You are on page 1of 6

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang.

Dalam Ilmu Kesehatan Anak istilah pertumbuhan dan perkembangan menyangkut semua aspek kemajuan yang dicapai oleh jasad manusia dari konsepsi sampai dewasa. Fakt or penentu tumbuh kembang adalah faktor genetik herediter konstitusional, yang m enentukan potensi bawaan anak, dan factor lingkungan yang menentukan tercapai at au tidaknyanya potensi tersebut. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang digolongkan menjadi tiga yaitu kebutuh an fisis-bomedis (asuh), berupa pangan, sandang, papan, perawatan kesehatan dasar, hygiene, sanitasi,kesegaran jasmani, rekreasi; kebutuhan emosi / kasih sayang (a sih); dan kebutuhan akan stimulasi mental (asah) yang merupakan cikal bakal proses pembelajaran (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Jenis tumbuh kembang dibedakan menjadi tiga, yaitu tumbuh kembang fisik, intelek tual, dan sosial emosional. Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam bentuk besar dan fungsi organisme atau individu. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abs trak dan simbolik, seperti berbicara, bermain, berhitung, dan membaca. Tumbuh ke mbang social emosional bergantung pada kemampuan bayi untuk membentuk ikatan bat in, berkasih sayang, menangani kegelisahan akibat suatu frustasi, dan mengelola rangsangan agresif. b. Rumusan Masalah 1. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ? 2. Apa bahaya perkembangan fisik anak? 3. Apa bahaya perkembangan emosi anak ? 4. Bagaimana bahaya dalam perkembangan moral anak ? 5. Apa bahaya hubungan dalam keluarga terhadap anak ? BAB II PEMBAHASAN BAHAYA PADA MASA KANAK-KANAK DAN DAMPAKNYA A. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan 1. Keturunan Karakteristik yang diturunkan mempunyai pengaruh besar pada perkembangan. Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara kuat mmpengaruhi hasil akhir pertum buhan dan laju perkembangan untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Terdapat hub ungan yang besar antara orangtua dan anak dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat badan, dan laju pertumbuhan. Kebanyakan karakter fisik, termasuk pola dan bentuk gambaran, bangun tubuh, dan ganjilan fisik, diturunkan dan dapat memenagr uhi cara pertumbuhan dan integrasi anak dengan lingkungannya. 2. Neuroendokrin Penelitian menunjukkan kemungkinan adanya pusat pertumbuhan dan region hipotalam ik yang bertanggung jawab untuk mempertahankan pola pertumbuhan yang ditetapkan secara genetic. Beberapa hubungan fungsional diyakini ada diantara hipotalamus d an system endokrin yang memengaruhi pertumbuhan.Tiga hormon-hormon pertumbuhan, hormone tiroid, dan endrogen. 3. Nutrisi. Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling pentng pada pertumbuhan. Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan, dan efeknya ditu jukan pada cara beragam dan rumit. Selama periode pertumbuhan prenatal yang cepa t, nutrisi buruk dapat memengaruhi perkembangan dari waktu impalmantasi ovum sam pai kelahiran. 4. Hubungan Interpersonal Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam perkembangan, terut ama dalam perkembangan emosi, intelektual, dan kepribadian. Tidak hanya kualitas dan kuantitas deengan orang lain yanf member pengaruh pada nak yang sedang berk embang, tetapi luasnya rentang kontak penting untuk pembelajaran dan perkembanga n kepribadian yang sehat. 5. Tingkat Sosioekonomi

Riset menunjukkan bahwa tingkat sosioekonomi keluarga anak mempunyai dapak signi fikan pada pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua usia anak dari keluarga kela s atas dan menengah mempunyai tinggi badan lebih dari anak dari keluarga dengan strata sosioekonomi rendah. 6. Penyakit. Banyak penyakit kronik yang dikaitkan dengan berbagai tingkat kegagalan pertumbu han adalah anomaly jantung congenital dan gangguan pernafasan seperti kistik fib rosis. Gangguan apapun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk mencerna dan m engabsorbsi nutrisi tubuh akan member efek merugikan pada pertumbuhan dan perkem bangan. 7. Bahaya lingkungan. Bahaya dilikungan adalah sumber kekhawatiran pemberi asuhan kesehatan dan orang lain yang memerhatikan kesehatan dan keamanan. Cidera fisik paling sering terjad i akibat bahaya lingkungan. Anak berisiko tinggi mengalami cidera akibat residu kimia dari kehidupan modern saat inidilingkungan. Bahaya dari residu kimia ini berhubungan dengan potensi ka rdiogenik, efek enzimatik, dan akumulasi (Baum dan Shannon, 1995) . 8. Stress pada Masa Kanak-Kanak Stress adalah ketidakseimbagan antara tuntutan lingkungan dan sumber koping indi vidu yang menggangggu ekuiibrium individu tersebut ( mastern dkk, 1998).Usia ana k, temperamen situasi hidup, dan status kesehatan mempengaruhi kerentanan, reaks i dan kemampuan mereka untuk mengatasi stress. Kenali tanda stress untuk membant u anak menghadapi stress sebelum stress menjadi berat. B. Bahaya Perkembagan Fisik. Semua studi mengenai perkembangan fisik telah menyatakan bahwa bahaya yang palin g besar adalah terhadap kehidupan psikkologis-seseorang. Alasannya adalah bahwa pada sebagian kasus keadaan gangguan psikologis sama parah dan bahkan sering leb ih lama menetap dibandingkan dengan gangguan fisik. Beberapa dari bahaya pada masa kanak-kanak mempunyai sebab fisik dan psikologis. Misalnya, dalam hal gangguan keseimbangan, sebabnya dapat saja bersifat fisiik seperti adanya perubahan hormon pertumbuhan, atau karna sakit penyakit tertentu. Akan tetapi, gejala ini dapat pula disebabkan oleh factor psikologis tertentu, misalnya tinggal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang terlalu banayak m enuntut sehingga menimbulkan ketegangan emosional. Selain itu factor psikologis yang mempengaruhi adalah : 1. Kematian Faktor ini merupakan bahaya terbesar dalam tahun pertama kehidupan seseorang dib andingkan dengan usia selanjutnya. Karena dua minggu pertama setelah diharkan me rupakan hari-hari yang penuh dengan bahaya, tidaklah mengherankan bahwa dua pert iga kematian bayi yang terjadi selama bulan-bulan setelah kelahiran. Setelah mel ewati tahun penuh bahaya ini, biasanya kemungkinan untuk meninggal semakin kecil . Kematian yang terjadi pada tahun pertama kehidupan ini lebih banyak disebabkan olehpenyakit gawat, sedangkan kematian pada tahun kedua lebih banyak disebabkan oleh kecelakaan. 2. Sakit. Secara normal setelah usia rawan ini anak berada pada kondisi yang cukup sehat. Hal ini karena dimana ada peraturan bahwa anak-anak prasekolah sudah memperoleh imunisasi yang lengkap. Pada bagian awal masa puber, sebelum terjadi pematangan kelamin ditandai dengan kondisi yang kurang sehat namun penyakit serius jarang t erjadi. Anak-anak yang berkecenderungan sakit. Faktor psikologis yang kurang menguntungkan juga dapat membentuk kecenderungan a nak untuk sakit-sakitan. Bayi yang tampak gelisah dan mudah terpengaruh, tampakn ya akan mengalami kesulitan penyesuaian diri dengan situasi dan kondisi kehidupa n pascalahir. Mereka memperlihatkan adanya kesukaran dalam pola makan dan ganggu an pencernaan. Anak-anak yang dibesarkan dilingkungan pengasuhan yang autokratis (ketat dan keras) akan cenderung lebih sering sakit dibandingkan dengan mereka yang dibesarkan dalam keluarga yang beriklim demokrasi. Anak-anak yang pada tahu n-tahun pertamanya kurang memperoleh perhatiaan dan kasih saying yang penuh deng an rasa keibuan, cenderung mudah sakit. Dibandingkan dengan anak yang memperoleh

suasana keluargayang secara emosional sehat dan menunjang. Sakit khayalan. Semua anak, sekali tempo akan melaporkan keadaannya yang menurutnya kurang sehat. Biasanya taktik ini digunakan untuk menghindarkan hukuman. Seberapa jauh berrkem bangnya invalid imajiner atau penyakit psikosomatik ini dalam masa kanak-kanak m asih belum diketemukan jawaban yang memuaskan. 3. Cacat jasmani. Cacat jasmani yang diderita anak mempunyai sebab ynag cukup banyak, antara lain keturunan, lingkungan pralahir yang tidak menguntungkan, atau kerusakan tertentu dalam proses kelahirannya. Ada pula yang disebabkan oleh penyakit atau kecelaka an. Beberapa untuk gangguan seperti gagap atau bicara yang tidak jelas karena be berapa kata seperti ditelan, lebih merupakan gangguan psikosomatik yang disebabk an oleh adanya gangguan psikologis. Beberapa dari bentuk penderitaan anak yang disebabkan oleh karena cacat jasmani, adaa yang bentuknya umum dan ada yang tidak umum. Gangguan tersebut antara lai n gigi berlubang, kurang jelas pendengaran dan penglihatan, gangguan saraf, gang guan tulang, gangguan jantung, gangguan dalam bicara, sumbing, lidah pendek, tan da yang dibawa sejak lahir, bentuk tubuh yang abnormal(misalnya jari kurang, jul ing, bongkok, telinga salah bentuk), bekas luka bakar (luka parut atau kulit ter tarik). Beberapa dari gangguan tersebut diatas dapat diatasi, tetapi ada juga ya ng semakin hari semakin parah. C. Bahaya dalam Perkembangan Emosi. Untuk menyoroti betapa besar bahaya yang mungkin timbul bagi perkembangan emosi yang baik, hal-hal yang paling umum akan dibincang lebih lanjut. Beberapa dianta ra bahaya tersebut berkembang lebih awal dalam kehidupan anak sedangkan yang lai n tidak muncul sampai anak menginjak masa puber. 1. Keterlantaran Emosional. Keterlantaran emosional ada hubungannya dengan keterlantaran kasih sayang. Ini b erarti meniadakan kesempatan anak untuk mengalami emosi yang menyenangkan sepert i gembira, bahagia, dan kasih syang dari orang lain. Anak yang tumbuh dalam kond isi semacam itu lapar emosiional. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan fisik da n psikologis. Mereka tidak hanya terampas dalam segi hubungn social yang akrab y ang hanya dpat timbul oleh kasih sayang dan cinta. Sebab keterlantaran kasih sayang. Banyak kondisi yang mempengaruhi keterlantaran kasih saying. Bayi atau anak keci l mungkin mengalami keterlantaran emosional karena dititipkan dipanti asuhan ata u mungkin mereka terlantar dari sumber kasih sayang tetap kematian salah satu at au kedua orang tua. Sekalipun anak-anak tinggal bersama orang tua, mereka mungki n terlantar dalam hal kasih sayang karena penolakan orang tua, diabaikan, atau m endapat perlakuan yang salah, atau mungkin karena orang tua berpandangan bahwa m emperlihatkan kasih sayang berarti memanjakan anak. Sebaliknya keterlantaran kasih sayang mungkin disebabkan oleh penolakan anak ter hadap orang tua tidak memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini terutama berkembang apa bila mereka mencapai usia kanak-kanak pertengahan yang penuh dengan kesadaran be rkelompok dengan teman sebaya dan mereka melihat bahwa orang tua mereka berbeda dari orang tua teman sebaya. Dampak Keterlantaran kasih sayang. 1. Bayi yang terlantar dari kasih sayang mengalami keterlambatan pertumbuha n dan perkembangan yang normal. 2. Perkembangan motorik sebagaimana terlihat dalam hal duduk, berdiri dan b erjalanumumnya terlambat, sehingga anak kecil tersebut menjadi lebih canggung da n kikuk dibandingkan dengan teman sebayanya. 3. Perkembangan bicara terlambat anak sering mengalami gangguan bicara misa lnya gagap. 4. Perkembangan intelektual lambat. 5. Anak yang keterlantaran dari kasih sayang mengalami hambatan ddalam bela jar bergaulo dengan orang lain. 6. Reaksi emosional dan reaksi social yang tidak menyenangkan sebagai akiba t dari keterlantaran kasih sayang ikut mempengaruhi kepribadian anak.

2. Terlalu Banyak Kasih Sayang. Orang tua yang terlalu khawatir akan keselamatan anak-anaknya atau terlalu demon strative menunjukkan kasih sayang tidak akan mendorong anak untuk belajar menge kspresikan kasih sayang kepada orang lai. Bahkan, hal itu mendorong anak untuk m emusatkan kasih sayang kepada diri sendiri dan menuntut serta mengharap kasih sa yang dari orang lain. Terlalu banyak kasih sayang orang tua mempunyai dampak serius lain yaitu mendorn g anak untuk memusatkan kasih saying mereka secara menyolok kepada satu atau dua orang saja. Hal ini berbahaya karena anak merasa cemas dan tidak tenteram apabi la orang-orang itu tidak ada atau apabila prilaku mereka pada satu saat mengesan kan bahwa hubungan itu terancam. Anak semacam itu merasa membina hubungan dengan teman sebaya. Keadaan ini akan menimbulkan perasaan sunyi dan tersiksa karena k esal terhadap kegembiraan yang dialami tema sebaya. 3. Emosional yang Meninggi. Ini berarti suatu prekuensi dan intensitas pengalaman emosional diluar ukuran ya ng normal. Semua anak mengalami keadaan eforia, ekuilibrium, dan disekuilibrium. Seberapa banya proporsi waktu mereka yang bercirikan keadaan tersebut, berbedabeda pada setiap anak dan berbeda pula pada seorang anak untuk saat yang berlain an. Disayangkan, banyak anak mengalami lebih banyak keadaan disekuilibrium dari pada keadaan eforia pada saat emosional meninggi. Kondisi yang Menunjukkan Timbulnya Emosionalitas yang Meninggi. Emosional yang meninggi mungkin disebabkan oleh : 1. Kondisi fisik. Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan kesehatan yang buruk atau perubahan yang berasal dari perkembangan maka anak akan mengalami emosional yang meninggi. Kesehatan yang buruk, yang disebabkan oleh gizi yang buruk, gangguan pencernaan, atau penyakit. Kondisi yang merangsang, seperti kaligata atau eksim. Setiap gangguan yang kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis. Perubahan kelenjar terutama pada saat puber. 2. Kondisi Psikologis. Perlengkapan intelektual yang buruk. Anak yang tingkat iintelektualnya rendah ra ta-rata mempunyai pengendalian emosi yang kurang dibandingkan dengan anak yang p andai pada tingkatan umur yang sama. Kecemasan, setelah pengalaman emosional yang sangat kuat. Sebagai contoh akibat, lanjutan darri pengalaman yang menakutkan yang mengakibatkan anak ttaku kepada setiap situasi yang dirasakan mengancam. 3. s. Kekangann yang berlebihan, seperti disiplin yang otoriter. Sikap orang tua yang terlalu mencemaskan atau terlalu melindungi. Suasana otoriter disekolah,. Guru yyang terlalu menuntun atau pekerjaan sekolah yang tidak sesuai dengan kemampuaan anak akan menimbulkan kemarahan sehingga ana k pulang kerumah dengan keadaan kesal. Dampak Emosionalitas yang Meninggi. 1. Keadaan emosional yang kuat, sering atau menetap menggoncangkan keseimba ngan tubuh dan mencegah tubuh berfungsinya secara normal. 2. Apabila keseimbangan tubuh terguncang emosi, prilaku anak menjadi kurang teratur dibandingkan dalam keadaan normal, dan lebih menyerupai prilaku anak ya ng lebih muda. 3. Nilai sekolah juga tampak dipengaruhi oleh ketegangan emosional. Kesulit an memaca merupakan kesulitan yang umum pada anak-anak yang emosionalitasnya men nggi. 4. Emosionalitas yang meninggi mempengruhi penyesuaian anak secara langsung karena orang lain menilai anak atas dasar prilakunya. Emosional yang meninggi m Kondisi lingkungan. Ketegangan, yang disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang terus meneru

emepengaruhi penyesuai anak secara tidak langsung karena penilaiian social yang diterima anak mempengaruhi sikap dan prilaku anak terhadap orang lain. D. Bahaya dalam Perkembangan Moral. Sejumlah perkiraan tentang penyebabnya telah dikemukan dengan harapan memastikan siapa yang harus dipersalahkan. Telah dikatakan bahwa dilarang menggunakan semu a bentuk hukuman badan pada murid yang tidak patuh. Orang lain menyalahkan kuran gnya pendidikan keagamaan dirumuh dan sekolah, selain itu keretakan didalam kelu arga dan meningkatnya perceraian, ibu yang bekerja dan keluarga dengan orang tua yang meninggal. Mungkin perkiraan yang paling dapat diterima mengenai penyebab kemerosotan moral , seperti terbukti oleh peningkatan berbagai bentuk kenakalan dan kriminalitas, telah dipusatkan pada sikaf permisif atau apa yang sering disebut sebagai spockisme. Orang yang lebih tua dan berusia menengah bila membandingkan disiplin yang dial ami mereka ketika mereka masih kanak-kanak dengan disiplin yang diberlakukan pad a anak sekarang dirumah dan disekolah, hamper semuanya sepenuhnya setuju bahwa d isinilah letak kesalahan sesungguhnya. 1. Keyakinan bahwa disiplin dan hukuman itu sinonim. Studi-studi mengenai pengaruh hukuman badan seperti dikemukakan terleih dahulu m enunjukkan, bahwa alih-alih mendukung perkembangan perilaku yang disetujui, huku man badan merangsang perkembangan sikap yang merugikan pada anak sehingga tidak terjadi perbaikan dalam prilaku moral, melainkan terjadi peningkatan immoralitas . Ukti bahwa hukuman badan merupakan sumber motivasi untuk perilaku moral hampir tidak ada. Keyakinan bahwa hukuman dapat memenuhi seluruh fungsi disiplin. Keyakinan ini me ngabaikan peran peraturan dan penghargaan. Ia juga mengabaikan kenyataan bahwa m oralitas yang benar berasal dari pengendalian perilaku dari dalam alih-alih peng endalian dari luar. Bila anak tidak mengetahui apa yang benar dan salah, bila us aha mereka untuk memenuhi harapan social tidak dihargai, dan bila mereka mengemb angkan sikaf yang negative terhadap yang berwewenang karena mereka menganggap me reka sebagai orang yang suka menghukum, maka mereka akkan mempunyai sedikit kein ginan untuk berusaha berprilaku sesuai dengan harapan social. 2. Kesulitan dalam belajar konsep moral. Kebingungan akan memperlambat proses belajar. Bila terdapat konflik antara kode dirumah dank ode kelompok teman sebaya, anak harus memutuskan yang mana yang aka n diikuti. Kebingungan menyebabkan anak mempertanyakan keadilan konsep. Bila hal ini terjad i, hal ini akan melemahkan motifasi mereka untuk menerima konsep-konsep yang dia nggap tidak adil. Kebingungan dalam konsep moral mempengaruhi keputusan moral. Jika misalnya suatu konflik timbul antara satu kelompok social dengan kelompok lain, anak-anak haru s memutuskan kode moral mana yang harus diikuti dan selanjutnya bersedia untuk m enerima hukuman dan penolakan dari kelompok social lain yang kodenya telah merek a langgar. E. Bahaya dalam hubungan keluarga. Berbeda dari bahaya dikebanyakan bidang perkembangan anak yang lain, bhaya dalam hubungan keluargatidak hanya mempengaruhi anak saja melainkan juga anggota kelu arga lain. Dengan terpengaruhnya anggota keluarga lain oleh perubahan yang dibaw a bahaya tersebut didalam hubungan keluarga, anak itu secara tidak langsung aka terpengaruh. Karena huungan keluarga melibatkan seluruh anggota keluarga, bukan hanya hubunga n antara orang tua dengan anak, kemungkinan terciptanya hubungan yang akan memba hagiakan penyesuaian pribadi dan social yang buruk banyak sekali. Penyebab umum memburuknya hubungan keluarga. 1. Hubungan suami istri. Seandainya suami atau istri merasa kecewa dengan peran sebagai orang tua, karena perubahan radikal yang tidak diharapkan, perselisihan suami istri berkembang. O rang tua yang kecewa kemudian bersikap sangat kritis terhadap pasangannya dan a nak-anak. 2. Hubungan orang tua-anak.

Bila anak-anak tidak lagi begitu bergantung pada orang tua seperti sebelumnya da n tidak lagi demonstrative dalam meenyatakan kasih sayang, perhatian dan penghar gaan, mereka sering memperlakukan orang tua sedemikian rupa hingga orang tua mer asa ditolak. Bahkan sewaktu anak tidak kritis dan melawan, prilaku mereka yang b erubah terhadap orang tua tak dapat tidak memperburuk hubungan orang tua-anak. 3. Hubungan antar saudara kandung Saudara yang lebih tua yang menggap saudara kecilnya boneka lucu ketika adiknya ma sih bayi, mungkin akan menggap adiknya sebagai pengganggu bila ia diharapkan seb agai pengasuh bayi yang tidak diberi upah. Adiknyya ynag sebelumnya menganggap k akaknya sebagai idola, mungkin menemukan bahwa idolanya agak kehilangan daya tar ik saat kakak mulai bersikap kurang ramah dan menolak bermain dengan dia. 4. Hubungan dengan sanak saudara. Nenek yang memanjakan cucunya krtika masih bayi mungkin beralih menjadi pendisip lin yang keras dengan bertambahnya usia mereka. Pengaruh hubungan keluarga yang memburuk. Bila anak salah menginterpretasiakan perilaku orang tua dan yakin bahwa orang tu a menolak mereka atau kurang mencintai mereka dari sebelumnya, mereka menjadi ce mas, merasa tidak nyaman dan memberontak. Orang tua yang tidak mengerti apa yang terdapat dibelakang prilaku kekanakan tersebut merasa tidak dihargai dan ditola k. Bila kemerosotan hubungan keluarga itu persisten, kemerosotan ini melemahkan ika tan emosional antar anggota keluarga. Akibatnya hamper tidak ada lagi perhatian dan kasih sayang antar angota keluarga. Permusuhan antara anak laki-laki dan ana k perempuan selama saat antagonismeseks dalam gang berada pada puncaknya kemungk inan akan menjadi sikap antagonistic yang masih akan bertahan lama sesudah antag onism ini menyusut. Anak yang tumbuh didalam rumah tangga dengan hubungan keluarga diwarnai perselis ihan sering mengembangkan ketidak penyesuaian dalam kepribadian yang bertahan hi ngga masa dewasa. Beberapa keluarga ynag menyadari bahaya pengaruh hubungan yang buruk terhadap seluruh anggota keluarga berusaha menanggulangi masalah ini deng an perpisahan. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang digolongkan menjadi tiga yaitu kebutuh an fisis-bomedis (asuh), berupa pangan, sandang, papan, perawatan kesehatan dasar, hygiene, sanitasi,kesegaran jasmani, rekreasi; kebutuhan emosi / kasih saying (a sih); dan kebutuhan akan stimulasi mental (asah) yang merupakan cikal bakal proses pembelajaran ( pendidikan dan pelatihan ) pada anak. Jenis tumbuh kembang dibedakan menjadi tiga, yaitu tumbuh kembang fisis, intelek tual, dan sosial emosional. Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam bentuk besar dan fungsi organisme atau individu. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abs trak dan simbolik, seperti berbicara, bermain, berhitung, dan membaca. Tumbuh ke mbang social emosional bergantung pada kemampuan bayi untuk membentuk ikatan bat in, berkasih saying, menangani kegelisahan akibat suatu frustasi, dan mengelola rangsangan agresif. B. Saran

You might also like