You are on page 1of 47

GD-3221 Hidrografi II

Bagian IV SIFAT-SIFAT FISIK AIR LAUT

Eka Djunarsjah, 2005

Sifat-Sifat Air Laut


Sifat-Sifat Utama Suhu, Salinitas, Tekanan, dan Densitas Kecepatan Interaksi Udara dan Lautan Pemanasan Lautan Siklus Hidrologi Sirkulasi Gelombang Wind Waves dan Swell Refraksi, Difraksi, Pemantulan, dan Pemecahan Tsunami, Seiche, dan Gelombang Badai Gelombang Negatif dan Positif Internal
Eka Djunarsjah, 2005

Arus Wind-Driven Sirkulasi Atmosfir Wind Stress Pola Sirkulasi Lautan Cincin Arus Geostropik Upwelling

Sirkulasi Thermohaline Pengukuran-Pengukuran

Sebaran Air dan Daratan


Luas permukaan bumi adalah 510,10 juta kilo meter persegi, yang terbagi atas :

Daratan : 185,85 juta kilo meter persegi (29,2 %) Lautan : 361,25 juta kilo meter persegi (70,8 %)

Sebaran daratan dan lautan di belahan bumi bagian utara dan bagian selatan tidak simetris
90
0

20

40

60

80

100

Air (%)

Utara

450

Darat Ekuator

00

Selatan

450

900
Eka Djunarsjah, 2005

Struktur Vertikal Bumi


Dalam arah vertikal, bumi dibagi atas tiga bagian :

Lithosfir (kerak bumi) Hidrosfir (lautan) Atmosfir (udara)

Atmosfir

Permukaan Laut

Masing-masing bagian terdiri dari lapisan-lapisan, dan terdapat batas pemisah antara bagian yang satu dengan bagian lainnya

Hidrosfir Dasar Laut Lithosfir

Batas antara Lithosfir dan Hidrosfir adalah Dasar Laut Batas antara Hidrosfir dan Atmosfir adalah Permukaan Laut

Eka Djunarsjah, 2005

Oseanografi (1)
Pengertian :

Aplikasi dari berbagai macam ilmu pengetahuan pada fenomena lautan Ilmu yang inter disipliner

Para Ahli membagi Oseanografi menjadi empat bagian utama :


Oseanografi Kimia Oseanografi Biologi Oseanografi Fisika Oseanografi Geologi

Oseanografi Fisika (terkait erat dengan bidang Hidrografi dan Geodesi), mempelajari tentang :

Sifat Air Laut (Salinitas, Temperatur, Densitas) Oseanografi Dinamik (Gaya-gaya yang bekerja di laut)

Eka Djunarsjah, 2005

Oseanografi (2)
Aplikasi Oseanografi Keperluan Ilmiah :

Penentuan geoid di laut Studi tentang Sea Surface Topography (SST) Studi Geomorfologi Kelautan

Keperluan Rekayasa :

Eksplorasi Mineral Navigasi Konstruksi Pelabuhan Pengembangan Daerah Pantai Lainnya

Eka Djunarsjah, 2005

Sifat-Sifat Utama
Temperatur :

Kehidupan flora dan fauna laut Komposisi kimia air laut Sirkulasi massa air Cepat rambat gelombang akustik

Salinitas :

Penentuan sedimen dan kandungan mineral Indikator arah dan kecepatan arus

Densitas :

Stabilitas massa air dan sirkulasinya

Eka Djunarsjah, 2005

Temperatur (1)
Perubahan temperatur air laut disebabkan oleh perpindahan panas dari massa yang satu ke massa yang lainnya Kenaikan temperatur permukaan laut disebabkan oleh : Radiasi dari angkasa dan matahari Konduksi panas dari atmosfir Kondensasi uap air Penurunan temperatur permukaan laut disebabkan oleh : Radiasi balik permukaan laut ke atmosfir Konduksi balik panas ke atmosfir Evaporasi (penguapan) Matahari mempunyai efek yang paling besar terhadap perubahan suhu permukaan laut
Eka Djunarsjah, 2005

Temperatur (2)
Variasi perubahan temperatur dipengaruhi juga oleh posisi geografis wilayah perairan (lihat gambar)
0 0/00 34 0/00 100 Thermocline
1000 2000 3000 4000 5000

35 0/00 200

36 0/00 300

Salinitas (S) Temperatur (T)

Kedalaman (m)

00
0

Halocline

Temperatur (T)
Laut Dalam

Salinitas (S)

Posisi Stasiun Pengamatan (Dekat Puerto Rico) = = 240 29 U 700 10 B


Eka Djunarsjah, 2005

Temperatur (3)
Para Ahli Oseanografi membagi pola temperatur dalam arah vertikal menjadi tiga lapisan :

Well-mixed surface layer (10 - 500 m)


Thermocline, lapisan transisi (500 - 1000 m) Lapisan yang relatif homogen dan dingin (> 1000 m)

Lapisan Thermocline :

Lapisan dimana kecepatan perubahan temperatur cepat sekali

Bentuk pola temperatur dalam arah vertikal sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :

Posisi geografis daerah perairan Waktu, berkaitan dengan musim


Eka Djunarsjah, 2005

Temperatur Permukaan Laut (0 Celcius)

Bulan Agustus

Bulan Februari

Eka Djunarsjah, 2005

Variasi Temperatur : Bidang Kedalaman/Lintang

Atlantik

Hindia

Pasifik
Eka Djunarsjah, 2005

Salinitas (1)
Lautan terdiri dari : Air sebanyak 96,5 % Material terlarut dalam bentuk molekul dan ion sebanyak 3,5 % Material yang terlarut tersebut 89 % terdiri dari garam Chlor, sedangkan sisanya 11 % terdiri dari unsur-unsur lainnya Salinitas adalah jumlah total material terlarut (yang dinyatakan dalam gram) yang terkandung dalam 1 kg air laut Satuan salinitas : 0/00 (per mil) Faktor utama yang mempengaruhi perubahan salinitas, yaitu : Evaporasi (penguapan) air laut Hujan Mencair/membekunya es Aliran sungai menuju ke laut
Eka Djunarsjah, 2005

Salinitas (2)
Para Ahli Oseanografi membagi pola salinitas dalam arah vertikal menjadi empat lapisan : Well-mixed surface zone, dengan ketebalan 50 - 100 m (salinitas seragam) Halocline, zona dimana salinitas berubah dengan cepat sesuai dengan bertambahnya kedalaman Zona di bawah Halocline sampai ke dasar laut, dengan salinitas yang relatif homogen Zona Berkala (Occasional Zone), pada kedalaman 600 - 1000 m, dimana terdapat nilai salinitas minimum Salinitas air laut di seluruh wilayah perairan di dunia berkisar antara 33 - 37 0/00 , dengan nilai median 34,7 0/00 , namun di Laut Merah dapat mencapai 40 0/00 Salinitas air laut tertinggi terjadi di sekitar wilayah ekuator, sedangkan terendah dapat terjadi di daerah kutub, walaupun pada kenyataannya sekitar 75 % air laut mempunyai salinitas antara 34,5 0/00 - 35,0 0/00
Eka Djunarsjah, 2005

Salinitas (3)
Contoh nilai salinitas rata-rata untuk beberapa tempat :

Atlantik Pasifik Indonesia

: : :

34,90 0/00 34,62 0/00 34,76 0/00

Eka Djunarsjah, 2005

Salinitas Permukaan Laut (0 /

00)

Eka Djunarsjah, 2005

Variasi Salinitas : Bidang Kedalaman/Lintang

Atlantik

Hindia

Pasifik
Eka Djunarsjah, 2005

Densitas (1)
Densitas air laut merupakan jumlah massa air laut per satu satuan volume Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut, serta dipengaruhi juga oleh salinitas, temperatur, dan tekanan Pada umumnya nilai densitas (berkisar antara 1,02 - 1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai dengan bertambahnya salinitas dan tekanan serta berkurangnya temperatur Perubahan densitas dapat disebabkan oleh proses-proses : Evaporasi di permukaan laut Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang, sehingga besarnya densitas relatif homogen Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline) dan juga salinitas (Halocline), sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang cukup besar (Pynocline) Di bawah Pynocline hingga ke dasar laut mempunyai densitas yang lebih padat
Eka Djunarsjah, 2005

Densitas (2)
Stabilitas air laut dipengaruhi oleh perbedaan densitasnya, yang disebut dengan Sirkulasi Densitas atau Thermohaline Dalam kegiatan pemeruman (pengukuran kedalaman dengan alat Echosounder), salinitas dan temperatur yang diperoleh dari pengukuran pada interval kedalaman tertentu sangat berguna untuk menentukan :

Cepat rambat gelombang akustik Menentukan pembelokan arah perambatan gelombang akustik (refraksi)

Eka Djunarsjah, 2005

Densitas Permukaan Laut

Eka Djunarsjah, 2005

Interaksi Udara dan Lautan


Sirkulasi lautan tergantung kepada dua faktor utama, yaitu :

Angin Pemanasan lautan

Lautan di wilayah ekuator menyerap lebih banyak panas dibandingkan dengan daerah kutub, sehingga terjadi transfer panas dari ekuator ke kutub melalui proses :

Konveksi Gerakan air

Angin yang bertiup di atas permukaan laut, membangkitkan ombak/gelombang, mengaduk air permukaan, dan meniup uap air dari permukaan laut, kemudian uap air tersebut ditransfer ke daratan dan akhirnya turun ke permukaan dalam bentuk hujan, dan selanjutnya air tadi kembali lagi ke laut (Siklus Hidrologi) Sirkulasi air dapat juga terjadi dalam arah vertikal, yang ditentukan oleh perubahan densitas air pada permukaan laut
Eka Djunarsjah, 2005

Pemanasan Lautan

Besaran panas yang sama

Area > Panas/Area <

Area < Panas/Area >

Eka Djunarsjah, 2005

Siklus Hidrologi

Eka Djunarsjah, 2005

Gelombang (1)
Selain membangkitkan arus, tiupan angin di permukaan laut dapat juga membangkitkan gelombang (Wind-generated wave) Gelombang terbentuk oleh adanya transfer energi dari udara ke massa air
Puncak

Keterangan : L - panjang gelombang H - jarak vertikal antara puncak dan lembah (tinggi gelombang) h - kedalaman laut T - periode gelombang C - kecepatan rambat gelombang

Arah Gerakan (C)

H
Gerakan Vertikal Air

Lembah

h
Dasar Laut

Eka Djunarsjah, 2005

Gelombang (2)
Di laut dalam : Air yang bergerak dalam arah horisontal jumlahnya kecil sekali Air bergerak dalam arah vertikal (ke atas dan ke bawah) Terdapat perbedaan antara Gelombang dan Gerakan Partikel air di permukaan (berbentuk lingkaran dengan diameter yang merupakan fungsi dari kedalaman dan kecepatan) Sedangkan Tinggi dan Periode Gelombang merupakan fungsi dari : Kecepatan dan durasi angin, serta jarak vertikal antara air dan angin Kedalaman (khususnya di laut dangkal dan danau) Jenis-jenis Gelombang : Sea : dipengaruhi langsung oleh angin, tanpa pola yang sistematis (periode berubah dan tinggi bervariasi) Swell : merupakan bentuk turunan Sea, mempunyai pola yang teratur (panjang gelombang tetap, tinggi berkurang) Surf : terjadi di sekitar pantai (bila gelombang mencapai kedangkalan dan pecah), bergerak dalam arah horisontal (bukan lingkaran) menuju ke pantai
Eka Djunarsjah, 2005

Gelombang (3)
Gelombang Katastropik (Bencana) Gelombang Badai (Storm Surge) Gelombang yang disebabkan oleh longsoran (Landslide Surge) Gelombang Tsunami, disebabkan oleh gempa bumi baik yang bersifat tektonik maupun vulkanik Gelombang Stasioner, merupakan gelombang yang tidak bergerak maju, tetapi bergerak dalam arah vertikal ke atas dan ke bawah (dapat dibangkitkan oleh badai, gangguan tiba-tiba pada permukaan air, dan perubahan mendadak kondisi atmosfir); dapat terjadi di danau dan di daerah teluk

Eka Djunarsjah, 2005

Arus Wind-Driven (1)


Interaksi antara udara dan lautan menghasilkan dua jenis sirkulasi yang berbeda : 1. Sirkulasi Wind-driven 2. Sirkulasi Densitas (Thermohaline) Sirkulasi Wind-Driven Sirkulasi Wind-driven menghasilkan perbedaan tekanan air permukaan, sehingga menyebabkan terjadinya Slope Perbedaan tekanan ini membangkitkan gaya yang akan menekan permukaan air sampai dengan kedudukan pada saat tekanan lebih rendah, atau dengan perkataan lain air cenderung akan bergerak menuruni Slope Di pihak lain, Gaya Coriolis akan mendefleksikan arah arus ke kanan di belahan bumi bagian Utara Kedua hal di atas menyebabkan arus yang dinamakan Arus Geostropik (hampir semua arus permukaan bersifat Geostropik)
Eka Djunarsjah, 2005

Arus Wind-Driven (2)


Sirkulasi Wind-driven selain dalam bentuk arus dengan arah horisontal, juga dengan arah vertikal yang disebut dengan fenomena Upwelling dengan karakteristik :

Gerakan air ke atas Terjadi bila angin bertiup sejajar pantai Arah arus dipengaruhi oleh Gaya Coriolis Ditentukan oleh bentuk topografi dasar laut Bila arus di bawah permukaan kaya akan kandungan nutrisi, maka daerah perairan tersebut akan mempunyai produktifitas biologis yang tinggi

Bila gerakan air dari atas ke bawah, maka disebut dengan Sinking

Eka Djunarsjah, 2005

Sirkulasi Atmosfir (Bumi Tidak Berotasi)

Eka Djunarsjah, 2005

Sirkulasi Atmosfir (Coriolis)

Eka Djunarsjah, 2005

Sirkulasi Atmosfir (Aktual)

Eka Djunarsjah, 2005

Sirkulasi Thermohaline
Sirkulasi Thermohaline umumnya merupakan proses yang terjadi di laut dalam Disebabkan oleh variasi densitas air yang terbentuk di bidang batas antara udara air, dan erat kaitannya dengan Sirkulasi Wind-driven Sulit diamati secara langsung mengingat kecepatannya yang sangat lambat, namun bisa disimpulkan melalui pengamatan salinitas, temperatur, dan kadar O2 terlarut Sirkulasi ini merupakan proses konveksi, dimana air dingin dan berdensitas besar terbentuk di daerah kutub (Utara dan Selatan), tenggelam, dan mengalir pelan-pelan ke arah ekuator Di Atlantik Utara, terbentuk North Atlantic Deep Water, sedangkan di wilayah Antartika terbentuk Antartic Bottom Water dan Antartic Intermediate Water Sirkulasi Thermohaline juga dipengaruhi oleh topografi dasar laut

Eka Djunarsjah, 2005

Arus Laut
Tiga sumber utama pembangkit arus adalah :

Angin (arus permukaan) Variasi densitas Pasut laut

Pengaruh lainnya dapat disebabkan oleh : Gaya Coriolis, Gaya Berat, Gaya Gesekan, dan Tekanan Atmosfir Peranan pengamatan arus dalam Survei Hidrografi :

Kerekayasaan : konstruksi lepas pantai, perencanaan pelabuhan, dan pemantauan lingkungan Penentuan posisi (metode Dead-Reckoning) Keselamatan pelayaran
Eka Djunarsjah, 2005

Arus Permukaan Laut

Eka Djunarsjah, 2005

Pengukuran-Pengukuran
Pengamatan Arus Tujuan Pengertian Arus Laut Penyebab Jenis Arus Metode Pengamatan Current Meter Pelaksanaan Pengamatan Pengamatan Sifat Air Laut Tujuan Metode Pengamatan
Eka Djunarsjah, 2005

Pengamatan Gelombang Tujuan Pengertian Gelombang Laut Penyebab Parameter Gelombang Laut Klasifikasi Gelombang Laut Metode Pengamatan

Pengamatan Arus (1)


Tujuan Untuk mengetahui arah dan kecepatan air laut pada kedalaman tertentu Pengertian Arus Laut Pergerakan massa air dalam arah horisontal Penyebab Gaya pasut Angin Perbedaan temperatur Salinitas dan tekanan air laut Keadaan topografi air laut Bervariasi terhadap lokasi dan kedalaman

Eka Djunarsjah, 2005

Pengamatan Arus (2)


Jenis Arus Arus pasut Arus non-pasut (arus angin, arus barogradient, arus konveksi) Metode Pengamatan Langsung (current meter) Tak langsung Current Meter
Arah Aliran Air Kabel ke Alat Peraga Rotor Kompas Magnet Pemberat Penghitung Putaran

Sirip Pengarah

Keuntungan : Pada setiap kedalaman Pencatat secara otomatis Data ukuran relatif teliti
Eka Djunarsjah, 2005

Pengamatan Arus (3)


Pelampung Identifikasi Pelampung Pengaman

Current Meter

Pelampung Bawah Permukaan

Penempatan beberapa Current Meter di Stasiun Pengamat


Eka Djunarsjah, 2005

Pengamatan Arus (4)


Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan jumlah, sebaran, dan lokasi stasiun pengamat : Luas daerah Spesifikasi pekerjaan Rencana lokasi penempatan bangunan Perencanaan jumlah dan jenis Current Meter : Jumlah stasiun pengamat Kedalaman stasiun pengamat Ketelitian Perencanaan jangka waktu dan lama pengamatan : Metode pengolahan data Ketelitian data (arah dan kecepatan)
Eka Djunarsjah, 2005

Pengamatan Arus (5)


Pada suatu stasiun pengamatan arus, arah dan kecepatan arus pasut berubah-ubah terhadap waktu dan kedalaman, sedangkan arus non-pasut umumnya hanya berubah terhadap kedalaman Pada pengolahan data arus, masukan data harus berupa data numeris, sehingga data pengamatan arus berupa data rekaman (kertas perekam, pita magnetik, atau film) terlebih dahulu haris dikonversi ke numeris

Eka Djunarsjah, 2005

Pengamatan Gelombang (1)


Tujuan Untuk mengetahui sifat gelombang laut, seperti : tinggi, periode, panjang, kecepatan maupun arah gerak gelombang Pengertian Gelombang Laut Merupakan bentuk deformasi dari permukaan laut Penyebab Angin Gempa bawah laut Gaya pembangkit pasut

Eka Djunarsjah, 2005

Pengamatan Gelombang (2)


Parameter Gelombang Laut Bentuk Ideal
Amplitudo Muka Laut Puncak Tinggi Arah Gerakan

Panjang

Lembah

Bentuk Khusus
Muka Laut

Eka Djunarsjah, 2005

Pengamatan Gelombang (3)


Klasifikasi Gelombang Laut (berdasarkan Periode)
Periode < 0,1 detik 0,1 detik 1 detik 1 detik 30 detik 30 detik 5 menit 5 menit 12 jam 12 jam 24 jam Jenis Gelombang Kapiler Ultra Gravitasi Gravitasi Infra Gravitasi Periode Panjang Pasut Laut

Metode Pengamatan Peralatan di luar permukaan laut (visual, pemotretan udara, laser) Peralatan pada permukaan laut (wave gauge, ship-borne wave recorder, wave rider) Peralatan pada/di bawah permukaan laut (upward-looking echosounder dengan wahana kapal selam)
Eka Djunarsjah, 2005

Pengamatan Sifat Air Laut (1)


Tujuan Untuk mendapatkan informasi (kualitatif atau kuantitatif) tentang sifat-sifat fisika air laut :

Temperatur Salinitas Densitas Tekanan Derajat Keasaman (pH)

Metode Pengamatan Pengambilan contoh air laut (tidak langsung) Pengukuran langsung
Eka Djunarsjah, 2005

Pengamatan Sifat Air Laut (2)

Pengambilan contoh air laut dengan Botol Nansen


Eka Djunarsjah, 2005

Pengamatan Sifat Air Laut (3)


Jenis Alat
Thermometer Bathythernograph Thermistor Salinometer Salinity & Temperature Bridge STD (Salinity-Temperature-Depth) Sensor CTD (Conductivity-Temperature-Depth) Sensor Hydrometer Sensor Tekanan pH Meter Electrode Instrumentation Secchi Disc Forel Scale Transmissiometer Submersible Water Quality Station

Besaran Pengamatan
Temperatur Temperatur (profil terhadap Kedalaman) Temperatur Salinitas Salinitas dan Temperatur Salinitas, Temperatur, dan Kedalaman (Tekanan) Konduktivitas, Temperatur, dan Kedalaman (Tekanan) Densitas Tekanan Derajat Keasaman (pH) Kadar Gas terlarut Kekeruhan Kekeruhan Kekeruhan Temperatur, Tekanan, pH, Kekeruhan, Kadar Gas terlarut, dan Konduktivitas
Eka Djunarsjah, 2005

Pengamatan Sifat Air Laut (4)

Thermometer Terlindungi (Kiri) dan Tak Terlindungi (Kanan)


Eka Djunarsjah, 2005

You might also like