpang melalui media gambar.

D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa, dapat

meningkatkan keaktifan siswa, menumbuh rasa kebersamaan diantara siswa dan akan membangkitkan perasaan senang kepada pelajaran bahasa Indonesia. 2. Bagi guru, penelitian ini

bermanfaat sebagai masukan dalam pengajaran bahasa Indonesia, bahwa dengan menggunakan media gambar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam melengkapi kalimat rumpang.

3.

Bagi

lembaga,

hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi sekolah pendidikan SD khususnya dalam program pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di masa akan datang, khususnya dalam pembelajaran melengkapi kalimat rumpang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. 1.

Deskripsi Teoritik Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan kecakapan, dan kekuatan

(Poerwadarminta, 1984: 682). Kemampuan berupa kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan. Kata kemampuan berasal dari kata mampu yang mendapatkan awalan ke- dan akhiran an. Kemampuan dapat juga diartikan kesanggupan, kecakapan, kekuatan, (Depdikbud, 1998: 623). Sesuai dengan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan dalam penelitian ini adalah kesanggupan siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dalam melengkapi kalimat dalam wacana. 2. Pengertian Kalimat Menurut Kosasih (2002: 25) kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan menurut Keraf (1991: 184) Kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan inotasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Dari dua pendapat di atas dapat dsimpulkan bahwa kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur dan bagian ujaran yang didahului atau diikuti oleh kesenyapan.

3. Jenis Kalimat Menurut Kosasih (2002: 27) ada beberapa jenis kalimat, yaitu : a. 1) Kalimat sederhana dan kalimat kompleks Kalimat Sederhana

Kalimat sederhana adalah kalimat yang dibentuk oleh fungsi-fungsi pokok, yakni terdiri atas subjek, predikat, dan objek/pelengkap. Contoh : a) b) Badannya langsing. Mereka kehausan

2) Kalimat Komplek Kalimat kompleks adalah kalimat yang mengalami perluasan, baik itu berupa penambahan fungsi keterangan ataupun dengan perluasan pada fungsi-fungsinya. Contoh : a) Ketika masih kuliah badannya sangat langsing b) Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadaku. b. 1) Kalimat Minor dan kalimat Mayor Kalimat Minor

Kalimat minor adalah kalimat yang mengandung satu unsur pusat. Contoh : Besok pagi. (Sebagai jawaban atas pertanyaan Kapan mahmud berangkat?) 2) Kalimat Mayor

Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat, yakni bisa terdiri dari subjek dan predikat (S-P) atau subjek, predikat,objek (S-P-O); atau pun lebih dari itu, misalnya dengan disertai keterangan (S-P-O-K). Contoh : Andi akan pergi besok pagi.. S P K Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif 1) Kalimat aktif

c.

Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu pekerjaan. Contoh : Bu Lurah sedang asik makan tape. 2) Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Contoh : Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati. d. 1) Kalimat Langsung dan Tak Langsung Kalimat langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan apa yang dianjurkan orang. Contoh : apakah gurumu baik? Tanya Cecep. 2) Kalimat Tak Langsung

Kalimat tak langsung adalah kalimat yang melaporkan apa yang diujarkan orang. Contoh : Ali menanyakan baik tidaknya guru saya. e. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk

1)

Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola kalimat atau satu klausa. Contoh : Dia akan pergi. S P 2) Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau dua klausa atau lebih. 4. Pengertian Kalimat Rumpang Menurut Keraf (1991: 184) kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan inotasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Sedangkan Rumpang adalah hilang (Depdikbud, 1998: 302). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kalimat rumpang adalah adanya bagian dari suatu kalimat yang hilang, dan biasanya merupakan latihan bagi seorang pelajar untuk melengkapi bagian kalimat yang hilang (rumpang) dengan menggunakan kata yang tepat sehingga menjadi kalimat yang padu dan lengkap. 5. Pengertian Media Media adalah kata jamak dari medium (dari bahasa latin) yang artinya perantara. Makna umumnya adalah apa saja yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi ke penerima informasi (Muslich, 2009: 18). Santoso S. Hamidjojo (Muslich, 2009: 19) yang dimaksud media adalah semua bentuk perantara yang digunakan untuk mengungkapkan ide, pikiran, atau gagasannya sehingga gagasan itu sampai kepada penerima.

10

Marshall (Muslich, 2009: 19) mengungkapkan bahwa media adalah sarana yang disebut channel (saluran), karena pada hakikatnya media telah memperluas dan memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar, dan melihat dalam batas jarak dan waktu tertentu. Pengertian media menurut Blacks dan Horalsen (Muslich, 2009: 19) adalah saluran komunikasi atau medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan, di mana medium itu merupakan jalan atau alat yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan. Menurut Sabarti (Muslich, 2009: 19) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Media menurut Wilkinson adalah segala alat dan bahan selain buku teks, yang dapat dipakai untuk menyampaikan informasi dalam suatu situasi belajar mengajar (Muslich, 2009: 19) Dari beberapa pendapat mengenai pengertian media di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau sarana yang berfungsi sebagai perantara atau saluran, atau jembatan dalam kegiatan komunikasi antara komunikator (penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan) untuk menyampaikan informasi dalam situasi belajar dan mengajar. 6. Pengertian Media Gambar Beberapa pengertian media gambar menurut beberapa ahli, (Muslich, 2009: 19) yaitu :

11

a. Menurut Hamalik Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk 2 dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque proyektor. c. Menurut Sadiman Media gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana saja. c. Menurut Soelarko Media gambar merupakan peniruan dari benda-benda

dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap lingkungan. d. Menurut Soeparno media gambar adalah salah satu bentuk media pengajaran berupa gambar/rangkaian gambar yang saling berhubungan sehingga merupakan suatu rangkaian cerita. 7. Fungsi Media Gambar Pemanfaatan media gambar ada dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu fungsi utama dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang dipergunakan guru. Menurut Hamalik (Muslich, 2009: 19), secara garis besar fungsi utama penggunaan media gambar adalah : a. Fungsi edukatif; artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan.

12

b. Fungsi sosial; artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang. c. Fungsi ekonomis; artinya memberikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal. d. Fungsi politis; berpengaruh pada politik pembangunan. e. Fungsi seni budaya dan telekomunikasi, yang mendorong dan

menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan teknologi kemediaan yang modern. Fungsi-fungsi tersebut di atas terkesan masih bersifat konseptual. Fungsi praktis yang dijalankan oleh media pengajaran adalah sebagai berikut : a. Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik, misalnya kaset video rekaman kehidupan di luar sangat diperlukan oleh anak yang tinggal didaerah pegunungan. b. Mengatasi batas ruang dan kelas, misalnya gambar tokoh pahlawan yang dipasang di ruang kelas. c. Mengatasi keterbatasan kemampuan indera. d. Mengatasi peristiwa alam, misalnya rekaman peristiwa letusan gunung berapi untuk menerangkan gejala alam. e. Menyederhanakan kompleksitas materi. f. Memungkinkan siswa mengadakan kontak langsung dengan masyarakat atau alam sekitar. 8. Kelebihan Media Gambar

13

Beberapa kelebihan media gambar menurut Sadiman (Muslich, 2009: 19) adalah sebagai berikut : .a Sifatnya konkret dan lebih realistis dalam

memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal. .b .c .d .e digunakan 9. Kelemahan Media Gambar Beberapa kelemahan media gambar menurut Rahadi (Muslich, 2009: 19)adalah sebagai berikut : a. b. c. d. Hanya menampilkan persepsi indera mata. Ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa. Gambar diinterpretasikan secara personal dan subyektif. Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga Dapat mengatasi ruang dan waktu. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Memperjelas bidang apa saja. Harganya murah dan mudah didapat serta

kurang efektif dalam pembelajaran.

B. Kerangka Berpikir Sebelum menggunakan media gambar siswa kurang termotivasi dalam pelajaran melengkapi kalimat rumpang. Setelah peneliti menggunakan tindakan yaitu menggunakan media gambar pada siklus pertama dan kedua siswa dapat termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam melengkapi kalimat

14

rumpang. Sehingga gambar pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

KONDISI AWAL

Guru : Sebelum menggunakan media gambar

Siswa : Kurang Termotivasi dalam melengkapi kalimat rumpang. Siklus I Untuk seluruh siswa sudah sebagian siswa yang termotivasi

TINDAKA N

Menggunakan media gambar

Siklus II Perkelompok siswa

KONDISI AKHIR

SISWA TERMOTIVASI

Gambar I :

Skema Pelaksanaan Pembelajaran Melengkapi Kalimat Rumpang dengan Menggunakan Media Gambar.

C. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Terdapat peningkatan kemampuan melengkapi kalimat rumpang siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau melalui penggunaan media gambar.

15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian Tempat Penelitian : SD Negeri 31 Lubuklinggau Waktu Penelitian : Semester Ganjil tahun pelajaran 2010/2011 ( Oktober November 2010) Siklus Observer : dua siklus : 1. Dosen Pembimbing 2. Kepala Sekolah 3. Teman Sejawat

B. Subyek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas I dengan jumlah siswa 28 orang, dengan jumlah siswa laki-laki 13 orang perempuan 15 orang.

C. Faktor yang diteliti Faktor yang diteliti dalam tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Faktor siswa, yaitu melihat kemampuan siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dalam melengkapi kalimat rumpang melalui media gambar.

16

2. Faktor guru, yaitu melihat cara guru merencanakan pembelajaran serta bagaimana pelaksanaannya dalam kelas, apakah telah sesuai atau belum dengan prinsip, kondisi dan langkah-langkah pembelajaran dengan media gambar. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dan non tes 1. Teknik Tes Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data utama berupa skor atau nilai tentang peningkatan kemampuan siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dalam melengkapi kalimat rumpang melalui media gambar. Tes ini dilakukan sebelum pembelajaran dengan menggunakan contoh-contoh soal berupa kalimat yang runpang, hasil tes ini kemudian dibandingkan dengan hasil proses pada masing-masing siklus dan dilihat selisihnya. Tes yang akan digunakan berjumlah 5 soal dengan jenis soal esay. Adapun tes yang diberikan adalah tes melengkapi kalimat rumpang. Setelah nilai akhir siswa diperoleh untuk menentukan tingkat kemampuan siswa dalam melengkapi kalimat rumpang. Penulis menggunakan interprestasi rentang 0100, sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1 Interprestasi Hasil Belajar Bentuk Kualitatif (predikat) Istimewa Baik Sekali Baik Bentuk Kuantitatif (presentase) 95-100 85-94 75-84

17

Cukup Sedang Kurang

65-74 55-64 0-54 (Arikunto, 2001:2445)

2. Teknik Non Tes Teknik pengumpulan data yang lain, yaitu dengan observasi langsung yang diamati oleh dosen pembimbing, kepala sekolah dan rekan guru atau teman sejawat, sedangkan alat pengumpulan datanya menggunakan lembar panduan observer. Teknik observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan oleh dosen pembimbing, Kepala SD Negeri 31 Lubuklinggau, guru-guru, serta teman sejawat. Dari hasil observasi, peneliti akan memperoleh data berupa tanggapan mengenai pelaksanaan tindakan.

E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisis data sederhana yang dihitung berdasarkan jumlah perolehannya, akan dianalisis peneliti dengan cara : 1. Membandingkan nilai tes awal dan tes-tes sebagai siklus pembelajaran. Nilai-nilai tes tersebut dicari persentase dan nilai rata-rata, lalu dimunculkan dalam bentuk tabel. Dari nilai tes tersebut dapat diketahui bahwa siswa telah tuntas belajar apabila : a. Secara individual, bila siswa sudah mencapai nilai 65. b. Secara klasikal, bila di kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah mencapai daya serap atau mendapat nilai 65 (Depdikbud, 1997:37)

18

Persentase siswa yang telah tuntas belajar dapat dihitung dengan rumus: = x100 % (Nurgiantoro, 1988: 125)

Keterangan : X = Persentase yang dicari T = Jumlah siswa yang tuntas belajar M = Jumlah siswa seluruhnya di kelas tersebut Dan untuk memperoleh persentase dari hasil tindakan masing-masing siklus, peneliti menggunakan rumus: = R2 R1 x100 R1

Keterangan : X = Persentase peningkatan hasil tindakan R1 = Nilai rata-rata sebelum tindakan R2 = Nilai rata-rata setelah tindakan I dan tindakan II 2. hasil observasi dan wawancara dijadikan sebagai data penunjang yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.

F. Instrumen Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini, instrumen penelitiannya adalah teknik tes dan non tes, teknik tes berupa soal essay, sedangkan teknik non tes yaitu berupa observasi atau pengamatan, dan peneliti sendiri sebagai instrumen utama, selain juga meminta bantuan kepada salah seorang guru untuk mengamati kelas

19

yang diteliti yang peneliti lakukan antara lain melihat keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

G. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini, peneliti merujuk pada indikator keberhasilan dalam sistem belajar tuntas pada SD Negeri 31 Lubuklinggau, yaitu : 1. Daya serap individu Seseorang siswa disebut tuntas belajar apabila ia telah mencapai skor 65. 2. Daya serap klasikal Suatu kelas disebut telah tuntas belajar apabila ia telah mencapai persentase ketuntasan 85% yang telah mencapai daya serap 65 atau lebih. Cara Pengukuran Indikator dan Cara Mengevaluasinya Cara pengukuran indikator peneliti menggunakan dua cara, yaitu : 1. Tes, Yaitu berupa tes rumpang dengan cara melengkapi sebuah kalimat yang tidak lengkap dalam sebuah wacana. Cara ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dalam melengkapi kalimat rumpang. 2. Observasi, yaitu tes langsung dan dilaksanakan sesuai tempat

berlangsungnya proses pembelajaran, sedangkan alat pengumpulan datanya menggunakan lembar panduan observer. Teknik observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan oleh dosen pembimbing, Kepala SD Negeri 31

20

Lubuklinggau, guru-guru, serta teman sejawat. Dari hasil observasi, peneliti akan memperoleh data berupa tanggapan mengenai pelaksanaan tindakan.

H. Prosedur /Langkah-langkah Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Tindakan Kelas (classroom action research). Dalam pelaksanaanya, penelitian tindakan kelas menggunakan sistem siklus dengan proses pengkajian berdaur (cyclical), seperti gambar berikut ini. Rencana Rencana

refleksi

Tindakan

refleksi

Tindakan

observasi

observasi

Gambar II : Langkah-langkah Penelitian 1. Perencanaan Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut : a. Menyusun Program Satuan Pelajaran (PSP) b. Menyusun Rencana Pembelajaran (RP) c. Menyusun Lembar Observasi d. Menyusun Teknik Penilaian Hal-hal yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan siklus pertama sebagai berikut :

21

a. Kajian awal (pratindakan) b. Pencarian fakta (pratindakan) c. Perumusan masalah umum d. Perencanan tindakan umum e. Observasi dan motoring f. Refleksi g. Data tindakan dan hasil 2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan direncanakan sebanyak dua siklus pembelajaran dan masing-masing siklus dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap siklus 2 kali 35 menit. Tindakan Siklus I Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan skenario sebagai berikut : Kegiatan Pendahuluan a. Guru mengadakan apersepsi dengan menanyakan tentang pengertian kalimat b. Guru menjelaskan apa yang dimaksud dengan kalimat Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan rencana, prinsip dan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media gambar. b. Guru menjelaskan secara singkat yang dimaksud dengan kalimat rumpang c. Guru membimbing siswa dalam melengkapi kalimat.

22

d. Guru meminta siswa untuk melengkapi kalimat yang runpang dengan menggunakan media gambar. Kegiatan Akhir a. Tugas yang guru berikan kepada siswa dikumpulkan b. Sebelum menutup pelajaran, guru meminta salah seorang siswa untuk melengkapi kalimat yang rumpang. c. Guru mengakhiri pelajaran dengan mengingatkan kembali cara melengkapi kalimat yang rumpang. Tindakan Siklus 2 Suklus II dilaksanakan dengan satu kali pertemuan, dengan skenario sebagai berikut : Kegiatan Pendahuluan a. Guru mengadakan pelajaran dengan mengadakan apersepsi, dengan mengingat kembali pengertian tentang kalimat. b. Guru mengingatkan kembali tentang rencana, prinsip dan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media gambar. c. Guru mengadakan tanya jawab untuk mengingat tentang pemahaman siswa terhadap kalimat rumpang. Kegiatan Inti a. Guru atau peneliti menyiapkan siswa untuk memulai kegiatan pembelajaran b. Siswa diajak melengkapi kalimat rumpang c. Guru memberi tes dengan cara memberi gambar dan lengkapi kalimat rumpang pada gambar tersebut.

23

Kegiatan Akhir a. Hasil latihan siswa dikumpulkan dan disimpan oleh guru. b. Sebelum menutup pelajaran guru meminta salah satu siswa untuk melengkapi kalimat yang rumpang dengan memperhatikan gambar yang disediahkan c. Guru mengadakan tanya jawab untuk mengingat tentang pemahaman siswa terhadap kalimat rumpang. 3. Observasi Pada pelaksanaan tindakan siklus pertama, siklus kedua dan berikutnya, perlu diamati oleh dosen pembimbing, Kepala Sekolah SD Negeri 31 Lubuklinggau, teman sejawat. Dengan adanya pengamatan tersebut pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sekaligus untuk mengetahui apakah pelaksanaan tindakan menunjukan adanya suatu peningkatan kemampuan siswa, atau menunjukan suatu kegagalan. Hasil pengamatan tersebut akan disampaikan oleh peneliti untuk dibahas bersama sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya. Pengamatan tentang pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi, pengamat memberi kesan, pendapat atau saran yang dianalisis peneliti untuk dijadikan dasar perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Setelah penelitian berakhir, peneliti melakukan wawancara, baik kepada guru maupun siswa (pedoman wawancara terlampir) untuk mengetahui tanggapan guru terhadap penerapan media gambar, kesulitan serta kelebihan penggunaan media gambar. Di samping itu juga, untuk menjaring informasi, apakah melalui

24

media gambar dapat memotivasi siswa dalam mempelajari tentang melengkapi kalimat yang rumpang. Untuk mengetahui ada apa tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dalam melengkapi kalimat rumpang, maka pada setiap akhir siklus pembelajaran, peneliti memberikan tes akhir (postest). Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur keberhasilan setiap siklus, peneliti merujuk pada indikator keberhasilan dalam sistem belajar tuntas, yaitu : a. Daya serap individu Seseorang siswa disebut tuntas belajar apabila ia telah mencapai skor 65. b. Daya serap klasikal Suatu kelas disebut telah tuntas belajar apabila ia telah mencapai tingkat ketuntasan 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65. 4. Refleksi Pada siklus pertama dan kedua hasil tes maupun observasi tindakan, akan dianalisis oleh peneliti dan digunakan merefleksi diri. Dari hasil analisis peneliti akan mengetahui apakah pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dan kedua yang telah dilakukan dapat meningkat kemampuan siswa dalam melengkapi kalimat rumpang dengan baik atau belum. Apabila pelaksanaan siklus pertama dan siklus kedua ternyata siswa mampu melengkapi kalimat rumpang dengan baik, maka penelitian tindakan kelas ini dapat diakhiri. Tetapi, apabila setelah pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dan siklus kedua belum terlaksana dengan baik atau belum ada

25

peningkatan siswa dalam melengkapi kalimat rumpang, maka peneliti harus mengadakan penelitian selanjutnya. Berikut ini dipaparkan inti atau simpulan kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi, yaitu : a. Menyusun simpulan dari

hasil pelaksanaan tindakan penelitian yang dilakukan, yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan tes hasil belajar siswa. b. menyempurnakan simpulan. c. Menentukan faktor-faktor Melakukan diskusi dan

penghambat dan pendukung pelaksanaan pembelajaran dengan media gambar. d. Menentukan bagian-bagian

kegiatan pelaksanaan tindakan penelitian yang perlu direvisi, dipertahankan, ditingkatkan, dan dikembangkan. e. tindakan penelitian dilakukan dan dilanjutkan. Menentukan perlu tidaknya

26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum melakukan siklus pertama, terlebih dahulu peneliti mengadakan refleksi awal. Hal ini diperlukan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa maupun masalah yang dihadapi guru kelas, khususnya pembelajaran melengkapi kalimat rumpang. Pada refleksi awal peneliti mengadakan tes melengkapi kalimat rumpang dengan tidak menggunakan media gambar. Refleksi awal terdiri dari 5 soal dan masing-masing soal mempunyai skor yang sama yaitu jika jawaban benar memperoleh skor 100. Untuk mendapatkan nilai refleksi awal, atau nilai pratindakan secara klasikal, peneliti menggunakan rumus : = x100 % (Nurgiantoro, 1988: 125)

Keterangan : X = Persentase yang dicari

27

T = Jumlah siswa yang tuntas belajar M = Jumlah siswa seluruhnya di kelas tersebut Berdasarkan perolehan nilai refleksi awal dapat dilihat pada tabel 2 di halaman lampiran, dari hasil pratindakan, yaitu siswa yang mendapat nilai 65 sudah mencapai 11 orang atau 39%, sedangkan yang memperoleh nilai 65 sebanyak 17 orang atau 61%, tetapi belum mencapai KKM yang ditentukan. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum tercapai. Hal ini menunjukan bahwa proses pembelajaran melengkapi kalimat rumpang yang dilakukan selama ini belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Oleh sebab itu perlu dicari penyebab mengapa siswa belum tuntas belajar dalam melengkapi kalimat rumpang. Melalui wawancara dengan guru kelas, penyebab tersebut dapat diketahui bahwa selama ini guru hanya menggunakan metode latihan untuk mengajar siswa dalam melengkapi kalimat rumpang, dan tidak menggunakan gambar untuk mempermudah siswa itu sendiri. Sehingga siswa kurang memahami maksud soal yang diberikan oleh guru kepada siswa. Minat belajar siswa terhadap pembelajaran melengkapi kalimat rumpang sangat kurang, walaupun hanya beberapa siswa yang berminat. Hal ini disebabkan media atau metode yang digunakan oleh guru selama ini kurang menarik minat siswa, sehingga siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran tersebut. Dalam mengajarkan materi melengkapi kalimat rumpang guru kurang memahami media apa yang menarik untuk diberikan, guru hanya menjelaskan dan memberikan

28

latihan kepada siswa. Padahal kebanyak siswa kelas I masih kurang memahami maksud guru. Berdasarkan uraian tersebut penulis menyimpulkan bahwa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik diperlukan adanya media yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif dan efisien oleh sebab itu peneliti menggunakan media gambar untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas I dalam melengkapi kalimat rumpang.

B. Deskripsi Hasil Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus pertama adalah berdasarkan hasil yang diperoleh pada kondisi awal. Pada tindakan siklus pertama ini penulis melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Sebelum melaksanakan kegiatan tersebut, terlebih dahulu penulis mempersiapkan hal-hal sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. Program satuan pembelajaran Rencana Pembelajaran Lembar Observasi Lembar Kerja siswa (instrumen penelitian) Lembar Penilaian Media Pembelajaran (Media gambar)

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

29

Penelitian siklus pertama dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 5 November 2010. dalam pelaksanaan tersebut diamati langsung oleh dosen pembimbing satu dan dua mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau. Siswa yang hadir dalam tindakan siklus pertama ini sebanyak 28 siswa, masing-masing 13 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Pelaksanaan tindakan siklus pertama ini dilaksanakan selama 70 menit. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan penulis dalam tindakan pertama ini adalah sebagai berikut :

a. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran. b. Guru memberi salam, mengabsen, dan menjelaskan tujuan pembelajaran. c. Guru mengadakan apersepsi. d. Guru menggunakan media gambar untuk mengajarkan siswa melengkapi kalimat rumpang. e. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai kalimat rumpang. f. Guru dan siswa secara sepintas mengulang lagi pembelajaran. g. Guru mengadakan penilaian tentang melengkapi kalimat rumpang dengan menggunakan media gambar. h. Guru memberi pesan kepada siswa agar lebih giat belajar. i. Guru menutup pelajaran.

30

Selama tindakan siklus pertama, suasana sangat mendukung tercapainya tujuan pembejaran. Antara guru dan siswa terjadi komunikasi yang interatif dalam pembelajaran. Siswa terlihat mengikuti pelajaran dengan aktif dan sungguhsungguh. Perhatian siswa sangat terpusat kepada materi, siswa sangat memperhatikan gambar yang diberikan kepada guru, sehingga siswa memahami maksud kalimat tersebut. Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa penggunaan media gambar yang diterapkan dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dalam melengkapi kalimat rumpang. Karena sebagian besar siswa aktif dalam pembelajaran dan guru memberikan perlakuan cukup kepada siswa. Hal ini menunjukan bahwa media gambar sangat memungkinkan tercapainya tujuan pembejaran yang telah dirumuskan. 3. Hasil Tes Siklus I Untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa pada tindakan siklus pertama, penulis mengadakan peniliaian. Dalam penilaian tersebut penulis menentukan skor penilaian, setiap skor memiliki skor yang sama yaitu, 20 setiap soal, jadi jumlah keseluruhan skor adalah 100. Soal yang diberikan kepada siswa berjumlah 5 soal, tes yang diberikan adalah tes melengkapi kalimat rumpang. Penulis menggunakan interprestasi rentang 0-100 yang berdasarkan tabel 1, yaitu apabila siswa mendapatkan nilai 95-100 memiliki predikat istimewa, 85-94 memiliki predikat baik sekali, 75-84 memiliki predikat baik, 65-74 memiliki predikat cukup, 55-64 memiliki predikat sedang, dan 0-54 memiliki predikat kurang. Pada hasil tes tindakan I dari 28 orang

31

siswa yang hadir ada 1 orang siswa yang mendapatkan predikat kurang yaitu mendapatkan nilai 55-60, 14 orang siswa mendapatkan predikat baik karena mendapatkan nilai 80, dan 4 orang siswa mendapatkan predikat istimewa karena mendapatkan nilai 100. Berdasarkan tabel 3 jika dideskripsikan berdasarkan KKM dapat diketahui bahwa dari 28 siswa yang hadir pada tindakan siklus pertama, terdapat 18 siswa yang mampu melengkapi kalimat rumpang atau 64,3% dan sebanyak 10 orang siswa yang belum mampu melengkapi kalimat rumpang atau 35,7%. Aktivitas siswa pada tindakan siklus satu lebih meningkat dibandingkan pada pratindakan, siswa lebih termotivasi untuk belajar, dan lebih semangat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian kemampuan melengkapi kalimat rumpang siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau pada tindakan siklus pertama meningkat sampai dengan 25,3% dari hasil pratindakan. Hal ini berarti bahwa kemampuan siswa kelas I SD Negeri 31 dalam melengkapi kalimat rumpang sudah cukup meningkat, namun peningkatan tersebut belum mencapai 85% sehingga harus mengadakan tindakan siklus kedua lagi. Dalam usaha meningkatkan hasil yang dicapai dalam kegiatan

pembelajaran maka guru harus dapat mengatasi segala kekurangan yang terjadi pada tindakan pertama. Kekuangan tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil pengamatan dari para observer, pada proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam tindakan pertama. 4. Hasil Observasi Siklus I

32

Hasil pengamatan tersebut adalah sebagai berikut : a. Tanggapan Dosen Pembimbing I Dosen pembimbing yang melakukan observasi kepada peneliti yaitu,

dosen pembimbing I Tri Astuti, M.Pd. Berupa Saran 1) Pada saat pelaksanaan pembelajaran, hendaknya

siswa yang disuruh tampil untuk menuliskan melengkapi kata yang rumpang. Jadi bukan guru yang menulis. 2) Media pembelajaran gunakan dalam pelaksanaan

pembelajaran, bukan pada saat tes. 3) Hasil latihan menulis melengkapi kalimat rumpang

dalam pembelajaran, hendaknya siswa disuruh kembali menuliskan dibuku catatannya. b. Tanggapan Teman Sejawat Teman sejawat adalah Hasimawati mahasiswa semester VIII Program studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP-PGRI Lubuklinggau. Mahasiswa ikut mengamati proses pelaksanaan tindakan pertama. Tanggapan mahasiswa tersebut adalah : Berupa Saran : Peneliti selalu membelakangi anak pada watu menulis pelajaran. c. Tanggapan Teman Sejawat Teman sejawat yang kedua adalah Mariam Fauziah guru SD Negeri 31 Lubuklinggau.

33

Berupa Saran : Peneliti terlalu cepat memberikan materi kepada anak.

C. 1. Siklus II

Deskripsi Hasil Siklus II Perencanaan Tindakan

Tindakan siklus kedua dalam penelitian ini dilaksanakan untuk memperbaiki kekurangan pada tindakan pertama. Sebelum melaksanakan tindakan kedua terlebih dahulu peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut : a) b) c) d) penelitian) e) f) gambar) 2. Siklus II Tindaka siklus kedua dilaksanakan pada hari senin tanggal 15 November 2010. dalam pelaksanaannya tersebut langsung diamati oleh Kepala Sekolah SD Negeri 31 Lubuklinggau. Waktu pelaksanaan tindakan siklus kedua selama 70 menit. Adapun kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : Pelaksanaan Tindakan Lembar Penilaian Media Pembelajaran (Media Program satuan pembelajaran Rencana Pembelajaran Lembar Observasi Lembar Kerja siswa (instrumen

34

a.

Guru

melaksanakan

kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran. b. mengabsen, dan menjelaskan tujuan pembelajaran. c. apersepsi. d. Guru menggunakan Guru mengadakan Guru memberi salam,

media gambar untuk mengajarkan siswa melengkapi kalimat rumpang. e. Guru memberikan

beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai kalimat rumpang. f. Guru dan siswa secara

sepintas mengulang lagi pembelajaran tentang kalimat rumpang. g. Guru mengadakan

penilaian tentang melengkapi kalimat rumpang dengan menggunakan media gambar. h. kepada siswa agar lebih giat belajar. i. pelajaran. Selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran, siswa lebih konsentarasi dan lebih semangat belajar. Karena media yang digunakan guru sangat Guru menutup Guru memberi pesan

membangkitkan minat siswa untuk belajar. 3. Hasil Tes Siklus II

35

Untuk mengetahui kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan pada tindakan siklus kedua, maka peneliti mengadakan penilaian. Penilaian dilakukan adalah penilaian melengkapi kalimat rumpang pada masing-masing siswa secara individual. Untuk hasil penilaian, peneliti menentukan skor penilaian, yaitu setiap soal memiliki skor 20, jadi jumlah keseluruhan skor adalah 100. Soal yang diberikan kepada siswa berjumlah 5 soal, tes yang diberikan adalah tes melengkapi kalimat rumpang. Penulis menggunakan interprestasi rentang 0-100 yang berdasarkan tabel 1, yaitu apabila siswa mendapatkan nilai 95-100 memiliki predikat istimewa, 85-94 memiliki predikat baik sekali, 75-84 memiliki predikat baik, 65-74 memiliki predikat cukup, 55-64 memiliki predikat sedang, dan 0-54 memiliki predikat kurang. Pada hasil tes siklus II dari 28 siswa yang hadir ada 18 orang siswa yang mendapatkan predikat baik, dan 10 orang siswa yang mendapatkan predikat istimewa. Berdasarkan tabel 4 jika dideskripsikan berdasarkan KKM, dapat diketahui bahwa 28 siswa dari 28 siswa yang hadir memperoleh nilai 65 atau 100%. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 65 sebanyak 0 siswa atau 0%. Bagi siswa yang memperoleh nilai 65 pada umumnya siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau sudah mampu untuk melengkapi kalimat rumpang. Apabila dibandingkan dengan hasil pratindakan yaitu cuma mencapai nilai rata-rata 57,5 atau hanya 39,2% siswa yang tuntas belajar, sedangkan pada siklus pertama nilai rata-rata siswa mencapai 75 atau hanya 64,3% siswa yang mencapai nilai tuntas. Berarti dari siklus pertama dan kedua ketuntasan belajar siswa meningkat hingga 35,7%. Dengan sudah tuntasnya tujuan pembejaran mencapai

36

85% yaitu mencapai 100% maka tindakan hanya sampai siklus kedua. Peningkatan tersebut disebabkan pelaksanaan tindakan siklus kedua menggunakan media gambar, selama proses pembelajaran siswa belajar dengan aktif, bersemangat, dan penuh dengan minat. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Aktivitas siswa pada tindakan siklus II lebih meningkat lagi dibandingkan pada tindakan siklus I, karena siswa lebih aktif dalam belajar, dan lebih meningkat nilai-nilai yang mereka peroleh, karena siswa lebih memperhatikan pelajaran yang guru berikan. 4. Hasil Observasi Siklus II Tanggapan Teman Sejawat : Teman sejawat pada observasi siklus II ini adalah Mariam Fauziah guru SD Negeri 31 Lubuklinggau. Berupa Saran : Agar dapat lebih meningkatkan prestasi siswa, sehingga dapat lebih baik lagi dari sebelumnya.

Berupa Pujian : Peneliti sangat menarik perhatian siswa dalam menggunakan media gambar.

D.

Pembahasan dan Analisis Siklus

37

1. Pembahasan Sebelum dilaksanakan tindakan, ternyata hasil belajar siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau kurang memuaskan. Pada umumnya siswa tidak dapat melengkapi kalimat rumpang dengan benar. Hal ini disebabkan karena siswa kurang memahami kalimat rumpang itu sendiri, dan kurang berminat dalam pembelajaran tersebut. Maka dari itu peneliti menggunakan media gambar untuk memecahkan masalah di atas. 2. Analisis Antar Siklus Untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dalam melengkapi kalimat rumpang, maka peneliti menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dalam melengkapi kalimat rumpang, dapat dilihat dari hasil penelitian setelah pelaksanaan tindakan siklus pertama, dan hasil penilaian setelah tindakan siklus kedua. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 5. Dari tabel 5 dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa kelas I dalam melengkapi kalimat rumpang melalui media gambar : a. Hasil Pratindakan nilai rata-rata siswa hanya

mencapai 57,5 atau hanya 39% siswa yang tuntas belajar. b. Peningkatan pada siklus I = 75-57,5 = 17,5 berarti

meningkat 17,5/57,5 x 100% = 30,4%. c. Peningkatan pada siklus II = 87,1-75 = 12,1 berarti

meningkat 12,1/75 x100% = 16,13%.

38

Dari tabel 5 juga dapat dilihat bahwa sebelum melakukan tindakan siklus I dan siklus II kemampuan melengkapi kalimat rumpang siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau sangat kurang, karena pada tes pratindakan hanya 11 orang siswa yang tuntas atau 39,2%, pada siklus pertama kemampuan siswa meningkat lagi, yaitu ada 18 orang siswa yang tuntas belajar atau 64,3%, dan pada siklus kedua sudah mencapai KKM di sekolah yaitu ada 28 orang siswa yang tuntas belajar atau 100%. Untuk mengetahui persentase peningkatan nilai siswa kelas I setelah tindakan adalah sebagai berikut : a. Nilai rata-rata siswa sebelum tindakan adalah : Jumlah nilai Jumlah siswa = 1610 = 57,5 28

b. Nilai rata-rata siswa setelah tindakan adalah : T1 + T2 : 2 = 2100 + 2440 : 2 = 2270 Jumlah siswa 28 + 28 : 2 28 = 81,1

c. Persentase Peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah tindakan adalah : R2-R1 x 100% = 81,1 -57,5 x 100% = 40,47% R1 57,5 Jadi setelah dilakukan dua kali tindakan (dua siklus), maka peningkatan hasil belajar siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dengan menggunakan media gambar adalah meningkat 41%. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan melengkapi kalimat rumpang siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dapat ditingkatkan dengan menggunakan media gambar, dan aktivitas siswa dalam

39

belajar juga meningkat karena menggunakan media gambar, karena siswa lebih bersemangat dalam pembelajaran melengkapi kalimat rumpang. Peneliti dalam mengadakan penelitian tindakan kelas ini (Classroom Action Reseach) ini hanya terfokus pada satu permasalahan saja yaitu upaya meningkatkan kemampuan siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau dalam melengkapi kalimat rumpang dengan menggunakan media gambar. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan Terdapat peningkatan kemampuan melengkapi kalimat rumpang siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau melalui media gambar. Terbukti kebenarannya. Aktivitas siswa pada pratindakan sangat rendah, karena siswa kurang termotivasi dalam belajar, karena siswa kurang bersemangat untuk belajar, pada tindakan siklus I siswa lebih termotivasi untuk belajar dan lebih semangat, siswa telah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaaan yang diberikan kepada siswa.dan pada tindakan siklus II siswa lebih aktif lagi dalam belajar dan telah memahami apa yang diperintahkan oleh guru.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan antar siklus dengan judul

Peningkatan Kemampuan Melengkapi Kalimat Rumpang Siswa Kelas I SD

40

Negeri 31 Lubuklinggau melalui Media Gambar maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Simpulan Umum : Dengan menggunakan media gambar dalam kegiatan pembelajaran melengkapi kalimat rumpang, hasil belajar siswa kelas I SD Negeri 31 Lubuklinggau mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada hasil pengolahan data berikut : a. Sebelum melakukan tindakan siswa nilai rata-rata siswa 57,5. b. Setelah dilakukan tindakan siklus pertama nilai rata-rata siswa mencapai 75 dengan demikian dari nilai pratindakan ke tindakan siklus pertama meningkat 25,3%. c. Setelah tindakan siklus kedua nilai rata-rata siswa mencapai 87,1 dengan demikian dari tindakan siklus pertama ke siklus kedua meningkat 35,7%. d. Terjadi peningkatan kemampuan melengkapi kalimat rumpang dari pratindakan sampai dengan siklus II sebesar 40,47%.

2. Simpulan Khusus : a. Dalam melengkapi kalimat rumpang kemampuan siswa I SD

Negeri 31 Lubuklinggau mengalami peningkatan setelah menggunakan media gambar. Hal ini dapat dilihat dari pengolahan data sebagai berikut : 1) Daya Serap Perorangan (Individu)

41

Seorang siswa disebut telah tuntas belajar bila ia telah mencapai skor 65. a) Hasil tindakan siklus pertama 28 orang siswa yang hadir mendapatkan nilai 65 diantaranya ada 18 orang siswa, dan sudah mengalami ketuntasan dalam belajar. b) Hasil tindakan siklus kedua 28 orang siswa yang hadir mendapatkan nilai 65 diantaranya ada 28 orang siswa, dan sudah mengalami ketuntasan dalam belajar. 2) Daya Serap Klasikal g) Hasil tindakan siklus pertama

siswa yang sudah mencapai daya serap 65 sebanyak 18 orang siswa atau 64,3%. h) Hasil tindakan siklus kedua siswa

yang sudah mencapai daya serap 65 sebanyak 28 orang siswa atau 100%. b. Aktivitas siswa pada pratindakan sangat rendah, karena siswa kurang termotivasi dalam belajar, karena siswa kurang bersemangat untuk belajar, pada tindakan siklus I siswa lebih termotivasi untuk belajar dan lebih semangat, siswa telah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaaan yang diberikan kepada siswa.dan pada tindakan siklus II siswa lebih aktif lagi dalam belajar dan telah memahami apa yang diperintahkan oleh guru. B. Saran Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka peneliti menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

42

1. Dengan adanya penelitian ini hendaknya guru dapat lebih baik lagi dalam mengajarkan materi tentang kalimat rumpang. 2. Diharapkan guru dapat menngunakan media pembelajaran yang

membangkitkan minat belajar siswa. 3. Dengan adanya penelitian ini hendanya siswa dapat termotivasi lagi dalam belajar. 4. Dengan adanya penelitian ini hendaknya guru dan siswa mendapat hal-hal baru yang dapat menambah ilmu pengetahuan untuk siswa maupun guru. 5. Dengan adanya penelitian ini dapat membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran melengkapi kalimat rumpang.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

43

BNSP. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Model Silabus Tematik Kelas I. Jakarta : Depdiknas. Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Djamara Saiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta : Jakarta. Kasbola, K. 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Gramedia. Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia. ----------------. 2004. Komposisi. Ende : Nusa Indah. Kosasih. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan untuk Sekolah Menegah Atas dan Kejuruan. Bandung : Yrama Widya. Mc. Kown, Harry C. 2003. Audio Visual Aids To Instucation. Dalam Sri Utami (ed). Muryanti. 2008. Buku Tematik 1A Diri Sendiri. Jakarta : Grasimdo. Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta : Bumu Aksara. Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta : BPFE . Poerwardaminta, Wjs. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. TIM. 2009. Model-model Pembelajaran, Asesmen, Media, dan RPP SD. Palembang : Universitas Sriwijaya.

You might also like