You are on page 1of 15

PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS)

A. Definisi Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2009). Menurut ATS/ERS (American Thoracic Society/ Europen Respiratry Society) mendefinisikan PPOK sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi saluran napas yang umumnya bersifat progresif,

berhubungan dengan bronkitis kronis atau emfisema, dan dapat disertai dengan hiperaktivitas dari saluran napas yang reversibel. PPOK adalah kelainan spesifik dengan perlambatan arus udara ekspirasi maksimal yang terjadi akibat kombinasi penyakit jalan napas dan emfisema, umumnya perjalanan penyakit kronik progesif dan irreversibel serta tidak menunjukan perubahan yang berarti dalam pengamatan beberapa bulan.

B. Etiologi Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain: 1) Merokok sigaret yang berlangsung lama 2) Polusi udara 3) Infeksi peru berulang 4) Umur (30-40 tahun lebih banyak menderita PPOK) 5) Jenis kelamin (laki-laki lebih banyak dari pada wanita) 6) Ras 7) Defisiensi alfa-1 antitripsin 8) Defisiensi anti oksidan Pengaruh dari masing-masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan. C. Tanda dan Gejala Gejala-gejala awal dari PPOK, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun merokok, adalah batuk dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering disalah-artikan sebagai batuk normal perokok, walaupun sebetulnya tidak normal. Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning atau hijau karena adanya nanah. Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering dirasakan. Bisa juga disertai mengi/bengek. Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan bertambah parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat melakukan kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju, berpakaian

dan menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami penurunan berat badan, karena setelah selesai makan mereka sering mengalami sesak yang berat sehingga penderita menjadi malas makan. Pembengkakan pada kaki sering terjadi karena adanya gagal jantung. Pada stadium akhir dari penyakit, sesak nafas yang berat timbul bahkan pada saat istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan pernafasan akut. Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri-ciri dari PPOK adalah malfungsi kronis pada system pernafasan yang manifestasi awalnya adalah ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang menjadi di saat pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut. Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin banyak. Biasanya, pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan dan kehilangan berat badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien tersebut tidak akan mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah tangga atau yang menyangkut tanggung jawab pekerjaannya. Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, pasien PPOK banyak yang mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan selera makan, penurunan kemampuan pencernaan sekunder karena tidak cukup oksigenasi sel dalam system gastrointestinal. Pasien PPOK, lebih membutuhkan banyak

kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernafasan. Tanda dan gejala Bronkitis Kronik Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin. Tanda dan gejala Emfisema Dispnea Takipnea Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi Hipoksemia Hiperkapnia Anoreksi Penurunan BB Kelemahan Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan sampai kelainan jelas dan tanda inflamasi paru. Gejala dan tanda PPOK, di antaranya adalah: Sesak napas Batuk kronik, produksi sputum, dengan riwayat pajanan gas/partikel berbahaya, disertai dengan pemeriksaan faal paru. Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat.

wheezing dan peningkatan produksi sputum. Gejala bisa tidak tampak sampai kira-kira 10 tahun sejak awal merokok. Dimulai dengan sesak napas ringan dan batuk sesekali. Sejalan dengan progresifitas penyakit gejala semakin lama semakin berat. Gambaran PPOK dapat dilihat dengan adanya obstruksi saluran napas yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas kecil dan destruksi alveoli. Pada penderita dini, pemeriksaan fisik umumnya tidak dijumpai kelainan, sedangkan pada inspeksi biasanya terdapat kelainan, berupa: 1) Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup/mencucut) 2) Barrel chest (diameter anteroposterior dan transversal sebanding) 3) Penggunaan otot bantu napas 4) Hipertrofi otot bantu napas 5) Pelebaran sela iga 6) Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai Pada palpasi biasanya ditemukan fremitus melemah Pada perkusi hipersonor dan letak diafragma rendah, auskultasi suara pernapasan vesikuler melemah, normal atau ekspirasi memanjang yang dapat disertai dengan ronkhi atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa. Kelemahan badan Batuk Ekspirasi yang memanjang Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut

Penggunaan otot bantu pernapasan Suara napas melemah Kadang ditemukan pernapasan paradoksal Edema kaki, asites dan jari tabuh D. Patofisiologi Patofisiologi PPOK adalah sangat komplek dan komprehensif sehingga mempengaruhi semua sistem tubuh yang artinya sama juga dengan mempengaruhi gaya hidup manusia. Dalam prosesnya, penyakit ini bisa menimbulkan kerusakan pada alveolar sehingga bisa mengubah fisiologi pernafasan, kemudian mempengaruhi oksigenasi tubuh secara keseluruhan. Patofisiologi Bronkitis Kronik Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan emfisema dan bronkiektasis.

Patofisiologi Emfisema Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu : inflamasi dan pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan; kehilangan rekoil elastik jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli yang berfungsi. Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan karbondioksida dalam darah arteri (hiperkapnia) dan

menyebabkan asidosis respiratorius. Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaring-jaring kapiler pulmonal berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikel kanan dipaksa untuk mempertahankan tekanan darah yang tinggi dalam arteri pulmonal. Dengan demikian, gagal jantung sebelah kanan (cor pulmonal) adalah salah satu komplikasai emfisema. Terdapatnya kongesti, edema tungkai, distensi vena leher atau nyeri pada region hepar menandakan terjadinya gagal jantung. Sekresi meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak mampu untuk membangkitkan batuk yang kuat untuk

mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan kronis dengan demikian menetap dalam paru yang mengalami emfisema memperberat masalah.

Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik ke aliran masuk dan aliran keluar udara dari paru. Paru-paru dalam keadaan heperekspansi kronik. Untuk mengalirkan udara kedalam dan keluar paru-paru, dibutuhkan tekanan negatif selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat yang adekuat harus dicapai dan dipertahankan selama ekspirasi. Posisi selebihnya adalah salah satu inflasi. Daripada menjalani aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan

membutuhkan upaya otot-otot. Sesak napas pasien terus meningkat, dada menjadi kaku, dan iga-iga terfiksaksi pada persendiannya. Dada seperti tong (barrel chest) pada banyak pasien ini terjadi akibat kehilangan elastisitas paru karena adanya kecenderungan yang berkelanjutan pada dinding dada untuk mengembang. Pengobatan terhadap komplikasi. Komplikasi yang sering ialah Hipoksemia dan Cor pulmonale. Pada penderita PPOK dengan tingkat yang lanjut, telah terjadi gangguan terhadap fungsi pernapasan dengan manifestasi hipoksemia dengan atau tanpa hiperkapnia. Pemberian oksigen dosis rendah 1 - 2 liter/menit selama 12 - 18 jam sering dianjurkan, karena dapat memperbaiki hipoksemia tanpa terlalu menaikkan tekanan CO2 darah akibat depresi pernapasan. Diuretik merupakan pilihan utama pada penderita dengan cor pulmonale yang disertai gagal jantung kanan. Pemberian digitalis harus hati-hati oleh karena efek toksis mudah terjadi akibat hipoksemia dan gangguan elektrolit. Fisioterapi dan inhalasi terapi.

Prinsip fisioterapi dan terapi inhalasi adalah : mengencerkan dahak memobilisasi dahak melakukan pernafasan yang efektif mengembalikan kemampuan fisik penderita ketingkat yang optimal

E. Pohon masalah
Polusi bahan iritan (asap), rokok atau riwayat kesehatan (ISPA) Iritasi jalan napas Hipersekresi lendir dan inflamasi Peningkatan sel-sel goblet Penurunan silia Peningkatan produksi sputum PPOK

Bronkiolus menyempit dan tersumbat

Batuk tidak efektif

Penurunan nafsu makan

Bersihan jalan napas tidak efektif

Penurunan BB

Nafas pendek

Kerusakan (obtruksi) alveoli

Gangguan pola napas Pola napas tidak efektif

Rentan terhadap infeksi pernapasan Resiko infeksi

Alveoli mengalami kolaps Penurunan ventilasi paru

Kerusakan campuran gas

Ketidaksamaan ventilasi perfusi

Hipoksemia Kerusakan campuran gas

F. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok yaitu: a. Pengumpulan data Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita. Mengidentifikasikan kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. 1) Anamnesis a) Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. b) Keluhan utama Kaji keluhan umum klien apakah klien merasa pusing, sesak nafas. c) Riwayat kesehatan sekarang

d) Kaji kapan terjadinya sesak nafas, pola makannya, merokok atau tidak, e) Riwayat kesehatan dahulu Kaji pola makan klien, pola hidup, pernah merokok atau tidak f) Riwayat kesehatan keluarga Kaji apakah salah satu keluarga klien pernah mempunyai penyakit paru atau tidak. g) Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. 2) Pemeriksaan fisik a) Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, adanya keletihan, berat badan, dan tanda tanda vital (tekanan darah pada penderita sesudah dan sebelum melakukan aktivitas). b) Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada leher, rambut, konjungtiva, adakah dilatasi pupil, pemeriksaan mata, hidung, mulut, mukosa, lidah, telinga. c) Sistem integumen Turgor kulit, adanya kelembaban,CRT, berkeringat atau tidak, dan suhu kulit

d) Sistem pernafasan Inspeksi bentuk dada (adanya barrel chest), apakah ada benjolan, apakah pasien sesak nafas, adanya dispneu, sputum, nyeridada, nafas dangkal, cepat terjadi perpanjangan saat ekspirasi atau tidak, perkusi apakah ada cairan atau tidak, auskultasi untuk mendengarkan suara nafas, palpasi untuk mengetahui lokasi nyeri, adanya bunyi nafas tambahan, kaji pernafasan klien setelah melakukan aktivitas. e) Sistem kardiovaskular Kaji gejala, peningkatan tekanan darah setelah melakukan aktivitas, adanya JVD, kaji bunyi jantungnya, takikardi, perubahan warna kulit, pucat, sianosis, diaforesis. f) Sistem gastrointestinal Kaji pola makan pasien, kaji terjadinya mual muntah, perubahan BB (meningkat/menurun). g) Sistem urinary Kaji bagaimana pola eleminasi, kaji berapa kali pasien BAK. h) Sistem muskuloskeletal Kaji apakah pasien cepat lelah, lemah, ada pembengkakan di daerah ekstremitas atau tidak, nyeri, adanya penurunan massa otot, dan kaji kekuatan ototnya. i) Sistem neurilogis Kaji pasien apakah pusing atau tidak, sakit kepala. 3) Pemeriksaan Penunjang

a) Foto Thorax b) Pemeriksaan analisa gas darah : hipoksia dengan hiperkapnia c) Rontgen dada : pembesaran jantung dengan diafragma normal/mendatar (bronkitis kronis), hiperinflasi, pendataran diafragma, pelebaran interkosta dan jantung normal (enfisema) d) Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi kuat (FEV), peningkatan volume residual (RV), kapasitas paru total (TLC) normal atau sedikit meningkat. e) Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit meningkat f) Fungsi pulmonari (terutama spirometri) : peningkatan TLC dan RV, penurunan VC dan FEV 2. Diagnosa Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Penyakit Paru Obstruktif Menahun antara lain : 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kontriksi bronkus peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal. 2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi. 3. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan napas pendek dan produksi sputum.

4.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi sputum berlebih.

5.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksemia,keletihan, pola napas tidak efektif.

6.

Risiko infeksi berhubungan dengan obstruktif/kerusakan alveoli.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta, EGC. Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. Sarwono, W.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Balai Penerbit FKUI Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2004. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. pdf. Diakses tanggal 26 Februari 2012

http://www.goldcopd.com/. GOLD. Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA: 2007. Diakses tanggal 26 Februari 2012 Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC NANDA Internasional.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 20092011 (M Ester, Ed). Alih bahasa Made Sumarwati, Dwi Widiarti dan Estu Tiar. Jakarta :EGC. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC. Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta : EGC Arif, Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius Junaidi, Iskandar, 2011, Penyakit Paru & Saluran Nafas, PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.

You might also like