You are on page 1of 102

Sejarah Al-Qur’an: Rejoinder

Mengkaji sejarah Al-Qur’an dengan melihat proses-proses pembentukannya, baik pada masa Nabi dan masa-
masa sesudahnya sangat penting, untuk mengingatkan kita selalu bahwa Al-Qur’an adalah manifestasi
manusiawi dari kalamullah. Seperti juga kitab-kitab suci lainnya di dunia ini, Al-Qur’an memiliki keterbatasan-
keterbatasan pada lingkup kebahasaan dan kesejarahan di mana ia diturunkan.

Oleh: Luthfi Assyaukanie

Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada siapa saja yang telah memberikan komentar dan
kritik terhadap artikel saya tentang “Merenungkan Sejarah Al-Qur’an” yang dipublikasikan di website Jaringan
Islam Liberal (JIL). Pada mulanya, artikel itu adalah bagian dari refleksi kegiatan spiritual saya selama bulan
Ramadhan. Pada bulan itu, saya mencoba membaca Al-Qur’an dengan model bacaan saya sendiri yang
menurut saya lebih berkesan dan mempengaruhi intensitas keberagamaan saya. Secara khusus, saya membaca
beberapa buku Nasr Hamed Abu Zayd dan juga beberapa artikel yang ditulis oleh sarjana Al-Qur’an dari Barat.
Saya selalu terobsesi untuk membaca karya-karya semacam ini, sebagai “balance” (penyeimbang) dari bacaan
saya selama ini yang terlalu banyak dengan karya-karya apologetis. Saya pikir, rasanya kurang adil kalau saya
hanya mensuplay ke dalam memori pikiran saya pengetahuan apologetis saja.

Inilah latar belakang mengapa artikel itu saya tulis. Semula saya ragu menuliskan apa yang saya baca. Tapi,
rasanya masih terus ada yang mengganjal kalau belum ditulis. Ketika menulis artikel itu, saya mendapat
panduan dari karya-karya sarjana Al-Qur’an dari Barat untuk membuka kitab-kitab klasik seperti kitab al-
masahif, al-fihrist, al-itqan, dan al-burhan. Saya beruntung karena semua kitab itu bisa saya dapatkan,
sehingga saya bisa merujuk setiap klaim yang dibuat oleh para sarjana Al-Qur’an dari Barat itu.

Saya pikir, para sarjana Al-Qur’an dari Barat atau yang biasa disebut dengan nada permusuhan sebagai
“orientalis” itu telah banyak berjasa bagi tradisi kesejarahan Al-Qur’an. Saya bukan tidak sadar bahwa
sebagian dari mereka, seperti dengan baik telah diperlihatkan oleh para kritikus orientalis semacam A.L.
Tibawi dan Edward Said, adalah para sarjana yang bekerja untuk kepentingan proyek kolonialisme dan
penaklukkan dunia Islam. Tapi, saya meyakini, tidak semua mereka seburuk apa yang dicurigai kaum Muslim.
Dunia sekarang ini sudah sangat terbuka dan tanpa batas. Akses kepada informasi bisa diperoleh semua orang
dengan mudah. Apa yang dikatakan oleh para orientalis itu bisa kita rujuk dan buktikan ke sumber-sumber
aselinya. Dan ini yang saya coba lakukan dalam menulis artikel itu.

Untuk menulis artikel singkat itu, saya merujuk semua buku yang disebut para orientalis, khususnya kitab al-
masahif karya Ibn Abi Daud, al-Fihrist karya Ibn Nadiem, dan al-Itqan karya al-Suyuthi. Dalam artikel itu,
sengaja saya tidak menyebut nama orientalis satupun, karena saya sadar bahwa kaum Muslim memiliki apriori
dan prasangka yang luar biasa pada nama-nama mereka. Saya pikir, kalau saya kutip nama-nama orientalis itu,
paling-paling artikel saya akan dicampakkan begitu saja. Agaknya, ini yang pernah terjadi dengan rekan saya,
Taufik Adnan Amal, yang lebih piawai, lebih ahli, dan lebih produktif dari saya dalam menuliskan sejarah Al-
Qur’an. Namun, hanya karena tulisan-tulisan dia sarat dengan nama-nama seperti Jeffrey, Wansborough, dan
semacamnya, tulisan-tulisan itu tampaknya tidak banyak diperhatikan orang. Di website JIL sendiri, ada tiga
artikel Taufik, yang menurut saya, memiliki pesan yang sama dengan refleksi yang saya buat.

Para pengkritik dan pengecam artikel saya berusaha dengan tak sabar ingin mendengar pengakuan dari saya
bahwa saya merujuk kepada orientalis, agar kemudian mereka bisa berteriak: “tuh kan Luthfi ujung-ujungnya
pake orientalis.” Saya sedih jika ada yang berkomentar seperti ini. Seolah-olah, ilmu itu milik umat Islam
saja, dan yang boleh meneliti sesuatu hanya orang Islam saja. Sedangkan orang lain, apalagi orang di luar
Islam, meskipun mereka punya keahlian untuk itu, dianggap tak layak, dan bahkan kalau perlu dianggap
“najis” yang harus dicampakkan. Padahal Sayyidina Ali jauh-jauh hari sudah mengingatkan kita: Undzur ma
qaala wa la tandhur man qaala (lihat apa yang dikatakan, dan jangan lihat siapa yang berkata). Para ulama
mantiq (ahli logika) jauh-jauh hari juga sudah mengingakan agar kita jangan mudah terjatuh pada apa yang
mereka sebut sebagai ughluthat al-askhash (ad hominem), yakni menghukumi sebuah pendapat semata-mata
melihat siapa yang berkata, dan bukan apa yang dikatakan.

Bagi saya, kajian para orientalis telah membuka banyak dimensi tak terpikirkan dari sejarah Al-Qur’an selama
ini. Pada gilirannya, kerja keras dan temuan-temuan mereka bisa digunakan untuk menjelaskan apa yang
selama ini menjadi concern ulama dan intelektual Muslim. Bagaimanapun, kritik teks (khususnya teks-teks
suci) adalah disiplin baru yang tak memiliki preseden dalam sejarah intelektualisme umat manusia. Di masa
silam, teks-teks suci dianggap sebagai korpus tertutup yang sudah selesai dan tak boleh diganggu-gugat. Siapa
saja yang mencoba mengkritisinya, dia akan dianggap “murtad,” “kafir,” “zindiq,” atau istilah-istilah lain
yang sejenis. Untuk membentengi kesucian dan kemaksuman kitab suci, mitos-mitos pun diciptakan, misalnya
seperti masalah i’jazul Qur’an (e.g. angka 19, dll). Siapa saja yang menolak mitos-mitos ini, juga akan dicap
dengan istilah-istilah seram di atas. Itulah yang terjadi dengan banyak ulama dan intelektual Muslim yang
mencoba “membaca” Al-Qur’an dengan perspektif lain, seperti yang dialami oleh Arkoun, Syahrour, dan Abu
Zayd.

Kajian historis terhadap Al-Qur’an membantu kita, di antaranya, untuk menjelaskan persoalan-persoalan
klasik hubungan antara wahyu, kitab suci, dan risalah kenabian, secara umum. Selanjutnya, masalah ini juga
dapat membantu kita menjelaskan peran dan fungsi agama-agama di dunia ini bagi umat manusia. Saya
menganggap kajian Al-Qur’an dengan melihatnya sebagai sebuah satu-kesatuan kitab suci dan sekaligus
melihat detil-detil peristiwa kesejarahannya yang manusiawi, seperti kita memahami sejarah alam semesta.
Menurut para astrofisikawan, alam semesta tak bisa dipahami kecuali kita menggabungkan dua teori utama:
(i) yang berkaitan dengan hal-hal maha-besar seperti big bang, gravitasi, dan ekspansi; dan (ii) hal-hal maha-
kecil seperti quantum, singularity, dan string. Begitu juga Al-Qur’an, ia tak bisa dipahami dengan baik jika kita
hanya melihat satu dimensi saja dan mengabaikan dimensi lainnya. Menurut saya, dimensi historis Al-Qur’an
adalah modal penting bagi kita memahami fungsi dan peran Al-Qur’an yang sesungguhnya.

Dari kajian sejarah pembentukan Al-Qur’an, kita mengetahui bahwa kitab suci ini berkembang dengan sangat
dinamis, berinteraksi dengan kehidupan umat manusia, yang kadang sangat bersifat lokal dan temporal. Ayat-
ayat yang dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan para sahabat Nabi, misalnya (yas’alunaka anil khamr, anil
ahillah, anil mahidh, dan seterusnya), adalah refleksi dari kehidupan yang dijalani Nabi dan para sahabatnya.
Kasus-kasus seperti minuman keras dan menstruasi (yang disebutkan dalam ayat yas’alunaka itu), adalah
persolan manusia di dunia yang muncul tiba-tiba karena desakan situasi yang dihadapi para sahabat nabi saat
itu. Dengan kata lain, jika tidak ada situasi yang mendesak tersebut, maka ayat-ayat tentang khamar dan
menstruasi akan absen dari Al-Qur’an.

Fenomena lokal-temporal yang dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an telah lama menjadi kajian para ulama dan
ilmuwan Muslim. Dalam ‘Ulum al-Qur’an dan juga Ushul al-Fiqh, mereka menciptakan kaedah-kaedah yang
tujuannya meuniversalkan pesan-pesan Al-Qur’an, seperti al-’ibrah bi ‘umum al-lafdh la bi khusus al-sabab
(mendahulukan kata-kata yang umum di atas sebab-sebab yang khusus). Kaedah-kaedah seperti ini sangat
membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an, tapi tidak membantu dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang
lebih substansial yang umumnya dihadapi oleh para filsuf Muslim di masa klasik dan intelektual Muslim di masa
modern, menyangkut hubungan antara risalah kenabian, kitab suci, posisi Allah, wahyu, dan beragamnya
agama-agama di dunia.

Para filsuf Muslim klasik mencoba menjelaskan persoalan-persoalan itu dengan menggunakan analisa-analisa
yang rumit yang hanya dipahami oleh kalangan tertentu, khususnya mereka yang mempelajari disiplin filsafat.
Al-Farabi misalnya menjelaskan proses turunnya wahyu Allah kepada Nabi Muhammad sebagai proses yang
sepenuhnya bersifat psikologis (al-nafsiyyah). Agen penyampai wahyu yang umumnya disebut “Jibril” hanyalah
salah satu daya (quwwah) saja yang ada dalam diri manusia. Setiap manusia, secara potensial (bil quwwah),
memiliki daya kenabian, hanya saja intensitas kenabian itu berbeda satu dengan lainnya. Daya kenabian yang
dimiliki Nabi Muhammad merupakan yang terbesar, sehingga dia mampu mengaktualisasikan wahyu Tuhan dari
potensi (bil quwwah) menjadi kenyataan (bil fi’il).

Dalam proses aktualisasi wahyu dari bil quwwah menjadi bil fi’il ada sejumlah proses reduksi. Hal ini lumrah
belaka, karena pesan-pesan Allah yang universal disampaikan dalam bentuk bahasa manusia, yakni bahasa
Arab, yang tunduk pada aturan-aturan retoris, gramatis, semantik, leksikal, dan sintaks. Bahasa Arab bukanlah
bahasa baru yang muncul tiba-tiba karena Al-Qur’an. Bahasa ini telah ada sejak lama dan digunakan oleh
masyarakat Arabia sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial, bisnis, puisi, literatur, graffitti, kecaman,
dan juga obrolan-obrolan porno. Puisi-puisi jahiliah yang banyak mengumbar syhawat dan pornografi
diekspresikan dalam bahasa Arab. Puisi-puisi dan literatur yang dianggap “menyimpang” dari Islam juga ditulis
dalam bahasa Arab.

Persoalan utama Al-Qur’an, menurut saya, bukanlah persoalan penafsiran semata, tapi memahaminya sebagai
sebuah produk ilahiah (al-intaj al-ilahy) yang berada dalam ruang sejarah manusia yang tidak suci dan
terbatas. Teks-teks yang tertulis dalam bahasa Arab yang kemudian disebut “Al-Qur’an” adalah artikulasi
manusia terhadap kalamullah yang abadi dan eternal. Kalamullah yang abadi dan eternal inilah yang terus
dijaga oleh Allah, seperti dijanjikan dalam salah satu ayatnya (Inna nahnu nazzalna al-dhikra wa inna lahu
lahafidhun Q.S. 15:9). Adapun Al-Qur’an, pada dasarnya adalah sesuatu --meminjam istilah para pemikir
Muktazilah-- “yang diciptakan” (makhluq) dalam kebaharuan (muhdath), dan karenanya, ia tidak eternal dan
tidak abadi.

Upaya koleksi, modifikasi, dan unifikasi, yang dilakukan baik oleh para sahabat maupun orang-orang yang
sesudahnya adalah contoh dari proses-proses keterciptaan Al-Qur’an dalam ruang yang tidak permanen dan
tidak abadi. Menurut Al-Qur’an, Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah (message), dan
risalah itu bernama “Islam.” Sebagai sebuah risalah, Islam, seperti diberitakan Al-Qur’an, bukanlah agama
yang baru, dan Muhammad bukanlah satu-satunya pembawa risalah. Sebelumnya, risalah itu telah
disampaikan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa (Q.S. 42:13). Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab. Tidak ada yang
unik dari bahasa ini, karena seperti kata Al-Qur’an sendiri: “Tidaklah kami utus seorang rasul kecuali dengan
bahasa kaumnya, agar ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka” (Q.S. 14:4). Dengan kata
lain, alasan mengapa Al-Qur’an berbahasa Arab karena semata-mata ia diturunkan kepada orang-orang Arab.
Tidak lebih dan tidak kurang.

Bahasa manusia adalah instrumen komunikasi yang terbatas pada budaya, tempat, dan waktu di mana ia
digunakan. Kosakata dari bahasa selalu berkembang, sesuai dengan perkembangan zaman. Keterbatasan
kosakata Al-Qur’an bukanlah keterbatasan pesan-pesan Allah (kalamullah) yang universal, tapi keterbatasan
bahasa Arab yang tunduk pada situasi dan kondisi saat Al-Qur’an diturunkan. Sejarah pembukuan Al-Qur’an
adalah sejarah pereduksian kalamullah yang universal dan eternal. Seperti juga yang terjadi pada kitab-kitab
suci lainnya, seperti Taurat, Injil, Zabur, Al-Qur’an adalah manifestasi dari kalamullah yang eternal dan
universal. Karena manifestasi dilakukan dalam bahasa manusia yang beragam dan tidak sempurna, maka
terjadilah perbedaan-perbedaan di antara kitab-kitab suci itu (dan selanjutnya juga di antara para pemeluk
agama).

Al-Qur’an sendiri adalah produk pemanusiaan (humanizing) pesan-pesan Allah (kalamullah) yang universal dan
eternal. Dalam sejarahnya, ada dua tahap pemanusiaan kalamullah itu hingga menjadi bentuknya yang kita
lihat sekarang. Tahap pertama adalah tahap pengaturan ayat-ayat yang diturunkan secara kronologis (tartib
al-nuzul) menjadi urutan bacaan seperti kita kenal sekarang (tartib al-tilawah). Ini dilakukan pada masa Nabi
dan dilengkapi pada masa Uthman bin Affan. Tahap selanjutnya adalah pemberian tanda baca (tasykil) yang
dilakukan sepanjang sejarah Islam hingga digunakannya mesin cetak pada masa modern.

Seperti kita ketahui, susunan Al-Qur’an yang diturunkan secara kronologis berbeda dengan susunan yang kita
lihat sekarang. Perubahan susunan ini memiliki dua dampak yang cukup penting: pertama, ia menghancurkan
konteks peristiwa dan kesejarahan setiap wahyu yang diturunkan; dan kedua, ia menjadikan Al-Qur’an sebagai
sebuah bacaan “magis” (karena yang ditekankan bukan makna kronologisnya, tapi struktur kebahasaannya).
Dampak yang terakhir ini kemudian mendorong sebagian ulama untuk membesar-besarkan apa yang mereka
sebut sebagai “i’jaz al-balaghi al-Qur’ani” (mu’jizat sastrawi Al-Qur’an).

Dalam tulisan saya yang ringkas itu, saya telah berusaha memperlihatkan bahwa hingga abad ke-4 (masa Ibn
Nadiem dan Ibn Abi Daud) dan bahkan hingga abad ke-10 (masa Jalaluddin al-Suyuthi), persoalan penulisan
dan penertiban ayat-ayat Al-Qur’an tetap menjadi isu hangat yang terus diperdebatkan. Tidak ada yang tabu
bagi ulama Islam kala itu untuk mendiskusikan kesejarahan Al-Qur’an. Ibn Nadiem bebas-bebas saja membuat
pernyataan bahwa Mushafnya Ibn Abbas tidak memiliki al-Fatihah, dan al-Suyuthi bebas-bebas saja
meriwayatkan Hadith ‘Aisyah bahwa Mushaf Uthmani telah menghilangkan surah al-Ahzab dan karenanya Al-
Qur’an yang dibuat Uthman menjadi lebih ramping dari Mushaf yang dimilikinya.
Menurut saya, keyakinan akan imanensi dan permanensi Al-Qur’an, selain bertentangan dengan prinsip tauhid
yang paling asasi (yakni hanya Allah yang imanen dan permanen, adapun yang lainnya hanyalah manifestasi
dari kalam-Nya), juga bertentangan dengan konteks kesejarahan Al-Qur’an sendiri yang dinamis, progresif,
dan manusiawi.

Mengkaji sejarah Al-Qur’an dengan melihat proses-proses pembentukannya, baik pada masa Nabi dan masa-
masa sesudahnya sangat penting, untuk mengingatkan kita selalu bahwa Al-Qur’an adalah manifestasi
manusiawi dari kalamullah. Seperti juga kitab-kitab suci lainnya di dunia ini, Al-Qur’an memiliki keterbatasan-
keterbatasan pada lingkup kebahasaan dan kesejarahan di mana ia diturunkan. Namun demikian, sebagai
sebuah manifestasi dari kalamullah, Al-Qur’an memiliki kesamaan-kesamaan dengan kitab-kitab suci lainnya
(yang juga merupakan manifestasi kalamullah). Aspek kesamaan inilah (dalam bahasa Al-Qur’an disebut
“kalimatun sawaa”) yang harus selalu ditekankan oleh kaum Muslim secara khusus dan seluruh umat beragama
secara umum.

Imani billahi akbar wa huwa khayrul musta’an.

pre- text WORD post- text


%

Fatihah, dan al-Suyuthi bebas-bebas bahwa Mushaf Uthmani telah menghilangkan


saja meriwayatkan Hadith
‘aisyah surah al-Ahzab dan
92 %

lah lama menjadi kajian para ulama al-Qur’an dan juga Ushul al-Fiqh, mereka
dan ilmuwan Muslim. Dalam
‘ulum menciptakan kaedah-
50 %

a meuniversalkan pesan-pesan Al- al-lafdh la bi khusus al-sabab (mendahulukan kata-


Qur’an, seperti al-’ibrah bi
‘umum kata yang
51 %

s-teks yang tertulis dalam bahasa adalah artikulasi manusia terhadap kalamullah
Arab yang kemudian disebut
“al-qur’an” yang abadi dan
66 %

alu terobsesi untuk membaca karya- (penyeimbang) dari bacaan saya selama ini yang
karya semacam ini, sebagai
“balance” terlalu banya
7%

ulama untuk membesar-besarkan al-balaghi al-Qur’ani” (mu’jizat sastrawi Al-


apa yang mereka sebut sebagai
“i’jaz Qur’an). Dal
88 %

is (al-nafsiyyah). Agen penyampai hanyalah salah satu daya (quwwah) saja yang ada
wahyu yang umumnya disebut
“jibril” dalam diri m
56 %

llah). Aspek kesamaan inilah (dalam sawaa”) yang harus selalu ditekankan oleh kaum
bahasa Al-Qur’an disebut
“kalimatun Muslim secara
99 %

an; dan kedua, ia menjadikan Al- (karena yang ditekankan bukan makna
Qur’an sebagai sebuah bacaan
“magis” kronologisnya, tapi stru
86 %

jadi dengan banyak ulama dan Al-Qur’an dengan perspektif lain, seperti yang
intelektual Muslim yang mencoba
“membaca” dialami oleh
36 %

n dalam bahasa Arab. Puisi-puisi dari Islam juga ditulis dalam bahasa Arab.
dan literatur yang dianggap
“menyimpang” Persoalan utam
63 %

memberikan komentar dan kritik Sejarah Al-Qur’an” yang dipublikasikan di website


terhadap artikel saya tentang
“merenungkan Jaringan I
4%

tuk itu, dianggap tak layak, dan yang harus dicampakkan. Padahal Sayyidina Ali
bahkan kalau perlu dianggap
“najis” jauh-jauh hari
27 %

Barat atau yang biasa disebut itu telah banyak berjasa bagi tradisi kesejarahan
dengan nada permusuhan sebagai
“orientalis” Al-Qur’an.
13 %

unik dari bahasa ini, karena seperti “tidaklah kami utus seorang rasul kecuali dengan bahasa 73 %
kata Al-Qur’an sendiri: kaumnya, agar
ujuk kepada orientalis, agar kan Luthfi ujung-ujungnya pake orientalis.” Saya
kemudian mereka bisa berteriak: “tuh sedih jika
25 %

adalah sesuatu --meminjam istilah diciptakan” (makhluq) dalam kebaharuan


para pemikir Muktazilah-- “yang (muhdath), dan karena
68 %

ringkas itu, saya telah berusaha ke-4 (masa Ibn Nadiem dan Ibn Abi Daud) dan
abad 89 %
memperlihatkan bahwa hingga bahkan hingga ab
ad ke-4 (masa Ibn Nadiem dan Ibn ke-10 (masa Jalaluddin al-Suyuthi), persoalan
abad 89 %
Abi Daud) dan bahkan hingga penulisan dan
l-Qur’an” adalah artikulasi manusia dan eternal. Kalamullah yang abadi dan eternal
abadi 66 %
terhadap kalamullah yang inilah yang t
terhadap kalamullah yang abadi dan dan eternal inilah yang terus dijaga oleh Allah,
abadi 66 %
eternal. Kalamullah yang seperti dij
diem bebas-bebas saja membuat tidak memiliki al-Fatihah, dan al-Suyuthi bebas-
abbas 91 %
pernyataan bahwa Mushafnya Ibn bebas saja m
isebut para orientalis, khususnya Daud, al-Fihrist karya Ibn Nadiem, dan al-Itqan
abi 18 %
kitab al-masahif karya Ibn karya al-Suy
mperlihatkan bahwa hingga abad Daud) dan bahkan hingga abad ke-10 (masa
abi 89 %
ke-4 (masa Ibn Nadiem dan Ibn Jalaluddin al-Suyut
tersebut, maka ayat-ayat tentang dari Al-Qur’an. Fenomena lokal-temporal yang
absen 49 %
khamar dan menstruasi akan dijumpai dal
n saya. Secara khusus, saya
Zayd dan juga beberapa artikel yang ditulis oleh
membaca beberapa buku Nasr abu 6%
sarjana Al-
Hamed
pektif lain, seperti yang dialami oleh Zayd. Kajian historis terhadap Al-Qur’an
abu 37 %
Arkoun, Syahrour, dan membantu kita, d
agu menuliskan apa yang saya baca. yang mengganjal kalau belum ditulis. Ketika
ada 10 %
Tapi, rasanya masih terus menulis artikel
nya tidak banyak diperhatikan tiga artikel Taufik, yang menurut saya, memiliki
ada 23 %
orang. Di website JIL sendiri, pesan yang
kan Luthfi ujung-ujungnya pake yang berkomentar seperti ini. Seolah-olah, ilmu itu
ada 25 %
orientalis.” Saya sedih jika milik um
api para sahabat nabi saat itu. situasi yang mendesak tersebut, maka ayat-ayat
ada 48 %
Dengan kata lain, jika tidak tentang khama
disebut “Jibril” hanyalah salah satu dalam diri manusia. Setiap manusia, secara
ada 57 %
daya (quwwah) saja yang potensial (bil qu
m proses aktualisasi wahyu dari bil sejumlah proses reduksi. Hal ini lumrah belaka,
ada 59 %
quwwah menjadi bil fi’il karena pesan
aru yang muncul tiba-tiba karena sejak lama dan digunakan oleh masyarakat Arabia
ada 61 %
Al-Qur’an. Bahasa ini telah sebagai alat
n Isa (Q.S. 42:13). Al-Qur’an yang unik dari bahasa ini, karena seperti kata Al-
ada 73 %
menggunakan bahasa Arab. Tidak Qur’an sen
h (kalamullah) yang universal dan dua tahap pemanusiaan kalamullah itu hingga
ada 81 %
eternal. Dalam sejarahnya, menjadi bentukny
’an tetap menjadi isu hangat yang ada
yang tabu bagi ulama Islam kala itu untuk
90 %
terus diperdebatkan. Tidak mendiskusikan kese
ngat penting, untuk mengingatkan adalah manifestasi manusiawi dari kalamullah. Seperti 1%
kita selalu bahwa Al-Qur’an juga kitab-ki
site Jaringan Islam Liberal (JIL). bagian dari refleksi kegiatan spiritual saya selama
adalah 5%
Pada mulanya, artikel itu bulan Ra
ara kritikus orientalis semacam A.L. para sarjana yang bekerja untuk kepentingan
adalah 14 %
Tibawi dan Edward Said, proyek koloniali
Muslim. Bagaimanapun, kritik teks disiplin baru yang tak memiliki preseden dalam
adalah 32 %
(khususnya teks-teks suci) sejarah intel
an dimensi lainnya. Menurut saya, modal penting bagi kita memahami fungsi dan
adalah 43 %
dimensi historis Al-Qur’an peran Al-Qur’an
naka anil khamr, anil ahillah, anil refleksi dari kehidupan yang dijalani Nabi dan para
adalah 46 %
mahidh, dan seterusnya), sahabatn
dan menstruasi (yang disebutkan persolan manusia di dunia yang muncul tiba-tiba
adalah 47 %
dalam ayat yas’alunaka itu), karena desak
tertulis dalam bahasa Arab yang artikulasi manusia terhadap kalamullah yang abadi
adalah 66 %
kemudian disebut “Al-Qur’an” dan eterna
lahu lahafidhun Q.S. 15:9). Adapun sesuatu --meminjam istilah para pemikir
adalah 68 %
Al-Qur’an, pada dasarnya Muktazilah-- “yang d
an baik oleh para sahabat maupun contoh dari proses-proses keterciptaan Al-Qur’an
adalah 69 %
orang-orang yang sesudahnya dalam ruang
-orang Arab. Tidak lebih dan tidak instrumen komunikasi yang terbatas pada budaya,
adalah 75 %
kurang. Bahasa manusia tempat, dan
ndisi saat Al-Qur’an diturunkan. sejarah pereduksian kalamullah yang universal dan
adalah 78 %
Sejarah pembukuan Al-Qur’an eternal. S
-kitab suci lainnya, seperti Taurat, manifestasi dari kalamullah yang eternal dan
adalah 79 %
Injil, Zabur, Al-Qur’an universal. Kare
nya juga di antara para pemeluk produk pemanusiaan (humanizing) pesan-pesan
adalah 80 %
agama). Al-Qur’an sendiri Allah (kalamulla
ga menjadi bentuknya yang kita tahap pengaturan ayat-ayat yang diturunkan secara
adalah 82 %
lihat sekarang. Tahap pertama kronologis
dan dilengkapi pada masa Uthman pemberian tanda baca (tasykil) yang dilakukan
adalah 83 %
bin Affan. Tahap selanjutnya sepanjang seja
ngat penting, untuk mengingatkan manifestasi manusiawi dari kalamullah. Seperti
adalah 96 %
kita selalu bahwa Al-Qur’an juga kitab-ki
nahnu nazzalna al-dhikra wa inna Al-Qur’an, pada dasarnya adalah sesuatu --
adapun 67 %
lahu lahafidhun Q.S. 15:9). meminjam istilah p
ng paling asasi (yakni hanya Allah yang lainnya hanyalah manifestasi dari kalam-
adapun 94 %
yang imanen dan permanen, Nya), juga bert
ak dengan karya-karya apologetis. kalau saya hanya mensuplay ke dalam memori
adil 8%
Saya pikir, rasanya kurang pikiran saya peng
. Agaknya, ini yang pernah terjadi Amal, yang lebih piawai, lebih ahli, dan lebih
adnan 21 %
dengan rekan saya, Taufik produktif dar
buah risalah, Islam, seperti yang baru, dan Muhammad bukanlah satu-satunya
agama 71 %
diberitakan Al-Qur’an, bukanlah pembawa risala
ah ini juga dapat membantu kita di dunia ini bagi umat manusia. Saya menganggap
agama-agama 39 %
menjelaskan peran dan fungsi kajian Al-Qu
ah kenabian, kitab suci, posisi Allah, di dunia. Para filsuf Muslim klasik mencoba
agama-agama 54 %
wahyu, dan beragamnya menjelaskan p
ar pengakuan dari saya bahwa saya kemudian mereka bisa berteriak: “tuh kan Luthfi
agar 25 %
merujuk kepada orientalis, ujung-ujungn
a mantiq (ahli logika) jauh-jauh hari kita jangan mudah terjatuh pada apa yang mereka
agar 29 %
juga sudah mengingakan sebut sebaga
aklah kami utus seorang rasul ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada
agar 73 %
kecuali dengan bahasa kaumnya, mereka” (Q.
i proses yang sepenuhnya bersifat penyampai wahyu yang umumnya disebut “Jibril”
agen 56 %
psikologis (al-nafsiyyah). hanyalah salah
a kutip nama-nama orientalis itu, dicampakkan begitu saja. Agaknya, ini yang
akan 20 %
paling-paling artikel saya pernah terjadi de
diganggu-gugat. Siapa saja yang dianggap “murtad,” “kafir,” “zindiq,” atau istilah-
akan 34 %
mencoba mengkritisinya, dia istilah l
ngka 19, dll). Siapa saja yang dicap dengan istilah-istilah seram di atas. Itulah
akan 36 %
menolak mitos-mitos ini, juga yang terj
desak tersebut, maka ayat-ayat absen dari Al-Qur’an. Fenomena lokal-temporal
akan 49 %
tentang khamar dan menstruasi yang dijump
ng dari Mushaf yang dimilikinya. imanensi dan permanensi Al-Qur’an, selain
akan 93 %
Menurut saya, keyakinan bertentangan denga
sus dan seluruh umat beragama
akbar wa huwa khayrul musta’an. 100 %
secara umum. Imani billahi
im. Dunia sekarang ini sudah sangat kepada informasi bisa diperoleh semua orang
akses 16 %
terbuka dan tanpa batas. dengan mudah. Ap
(bil quwwah) menjadi kenyataan wahyu dari bil quwwah menjadi bil fi’il ada
aktualisasi 59 %
(bil fi’il). Dalam proses sejumlah proses
yang tujuannya meuniversalkan bi ‘umum al-lafdh la bi khusus al-sabab
al-’ibrah 51 %
pesan-pesan Al-Qur’an, seperti (mendahulukan kata-k
adith ‘Aisyah bahwa Mushaf dan karenanya Al-Qur’an yang dibuat Uthman
al-ahzab 92 %
Uthmani telah menghilangkan surah menjadi lebih ram
kesejarahannya yang manusiawi, semesta. Menurut para astrofisikawan, alam
alam 40 %
seperti kita memahami sejarah semesta tak bisa
memahami sejarah alam semesta. semesta tak bisa dipahami kecuali kita
alam 41 %
Menurut para astrofisikawan, menggabungkan dua teo
dengan terang kepada mereka” mengapa Al-Qur’an berbahasa Arab karena
alasan 74 %
(Q.S. 14:4). Dengan kata lain, semata-mata ia ditur
mudah terjatuh pada apa yang (ad hominem), yakni menghukumi sebuah
al-askhash 29 %
mereka sebut sebagai ughluthat pendapat semata-mata m
ada sejak lama dan digunakan oleh komunikasi dalam interaksi sosial, bisnis, puisi,
alat 62 %
masyarakat Arabia sebagai literatur,
untuk membesar-besarkan apa yang al-Qur’ani” (mu’jizat sastrawi Al-Qur’an). Dalam
al-balaghi 88 %
mereka sebut sebagai “i’jaz tulisan
rti dijanjikan dalam salah satu wa inna lahu lahafidhun Q.S. 15:9). Adapun Al-
al-dhikra 67 %
ayatnya (Inna nahnu nazzalna Qur’an, pada d
rtentu, khususnya mereka yang misalnya menjelaskan proses turunnya wahyu
al-farabi 55 %
mempelajari disiplin filsafat. Allah kepada Nabi
a orientalis, khususnya kitab al- karya Ibn Nadiem, dan al-Itqan karya al-Suyuthi.
al-fihrist 18 %
masahif karya Ibn Abi Daud, Dalam artik
u dianggap “najis” yang harus ali jauh-jauh hari sudah mengingatkan kita: Undzur 27 %
dicampakkan. Padahal Sayyidina ma qaala wa l
masahif karya Ibn Abi Daud, al- karya al-Suyuthi. Dalam artikel itu, sengaja saya
al-itqan 19 %
Fihrist karya Ibn Nadiem, dan tidak meny
iversalkan pesan-pesan Al-Qur’an, la bi khusus al-sabab (mendahulukan kata-kata
al-lafdh 51 %
seperti al-’ibrah bi ‘umum yang umum di a
lsafat. Al-Farabi misalnya kepada Nabi Muhammad sebagai proses yang
allah 55 %
menjelaskan proses turunnya wahyu sepenuhnya bersifat
ah proses reduksi. Hal ini lumrah yang universal disampaikan dalam bentuk bahasa
allah 60 %
belaka, karena pesan-pesan manusia, yakn
uang yang tidak permanen dan tidak mengutus Nabi Muhammad sebagai pembawa
allah 70 %
abadi. Menurut Al-Qur’an, risalah (message), da
batasan kosakata Al-Qur’an (kalamullah) yang universal, tapi keterbatasan
allah 77 %
bukanlah keterbatasan pesan-pesan bahasa Arab y
n sendiri adalah produk
(kalamullah) yang universal dan eternal. Dalam
pemanusiaan (humanizing) pesan- allah 81 %
sejarahnya, a
pesan
ntangan dengan prinsip tauhid yang yang imanen dan permanen, adapun yang lainnya
allah 94 %
paling asasi (yakni hanya hanyalah manif
juk semua buku yang disebut para karya Ibn Abi Daud, al-Fihrist karya Ibn Nadiem,
al-masahif 18 %
orientalis, khususnya kitab dan al-Itqa
Sejarah Al-Qur’an: Rejoinder dengan melihat proses-proses pembentukannya,
al-qur’an 0%
Mengkaji sejarah baik pada masa
udahnya sangat penting, untuk adalah manifestasi manusiawi dari kalamullah.
al-qur’an 1%
mengingatkan kita selalu bahwa Seperti juga k
amullah. Seperti juga kitab-kitab memiliki keterbatasan-keterbatasan pada lingkup
al-qur’an 2%
suci lainnya di dunia ini, kebahasaan d
selama bulan Ramadhan. Pada bulan dengan model bacaan saya sendiri yang menurut
al-qur’an 5%
itu, saya mencoba membaca saya lebih ber
Abu Zayd dan juga beberapa artikel dari Barat. Saya selalu terobsesi untuk membaca
al-qur’an 7%
yang ditulis oleh sarjana karya-karya
artikel itu, saya mendapat panduan dari Barat untuk membuka kitab-kitab klasik
al-qur’an 10 %
dari karya-karya sarjana seperti kitab al
saya bisa merujuk setiap klaim yang dari Barat itu. Saya pikir, para sarjana Al-Qur’an
al-qur’an 12 %
dibuat oleh para sarjana dari B
arjana Al-Qur’an dari Barat itu. dari Barat atau yang biasa disebut dengan nada
al-qur’an 12 %
Saya pikir, para sarjana permusuhan se
is telah membuka banyak dimensi selama ini. Pada gilirannya, kerja keras dan
al-qur’an 31 %
tak terpikirkan dari sejarah temuan-temuan m
n banyak ulama dan intelektual dengan perspektif lain, seperti yang dialami oleh
al-qur’an 36 %
Muslim yang mencoba “membaca” Arkoun, Sy
Arkoun, Syahrour, dan Abu Zayd. membantu kita, di antaranya, untuk menjelaskan
al-qur’an 37 %
Kajian historis terhadap persoalan-per
agama di dunia ini bagi umat dengan melihatnya sebagai sebuah satu-kesatuan
al-qur’an 39 %
manusia. Saya menganggap kajian kitab suci da
mengabaikan dimensi lainnya. adalah modal penting bagi kita memahami fungsi
al-qur’an 43 %
Menurut saya, dimensi historis dan peran Al-
’an adalah modal penting bagi kita al-qur’an yang sesungguhnya. Dari kajian sejarah 44 %
memahami fungsi dan peran pembentukan Al-Qur
an. Fenomena lokal-temporal yang telah lama menjadi kajian para ulama dan ilmuwan
al-qur’an 49 %
dijumpai dalam ayat-ayat Muslim. Dal
ma menjadi kajian para ulama dan dan juga Ushul al-Fiqh, mereka menciptakan
al-qur’an 50 %
ilmuwan Muslim. Dalam ‘Ulum kaedah-kaedah yan
ang sesudahnya adalah contoh dari dalam ruang yang tidak permanen dan tidak abadi.
al-qur’an 70 %
proses-proses keterciptaan Menurut Al-
elah disampaikan kepada Ibrahim, menggunakan bahasa Arab. Tidak ada yang unik
al-qur’an 72 %
Musa, dan Isa (Q.S. 42:13). dari bahasa ini
ab. Tidak ada yang unik dari bahasa sendiri: “Tidaklah kami utus seorang rasul kecuali
al-qur’an 73 %
ini, karena seperti kata dengan ba
kepada mereka” (Q.S. 14:4). berbahasa Arab karena semata-mata ia diturunkan
al-qur’an 74 %
Dengan kata lain, alasan mengapa kepada orang
ang, sesuai dengan perkembangan bukanlah keterbatasan pesan-pesan Allah
al-qur’an 76 %
zaman. Keterbatasan kosakata (kalamullah) yang un
atasan bahasa Arab yang tunduk diturunkan. Sejarah pembukuan Al-Qur’an adalah
al-qur’an 77 %
pada situasi dan kondisi saat sejarah pered
asi dan kondisi saat Al-Qur’an adalah sejarah pereduksian kalamullah yang
al-qur’an 77 %
diturunkan. Sejarah pembukuan universal dan ete
pada kitab-kitab suci lainnya, seperti adalah manifestasi dari kalamullah yang eternal
al-qur’an 79 %
Taurat, Injil, Zabur, dan universa
uci itu (dan selanjutnya juga di sendiri adalah produk pemanusiaan (humanizing)
al-qur’an 80 %
antara para pemeluk agama). pesan-pesan A
sin cetak pada masa modern. Seperti yang diturunkan secara kronologis berbeda dengan
al-qur’an 85 %
kita ketahui, susunan susunan yan
rahan setiap wahyu yang
sebagai sebuah bacaan “magis” (karena yang
diturunkan; dan kedua, ia al-qur’an 86 %
ditekankan bukan
menjadikan
in al-Suyuthi), persoalan penulisan tetap menjadi isu hangat yang terus diperdebatkan.
al-qur’an 90 %
dan penertiban ayat-ayat Tidak ada
haf Uthmani telah menghilangkan yang dibuat Uthman menjadi lebih ramping dari
al-qur’an 92 %
surah al-Ahzab dan karenanya Mushaf yang di
ari kalam-Nya), juga bertentangan sendiri yang dinamis, progresif, dan manusiawi.
al-qur’an 95 %
dengan konteks kesejarahan Mengkaji
yang dinamis, progresif, dan dengan melihat proses-proses pembentukannya,
al-qur’an 95 %
manusiawi. Mengkaji sejarah baik pada masa
udahnya sangat penting, untuk adalah manifestasi manusiawi dari kalamullah.
al-qur’an 96 %
mengingatkan kita selalu bahwa Seperti juga k
amullah. Seperti juga kitab-kitab memiliki keterbatasan-keterbatasan pada lingkup
al-qur’an 97 %
suci lainnya di dunia ini, kebahasaan d
Namun demikian, sebagai sebuah memiliki kesamaan-kesamaan dengan kitab-kitab
al-qur’an 98 %
manifestasi dari kalamullah, suci lainnya (
manifestasi kalamullah). Aspek disebut “kalimatun sawaa”) yang harus selalu
al-qur’an 99 %
kesamaan inilah (dalam bahasa ditekankan oleh
Rejoinder Mengkaji sejarah Al-Qur’an dengan
Sejarah al-qur’an: 0%
melihat prose
an kritik terhadap artikel saya al-qur’an” yang dipublikasikan di website Jaringan Islam 4%
tentang “Merenungkan Sejarah Liberal (JIL).
sar-besarkan apa yang mereka sebut (mu’jizat sastrawi Al-Qur’an). Dalam tulisan saya
al-qur’ani” 88 %
sebagai “i’jaz al-balaghi yang ri
Al-Qur’an, seperti al-’ibrah bi (mendahulukan kata-kata yang umum di atas
al-sabab 51 %
‘umum al-lafdh la bi khusus sebab-sebab yang k
aan bahwa Mushafnya Ibn Abbas bebas-bebas saja meriwayatkan Hadith ‘Aisyah
al-suyuthi 91 %
tidak memiliki al-Fatihah, dan bahwa Mushaf Ut
ncoba menjelaskan persoalan- yang rumit yang hanya dipahami oleh kalangan
analisa-analisa 54 %
persoalan itu dengan menggunakan tertentu, khusu
un diciptakan, misalnya seperti 19, dll). Siapa saja yang menolak mitos-mitos ini,
angka 35 %
masalah i’jazul Qur’an (e.g. juga akan
rtanyaan-pertanyaan para sahabat khamr, anil ahillah, anil mahidh, dan seterusnya),
anil 46 %
Nabi, misalnya (yas’alunaka adalah re
tanyaan para sahabat Nabi, misalnya ahillah, anil mahidh, dan seterusnya), adalah
anil 46 %
(yas’alunaka anil khamr, refleksi dari
ahabat Nabi, misalnya (yas’alunaka mahidh, dan seterusnya), adalah refleksi dari
anil 46 %
anil khamr, anil ahillah, kehidupan yang
ranya, untuk menjelaskan persoalan- wahyu, kitab suci, dan risalah kenabian, secara
antara 38 %
persoalan klasik hubungan umum. Selanj
k dan intelektual Muslim di masa risalah kenabian, kitab suci, posisi Allah, wahyu,
antara 53 %
modern, menyangkut hubungan dan berag
m dan tidak sempurna, maka kitab-kitab suci itu (dan selanjutnya juga di antara
antara 80 %
terjadilah perbedaan-perbedaan di para pe
daan di antara kitab-kitab suci itu para pemeluk agama). Al-Qur’an sendiri adalah
antara 80 %
(dan selanjutnya juga di produk pema
mengapa artikel itu saya tulis. yang saya baca. Tapi, rasanya masih terus ada yang
apa 9%
Semula saya ragu menuliskan mengganja
dunia Islam. Tapi, saya meyakini, yang dicurigai kaum Muslim. Dunia sekarang ini
apa 15 %
tidak semua mereka seburuk sudah sangat
es kepada informasi bisa diperoleh yang dikatakan oleh para orientalis itu bisa kita
apa 16 %
semua orang dengan mudah. rujuk dan
ngatkan kita: Undzur ma qaala wa la yang dikatakan, dan jangan lihat siapa yang
apa 28 %
tandhur man qaala (lihat berkata). Para u
juga sudah mengingakan agar kita yang mereka sebut sebagai ughluthat al-askhash
apa 29 %
jangan mudah terjatuh pada (ad hominem),
h pendapat semata-mata melihat yang dikatakan. Bagi saya, kajian para orientalis
apa 30 %
siapa yang berkata, dan bukan telah m
as dan temuan-temuan mereka bisa yang selama ini menjadi concern ulama dan
apa 31 %
digunakan untuk menjelaskan intelektual Muslim
ni kemudian mendorong sebagian yang mereka sebut sebagai “i’jaz al-balaghi al-
apa 88 %
ulama untuk membesar-besarkan Qur’ani” (mu’
neliti sesuatu hanya orang Islam orang di luar Islam, meskipun mereka punya
apalagi 26 %
saja. Sedangkan orang lain, keahlian untuk it
aya hanya mensuplay ke dalam saja. Inilah latar belakang mengapa artikel itu saya
apologetis 9%
memori pikiran saya pengetahuan tuli
ntalis satupun, karena saya sadar dan prasangka yang luar biasa pada nama-nama
apriori 19 %
bahwa kaum Muslim memiliki mereka. Saya pi
n retoris, gramatis, semantik, bukanlah bahasa baru yang muncul tiba-tiba karena
arab 61 %
leksikal, dan sintaks. Bahasa Al-Qur’an.
idak suci dan terbatas. Teks-teks yang kemudian disebut “Al-Qur’an” adalah
arab 65 %
yang tertulis dalam bahasa artikulasi manusia
14:4). Dengan kata lain, alasan karena semata-mata ia diturunkan kepada orang-
arab 74 %
mengapa Al-Qur’an berbahasa orang Arab. Ti
Allah (kalamullah) yang universal, yang tunduk pada situasi dan kondisi saat Al-
arab 77 %
tapi keterbatasan bahasa Qur’an diturunk
ahasa ini telah ada sejak lama dan sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial,
arabia 62 %
digunakan oleh masyarakat bisnis, puis
iapa saja yang telah memberikan saya tentang “Merenungkan Sejarah Al-Qur’an”
artikel 4%
komentar dan kritik terhadap yang dipublikas
sikan di website Jaringan Islam itu adalah bagian dari refleksi kegiatan spiritual
artikel 5%
Liberal (JIL). Pada mulanya, saya sela
membaca beberapa buku Nasr yang ditulis oleh sarjana Al-Qur’an dari Barat.
artikel 7%
Hamed Abu Zayd dan juga beberapa Saya selalu
engetahuan apologetis saja. Inilah itu saya tulis. Semula saya ragu menuliskan apa
artikel 9%
latar belakang mengapa yang saya ba
erus ada yang mengganjal kalau itu, saya mendapat panduan dari karya-karya
artikel 10 %
belum ditulis. Ketika menulis sarjana Al-Qur’a
umber aselinya. Dan ini yang saya itu. Untuk menulis artikel singkat itu, saya merujuk
artikel 17 %
coba lakukan dalam menulis semu
aya coba lakukan dalam menulis singkat itu, saya merujuk semua buku yang disebut
artikel 17 %
artikel itu. Untuk menulis para orien
hrist karya Ibn Nadiem, dan al-Itqan itu, sengaja saya tidak menyebut nama orientalis
artikel 19 %
karya al-Suyuthi. Dalam satupun, ka
ir, kalau saya kutip nama-nama saya akan dicampakkan begitu saja. Agaknya, ini
artikel 20 %
orientalis itu, paling-paling yang pernah
banyak diperhatikan orang. Di Taufik, yang menurut saya, memiliki pesan yang
artikel 23 %
website JIL sendiri, ada tiga sama dengan r
gan refleksi yang saya buat. Para saya berusaha dengan tak sabar ingin mendengar
artikel 24 %
pengkritik dan pengecam pengakuan dar
s dalam bahasa Arab yang kemudian manusia terhadap kalamullah yang abadi dan
artikulasi 66 %
disebut “Al-Qur’an” adalah eternal. Kalamull
ur’an, selain bertentangan dengan (yakni hanya Allah yang imanen dan permanen,
asasi 94 %
prinsip tauhid yang paling adapun yang lai
b suci lainnya (yang juga kesamaan inilah (dalam bahasa Al-Qur’an disebut
aspek 99 %
merupakan manifestasi kalamullah). “kalimatun s
asaan dan kesejarahan di mana ia Pertama-tama, saya ingin mengucapkan
assyaukanie 3%
diturunkan. Oleh: Luthfi terimakasih kepada siap
h la bi khusus al-sabab
sebab-sebab yang khusus). Kaedah-kaedah seperti
(mendahulukan kata-kata yang atas 51 %
ini sangat m
umum di
Barat itu. Saya pikir, para sarjana yang biasa disebut dengan nada permusuhan
atau 13 %
Al-Qur’an dari Barat sebagai “orientali
ngkritisinya, dia akan dianggap istilah-istilah lain yang sejenis. Untuk
atau 34 %
“murtad,” “kafir,” “zindiq,” membentengi kesucia
m bentuk bahasa manusia, yakni retoris, gramatis, semantik, leksikal, dan sintaks.
aturan-aturan 60 %
bahasa Arab, yang tunduk pada Bahasa A
seperti minuman keras dan yas’alunaka itu), adalah persolan manusia di dunia
ayat 47 %
menstruasi (yang disebutkan dalam yang munc
mat manusia, yang kadang sangat yang dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan para
ayat-ayat 45 %
bersifat lokal dan temporal. sahabat Nabi,
ta lain, jika tidak ada situasi yang tentang khamar dan menstruasi akan absen dari Al-
ayat-ayat 48 %
mendesak tersebut, maka Qur’an.
ri Al-Qur’an. Fenomena lokal- Al-Qur’an telah lama menjadi kajian para ulama
ayat-ayat 49 %
temporal yang dijumpai dalam dan ilmuwan M
g kita lihat sekarang. Tahap pertama yang diturunkan secara kronologis (tartib al-nuzul)
ayat-ayat 82 %
adalah tahap pengaturan menjadi
a Jalaluddin al-Suyuthi), persoalan Al-Qur’an tetap menjadi isu hangat yang terus
ayat-ayat 90 %
penulisan dan penertiban diperdebatkan.
terus dijaga oleh Allah, seperti (Inna nahnu nazzalna al-dhikra wa inna lahu
ayatnya 67 %
dijanjikan dalam salah satu lahafidhun Q.S.
a Uthman bin Affan. Tahap (tasykil) yang dilakukan sepanjang sejarah Islam
baca 84 %
selanjutnya adalah pemberian tanda hingga digu
Pada bulan itu, saya mencoba saya sendiri yang menurut saya lebih berkesan dan
bacaan 5%
membaca Al-Qur’an dengan model mempengaru
arya-karya semacam ini, sebagai saya selama ini yang terlalu banyak dengan karya-
bacaan 8%
“balance” (penyeimbang) dari karya apolo
iturunkan secara kronologis (tartib seperti kita kenal sekarang (tartib al-tilawah). Ini
bacaan 83 %
al-nuzul) menjadi urutan dilakuk
iturunkan; dan kedua, ia menjadikan
bacaan “magis” (karena yang ditekankan bukan makna 86 %
Al-Qur’an sebagai sebuah kronologisnya, t
ada permusuhan sebagai “orientalis” tradisi kesejarahan Al-Qur’an. Saya bukan tidak
bagi 13 %
itu telah banyak berjasa sadar bahwa
ta melihat siapa yang berkata, dan saya, kajian para orientalis telah membuka banyak
bagi 30 %
bukan apa yang dikatakan. dimensi ta
u kita menjelaskan peran dan fungsi umat manusia. Saya menganggap kajian Al-Qur’an
bagi 39 %
agama-agama di dunia ini dengan meliha
enurut saya, dimensi historis Al- kita memahami fungsi dan peran Al-Qur’an yang
bagi 43 %
Qur’an adalah modal penting sesungguhnya.
adi isu hangat yang terus ulama Islam kala itu untuk mendiskusikan
bagi 90 %
diperdebatkan. Tidak ada yang tabu kesejarahan Al-Qur’
ringan Islam Liberal (JIL). Pada dari refleksi kegiatan spiritual saya selama bulan
bagian 5%
mulanya, artikel itu adalah Ramadhan.
na pesan-pesan Allah yang universal manusia, yakni bahasa Arab, yang tunduk pada
bahasa 60 %
disampaikan dalam bentuk aturan-aturan r
ang universal disampaikan dalam Arab, yang tunduk pada aturan-aturan retoris,
bahasa 60 %
bentuk bahasa manusia, yakni gramatis, sema
n-aturan retoris, gramatis, semantik, Arab bukanlah bahasa baru yang muncul tiba-tiba
bahasa 61 %
leksikal, dan sintaks. karena Al-Qu
matis, semantik, leksikal, dan baru yang muncul tiba-tiba karena Al-Qur’an.
bahasa 61 %
sintaks. Bahasa Arab bukanlah Bahasa ini tela
bukanlah bahasa baru yang muncul bahasa ini telah ada sejak lama dan digunakan oleh 61 %
tiba-tiba karena Al-Qur’an. masyarakat Arabi
banyak mengumbar syhawat dan Arab. Puisi-puisi dan literatur yang dianggap
bahasa 63 %
pornografi diekspresikan dalam “menyimpang” d
tur yang dianggap “menyimpang” Arab. Persoalan utama Al-Qur’an, menurut saya,
bahasa 64 %
dari Islam juga ditulis dalam bukanlah p
yang tidak suci dan terbatas. Teks- Arab yang kemudian disebut “Al-Qur’an” adalah
bahasa 65 %
teks yang tertulis dalam artikulasi man
a Ibrahim, Musa, dan Isa (Q.S. Arab. Tidak ada yang unik dari bahasa ini, karena
bahasa 72 %
42:13). Al-Qur’an menggunakan seperti ka
Al-Qur’an menggunakan bahasa ini, karena seperti kata Al-Qur’an sendiri:
bahasa 73 %
Arab. Tidak ada yang unik dari “Tidaklah kami u
an sendiri: “Tidaklah kami utus kaumnya, agar ia dapat memberi penjelasan
bahasa 73 %
seorang rasul kecuali dengan dengan terang kepa
unkan kepada orang-orang Arab. manusia adalah instrumen komunikasi yang
bahasa 75 %
Tidak lebih dan tidak kurang. terbatas pada buday
udaya, tempat, dan waktu di mana ia selalu berkembang, sesuai dengan perkembangan
bahasa 76 %
digunakan. Kosakata dari zaman. Keterba
n-pesan Allah (kalamullah) yang Arab yang tunduk pada situasi dan kondisi saat Al-
bahasa 77 %
universal, tapi keterbatasan Qur’an dit
ng eternal dan universal. Karena manusia yang beragam dan tidak sempurna, maka
bahasa 79 %
manifestasi dilakukan dalam terjadilah per
upakan manifestasi kalamullah). Al-Qur’an disebut “kalimatun sawaa”) yang harus
bahasa 99 %
Aspek kesamaan inilah (dalam selalu ditek
pun mereka punya keahlian untuk kalau perlu dianggap “najis” yang harus
bahkan 27 %
itu, dianggap tak layak, dan dicampakkan. Padahal
ahwa hingga abad ke-4 (masa Ibn hingga abad ke-10 (masa Jalaluddin al-Suyuthi),
bahkan 89 %
Nadiem dan Ibn Abi Daud) dan persoalan pe
sa sesudahnya sangat penting, untuk Al-Qur’an adalah manifestasi manusiawi dari
bahwa 1%
mengingatkan kita selalu kalamullah. Sepe
a bagi tradisi kesejarahan Al- sebagian dari mereka, seperti dengan baik telah
bahwa 14 %
Qur’an. Saya bukan tidak sadar diperlihatka
ya tidak menyebut nama orientalis kaum Muslim memiliki apriori dan prasangka yang
bahwa 19 %
satupun, karena saya sadar luar biasa p
erusaha dengan tak sabar ingin saya merujuk kepada orientalis, agar kemudian
bahwa 24 %
mendengar pengakuan dari saya mereka bisa be
Dari kajian sejarah pembentukan kitab suci ini berkembang dengan sangat dinamis,
bahwa 44 %
Al-Qur’an, kita mengetahui berinteraks
an saya yang ringkas itu, saya telah hingga abad ke-4 (masa Ibn Nadiem dan Ibn Abi
bahwa 89 %
berusaha memperlihatkan Daud) dan bahk
an Al-Qur’an. Ibn Nadiem bebas- Mushafnya Ibn Abbas tidak memiliki al-Fatihah,
bahwa 91 %
bebas saja membuat pernyataan dan al-Suyuth
dan al-Suyuthi bebas-bebas saja Mushaf Uthmani telah menghilangkan surah al-
bahwa 92 %
meriwayatkan Hadith ‘Aisyah Ahzab dan karena
sa sesudahnya sangat penting, untuk Al-Qur’an adalah manifestasi manusiawi dari
bahwa 96 %
mengingatkan kita selalu kalamullah. Sepe
jarah Al-Qur’an dengan melihat pada masa Nabi dan masa-masa sesudahnya sangat
baik 1%
proses-proses pembentukannya, penting, untu
bukan tidak sadar bahwa sebagian telah diperlihatkan oleh para kritikus orientalis
baik 14 %
dari mereka, seperti dengan semacam A.
n string. Begitu juga Al-Qur’an, ia jika kita hanya melihat satu dimensi saja dan
baik 42 %
tak bisa dipahami dengan mengabaikan di
Upaya koleksi, modifikasi, dan oleh para sahabat maupun orang-orang yang
baik 69 %
unifikasi, yang dilakukan sesudahnya adalah
jarah Al-Qur’an dengan melihat pada masa Nabi dan masa-masa sesudahnya sangat
baik 95 %
proses-proses pembentukannya, penting, untu
ance” (penyeimbang) dari bacaan dengan karya-karya apologetis. Saya pikir, rasanya
banyak 8%
saya selama ini yang terlalu kurang ad
isebut dengan nada permusuhan berjasa bagi tradisi kesejarahan Al-Qur’an. Saya
banyak 13 %
sebagai “orientalis” itu telah bukan tidak
borough, dan semacamnya, tulisan- diperhatikan orang. Di website JIL sendiri, ada tiga
banyak 23 %
tulisan itu tampaknya tidak artikel
ikatakan. Bagi saya, kajian para dimensi tak terpikirkan dari sejarah Al-Qur’an
banyak 30 %
orientalis telah membuka selama ini. P
an istilah-istilah seram di atas. ulama dan intelektual Muslim yang mencoba
banyak 36 %
Itulah yang terjadi dengan “membaca” Al-Qur’a
n, dan juga obrolan-obrolan porno. mengumbar syhawat dan pornografi diekspresikan
banyak 63 %
Puisi-puisi jahiliah yang dalam bahasa
aya mendapat panduan dari karya- untuk membuka kitab-kitab klasik seperti kitab al-
barat 11 %
karya sarjana Al-Qur’an dari masahif, a
uk setiap klaim yang dibuat oleh itu. Saya pikir, para sarjana Al-Qur’an dari Barat
barat 12 %
para sarjana Al-Qur’an dari atau y
n dari Barat itu. Saya pikir, para atau yang biasa disebut dengan nada permusuhan
barat 13 %
sarjana Al-Qur’an dari sebagai “orie
apun, kritik teks (khususnya teks- yang tak memiliki preseden dalam sejarah
baru 32 %
teks suci) adalah disiplin intelektualisme uma
semantik, leksikal, dan sintaks. yang muncul tiba-tiba karena Al-Qur’an. Bahasa
baru 61 %
Bahasa Arab bukanlah bahasa ini telah ada
la itu untuk mendiskusikan saja membuat pernyataan bahwa Mushafnya Ibn
bebas-bebas 91 %
kesejarahan Al-Qur’an. Ibn Nadiem Abbas tidak memi
ushafnya Ibn Abbas tidak memiliki saja meriwayatkan Hadith ‘Aisyah bahwa Mushaf
bebas-bebas 91 %
al-Fatihah, dan al-Suyuthi Uthmani telah
hi intensitas keberagamaan saya. buku Nasr Hamed Abu Zayd dan juga beberapa
beberapa 6%
Secara khusus, saya membaca artikel yang ditu
sus, saya membaca beberapa buku artikel yang ditulis oleh sarjana Al-Qur’an dari
beberapa 7%
Nasr Hamed Abu Zayd dan juga Barat. Saya
orientalis itu, paling-paling artikel saja. Agaknya, ini yang pernah terjadi dengan
begitu 20 %
saya akan dicampakkan rekan saya, Ta
hal-hal maha-kecil seperti quantum, juga Al-Qur’an, ia tak bisa dipahami dengan baik
begitu 42 %
singularity, dan string. jika kita h
emacam A.L. Tibawi dan Edward untuk kepentingan proyek kolonialisme dan
bekerja 15 %
Said, adalah para sarjana yang penaklukkan dunia
ri pikiran saya pengetahuan mengapa artikel itu saya tulis. Semula saya ragu
belakang 9%
apologetis saja. Inilah latar menuliskan
ya baca. Tapi, rasanya masih terus belum ditulis. Ketika menulis artikel itu, saya mendapat 10 %
ada yang mengganjal kalau panduan d
a, karena pesan-pesan Allah yang bahasa manusia, yakni bahasa Arab, yang tunduk
bentuk 60 %
universal disampaikan dalam pada aturan-a
nya, ada dua tahap pemanusiaan yang kita lihat sekarang. Tahap pertama adalah
bentuknya 82 %
kalamullah itu hingga menjadi tahap pengatu
minya sebagai sebuah produk dalam ruang sejarah manusia yang tidak suci dan
berada 65 %
ilahiah (al-intaj al-ilahy) yang terbatas. Te
rsal. Karena manifestasi dilakukan dan tidak sempurna, maka terjadilah perbedaan-
beragam 79 %
dalam bahasa manusia yang perbedaan di a
u ditekankan oleh kaum Muslim secara umum. Imani billahi akbar wa huwa khayrul
beragama 100 %
secara khusus dan seluruh umat musta’an.
ntara risalah kenabian, kitab suci, agama-agama di dunia. Para filsuf Muslim klasik
beragamnya 53 %
posisi Allah, wahyu, dan mencoba m
eka” (Q.S. 14:4). Dengan kata lain, Arab karena semata-mata ia diturunkan kepada
berbahasa 74 %
alasan mengapa Al-Qur’an orang-orang Ara
, memiliki daya kenabian, hanya satu dengan lainnya. Daya kenabian yang dimiliki
berbeda 58 %
saja intensitas kenabian itu Nabi Muhamm
ketahui, susunan Al-Qur’an yang dengan susunan yang kita lihat sekarang.
berbeda 85 %
diturunkan secara kronologis Perubahan susunan i
tahui bahwa kitab suci ini dengan kehidupan umat manusia, yang kadang
berinteraksi 45 %
berkembang dengan sangat dinamis, sangat bersifat l
dengan nada permusuhan sebagai bagi tradisi kesejarahan Al-Qur’an. Saya bukan
berjasa 13 %
“orientalis” itu telah banyak tidak sadar b
ipahami kecuali kita
dengan hal-hal maha-besar seperti big bang,
menggabungkan dua teori utama: (i) berkaitan 41 %
gravitasi, dan e
yang
pembentukan Al-Qur’an, kita dengan sangat dinamis, berinteraksi dengan
berkembang 44 %
mengetahui bahwa kitab suci ini kehidupan umat ma
’an dengan model bacaan saya berkesan
dan mempengaruhi intensitas keberagamaan saya.
6%
sendiri yang menurut saya lebih Secara khusus
fi ujung-ujungnya pake orientalis.” seperti ini. Seolah-olah, ilmu itu milik umat Islam
berkomentar 25 %
Saya sedih jika ada yang saja, da
Muhammad sebagai pembawa
bernama
“Islam.” Sebagai sebuah risalah, Islam, seperti 71 %
risalah (message), dan risalah itu diberitakan
rinteraksi dengan kehidupan umat lokal dan temporal. Ayat-ayat yang dimulai dengan
bersifat 45 %
manusia, yang kadang sangat pertanyaan
yu Allah kepada Nabi Muhammad psikologis (al-nafsiyyah). Agen penyampai wahyu
bersifat 56 %
sebagai proses yang sepenuhnya yang umumnya
ya, keyakinan akan imanensi dan dengan prinsip tauhid yang paling asasi (yakni
bertentangan 93 %
permanensi Al-Qur’an, selain hanya Allah y
apun yang lainnya hanyalah dengan konteks kesejarahan Al-Qur’an sendiri
bertentangan 94 %
manifestasi dari kalam-Nya), juga yang dinamis, p
wa saya merujuk kepada orientalis,
berteriak: “tuh kan Luthfi ujung-ujungnya pake orientalis.” 25 %
agar kemudian mereka bisa Saya sedih
kitab al-masahif, al-fihrist, al-itqan, karena semua kitab itu bisa saya dapatkan,
beruntung 11 %
dan al-burhan. Saya sehingga saya bis
yang saya buat. Para pengkritik dan dengan tak sabar ingin mendengar pengakuan dari
berusaha 24 %
pengecam artikel saya saya bahwa s
-Qur’an). Dalam tulisan saya yang memperlihatkan bahwa hingga abad ke-4 (masa
berusaha 89 %
ringkas itu, saya telah Ibn Nadiem dan I
nnya meuniversalkan pesan-pesan
bi ‘umum al-lafdh la bi khusus al-sabab 51 %
Al-Qur’an, seperti al-’ibrah (mendahulukan kata-kata
esan-pesan Al-Qur’an, seperti khusus al-sabab (mendahulukan kata-kata yang
bi 51 %
al-’ibrah bi ‘umum al-lafdh la umum di atas se
. Saya pikir, para sarjana Al-Qur’an disebut dengan nada permusuhan sebagai
biasa 13 %
dari Barat atau yang “orientalis” itu tela
r bahwa kaum Muslim memiliki pada nama-nama mereka. Saya pikir, kalau saya
biasa 20 %
apriori dan prasangka yang luar kutip nama-nam
utama: (i) yang berkaitan dengan bang, gravitasi, dan ekspansi; dan (ii) hal-hal
big 41 %
hal-hal maha-besar seperti maha-kecil s
enyataan (bil fi’il). Dalam proses quwwah menjadi bil fi’il ada sejumlah proses
bil 59 %
aktualisasi wahyu dari reduksi. Hal in
). Dalam proses aktualisasi wahyu fi’il ada sejumlah proses reduksi. Hal ini lumrah
bil 59 %
dari bil quwwah menjadi belaka, ka
cara khusus dan seluruh umat
billahi akbar wa huwa khayrul musta’an. 100 %
beragama secara umum. Imani
Ini dilakukan pada masa Nabi dan Affan. Tahap selanjutnya adalah pemberian tanda
bin 83 %
dilengkapi pada masa Uthman baca (tasyki
-itqan, dan al-burhan. Saya saya dapatkan, sehingga saya bisa merujuk setiap
bisa 11 %
beruntung karena semua kitab itu klaim yang
ung karena semua kitab itu bisa saya merujuk setiap klaim yang dibuat oleh para sarjana
bisa 12 %
dapatkan, sehingga saya Al-Qur’an
sudah sangat terbuka dan tanpa diperoleh semua orang dengan mudah. Apa yang
bisa 16 %
batas. Akses kepada informasi dikatakan oleh
ng dengan mudah. Apa yang kita rujuk dan buktikan ke sumber-sumber
bisa 17 %
dikatakan oleh para orientalis itu aselinya. Dan ini y
a bahwa saya merujuk kepada berteriak: “tuh kan Luthfi ujung-ujungnya pake
bisa 25 %
orientalis, agar kemudian mereka orientalis.”
a ini. Pada gilirannya, kerja keras digunakan untuk menjelaskan apa yang selama ini
bisa 31 %
dan temuan-temuan mereka menjadi conc
alam semesta. Menurut para dipahami kecuali kita menggabungkan dua teori
bisa 41 %
astrofisikawan, alam semesta tak utama: (i) yan
ntum, singularity, dan string. Begitu dipahami dengan baik jika kita hanya melihat satu
bisa 42 %
juga Al-Qur’an, ia tak dimensi sa
i ini. Seolah-olah, ilmu itu milik meneliti sesuatu hanya orang Islam saja.
boleh 26 %
umat Islam saja, dan yang Sedangkan orang lai
dianggap sebagai korpus tertutup diganggu-gugat. Siapa saja yang mencoba
boleh 33 %
yang sudah selesai dan tak mengkritisinya, dia
elah banyak berjasa bagi tradisi tidak sadar bahwa sebagian dari mereka, seperti
bukan 13 %
kesejarahan Al-Qur’an. Saya dengan baik
sebuah pendapat semata-mata apa yang dikatakan. Bagi saya, kajian para
bukan 30 %
melihat siapa yang berkata, dan orientalis tel
Qur’an sebagai sebuah bacaan bukan makna kronologisnya, tapi struktur 87 %
“magis” (karena yang ditekankan kebahasaannya). Dampak ya
oris, gramatis, semantik, leksikal, bahasa baru yang muncul tiba-tiba karena Al-
bukanlah 61 %
dan sintaks. Bahasa Arab Qur’an. Bahasa i
lam bahasa Arab. Persoalan utama persoalan penafsiran semata, tapi memahaminya
bukanlah 64 %
Al-Qur’an, menurut saya, sebagai sebuah
ebagai sebuah risalah, Islam, seperti agama yang baru, dan Muhammad bukanlah satu-
bukanlah 71 %
diberitakan Al-Qur’an, satunya pembawa
iberitakan Al-Qur’an, bukanlah satu-satunya pembawa risalah. Sebelumnya, risalah
bukanlah 71 %
agama yang baru, dan Muhammad itu telah
i dengan perkembangan zaman. keterbatasan pesan-pesan Allah (kalamullah) yang
bukanlah 76 %
Keterbatasan kosakata Al-Qur’an universal,
yang dikatakan oleh para orientalis ke sumber-sumber aselinya. Dan ini yang saya
buktikan 17 %
itu bisa kita rujuk dan coba lakukan da
itas keberagamaan saya. Secara Nasr Hamed Abu Zayd dan juga beberapa artikel
buku 6%
khusus, saya membaca beberapa yang ditulis o
tu. Untuk menulis artikel singkat itu, yang disebut para orientalis, khususnya kitab al-
buku 18 %
saya merujuk semua masahif kar
u adalah bagian dari refleksi Ramadhan. Pada bulan itu, saya mencoba
bulan 5%
kegiatan spiritual saya selama membaca Al-Qur’an den
refleksi kegiatan spiritual saya itu, saya mencoba membaca Al-Qur’an dengan
bulan 5%
selama bulan Ramadhan. Pada model bacaan saya
dilakukan sepanjang sejarah Islam pada masa modern. Seperti kita ketahui, susunan
cetak 84 %
hingga digunakannya mesin Al-Qur’an
uk dan buktikan ke sumber-sumber lakukan dalam menulis artikel itu. Untuk menulis
coba 17 %
aselinya. Dan ini yang saya artikel
bisa digunakan untuk menjelaskan ulama dan intelektual Muslim. Bagaimanapun,
concern 32 %
apa yang selama ini menjadi kritik teks (khu
oleh para sahabat maupun orang- dari proses-proses keterciptaan Al-Qur’an dalam
contoh 69 %
orang yang sesudahnya adalah ruang yang t
hat sekarang. Perubahan susunan ini penting: pertama, ia menghancurkan konteks
cukup 85 %
memiliki dua dampak yang peristiwa dan kes
aya pikir, rasanya kurang adil kalau memori pikiran saya pengetahuan apologetis saja.
dalam 9%
saya hanya mensuplay ke Inilah l
an ke sumber-sumber aselinya. Dan menulis artikel itu. Untuk menulis artikel singkat
dalam 17 %
ini yang saya coba lakukan itu, s
al-Fihrist karya Ibn Nadiem, dan al- artikel itu, sengaja saya tidak menyebut nama
dalam 19 %
Itqan karya al-Suyuthi. orientalis sat
yang lebih piawai, lebih ahli, dan menuliskan sejarah Al-Qur’an. Namun, hanya
dalam 21 %
lebih produktif dari saya karena tulisan-tu
s-teks suci) adalah disiplin baru sejarah intelektualisme umat manusia. Di masa
dalam 32 %
yang tak memiliki preseden silam, teks-te
-kasus seperti minuman keras dan ayat yas’alunaka itu), adalah persolan manusia di
dalam 47 %
menstruasi (yang disebutkan dunia yang
sen dari Al-Qur’an. Fenomena ayat-ayat Al-Qur’an telah lama menjadi kajian para
dalam 49 %
lokal-temporal yang dijumpai ulama dan
’an telah lama menjadi kajian para dalam
‘Ulum al-Qur’an dan juga Ushul al-Fiqh, mereka 50 %
ulama dan ilmuwan Muslim. menciptakan k
ebab yang khusus). Kaedah-kaedah menafsirkan Al-Qur’an, tapi tidak membantu
dalam 52 %
seperti ini sangat membantu dalam menyelesaik
at membantu dalam menafsirkan Al- menyelesaikan persoalan-persoalan yang lebih
dalam 52 %
Qur’an, tapi tidak membantu substansial yan
but “Jibril” hanyalah salah satu daya diri manusia. Setiap manusia, secara potensial (bil
dalam 57 %
(quwwah) saja yang ada quwwah),
han dari potensi (bil quwwah) proses aktualisasi wahyu dari bil quwwah menjadi
dalam 59 %
menjadi kenyataan (bil fi’il). bil fi’il a
belaka, karena pesan-pesan Allah bentuk bahasa manusia, yakni bahasa Arab, yang
dalam 60 %
yang universal disampaikan tunduk pada a
dan digunakan oleh masyarakat interaksi sosial, bisnis, puisi, literatur, graffitti,
dalam 62 %
Arabia sebagai alat komunikasi kecam
h yang banyak mengumbar syhawat bahasa Arab. Puisi-puisi dan literatur yang
dalam 63 %
dan pornografi diekspresikan dianggap “menyim
literatur yang dianggap
bahasa Arab. Persoalan utama Al-Qur’an, menurut
“menyimpang” dari Islam juga dalam 64 %
saya, buk
ditulis
ebagai sebuah produk ilahiah (al- ruang sejarah manusia yang tidak suci dan terbatas.
dalam 65 %
intaj al-ilahy) yang berada Teks-tek
anusia yang tidak suci dan terbatas. bahasa Arab yang kemudian disebut “Al-Qur’an”
dalam 65 %
Teks-teks yang tertulis adalah artikul
rnal inilah yang terus dijaga oleh salah satu ayatnya (Inna nahnu nazzalna al-dhikra
dalam 67 %
Allah, seperti dijanjikan wa inna la
stilah para pemikir Muktazilah-- kebaharuan (muhdath), dan karenanya, ia tidak
dalam 68 %
“yang diciptakan” (makhluq) eternal dan ti
hnya adalah contoh dari proses- ruang yang tidak permanen dan tidak abadi.
dalam 70 %
proses keterciptaan Al-Qur’an Menurut Al-Qur’an
lah yang eternal dan universal. bahasa manusia yang beragam dan tidak sempurna,
dalam 79 %
Karena manifestasi dilakukan maka terjadi
) pesan-pesan Allah (kalamullah) sejarahnya, ada dua tahap pemanusiaan kalamullah
dalam 81 %
yang universal dan eternal. itu hingga
“i’jaz al-balaghi al-Qur’ani” dalam
tulisan saya yang ringkas itu, saya telah berusaha
88 %
(mu’jizat sastrawi Al-Qur’an). memperlih
yang kita lihat sekarang. Perubahan yang cukup penting: pertama, ia menghancurkan
dampak 85 %
susunan ini memiliki dua konteks perist
kan bukan makna kronologisnya, yang terakhir ini kemudian mendorong sebagian
dampak 87 %
tapi struktur kebahasaannya). ulama untuk me
an melihat proses-proses
masa-masa sesudahnya sangat penting, untuk
pembentukannya, baik pada masa dan 1%
mengingatkan kita
Nabi
n memiliki keterbatasan-
kesejarahan di mana ia diturunkan. Oleh: Luthfi
keterbatasan pada lingkup dan 2%
Assyaukan
kebahasaan
terimakasih kepada siapa saja yang kritik terhadap artikel saya tentang “Merenungkan
dan 4%
telah memberikan komentar Sejarah Al
n model bacaan saya sendiri yang mempengaruhi intensitas keberagamaan saya.
dan 6%
menurut saya lebih berkesan Secara khusus, sa
ecara khusus, saya membaca
juga beberapa artikel yang ditulis oleh sarjana Al-
beberapa buku Nasr Hamed Abu dan 7%
Qur’an da
Zayd
kitab klasik seperti kitab al-masahif, al-burhan. Saya beruntung karena semua kitab itu
dan 11 %
al-fihrist, al-itqan, bisa saya d
erlihatkan oleh para kritikus Edward Said, adalah para sarjana yang bekerja
dan 14 %
orientalis semacam A.L. Tibawi untuk kepentin
a sarjana yang bekerja untuk penaklukkan dunia Islam. Tapi, saya meyakini,
dan 15 %
kepentingan proyek kolonialisme tidak semua me
curigai kaum Muslim. Dunia tanpa batas. Akses kepada informasi bisa diperoleh
dan 16 %
sekarang ini sudah sangat terbuka semua ora
Apa yang dikatakan oleh para buktikan ke sumber-sumber aselinya. Dan ini yang
dan 17 %
orientalis itu bisa kita rujuk saya coba l
itu bisa kita rujuk dan buktikan ke ini yang saya coba lakukan dalam menulis artikel
dan 17 %
sumber-sumber aselinya. itu. Unt
al-masahif karya Ibn Abi Daud, al- al-Itqan karya al-Suyuthi. Dalam artikel itu,
dan 18 %
Fihrist karya Ibn Nadiem, sengaja saya t
atupun, karena saya sadar bahwa prasangka yang luar biasa pada nama-nama
dan 19 %
kaum Muslim memiliki apriori mereka. Saya pikir,
ekan saya, Taufik Adnan Amal, lebih produktif dari saya dalam menuliskan sejarah
dan 21 %
yang lebih piawai, lebih ahli, Al-Qur’an
san dia sarat dengan nama-nama semacamnya, tulisan-tulisan itu tampaknya tidak
dan 22 %
seperti Jeffrey, Wansborough, banyak diper
yang sama dengan refleksi yang pengecam artikel saya berusaha dengan tak sabar
dan 24 %
saya buat. Para pengkritik ingin menden
ar seperti ini. Seolah-olah, ilmu itu yang boleh meneliti sesuatu hanya orang Islam
dan 26 %
milik umat Islam saja, saja. Sedangka
eskipun mereka punya keahlian bahkan kalau perlu dianggap “najis” yang harus
dan 27 %
untuk itu, dianggap tak layak, dicampakkan.
ma qaala wa la tandhur man qaala jangan lihat siapa yang berkata). Para ulama
dan 28 %
(lihat apa yang dikatakan, mantiq (ahli lo
kumi sebuah pendapat semata-mata bukan apa yang dikatakan. Bagi saya, kajian para
dan 30 %
melihat siapa yang berkata, oriental
i sejarah Al-Qur’an selama ini. Pada temuan-temuan mereka bisa digunakan untuk
dan 31 %
gilirannya, kerja keras menjelaskan apa ya
untuk menjelaskan apa yang selama intelektual Muslim. Bagaimanapun, kritik teks
dan 32 %
ini menjadi concern ulama (khususnya tek
eks suci dianggap sebagai korpus tak boleh diganggu-gugat. Siapa saja yang
dan 33 %
tertutup yang sudah selesai mencoba mengkritis
stilah-istilah lain yang sejenis. kemaksuman kitab suci, mitos-mitos pun
dan 34 %
Untuk membentengi kesucian diciptakan, misalnya
tilah seram di atas. Itulah yang intelektual Muslim yang mencoba “membaca” Al-
dan 36 %
terjadi dengan banyak ulama Qur’an dengan p
perspektif lain, seperti yang dialami Abu Zayd. Kajian historis terhadap Al-Qur’an
dan 37 %
oleh Arkoun, Syahrour, membantu kit
ersoalan-persoalan klasik hubungan risalah kenabian, secara umum. Selanjutnya,
dan 38 %
antara wahyu, kitab suci, masalah ini juga
tnya, masalah ini juga dapat fungsi agama-agama di dunia ini bagi umat
dan 39 %
membantu kita menjelaskan peran manusia. Saya meng
an dengan melihatnya sebagai sekaligus melihat detil-detil peristiwa
dan 40 %
sebuah satu-kesatuan kitab suci kesejarahannya yang
aitan dengan hal-hal maha-besar ekspansi; dan (ii) hal-hal maha-kecil seperti
dan 42 %
seperti big bang, gravitasi, quantum, singu
al-hal maha-besar seperti big bang, (ii) hal-hal maha-kecil seperti quantum, singularity,
dan 42 %
gravitasi, dan ekspansi; dan st
i; dan (ii) hal-hal maha-kecil seperti string. Begitu juga Al-Qur’an, ia tak bisa dipahami
dan 42 %
quantum, singularity, dengan b
pahami dengan baik jika kita hanya mengabaikan dimensi lainnya. Menurut saya,
dan 43 %
melihat satu dimensi saja dimensi historis
ris Al-Qur’an adalah modal penting peran Al-Qur’an yang sesungguhnya. Dari kajian
dan 43 %
bagi kita memahami fungsi sejarah pe
an kehidupan umat manusia, yang temporal. Ayat-ayat yang dimulai dengan
dan 45 %
kadang sangat bersifat lokal pertanyaan-pertanyaa
misalnya (yas’alunaka anil khamr, seterusnya), adalah refleksi dari kehidupan yang
dan 46 %
anil ahillah, anil mahidh, dijalani Na
terusnya), adalah refleksi dari para sahabatnya. Kasus-kasus seperti minuman
dan 46 %
kehidupan yang dijalani Nabi keras dan menst
Nabi dan para sahabatnya. Kasus- menstruasi (yang disebutkan dalam ayat
dan 47 %
kasus seperti minuman keras yas’alunaka itu), ada
ituasi yang mendesak tersebut, maka menstruasi akan absen dari Al-Qur’an. Fenomena
dan 49 %
ayat-ayat tentang khamar lokal-temp
lam ayat-ayat Al-Qur’an telah lama ilmuwan Muslim. Dalam ‘Ulum al-Qur’an dan
dan 49 %
menjadi kajian para ulama juga Ushul al-Fiqh
kajian para ulama dan ilmuwan juga Ushul al-Fiqh, mereka menciptakan kaedah-
dan 50 %
Muslim. Dalam ‘Ulum al-Qur’an kaedah yang tu
yang umumnya dihadapi oleh para intelektual Muslim di masa modern, menyangkut
dan 53 %
filsuf Muslim di masa klasik hubungan antar
an antara risalah kenabian, kitab beragamnya agama-agama di dunia. Para filsuf
dan 53 %
suci, posisi Allah, wahyu, Muslim klasi
uk pada aturan-aturan retoris, sintaks. Bahasa Arab bukanlah bahasa baru yang
dan 61 %
gramatis, semantik, leksikal, muncul tiba-t
tiba-tiba karena Al-Qur’an. Bahasa digunakan oleh masyarakat Arabia sebagai alat
dan 61 %
ini telah ada sejak lama komunikasi dal
eraksi sosial, bisnis, puisi, literatur, juga obrolan-obrolan porno. Puisi-puisi jahiliah
dan 62 %
graffitti, kecaman, yang banyak
an porno. Puisi-puisi jahiliah yang pornografi diekspresikan dalam bahasa Arab. Puisi-
dan 63 %
banyak mengumbar syhawat puisi dan
dan pornografi diekspresikan dalam literatur yang dianggap “menyimpang” dari Islam
dan 63 %
bahasa Arab. Puisi-puisi juga ditulis
ahy) yang berada dalam ruang terbatas. Teks-teks yang tertulis dalam bahasa Arab
dan 65 %
sejarah manusia yang tidak suci yang kem
an” adalah artikulasi manusia eternal. Kalamullah yang abadi dan eternal inilah
dan 66 %
terhadap kalamullah yang abadi yang terus
dap kalamullah yang abadi dan dan eternal inilah yang terus dijaga oleh Allah, seperti 66 %
eternal. Kalamullah yang abadi dijanji
ah-- “yang diciptakan” (makhluq) karenanya, ia tidak eternal dan tidak abadi. Upaya
dan 68 %
dalam kebaharuan (muhdath), koleks
dalam kebaharuan (muhdath), dan tidak abadi. Upaya koleksi, modifikasi, dan
dan 69 %
karenanya, ia tidak eternal unifikasi, ya
tidak eternal dan tidak abadi. Upaya unifikasi, yang dilakukan baik oleh para sahabat
dan 69 %
koleksi, modifikasi, maupun oran
roses keterciptaan Al-Qur’an dalam tidak abadi. Menurut Al-Qur’an, Allah mengutus
dan 70 %
ruang yang tidak permanen Nabi Muhammad
ah mengutus Nabi Muhammad risalah itu bernama “Islam.” Sebagai sebuah
dan 71 %
sebagai pembawa risalah (message), risalah, Islam,
am, seperti diberitakan Al-Qur’an, Muhammad bukanlah satu-satunya pembawa
dan 71 %
bukanlah agama yang baru, risalah. Sebelumnya,
elumnya, risalah itu telah Isa (Q.S. 42:13). Al-Qur’an menggunakan bahasa
dan 72 %
disampaikan kepada Ibrahim, Musa, Arab. Tidak a
mata-mata ia diturunkan kepada tidak kurang. Bahasa manusia adalah instrumen
dan 75 %
orang-orang Arab. Tidak lebih komunikasi
alah instrumen komunikasi yang waktu di mana ia digunakan. Kosakata dari bahasa
dan 75 %
terbatas pada budaya, tempat, selalu berk
rsal, tapi keterbatasan bahasa Arab kondisi saat Al-Qur’an diturunkan. Sejarah
dan 77 %
yang tunduk pada situasi pembukuan Al-Qur’
-Qur’an adalah sejarah pereduksian eternal. Seperti juga yang terjadi pada kitab-kitab
dan 78 %
kalamullah yang universal suci lai
r, Al-Qur’an adalah manifestasi dari universal. Karena manifestasi dilakukan dalam
dan 79 %
kalamullah yang eternal bahasa manusia
rena manifestasi dilakukan dalam tidak sempurna, maka terjadilah perbedaan-
dan 79 %
bahasa manusia yang beragam perbedaan di antar
n (humanizing) pesan-pesan Allah eternal. Dalam sejarahnya, ada dua tahap
dan 81 %
(kalamullah) yang universal pemanusiaan kalamul
l sekarang (tartib al-tilawah). Ini dilengkapi pada masa Uthman bin Affan. Tahap
dan 83 %
dilakukan pada masa Nabi selanjutnya ada
g cukup penting: pertama, ia kesejarahan setiap wahyu yang diturunkan; dan
dan 86 %
menghancurkan konteks peristiwa kedua, ia menj
teks peristiwa dan kesejarahan kedua, ia menjadikan Al-Qur’an sebagai sebuah
dan 86 %
setiap wahyu yang diturunkan; bacaan “magis”
usaha memperlihatkan bahwa Ibn Abi Daud) dan bahkan hingga abad ke-10
dan 89 %
hingga abad ke-4 (masa Ibn Nadiem (masa Jalaluddin
an bahwa hingga abad ke-4 (masa bahkan hingga abad ke-10 (masa Jalaluddin al-
dan 89 %
Ibn Nadiem dan Ibn Abi Daud) Suyuthi), perso
abad ke-10 (masa Jalaluddin al- penertiban ayat-ayat Al-Qur’an tetap menjadi isu
dan 90 %
Suyuthi), persoalan penulisan hangat yang
nyataan bahwa Mushafnya Ibn al-Suyuthi bebas-bebas saja meriwayatkan Hadith
dan 91 %
Abbas tidak memiliki al-Fatihah, ‘Aisyah bahw
syah bahwa Mushaf Uthmani telah karenanya Al-Qur’an yang dibuat Uthman menjadi
dan 92 %
menghilangkan surah al-Ahzab lebih ramping
yang dimilikinya. Menurut saya, permanensi Al-Qur’an, selain bertentangan dengan
dan 93 %
keyakinan akan imanensi prinsip tau
nsip tauhid yang paling asasi (yakni permanen, adapun yang lainnya hanyalah
dan 94 %
hanya Allah yang imanen manifestasi dari kala
nteks kesejarahan Al-Qur’an sendiri manusiawi. Mengkaji sejarah Al-Qur’an dengan
dan 95 %
yang dinamis, progresif, melihat pros
an melihat proses-proses
masa-masa sesudahnya sangat penting, untuk
pembentukannya, baik pada masa dan 96 %
mengingatkan kita
Nabi
n memiliki keterbatasan-
kesejarahan di mana ia diturunkan. Namun
keterbatasan pada lingkup dan 97 %
demikian, sebagai s
kebahasaan
yang harus selalu ditekankan oleh seluruh umat beragama secara umum. Imani billahi
dan 99 %
kaum Muslim secara khusus akbar wa huwa khayrul musta’an.
risalah kenabian, secara umum. membantu kita menjelaskan peran dan fungsi
dapat 38 %
Selanjutnya, masalah ini juga agama-agama di du
mi utus seorang rasul kecuali memberi penjelasan dengan terang kepada mereka”
dapat 73 %
dengan bahasa kaumnya, agar ia (Q.S. 14:4).
kan kita selalu bahwa Al-Qur’an kalamullah. Seperti juga kitab-kitab suci lainnya di
dari 2%
adalah manifestasi manusiawi dunia i
Islam Liberal (JIL). Pada mulanya, refleksi kegiatan spiritual saya selama bulan
dari 5%
artikel itu adalah bagian Ramadhan. Pada
an juga beberapa artikel yang ditulis Barat. Saya selalu terobsesi untuk membaca karya-
dari 7%
oleh sarjana Al-Qur’an karya semac
aca karya-karya semacam ini, bacaan saya selama ini yang terlalu banyak dengan
dari 8%
sebagai “balance” (penyeimbang) karya-kary
m ditulis. Ketika menulis artikel itu, karya-karya sarjana Al-Qur’an dari Barat untuk
dari 10 %
saya mendapat panduan membuka kitab
tu, saya mendapat panduan dari Barat untuk membuka kitab-kitab klasik seperti
dari 11 %
karya-karya sarjana Al-Qur’an kitab al-masa
merujuk setiap klaim yang dibuat Barat itu. Saya pikir, para sarjana Al-Qur’an dari
dari 12 %
oleh para sarjana Al-Qur’an Barat
Qur’an dari Barat itu. Saya pikir, Barat atau yang biasa disebut dengan nada
dari 12 %
para sarjana Al-Qur’an permusuhan sebagai
kesejarahan Al-Qur’an. Saya bukan mereka, seperti dengan baik telah diperlihatkan
dari 14 %
tidak sadar bahwa sebagian oleh para kr
nan Amal, yang lebih piawai, lebih saya dalam menuliskan sejarah Al-Qur’an. Namun,
dari 21 %
ahli, dan lebih produktif hanya karena
kel saya berusaha dengan tak sabar saya bahwa saya merujuk kepada orientalis, agar
dari 24 %
ingin mendengar pengakuan kemudian mer
para orientalis telah membuka sejarah Al-Qur’an selama ini. Pada gilirannya,
dari 31 %
banyak dimensi tak terpikirkan kerja keras d
kita memahami fungsi dan peran Al- kajian sejarah pembentukan Al-Qur’an, kita
dari 44 %
Qur’an yang sesungguhnya. mengetahui bahwa
anil ahillah, anil mahidh, dan kehidupan yang dijalani Nabi dan para sahabatnya.
dari 46 %
seterusnya), adalah refleksi Kasus-kasu
but, maka ayat-ayat tentang khamar Al-Qur’an. Fenomena lokal-temporal yang
dari 49 %
dan menstruasi akan absen dijumpai dalam ay
terbesar, sehingga dia mampu dari potensi (bil quwwah) menjadi kenyataan (bil fi’il). 58 %
mengaktualisasikan wahyu Tuhan Dalam
adi kenyataan (bil fi’il). Dalam bil quwwah menjadi bil fi’il ada sejumlah proses
dari 59 %
proses aktualisasi wahyu reduksi. Ha
a Arab. Puisi-puisi dan literatur Islam juga ditulis dalam bahasa Arab. Persoalan
dari 64 %
yang dianggap “menyimpang” utama Al-
ara sahabat maupun orang-orang proses-proses keterciptaan Al-Qur’an dalam ruang
dari 69 %
yang sesudahnya adalah contoh yang tidak
:13). Al-Qur’an menggunakan bahasa ini, karena seperti kata Al-Qur’an sendiri:
dari 73 %
bahasa Arab. Tidak ada yang unik “Tidaklah
ada budaya, tempat, dan waktu di bahasa selalu berkembang, sesuai dengan
dari 76 %
mana ia digunakan. Kosakata perkembangan zaman.
, seperti Taurat, Injil, Zabur, Al- kalamullah yang eternal dan universal. Karena
dari 79 %
Qur’an adalah manifestasi manifestasi di
karenanya Al-Qur’an yang dibuat Mushaf yang dimilikinya. Menurut saya,
dari 93 %
Uthman menjadi lebih ramping keyakinan akan im
manen dan permanen, adapun yang kalam-Nya), juga bertentangan dengan konteks
dari 94 %
lainnya hanyalah manifestasi kesejarahan Al-
kan kita selalu bahwa Al-Qur’an kalamullah. Seperti juga kitab-kitab suci lainnya di
dari 96 %
adalah manifestasi manusiawi dunia i
na ia diturunkan. Namun demikian, kalamullah, Al-Qur’an memiliki kesamaan-
dari 98 %
sebagai sebuah manifestasi kesamaan dengan kita
a wa inna lahu lahafidhun Q.S. adalah sesuatu --meminjam istilah para pemikir
dasarnya 67 %
15:9). Adapun Al-Qur’an, pada Muktazilah--
mpai wahyu yang umumnya disebut (quwwah) saja yang ada dalam diri manusia. Setiap
daya 57 %
“Jibril” hanyalah salah satu manusia, s
sia. Setiap manusia, secara potensial kenabian, hanya saja intensitas kenabian itu
daya 57 %
(bil quwwah), memiliki berbeda satu de
ya saja intensitas kenabian itu kenabian yang dimiliki Nabi Muhammad
daya 58 %
berbeda satu dengan lainnya. merupakan yang terbesar
Sejarah Al-Qur’an: Rejoinder melihat proses-proses pembentukannya, baik pada
dengan 0%
Mengkaji sejarah Al-Qur’an masa Nabi da
lan Ramadhan. Pada bulan itu, saya model bacaan saya sendiri yang menurut saya lebih
dengan 5%
mencoba membaca Al-Qur’an berkesan d
penyeimbang) dari bacaan saya karya-karya apologetis. Saya pikir, rasanya kurang
dengan 8%
selama ini yang terlalu banyak adil kala
r, para sarjana Al-Qur’an dari Barat nada permusuhan sebagai “orientalis” itu telah
dengan 13 %
atau yang biasa disebut banyak berjas
. Saya bukan tidak sadar bahwa baik telah diperlihatkan oleh para kritikus orientalis
dengan 14 %
sebagian dari mereka, seperti semac
npa batas. Akses kepada informasi mudah. Apa yang dikatakan oleh para orientalis itu
dengan 16 %
bisa diperoleh semua orang bisa kita
an dicampakkan begitu saja. rekan saya, Taufik Adnan Amal, yang lebih piawai,
dengan 21 %
Agaknya, ini yang pernah terjadi lebih ahli
rah Al-Qur’an. Namun, hanya nama-nama seperti Jeffrey, Wansborough, dan
dengan 22 %
karena tulisan-tulisan dia sarat semacamnya, tuli
artikel Taufik, yang menurut saya, refleksi yang saya buat. Para pengkritik dan
dengan 23 %
memiliki pesan yang sama pengecam art
buat. Para pengkritik dan pengecam tak sabar ingin mendengar pengakuan dari saya
dengan 24 %
artikel saya berusaha bahwa saya mer
l). Siapa saja yang menolak mitos- istilah-istilah seram di atas. Itulah yang terjadi
dengan 36 %
mitos ini, juga akan dicap dengan ba
ap dengan istilah-istilah seram di banyak ulama dan intelektual Muslim yang
dengan 36 %
atas. Itulah yang terjadi mencoba “membaca” A
lama dan intelektual Muslim yang perspektif lain, seperti yang dialami oleh Arkoun,
dengan 36 %
mencoba “membaca” Al-Qur’an Syahrour,
unia ini bagi umat manusia. Saya melihatnya sebagai sebuah satu-kesatuan kitab suci
dengan 39 %
menganggap kajian Al-Qur’an dan sekal
cuali kita menggabungkan dua teori hal-hal maha-besar seperti big bang, gravitasi, dan
dengan 41 %
utama: (i) yang berkaitan ekspansi
ity, dan string. Begitu juga Al- baik jika kita hanya melihat satu dimensi saja dan
dengan 42 %
Qur’an, ia tak bisa dipahami mengabaik
n Al-Qur’an, kita mengetahui bahwa sangat dinamis, berinteraksi dengan kehidupan
dengan 44 %
kitab suci ini berkembang umat manusia,
itab suci ini berkembang dengan kehidupan umat manusia, yang kadang sangat
dengan 45 %
sangat dinamis, berinteraksi bersifat lokal da
g sangat bersifat lokal dan temporal. pertanyaan-pertanyaan para sahabat Nabi, misalnya
dengan 45 %
Ayat-ayat yang dimulai (yas’aluna
na desakan situasi yang dihadapi kata lain, jika tidak ada situasi yang mendesak
dengan 48 %
para sahabat nabi saat itu. tersebut, ma
uf Muslim klasik mencoba menggunakan analisa-analisa yang rumit yang
dengan 54 %
menjelaskan persoalan-persoalan itu hanya dipahami o
ya kenabian, hanya saja intensitas lainnya. Daya kenabian yang dimiliki Nabi
dengan 58 %
kenabian itu berbeda satu Muhammad merupakan
Al-Qur’an sendiri: “Tidaklah kami bahasa kaumnya, agar ia dapat memberi penjelasan
dengan 73 %
utus seorang rasul kecuali dengan tera
uali dengan bahasa kaumnya, agar terang kepada mereka” (Q.S. 14:4). Dengan kata
dengan 74 %
ia dapat memberi penjelasan lain, alasan
memberi penjelasan dengan terang kata lain, alasan mengapa Al-Qur’an berbahasa
dengan 74 %
kepada mereka” (Q.S. 14:4). Arab karena se
ia digunakan. Kosakata dari bahasa perkembangan zaman. Keterbatasan kosakata Al-
dengan 76 %
selalu berkembang, sesuai Qur’an bukanlah
susunan Al-Qur’an yang diturunkan susunan yang kita lihat sekarang. Perubahan
dengan 85 %
secara kronologis berbeda susunan ini memi
akan imanensi dan permanensi Al- prinsip tauhid yang paling asasi (yakni hanya Allah
dengan 93 %
Qur’an, selain bertentangan yang ima
nnya hanyalah manifestasi dari konteks kesejarahan Al-Qur’an sendiri yang
dengan 94 %
kalam-Nya), juga bertentangan dinamis, progresi
mis, progresif, dan manusiawi. melihat proses-proses pembentukannya, baik pada
dengan 95 %
Mengkaji sejarah Al-Qur’an masa Nabi da
estasi dari kalamullah, Al-Qur’an kitab-kitab suci lainnya (yang juga merupakan
dengan 98 %
memiliki kesamaan-kesamaan manifestasi ka
dalah persolan manusia di dunia situasi yang dihadapi para sahabat nabi saat itu.
desakan 48 %
yang muncul tiba-tiba karena Dengan kat
ebagai sebuah satu-kesatuan kitab detil-detil peristiwa kesejarahannya yang manusiawi, seperti 40 %
suci dan sekaligus melihat kita memaha
siawi dari kalamullah. Seperti juga dunia ini, Al-Qur’an memiliki keterbatasan-
di 2%
kitab-kitab suci lainnya keterbatasan pada
batasan-keterbatasan pada lingkup mana ia diturunkan. Oleh: Luthfi Assyaukanie
di 3%
kebahasaan dan kesejarahan Pertama-t
tentang “Merenungkan Sejarah Al- website Jaringan Islam Liberal (JIL). Pada
di 4%
Qur’an” yang dipublikasikan mulanya, artikel
lisan-tulisan itu tampaknya tidak website JIL sendiri, ada tiga artikel Taufik, yang
di 23 %
banyak diperhatikan orang. menurut s
hanya orang Islam saja. Sedangkan luar Islam, meskipun mereka punya keahlian untuk
di 26 %
orang lain, apalagi orang itu, diangg
emiliki preseden dalam sejarah masa silam, teks-teks suci dianggap sebagai korpus
di 33 %
intelektualisme umat manusia. tertutup
itos-mitos ini, juga akan dicap atas. Itulah yang terjadi dengan banyak ulama dan
di 36 %
dengan istilah-istilah seram intelektua
u Zayd. Kajian historis terhadap Al- antaranya, untuk menjelaskan persoalan-persoalan
di 37 %
Qur’an membantu kita, klasik hubu
dapat membantu kita menjelaskan dunia ini bagi umat manusia. Saya menganggap
di 39 %
peran dan fungsi agama-agama kajian Al-Qur’a
ebutkan dalam ayat yas’alunaka itu), dunia yang muncul tiba-tiba karena desakan situasi
di 47 %
adalah persolan manusia yang diha
afdh la bi khusus al-sabab
atas sebab-sebab yang khusus). Kaedah-kaedah
(mendahulukan kata-kata yang di 51 %
seperti ini san
umum
ih substansial yang umumnya masa klasik dan intelektual Muslim di masa
di 53 %
dihadapi oleh para filsuf Muslim modern, menyangku
leh para filsuf Muslim di masa masa modern, menyangkut hubungan antara risalah
di 53 %
klasik dan intelektual Muslim kenabian, ki
kitab suci, posisi Allah, wahyu, dan dunia. Para filsuf Muslim klasik mencoba
di 54 %
beragamnya agama-agama menjelaskan pers
umen komunikasi yang terbatas mana ia digunakan. Kosakata dari bahasa selalu
di 75 %
pada budaya, tempat, dan waktu berkembang, s
agam dan tidak sempurna, maka antara kitab-kitab suci itu (dan selanjutnya juga di
di 80 %
terjadilah perbedaan-perbedaan antara
rbedaan di antara kitab-kitab suci itu antara para pemeluk agama). Al-Qur’an sendiri
di 80 %
(dan selanjutnya juga adalah prod
siawi dari kalamullah. Seperti juga dunia ini, Al-Qur’an memiliki keterbatasan-
di 97 %
kitab-kitab suci lainnya keterbatasan pada
batasan-keterbatasan pada lingkup mana ia diturunkan. Namun demikian, sebagai
di 97 %
kebahasaan dan kesejarahan sebuah manifesta
iskan sejarah Al-Qur’an. Namun, sarat dengan nama-nama seperti Jeffrey,
dia 22 %
hanya karena tulisan-tulisan Wansborough, dan sem
oleh diganggu-gugat. Siapa saja akan dianggap “murtad,” “kafir,” “zindiq,” atau
dia 34 %
yang mencoba mengkritisinya, istilah-isti
ang dimiliki Nabi Muhammad mampu mengaktualisasikan wahyu Tuhan dari
dia 58 %
merupakan yang terbesar, sehingga potensi (bil quwwa
oba “membaca” Al-Qur’an dengan dialami oleh Arkoun, Syahrour, dan Abu Zayd. Kajian 37 %
perspektif lain, seperti yang historis terh
ang di luar Islam, meskipun mereka tak layak, dan bahkan kalau perlu dianggap “najis”
dianggap 27 %
punya keahlian untuk itu, yang haru
ahlian untuk itu, dianggap tak layak,
dianggap
“najis” yang harus dicampakkan. Padahal 27 %
dan bahkan kalau perlu Sayyidina Ali jauh-j
intelektualisme umat manusia. Di sebagai korpus tertutup yang sudah selesai dan tak
dianggap 33 %
masa silam, teks-teks suci boleh dig
nggu-gugat. Siapa saja yang
dianggap “murtad,” “kafir,” “zindiq,” atau istilah-istilah lain 34 %
mencoba mengkritisinya, dia akan yang
kspresikan dalam bahasa Arab.
dianggap
“menyimpang” dari Islam juga ditulis dalam 63 %
Puisi-puisi dan literatur yang bahasa Arab. P
itu bernama “Islam.” Sebagai Al-Qur’an, bukanlah agama yang baru, dan
diberitakan 71 %
sebuah risalah, Islam, seperti Muhammad bukanlah s
saya dapatkan, sehingga saya bisa oleh para sarjana Al-Qur’an dari Barat itu. Saya
dibuat 12 %
merujuk setiap klaim yang pikir, p
ah menghilangkan surah al-Ahzab Uthman menjadi lebih ramping dari Mushaf yang
dibuat 92 %
dan karenanya Al-Qur’an yang dimilikinya.
ip nama-nama orientalis itu, paling- begitu saja. Agaknya, ini yang pernah terjadi
dicampakkan 20 %
paling artikel saya akan dengan rekan s
19, dll). Siapa saja yang menolak dengan istilah-istilah seram di atas. Itulah yang
dicap 36 %
mitos-mitos ini, juga akan terjadi de
h sesuatu --meminjam istilah para (makhluq) dalam kebaharuan (muhdath), dan
diciptakan” 68 %
pemikir Muktazilah-- “yang karenanya, ia tida
am. Tapi, saya meyakini, tidak kaum Muslim. Dunia sekarang ini sudah sangat
dicurigai 15 %
semua mereka seburuk apa yang terbuka dan tan
-puisi jahiliah yang banyak dalam bahasa Arab. Puisi-puisi dan literatur yang
diekspresikan 63 %
mengumbar syhawat dan pornografi dianggap “
. Pada gilirannya, kerja keras dan untuk menjelaskan apa yang selama ini menjadi
digunakan 31 %
temuan-temuan mereka bisa concern ulama
a-tiba karena Al-Qur’an. Bahasa ini oleh masyarakat Arabia sebagai alat komunikasi
digunakan 61 %
telah ada sejak lama dan dalam interak
baca (tasykil) yang dilakukan mesin cetak pada masa modern. Seperti kita
digunakannya 84 %
sepanjang sejarah Islam hingga ketahui, susun
a di dunia yang muncul tiba-tiba para sahabat nabi saat itu. Dengan kata lain, jika
dihadapi 48 %
karena desakan situasi yang tidak ada
ikan persoalan-persoalan yang lebih oleh para filsuf Muslim di masa klasik dan
dihadapi 52 %
substansial yang umumnya intelektual Musli
eternal. Kalamullah yang abadi dan oleh Allah, seperti dijanjikan dalam salah satu
dijaga 66 %
eternal inilah yang terus ayatnya (Inn
mahidh, dan seterusnya), adalah Nabi dan para sahabatnya. Kasus-kasus seperti
dijalani 46 %
refleksi dari kehidupan yang minuman keras
adi dan eternal inilah yang terus dalam salah satu ayatnya (Inna nahnu nazzalna al-
dijanjikan 67 %
dijaga oleh Allah, seperti dhikra wa i
i akan absen dari Al-Qur’an. dalam ayat-ayat Al-Qur’an telah lama menjadi
dijumpai 49 %
Fenomena lokal-temporal yang kajian para ula
informasi bisa diperoleh semua dikatakan oleh para orientalis itu bisa kita rujuk dan buktikan 16 %
orang dengan mudah. Apa yang ke sum
dak abadi. Upaya koleksi, baik oleh para sahabat maupun orang-orang yang
dilakukan 69 %
modifikasi, dan unifikasi, yang sesudahnya ad
ri kalamullah yang eternal dan dalam bahasa manusia yang beragam dan tidak
dilakukan 79 %
universal. Karena manifestasi sempurna, maka t
bacaan seperti kita kenal sekarang pada masa Nabi dan dilengkapi pada masa Uthman
dilakukan 83 %
(tartib al-tilawah). Ini bin Affan. Ta
Tahap selanjutnya adalah pemberian sepanjang sejarah Islam hingga digunakannya
dilakukan 84 %
tanda baca (tasykil) yang mesin cetak pada
karang (tartib al-tilawah). Ini pada masa Uthman bin Affan. Tahap selanjutnya
dilengkapi 83 %
dilakukan pada masa Nabi dan adalah pemberi
n. Bagi saya, kajian para orientalis tak terpikirkan dari sejarah Al-Qur’an selama ini.
dimensi 30 %
telah membuka banyak Pada gili
a tak bisa dipahami dengan baik jika saja dan mengabaikan dimensi lainnya. Menurut
dimensi 43 %
kita hanya melihat satu saya, dimensi
ik jika kita hanya melihat satu lainnya. Menurut saya, dimensi historis Al-Qur’an
dimensi 43 %
dimensi saja dan mengabaikan adalah mod
dimensi saja dan mengabaikan historis Al-Qur’an adalah modal penting bagi kita
dimensi 43 %
dimensi lainnya. Menurut saya, memahami f
kenabian itu berbeda satu dengan Nabi Muhammad merupakan yang terbesar,
dimiliki 58 %
lainnya. Daya kenabian yang sehingga dia mampu me
ng kadang sangat bersifat lokal dan dengan pertanyaan-pertanyaan para sahabat Nabi,
dimulai 45 %
temporal. Ayat-ayat yang misalnya (ya
semesta. Menurut para
kecuali kita menggabungkan dua teori utama: (i)
astrofisikawan, alam semesta tak dipahami 41 %
yang berkait
bisa
singularity, dan string. Begitu juga dengan baik jika kita hanya melihat satu dimensi
dipahami 42 %
Al-Qur’an, ia tak bisa saja dan me
itu dengan menggunakan analisa- oleh kalangan tertentu, khususnya mereka yang
dipahami 55 %
analisa yang rumit yang hanya mempelajari di
, dan semacamnya, tulisan-tulisan orang. Di website JIL sendiri, ada tiga artikel
diperhatikan 23 %
itu tampaknya tidak banyak Taufik, yang
sadar bahwa sebagian dari mereka, oleh para kritikus orientalis semacam A.L. Tibawi
diperlihatkan 14 %
seperti dengan baik telah dan Edward
sangat terbuka dan tanpa batas. semua orang dengan mudah. Apa yang dikatakan
diperoleh 16 %
Akses kepada informasi bisa oleh para orien
ap artikel saya tentang
di website Jaringan Islam Liberal (JIL). Pada
“Merenungkan Sejarah Al-Qur’an” dipublikasikan 4%
mulanya, artik
yang
ibril” hanyalah salah satu daya manusia. Setiap manusia, secara potensial (bil
diri 57 %
(quwwah) saja yang ada dalam quwwah), memi
l ini lumrah belaka, karena pesan- dalam bentuk bahasa manusia, yakni bahasa Arab,
disampaikan 60 %
pesan Allah yang universal yang tunduk
satu-satunya pembawa risalah. kepada Ibrahim, Musa, dan Isa (Q.S. 42:13). Al-
disampaikan 72 %
Sebelumnya, risalah itu telah Qur’an menggu
aya pikir, para sarjana Al-Qur’an dengan nada permusuhan sebagai “orientalis” itu
disebut 13 %
dari Barat atau yang biasa telah banyak
uk menulis artikel singkat itu, saya para orientalis, khususnya kitab al-masahif karya
disebut 18 %
merujuk semua buku yang Ibn Abi Da
psikologis (al-nafsiyyah). Agen
disebut “Jibril” hanyalah salah satu daya (quwwah) saja 56 %
penyampai wahyu yang umumnya yang ada dal
tas. Teks-teks yang tertulis dalam
disebut
“Al-Qur’an” adalah artikulasi manusia terhadap 66 %
bahasa Arab yang kemudian kalamullah ya
i kalamullah). Aspek kesamaan
disebut “kalimatun sawaa”) yang harus selalu ditekankan 99 %
inilah (dalam bahasa Al-Qur’an oleh kaum Mu
tnya. Kasus-kasus seperti minuman dalam ayat yas’alunaka itu), adalah persolan
disebutkan 47 %
keras dan menstruasi (yang manusia di duni
Bagaimanapun, kritik teks baru yang tak memiliki preseden dalam sejarah
disiplin 32 %
(khususnya teks-teks suci) adalah intelektualism
mi oleh kalangan tertentu,
filsafat. Al-Farabi misalnya menjelaskan proses
khususnya mereka yang disiplin 55 %
turunnya wah
mempelajari
jadikan Al-Qur’an sebagai sebuah bukan makna kronologisnya, tapi struktur
ditekankan 87 %
bacaan “magis” (karena yang kebahasaannya). Dam
ahasa Al-Qur’an disebut “kalimatun oleh kaum Muslim secara khusus dan seluruh umat
ditekankan 99 %
sawaa”) yang harus selalu beragama sec
rapa buku Nasr Hamed Abu Zayd oleh sarjana Al-Qur’an dari Barat. Saya selalu
ditulis 7%
dan juga beberapa artikel yang terobsesi unt
isi dan literatur yang dianggap dalam bahasa Arab. Persoalan utama Al-Qur’an,
ditulis 64 %
“menyimpang” dari Islam juga menurut say
lasan mengapa Al-Qur’an berbahasa kepada orang-orang Arab. Tidak lebih dan tidak
diturunkan 74 %
Arab karena semata-mata ia kurang. Ba
karang. Tahap pertama adalah tahap secara kronologis (tartib al-nuzul) menjadi urutan
diturunkan 82 %
pengaturan ayat-ayat yang bacaan se
masa modern. Seperti kita ketahui, secara kronologis berbeda dengan susunan yang
diturunkan 85 %
susunan Al-Qur’an yang kita lihat sek
ancurkan konteks peristiwa dan dan kedua, ia menjadikan Al-Qur’an sebagai
diturunkan; 86 %
kesejarahan setiap wahyu yang sebuah bacaan “ma
n, alam semesta tak bisa dipahami teori utama: (i) yang berkaitan dengan hal-hal
dua 41 %
kecuali kita menggabungkan maha-besar se
alamullah) yang universal dan tahap pemanusiaan kalamullah itu hingga menjadi
dua 81 %
eternal. Dalam sejarahnya, ada bentuknya ya
nan yang kita lihat sekarang. dampak yang cukup penting: pertama, ia
dua 85 %
Perubahan susunan ini memiliki menghancurkan konteks
wi dari kalamullah. Seperti juga ini, Al-Qur’an memiliki keterbatasan-keterbatasan
dunia 2%
kitab-kitab suci lainnya di pada lingk
ekerja untuk kepentingan proyek Islam. Tapi, saya meyakini, tidak semua mereka
dunia 15 %
kolonialisme dan penaklukkan seburuk apa y
, tidak semua mereka seburuk apa sekarang ini sudah sangat terbuka dan tanpa batas.
dunia 16 %
yang dicurigai kaum Muslim. Akses kep
at membantu kita menjelaskan peran ini bagi umat manusia. Saya menganggap kajian
dunia 39 %
dan fungsi agama-agama di Al-Qur’an deng
tkan dalam ayat yas’alunaka itu), yang muncul tiba-tiba karena desakan situasi yang
dunia 47 %
adalah persolan manusia di dihadapi p
wi dari kalamullah. Seperti juga ini, Al-Qur’an memiliki keterbatasan-keterbatasan
dunia 97 %
kitab-kitab suci lainnya di pada lingk
hatkan oleh para kritikus orientalis Said, adalah para sarjana yang bekerja untuk
edward 14 %
semacam A.L. Tibawi dan kepentingan pro
n dengan hal-hal maha-besar seperti dan (ii) hal-hal maha-kecil seperti quantum,
ekspansi; 42 %
big bang, gravitasi, dan singularity, da
kalamullah yang abadi dan eternal. inilah yang terus dijaga oleh Allah, seperti
eternal 66 %
Kalamullah yang abadi dan dijanjikan dala
makhluq) dalam kebaharuan dan tidak abadi. Upaya koleksi, modifikasi, dan
eternal 68 %
(muhdath), dan karenanya, ia tidak unifikasi
il, Zabur, Al-Qur’an adalah dan universal. Karena manifestasi dilakukan dalam
eternal 79 %
manifestasi dari kalamullah yang bahasa man
yat tentang khamar dan menstruasi lokal-temporal yang dijumpai dalam ayat-ayat Al-
fenomena 49 %
akan absen dari Al-Qur’an. Qur’an telah
Dalam proses aktualisasi wahyu dari ada sejumlah proses reduksi. Hal ini lumrah
fi’il 59 %
bil quwwah menjadi bil belaka, karena p
oalan yang lebih substansial yang Muslim di masa klasik dan intelektual Muslim di
filsuf 52 %
umumnya dihadapi oleh para masa modern,
i Allah, wahyu, dan beragamnya Muslim klasik mencoba menjelaskan persoalan-
filsuf 54 %
agama-agama di dunia. Para persoalan itu de
, masalah ini juga dapat membantu agama-agama di dunia ini bagi umat manusia. Saya
fungsi 39 %
kita menjelaskan peran dan menganggap
i historis Al-Qur’an adalah modal dan peran Al-Qur’an yang sesungguhnya. Dari
fungsi 43 %
penting bagi kita memahami kajian sejara
iki al-Fatihah, dan al-Suyuthi bebas-
hadith ‘Aisyah bahwa Mushaf Uthmani telah 92 %
bebas saja meriwayatkan menghilangkan surah al-Ah
ri bil quwwah menjadi bil fi’il ada ini lumrah belaka, karena pesan-pesan Allah yang
hal 59 %
sejumlah proses reduksi. universal d
ita menggabungkan dua teori utama: maha-besar seperti big bang, gravitasi, dan
hal-hal 41 %
(i) yang berkaitan dengan ekspansi; dan (i
ha-besar seperti big bang, gravitasi, maha-kecil seperti quantum, singularity, dan string.
hal-hal 42 %
dan ekspansi; dan (ii) Begitu
agamaan saya. Secara khusus, saya Abu Zayd dan juga beberapa artikel yang ditulis
hamed 6%
membaca beberapa buku Nasr oleh sarjana
nulisan dan penertiban ayat-ayat Al- yang terus diperdebatkan. Tidak ada yang tabu bagi
hangat 90 %
Qur’an tetap menjadi isu ulama Isl
karya apologetis. Saya pikir, rasanya mensuplay ke dalam memori pikiran saya
hanya 8%
kurang adil kalau saya pengetahuan apologeti
oduktif dari saya dalam menuliskan karena tulisan-tulisan dia sarat dengan nama-nama
hanya 22 %
sejarah Al-Qur’an. Namun, seperti Je
u itu milik umat Islam saja, dan orang Islam saja. Sedangkan orang lain, apalagi
hanya 26 %
yang boleh meneliti sesuatu orang di lua
u juga Al-Qur’an, ia tak bisa melihat satu dimensi saja dan mengabaikan
hanya 42 %
dipahami dengan baik jika kita dimensi lainnya. M
oalan itu dengan menggunakan dipahami oleh kalangan tertentu, khususnya
hanya 54 %
analisa-analisa yang rumit yang mereka yang mempe
usia, secara potensial (bil quwwah), hanya saja intensitas kenabian itu berbeda satu dengan 57 %
memiliki daya kenabian, lainnya. Da
bertentangan dengan prinsip tauhid Allah yang imanen dan permanen, adapun yang
hanya 94 %
yang paling asasi (yakni lainnya hanyalah
fsiyyah). Agen penyampai wahyu salah satu daya (quwwah) saja yang ada dalam diri
hanyalah 56 %
yang umumnya disebut “Jibril” manusia. S
ni hanya Allah yang imanen dan manifestasi dari kalam-Nya), juga bertentangan
hanyalah 94 %
permanen, adapun yang lainnya dengan kontek
jis” yang harus dicampakkan. sudah mengingatkan kita: Undzur ma qaala wa la
hari 27 %
Padahal Sayyidina Ali jauh-jauh tandhur man q
apa yang berkata). Para ulama juga sudah mengingakan agar kita jangan mudah
hari 29 %
mantiq (ahli logika) jauh-jauh terjatuh pada
ggap tak layak, dan bahkan kalau dicampakkan. Padahal Sayyidina Ali jauh-jauh hari
harus 27 %
perlu dianggap “najis” yang sudah meng
ilah (dalam bahasa Al-Qur’an selalu ditekankan oleh kaum Muslim secara khusus
harus 99 %
disebut “kalimatun sawaa”) yang dan seluruh
. Dalam sejarahnya, ada dua tahap menjadi bentuknya yang kita lihat sekarang. Tahap
hingga 81 %
pemanusiaan kalamullah itu pertama ad
tanda baca (tasykil) yang dilakukan digunakannya mesin cetak pada masa modern.
hingga 84 %
sepanjang sejarah Islam Seperti kita k
a yang ringkas itu, saya telah abad ke-4 (masa Ibn Nadiem dan Ibn Abi Daud)
hingga 89 %
berusaha memperlihatkan bahwa dan bahkan hing
ngga abad ke-4 (masa Ibn Nadiem abad ke-10 (masa Jalaluddin al-Suyuthi), persoalan
hingga 89 %
dan Ibn Abi Daud) dan bahkan penulisan
yang dialami oleh Arkoun, terhadap Al-Qur’an membantu kita, di antaranya,
historis 37 %
Syahrour, dan Abu Zayd. Kajian untuk menjel
saja dan mengabaikan dimensi Al-Qur’an adalah modal penting bagi kita
historis 43 %
lainnya. Menurut saya, dimensi memahami fungsi dan
, di antaranya, untuk menjelaskan antara wahyu, kitab suci, dan risalah kenabian,
hubungan 38 %
persoalan-persoalan klasik secara umum.
asa klasik dan intelektual Muslim di antara risalah kenabian, kitab suci, posisi Allah,
hubungan 53 %
masa modern, menyangkut wahyu, da
eluruh umat beragama secara
huwa khayrul musta’an. 100 %
umum. Imani billahi akbar wa
b suci, mitos-mitos pun diciptakan, Qur’an (e.g. angka 19, dll). Siapa saja yang
i’jazul 35 %
misalnya seperti masalah menolak mitos-m
keterbatasan pada lingkup
diturunkan. Oleh: Luthfi Assyaukanie Pertama-
kebahasaan dan kesejarahan di ia 3%
tama, say
mana
rti quantum, singularity, dan string. tak bisa dipahami dengan baik jika kita hanya
ia 42 %
Begitu juga Al-Qur’an, melihat satu d
ptakan” (makhluq) dalam
tidak eternal dan tidak abadi. Upaya koleksi,
kebaharuan (muhdath), dan ia 68 %
modifikasi,
karenanya,
kami utus seorang rasul kecuali dapat memberi penjelasan dengan terang kepada
ia 73 %
dengan bahasa kaumnya, agar mereka” (Q.S.
, alasan mengapa Al-Qur’an diturunkan kepada orang-orang Arab. Tidak lebih
ia 74 %
berbahasa Arab karena semata-mata dan tidak ku
unikasi yang terbatas pada budaya, digunakan. Kosakata dari bahasa selalu
ia 76 %
tempat, dan waktu di mana berkembang, sesuai de
susunan ini memiliki dua dampak menghancurkan konteks peristiwa dan kesejarahan
ia 86 %
yang cukup penting: pertama, setiap wahyu
iwa dan kesejarahan setiap wahyu menjadikan Al-Qur’an sebagai sebuah bacaan
ia 86 %
yang diturunkan; dan kedua, “magis” (karena y
keterbatasan pada lingkup
diturunkan. Namun demikian, sebagai sebuah
kebahasaan dan kesejarahan di ia 97 %
manifestasi dari
mana
ng disebut para orientalis, Abi Daud, al-Fihrist karya Ibn Nadiem, dan al-
ibn 18 %
khususnya kitab al-masahif karya Itqan karya al
susnya kitab al-masahif karya Ibn Nadiem, dan al-Itqan karya al-Suyuthi. Dalam
ibn 18 %
Abi Daud, al-Fihrist karya artikel itu, se
a telah berusaha memperlihatkan Nadiem dan Ibn Abi Daud) dan bahkan hingga
ibn 89 %
bahwa hingga abad ke-4 (masa abad ke-10 (masa
a memperlihatkan bahwa hingga Abi Daud) dan bahkan hingga abad ke-10 (masa
ibn 89 %
abad ke-4 (masa Ibn Nadiem dan Jalaluddin al-S
ma Islam kala itu untuk
Nadiem bebas-bebas saja membuat pernyataan
mendiskusikan kesejarahan Al- ibn 91 %
bahwa Mushafnya I
Qur’an.
n Nadiem bebas-bebas saja
Abbas tidak memiliki al-Fatihah, dan al-Suyuthi
membuat pernyataan bahwa ibn 91 %
bebas-bebas
Mushafnya
an penafsiran semata, tapi
(al-intaj al-ilahy) yang berada dalam ruang sejarah
memahaminya sebagai sebuah ilahiah 65 %
manusia
produk
ya sedih jika ada yang berkomentar itu milik umat Islam saja, dan yang boleh meneliti
ilmu 25 %
seperti ini. Seolah-olah, sesuatu h
ayat-ayat Al-Qur’an telah lama Muslim. Dalam ‘Ulum al-Qur’an dan juga Ushul
ilmuwan 50 %
menjadi kajian para ulama dan al-Fiqh, mereka
gan prinsip tauhid yang paling asasi dan permanen, adapun yang lainnya hanyalah
imanen 94 %
(yakni hanya Allah yang manifestasi dari
ri Mushaf yang dimilikinya. dan permanensi Al-Qur’an, selain bertentangan
imanensi 93 %
Menurut saya, keyakinan akan dengan prinsip
Muslim secara khusus dan seluruh
imani billahi akbar wa huwa khayrul musta’an. 100 %
umat beragama secara umum.
arang ini sudah sangat terbuka dan bisa diperoleh semua orang dengan mudah. Apa
informasi 16 %
tanpa batas. Akses kepada yang dikatakan
iturunkan. Oleh: Luthfi Assyaukanie mengucapkan terimakasih kepada siapa saja yang
ingin 3%
Pertama-tama, saya telah memberi
ngkritik dan pengecam artikel saya mendengar pengakuan dari saya bahwa saya
ingin 24 %
berusaha dengan tak sabar merujuk kepada orie
ini, sebagai “balance”
yang terlalu banyak dengan karya-karya
(penyeimbang) dari bacaan saya ini 8%
apologetis. Saya piki
selama
ereka seburuk apa yang dicurigai sudah sangat terbuka dan tanpa batas. Akses
ini 16 %
kaum Muslim. Dunia sekarang kepada informasi
bisa kita rujuk dan buktikan ke ini yang saya coba lakukan dalam menulis artikel itu. 17 %
sumber-sumber aselinya. Dan Untuk m
g-paling artikel saya akan yang pernah terjadi dengan rekan saya, Taufik
ini 21 %
dicampakkan begitu saja. Agaknya, Adnan Amal, ya
muan mereka bisa digunakan untuk menjadi concern ulama dan intelektual Muslim.
ini 32 %
menjelaskan apa yang selama Bagaimanapun,
uci, dan risalah kenabian, secara juga dapat membantu kita menjelaskan peran dan
ini 38 %
umum. Selanjutnya, masalah fungsi agama-
bantu kita menjelaskan peran dan bagi umat manusia. Saya menganggap kajian Al-
ini 39 %
fungsi agama-agama di dunia Qur’an dengan m
arah pembentukan Al-Qur’an, kita berkembang dengan sangat dinamis, berinteraksi
ini 44 %
mengetahui bahwa kitab suci dengan kehidu
umum di atas sebab-sebab yang sangat membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an,
ini 51 %
khusus). Kaedah-kaedah seperti tapi tidak memb
il quwwah menjadi bil fi’il ada lumrah belaka, karena pesan-pesan Allah yang
ini 59 %
sejumlah proses reduksi. Hal universal disam
h bahasa baru yang muncul tiba-tiba telah ada sejak lama dan digunakan oleh
ini 61 %
karena Al-Qur’an. Bahasa masyarakat Arabia se
utan bacaan seperti kita kenal dilakukan pada masa Nabi dan dilengkapi pada
ini 83 %
sekarang (tartib al-tilawah). masa Uthman bin
a dengan susunan yang kita lihat memiliki dua dampak yang cukup penting:
ini 85 %
sekarang. Perubahan susunan pertama, ia menghanc
logisnya, tapi struktur
kemudian mendorong sebagian ulama untuk
kebahasaannya). Dampak yang ini 87 %
membesar-besarkan ap
terakhir
ay ke dalam memori pikiran saya latar belakang mengapa artikel itu saya tulis.
inilah 9%
pengetahuan apologetis saja. Semula saya r
ah yang abadi dan eternal. yang terus dijaga oleh Allah, seperti dijanjikan
inilah 66 %
Kalamullah yang abadi dan eternal dalam salah
(yang juga merupakan manifestasi (dalam bahasa Al-Qur’an disebut “kalimatun
inilah 99 %
kalamullah). Aspek kesamaan sawaa”) yang haru
n dalam salah satu ayatnya (Inna lahu lahafidhun Q.S. 15:9). Adapun Al-Qur’an,
inna 67 %
nahnu nazzalna al-dhikra wa pada dasarnya
Arab. Tidak lebih dan tidak kurang. komunikasi yang terbatas pada budaya, tempat,
instrumen 75 %
Bahasa manusia adalah dan waktu di m
uk menjelaskan apa yang selama ini Muslim. Bagaimanapun, kritik teks (khususnya
intelektual 32 %
menjadi concern ulama dan teks-teks suci)
h seram di atas. Itulah yang terjadi Muslim yang mencoba “membaca” Al-Qur’an
intelektual 36 %
dengan banyak ulama dan dengan perspektif la
umumnya dihadapi oleh para filsuf Muslim di masa modern, menyangkut hubungan
intelektual 53 %
Muslim di masa klasik dan antara risalah ke
dalah disiplin baru yang tak umat manusia. Di masa silam, teks-teks suci
intelektualisme 33 %
memiliki preseden dalam sejarah dianggap sebagai
ya sendiri yang menurut saya lebih keberagamaan saya. Secara khusus, saya membaca
intensitas 6%
berkesan dan mempengaruhi beberapa buku
a potensial (bil quwwah), memiliki kenabian itu berbeda satu dengan lainnya. Daya
intensitas 57 %
daya kenabian, hanya saja kenabian yang
gunakan oleh masyarakat Arabia interaksi sosial, bisnis, puisi, literatur, graffitti, kecaman, 62 %
sebagai alat komunikasi dalam dan ju
nya, risalah itu telah disampaikan (Q.S. 42:13). Al-Qur’an menggunakan bahasa
isa 72 %
kepada Ibrahim, Musa, dan Arab. Tidak ada y
n Sejarah Al-Qur’an” yang Liberal (JIL). Pada mulanya, artikel itu adalah
islam 4%
dipublikasikan di website Jaringan bagian dari
ng berkomentar seperti ini. Seolah- saja, dan yang boleh meneliti sesuatu hanya orang
islam 26 %
olah, ilmu itu milik umat Islam saja
umat Islam saja, dan yang boleh saja. Sedangkan orang lain, apalagi orang di luar
islam 26 %
meneliti sesuatu hanya orang Islam, mes
b. Puisi-puisi dan literatur yang juga ditulis dalam bahasa Arab. Persoalan utama
islam 64 %
dianggap “menyimpang” dari Al-Qur’an
berian tanda baca (tasykil) yang hingga digunakannya mesin cetak pada masa
islam 84 %
dilakukan sepanjang sejarah modern. Seperti
gat yang terus diperdebatkan. Tidak kala itu untuk mendiskusikan kesejarahan Al-
islam 90 %
ada yang tabu bagi ulama Qur’an. Ibn Nadi
). Adapun Al-Qur’an, pada dasarnya para pemikir Muktazilah-- “yang diciptakan”
istilah 68 %
adalah sesuatu --meminjam (makhluq) dalam
tisinya, dia akan dianggap “murtad,” lain yang sejenis. Untuk membentengi kesucian
istilah-istilah 34 %
“kafir,” “zindiq,” atau dan kemaksuman
pa saja yang menolak mitos-mitos seram di atas. Itulah yang terjadi dengan banyak
istilah-istilah 36 %
ini, juga akan dicap dengan ulama dan i
n penulisan dan penertiban ayat-ayat hangat yang terus diperdebatkan. Tidak ada yang
isu 90 %
Al-Qur’an tetap menjadi tabu bagi ul
website Jaringan Islam Liberal adalah bagian dari refleksi kegiatan spiritual saya
itu 5%
(JIL). Pada mulanya, artikel selama b
an apologetis saja. Inilah latar saya tulis. Semula saya ragu menuliskan apa yang
itu 9%
belakang mengapa artikel saya baca.
, al-itqan, dan al-burhan. Saya bisa saya dapatkan, sehingga saya bisa merujuk
itu 11 %
beruntung karena semua kitab setiap klaim
ng biasa disebut dengan nada telah banyak berjasa bagi tradisi kesejarahan Al-
itu 13 %
permusuhan sebagai “orientalis” Qur’an. Say
orang dengan mudah. Apa yang bisa kita rujuk dan buktikan ke sumber-sumber
itu 17 %
dikatakan oleh para orientalis aselinya. Dan
eperti Jeffrey, Wansborough, dan tampaknya tidak banyak diperhatikan orang. Di
itu 22 %
semacamnya, tulisan-tulisan website JIL se
dih jika ada yang berkomentar milik umat Islam saja, dan yang boleh meneliti
itu 26 %
seperti ini. Seolah-olah, ilmu sesuatu hanya
filsuf Muslim klasik mencoba dengan menggunakan analisa-analisa yang rumit
itu 54 %
menjelaskan persoalan-persoalan yang hanya dip
wah), memiliki daya kenabian, berbeda satu dengan lainnya. Daya kenabian yang
itu 57 %
hanya saja intensitas kenabian dimiliki Nab
Nabi Muhammad sebagai pembawa bernama “Islam.” Sebagai sebuah risalah, Islam,
itu 71 %
risalah (message), dan risalah seperti dibe
d bukanlah satu-satunya pembawa telah disampaikan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa
itu 72 %
risalah. Sebelumnya, risalah (Q.S. 42:13)
ka terjadilah perbedaan-perbedaan (dan selanjutnya juga di antara para pemeluk
itu 80 %
di antara kitab-kitab suci agama). Al-Q
rnal. Dalam sejarahnya, ada dua hingga menjadi bentuknya yang kita lihat sekarang.
itu 81 %
tahap pemanusiaan kalamullah Tahap per
rus diperdebatkan. Tidak ada yang untuk mendiskusikan kesejarahan Al-Qur’an. Ibn
itu 90 %
tabu bagi ulama Islam kala Nadiem bebas-
s ini, juga akan dicap dengan istilah- yang terjadi dengan banyak ulama dan intelektual
itulah 36 %
istilah seram di atas. Muslim yang
ffitti, kecaman, dan juga obrolan- yang banyak mengumbar syhawat dan pornografi
jahiliah 63 %
obrolan porno. Puisi-puisi diekspresikan d
Nadiem dan Ibn Abi Daud) dan al-Suyuthi), persoalan penulisan dan penertiban
jalaluddin 89 %
bahkan hingga abad ke-10 (masa ayat-ayat Al
qaala wa la tandhur man qaala (lihat lihat siapa yang berkata). Para ulama mantiq (ahli
jangan 28 %
apa yang dikatakan, dan logika) j
ahli logika) jauh-jauh hari juga mudah terjatuh pada apa yang mereka sebut
jangan 29 %
sudah mengingakan agar kita sebagai ughluthat
erenungkan Sejarah Al-Qur’an” Islam Liberal (JIL). Pada mulanya, artikel itu
jaringan 4%
yang dipublikasikan di website adalah bagian
anggap “najis” yang harus
hari sudah mengingatkan kita: Undzur ma qaala wa
dicampakkan. Padahal Sayyidina jauh-jauh 27 %
la tandhur
Ali
n lihat siapa yang berkata). Para hari juga sudah mengingakan agar kita jangan
jauh-jauh 28 %
ulama mantiq (ahli logika) mudah terjatuh
“tuh kan Luthfi ujung-ujungnya jika
ada yang berkomentar seperti ini. Seolah-olah,
25 %
pake orientalis.” Saya sedih ilmu itu mili
ing. Begitu juga Al-Qur’an, ia tak kita hanya melihat satu dimensi saja dan
jika 42 %
bisa dipahami dengan baik mengabaikan dimensi
yang dihadapi para sahabat nabi saat tidak ada situasi yang mendesak tersebut, maka
jika 48 %
itu. Dengan kata lain, ayat-ayat ten
an itu tampaknya tidak banyak sendiri, ada tiga artikel Taufik, yang menurut saya,
jil 23 %
diperhatikan orang. Di website memilik
Qur’an adalah manifestasi kitab-kitab suci lainnya di dunia ini, Al-Qur’an
juga 2%
manusiawi dari kalamullah. Seperti memiliki ke
a khusus, saya membaca beberapa beberapa artikel yang ditulis oleh sarjana Al-
juga 7%
buku Nasr Hamed Abu Zayd dan Qur’an dari Ba
ang berkata). Para ulama mantiq sudah mengingakan agar kita jangan mudah
juga 29 %
(ahli logika) jauh-jauh hari terjatuh pada apa y
.g. angka 19, dll). Siapa saja yang akan dicap dengan istilah-istilah seram di atas.
juga 36 %
menolak mitos-mitos ini, Itulah yang
dan risalah kenabian, secara umum. dapat membantu kita menjelaskan peran dan fungsi
juga 38 %
Selanjutnya, masalah ini agama-agama
maha-kecil seperti quantum, Al-Qur’an, ia tak bisa dipahami dengan baik jika
juga 42 %
singularity, dan string. Begitu kita hanya
ian para ulama dan ilmuwan
Ushul al-Fiqh, mereka menciptakan kaedah-kaedah
Muslim. Dalam ‘Ulum al-Qur’an juga 50 %
yang tujuann
dan
si sosial, bisnis, puisi, literatur, obrolan-obrolan porno. Puisi-puisi jahiliah yang
juga 62 %
graffitti, kecaman, dan banyak meng
si-puisi dan literatur yang dianggap juga ditulis dalam bahasa Arab. Persoalan utama Al- 64 %
“menyimpang” dari Islam Qur’an, men
h pereduksian kalamullah yang yang terjadi pada kitab-kitab suci lainnya, seperti
juga 78 %
universal dan eternal. Seperti Taurat,
an-perbedaan di antara kitab-kitab di antara para pemeluk agama). Al-Qur’an sendiri
juga 80 %
suci itu (dan selanjutnya adalah p
n, adapun yang lainnya hanyalah bertentangan dengan konteks kesejarahan Al-
juga 94 %
manifestasi dari kalam-Nya), Qur’an sendiri ya
Qur’an adalah manifestasi kitab-kitab suci lainnya di dunia ini, Al-Qur’an
juga 96 %
manusiawi dari kalamullah. Seperti memiliki ke
liki kesamaan-kesamaan dengan merupakan manifestasi kalamullah). Aspek
juga 98 %
kitab-kitab suci lainnya (yang kesamaan inilah (da
at dinamis, berinteraksi dengan sangat bersifat lokal dan temporal. Ayat-ayat yang
kadang 45 %
kehidupan umat manusia, yang dimulai d
m ‘Ulum al-Qur’an dan juga Ushul yang tujuannya meuniversalkan pesan-pesan Al-
kaedah-kaedah 50 %
al-Fiqh, mereka menciptakan Qur’an, seperti
ulukan kata-kata yang umum di atas seperti ini sangat membantu dalam menafsirkan Al-
kaedah-kaedah 51 %
sebab-sebab yang khusus). Qur’an, tap
pa yang berkata, dan bukan apa para orientalis telah membuka banyak dimensi tak
kajian 30 %
yang dikatakan. Bagi saya, terpikirkan
n, seperti yang dialami oleh Arkoun, historis terhadap Al-Qur’an membantu kita, di
kajian 37 %
Syahrour, dan Abu Zayd. antaranya, unt
agama-agama di dunia ini bagi umat Al-Qur’an dengan melihatnya sebagai sebuah satu-
kajian 39 %
manusia. Saya menganggap kesatuan kit
mahami fungsi dan peran Al-Qur’an sejarah pembentukan Al-Qur’an, kita mengetahui
kajian 44 %
yang sesungguhnya. Dari bahwa kitab s
l yang dijumpai dalam ayat-ayat Al- para ulama dan ilmuwan Muslim. Dalam ‘Ulum al-
kajian 49 %
Qur’an telah lama menjadi Qur’an dan jug
ng terus diperdebatkan. Tidak ada itu untuk mendiskusikan kesejarahan Al-Qur’an.
kala 90 %
yang tabu bagi ulama Islam Ibn Nadiem be
udian disebut “Al-Qur’an” adalah yang abadi dan eternal. Kalamullah yang abadi dan
kalamullah 66 %
artikulasi manusia terhadap eternal in
tikulasi manusia terhadap yang abadi dan eternal inilah yang terus dijaga oleh
kalamullah 66 %
kalamullah yang abadi dan eternal. Allah,
nkan. Sejarah pembukuan Al- yang universal dan eternal. Seperti juga yang
kalamullah 78 %
Qur’an adalah sejarah pereduksian terjadi pada k
erti Taurat, Injil, Zabur, Al-Qur’an yang eternal dan universal. Karena manifestasi
kalamullah 79 %
adalah manifestasi dari dilakukan dal
sal dan eternal. Dalam sejarahnya, itu hingga menjadi bentuknya yang kita lihat
kalamullah 81 %
ada dua tahap pemanusiaan sekarang. Tahap
ggunakan analisa-analisa yang rumit tertentu, khususnya mereka yang mempelajari
kalangan 55 %
yang hanya dipahami oleh disiplin filsafa
ngan karya-karya apologetis. Saya saya hanya mensuplay ke dalam memori pikiran
kalau 8%
pikir, rasanya kurang adil saya pengetahua
ang saya baca. Tapi, rasanya masih belum ditulis. Ketika menulis artikel itu, saya
kalau 10 %
terus ada yang mengganjal mendapat pan
prasangka yang luar biasa pada saya kutip nama-nama orientalis itu, paling-paling
kalau 20 %
nama-nama mereka. Saya pikir, artikel s
eka punya keahlian untuk itu, perlu dianggap “najis” yang harus dicampakkan.
kalau 27 %
dianggap tak layak, dan bahkan Padahal Sayyi
bahasa ini, karena seperti kata Al- utus seorang rasul kecuali dengan bahasa kaumnya,
kami 73 %
Qur’an sendiri: “Tidaklah agar ia da
kepada orientalis, agar kemudian Luthfi ujung-ujungnya pake orientalis.” Saya sedih
kan 25 %
mereka bisa berteriak: “tuh jika ada
masahif, al-fihrist, al-itqan, dan al- semua kitab itu bisa saya dapatkan, sehingga saya
karena 11 %
burhan. Saya beruntung bisa meruj
el itu, sengaja saya tidak menyebut saya sadar bahwa kaum Muslim memiliki apriori
karena 19 %
nama orientalis satupun, dan prasangka
f dari saya dalam menuliskan tulisan-tulisan dia sarat dengan nama-nama seperti
karena 22 %
sejarah Al-Qur’an. Namun, hanya Jeffrey,
itu), adalah persolan manusia di desakan situasi yang dihadapi para sahabat nabi
karena 48 %
dunia yang muncul tiba-tiba saat itu. De
il fi’il ada sejumlah proses reduksi. pesan-pesan Allah yang universal disampaikan
karena 60 %
Hal ini lumrah belaka, dalam bentuk ba
taks. Bahasa Arab bukanlah bahasa Al-Qur’an. Bahasa ini telah ada sejak lama dan
karena 61 %
baru yang muncul tiba-tiba digunakan ole
enggunakan bahasa Arab. Tidak ada seperti kata Al-Qur’an sendiri: “Tidaklah kami utus
karena 73 %
yang unik dari bahasa ini, seorang
). Dengan kata lain, alasan mengapa semata-mata ia diturunkan kepada orang-orang
karena 74 %
Al-Qur’an berbahasa Arab Arab. Tidak leb
alah manifestasi dari kalamullah manifestasi dilakukan dalam bahasa manusia yang
karena 79 %
yang eternal dan universal. beragam dan
bahwa Mushaf Uthmani telah Al-Qur’an yang dibuat Uthman menjadi lebih
karenanya 92 %
menghilangkan surah al-Ahzab dan ramping dari Mush
uku yang disebut para orientalis, Ibn Abi Daud, al-Fihrist karya Ibn Nadiem, dan al-
karya 18 %
khususnya kitab al-masahif Itqan kary
s, khususnya kitab al-masahif karya Ibn Nadiem, dan al-Itqan karya al-Suyuthi. Dalam
karya 18 %
Ibn Abi Daud, al-Fihrist artikel itu
arya Ibn Abi Daud, al-Fihrist karya al-Suyuthi. Dalam artikel itu, sengaja saya tidak
karya 19 %
Ibn Nadiem, dan al-Itqan menyebut n
na Al-Qur’an dari Barat. Saya selalu semacam ini, sebagai “balance” (penyeimbang)
karya-karya 7%
terobsesi untuk membaca dari bacaan say
bang) dari bacaan saya selama ini apologetis. Saya pikir, rasanya kurang adil kalau
karya-karya 8%
yang terlalu banyak dengan saya hanya
ulis. Ketika menulis artikel itu, saya sarjana Al-Qur’an dari Barat untuk membuka
karya-karya 10 %
mendapat panduan dari kitab-kitab klasi
leksi dari kehidupan yang dijalani seperti minuman keras dan menstruasi (yang
kasus-kasus 47 %
Nabi dan para sahabatnya. disebutkan dalam
kan situasi yang dihadapi para lain, jika tidak ada situasi yang mendesak tersebut,
kata 48 %
sahabat nabi saat itu. Dengan maka ay
sa Arab. Tidak ada yang unik dari Al-Qur’an sendiri: “Tidaklah kami utus seorang
kata 73 %
bahasa ini, karena seperti rasul kecuali
penjelasan dengan terang kepada lain, alasan mengapa Al-Qur’an berbahasa Arab
kata 74 %
mereka” (Q.S. 14:4). Dengan karena semata-
’ibrah bi ‘umum al-lafdh la bi kata-kata yang umum di atas sebab-sebab yang khusus). 51 %
khusus al-sabab (mendahulukan Kaedah-kaedah se
saya meyakini, tidak semua mereka Muslim. Dunia sekarang ini sudah sangat terbuka
kaum 15 %
seburuk apa yang dicurigai dan tanpa ba
ak menyebut nama orientalis Muslim memiliki apriori dan prasangka yang luar
kaum 19 %
satupun, karena saya sadar bahwa biasa pada n
Muslim secara khusus dan seluruh umat beragama
disebut “kalimatun sawaa”) yang
kaum secara umum. Imani billahi akbar wa huwa khayrul 99 %
harus selalu ditekankan oleh
musta’an.
. Saya pikir, rasanya kurang adil dalam memori pikiran saya pengetahuan apologetis
ke 8%
kalau saya hanya mensuplay saja. In
atakan oleh para orientalis itu bisa sumber-sumber aselinya. Dan ini yang saya coba
ke 17 %
kita rujuk dan buktikan lakukan dalam
-4 (masa Ibn Nadiem dan Ibn Abi (masa Jalaluddin al-Suyuthi), persoalan penulisan
ke-10 89 %
Daud) dan bahkan hingga abad dan penert
as itu, saya telah berusaha (masa Ibn Nadiem dan Ibn Abi Daud) dan bahkan
ke-4 89 %
memperlihatkan bahwa hingga abad hingga abad ke
ang lain, apalagi orang di luar Islam, untuk itu, dianggap tak layak, dan bahkan kalau
keahlian 27 %
meskipun mereka punya perlu diangg
para pemikir Muktazilah-- “yang (muhdath), dan karenanya, ia tidak eternal dan
kebaharuan 68 %
diciptakan” (makhluq) dalam tidak abadi.
i, Al-Qur’an memiliki keterbatasan- dan kesejarahan di mana ia diturunkan. Oleh:
kebahasaan 2%
keterbatasan pada lingkup Luthfi Assya
i, Al-Qur’an memiliki keterbatasan- dan kesejarahan di mana ia diturunkan. Namun
kebahasaan 97 %
keterbatasan pada lingkup demikian, sebag
yang menurut saya lebih berkesan saya. Secara khusus, saya membaca beberapa buku
keberagamaan 6%
dan mempengaruhi intensitas Nasr Hamed A
Menurut para astrofisikawan, alam kita menggabungkan dua teori utama: (i) yang
kecuali 41 %
semesta tak bisa dipahami berkaitan denga
ti kata Al-Qur’an sendiri: “Tidaklah dengan bahasa kaumnya, agar ia dapat memberi
kecuali 73 %
kami utus seorang rasul penjelasan deng
(JIL). Pada mulanya, artikel itu spiritual saya selama bulan Ramadhan. Pada bulan
kegiatan 5%
adalah bagian dari refleksi itu, saya m
ci ini berkembang dengan sangat umat manusia, yang kadang sangat bersifat lokal
kehidupan 45 %
dinamis, berinteraksi dengan dan temporal
ahillah, anil mahidh, dan yang dijalani Nabi dan para sahabatnya. Kasus-
kehidupan 46 %
seterusnya), adalah refleksi dari kasus seperti
ah-istilah lain yang sejenis. Untuk kitab suci, mitos-mitos pun diciptakan, misalnya
kemaksuman 35 %
membentengi kesucian dan seperti mas
ngakuan dari saya bahwa saya mereka bisa berteriak: “tuh kan Luthfi ujung-
kemudian 25 %
merujuk kepada orientalis, agar ujungnya pake o
dan terbatas. Teks-teks yang tertulis disebut “Al-Qur’an” adalah artikulasi manusia
kemudian 66 %
dalam bahasa Arab yang terhadap kalam
snya, tapi struktur kebahasaannya). mendorong sebagian ulama untuk membesar-
kemudian 87 %
Dampak yang terakhir ini besarkan apa yang me
(bil quwwah), memiliki daya itu berbeda satu dengan lainnya. Daya kenabian
kenabian 57 %
kenabian, hanya saja intensitas yang dimiliki
ja intensitas kenabian itu berbeda kenabian yang dimiliki Nabi Muhammad merupakan yang 58 %
satu dengan lainnya. Daya terbesar, sehingg
nologis (tartib al-nuzul) menjadi sekarang (tartib al-tilawah). Ini dilakukan pada
kenal 83 %
urutan bacaan seperti kita masa Nabi d
aktualisasikan wahyu Tuhan dari (bil fi’il). Dalam proses aktualisasi wahyu dari bil
kenyataan 59 %
potensi (bil quwwah) menjadi quww
yaukanie Pertama-tama, saya ingin siapa saja yang telah memberikan komentar dan
kepada 3%
mengucapkan terimakasih kritik terhada
nia sekarang ini sudah sangat informasi bisa diperoleh semua orang dengan
kepada 16 %
terbuka dan tanpa batas. Akses mudah. Apa yang
sabar ingin mendengar pengakuan orientalis, agar kemudian mereka bisa berteriak:
kepada 24 %
dari saya bahwa saya merujuk “tuh kan Lu
. Al-Farabi misalnya menjelaskan Nabi Muhammad sebagai proses yang sepenuhnya
kepada 55 %
proses turunnya wahyu Allah bersifat psikol
a pembawa risalah. Sebelumnya, Ibrahim, Musa, dan Isa (Q.S. 42:13). Al-Qur’an
kepada 72 %
risalah itu telah disampaikan menggunakan b
hasa kaumnya, agar ia dapat mereka” (Q.S. 14:4). Dengan kata lain, alasan
kepada 74 %
memberi penjelasan dengan terang mengapa Al-Qur
pa Al-Qur’an berbahasa Arab orang-orang Arab. Tidak lebih dan tidak kurang.
kepada 75 %
karena semata-mata ia diturunkan Bahasa ma
bawi dan Edward Said, adalah para proyek kolonialisme dan penaklukkan dunia Islam.
kepentingan 15 %
sarjana yang bekerja untuk Tapi, saya
an dari sejarah Al-Qur’an selama dan temuan-temuan mereka bisa digunakan untuk
keras 31 %
ini. Pada gilirannya, kerja menjelaskan ap
jalani Nabi dan para sahabatnya. dan menstruasi (yang disebutkan dalam ayat
keras 47 %
Kasus-kasus seperti minuman yas’alunaka itu),
pikirkan dari sejarah Al-Qur’an keras dan temuan-temuan mereka bisa digunakan
kerja 31 %
selama ini. Pada gilirannya, untuk menjelas
lainnya (yang juga merupakan inilah (dalam bahasa Al-Qur’an disebut “kalimatun
kesamaan 99 %
manifestasi kalamullah). Aspek sawaa”) ya
bagai sebuah manifestasi dari dengan kitab-kitab suci lainnya (yang juga
kesamaan-kesamaan 98 %
kalamullah, Al-Qur’an memiliki merupakan manifes
miliki keterbatasan-keterbatasan di mana ia diturunkan. Oleh: Luthfi Assyaukanie
kesejarahan 2%
pada lingkup kebahasaan dan Pertam
n sebagai “orientalis” itu telah Al-Qur’an. Saya bukan tidak sadar bahwa sebagian
kesejarahan 13 %
banyak berjasa bagi tradisi dari mereka
kup penting: pertama, ia
setiap wahyu yang diturunkan; dan kedua, ia
menghancurkan konteks peristiwa kesejarahan 86 %
menjadikan Al-Qu
dan
ada yang tabu bagi ulama Islam kala Al-Qur’an. Ibn Nadiem bebas-bebas saja membuat
kesejarahan 91 %
itu untuk mendiskusikan pernyataan ba
anifestasi dari kalam-Nya), juga Al-Qur’an sendiri yang dinamis, progresif, dan
kesejarahan 94 %
bertentangan dengan konteks manusiawi.
miliki keterbatasan-keterbatasan di mana ia diturunkan. Namun demikian, sebagai
kesejarahan 97 %
pada lingkup kebahasaan dan sebuah manife
atuan kitab suci dan sekaligus yang manusiawi, seperti kita memahami sejarah
kesejarahannya 40 %
melihat detil-detil peristiwa alam semesta.
,” atau istilah-istilah lain yang kesucian dan kemaksuman kitab suci, mitos-mitos pun 34 %
sejenis. Untuk membentengi diciptakan, misal
bahasa selalu berkembang, sesuai kosakata Al-Qur’an bukanlah keterbatasan pesan-
keterbatasan 76 %
dengan perkembangan zaman. pesan Allah (
perkembangan zaman. Keterbatasan pesan-pesan Allah (kalamullah) yang universal,
keterbatasan 76 %
kosakata Al-Qur’an bukanlah tapi keterbat
rbatasan pesan-pesan Allah bahasa Arab yang tunduk pada situasi dan kondisi
keterbatasan 77 %
(kalamullah) yang universal, tapi saat Al-Qur
ga kitab-kitab suci lainnya di dunia keterbatasan- pada lingkup kebahasaan dan kesejarahan di mana
2%
ini, Al-Qur’an memiliki keterbatasan ia diturunka
ga kitab-kitab suci lainnya di dunia keterbatasan- pada lingkup kebahasaan dan kesejarahan di mana
97 %
ini, Al-Qur’an memiliki keterbatasan ia diturunka
orang-orang yang sesudahnya Al-Qur’an dalam ruang yang tidak permanen dan
keterciptaan 70 %
adalah contoh dari proses-proses tidak abadi. M
rasanya masih terus ada yang menulis artikel itu, saya mendapat panduan dari
ketika 10 %
mengganjal kalau belum ditulis. karya-karya
ebih ramping dari Mushaf yang akan imanensi dan permanensi Al-Qur’an, selain
keyakinan 93 %
dimilikinya. Menurut saya, bertentangan
k ada situasi yang mendesak dan menstruasi akan absen dari Al-Qur’an.
khamar 48 %
tersebut, maka ayat-ayat tentang Fenomena lokal-
h umat beragama secara umum.
khayrul musta’an. 100 %
Imani billahi akbar wa huwa
n-pesan Al-Qur’an, seperti al-’ibrah al-sabab (mendahulukan kata-kata yang umum di
khusus 51 %
bi ‘umum al-lafdh la bi atas sebab-seb
sawaa”) yang harus selalu
dan seluruh umat beragama secara umum. Imani
ditekankan oleh kaum Muslim khusus 99 %
billahi akbar wa huwa khayrul musta’an.
secara
t itu, saya merujuk semua buku yang kitab al-masahif karya Ibn Abi Daud, al-Fihrist
khususnya 18 %
disebut para orientalis, karya Ibn Na
alisa yang rumit yang hanya mereka yang mempelajari disiplin filsafat. Al-
khususnya 55 %
dipahami oleh kalangan tertentu, Farabi misalny
dan masa-masa sesudahnya sangat selalu bahwa Al-Qur’an adalah manifestasi
kita 1%
penting, untuk mengingatkan manusiawi dari kal
ngan mudah. Apa yang dikatakan rujuk dan buktikan ke sumber-sumber aselinya.
kita 17 %
oleh para orientalis itu bisa Dan ini yang s
tiq (ahli logika) jauh-jauh hari juga jangan mudah terjatuh pada apa yang mereka sebut
kita 29 %
sudah mengingakan agar sebagai ugh
n, secara umum. Selanjutnya, menjelaskan peran dan fungsi agama-agama di
kita 38 %
masalah ini juga dapat membantu dunia ini bagi u
detil-detil peristiwa kesejarahannya memahami sejarah alam semesta. Menurut para
kita 40 %
yang manusiawi, seperti astrofisikawan,
para astrofisikawan, alam semesta menggabungkan dua teori utama: (i) yang
kita 41 %
tak bisa dipahami kecuali berkaitan dengan hal
Begitu juga Al-Qur’an, ia tak bisa hanya melihat satu dimensi saja dan mengabaikan
kita 42 %
dipahami dengan baik jika dimensi lain
t saya, dimensi historis Al-Qur’an memahami fungsi dan peran Al-Qur’an yang
kita 43 %
adalah modal penting bagi sesungguhnya. Da
sesungguhnya. Dari kajian sejarah kita mengetahui bahwa kitab suci ini berkembang 44 %
pembentukan Al-Qur’an, dengan sangat din
hap pemanusiaan kalamullah itu lihat sekarang. Tahap pertama adalah tahap
kita 82 %
hingga menjadi bentuknya yang pengaturan ayat-a
a kronologis (tartib al-nuzul) kenal sekarang (tartib al-tilawah). Ini dilakukan
kita 83 %
menjadi urutan bacaan seperti pada masa
hingga digunakannya mesin cetak ketahui, susunan Al-Qur’an yang diturunkan secara
kita 84 %
pada masa modern. Seperti kronologis
ang diturunkan secara kronologis lihat sekarang. Perubahan susunan ini memiliki dua
kita 85 %
berbeda dengan susunan yang dampak ya
dan masa-masa sesudahnya sangat selalu bahwa Al-Qur’an adalah manifestasi
kita 96 %
penting, untuk mengingatkan manusiawi dari kal
kan. Padahal Sayyidina Ali jauh- Undzur ma qaala wa la tandhur man qaala (lihat
kita: 28 %
jauh hari sudah mengingatkan apa yang dika
l-Qur’an dari Barat untuk membuka al-masahif, al-fihrist, al-itqan, dan al-burhan. Saya
kitab 11 %
kitab-kitab klasik seperti berunt
ihrist, al-itqan, dan al-burhan. Saya itu bisa saya dapatkan, sehingga saya bisa merujuk
kitab 11 %
beruntung karena semua setiap kl
a merujuk semua buku yang disebut al-masahif karya Ibn Abi Daud, al-Fihrist karya Ibn
kitab 18 %
para orientalis, khususnya Nadiem,
lain yang sejenis. Untuk
suci, mitos-mitos pun diciptakan, misalnya seperti
membentengi kesucian dan kitab 35 %
masalah i
kemaksuman
enjelaskan persoalan-persoalan suci, dan risalah kenabian, secara umum.
kitab 38 %
klasik hubungan antara wahyu, Selanjutnya, masala
ian Al-Qur’an dengan melihatnya suci dan sekaligus melihat detil-detil peristiwa
kitab 40 %
sebagai sebuah satu-kesatuan kesejarahan
kajian sejarah pembentukan Al- suci ini berkembang dengan sangat dinamis,
kitab 44 %
Qur’an, kita mengetahui bahwa berinteraksi deng
di masa modern, menyangkut suci, posisi Allah, wahyu, dan beragamnya agama-
kitab 53 %
hubungan antara risalah kenabian, agama di dun
n adalah manifestasi manusiawi dari suci lainnya di dunia ini, Al-Qur’an memiliki
kitab-kitab 2%
kalamullah. Seperti juga keterbatasan-k
dari karya-karya sarjana Al-Qur’an klasik seperti kitab al-masahif, al-fihrist, al-itqan,
kitab-kitab 11 %
dari Barat untuk membuka dan a
h yang universal dan eternal. Seperti suci lainnya, seperti Taurat, Injil, Zabur, Al-Qur’an
kitab-kitab 78 %
juga yang terjadi pada adalah
idak sempurna, maka terjadilah suci itu (dan selanjutnya juga di antara para
kitab-kitab 80 %
perbedaan-perbedaan di antara pemeluk agama)
n adalah manifestasi manusiawi dari suci lainnya di dunia ini, Al-Qur’an memiliki
kitab-kitab 96 %
kalamullah. Seperti juga keterbatasan-k
dari kalamullah, Al-Qur’an
suci lainnya (yang juga merupakan manifestasi
memiliki kesamaan-kesamaan kitab-kitab 98 %
kalamullah). A
dengan
ab itu bisa saya dapatkan, sehingga yang dibuat oleh para sarjana Al-Qur’an dari Barat
klaim 12 %
saya bisa merujuk setiap itu. S
karya sarjana Al-Qur’an dari Barat seperti kitab al-masahif, al-fihrist, al-itqan, dan al-
klasik 11 %
untuk membuka kitab-kitab burha
tu kita, di antaranya, untuk hubungan antara wahyu, kitab suci, dan risalah
klasik 38 %
menjelaskan persoalan-persoalan kenabian, sec
ansial yang umumnya dihadapi oleh dan intelektual Muslim di masa modern,
klasik 53 %
para filsuf Muslim di masa menyangkut hubungan a
, dan beragamnya agama-agama di mencoba menjelaskan persoalan-persoalan itu
klasik 54 %
dunia. Para filsuf Muslim dengan menggunak
d, adalah para sarjana yang bekerja dan penaklukkan dunia Islam. Tapi, saya meyakini,
kolonialisme 15 %
untuk kepentingan proyek tidak semu
gucapkan terimakasih kepada siapa dan kritik terhadap artikel saya tentang
komentar 3%
saja yang telah memberikan “Merenungkan Sejara
sejak lama dan digunakan oleh dalam interaksi sosial, bisnis, puisi, literatur,
komunikasi 62 %
masyarakat Arabia sebagai alat graffitti,
k lebih dan tidak kurang. Bahasa yang terbatas pada budaya, tempat, dan waktu di
komunikasi 75 %
manusia adalah instrumen mana ia digu
, tapi keterbatasan bahasa Arab yang saat Al-Qur’an diturunkan. Sejarah pembukuan Al-
kondisi 77 %
tunduk pada situasi dan Qur’an adala
iki dua dampak yang cukup penting: peristiwa dan kesejarahan setiap wahyu yang
konteks 86 %
pertama, ia menghancurkan diturunkan; dan
nyalah manifestasi dari kalam-Nya), kesejarahan Al-Qur’an sendiri yang dinamis,
konteks 94 %
juga bertentangan dengan progresif, dan m
umat manusia. Di masa silam, teks- tertutup yang sudah selesai dan tak boleh
korpus 33 %
teks suci dianggap sebagai diganggu-gugat. Si
erbatas pada budaya, tempat, dan dari bahasa selalu berkembang, sesuai dengan
kosakata 76 %
waktu di mana ia digunakan. perkembangan za
u berkembang, sesuai dengan Al-Qur’an bukanlah keterbatasan pesan-pesan
kosakata 76 %
perkembangan zaman. Keterbatasan Allah (kalamulla
makasih kepada siapa saja yang terhadap artikel saya tentang “Merenungkan
kritik 4%
telah memberikan komentar dan Sejarah Al-Qur’an
menjadi concern ulama dan teks (khususnya teks-teks suci) adalah disiplin baru
kritik 32 %
intelektual Muslim. Bagaimanapun, yang ta
ri mereka, seperti dengan baik telah orientalis semacam A.L. Tibawi dan Edward Said,
kritikus 14 %
diperlihatkan oleh para adalah para
ama adalah tahap pengaturan ayat- (tartib al-nuzul) menjadi urutan bacaan seperti kita
kronologis 82 %
ayat yang diturunkan secara kenal s
perti kita ketahui, susunan Al- berbeda dengan susunan yang kita lihat sekarang.
kronologis 85 %
Qur’an yang diturunkan secara Perubahan s
lu banyak dengan karya-karya adil kalau saya hanya mensuplay ke dalam memori
kurang 8%
apologetis. Saya pikir, rasanya pikiran saya
ang luar biasa pada nama-nama nama-nama orientalis itu, paling-paling artikel saya
kutip 20 %
mereka. Saya pikir, kalau saya akan di
i jauh-jauh hari sudah mengingatkan tandhur man qaala (lihat apa yang dikatakan, dan
la 28 %
kita: Undzur ma qaala wa jangan liha
n pesan-pesan Al-Qur’an, seperti bi khusus al-sabab (mendahulukan kata-kata yang
la 51 %
al-’ibrah bi ‘umum al-lafdh umum di atas
lah satu ayatnya (Inna nahnu Q.S. 15:9). Adapun Al-Qur’an, pada dasarnya
lahafidhun 67 %
nazzalna al-dhikra wa inna lahu adalah sesuatu -
am salah satu ayatnya (Inna nahnu lahu lahafidhun Q.S. 15:9). Adapun Al-Qur’an, pada 67 %
nazzalna al-dhikra wa inna dasarnya adala
n dianggap “murtad,” “kafir,” yang sejenis. Untuk membentengi kesucian dan
lain 34 %
“zindiq,” atau istilah-istilah kemaksuman kita
asi manusiawi dari kalamullah. di dunia ini, Al-Qur’an memiliki keterbatasan-
lainnya 2%
Seperti juga kitab-kitab suci keterbatasan p
asi (yakni hanya Allah yang imanen hanyalah manifestasi dari kalam-Nya), juga
lainnya 94 %
dan permanen, adapun yang bertentangan deng
asi manusiawi dari kalamullah. di dunia ini, Al-Qur’an memiliki keterbatasan-
lainnya 97 %
Seperti juga kitab-kitab suci keterbatasan p
Al-Qur’an memiliki kesamaan- (yang juga merupakan manifestasi kalamullah).
lainnya 98 %
kesamaan dengan kitab-kitab suci Aspek kesamaan
n buktikan ke sumber-sumber dalam menulis artikel itu. Untuk menulis artikel
lakukan 17 %
aselinya. Dan ini yang saya coba singkat
lokal-temporal yang dijumpai dalam menjadi kajian para ulama dan ilmuwan Muslim.
lama 49 %
ayat-ayat Al-Qur’an telah Dalam ‘Ulum al
uncul tiba-tiba karena Al-Qur’an. dan digunakan oleh masyarakat Arabia sebagai alat
lama 61 %
Bahasa ini telah ada sejak komunikasi
m memori pikiran saya pengetahuan belakang mengapa artikel itu saya tulis. Semula
latar 9%
apologetis saja. Inilah saya ragu me
Al-Qur’an dengan model bacaan berkesan dan mempengaruhi intensitas
lebih 6%
saya sendiri yang menurut saya keberagamaan saya. Seca
ng pernah terjadi dengan rekan saya, piawai, lebih ahli, dan lebih produktif dari saya
lebih 21 %
Taufik Adnan Amal, yang dalam menu
adi dengan rekan saya, Taufik ahli, dan lebih produktif dari saya dalam
lebih 21 %
Adnan Amal, yang lebih piawai, menuliskan sejarah
saya, Taufik Adnan Amal, yang produktif dari saya dalam menuliskan sejarah Al-
lebih 21 %
lebih piawai, lebih ahli, dan Qur’an. Namu
tidak membantu dalam
substansial yang umumnya dihadapi oleh para
menyelesaikan persoalan-persoalan lebih 52 %
filsuf Muslim di
yang
ena semata-mata ia diturunkan dan tidak kurang. Bahasa manusia adalah
lebih 75 %
kepada orang-orang Arab. Tidak instrumen komunik
al-Ahzab dan karenanya Al-Qur’an ramping dari Mushaf yang dimilikinya. Menurut
lebih 92 %
yang dibuat Uthman menjadi saya, keya
rah Al-Qur’an” yang dipublikasikan (JIL). Pada mulanya, artikel itu adalah bagian dari
liberal 4%
di website Jaringan Islam refleksi
a la tandhur man qaala (lihat apa siapa yang berkata). Para ulama mantiq (ahli
lihat 28 %
yang dikatakan, dan jangan logika) jauh-ja
emanusiaan kalamullah itu hingga sekarang. Tahap pertama adalah tahap pengaturan
lihat 82 %
menjadi bentuknya yang kita ayat-ayat ya
iturunkan secara kronologis berbeda sekarang. Perubahan susunan ini memiliki dua
lihat 85 %
dengan susunan yang kita dampak yang cuk
dunia ini, Al-Qur’an memiliki kebahasaan dan kesejarahan di mana ia diturunkan.
lingkup 2%
keterbatasan-keterbatasan pada Oleh: L
dunia ini, Al-Qur’an memiliki kebahasaan dan kesejarahan di mana ia diturunkan.
lingkup 97 %
keterbatasan-keterbatasan pada Namun demi
pornografi diekspresikan dalam literatur yang dianggap “menyimpang” dari Islam juga 63 %
bahasa Arab. Puisi-puisi dan ditulis dalam bah
i dengan kehidupan umat manusia, dan temporal. Ayat-ayat yang dimulai dengan
lokal 45 %
yang kadang sangat bersifat pertanyaan-perta
khamar dan menstruasi akan absen yang dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an telah
lokal-temporal 49 %
dari Al-Qur’an. Fenomena lama menjadi k
sadar bahwa kaum Muslim memiliki biasa pada nama-nama mereka. Saya pikir, kalau
luar 20 %
apriori dan prasangka yang saya kutip na
nya orang Islam saja. Sedangkan Islam, meskipun mereka punya keahlian untuk itu,
luar 26 %
orang lain, apalagi orang di dianggap ta
uwwah menjadi bil fi’il ada belaka, karena pesan-pesan Allah yang universal
lumrah 60 %
sejumlah proses reduksi. Hal ini disampaikan
p kebahasaan dan kesejarahan di Assyaukanie Pertama-tama, saya ingin
luthfi 3%
mana ia diturunkan. Oleh: mengucapkan terimaka
da orientalis, agar kemudian mereka ujung-ujungnya pake orientalis.” Saya sedih jika
luthfi 25 %
bisa berteriak: “tuh kan ada yang be
Sayyidina Ali jauh-jauh hari sudah qaala wa la tandhur man qaala (lihat apa yang
ma 28 %
mengingatkan kita: Undzur dikatakan, dan
gabungkan dua teori utama: (i) yang seperti big bang, gravitasi, dan ekspansi; dan (ii)
maha-besar 41 %
berkaitan dengan hal-hal hal-hal
seperti big bang, gravitasi, dan seperti quantum, singularity, dan string. Begitu
maha-kecil 42 %
ekspansi; dan (ii) hal-hal juga Al-Qur
an kata lain, jika tidak ada situasi ayat-ayat tentang khamar dan menstruasi akan
maka 48 %
yang mendesak tersebut, absen dari Al-Q
akukan dalam bahasa manusia yang terjadilah perbedaan-perbedaan di antara kitab-
maka 80 %
beragam dan tidak sempurna, kitab suci it
sebagai sebuah bacaan “magis” kronologisnya, tapi struktur kebahasaannya).
makna 87 %
(karena yang ditekankan bukan Dampak yang ter
dimiliki Nabi Muhammad
mengaktualisasikan wahyu Tuhan dari potensi (bil
merupakan yang terbesar, sehingga mampu 58 %
quwwah) men
dia
hari sudah mengingatkan kita: qaala (lihat apa yang dikatakan, dan jangan lihat
man 28 %
Undzur ma qaala wa la tandhur siapa yang
asan-keterbatasan pada lingkup ia diturunkan. Oleh: Luthfi Assyaukanie Pertama-
mana 3%
kebahasaan dan kesejarahan di tama,
n komunikasi yang terbatas pada ia digunakan. Kosakata dari bahasa selalu
mana 75 %
budaya, tempat, dan waktu di berkembang, sesuai
asan-keterbatasan pada lingkup ia diturunkan. Namun demikian, sebagai sebuah
mana 97 %
kebahasaan dan kesejarahan di manifestasi da
nting, untuk mengingatkan kita manusiawi dari kalamullah. Seperti juga kitab-
manifestasi 1%
selalu bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci lai
suci lainnya, seperti Taurat, Injil, dari kalamullah yang eternal dan universal. Karena
manifestasi 79 %
Zabur, Al-Qur’an adalah manifesta
nifestasi dari kalamullah yang dilakukan dalam bahasa manusia yang beragam
manifestasi 79 %
eternal dan universal. Karena dan tidak sempur
Allah yang imanen dan permanen, dari kalam-Nya), juga bertentangan dengan
manifestasi 94 %
adapun yang lainnya hanyalah konteks kesejaraha
nting, untuk mengingatkan kita manifestasi manusiawi dari kalamullah. Seperti juga kitab- 96 %
selalu bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci lai
arahan di mana ia diturunkan. dari kalamullah, Al-Qur’an memiliki kesamaan-
manifestasi 98 %
Namun demikian, sebagai sebuah kesamaan dengan
esamaan dengan kitab-kitab suci kalamullah). Aspek kesamaan inilah (dalam bahasa
manifestasi 98 %
lainnya (yang juga merupakan Al-Qur’an d
dikatakan, dan jangan lihat siapa (ahli logika) jauh-jauh hari juga sudah
mantiq 28 %
yang berkata). Para ulama mengingakan agar kit
yang disebutkan dalam ayat di dunia yang muncul tiba-tiba karena desakan
manusia 47 %
yas’alunaka itu), adalah persolan situasi yang d
ilahiah (al-intaj al-ilahy) yang yang tidak suci dan terbatas. Teks-teks yang tertulis
manusia 65 %
berada dalam ruang sejarah dalam
asa Arab yang kemudian disebut terhadap kalamullah yang abadi dan eternal.
manusia 66 %
“Al-Qur’an” adalah artikulasi Kalamullah yang
da orang-orang Arab. Tidak lebih adalah instrumen komunikasi yang terbatas pada
manusia 75 %
dan tidak kurang. Bahasa budaya, tempa
nal dan universal. Karena yang beragam dan tidak sempurna, maka terjadilah
manusia 79 %
manifestasi dilakukan dalam bahasa perbedaan-p
mengingatkan kita selalu bahwa Al- dari kalamullah. Seperti juga kitab-kitab suci
manusiawi 1%
Qur’an adalah manifestasi lainnya di du
mengingatkan kita selalu bahwa Al- dari kalamullah. Seperti juga kitab-kitab suci
manusiawi 96 %
Qur’an adalah manifestasi lainnya di du
ur’an dengan melihat proses-proses Nabi dan masa-masa sesudahnya sangat penting,
masa 1%
pembentukannya, baik pada untuk menginga
liki preseden dalam sejarah silam, teks-teks suci dianggap sebagai korpus
masa 33 %
intelektualisme umat manusia. Di tertutup yang
substansial yang umumnya dihadapi klasik dan intelektual Muslim di masa modern,
masa 53 %
oleh para filsuf Muslim di menyangkut hub
para filsuf Muslim di masa klasik modern, menyangkut hubungan antara risalah
masa 53 %
dan intelektual Muslim di kenabian, kitab s
kita kenal sekarang (tartib al- Nabi dan dilengkapi pada masa Uthman bin Affan.
masa 83 %
tilawah). Ini dilakukan pada Tahap selanj
l-tilawah). Ini dilakukan pada masa Uthman bin Affan. Tahap selanjutnya adalah
masa 83 %
Nabi dan dilengkapi pada pemberian tanda b
sepanjang sejarah Islam hingga modern. Seperti kita ketahui, susunan Al-Qur’an
masa 84 %
digunakannya mesin cetak pada yang ditu
ur’an dengan melihat proses-proses Nabi dan masa-masa sesudahnya sangat penting,
masa 95 %
pembentukannya, baik pada untuk menginga
man kitab suci, mitos-mitos pun i’jazul Qur’an (e.g. angka 19, dll). Siapa saja yang
masalah 35 %
diciptakan, misalnya seperti menolak
kitab suci, dan risalah kenabian, ini juga dapat membantu kita menjelaskan peran
masalah 38 %
secara umum. Selanjutnya, dan fungsi ag
elihat proses-proses
sesudahnya sangat penting, untuk mengingatkan
pembentukannya, baik pada masa masa-masa 1%
kita selalu ba
Nabi dan
elihat proses-proses
sesudahnya sangat penting, untuk mengingatkan
pembentukannya, baik pada masa masa-masa 96 %
kita selalu ba
Nabi dan
emula saya ragu menuliskan apa terus ada yang mengganjal kalau belum ditulis.
masih 10 %
yang saya baca. Tapi, rasanya Ketika menuli
l-Qur’an. Bahasa ini telah ada sejak Arabia sebagai alat komunikasi dalam interaksi
masyarakat 62 %
lama dan digunakan oleh sosial, bisni
fikasi, dan unifikasi, yang dilakukan orang-orang yang sesudahnya adalah contoh dari
maupun 69 %
baik oleh para sahabat proses-proses
ah Al-Qur’an: Rejoinder Mengkaji proses-proses pembentukannya, baik pada masa
melihat 0%
sejarah Al-Qur’an dengan Nabi dan masa-m
h (ad hominem), yakni menghukumi siapa yang berkata, dan bukan apa yang dikatakan.
melihat 30 %
sebuah pendapat semata-mata Bagi sa
hatnya sebagai sebuah satu-kesatuan detil-detil peristiwa kesejarahannya yang
melihat 40 %
kitab suci dan sekaligus manusiawi, seperti
Al-Qur’an, ia tak bisa dipahami satu dimensi saja dan mengabaikan dimensi
melihat 43 %
dengan baik jika kita hanya lainnya. Menurut s
ogresif, dan manusiawi. Mengkaji proses-proses pembentukannya, baik pada masa
melihat 95 %
sejarah Al-Qur’an dengan Nabi dan masa-m
i bagi umat manusia. Saya
sebagai sebuah satu-kesatuan kitab suci dan
menganggap kajian Al-Qur’an melihatnya 39 %
sekaligus meliha
dengan
-detil peristiwa kesejarahannya yang sejarah alam semesta. Menurut para
memahami 40 %
manusiawi, seperti kita astrofisikawan, alam seme
a, dimensi historis Al-Qur’an adalah fungsi dan peran Al-Qur’an yang sesungguhnya.
memahami 43 %
modal penting bagi kita Dari kajian
an, menurut saya, bukanlah sebagai sebuah produk ilahiah (al-intaj al-ilahy)
memahaminya 64 %
persoalan penafsiran semata, tapi yang berad
ual saya selama bulan Ramadhan. Al-Qur’an dengan model bacaan saya sendiri yang
membaca 5%
Pada bulan itu, saya mencoba menurut saya
mpengaruhi intensitas
beberapa buku Nasr Hamed Abu Zayd dan juga
keberagamaan saya. Secara khusus, membaca 6%
beberapa artikel
saya
eh sarjana Al-Qur’an dari Barat. karya-karya semacam ini, sebagai “balance”
membaca 7%
Saya selalu terobsesi untuk (penyeimbang) dar
yahrour, dan Abu Zayd. Kajian kita, di antaranya, untuk menjelaskan persoalan-
membantu 37 %
historis terhadap Al-Qur’an persoalan kl
h kenabian, secara umum. kita menjelaskan peran dan fungsi agama-agama di
membantu 38 %
Selanjutnya, masalah ini juga dapat dunia ini b
s sebab-sebab yang khusus). dalam menafsirkan Al-Qur’an, tapi tidak
membantu 52 %
Kaedah-kaedah seperti ini sangat membantu dalam menye
ini sangat membantu dalam dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang
membantu 52 %
menafsirkan Al-Qur’an, tapi tidak lebih substansi
ir,” “zindiq,” atau istilah-istilah lain kesucian dan kemaksuman kitab suci, mitos-mitos
membentengi 34 %
yang sejenis. Untuk pun diciptak
s seorang rasul kecuali dengan penjelasan dengan terang kepada mereka” (Q.S.
memberi 74 %
bahasa kaumnya, agar ia dapat 14:4). Dengan
a ingin mengucapkan terimakasih komentar dan kritik terhadap artikel saya tentang
memberikan 3%
kepada siapa saja yang telah “Merenungk
ak yang terakhir ini kemudian membesar-besarkan apa yang mereka sebut sebagai “i’jaz al-balaghi al- 87 %
mendorong sebagian ulama untuk Qur’ani”
iskusikan kesejarahan Al-Qur’an. pernyataan bahwa Mushafnya Ibn Abbas tidak
membuat 91 %
Ibn Nadiem bebas-bebas saja memiliki al-Fatih
panduan dari karya-karya sarjana kitab-kitab klasik seperti kitab al-masahif, al-
membuka 11 %
Al-Qur’an dari Barat untuk fihrist, al-
a yang dikatakan. Bagi saya, kajian banyak dimensi tak terpikirkan dari sejarah Al-
membuka 30 %
para orientalis telah Qur’an selama
eperti juga kitab-kitab suci lainnya keterbatasan-keterbatasan pada lingkup kebahasaan
memiliki 2%
di dunia ini, Al-Qur’an dan keseja
nama orientalis satupun, karena saya apriori dan prasangka yang luar biasa pada nama-
memiliki 19 %
sadar bahwa kaum Muslim nama mereka.
ite JIL sendiri, ada tiga artikel pesan yang sama dengan refleksi yang saya buat.
memiliki 23 %
Taufik, yang menurut saya, Para peng
eks (khususnya teks-teks suci) preseden dalam sejarah intelektualisme umat
memiliki 32 %
adalah disiplin baru yang tak manusia. Di masa
diri manusia. Setiap manusia, secara daya kenabian, hanya saja intensitas kenabian itu
memiliki 57 %
potensial (bil quwwah), berbeda sa
ngan susunan yang kita lihat dua dampak yang cukup penting: pertama, ia
memiliki 85 %
sekarang. Perubahan susunan ini menghancurkan kon
ebas saja membuat pernyataan al-Fatihah, dan al-Suyuthi bebas-bebas saja
memiliki 91 %
bahwa Mushafnya Ibn Abbas tidak meriwayatkan Had
eperti juga kitab-kitab suci lainnya keterbatasan-keterbatasan pada lingkup kebahasaan
memiliki 97 %
di dunia ini, Al-Qur’an dan keseja
ikian, sebagai sebuah manifestasi kesamaan-kesamaan dengan kitab-kitab suci
memiliki 98 %
dari kalamullah, Al-Qur’an lainnya (yang juga
n Q.S. 15:9). Adapun Al-Qur’an, istilah para pemikir Muktazilah-- “yang
--meminjam 68 %
pada dasarnya adalah sesuatu diciptakan” (makhluq
kir, rasanya kurang adil kalau saya pikiran saya pengetahuan apologetis saja. Inilah
memori 9%
hanya mensuplay ke dalam latar be
hanya dipahami oleh kalangan disiplin filsafat. Al-Farabi misalnya menjelaskan
mempelajari 55 %
tertentu, khususnya mereka yang proses tur
del bacaan saya sendiri yang intensitas keberagamaan saya. Secara khusus, saya
mempengaruhi 6%
menurut saya lebih berkesan dan membaca be
Dalam tulisan saya yang ringkas itu, bahwa hingga abad ke-4 (masa Ibn Nadiem dan Ibn
memperlihatkan 89 %
saya telah berusaha Abi Daud) da
ang khusus). Kaedah-kaedah seperti Al-Qur’an, tapi tidak membantu dalam
menafsirkan 52 %
ini sangat membantu dalam menyelesaikan persoalan
Muslim. Dalam ‘Ulum al-Qur’an kaedah-kaedah yang tujuannya meuniversalkan
menciptakan 50 %
dan juga Ushul al-Fiqh, mereka pesan-pesan Al-Q
n spiritual saya selama bulan membaca Al-Qur’an dengan model bacaan saya
mencoba 5%
Ramadhan. Pada bulan itu, saya sendiri yang menu
sudah selesai dan tak boleh mengkritisinya, dia akan dianggap “murtad,”
mencoba 34 %
diganggu-gugat. Siapa saja yang “kafir,” “zindiq
yang terjadi dengan banyak ulama
mencoba
“membaca” Al-Qur’an dengan perspektif lain, 36 %
dan intelektual Muslim yang seperti yang dia
eragamnya agama-agama di dunia. menjelaskan persoalan-persoalan itu dengan
mencoba 54 %
Para filsuf Muslim klasik menggunakan anali
ganjal kalau belum ditulis. Ketika panduan dari karya-karya sarjana Al-Qur’an dari
mendapat 10 %
menulis artikel itu, saya Barat untuk
ik dan pengecam artikel saya pengakuan dari saya bahwa saya merujuk kepada
mendengar 24 %
berusaha dengan tak sabar ingin orientalis, ag
nabi saat itu. Dengan kata lain, jika tersebut, maka ayat-ayat tentang khamar dan
mendesak 48 %
tidak ada situasi yang menstruasi akan
ebatkan. Tidak ada yang tabu bagi kesejarahan Al-Qur’an. Ibn Nadiem bebas-bebas
mendiskusikan 90 %
ulama Islam kala itu untuk saja membuat p
i struktur kebahasaannya). Dampak sebagian ulama untuk membesar-besarkan apa
mendorong 87 %
yang terakhir ini kemudian yang mereka sebut
Seolah-olah, ilmu itu milik umat sesuatu hanya orang Islam saja. Sedangkan orang
meneliti 26 %
Islam saja, dan yang boleh lain, apalag
mi dengan baik jika kita hanya dimensi lainnya. Menurut saya, dimensi historis
mengabaikan 43 %
melihat satu dimensi saja dan Al-Qur’an ad
ki Nabi Muhammad merupakan wahyu Tuhan dari potensi (bil quwwah) menjadi
mengaktualisasikan 58 %
yang terbesar, sehingga dia mampu kenyataan (bil
dan fungsi agama-agama di dunia kajian Al-Qur’an dengan melihatnya sebagai
menganggap 39 %
ini bagi umat manusia. Saya sebuah satu-kesat
n saya pengetahuan apologetis saja. artikel itu saya tulis. Semula saya ragu menuliskan
mengapa 9%
Inilah latar belakang apa yang
terang kepada mereka” (Q.S. 14:4). Al-Qur’an berbahasa Arab karena semata-mata ia
mengapa 74 %
Dengan kata lain, alasan diturunkan ke
ngguhnya. Dari kajian sejarah bahwa kitab suci ini berkembang dengan sangat
mengetahui 44 %
pembentukan Al-Qur’an, kita dinamis, berin
astrofisikawan, alam semesta tak dua teori utama: (i) yang berkaitan dengan hal-hal
menggabungkan 41 %
bisa dipahami kecuali kita maha-besa
iskan apa yang saya baca. Tapi, kalau belum ditulis. Ketika menulis artikel itu, saya
mengganjal 10 %
rasanya masih terus ada yang mendap
im klasik mencoba menjelaskan analisa-analisa yang rumit yang hanya dipahami
menggunakan 54 %
persoalan-persoalan itu dengan oleh kalangan
paikan kepada Ibrahim, Musa, dan bahasa Arab. Tidak ada yang unik dari bahasa ini,
menggunakan 72 %
Isa (Q.S. 42:13). Al-Qur’an karena sep
unan ini memiliki dua dampak yang konteks peristiwa dan kesejarahan setiap wahyu
menghancurkan 86 %
cukup penting: pertama, ia yang diturunk
saja meriwayatkan Hadith ‘Aisyah surah al-Ahzab dan karenanya Al-Qur’an yang
menghilangkan 92 %
bahwa Mushaf Uthmani telah dibuat Uthman me
ereka sebut sebagai ughluthat al- sebuah pendapat semata-mata melihat siapa yang
menghukumi 29 %
askhash (ad hominem), yakni berkata, dan
). Para ulama mantiq (ahli logika) agar kita jangan mudah terjatuh pada apa yang
mengingakan 29 %
jauh-jauh hari juga sudah mereka sebut s
ada masa Nabi dan masa-masa kita selalu bahwa Al-Qur’an adalah manifestasi
mengingatkan 1%
sesudahnya sangat penting, untuk manusiawi dar
arus dicampakkan. Padahal kita: Undzur ma qaala wa la tandhur man qaala
mengingatkan 27 %
Sayyidina Ali jauh-jauh hari sudah (lihat apa yan
ada masa Nabi dan masa-masa kita selalu bahwa Al-Qur’an adalah manifestasi
mengingatkan 96 %
sesudahnya sangat penting, untuk manusiawi dar
Sejarah Al-Qur’an: Rejoinder mengkaji sejarah Al-Qur’an dengan melihat proses-proses 0%
pembentukanny
an Al-Qur’an sendiri yang dinamis, sejarah Al-Qur’an dengan melihat proses-proses
mengkaji 95 %
progresif, dan manusiawi. pembentukanny
kan. Oleh: Luthfi Assyaukanie terimakasih kepada siapa saja yang telah
mengucapkan 3%
Pertama-tama, saya ingin memberikan komentar
juga obrolan-obrolan porno. Puisi- syhawat dan pornografi diekspresikan dalam
mengumbar 63 %
puisi jahiliah yang banyak bahasa Arab. Puis
ang tidak permanen dan tidak abadi. Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah
mengutus 70 %
Menurut Al-Qur’an, Allah (message), dan risalah
mereka bisa digunakan untuk concern ulama dan intelektual Muslim.
menjadi 32 %
menjelaskan apa yang selama ini Bagaimanapun, kritik t
-temporal yang dijumpai dalam kajian para ulama dan ilmuwan Muslim. Dalam
menjadi 49 %
ayat-ayat Al-Qur’an telah lama ‘Ulum al-Qur’an
mpu mengaktualisasikan wahyu kenyataan (bil fi’il). Dalam proses aktualisasi
menjadi 59 %
Tuhan dari potensi (bil quwwah) wahyu dar
il fi’il). Dalam proses aktualisasi bil fi’il ada sejumlah proses reduksi. Hal ini lumrah
menjadi 59 %
wahyu dari bil quwwah belaka
sejarahnya, ada dua tahap bentuknya yang kita lihat sekarang. Tahap pertama
menjadi 82 %
pemanusiaan kalamullah itu hingga adalah tah
yat-ayat yang diturunkan secara urutan bacaan seperti kita kenal sekarang (tartib al-
menjadi 82 %
kronologis (tartib al-nuzul) tilawah
persoalan penulisan dan penertiban isu hangat yang terus diperdebatkan. Tidak ada
menjadi 90 %
ayat-ayat Al-Qur’an tetap yang tabu bag
an surah al-Ahzab dan karenanya lebih ramping dari Mushaf yang dimilikinya.
menjadi 92 %
Al-Qur’an yang dibuat Uthman Menurut saya
dan kesejarahan setiap wahyu yang Al-Qur’an sebagai sebuah bacaan “magis” (karena
menjadikan 86 %
diturunkan; dan kedua, ia yang ditekan
a, kerja keras dan temuan-temuan apa yang selama ini menjadi concern ulama dan
menjelaskan 31 %
mereka bisa digunakan untuk intelektual Mu
storis terhadap Al-Qur’an persoalan-persoalan klasik hubungan antara
menjelaskan 38 %
membantu kita, di antaranya, untuk wahyu, kitab suci
cara umum. Selanjutnya, masalah peran dan fungsi agama-agama di dunia ini bagi
menjelaskan 39 %
ini juga dapat membantu kita umat manusia.
a agama-agama di dunia. Para filsuf persoalan-persoalan itu dengan menggunakan
menjelaskan 54 %
Muslim klasik mencoba analisa-analisa y
ereka yang mempelajari disiplin proses turunnya wahyu Allah kepada Nabi
menjelaskan 55 %
filsafat. Al-Farabi misalnya Muhammad sebagai pro
masalah i’jazul Qur’an (e.g. angka mitos-mitos ini, juga akan dicap dengan istilah-
menolak 35 %
19, dll). Siapa saja yang istilah sera
i dan para sahabatnya. Kasus-kasus (yang disebutkan dalam ayat yas’alunaka itu),
menstruasi 47 %
seperti minuman keras dan adalah persola
si yang mendesak tersebut, maka akan absen dari Al-Qur’an. Fenomena lokal-
menstruasi 49 %
ayat-ayat tentang khamar dan temporal yang d
apologetis. Saya pikir, rasanya ke dalam memori pikiran saya pengetahuan
mensuplay 8%
kurang adil kalau saya hanya apologetis saja.
masih terus ada yang mengganjal artikel itu, saya mendapat panduan dari karya-
menulis 10 %
kalau belum ditulis. Ketika karya sarjana
sumber-sumber aselinya. Dan ini artikel itu. Untuk menulis artikel singkat itu, saya
menulis 17 %
yang saya coba lakukan dalam meru
i yang saya coba lakukan dalam artikel singkat itu, saya merujuk semua buku yang
menulis 17 %
menulis artikel itu. Untuk disebut pa
ar belakang mengapa artikel itu saya apa yang saya baca. Tapi, rasanya masih terus ada
menuliskan 9%
tulis. Semula saya ragu yang mengg
ebih piawai, lebih ahli, dan lebih sejarah Al-Qur’an. Namun, hanya karena tulisan-
menuliskan 21 %
produktif dari saya dalam tulisan dia s
coba membaca Al-Qur’an dengan saya lebih berkesan dan mempengaruhi intensitas
menurut 6%
model bacaan saya sendiri yang keberagamaan
orang. Di website JIL sendiri, ada saya, memiliki pesan yang sama dengan refleksi
menurut 23 %
tiga artikel Taufik, yang yang saya bua
yang manusiawi, seperti kita para astrofisikawan, alam semesta tak bisa
menurut 40 %
memahami sejarah alam semesta. dipahami kecuali
a melihat satu dimensi saja dan saya, dimensi historis Al-Qur’an adalah modal
menurut 43 %
mengabaikan dimensi lainnya. penting bagi k
uga ditulis dalam bahasa Arab. saya, bukanlah persoalan penafsiran semata, tapi
menurut 64 %
Persoalan utama Al-Qur’an, memahaminya
n Al-Qur’an dalam ruang yang tidak Al-Qur’an, Allah mengutus Nabi Muhammad
menurut 70 %
permanen dan tidak abadi. sebagai pembawa risa
t Uthman menjadi lebih ramping saya, keyakinan akan imanensi dan permanensi Al-
menurut 93 %
dari Mushaf yang dimilikinya. Qur’an, sela
Muslim di masa klasik dan hubungan antara risalah kenabian, kitab suci, posisi
menyangkut 53 %
intelektual Muslim di masa modern, Allah,
tqan karya al-Suyuthi. Dalam artikel nama orientalis satupun, karena saya sadar bahwa
menyebut 19 %
itu, sengaja saya tidak kaum Muslim
bantu dalam menafsirkan Al- persoalan-persoalan yang lebih substansial yang
menyelesaikan 52 %
Qur’an, tapi tidak membantu dalam umumnya diha
an penaklukkan dunia Islam. Tapi, seburuk apa yang dicurigai kaum Muslim. Dunia
mereka 15 %
saya meyakini, tidak semua sekarang ini s
ari saya bahwa saya merujuk kepada bisa berteriak: “tuh kan Luthfi ujung-ujungnya
mereka 25 %
orientalis, agar kemudian pake oriental
Sedangkan orang lain, apalagi orang punya keahlian untuk itu, dianggap tak layak, dan
mereka 26 %
di luar Islam, meskipun bahkan kal
ah mengingakan agar kita jangan sebut sebagai ughluthat al-askhash (ad hominem),
mereka 29 %
mudah terjatuh pada apa yang yakni mengh
n selama ini. Pada gilirannya, kerja bisa digunakan untuk menjelaskan apa yang selama
mereka 31 %
keras dan temuan-temuan ini menjadi
lmuwan Muslim. Dalam ‘Ulum al- menciptakan kaedah-kaedah yang tujuannya
mereka 50 %
Qur’an dan juga Ushul al-Fiqh, meuniversalkan pesa
rumit yang hanya dipahami oleh yang mempelajari disiplin filsafat. Al-Farabi
mereka 55 %
kalangan tertentu, khususnya misalnya menje
an mendorong sebagian ulama sebut sebagai “i’jaz al-balaghi al-Qur’ani”
mereka 88 %
untuk membesar-besarkan apa yang (mu’jizat sastra
umnya, agar ia dapat memberi (Q.S. 14:4). Dengan kata lain, alasan mengapa Al-
mereka” 74 %
penjelasan dengan terang kepada Qur’an berb
s tidak memiliki al-Fatihah, dan al- meriwayatkan Hadith ‘Aisyah bahwa Mushaf Uthmani telah 92 %
Suyuthi bebas-bebas saja menghilangkan sura
arena semua kitab itu bisa saya setiap klaim yang dibuat oleh para sarjana Al-
merujuk 12 %
dapatkan, sehingga saya bisa Qur’an dari Ba
ulis artikel itu. Untuk menulis semua buku yang disebut para orientalis,
merujuk 18 %
artikel singkat itu, saya khususnya kitab al-
gan tak sabar ingin mendengar kepada orientalis, agar kemudian mereka bisa
merujuk 24 %
pengakuan dari saya bahwa saya berteriak: “tuh
tu dengan lainnya. Daya kenabian yang terbesar, sehingga dia mampu
merupakan 58 %
yang dimiliki Nabi Muhammad mengaktualisasikan wahyu T
kesamaan-kesamaan dengan kitab- manifestasi kalamullah). Aspek kesamaan inilah
merupakan 98 %
kitab suci lainnya (yang juga (dalam bahasa
) yang dilakukan sepanjang sejarah cetak pada masa modern. Seperti kita ketahui,
mesin 84 %
Islam hingga digunakannya susunan Al-
lam saja. Sedangkan orang lain, mereka punya keahlian untuk itu, dianggap tak
meskipun 26 %
apalagi orang di luar Islam, layak, dan bah
hul al-Fiqh, mereka menciptakan pesan-pesan Al-Qur’an, seperti al-’ibrah bi ‘umum
meuniversalkan 50 %
kaedah-kaedah yang tujuannya al-lafdh l
jika ada yang berkomentar seperti umat Islam saja, dan yang boleh meneliti sesuatu
milik 26 %
ini. Seolah-olah, ilmu itu hanya orang
yang dijalani Nabi dan para keras dan menstruasi (yang disebutkan dalam ayat
minuman 47 %
sahabatnya. Kasus-kasus seperti yas’alunaka
ucian dan kemaksuman kitab suci, seperti masalah i’jazul Qur’an (e.g. angka 19, dll).
misalnya 35 %
mitos-mitos pun diciptakan, Siapa s
yang dimulai dengan pertanyaan- (yas’alunaka anil khamr, anil ahillah, anil mahidh,
misalnya 46 %
pertanyaan para sahabat Nabi, dan sete
ususnya mereka yang mempelajari menjelaskan proses turunnya wahyu Allah kepada
misalnya 55 %
disiplin filsafat. Al-Farabi Nabi Muhammad
jenis. Untuk membentengi kesucian pun diciptakan, misalnya seperti masalah i’jazul
mitos-mitos 35 %
dan kemaksuman kitab suci, Qur’an (e.g
i’jazul Qur’an (e.g. angka 19, dll). ini, juga akan dicap dengan istilah-istilah seram di
mitos-mitos 35 %
Siapa saja yang menolak atas. I
nsi lainnya. Menurut saya, dimensi penting bagi kita memahami fungsi dan peran Al-
modal 43 %
historis Al-Qur’an adalah Qur’an yang s
adhan. Pada bulan itu, saya
bacaan saya sendiri yang menurut saya lebih
mencoba membaca Al-Qur’an model 5%
berkesan dan mem
dengan
gika) jauh-jauh hari juga sudah terjatuh pada apa yang mereka sebut sebagai
mudah 29 %
mengingakan agar kita jangan ughluthat al-ask
misalnya menjelaskan proses sebagai proses yang sepenuhnya bersifat psikologis
muhammad 56 %
turunnya wahyu Allah kepada Nabi (al-nafsi
erbeda satu dengan lainnya. Daya merupakan yang terbesar, sehingga dia mampu
muhammad 58 %
kenabian yang dimiliki Nabi mengaktualisasik
anen dan tidak abadi. Menurut Al- sebagai pembawa risalah (message), dan risalah itu
muhammad 70 %
Qur’an, Allah mengutus Nabi bernama “
seperti diberitakan Al-Qur’an, bukanlah satu-satunya pembawa risalah.
muhammad 71 %
bukanlah agama yang baru, dan Sebelumnya, risalah i
pada dasarnya adalah sesuatu -- muktazilah-- “yang diciptakan” (makhluq) dalam kebaharuan 68 %
meminjam istilah para pemikir (muhdath), dan
ayat yas’alunaka itu), adalah tiba-tiba karena desakan situasi yang dihadapi para
muncul 47 %
persolan manusia di dunia yang sahabat
leksikal, dan sintaks. Bahasa Arab tiba-tiba karena Al-Qur’an. Bahasa ini telah ada
muncul 61 %
bukanlah bahasa baru yang sejak lama
l-Suyuthi bebas-bebas saja
Uthmani telah menghilangkan surah al-Ahzab dan
meriwayatkan Hadith ‘Aisyah mushaf 92 %
karenanya Al-
bahwa
anya Al-Qur’an yang dibuat yang dimilikinya. Menurut saya, keyakinan akan
mushaf 93 %
Uthman menjadi lebih ramping dari imanensi
Qur’an. Ibn Nadiem bebas-bebas Ibn Abbas tidak memiliki al-Fatihah, dan al-
mushafnya 91 %
saja membuat pernyataan bahwa Suyuthi bebas-be
nyebut nama orientalis satupun, memiliki apriori dan prasangka yang luar biasa
muslim 19 %
karena saya sadar bahwa kaum pada nama-nam
tas. Itulah yang terjadi dengan yang mencoba “membaca” Al-Qur’an dengan
muslim 36 %
banyak ulama dan intelektual perspektif lain, sep
ang lebih substansial yang di masa klasik dan intelektual Muslim di masa
muslim 53 %
umumnya dihadapi oleh para filsuf modern, menyan
adapi oleh para filsuf Muslim di di masa modern, menyangkut hubungan antara
muslim 53 %
masa klasik dan intelektual risalah kenabian,
, wahyu, dan beragamnya agama- klasik mencoba menjelaskan persoalan-persoalan
muslim 54 %
agama di dunia. Para filsuf itu dengan me
secara khusus dan seluruh umat beragama secara
ut “kalimatun sawaa”) yang harus
muslim umum. Imani billahi akbar wa huwa khayrul 99 %
selalu ditekankan oleh kaum
musta’an.
dengan melihat proses-proses dan masa-masa sesudahnya sangat penting, untuk
nabi 1%
pembentukannya, baik pada masa mengingatkan
an seterusnya), adalah refleksi dari dan para sahabatnya. Kasus-kasus seperti minuman
nabi 46 %
kehidupan yang dijalani keras dan m
tiba-tiba karena desakan situasi saat itu. Dengan kata lain, jika tidak ada situasi
nabi 48 %
yang dihadapi para sahabat yang mend
rabi misalnya menjelaskan proses Muhammad sebagai proses yang sepenuhnya
nabi 56 %
turunnya wahyu Allah kepada bersifat psikologis
itu berbeda satu dengan lainnya. Muhammad merupakan yang terbesar, sehingga dia
nabi 58 %
Daya kenabian yang dimiliki mampu mengakt
permanen dan tidak abadi. Menurut Muhammad sebagai pembawa risalah (message),
nabi 70 %
Al-Qur’an, Allah mengutus dan risalah itu
kenal sekarang (tartib al-tilawah). dan dilengkapi pada masa Uthman bin Affan.
nabi 83 %
Ini dilakukan pada masa Tahap selanjutnya
dengan melihat proses-proses dan masa-masa sesudahnya sangat penting, untuk
nabi 95 %
pembentukannya, baik pada masa mengingatkan
sarjana Al-Qur’an dari Barat atau permusuhan sebagai “orientalis” itu telah banyak
nada 13 %
yang biasa disebut dengan berjasa bag
lah berusaha memperlihatkan bahwa dan Ibn Abi Daud) dan bahkan hingga abad ke-10
nadiem 89 %
hingga abad ke-4 (masa Ibn (masa Jalalud
slam kala itu untuk mendiskusikan bebas-bebas saja membuat pernyataan bahwa
nadiem 91 %
kesejarahan Al-Qur’an. Ibn Mushafnya Ibn Abba
leh Allah, seperti dijanjikan dalam nazzalna al-dhikra wa inna lahu lahafidhun Q.S.
nahnu 67 %
salah satu ayatnya (Inna 15:9). Adapu
a al-Suyuthi. Dalam artikel itu, orientalis satupun, karena saya sadar bahwa kaum
nama 19 %
sengaja saya tidak menyebut Muslim memi
m Muslim memiliki apriori dan mereka. Saya pikir, kalau saya kutip nama-nama
nama-nama 20 %
prasangka yang luar biasa pada orientalis it
ar biasa pada nama-nama mereka. orientalis itu, paling-paling artikel saya akan
nama-nama 20 %
Saya pikir, kalau saya kutip dicampakkan
Qur’an. Namun, hanya karena seperti Jeffrey, Wansborough, dan semacamnya,
nama-nama 22 %
tulisan-tulisan dia sarat dengan tulisan-tulisa
da lingkup kebahasaan dan demikian, sebagai sebuah manifestasi dari
namun 97 %
kesejarahan di mana ia diturunkan. kalamullah, Al-Qur
keberagamaan saya. Secara khusus, Hamed Abu Zayd dan juga beberapa artikel yang
nasr 6%
saya membaca beberapa buku ditulis oleh s
lah, seperti dijanjikan dalam salah al-dhikra wa inna lahu lahafidhun Q.S. 15:9).
nazzalna 67 %
satu ayatnya (Inna nahnu Adapun Al-Qur’
sial, bisnis, puisi, literatur, graffitti, porno. Puisi-puisi jahiliah yang banyak
obrolan-obrolan 62 %
kecaman, dan juga mengumbar syhawat da
u Nasr Hamed Abu Zayd dan juga sarjana Al-Qur’an dari Barat. Saya selalu terobsesi
oleh 7%
beberapa artikel yang ditulis untuk me
apatkan, sehingga saya bisa merujuk para sarjana Al-Qur’an dari Barat itu. Saya pikir,
oleh 12 %
setiap klaim yang dibuat para s
ebagian dari mereka, seperti dengan para kritikus orientalis semacam A.L. Tibawi dan
oleh 14 %
baik telah diperlihatkan Edward Said
bisa diperoleh semua orang dengan para orientalis itu bisa kita rujuk dan buktikan ke
oleh 16 %
mudah. Apa yang dikatakan sumber-s
baca” Al-Qur’an dengan perspektif Arkoun, Syahrour, dan Abu Zayd. Kajian historis
oleh 37 %
lain, seperti yang dialami terhadap
oalan-persoalan yang lebih para filsuf Muslim di masa klasik dan intelektual
oleh 52 %
substansial yang umumnya dihadapi Muslim di
n menggunakan analisa-analisa yang kalangan tertentu, khususnya mereka yang
oleh 55 %
rumit yang hanya dipahami mempelajari disipli
ena Al-Qur’an. Bahasa ini telah ada masyarakat Arabia sebagai alat komunikasi dalam
oleh 62 %
sejak lama dan digunakan interaksi so
. Kalamullah yang abadi dan eternal Allah, seperti dijanjikan dalam salah satu ayatnya
oleh 67 %
inilah yang terus dijaga (Inna nah
paya koleksi, modifikasi, dan para sahabat maupun orang-orang yang sesudahnya
oleh 69 %
unifikasi, yang dilakukan baik adalah conto
r’an disebut “kalimatun sawaa”) kaum Muslim secara khusus dan seluruh umat
oleh 99 %
yang harus selalu ditekankan beragama secara u
da lingkup kebahasaan dan Luthfi Assyaukanie Pertama-tama, saya ingin
oleh: 3%
kesejarahan di mana ia diturunkan. mengucapkan t
dan tanpa batas. Akses kepada dengan mudah. Apa yang dikatakan oleh para
orang 16 %
informasi bisa diperoleh semua orientalis itu bi
milik umat Islam saja, dan yang Islam saja. Sedangkan orang lain, apalagi orang di
orang 26 %
boleh meneliti sesuatu hanya luar Isla
ang boleh meneliti sesuatu hanya orang lain, apalagi orang di luar Islam, meskipun mereka 26 %
orang Islam saja. Sedangkan punya kea
esuatu hanya orang Islam saja. di luar Islam, meskipun mereka punya keahlian
orang 26 %
Sedangkan orang lain, apalagi untuk itu, dia
dan unifikasi, yang dilakukan baik yang sesudahnya adalah contoh dari proses-proses
orang-orang 69 %
oleh para sahabat maupun keterciptaa
ur’an berbahasa Arab karena Arab. Tidak lebih dan tidak kurang. Bahasa
orang-orang 75 %
semata-mata ia diturunkan kepada manusia adalah
, seperti dengan baik telah semacam A.L. Tibawi dan Edward Said, adalah
orientalis 14 %
diperlihatkan oleh para kritikus para sarjana yan
roleh semua orang dengan mudah. itu bisa kita rujuk dan buktikan ke sumber-sumber
orientalis 17 %
Apa yang dikatakan oleh para aselinya.
Suyuthi. Dalam artikel itu, sengaja satupun, karena saya sadar bahwa kaum Muslim
orientalis 19 %
saya tidak menyebut nama memiliki aprior
ada nama-nama mereka. Saya pikir, itu, paling-paling artikel saya akan dicampakkan
orientalis 20 %
kalau saya kutip nama-nama begitu saja
ata, dan bukan apa yang dikatakan. telah membuka banyak dimensi tak terpikirkan dari
orientalis 30 %
Bagi saya, kajian para sejarah Al
Al-Qur’an dengan melihat proses- masa Nabi dan masa-masa sesudahnya sangat
pada 1%
proses pembentukannya, baik penting, untuk men
a di dunia ini, Al-Qur’an memiliki lingkup kebahasaan dan kesejarahan di mana ia
pada 2%
keterbatasan-keterbatasan diturunkan.
yang dipublikasikan di website mulanya, artikel itu adalah bagian dari refleksi
pada 4%
Jaringan Islam Liberal (JIL). kegiatan sp
dari refleksi kegiatan spiritual saya bulan itu, saya mencoba membaca Al-Qur’an
pada 5%
selama bulan Ramadhan. dengan model bacaa
a kaum Muslim memiliki apriori nama-nama mereka. Saya pikir, kalau saya kutip
pada 20 %
dan prasangka yang luar biasa nama-nama ori
hari juga sudah mengingakan agar apa yang mereka sebut sebagai ughluthat al-
pada 29 %
kita jangan mudah terjatuh askhash (ad homin
k dimensi tak terpikirkan dari gilirannya, kerja keras dan temuan-temuan mereka
pada 31 %
sejarah Al-Qur’an selama ini. bisa diguna
dalam bentuk bahasa manusia, yakni aturan-aturan retoris, gramatis, semantik, leksikal,
pada 60 %
bahasa Arab, yang tunduk dan sin
dhikra wa inna lahu lahafidhun Q.S. dasarnya adalah sesuatu --meminjam istilah para
pada 67 %
15:9). Adapun Al-Qur’an, pemikir Mukt
Bahasa manusia adalah instrumen budaya, tempat, dan waktu di mana ia digunakan.
pada 75 %
komunikasi yang terbatas Kosakata dar
h) yang universal, tapi keterbatasan situasi dan kondisi saat Al-Qur’an diturunkan.
pada 77 %
bahasa Arab yang tunduk Sejarah pembu
mullah yang universal dan eternal. kitab-kitab suci lainnya, seperti Taurat, Injil, Zabur,
pada 78 %
Seperti juga yang terjadi Al-Q
perti kita kenal sekarang (tartib al- masa Nabi dan dilengkapi pada masa Uthman bin
pada 83 %
tilawah). Ini dilakukan Affan. Tahap s
tib al-tilawah). Ini dilakukan pada masa Uthman bin Affan. Tahap selanjutnya adalah
pada 83 %
masa Nabi dan dilengkapi pemberian ta
ukan sepanjang sejarah Islam masa modern. Seperti kita ketahui, susunan Al-
pada 84 %
hingga digunakannya mesin cetak Qur’an yang
Al-Qur’an dengan melihat proses- masa Nabi dan masa-masa sesudahnya sangat
pada 95 %
proses pembentukannya, baik penting, untuk men
a di dunia ini, Al-Qur’an memiliki lingkup kebahasaan dan kesejarahan di mana ia
pada 97 %
keterbatasan-keterbatasan diturunkan. Na
bahkan kalau perlu dianggap “najis” Sayyidina Ali jauh-jauh hari sudah mengingatkan
padahal 27 %
yang harus dicampakkan. kita: Undzur
mudian mereka bisa berteriak: “tuh orientalis.” Saya sedih jika ada yang berkomentar
pake 25 %
kan Luthfi ujung-ujungnya seperti in
si Al-Qur’an, selain bertentangan asasi (yakni hanya Allah yang imanen dan
paling 93 %
dengan prinsip tauhid yang permanen, adapun ya
reka. Saya pikir, kalau saya kutip artikel saya akan dicampakkan begitu saja.
paling-paling 20 %
nama-nama orientalis itu, Agaknya, ini yang
lau belum ditulis. Ketika menulis dari karya-karya sarjana Al-Qur’an dari Barat
panduan 10 %
artikel itu, saya mendapat untuk membuka
an, sehingga saya bisa merujuk sarjana Al-Qur’an dari Barat itu. Saya pikir, para
para 12 %
setiap klaim yang dibuat oleh sarjan
t oleh para sarjana Al-Qur’an dari sarjana Al-Qur’an dari Barat atau yang biasa
para 12 %
Barat itu. Saya pikir, disebut dengan
an dari mereka, seperti dengan baik kritikus orientalis semacam A.L. Tibawi dan
para 14 %
telah diperlihatkan oleh Edward Said, ada
tikus orientalis semacam A.L. sarjana yang bekerja untuk kepentingan proyek
para 14 %
Tibawi dan Edward Said, adalah kolonialisme d
diperoleh semua orang dengan orientalis itu bisa kita rujuk dan buktikan ke
para 17 %
mudah. Apa yang dikatakan oleh sumber-sumber
is artikel singkat itu, saya merujuk orientalis, khususnya kitab al-masahif karya Ibn
para 18 %
semua buku yang disebut Abi Daud, a
ya, memiliki pesan yang sama pengkritik dan pengecam artikel saya berusaha
para 24 %
dengan refleksi yang saya buat. dengan tak sab
at apa yang dikatakan, dan jangan ulama mantiq (ahli logika) jauh-jauh hari juga
para 28 %
lihat siapa yang berkata). sudah menging
berkata, dan bukan apa yang orientalis telah membuka banyak dimensi tak
para 30 %
dikatakan. Bagi saya, kajian terpikirkan dari
nusiawi, seperti kita memahami astrofisikawan, alam semesta tak bisa dipahami
para 40 %
sejarah alam semesta. Menurut kecuali kita
emporal. Ayat-ayat yang dimulai sahabat Nabi, misalnya (yas’alunaka anil khamr,
para 45 %
dengan pertanyaan-pertanyaan anil ahillah
snya), adalah refleksi dari sahabatnya. Kasus-kasus seperti minuman keras
para 46 %
kehidupan yang dijalani Nabi dan dan menstruasi
a yang muncul tiba-tiba karena sahabat nabi saat itu. Dengan kata lain, jika tidak
para 48 %
desakan situasi yang dihadapi ada situ
dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an ulama dan ilmuwan Muslim. Dalam ‘Ulum al-
para 49 %
telah lama menjadi kajian Qur’an dan juga Ush
-persoalan yang lebih substansial filsuf Muslim di masa klasik dan intelektual
para 52 %
yang umumnya dihadapi oleh Muslim di masa
i, posisi Allah, wahyu, dan filsuf Muslim klasik mencoba menjelaskan
para 54 %
beragamnya agama-agama di dunia. persoalan-persoalan
n Al-Qur’an, pada dasarnya adalah para pemikir Muktazilah-- “yang diciptakan” (makhluq) 68 %
sesuatu --meminjam istilah dalam kebah
koleksi, modifikasi, dan unifikasi, sahabat maupun orang-orang yang sesudahnya
para 69 %
yang dilakukan baik oleh adalah contoh dar
antara kitab-kitab suci itu (dan pemeluk agama). Al-Qur’an sendiri adalah produk
para 80 %
selanjutnya juga di antara pemanusia
tara para pemeluk agama). Al- (humanizing) pesan-pesan Allah (kalamullah) yang
pemanusiaan 81 %
Qur’an sendiri adalah produk universal d
yang universal dan eternal. Dalam kalamullah itu hingga menjadi bentuknya yang kita
pemanusiaan 81 %
sejarahnya, ada dua tahap lihat seka
adi. Menurut Al-Qur’an, Allah risalah (message), dan risalah itu bernama “Islam.”
pembawa 70 %
mengutus Nabi Muhammad sebagai Sebagai
bukanlah agama yang baru, dan risalah. Sebelumnya, risalah itu telah disampaikan
pembawa 72 %
Muhammad bukanlah satu-satunya kepada Ib
an peran Al-Qur’an yang Al-Qur’an, kita mengetahui bahwa kitab suci ini
pembentukan 44 %
sesungguhnya. Dari kajian sejarah berkembang d
engkapi pada masa Uthman bin tanda baca (tasykil) yang dilakukan sepanjang
pemberian 84 %
Affan. Tahap selanjutnya adalah sejarah Islam
pada situasi dan kondisi saat Al- Al-Qur’an adalah sejarah pereduksian kalamullah
pembukuan 77 %
Qur’an diturunkan. Sejarah yang univers
ra kitab-kitab suci itu (dan agama). Al-Qur’an sendiri adalah produk
pemeluk 80 %
selanjutnya juga di antara para pemanusiaan (huma
Qur’an, pada dasarnya adalah Muktazilah-- “yang diciptakan” (makhluq) dalam
pemikir 68 %
sesuatu --meminjam istilah para kebaharuan (m
Persoalan utama Al-Qur’an, semata, tapi memahaminya sebagai sebuah produk
penafsiran 64 %
menurut saya, bukanlah persoalan ilahiah (al-i
rjana yang bekerja untuk
dunia Islam. Tapi, saya meyakini, tidak semua
kepentingan proyek kolonialisme penaklukkan 15 %
mereka seburuk
dan
i ughluthat al-askhash (ad
semata-mata melihat siapa yang berkata, dan bukan
hominem), yakni menghukumi pendapat 30 %
apa yang d
sebuah
ke-10 (masa Jalaluddin al-Suyuthi), ayat-ayat Al-Qur’an tetap menjadi isu hangat yang
penertiban 90 %
persoalan penulisan dan terus dipe
gecam artikel saya berusaha dengan dari saya bahwa saya merujuk kepada orientalis,
pengakuan 24 %
tak sabar ingin mendengar agar kemudia
ntuknya yang kita lihat sekarang. ayat-ayat yang diturunkan secara kronologis (tartib
pengaturan 82 %
Tahap pertama adalah tahap al-nuzul
sama dengan refleksi yang saya artikel saya berusaha dengan tak sabar ingin
pengecam 24 %
buat. Para pengkritik dan mendengar penga
adil kalau saya hanya mensuplay ke apologetis saja. Inilah latar belakang mengapa
pengetahuan 9%
dalam memori pikiran saya artikel it
liki pesan yang sama dengan dan pengecam artikel saya berusaha dengan tak
pengkritik 24 %
refleksi yang saya buat. Para sabar ingin me
g rasul kecuali dengan bahasa dengan terang kepada mereka” (Q.S. 14:4).
penjelasan 74 %
kaumnya, agar ia dapat memberi Dengan kata lain,
innya. Menurut saya, dimensi bagi kita memahami fungsi dan peran Al-Qur’an
penting 43 %
historis Al-Qur’an adalah modal yang sesungguh
karang. Perubahan susunan ini pertama, ia menghancurkan konteks peristiwa dan
penting: 85 %
memiliki dua dampak yang cukup kesejarahan
an hingga abad ke-10 (masa dan penertiban ayat-ayat Al-Qur’an tetap menjadi
penulisan 90 %
Jalaluddin al-Suyuthi), persoalan isu hangat
ses yang sepenuhnya bersifat wahyu yang umumnya disebut “Jibril” hanyalah
penyampai 56 %
psikologis (al-nafsiyyah). Agen salah satu daya
elanjutnya, masalah ini juga dapat dan fungsi agama-agama di dunia ini bagi umat
peran 39 %
membantu kita menjelaskan manusia. Saya
Al-Qur’an adalah modal penting Al-Qur’an yang sesungguhnya. Dari kajian sejarah
peran 44 %
bagi kita memahami fungsi dan pembentu
asa manusia yang beragam dan tidak di antara kitab-kitab suci itu (dan selanjutnya juga
perbedaan-perbedaan 80 %
sempurna, maka terjadilah di anta
ur’an diturunkan. Sejarah
kalamullah yang universal dan eternal. Seperti juga
pembukuan Al-Qur’an adalah pereduksian 78 %
yang ter
sejarah
h satu-kesatuan kitab suci dan kesejarahannya yang manusiawi, seperti kita
peristiwa 40 %
sekaligus melihat detil-detil memahami sejarah
dampak yang cukup penting: dan kesejarahan setiap wahyu yang diturunkan;
peristiwa 86 %
pertama, ia menghancurkan konteks dan kedua, ia
nakan. Kosakata dari bahasa selalu zaman. Keterbatasan kosakata Al-Qur’an bukanlah
perkembangan 76 %
berkembang, sesuai dengan keterbatasan
nya keahlian untuk itu, dianggap tak dianggap “najis” yang harus dicampakkan. Padahal
perlu 27 %
layak, dan bahkan kalau Sayyidina A
proses-proses keterciptaan Al- dan tidak abadi. Menurut Al-Qur’an, Allah
permanen 70 %
Qur’an dalam ruang yang tidak mengutus Nabi Muha
g dimilikinya. Menurut saya, Al-Qur’an, selain bertentangan dengan prinsip
permanensi 93 %
keyakinan akan imanensi dan tauhid yang pa
ana Al-Qur’an dari Barat atau yang sebagai “orientalis” itu telah banyak berjasa bagi
permusuhan 13 %
biasa disebut dengan nada tradisi k
artikel saya akan dicampakkan terjadi dengan rekan saya, Taufik Adnan Amal,
pernah 21 %
begitu saja. Agaknya, ini yang yang lebih pia
n kesejarahan Al-Qur’an. Ibn bahwa Mushafnya Ibn Abbas tidak memiliki al-
pernyataan 91 %
Nadiem bebas-bebas saja membuat Fatihah, dan al-
ggap “menyimpang” dari Islam juga utama Al-Qur’an, menurut saya, bukanlah
persoalan 64 %
ditulis dalam bahasa Arab. persoalan penafsiran
a Arab. Persoalan utama Al-Qur’an, penafsiran semata, tapi memahaminya sebagai
persoalan 64 %
menurut saya, bukanlah sebuah produk il
) dan bahkan hingga abad ke-10 penulisan dan penertiban ayat-ayat Al-Qur’an tetap
persoalan 89 %
(masa Jalaluddin al-Suyuthi), menjadi i
dap Al-Qur’an membantu kita, di klasik hubungan antara wahyu, kitab suci, dan
persoalan-persoalan 38 %
antaranya, untuk menjelaskan risalah kenabi
nafsirkan Al-Qur’an, tapi tidak yang lebih substansial yang umumnya dihadapi
persoalan-persoalan 52 %
membantu dalam menyelesaikan oleh para filsu
a di dunia. Para filsuf Muslim klasik itu dengan menggunakan analisa-analisa yang
persoalan-persoalan 54 %
mencoba menjelaskan rumit yang hanya
struasi (yang disebutkan dalam ayat manusia di dunia yang muncul tiba-tiba karena
persolan 47 %
yas’alunaka itu), adalah desakan situas
n intelektual Muslim yang mencoba lain, seperti yang dialami oleh Arkoun, Syahrour,
perspektif 37 %
“membaca” Al-Qur’an dengan dan Abu Za
itu hingga menjadi bentuknya yang adalah tahap pengaturan ayat-ayat yang diturunkan
pertama 82 %
kita lihat sekarang. Tahap secara kro
t bersifat lokal dan temporal. Ayat- pertanyaan- para sahabat Nabi, misalnya (yas’alunaka anil
45 %
ayat yang dimulai dengan pertanyaan khamr, anil ah
kronologis berbeda dengan susunan susunan ini memiliki dua dampak yang cukup
perubahan 85 %
yang kita lihat sekarang. penting: pertama,
endiri, ada tiga artikel Taufik, yang yang sama dengan refleksi yang saya buat. Para
pesan 23 %
menurut saya, memiliki pengkritik
reka menciptakan kaedah-kaedah Al-Qur’an, seperti al-’ibrah bi ‘umum al-lafdh la bi
pesan-pesan 50 %
yang tujuannya meuniversalkan khusus
l ada sejumlah proses reduksi. Hal Allah yang universal disampaikan dalam bentuk
pesan-pesan 60 %
ini lumrah belaka, karena bahasa manusia
zaman. Keterbatasan kosakata Al- Allah (kalamullah) yang universal, tapi
pesan-pesan 76 %
Qur’an bukanlah keterbatasan keterbatasan bahasa
Al-Qur’an sendiri adalah produk Allah (kalamullah) yang universal dan eternal.
pesan-pesan 81 %
pemanusiaan (humanizing) Dalam sejarah
sanya kurang adil kalau saya hanya saya pengetahuan apologetis saja. Inilah latar
pikiran 9%
mensuplay ke dalam memori belakang m
orno. Puisi-puisi jahiliah yang diekspresikan dalam bahasa Arab. Puisi-puisi dan
pornografi 63 %
banyak mengumbar syhawat dan literatur y
rn, menyangkut hubungan antara Allah, wahyu, dan beragamnya agama-agama di
posisi 53 %
risalah kenabian, kitab suci, dunia. Para f
esar, sehingga dia mampu
(bil quwwah) menjadi kenyataan (bil fi’il). Dalam
mengaktualisasikan wahyu Tuhan potensi 58 %
proses
dari
ah) saja yang ada dalam diri (bil quwwah), memiliki daya kenabian, hanya saja
potensial 57 %
manusia. Setiap manusia, secara intensitas
un, karena saya sadar bahwa kaum yang luar biasa pada nama-nama mereka. Saya
prasangka 20 %
Muslim memiliki apriori dan pikir, kalau say
usnya teks-teks suci) adalah disiplin dalam sejarah intelektualisme umat manusia. Di
preseden 32 %
baru yang tak memiliki masa silam, t
manensi dan permanensi Al-Qur’an, tauhid yang paling asasi (yakni hanya Allah yang
prinsip 93 %
selain bertentangan dengan imanen dan
persoalan penafsiran semata, tapi ilahiah (al-intaj al-ilahy) yang berada dalam ruang
produk 65 %
memahaminya sebagai sebuah sejarah
a di antara para pemeluk agama). pemanusiaan (humanizing) pesan-pesan Allah
produk 80 %
Al-Qur’an sendiri adalah (kalamullah) yang
Taufik Adnan Amal, yang lebih dari saya dalam menuliskan sejarah Al-Qur’an.
produktif 21 %
piawai, lebih ahli, dan lebih Namun, hanya k
empelajari disiplin filsafat. Al- turunnya wahyu Allah kepada Nabi Muhammad
proses 55 %
Farabi misalnya menjelaskan sebagai proses yan
kan proses turunnya wahyu Allah yang sepenuhnya bersifat psikologis (al-nafsiyyah).
proses 56 %
kepada Nabi Muhammad sebagai Agen pen
potensi (bil quwwah) menjadi aktualisasi wahyu dari bil quwwah menjadi bil fi’il
proses 59 %
kenyataan (bil fi’il). Dalam ada seju
alisasi wahyu dari bil quwwah reduksi. Hal ini lumrah belaka, karena pesan-pesan
proses 59 %
menjadi bil fi’il ada sejumlah Allah yan
r’an: Rejoinder Mengkaji sejarah pembentukannya, baik pada masa Nabi dan masa-
proses-proses 0%
Al-Qur’an dengan melihat masa sesudahnya
ahabat maupun orang-orang yang keterciptaan Al-Qur’an dalam ruang yang tidak
proses-proses 70 %
sesudahnya adalah contoh dari permanen dan t
dan manusiawi. Mengkaji sejarah pembentukannya, baik pada masa Nabi dan masa-
proses-proses 95 %
Al-Qur’an dengan melihat masa sesudahnya
ard Said, adalah para sarjana yang kolonialisme dan penaklukkan dunia Islam. Tapi,
proyek 15 %
bekerja untuk kepentingan saya meyakin
kepada Nabi Muhammad sebagai (al-nafsiyyah). Agen penyampai wahyu yang
psikologis 56 %
proses yang sepenuhnya bersifat umumnya disebut “J
teratur, graffitti, kecaman, dan juga jahiliah yang banyak mengumbar syhawat dan
puisi-puisi 63 %
obrolan-obrolan porno. pornografi dieksp
mbar syhawat dan pornografi dan literatur yang dianggap “menyimpang” dari
puisi-puisi 63 %
diekspresikan dalam bahasa Arab. Islam juga dit
membentengi kesucian dan diciptakan, misalnya seperti masalah i’jazul Qur’an
pun 35 %
kemaksuman kitab suci, mitos-mitos (e.g. an
kan orang lain, apalagi orang di luar keahlian untuk itu, dianggap tak layak, dan bahkan
punya 26 %
Islam, meskipun mereka kalau per
yidina Ali jauh-jauh hari sudah wa la tandhur man qaala (lihat apa yang dikatakan,
qaala 28 %
mengingatkan kita: Undzur ma dan janga
i sudah mengingatkan kita: Undzur (lihat apa yang dikatakan, dan jangan lihat siapa
qaala 28 %
ma qaala wa la tandhur man yang berka
mitos-mitos pun diciptakan, (e.g. angka 19, dll). Siapa saja yang menolak
qur’an 35 %
misalnya seperti masalah i’jazul mitos-mitos in
taan (bil fi’il). Dalam proses menjadi bil fi’il ada sejumlah proses reduksi. Hal
quwwah 59 %
aktualisasi wahyu dari bil ini lumra
h latar belakang mengapa artikel itu menuliskan apa yang saya baca. Tapi, rasanya
ragu 9%
saya tulis. Semula saya masih terus ada
zab dan karenanya Al-Qur’an yang dari Mushaf yang dimilikinya. Menurut saya,
ramping 92 %
dibuat Uthman menjadi lebih keyakinan ak
ng terlalu banyak dengan karya- kurang adil kalau saya hanya mensuplay ke dalam
rasanya 8%
karya apologetis. Saya pikir, memori pikir
tulis. Semula saya ragu menuliskan masih terus ada yang mengganjal kalau belum
rasanya 10 %
apa yang saya baca. Tapi, ditulis. Ketika
seperti kata Al-Qur’an sendiri: kecuali dengan bahasa kaumnya, agar ia dapat
rasul 73 %
“Tidaklah kami utus seorang memberi penjela
Liberal (JIL). Pada mulanya, artikel kegiatan spiritual saya selama bulan Ramadhan.
refleksi 5%
itu adalah bagian dari Pada bulan it
l Taufik, yang menurut saya, yang saya buat. Para pengkritik dan pengecam
refleksi 23 %
memiliki pesan yang sama dengan artikel saya
il khamr, anil ahillah, anil mahidh, dari kehidupan yang dijalani Nabi dan para
refleksi 46 %
dan seterusnya), adalah sahabatnya. Kasus
Mengkaji sejarah Al-Qur’an dengan melihat
Sejarah Al-Qur’an: rejoinder 0%
proses-proses pemb
mpakkan begitu saja. Agaknya, ini rekan saya, Taufik Adnan Amal, yang lebih piawai, lebih 21 %
yang pernah terjadi dengan ahli, dan
i” (mu’jizat sastrawi Al-Qur’an). itu, saya telah berusaha memperlihatkan bahwa
ringkas 88 %
Dalam tulisan saya yang hingga abad ke
alan-persoalan klasik hubungan kenabian, secara umum. Selanjutnya, masalah ini
risalah 38 %
antara wahyu, kitab suci, dan juga dapat m
ntelektual Muslim di masa modern, kenabian, kitab suci, posisi Allah, wahyu, dan
risalah 53 %
menyangkut hubungan antara beragamnya ag
urut Al-Qur’an, Allah mengutus (message), dan risalah itu bernama “Islam.”
risalah 70 %
Nabi Muhammad sebagai pembawa Sebagai sebuah r
engutus Nabi Muhammad sebagai itu bernama “Islam.” Sebagai sebuah risalah,
risalah 71 %
pembawa risalah (message), dan Islam, seperti
Muhammad bukanlah satu-satunya itu telah disampaikan kepada Ibrahim, Musa, dan
risalah 72 %
pembawa risalah. Sebelumnya, Isa (Q.S. 42
sebuah produk ilahiah (al-intaj al- sejarah manusia yang tidak suci dan terbatas. Teks-
ruang 65 %
ilahy) yang berada dalam teks yang
dalah contoh dari proses-proses yang tidak permanen dan tidak abadi. Menurut Al-
ruang 70 %
keterciptaan Al-Qur’an dalam Qur’an, Alla
mudah. Apa yang dikatakan oleh dan buktikan ke sumber-sumber aselinya. Dan ini
rujuk 17 %
para orientalis itu bisa kita yang saya co
soalan-persoalan itu dengan yang hanya dipahami oleh kalangan tertentu,
rumit 54 %
menggunakan analisa-analisa yang khususnya mereka
ejarah Al-Qur’an: Rejoinder Mengkaji sejarah Al-
s 0%
Qur’an de
-tiba karena desakan situasi yang itu. Dengan kata lain, jika tidak ada situasi yang
saat 48 %
dihadapi para sahabat nabi mendesak
eterbatasan bahasa Arab yang Al-Qur’an diturunkan. Sejarah pembukuan Al-
saat 77 %
tunduk pada situasi dan kondisi Qur’an adalah sej
ara pengkritik dan pengecam artikel ingin mendengar pengakuan dari saya bahwa saya
sabar 24 %
saya berusaha dengan tak merujuk kepad
berjasa bagi tradisi kesejarahan Al- bahwa sebagian dari mereka, seperti dengan baik
sadar 13 %
Qur’an. Saya bukan tidak telah diperl
aja saya tidak menyebut nama bahwa kaum Muslim memiliki apriori dan
sadar 19 %
orientalis satupun, karena saya prasangka yang luar b
al. Ayat-ayat yang dimulai dengan Nabi, misalnya (yas’alunaka anil khamr, anil
sahabat 45 %
pertanyaan-pertanyaan para ahillah, anil m
g muncul tiba-tiba karena desakan nabi saat itu. Dengan kata lain, jika tidak ada
sahabat 48 %
situasi yang dihadapi para situasi yang
si, modifikasi, dan unifikasi, yang maupun orang-orang yang sesudahnya adalah
sahabat 69 %
dilakukan baik oleh para contoh dari proses
ertama-tama, saya ingin
yang telah memberikan komentar dan kritik
mengucapkan terimakasih kepada saja 3%
terhadap artikel s
siapa
tutup yang sudah selesai dan tak yang mencoba mengkritisinya, dia akan dianggap
saja 34 %
boleh diganggu-gugat. Siapa “murtad,” “ka
a seperti masalah i’jazul Qur’an yang menolak mitos-mitos ini, juga akan dicap
saja 35 %
(e.g. angka 19, dll). Siapa dengan istilah
sa dipahami dengan baik jika kita saja dan mengabaikan dimensi lainnya. Menurut saya, 43 %
hanya melihat satu dimensi dimensi histo
g umumnya disebut “Jibril” yang ada dalam diri manusia. Setiap manusia,
saja 57 %
hanyalah salah satu daya (quwwah) secara potensia
secara potensial (bil quwwah), intensitas kenabian itu berbeda satu dengan
saja 57 %
memiliki daya kenabian, hanya lainnya. Daya ke
mendiskusikan kesejarahan Al- membuat pernyataan bahwa Mushafnya Ibn Abbas
saja 91 %
Qur’an. Ibn Nadiem bebas-bebas tidak memiliki
Abbas tidak memiliki al-Fatihah, meriwayatkan Hadith ‘Aisyah bahwa Mushaf
saja 92 %
dan al-Suyuthi bebas-bebas Uthmani telah mengh
Agen penyampai wahyu yang satu daya (quwwah) saja yang ada dalam diri
salah 56 %
umumnya disebut “Jibril” hanyalah manusia. Setiap
nilah yang terus dijaga oleh Allah, satu ayatnya (Inna nahnu nazzalna al-dhikra wa
salah 67 %
seperti dijanjikan dalam inna lahu lah
tiga artikel Taufik, yang menurut dengan refleksi yang saya buat. Para pengkritik
sama 23 %
saya, memiliki pesan yang dan penge
pembentukannya, baik pada masa penting, untuk mengingatkan kita selalu bahwa Al-
sangat 1%
Nabi dan masa-masa sesudahnya Qur’an adal
ruk apa yang dicurigai kaum terbuka dan tanpa batas. Akses kepada informasi
sangat 16 %
Muslim. Dunia sekarang ini sudah bisa diperol
r’an, kita mengetahui bahwa kitab dinamis, berinteraksi dengan kehidupan umat
sangat 44 %
suci ini berkembang dengan manusia, yang ka
mis, berinteraksi dengan kehidupan bersifat lokal dan temporal. Ayat-ayat yang dimulai
sangat 45 %
umat manusia, yang kadang dengan p
di atas sebab-sebab yang khusus). membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an, tapi
sangat 51 %
Kaedah-kaedah seperti ini tidak membantu da
pembentukannya, baik pada masa penting, untuk mengingatkan kita selalu bahwa Al-
sangat 96 %
Nabi dan masa-masa sesudahnya Qur’an adal
n sejarah Al-Qur’an. Namun, hanya dengan nama-nama seperti Jeffrey, Wansborough,
sarat 22 %
karena tulisan-tulisan dia dan semacamny
r Hamed Abu Zayd dan juga Al-Qur’an dari Barat. Saya selalu terobsesi untuk
sarjana 7%
beberapa artikel yang ditulis oleh membaca ka
menulis artikel itu, saya mendapat Al-Qur’an dari Barat untuk membuka kitab-kitab
sarjana 10 %
panduan dari karya-karya klasik sepert
ehingga saya bisa merujuk setiap Al-Qur’an dari Barat itu. Saya pikir, para sarjana
sarjana 12 %
klaim yang dibuat oleh para Al-Qur
h para sarjana Al-Qur’an dari Barat Al-Qur’an dari Barat atau yang biasa disebut
sarjana 12 %
itu. Saya pikir, para dengan nada per
orientalis semacam A.L. Tibawi dan yang bekerja untuk kepentingan proyek
sarjana 14 %
Edward Said, adalah para kolonialisme dan penak
mereka sebut sebagai “i’jaz al- Al-Qur’an). Dalam tulisan saya yang ringkas itu,
sastrawi 88 %
balaghi al-Qur’ani” (mu’jizat saya tel
an, ia tak bisa dipahami dengan baik dimensi saja dan mengabaikan dimensi lainnya.
satu 43 %
jika kita hanya melihat Menurut saya,
penyampai wahyu yang umumnya daya (quwwah) saja yang ada dalam diri manusia.
satu 56 %
disebut “Jibril” hanyalah salah Setiap manus
ki daya kenabian, hanya saja dengan lainnya. Daya kenabian yang dimiliki Nabi
satu 58 %
intensitas kenabian itu berbeda Muhammad me
yang terus dijaga oleh Allah, seperti ayatnya (Inna nahnu nazzalna al-dhikra wa inna
satu 67 %
dijanjikan dalam salah lahu lahafidh
menganggap kajian Al-Qur’an kitab suci dan sekaligus melihat detil-detil
satu-kesatuan 39 %
dengan melihatnya sebagai sebuah peristiwa kesej
n Al-Qur’an, bukanlah agama yang pembawa risalah. Sebelumnya, risalah itu telah
satu-satunya 72 %
baru, dan Muhammad bukanlah disampaikan k
ia diturunkan. Oleh: Luthfi ingin mengucapkan terimakasih kepada siapa saja
saya 3%
Assyaukanie Pertama-tama, yang telah m
a yang telah memberikan komentar tentang “Merenungkan Sejarah Al-Qur’an” yang
saya 4%
dan kritik terhadap artikel dipublikasikan
, artikel itu adalah bagian dari selama bulan Ramadhan. Pada bulan itu, saya
saya 5%
refleksi kegiatan spiritual mencoba membaca
giatan spiritual saya selama bulan mencoba membaca Al-Qur’an dengan model
saya 5%
Ramadhan. Pada bulan itu, bacaan saya sendiri y
ulan itu, saya mencoba membaca sendiri yang menurut saya lebih berkesan dan
saya 6%
Al-Qur’an dengan model bacaan mempengaruhi in
baca Al-Qur’an dengan model lebih berkesan dan mempengaruhi intensitas
saya 6%
bacaan saya sendiri yang menurut keberagamaan saya
an mempengaruhi intensitas membaca beberapa buku Nasr Hamed Abu Zayd
saya 6%
keberagamaan saya. Secara khusus, dan juga beberapa
rapa artikel yang ditulis oleh sarjana selalu terobsesi untuk membaca karya-karya
saya 7%
Al-Qur’an dari Barat. semacam ini, seba
rya semacam ini, sebagai “balance” selama ini yang terlalu banyak dengan karya-karya
saya 8%
(penyeimbang) dari bacaan apologetis
elama ini yang terlalu banyak pikir, rasanya kurang adil kalau saya hanya
saya 8%
dengan karya-karya apologetis. mensuplay ke dal
arya-karya apologetis. Saya pikir, hanya mensuplay ke dalam memori pikiran saya
saya 8%
rasanya kurang adil kalau pengetahuan apo
rang adil kalau saya hanya pengetahuan apologetis saja. Inilah latar belakang
saya 9%
mensuplay ke dalam memori pikiran mengap
pologetis saja. Inilah latar belakang tulis. Semula saya ragu menuliskan apa yang saya
saya 9%
mengapa artikel itu baca. Tapi,
Inilah latar belakang mengapa ragu menuliskan apa yang saya baca. Tapi, rasanya
saya 9%
artikel itu saya tulis. Semula masih teru
artikel itu saya tulis. Semula saya baca. Tapi, rasanya masih terus ada yang
saya 9%
ragu menuliskan apa yang mengganjal kalau be
mengganjal kalau belum ditulis. mendapat panduan dari karya-karya sarjana Al-
saya 10 %
Ketika menulis artikel itu, Qur’an dari Bar
perti kitab al-masahif, al-fihrist, al- beruntung karena semua kitab itu bisa saya
saya 11 %
itqan, dan al-burhan. dapatkan, sehingg
n, dan al-burhan. Saya beruntung dapatkan, sehingga saya bisa merujuk setiap klaim
saya 12 %
karena semua kitab itu bisa yang dibua
eruntung karena semua kitab itu bisa bisa merujuk setiap klaim yang dibuat oleh para
saya 12 %
saya dapatkan, sehingga sarjana Al-Q
laim yang dibuat oleh para sarjana pikir, para sarjana Al-Qur’an dari Barat atau yang
saya 12 %
Al-Qur’an dari Barat itu. biasa dis
itu telah banyak berjasa bagi tradisi saya bukan tidak sadar bahwa sebagian dari mereka, 13 %
kesejarahan Al-Qur’an. seperti dengan
ingan proyek kolonialisme dan meyakini, tidak semua mereka seburuk apa yang
saya 15 %
penaklukkan dunia Islam. Tapi, dicurigai kaum
a rujuk dan buktikan ke sumber- coba lakukan dalam menulis artikel itu. Untuk
saya 17 %
sumber aselinya. Dan ini yang menulis art
m menulis artikel itu. Untuk merujuk semua buku yang disebut para orientalis,
saya 18 %
menulis artikel singkat itu, khususnya k
m, dan al-Itqan karya al-Suyuthi. tidak menyebut nama orientalis satupun, karena
saya 19 %
Dalam artikel itu, sengaja saya sadar ba
sengaja saya tidak menyebut nama sadar bahwa kaum Muslim memiliki apriori dan
saya 19 %
orientalis satupun, karena prasangka yang
apriori dan prasangka yang luar pikir, kalau saya kutip nama-nama orientalis itu,
saya 20 %
biasa pada nama-nama mereka. paling-pal
gka yang luar biasa pada nama- kutip nama-nama orientalis itu, paling-paling
saya 20 %
nama mereka. Saya pikir, kalau artikel saya a
u saya kutip nama-nama orientalis akan dicampakkan begitu saja. Agaknya, ini yang
saya 20 %
itu, paling-paling artikel pernah terja
mal, yang lebih piawai, lebih ahli, dalam menuliskan sejarah Al-Qur’an. Namun,
saya 21 %
dan lebih produktif dari hanya karena tuli
menurut saya, memiliki pesan yang buat. Para pengkritik dan pengecam artikel saya
saya 24 %
sama dengan refleksi yang berusaha
eksi yang saya buat. Para pengkritik berusaha dengan tak sabar ingin mendengar
saya 24 %
dan pengecam artikel pengakuan dari say
aya berusaha dengan tak sabar ingin bahwa saya merujuk kepada orientalis, agar
saya 24 %
mendengar pengakuan dari kemudian mereka b
a dengan tak sabar ingin mendengar merujuk kepada orientalis, agar kemudian mereka
saya 24 %
pengakuan dari saya bahwa bisa berteri
berteriak: “tuh kan Luthfi ujung- sedih jika ada yang berkomentar seperti ini.
saya 25 %
ujungnya pake orientalis.” Seolah-olah, il
peran dan fungsi agama-agama di menganggap kajian Al-Qur’an dengan melihatnya
saya 39 %
dunia ini bagi umat manusia. sebagai sebuah
al-Qur’ani” (mu’jizat sastrawi Al- yang ringkas itu, saya telah berusaha
saya 88 %
Qur’an). Dalam tulisan memperlihatkan bahwa h
sastrawi Al-Qur’an). Dalam tulisan telah berusaha memperlihatkan bahwa hingga abad
saya 88 %
saya yang ringkas itu, ke-4 (masa I
kalau perlu dianggap “najis” yang Ali jauh-jauh hari sudah mengingatkan kita:
sayyidina 27 %
harus dicampakkan. Padahal Undzur ma qaala
bi khusus al-sabab (mendahulukan yang khusus). Kaedah-kaedah seperti ini sangat
sebab-sebab 51 %
kata-kata yang umum di atas membantu dala
Saya selalu terobsesi untuk
sebagai
“balance” (penyeimbang) dari bacaan saya selama 7 %
membaca karya-karya semacam ini, ini yang ter
an dari Barat atau yang biasa
sebagai “orientalis” itu telah banyak berjasa bagi tradisi 13 %
disebut dengan nada permusuhan kesejarah
n agar kita jangan mudah terjatuh ughluthat al-askhash (ad hominem), yakni
sebagai 29 %
pada apa yang mereka sebut menghukumi sebuah p
ualisme umat manusia. Di masa sebagai korpus tertutup yang sudah selesai dan tak boleh 33 %
silam, teks-teks suci dianggap diganggu-gu
manusia. Saya menganggap kajian sebuah satu-kesatuan kitab suci dan sekaligus
sebagai 39 %
Al-Qur’an dengan melihatnya melihat detil-
menjelaskan proses turunnya wahyu proses yang sepenuhnya bersifat psikologis (al-
sebagai 56 %
Allah kepada Nabi Muhammad nafsiyyah). A
ni telah ada sejak lama dan alat komunikasi dalam interaksi sosial, bisnis,
sebagai 62 %
digunakan oleh masyarakat Arabia puisi, liter
saya, bukanlah persoalan penafsiran sebuah produk ilahiah (al-intaj al-ilahy) yang
sebagai 64 %
semata, tapi memahaminya berada dalam
tidak abadi. Menurut Al-Qur’an, pembawa risalah (message), dan risalah itu
sebagai 70 %
Allah mengutus Nabi Muhammad bernama “Islam.”
pembawa risalah (message), dan sebuah risalah, Islam, seperti diberitakan Al-
sebagai 71 %
risalah itu bernama “Islam.” Qur’an, bukanl
ap wahyu yang diturunkan; dan sebuah bacaan “magis” (karena yang ditekankan
sebagai 86 %
kedua, ia menjadikan Al-Qur’an bukan makna kr
sebagian ulama untuk membesar-
sebagai
“i’jaz al-balaghi al-Qur’ani” (mu’jizat sastrawi Al- 88 %
besarkan apa yang mereka sebut Qur’an).
asaan dan kesejarahan di mana ia sebuah manifestasi dari kalamullah, Al-Qur’an
sebagai 98 %
diturunkan. Namun demikian, memiliki kesam
tradisi kesejarahan Al-Qur’an. Saya dari mereka, seperti dengan baik telah
sebagian 14 %
bukan tidak sadar bahwa diperlihatkan oleh pa
kebahasaannya). Dampak yang ulama untuk membesar-besarkan apa yang mereka
sebagian 87 %
terakhir ini kemudian mendorong sebut sebagai
sebagai ughluthat al-askhash (ad pendapat semata-mata melihat siapa yang berkata,
sebuah 30 %
hominem), yakni menghukumi dan bukan a
. Saya menganggap kajian Al- satu-kesatuan kitab suci dan sekaligus melihat
sebuah 39 %
Qur’an dengan melihatnya sebagai detil-detil p
kanlah persoalan penafsiran semata, produk ilahiah (al-intaj al-ilahy) yang berada dalam
sebuah 64 %
tapi memahaminya sebagai ruang s
risalah (message), dan risalah itu risalah, Islam, seperti diberitakan Al-Qur’an,
sebuah 71 %
bernama “Islam.” Sebagai bukanlah agam
yang diturunkan; dan kedua, ia bacaan “magis” (karena yang ditekankan bukan
sebuah 86 %
menjadikan Al-Qur’an sebagai makna kronologi
n kesejarahan di mana ia
manifestasi dari kalamullah, Al-Qur’an memiliki
diturunkan. Namun demikian, sebuah 98 %
kesamaan-kes
sebagai
klukkan dunia Islam. Tapi, saya apa yang dicurigai kaum Muslim. Dunia sekarang
seburuk 15 %
meyakini, tidak semua mereka ini sudah san
ingakan agar kita jangan mudah sebagai ughluthat al-askhash (ad hominem), yakni
sebut 29 %
terjatuh pada apa yang mereka menghukumi
orong sebagian ulama untuk
sebagai “i’jaz al-balaghi al-Qur’ani” (mu’jizat
membesar-besarkan apa yang sebut 88 %
sastrawi Al-
mereka
ebih berkesan dan mempengaruhi khusus, saya membaca beberapa buku Nasr Hamed
secara 6%
intensitas keberagamaan saya. Abu Zayd dan j
sik hubungan antara wahyu, kitab umum. Selanjutnya, masalah ini juga dapat
secara 38 %
suci, dan risalah kenabian, membantu kita menj
a (quwwah) saja yang ada dalam potensial (bil quwwah), memiliki daya kenabian,
secara 57 %
diri manusia. Setiap manusia, hanya saja i
ap pertama adalah tahap pengaturan kronologis (tartib al-nuzul) menjadi urutan bacaan
secara 82 %
ayat-ayat yang diturunkan seperti k
. Seperti kita ketahui, susunan Al- kronologis berbeda dengan susunan yang kita lihat
secara 85 %
Qur’an yang diturunkan sekarang.
imatun sawaa”) yang harus selalu khusus dan seluruh umat beragama secara umum.
secara 99 %
ditekankan oleh kaum Muslim Imani billahi akbar wa huwa khayrul musta’an.
kan oleh kaum Muslim secara umum. Imani billahi akbar wa huwa khayrul
secara 100 %
khusus dan seluruh umat beragama musta’an.
aja, dan yang boleh meneliti sesuatu orang lain, apalagi orang di luar Islam, meskipun
sedangkan 26 %
hanya orang Islam saja. mereka pun
eriak: “tuh kan Luthfi ujung- jika ada yang berkomentar seperti ini. Seolah-olah,
sedih 25 %
ujungnya pake orientalis.” Saya ilmu itu
n. Saya beruntung karena semua saya bisa merujuk setiap klaim yang dibuat oleh
sehingga 12 %
kitab itu bisa saya dapatkan, para sarjana
enabian yang dimiliki Nabi
dia mampu mengaktualisasikan wahyu Tuhan dari
Muhammad merupakan yang sehingga 58 %
potensi (bil q
terbesar,
yang muncul tiba-tiba karena Al- lama dan digunakan oleh masyarakat Arabia
sejak 61 %
Qur’an. Bahasa ini telah ada sebagai alat komun
Al-Qur’an: Rejoinder Mengkaji sejarah Al-Qur’an
sejarah 0%
dengan m
Sejarah Al-Qur’an: Rejoinder Al-Qur’an dengan melihat proses-proses
sejarah 0%
Mengkaji pembentukannya, baik
mentar dan kritik terhadap artikel Al-Qur’an” yang dipublikasikan di website
sejarah 4%
saya tentang “Merenungkan Jaringan Islam Lib
, lebih ahli, dan lebih produktif dari Al-Qur’an. Namun, hanya karena tulisan-tulisan
sejarah 22 %
saya dalam menuliskan dia sarat den
orientalis telah membuka banyak Al-Qur’an selama ini. Pada gilirannya, kerja keras
sejarah 31 %
dimensi tak terpikirkan dari dan temua
suci) adalah disiplin baru yang tak intelektualisme umat manusia. Di masa silam, teks-
sejarah 33 %
memiliki preseden dalam teks suci
ristiwa kesejarahannya yang alam semesta. Menurut para astrofisikawan, alam
sejarah 40 %
manusiawi, seperti kita memahami semesta tak
fungsi dan peran Al-Qur’an yang pembentukan Al-Qur’an, kita mengetahui bahwa
sejarah 44 %
sesungguhnya. Dari kajian kitab suci ini
h produk ilahiah (al-intaj al-ilahy) manusia yang tidak suci dan terbatas. Teks-teks
sejarah 65 %
yang berada dalam ruang yang tertuli
g tunduk pada situasi dan kondisi pembukuan Al-Qur’an adalah sejarah pereduksian
sejarah 77 %
saat Al-Qur’an diturunkan. kalamullah ya
aat Al-Qur’an diturunkan. Sejarah pereduksian kalamullah yang universal dan eternal.
sejarah 78 %
pembukuan Al-Qur’an adalah Seperti j
alah pemberian tanda baca (tasykil) Islam hingga digunakannya mesin cetak pada masa
sejarah 84 %
yang dilakukan sepanjang modern. S
sendiri yang dinamis, progresif, dan Al-Qur’an dengan melihat proses-proses
sejarah 95 %
manusiawi. Mengkaji pembentukannya, baik
oses aktualisasi wahyu dari bil proses reduksi. Hal ini lumrah belaka, karena
sejumlah 59 %
quwwah menjadi bil fi’il ada pesan-pesan Al
engan melihatnya sebagai sebuah melihat detil-detil peristiwa kesejarahannya yang
sekaligus 40 %
satu-kesatuan kitab suci dan manusiawi,
k semua mereka seburuk apa yang ini sudah sangat terbuka dan tanpa batas. Akses
sekarang 16 %
dicurigai kaum Muslim. Dunia kepada infor
s (tartib al-nuzul) menjadi urutan (tartib al-tilawah). Ini dilakukan pada masa Nabi
sekarang 83 %
bacaan seperti kita kenal dan dileng
urut saya, keyakinan akan imanensi bertentangan dengan prinsip tauhid yang paling
selain 93 %
dan permanensi Al-Qur’an, asasi (yakni
masa-masa sesudahnya sangat bahwa Al-Qur’an adalah manifestasi manusiawi
selalu 1%
penting, untuk mengingatkan kita dari kalamullah
artikel yang ditulis oleh sarjana Al- terobsesi untuk membaca karya-karya semacam
selalu 7%
Qur’an dari Barat. Saya ini, sebagai “ba
tempat, dan waktu di mana ia berkembang, sesuai dengan perkembangan zaman.
selalu 76 %
digunakan. Kosakata dari bahasa Keterbatasan k
masa-masa sesudahnya sangat bahwa Al-Qur’an adalah manifestasi manusiawi
selalu 96 %
penting, untuk mengingatkan kita dari kalamullah
dalam bahasa Al-Qur’an disebut ditekankan oleh kaum Muslim secara khusus dan
selalu 99 %
“kalimatun sawaa”) yang harus seluruh umat b
ikel itu adalah bagian dari refleksi bulan Ramadhan. Pada bulan itu, saya mencoba
selama 5%
kegiatan spiritual saya membaca Al-Qur’
emacam ini, sebagai “balance” ini yang terlalu banyak dengan karya-karya
selama 8%
(penyeimbang) dari bacaan saya apologetis. Saya
embuka banyak dimensi tak ini. Pada gilirannya, kerja keras dan temuan-
selama 31 %
terpikirkan dari sejarah Al-Qur’an temuan mereka b
muan-temuan mereka bisa
ini menjadi concern ulama dan intelektual Muslim.
digunakan untuk menjelaskan apa selama 31 %
Bagaimanap
yang
ilah perbedaan-perbedaan di antara juga di antara para pemeluk agama). Al-Qur’an
selanjutnya 80 %
kitab-kitab suci itu (dan sendiri ada
a masa Nabi dan dilengkapi pada adalah pemberian tanda baca (tasykil) yang
selanjutnya 83 %
masa Uthman bin Affan. Tahap dilakukan sepanja
, teks-teks suci dianggap sebagai dan tak boleh diganggu-gugat. Siapa saja yang
selesai 33 %
korpus tertutup yang sudah mencoba mengkr
g harus selalu ditekankan oleh kaum umat beragama secara umum. Imani billahi akbar
seluruh 99 %
Muslim secara khusus dan wa huwa khayrul musta’an.
dari Barat. Saya selalu terobsesi ini, sebagai “balance” (penyeimbang) dari bacaan
semacam 7%
untuk membaca karya-karya saya selama
engan baik telah diperlihatkan oleh A.L. Tibawi dan Edward Said, adalah para sarjana
semacam 14 %
para kritikus orientalis yang bekerj
at al-askhash (ad hominem), yakni melihat siapa yang berkata, dan bukan apa yang
semata-mata 30 %
menghukumi sebuah pendapat dikatakan.
an kata lain, alasan mengapa Al- ia diturunkan kepada orang-orang Arab. Tidak
semata-mata 74 %
Qur’an berbahasa Arab karena lebih dan tidak
hami sejarah alam semesta. Menurut tak bisa dipahami kecuali kita menggabungkan dua
semesta 41 %
para astrofisikawan, alam teori utama
, al-fihrist, al-itqan, dan al-burhan. kitab itu bisa saya dapatkan, sehingga saya bisa
semua 11 %
Saya beruntung karena merujuk set
isme dan penaklukkan dunia Islam. mereka seburuk apa yang dicurigai kaum Muslim.
semua 15 %
Tapi, saya meyakini, tidak Dunia sekaran
rbuka dan tanpa batas. Akses kepada orang dengan mudah. Apa yang dikatakan oleh
semua 16 %
informasi bisa diperoleh para orientalis
ikel itu. Untuk menulis artikel buku yang disebut para orientalis, khususnya kitab
semua 18 %
singkat itu, saya merujuk al-masahi
ja. Inilah latar belakang mengapa saya ragu menuliskan apa yang saya baca. Tapi,
semula 9%
artikel itu saya tulis. rasanya masih
itu, saya mencoba membaca Al- yang menurut saya lebih berkesan dan
sendiri 6%
Qur’an dengan model bacaan saya mempengaruhi intensitas
selanjutnya juga di antara para adalah produk pemanusiaan (humanizing) pesan-
sendiri 80 %
pemeluk agama). Al-Qur’an pesan Allah (ka
Nya), juga bertentangan dengan yang dinamis, progresif, dan manusiawi. Mengkaji
sendiri 95 %
konteks kesejarahan Al-Qur’an sejarah
ada yang unik dari bahasa ini,
sendiri: “Tidaklah kami utus seorang rasul kecuali dengan 73 %
karena seperti kata Al-Qur’an bahasa kaum
bn Nadiem, dan al-Itqan karya al- saya tidak menyebut nama orientalis satupun,
sengaja 19 %
Suyuthi. Dalam artikel itu, karena saya sad
, karena seperti kata Al-Qur’an rasul kecuali dengan bahasa kaumnya, agar ia
seorang 73 %
sendiri: “Tidaklah kami utus dapat memberi p
njutnya adalah pemberian tanda sejarah Islam hingga digunakannya mesin cetak
sepanjang 84 %
baca (tasykil) yang dilakukan pada masa mode
urunnya wahyu Allah kepada Nabi bersifat psikologis (al-nafsiyyah). Agen penyampai
sepenuhnya 56 %
Muhammad sebagai proses yang wahyu yan
ahwa Al-Qur’an adalah manifestasi juga kitab-kitab suci lainnya di dunia ini, Al-
seperti 2%
manusiawi dari kalamullah. Qur’an memili
arjana Al-Qur’an dari Barat untuk kitab al-masahif, al-fihrist, al-itqan, dan al-burhan.
seperti 11 %
membuka kitab-kitab klasik Saya
l-Qur’an. Saya bukan tidak sadar dengan baik telah diperlihatkan oleh para kritikus
seperti 14 %
bahwa sebagian dari mereka, orientali
mun, hanya karena tulisan-tulisan Jeffrey, Wansborough, dan semacamnya, tulisan-
seperti 22 %
dia sarat dengan nama-nama tulisan itu ta
ngnya pake orientalis.” Saya sedih ini. Seolah-olah, ilmu itu milik umat Islam saja,
seperti 25 %
jika ada yang berkomentar dan yang b
kemaksuman kitab suci, mitos-mitos masalah i’jazul Qur’an (e.g. angka 19, dll). Siapa
seperti 35 %
pun diciptakan, misalnya saja yang
lim yang mencoba “membaca” Al- yang dialami oleh Arkoun, Syahrour, dan Abu
seperti 37 %
Qur’an dengan perspektif lain, Zayd. Kajian
melihat detil-detil peristiwa kita memahami sejarah alam semesta. Menurut
seperti 40 %
kesejarahannya yang manusiawi, para astrofisika
ua teori utama: (i) yang berkaitan big bang, gravitasi, dan ekspansi; dan (ii) hal-hal
seperti 41 %
dengan hal-hal maha-besar maha-kec
g bang, gravitasi, dan ekspansi; dan quantum, singularity, dan string. Begitu juga Al-
seperti 42 %
(ii) hal-hal maha-kecil Qur’an, ia
ehidupan yang dijalani Nabi dan seperti minuman keras dan menstruasi (yang disebutkan 47 %
para sahabatnya. Kasus-kasus dalam ayat yas
-kaedah yang tujuannya
al-’ibrah bi ‘umum al-lafdh la bi khusus al-sabab
meuniversalkan pesan-pesan Al- seperti 50 %
(mendahulu
Qur’an,
ta yang umum di atas sebab-sebab ini sangat membantu dalam menafsirkan Al-
seperti 51 %
yang khusus). Kaedah-kaedah Qur’an, tapi tidak
yang abadi dan eternal inilah yang dijanjikan dalam salah satu ayatnya (Inna nahnu
seperti 67 %
terus dijaga oleh Allah, nazzalna al-
risalah itu bernama “Islam.” Sebagai diberitakan Al-Qur’an, bukanlah agama yang baru,
seperti 71 %
sebuah risalah, Islam, dan Muhamma
kan bahasa Arab. Tidak ada yang kata Al-Qur’an sendiri: “Tidaklah kami utus
seperti 73 %
unik dari bahasa ini, karena seorang rasul ke
h sejarah pereduksian kalamullah juga yang terjadi pada kitab-kitab suci lainnya,
seperti 78 %
yang universal dan eternal. seperti Tau
al. Seperti juga yang terjadi pada Taurat, Injil, Zabur, Al-Qur’an adalah manifestasi
seperti 78 %
kitab-kitab suci lainnya, dari kala
an secara kronologis (tartib al- kita kenal sekarang (tartib al-tilawah). Ini
seperti 83 %
nuzul) menjadi urutan bacaan dilakukan pada
arah Islam hingga digunakannya kita ketahui, susunan Al-Qur’an yang diturunkan
seperti 84 %
mesin cetak pada masa modern. secara krono
ahwa Al-Qur’an adalah manifestasi juga kitab-kitab suci lainnya di dunia ini, Al-
seperti 96 %
manusiawi dari kalamullah. Qur’an memili
olak mitos-mitos ini, juga akan di atas. Itulah yang terjadi dengan banyak ulama
seram 36 %
dicap dengan istilah-istilah dan intelek
i mana ia digunakan. Kosakata dari dengan perkembangan zaman. Keterbatasan
sesuai 76 %
bahasa selalu berkembang, kosakata Al-Qur’an b
lah, ilmu itu milik umat Islam saja, hanya orang Islam saja. Sedangkan orang lain,
sesuatu 26 %
dan yang boleh meneliti apalagi orang
ahafidhun Q.S. 15:9). Adapun Al- --meminjam istilah para pemikir Muktazilah--
sesuatu 68 %
Qur’an, pada dasarnya adalah “yang diciptaka
ses-proses pembentukannya, baik sangat penting, untuk mengingatkan kita selalu
sesudahnya 1%
pada masa Nabi dan masa-masa bahwa Al-Qur’
ang dilakukan baik oleh para adalah contoh dari proses-proses keterciptaan Al-
sesudahnya 69 %
sahabat maupun orang-orang yang Qur’an dala
ses-proses pembentukannya, baik sangat penting, untuk mengingatkan kita selalu
sesudahnya 96 %
pada masa Nabi dan masa-masa bahwa Al-Qur’
mua kitab itu bisa saya dapatkan, klaim yang dibuat oleh para sarjana Al-Qur’an dari
setiap 12 %
sehingga saya bisa merujuk Barat itu
h salah satu daya (quwwah) saja manusia, secara potensial (bil quwwah), memiliki
setiap 57 %
yang ada dalam diri manusia. daya kenabi
pertama, ia menghancurkan konteks wahyu yang diturunkan; dan kedua, ia menjadikan
setiap 86 %
peristiwa dan kesejarahan Al-Qur’an se
e Pertama-tama, saya ingin saja yang telah memberikan komentar dan kritik
siapa 3%
mengucapkan terimakasih kepada terhadap arti
andhur man qaala (lihat apa yang yang berkata). Para ulama mantiq (ahli logika)
siapa 28 %
dikatakan, dan jangan lihat jauh-jauh har
minem), yakni menghukumi sebuah siapa yang berkata, dan bukan apa yang dikatakan. Bagi 30 %
pendapat semata-mata melihat saya, ka
us tertutup yang sudah selesai dan saja yang mencoba mengkritisinya, dia akan
siapa 33 %
tak boleh diganggu-gugat. dianggap “murtad,
isalnya seperti masalah i’jazul saja yang menolak mitos-mitos ini, juga akan dicap
siapa 35 %
Qur’an (e.g. angka 19, dll). dengan is
lakukan dalam menulis artikel itu. itu, saya merujuk semua buku yang disebut para
singkat 18 %
Untuk menulis artikel orientalis, k
rsolan manusia di dunia yang yang dihadapi para sahabat nabi saat itu. Dengan
situasi 48 %
muncul tiba-tiba karena desakan kata lain,
para sahabat nabi saat itu. Dengan yang mendesak tersebut, maka ayat-ayat tentang
situasi 48 %
kata lain, jika tidak ada khamar dan me
ng universal, tapi keterbatasan dan kondisi saat Al-Qur’an diturunkan. Sejarah
situasi 77 %
bahasa Arab yang tunduk pada pembukuan Al-
da mulanya, artikel itu adalah saya selama bulan Ramadhan. Pada bulan itu, saya
spiritual 5%
bagian dari refleksi kegiatan mencoba mem
gis” (karena yang ditekankan bukan kebahasaannya). Dampak yang terakhir ini
struktur 87 %
makna kronologisnya, tapi kemudian mendorong
membantu dalam menyelesaikan yang umumnya dihadapi oleh para filsuf Muslim di
substansial 52 %
persoalan-persoalan yang lebih masa klasik
ifestasi manusiawi dari kalamullah. lainnya di dunia ini, Al-Qur’an memiliki
suci 2%
Seperti juga kitab-kitab keterbatasan-keterb
jarah intelektualisme umat manusia. dianggap sebagai korpus tertutup yang sudah
suci 33 %
Di masa silam, teks-teks selesai dan tak
-Qur’an dengan melihatnya sebagai dan sekaligus melihat detil-detil peristiwa
suci 40 %
sebuah satu-kesatuan kitab kesejarahannya y
n sejarah pembentukan Al-Qur’an, ini berkembang dengan sangat dinamis,
suci 44 %
kita mengetahui bahwa kitab berinteraksi dengan ke
al-ilahy) yang berada dalam ruang dan terbatas. Teks-teks yang tertulis dalam bahasa
suci 65 %
sejarah manusia yang tidak Arab yang
rsal dan eternal. Seperti juga yang lainnya, seperti Taurat, Injil, Zabur, Al-Qur’an
suci 78 %
terjadi pada kitab-kitab adalah mani
a, maka terjadilah perbedaan- itu (dan selanjutnya juga di antara para pemeluk
suci 80 %
perbedaan di antara kitab-kitab agama).
ifestasi manusiawi dari kalamullah. lainnya di dunia ini, Al-Qur’an memiliki
suci 97 %
Seperti juga kitab-kitab keterbatasan-keterb
lah, Al-Qur’an memiliki kesamaan- lainnya (yang juga merupakan manifestasi
suci 98 %
kesamaan dengan kitab-kitab kalamullah). Aspek
a seburuk apa yang dicurigai kaum sangat terbuka dan tanpa batas. Akses kepada
sudah 16 %
Muslim. Dunia sekarang ini informasi bisa
yang harus dicampakkan. Padahal mengingatkan kita: Undzur ma qaala wa la tandhur
sudah 27 %
Sayyidina Ali jauh-jauh hari man qaala (
erkata). Para ulama mantiq (ahli mengingakan agar kita jangan mudah terjatuh pada
sudah 29 %
logika) jauh-jauh hari juga apa yang me
silam, teks-teks suci dianggap selesai dan tak boleh diganggu-gugat. Siapa saja
sudah 33 %
sebagai korpus tertutup yang yang mencob
kan oleh para orientalis itu bisa kita aselinya. Dan ini yang saya coba lakukan dalam
sumber-sumber 17 %
rujuk dan buktikan ke menulis artik
tkan Hadith ‘Aisyah bahwa Mushaf al-Ahzab dan karenanya Al-Qur’an yang dibuat
surah 92 %
Uthmani telah menghilangkan Uthman menjadi
annya mesin cetak pada masa Al-Qur’an yang diturunkan secara kronologis
susunan 84 %
modern. Seperti kita ketahui, berbeda dengan s
n Al-Qur’an yang diturunkan secara yang kita lihat sekarang. Perubahan susunan ini
susunan 85 %
kronologis berbeda dengan memiliki dua
s berbeda dengan susunan yang kita ini memiliki dua dampak yang cukup penting:
susunan 85 %
lihat sekarang. Perubahan pertama, ia meng
an-obrolan porno. Puisi-puisi dan pornografi diekspresikan dalam bahasa Arab.
syhawat 63 %
jahiliah yang banyak mengumbar Puisi-puisi
menjadi isu hangat yang terus bagi ulama Islam kala itu untuk mendiskusikan
tabu 90 %
diperdebatkan. Tidak ada yang kesejarahan Al
ullah) yang universal dan eternal. pemanusiaan kalamullah itu hingga menjadi
tahap 81 %
Dalam sejarahnya, ada dua bentuknya yang kit
ullah itu hingga menjadi bentuknya pertama adalah tahap pengaturan ayat-ayat yang
tahap 82 %
yang kita lihat sekarang. diturunkan se
adi bentuknya yang kita lihat pengaturan ayat-ayat yang diturunkan secara
tahap 82 %
sekarang. Tahap pertama adalah kronologis (tart
an pada masa Nabi dan dilengkapi selanjutnya adalah pemberian tanda baca (tasykil)
tahap 83 %
pada masa Uthman bin Affan. yang dilak
Para pengkritik dan pengecam sabar ingin mendengar pengakuan dari saya bahwa
tak 24 %
artikel saya berusaha dengan saya merujuk
ar Islam, meskipun mereka punya layak, dan bahkan kalau perlu dianggap “najis”
tak 27 %
keahlian untuk itu, dianggap yang harus di
gi saya, kajian para orientalis telah terpikirkan dari sejarah Al-Qur’an selama ini. Pada
tak 31 %
membuka banyak dimensi gilirann
ik teks (khususnya teks-teks suci) memiliki preseden dalam sejarah intelektualisme
tak 32 %
adalah disiplin baru yang umat manusia
suci dianggap sebagai korpus boleh diganggu-gugat. Siapa saja yang mencoba
tak 33 %
tertutup yang sudah selesai dan mengkritisinya
arah alam semesta. Menurut para bisa dipahami kecuali kita menggabungkan dua
tak 41 %
astrofisikawan, alam semesta teori utama: (i
quantum, singularity, dan string. bisa dipahami dengan baik jika kita hanya melihat
tak 42 %
Begitu juga Al-Qur’an, ia satu dimen
ti Jeffrey, Wansborough, dan tidak banyak diperhatikan orang. Di website JIL
tampaknya 22 %
semacamnya, tulisan-tulisan itu sendiri, ada
da masa Uthman bin Affan. Tahap baca (tasykil) yang dilakukan sepanjang sejarah
tanda 84 %
selanjutnya adalah pemberian Islam hingga
auh-jauh hari sudah mengingatkan man qaala (lihat apa yang dikatakan, dan jangan
tandhur 28 %
kita: Undzur ma qaala wa la lihat siapa
gai kaum Muslim. Dunia sekarang batas. Akses kepada informasi bisa diperoleh
tanpa 16 %
ini sudah sangat terbuka dan semua orang den
dah seperti ini sangat membantu tidak membantu dalam menyelesaikan persoalan-
tapi 52 %
dalam menafsirkan Al-Qur’an, persoalan yang
-Qur’an, menurut saya, bukanlah memahaminya sebagai sebuah produk ilahiah (al-
tapi 64 %
persoalan penafsiran semata, intaj al-ilahy
keterbatasan pesan-pesan Allah tapi keterbatasan bahasa Arab yang tunduk pada situasi 77 %
(kalamullah) yang universal, dan kondis
n “magis” (karena yang ditekankan struktur kebahasaannya). Dampak yang terakhir ini
tapi 87 %
bukan makna kronologisnya, kemudian m
tu saja. Agaknya, ini yang pernah Adnan Amal, yang lebih piawai, lebih ahli, dan
taufik 21 %
terjadi dengan rekan saya, lebih produkt
dan permanensi Al-Qur’an, selain yang paling asasi (yakni hanya Allah yang imanen
tauhid 93 %
bertentangan dengan prinsip dan permane
i concern ulama dan intelektual (khususnya teks-teks suci) adalah disiplin baru
teks 32 %
Muslim. Bagaimanapun, kritik yang tak mem
dan intelektual Muslim.
suci) adalah disiplin baru yang tak memiliki
Bagaimanapun, kritik teks teks-teks 32 %
preseden dalam
(khususnya
n dalam sejarah intelektualisme suci dianggap sebagai korpus tertutup yang sudah
teks-teks 33 %
umat manusia. Di masa silam, selesai dan
da dalam ruang sejarah manusia yang tertulis dalam bahasa Arab yang kemudian
teks-teks 65 %
yang tidak suci dan terbatas. disebut “Al-Qu
a, saya ingin mengucapkan memberikan komentar dan kritik terhadap artikel
telah 3%
terimakasih kepada siapa saja yang saya tentang
iasa disebut dengan nada banyak berjasa bagi tradisi kesejarahan Al-Qur’an.
telah 13 %
permusuhan sebagai “orientalis” itu Saya buka
tidak sadar bahwa sebagian dari diperlihatkan oleh para kritikus orientalis semacam
telah 14 %
mereka, seperti dengan baik A.L. Tib
kan apa yang dikatakan. Bagi saya, membuka banyak dimensi tak terpikirkan dari
telah 30 %
kajian para orientalis sejarah Al-Qur’a
omena lokal-temporal yang lama menjadi kajian para ulama dan ilmuwan
telah 49 %
dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an Muslim. Dalam ‘Ul
hasa baru yang muncul tiba-tiba ada sejak lama dan digunakan oleh masyarakat
telah 61 %
karena Al-Qur’an. Bahasa ini Arabia sebagai
kanlah satu-satunya pembawa disampaikan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa (Q.S.
telah 72 %
risalah. Sebelumnya, risalah itu 42:13). Al-Q
awi Al-Qur’an). Dalam tulisan saya berusaha memperlihatkan bahwa hingga abad ke-4
telah 88 %
yang ringkas itu, saya (masa Ibn Nad
-bebas saja meriwayatkan Hadith menghilangkan surah al-Ahzab dan karenanya Al-
telah 92 %
‘Aisyah bahwa Mushaf Uthmani Qur’an yang di
jarah Al-Qur’an selama ini. Pada mereka bisa digunakan untuk menjelaskan apa
temuan-temuan 31 %
gilirannya, kerja keras dan yang selama ini
g telah memberikan komentar dan
tentang “Merenungkan Sejarah Al-Qur’an” yang 4%
kritik terhadap artikel saya dipublikasikan di websi
ika tidak ada situasi yang mendesak khamar dan menstruasi akan absen dari Al-Qur’an.
tentang 48 %
tersebut, maka ayat-ayat Fenomena
lam semesta tak bisa dipahami utama: (i) yang berkaitan dengan hal-hal maha-
teori 41 %
kecuali kita menggabungkan dua besar seperti
kna kronologisnya, tapi struktur ini kemudian mendorong sebagian ulama untuk
terakhir 87 %
kebahasaannya). Dampak yang membesar-besarka
ngan bahasa kaumnya, agar ia dapat kepada mereka” (Q.S. 14:4). Dengan kata lain,
terang 74 %
memberi penjelasan dengan alasan mengapa
k kurang. Bahasa manusia adalah terbatas pada budaya, tempat, dan waktu di mana ia 75 %
instrumen komunikasi yang digunakan. Kosakat
yang dicurigai kaum Muslim. Dunia dan tanpa batas. Akses kepada informasi bisa
terbuka 16 %
sekarang ini sudah sangat diperoleh semua
kepada siapa saja yang telah artikel saya tentang “Merenungkan Sejarah Al-
terhadap 4%
memberikan komentar dan kritik Qur’an” yang di
lami oleh Arkoun, Syahrour, dan Al-Qur’an membantu kita, di antaranya, untuk
terhadap 37 %
Abu Zayd. Kajian historis menjelaskan per
yang kemudian disebut “Al-Qur’an” kalamullah yang abadi dan eternal. Kalamullah
terhadap 66 %
adalah artikulasi manusia yang abadi dan
: Luthfi Assyaukanie Pertama-tama, kepada siapa saja yang telah memberikan komentar
terimakasih 3%
saya ingin mengucapkan dan kritik
saya akan dicampakkan begitu saja. dengan rekan saya, Taufik Adnan Amal, yang lebih
terjadi 21 %
Agaknya, ini yang pernah piawai, leb
akan dicap dengan istilah-istilah dengan banyak ulama dan intelektual Muslim yang
terjadi 36 %
seram di atas. Itulah yang mencoba “mem
ian kalamullah yang universal dan pada kitab-kitab suci lainnya, seperti Taurat, Injil,
terjadi 78 %
eternal. Seperti juga yang Zabur,
n dalam bahasa manusia yang perbedaan-perbedaan di antara kitab-kitab suci itu
terjadilah 80 %
beragam dan tidak sempurna, maka (dan sela
jauh-jauh hari juga sudah
pada apa yang mereka sebut sebagai ughluthat al-
mengingakan agar kita jangan terjatuh 29 %
askhash (ad
mudah
gai “balance” (penyeimbang) dari banyak dengan karya-karya apologetis. Saya pikir,
terlalu 8%
bacaan saya selama ini yang rasanya ku
yang ditulis oleh sarjana Al-Qur’an untuk membaca karya-karya semacam ini, sebagai
terobsesi 7%
dari Barat. Saya selalu “balance” (pe
aya, kajian para orientalis telah dari sejarah Al-Qur’an selama ini. Pada gilirannya,
terpikirkan 31 %
membuka banyak dimensi tak kerja ke
sejarah manusia yang tidak suci dan dalam bahasa Arab yang kemudian disebut “Al-
tertulis 65 %
terbatas. Teks-teks yang Qur’an” adalah a
nusia. Di masa silam, teks-teks suci yang sudah selesai dan tak boleh diganggu-gugat.
tertutup 33 %
dianggap sebagai korpus Siapa saja
saya ragu menuliskan apa yang saya ada yang mengganjal kalau belum ditulis. Ketika
terus 10 %
baca. Tapi, rasanya masih menulis arti
i dan eternal. Kalamullah yang dijaga oleh Allah, seperti dijanjikan dalam salah
terus 66 %
abadi dan eternal inilah yang satu ayatn
penertiban ayat-ayat Al-Qur’an diperdebatkan. Tidak ada yang tabu bagi ulama
terus 90 %
tetap menjadi isu hangat yang Islam kala itu
thi), persoalan penulisan dan menjadi isu hangat yang terus diperdebatkan. Tidak
tetap 90 %
penertiban ayat-ayat Al-Qur’an ada yang
s’alunaka itu), adalah persolan karena desakan situasi yang dihadapi para sahabat
tiba-tiba 47 %
manusia di dunia yang muncul nabi saat
l, dan sintaks. Bahasa Arab karena Al-Qur’an. Bahasa ini telah ada sejak lama
tiba-tiba 61 %
bukanlah bahasa baru yang muncul dan diguna
lah diperlihatkan oleh para kritikus dan Edward Said, adalah para sarjana yang bekerja
tibawi 14 %
orientalis semacam A.L. untuk kepe
anyak berjasa bagi tradisi tidak sadar bahwa sebagian dari mereka, seperti dengan 13 %
kesejarahan Al-Qur’an. Saya bukan baik telah
lonialisme dan penaklukkan dunia semua mereka seburuk apa yang dicurigai kaum
tidak 15 %
Islam. Tapi, saya meyakini, Muslim. Dunia s
n al-Itqan karya al-Suyuthi. Dalam menyebut nama orientalis satupun, karena saya
tidak 19 %
artikel itu, sengaja saya sadar bahwa ka
, Wansborough, dan semacamnya, banyak diperhatikan orang. Di website JIL sendiri,
tidak 23 %
tulisan-tulisan itu tampaknya ada tiga
dihadapi para sahabat nabi saat itu. ada situasi yang mendesak tersebut, maka ayat-ayat
tidak 48 %
Dengan kata lain, jika tentang k
eperti ini sangat membantu dalam membantu dalam menyelesaikan persoalan-
tidak 52 %
menafsirkan Al-Qur’an, tapi persoalan yang lebih
intaj al-ilahy) yang berada dalam suci dan terbatas. Teks-teks yang tertulis dalam
tidak 65 %
ruang sejarah manusia yang bahasa Arab
kan” (makhluq) dalam kebaharuan eternal dan tidak abadi. Upaya koleksi, modifikasi,
tidak 68 %
(muhdath), dan karenanya, ia dan u
am kebaharuan (muhdath), dan abadi. Upaya koleksi, modifikasi, dan unifikasi,
tidak 69 %
karenanya, ia tidak eternal dan yang dil
h dari proses-proses keterciptaan Al- permanen dan tidak abadi. Menurut Al-Qur’an,
tidak 70 %
Qur’an dalam ruang yang Allah mengutus
s keterciptaan Al-Qur’an dalam abadi. Menurut Al-Qur’an, Allah mengutus Nabi
tidak 70 %
ruang yang tidak permanen dan Muhammad sebag
sa, dan Isa (Q.S. 42:13). Al-Qur’an ada yang unik dari bahasa ini, karena seperti kata
tidak 73 %
menggunakan bahasa Arab. Al-Qur’an
ab karena semata-mata ia
lebih dan tidak kurang. Bahasa manusia adalah
diturunkan kepada orang-orang tidak 75 %
instrumen k
Arab.
-mata ia diturunkan kepada orang- kurang. Bahasa manusia adalah instrumen
tidak 75 %
orang Arab. Tidak lebih dan komunikasi yang t
manifestasi dilakukan dalam bahasa sempurna, maka terjadilah perbedaan-perbedaan di
tidak 79 %
manusia yang beragam dan antara kita
Al-Qur’an tetap menjadi isu hangat ada yang tabu bagi ulama Islam kala itu untuk
tidak 90 %
yang terus diperdebatkan. mendiskusikan
ebas-bebas saja membuat
memiliki al-Fatihah, dan al-Suyuthi bebas-bebas
pernyataan bahwa Mushafnya Ibn tidak 91 %
saja meriway
Abbas
tidak banyak diperhatikan orang. Di artikel Taufik, yang menurut saya, memiliki pesan
tiga 23 %
website JIL sendiri, ada yang sama
ermusuhan sebagai “orientalis” itu kesejarahan Al-Qur’an. Saya bukan tidak sadar
tradisi 13 %
telah banyak berjasa bagi bahwa sebagian
n yang terbesar, sehingga dia dari potensi (bil quwwah) menjadi kenyataan (bil
tuhan 58 %
mampu mengaktualisasikan wahyu fi’il).
an juga Ushul al-Fiqh, mereka meuniversalkan pesan-pesan Al-Qur’an, seperti
tujuannya 50 %
menciptakan kaedah-kaedah yang al-’ibrah bi ‘
-balaghi al-Qur’ani” (mu’jizat saya yang ringkas itu, saya telah berusaha
tulisan 88 %
sastrawi Al-Qur’an). Dalam memperlihatkan ba
saya dalam menuliskan sejarah Al- dia sarat dengan nama-nama seperti Jeffrey,
tulisan-tulisan 22 %
Qur’an. Namun, hanya karena Wansborough, dan
ngan nama-nama seperti Jeffrey, itu tampaknya tidak banyak diperhatikan orang. Di
tulisan-tulisan 22 %
Wansborough, dan semacamnya, website JI
mpaikan dalam bentuk bahasa pada aturan-aturan retoris, gramatis, semantik,
tunduk 60 %
manusia, yakni bahasa Arab, yang leksikal, da
lamullah) yang universal, tapi pada situasi dan kondisi saat Al-Qur’an diturunkan.
tunduk 77 %
keterbatasan bahasa Arab yang Sejarah
ari disiplin filsafat. Al-Farabi wahyu Allah kepada Nabi Muhammad sebagai
turunnya 55 %
misalnya menjelaskan proses proses yang sepenuh
ita jangan mudah terjatuh pada apa al-askhash (ad hominem), yakni menghukumi
ughluthat 29 %
yang mereka sebut sebagai sebuah pendapat se
ntalis, agar kemudian mereka bisa pake orientalis.” Saya sedih jika ada yang
ujung-ujungnya 25 %
berteriak: “tuh kan Luthfi berkomentar seper
a yang dikatakan, dan jangan lihat mantiq (ahli logika) jauh-jauh hari juga sudah
ulama 28 %
siapa yang berkata). Para mengingakan a
unakan untuk menjelaskan apa yang dan intelektual Muslim. Bagaimanapun, kritik teks
ulama 32 %
selama ini menjadi concern (khususnya
lah-istilah seram di atas. Itulah yang dan intelektual Muslim yang mencoba “membaca”
ulama 36 %
terjadi dengan banyak Al-Qur’an deng
pai dalam ayat-ayat Al-Qur’an telah dan ilmuwan Muslim. Dalam ‘Ulum al-Qur’an dan
ulama 49 %
lama menjadi kajian para juga Ushul al-
annya). Dampak yang terakhir ini untuk membesar-besarkan apa yang mereka sebut
ulama 87 %
kemudian mendorong sebagian sebagai “i’jaz
su hangat yang terus diperdebatkan. Islam kala itu untuk mendiskusikan kesejarahan
ulama 90 %
Tidak ada yang tabu bagi Al-Qur’an. Ib
da yang berkomentar seperti ini. Islam saja, dan yang boleh meneliti sesuatu hanya
umat 26 %
Seolah-olah, ilmu itu milik orang Isla
aru yang tak memiliki preseden manusia. Di masa silam, teks-teks suci dianggap
umat 33 %
dalam sejarah intelektualisme sebagai korp
a menjelaskan peran dan fungsi manusia. Saya menganggap kajian Al-Qur’an
umat 39 %
agama-agama di dunia ini bagi dengan melihatnya
kembang dengan sangat dinamis, manusia, yang kadang sangat bersifat lokal dan
umat 45 %
berinteraksi dengan kehidupan temporal. Aya
selalu ditekankan oleh kaum beragama secara umum. Imani billahi akbar wa
umat 99 %
Muslim secara khusus dan seluruh huwa khayrul musta’an.
al-lafdh la bi khusus al-sabab di atas sebab-sebab yang khusus). Kaedah-kaedah
umum 51 %
(mendahulukan kata-kata yang seperti ini
enyelesaikan persoalan-persoalan dihadapi oleh para filsuf Muslim di masa klasik
umumnya 52 %
yang lebih substansial yang dan intelekt
ersifat psikologis (al-nafsiyyah). disebut “Jibril” hanyalah salah satu daya (quwwah)
umumnya 56 %
Agen penyampai wahyu yang saja yang
adahal Sayyidina Ali jauh-jauh hari ma qaala wa la tandhur man qaala (lihat apa yang
undzur 28 %
sudah mengingatkan kita: dikatakan,
S. 42:13). Al-Qur’an menggunakan dari bahasa ini, karena seperti kata Al-Qur’an
unik 73 %
bahasa Arab. Tidak ada yang sendiri: “Tid
eduksi. Hal ini lumrah belaka, disampaikan dalam bentuk bahasa manusia, yakni
universal 60 %
karena pesan-pesan Allah yang bahasa Arab,
mbukuan Al-Qur’an adalah sejarah universal dan eternal. Seperti juga yang terjadi pada kitab- 78 %
pereduksian kalamullah yang kitab suci
pemanusiaan (humanizing) pesan- dan eternal. Dalam sejarahnya, ada dua tahap
universal 81 %
pesan Allah (kalamullah) yang pemanusiaan kal
baik pada masa Nabi dan masa- mengingatkan kita selalu bahwa Al-Qur’an adalah
untuk 1%
masa sesudahnya sangat penting, manifestasi
lis oleh sarjana Al-Qur’an dari membaca karya-karya semacam ini, sebagai
untuk 7%
Barat. Saya selalu terobsesi “balance” (penyeimb
ndapat panduan dari karya-karya membuka kitab-kitab klasik seperti kitab al-
untuk 11 %
sarjana Al-Qur’an dari Barat masahif, al-fihr
.L. Tibawi dan Edward Said, adalah kepentingan proyek kolonialisme dan penaklukkan
untuk 15 %
para sarjana yang bekerja dunia Islam.
a. Dan ini yang saya coba lakukan menulis artikel singkat itu, saya merujuk semua
untuk 17 %
dalam menulis artikel itu. buku yang di
apalagi orang di luar Islam, itu, dianggap tak layak, dan bahkan kalau perlu
untuk 27 %
meskipun mereka punya keahlian dianggap “na
irannya, kerja keras dan temuan- menjelaskan apa yang selama ini menjadi concern
untuk 31 %
temuan mereka bisa digunakan ulama dan in
” “kafir,” “zindiq,” atau istilah- untuk
membentengi kesucian dan kemaksuman kitab
34 %
istilah lain yang sejenis. suci, mitos-mitos
ian historis terhadap Al-Qur’an menjelaskan persoalan-persoalan klasik hubungan
untuk 37 %
membantu kita, di antaranya, antara wahyu
. Dampak yang terakhir ini
membesar-besarkan apa yang mereka sebut sebagai
kemudian mendorong sebagian untuk 87 %
“i’jaz al-ba
ulama
diperdebatkan. Tidak ada yang tabu mendiskusikan kesejarahan Al-Qur’an. Ibn Nadiem
untuk 90 %
bagi ulama Islam kala itu bebas-bebas
baik pada masa Nabi dan masa- mengingatkan kita selalu bahwa Al-Qur’an adalah
untuk 96 %
masa sesudahnya sangat penting, manifestasi
(muhdath), dan karenanya, ia tidak koleksi, modifikasi, dan unifikasi, yang dilakukan
upaya 69 %
eternal dan tidak abadi. baik oleh
yang diturunkan secara kronologis bacaan seperti kita kenal sekarang (tartib al-
urutan 82 %
(tartib al-nuzul) menjadi tilawah). Ini
ara ulama dan ilmuwan Muslim. al-Fiqh, mereka menciptakan kaedah-kaedah yang
ushul 50 %
Dalam ‘Ulum al-Qur’an dan juga tujuannya meu
ang” dari Islam juga ditulis dalam Al-Qur’an, menurut saya, bukanlah persoalan
utama 64 %
bahasa Arab. Persoalan penafsiran semat
mesta tak bisa dipahami kecuali kita (i) yang berkaitan dengan hal-hal maha-besar
utama: 41 %
menggabungkan dua teori seperti big ban
awah). Ini dilakukan pada masa bin Affan. Tahap selanjutnya adalah pemberian
uthman 83 %
Nabi dan dilengkapi pada masa tanda baca (ta
hilangkan surah al-Ahzab dan menjadi lebih ramping dari Mushaf yang
uthman 92 %
karenanya Al-Qur’an yang dibuat dimilikinya. Menu
hi bebas-bebas saja meriwayatkan telah menghilangkan surah al-Ahzab dan
uthmani 92 %
Hadith ‘Aisyah bahwa Mushaf karenanya Al-Qur’an y
a ini, karena seperti kata Al-Qur’an seorang rasul kecuali dengan bahasa kaumnya,
utus 73 %
sendiri: “Tidaklah kami agar ia dapat m
Ali jauh-jauh hari sudah wa la tandhur man qaala (lihat apa yang dikatakan, dan 28 %
mengingatkan kita: Undzur ma
jangan l
qaala
ikan dalam salah satu ayatnya (Inna inna lahu lahafidhun Q.S. 15:9). Adapun Al-
wa 67 %
nahnu nazzalna al-dhikra Qur’an, pada dasa
n seluruh umat beragama secara
wa huwa khayrul musta’an. 100 %
umum. Imani billahi akbar
lin filsafat. Al-Farabi misalnya Allah kepada Nabi Muhammad sebagai proses
wahyu 55 %
menjelaskan proses turunnya yang sepenuhnya be
epenuhnya bersifat psikologis (al- yang umumnya disebut “Jibril” hanyalah salah satu
wahyu 56 %
nafsiyyah). Agen penyampai daya (quww
rupakan yang terbesar, sehingga dia Tuhan dari potensi (bil quwwah) menjadi
wahyu 58 %
mampu mengaktualisasikan kenyataan (bil fi’il
) menjadi kenyataan (bil fi’il). dari bil quwwah menjadi bil fi’il ada sejumlah
wahyu 59 %
Dalam proses aktualisasi proses reduks
a, ia menghancurkan konteks yang diturunkan; dan kedua, ia menjadikan Al-
wahyu 86 %
peristiwa dan kesejarahan setiap Qur’an sebagai
instrumen komunikasi yang terbatas di mana ia digunakan. Kosakata dari bahasa selalu
waktu 75 %
pada budaya, tempat, dan berkembang
ntang “Merenungkan Sejarah Al- Jaringan Islam Liberal (JIL). Pada mulanya, artikel
website 4%
Qur’an” yang dipublikasikan di itu adal
an-tulisan itu tampaknya tidak JIL sendiri, ada tiga artikel Taufik, yang menurut
website 23 %
banyak diperhatikan orang. Di saya, mem
yang mereka sebut sebagai menghukumi sebuah pendapat semata-mata
yakni 29 %
ughluthat al-askhash (ad hominem), melihat siapa yang be
llah yang universal disampaikan bahasa Arab, yang tunduk pada aturan-aturan
yakni 60 %
dalam bentuk bahasa manusia, retoris, gramati
a-tama, saya ingin mengucapkan telah memberikan komentar dan kritik terhadap
yang 3%
terimakasih kepada siapa saja artikel saya t
erhadap artikel saya tentang dipublikasikan di website Jaringan Islam Liberal
yang 4%
“Merenungkan Sejarah Al-Qur’an” (JIL). Pada
a mencoba membaca Al-Qur’an menurut saya lebih berkesan dan mempengaruhi
yang 6%
dengan model bacaan saya sendiri intensitas kebe
beberapa buku Nasr Hamed Abu ditulis oleh sarjana Al-Qur’an dari Barat. Saya
yang 7%
Zayd dan juga beberapa artikel selalu terob
sebagai “balance” (penyeimbang) terlalu banyak dengan karya-karya apologetis.
yang 8%
dari bacaan saya selama ini Saya pikir, ra
gapa artikel itu saya tulis. Semula saya baca. Tapi, rasanya masih terus ada yang
yang 9%
saya ragu menuliskan apa mengganjal kal
menuliskan apa yang saya baca. mengganjal kalau belum ditulis. Ketika menulis
yang 10 %
Tapi, rasanya masih terus ada artikel itu,
bisa saya dapatkan, sehingga saya dibuat oleh para sarjana Al-Qur’an dari Barat itu.
yang 12 %
bisa merujuk setiap klaim Saya p
t itu. Saya pikir, para sarjana Al- biasa disebut dengan nada permusuhan sebagai
yang 13 %
Qur’an dari Barat atau “orientalis” it
lis semacam A.L. Tibawi dan bekerja untuk kepentingan proyek kolonialisme
yang 15 %
Edward Said, adalah para sarjana dan penaklukka
a Islam. Tapi, saya meyakini, tidak yang dicurigai kaum Muslim. Dunia sekarang ini sudah 15 %
semua mereka seburuk apa sangat terbu
epada informasi bisa diperoleh dikatakan oleh para orientalis itu bisa kita rujuk
yang 16 %
semua orang dengan mudah. Apa dan bukti
a kita rujuk dan buktikan ke saya coba lakukan dalam menulis artikel itu. Untuk
yang 17 %
sumber-sumber aselinya. Dan ini menuli
Untuk menulis artikel singkat itu, disebut para orientalis, khususnya kitab al-masahif
yang 18 %
saya merujuk semua buku karya Ib
saya sadar bahwa kaum Muslim luar biasa pada nama-nama mereka. Saya pikir,
yang 20 %
memiliki apriori dan prasangka kalau saya kut
ling artikel saya akan dicampakkan pernah terjadi dengan rekan saya, Taufik Adnan
yang 21 %
begitu saja. Agaknya, ini Amal, yang le
ni yang pernah terjadi dengan rekan lebih piawai, lebih ahli, dan lebih produktif dari
yang 21 %
saya, Taufik Adnan Amal, saya dala
ikan orang. Di website JIL sendiri, menurut saya, memiliki pesan yang sama dengan
yang 23 %
ada tiga artikel Taufik, refleksi yang
, ada tiga artikel Taufik, yang sama dengan refleksi yang saya buat. Para
yang 23 %
menurut saya, memiliki pesan pengkritik dan
yang menurut saya, memiliki pesan saya buat. Para pengkritik dan pengecam artikel
yang 23 %
yang sama dengan refleksi saya beru
Luthfi ujung-ujungnya pake berkomentar seperti ini. Seolah-olah, ilmu itu milik
yang 25 %
orientalis.” Saya sedih jika ada umat Is
eperti ini. Seolah-olah, ilmu itu boleh meneliti sesuatu hanya orang Islam saja.
yang 26 %
milik umat Islam saja, dan Sedangkan ora
dianggap tak layak, dan bahkan harus dicampakkan. Padahal Sayyidina Ali jauh-
yang 27 %
kalau perlu dianggap “najis” jauh hari suda
kan kita: Undzur ma qaala wa la dikatakan, dan jangan lihat siapa yang berkata).
yang 28 %
tandhur man qaala (lihat apa Para ulama
man qaala (lihat apa yang dikatakan, berkata). Para ulama mantiq (ahli logika) jauh-jauh
yang 28 %
dan jangan lihat siapa hari jug
a sudah mengingakan agar kita mereka sebut sebagai ughluthat al-askhash (ad
yang 29 %
jangan mudah terjatuh pada apa hominem), yakn
, yakni menghukumi sebuah berkata, dan bukan apa yang dikatakan. Bagi saya,
yang 30 %
pendapat semata-mata melihat siapa kajian
ndapat semata-mata melihat siapa dikatakan. Bagi saya, kajian para orientalis telah
yang 30 %
yang berkata, dan bukan apa membuk
an temuan-temuan mereka bisa selama ini menjadi concern ulama dan intelektual
yang 31 %
digunakan untuk menjelaskan apa Muslim. Bag
kritik teks (khususnya teks-teks tak memiliki preseden dalam sejarah
yang 32 %
suci) adalah disiplin baru intelektualisme umat man
masa silam, teks-teks suci dianggap sudah selesai dan tak boleh diganggu-gugat. Siapa
yang 33 %
sebagai korpus tertutup saja yang
yang sudah selesai dan tak boleh mencoba mengkritisinya, dia akan dianggap
yang 34 %
diganggu-gugat. Siapa saja “murtad,” “kafir,”
nggap “murtad,” “kafir,” “zindiq,” sejenis. Untuk membentengi kesucian dan
yang 34 %
atau istilah-istilah lain kemaksuman kitab suc
erti masalah i’jazul Qur’an (e.g. menolak mitos-mitos ini, juga akan dicap dengan
yang 35 %
angka 19, dll). Siapa saja istilah-isti
juga akan dicap dengan istilah- terjadi dengan banyak ulama dan intelektual
yang 36 %
istilah seram di atas. Itulah Muslim yang menc
ulah yang terjadi dengan banyak mencoba “membaca” Al-Qur’an dengan perspektif
yang 36 %
ulama dan intelektual Muslim lain, seperti
mencoba “membaca” Al-Qur’an dialami oleh Arkoun, Syahrour, dan Abu Zayd.
yang 37 %
dengan perspektif lain, seperti Kajian histo
i dan sekaligus melihat detil-detil manusiawi, seperti kita memahami sejarah alam
yang 40 %
peristiwa kesejarahannya semesta. Menur
isa dipahami kecuali kita berkaitan dengan hal-hal maha-besar seperti big
yang 41 %
menggabungkan dua teori utama: (i) bang, gravit
modal penting bagi kita memahami sesungguhnya. Dari kajian sejarah pembentukan
yang 44 %
fungsi dan peran Al-Qur’an Al-Qur’an,
sangat dinamis, berinteraksi dengan kadang sangat bersifat lokal dan temporal. Ayat-
yang 45 %
kehidupan umat manusia, ayat yang di
a, yang kadang sangat bersifat lokal dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan para
yang 45 %
dan temporal. Ayat-ayat sahabat Nabi, misa
anil mahidh, dan seterusnya), adalah dijalani Nabi dan para sahabatnya. Kasus-kasus
yang 46 %
refleksi dari kehidupan seperti minum
alam ayat yas’alunaka itu), adalah muncul tiba-tiba karena desakan situasi yang
yang 47 %
persolan manusia di dunia dihadapi para s
anusia di dunia yang muncul tiba- dihadapi para sahabat nabi saat itu. Dengan kata
yang 48 %
tiba karena desakan situasi lain, jika
abat nabi saat itu. Dengan kata lain, mendesak tersebut, maka ayat-ayat tentang khamar
yang 48 %
jika tidak ada situasi dan menstru
truasi akan absen dari Al-Qur’an. dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an telah lama
yang 49 %
Fenomena lokal-temporal menjadi kajian
’an dan juga Ushul al-Fiqh, mereka yang
tujuannya meuniversalkan pesan-pesan Al-Qur’an,
50 %
menciptakan kaedah-kaedah seperti al-’

‘umum al-lafdh la bi khusus al- yang


umum di atas sebab-sebab yang khusus). Kaedah-
51 %
sabab (mendahulukan kata-kata kaedah seperti
-sabab (mendahulukan kata-kata khusus). Kaedah-kaedah seperti ini sangat
yang 51 %
yang umum di atas sebab-sebab membantu dalam men
tapi tidak membantu dalam lebih substansial yang umumnya dihadapi oleh
yang 52 %
menyelesaikan persoalan-persoalan para filsuf Mus
lam menyelesaikan persoalan- umumnya dihadapi oleh para filsuf Muslim di
yang 52 %
persoalan yang lebih substansial masa klasik dan
n persoalan-persoalan itu dengan rumit yang hanya dipahami oleh kalangan tertentu,
yang 54 %
menggunakan analisa-analisa khususnya
-persoalan itu dengan menggunakan hanya dipahami oleh kalangan tertentu, khususnya
yang 54 %
analisa-analisa yang rumit mereka yang
yang hanya dipahami oleh kalangan mempelajari disiplin filsafat. Al-Farabi misalnya
yang 55 %
tertentu, khususnya mereka menjelaska
ses turunnya wahyu Allah kepada sepenuhnya bersifat psikologis (al-nafsiyyah).
yang 56 %
Nabi Muhammad sebagai proses Agen penyampa
nya bersifat psikologis (al- umumnya disebut “Jibril” hanyalah salah satu daya
yang 56 %
nafsiyyah). Agen penyampai wahyu (quwwah) s
mnya disebut “Jibril” hanyalah ada dalam diri manusia. Setiap manusia, secara
yang 57 %
salah satu daya (quwwah) saja potensial (bi
itas kenabian itu berbeda satu dimiliki Nabi Muhammad merupakan yang
yang 58 %
dengan lainnya. Daya kenabian terbesar, sehingga dia
lainnya. Daya kenabian yang
terbesar, sehingga dia mampu mengaktualisasikan
dimiliki Nabi Muhammad yang 58 %
wahyu Tuhan
merupakan
ses reduksi. Hal ini lumrah belaka, universal disampaikan dalam bentuk bahasa
yang 60 %
karena pesan-pesan Allah manusia, yakni bah
disampaikan dalam bentuk bahasa tunduk pada aturan-aturan retoris, gramatis,
yang 60 %
manusia, yakni bahasa Arab, semantik, leksi
tik, leksikal, dan sintaks. Bahasa muncul tiba-tiba karena Al-Qur’an. Bahasa ini
yang 61 %
Arab bukanlah bahasa baru telah ada seja
ecaman, dan juga obrolan-obrolan banyak mengumbar syhawat dan pornografi
yang 63 %
porno. Puisi-puisi jahiliah diekspresikan dalam
i diekspresikan dalam bahasa Arab. dianggap “menyimpang” dari Islam juga ditulis
yang 63 %
Puisi-puisi dan literatur dalam bahasa A
emahaminya sebagai sebuah produk berada dalam ruang sejarah manusia yang tidak
yang 65 %
ilahiah (al-intaj al-ilahy) suci dan terba
(al-intaj al-ilahy) yang berada dalam tidak suci dan terbatas. Teks-teks yang tertulis
yang 65 %
ruang sejarah manusia dalam bahas
uang sejarah manusia yang tidak tertulis dalam bahasa Arab yang kemudian disebut
yang 65 %
suci dan terbatas. Teks-teks “Al-Qur’an”
suci dan terbatas. Teks-teks yang kemudian disebut “Al-Qur’an” adalah artikulasi
yang 65 %
tertulis dalam bahasa Arab manusia terha
ut “Al-Qur’an” adalah artikulasi abadi dan eternal. Kalamullah yang abadi dan
yang 66 %
manusia terhadap kalamullah eternal inilah
nusia terhadap kalamullah yang abadi dan eternal inilah yang terus dijaga oleh
yang 66 %
abadi dan eternal. Kalamullah Allah, seper
abadi dan eternal. Kalamullah yang terus dijaga oleh Allah, seperti dijanjikan dalam
yang 66 %
abadi dan eternal inilah salah satu
an tidak abadi. Upaya koleksi, dilakukan baik oleh para sahabat maupun orang-
yang 69 %
modifikasi, dan unifikasi, orang yang ses
si, yang dilakukan baik oleh para sesudahnya adalah contoh dari proses-proses
yang 69 %
sahabat maupun orang-orang keterciptaan Al-
contoh dari proses-proses tidak permanen dan tidak abadi. Menurut Al-
yang 70 %
keterciptaan Al-Qur’an dalam ruang Qur’an, Allah men
isalah, Islam, seperti diberitakan Al- baru, dan Muhammad bukanlah satu-satunya
yang 71 %
Qur’an, bukanlah agama pembawa risalah. Se
a (Q.S. 42:13). Al-Qur’an
unik dari bahasa ini, karena seperti kata Al-Qur’an
menggunakan bahasa Arab. Tidak yang 73 %
sendiri:
ada
tidak kurang. Bahasa manusia terbatas pada budaya, tempat, dan waktu di mana ia
yang 75 %
adalah instrumen komunikasi digunakan
-Qur’an bukanlah keterbatasan universal, tapi keterbatasan bahasa Arab yang
yang 77 %
pesan-pesan Allah (kalamullah) tunduk pada si
h (kalamullah) yang universal, tapi yang tunduk pada situasi dan kondisi saat Al-Qur’an 77 %
keterbatasan bahasa Arab diturunkan. S
ah pembukuan Al-Qur’an adalah universal dan eternal. Seperti juga yang terjadi
yang 78 %
sejarah pereduksian kalamullah pada kitab-
eduksian kalamullah yang universal terjadi pada kitab-kitab suci lainnya, seperti Taurat,
yang 78 %
dan eternal. Seperti juga Injil
, Injil, Zabur, Al-Qur’an adalah eternal dan universal. Karena manifestasi
yang 79 %
manifestasi dari kalamullah dilakukan dalam ba
universal. Karena manifestasi beragam dan tidak sempurna, maka terjadilah
yang 79 %
dilakukan dalam bahasa manusia perbedaan-perbed
oduk pemanusiaan (humanizing) universal dan eternal. Dalam sejarahnya, ada dua
yang 81 %
pesan-pesan Allah (kalamullah) tahap peman
ua tahap pemanusiaan kalamullah kita lihat sekarang. Tahap pertama adalah tahap
yang 82 %
itu hingga menjadi bentuknya pengaturan a
at sekarang. Tahap pertama adalah diturunkan secara kronologis (tartib al-nuzul)
yang 82 %
tahap pengaturan ayat-ayat menjadi uruta
fan. Tahap selanjutnya adalah dilakukan sepanjang sejarah Islam hingga
yang 84 %
pemberian tanda baca (tasykil) digunakannya mesin
pada masa modern. Seperti kita diturunkan secara kronologis berbeda dengan
yang 85 %
ketahui, susunan Al-Qur’an susunan yang kit
’an yang diturunkan secara yang
kita lihat sekarang. Perubahan susunan ini
85 %
kronologis berbeda dengan susunan memiliki dua damp
ta lihat sekarang. Perubahan cukup penting: pertama, ia menghancurkan konteks
yang 85 %
susunan ini memiliki dua dampak peristiwa d
menghancurkan konteks peristiwa diturunkan; dan kedua, ia menjadikan Al-Qur’an
yang 86 %
dan kesejarahan setiap wahyu sebagai sebua
a menjadikan Al-Qur’an sebagai ditekankan bukan makna kronologisnya, tapi
yang 87 %
sebuah bacaan “magis” (karena struktur kebahasa
an makna kronologisnya, tapi terakhir ini kemudian mendorong sebagian ulama
yang 87 %
struktur kebahasaannya). Dampak untuk membesa
emudian mendorong sebagian ulama mereka sebut sebagai “i’jaz al-balaghi al-Qur’ani”
yang 88 %
untuk membesar-besarkan apa (mu’jizat
ur’ani” (mu’jizat sastrawi Al- ringkas itu, saya telah berusaha memperlihatkan
yang 88 %
Qur’an). Dalam tulisan saya bahwa hingga
dan penertiban ayat-ayat Al-Qur’an terus diperdebatkan. Tidak ada yang tabu bagi
yang 90 %
tetap menjadi isu hangat ulama Islam ka
tetap menjadi isu hangat yang terus tabu bagi ulama Islam kala itu untuk
yang 90 %
diperdebatkan. Tidak ada mendiskusikan kesejarah
i telah menghilangkan surah al- dibuat Uthman menjadi lebih ramping dari Mushaf
yang 92 %
Ahzab dan karenanya Al-Qur’an yang dimilik
-Qur’an yang dibuat Uthman dimilikinya. Menurut saya, keyakinan akan
yang 93 %
menjadi lebih ramping dari Mushaf imanensi dan p
manensi Al-Qur’an, selain paling asasi (yakni hanya Allah yang imanen dan
yang 93 %
bertentangan dengan prinsip tauhid permanen, ad
n dengan prinsip tauhid yang paling imanen dan permanen, adapun yang lainnya
yang 94 %
asasi (yakni hanya Allah hanyalah manifestas
ng asasi (yakni hanya Allah yang lainnya hanyalah manifestasi dari kalam-Nya),
yang 94 %
imanen dan permanen, adapun juga bertentan
ga bertentangan dengan konteks dinamis, progresif, dan manusiawi. Mengkaji
yang 95 %
kesejarahan Al-Qur’an sendiri sejarah Al-Qu
an inilah (dalam bahasa Al-Qur’an harus selalu ditekankan oleh kaum Muslim secara
yang 99 %
disebut “kalimatun sawaa”) khusus dan s
rti minuman keras dan menstruasi itu), adalah persolan manusia di dunia yang muncul
yas’alunaka 47 %
(yang disebutkan dalam ayat tiba-tiba
ya. Secara khusus, saya membaca dan juga beberapa artikel yang ditulis oleh sarjana
zayd 6%
beberapa buku Nasr Hamed Abu Al-Qur’a

The End
back to top
Word Frequency Program

yang 107
dan 80
al-qur’an 50
saya 45
dengan 31
dari 26
itu 25
dalam 25
seperti 21
ini 21
para 19
di 19
tidak 17
adalah 17
pada 17
bahasa 16
kita 15
juga 14
sejarah 13
suci 13
sebagai 13
untuk 12
saja 12
manusia 11
oleh 11
kalamullah 11
artikel 11
ada 10
mereka 10
karena 10
masa 10
muslim 9
memiliki 9
bahwa 9
arab 9
nabi 9
islam 9
telah 9
ia 9
menjadi 8
bisa 8
allah 8
apa 8
orientalis 8
kitab 8
tak 7
secara 7
lainnya 7
dunia 7
risalah 7
wahyu 7
hanya 7
menurut 7
kepada 7
manifestasi 7
lebih 7
ibn 6
kitab-kitab 6
tapi 6
eternal 6
kesejarahan 6
ulama 6
diturunkan 6
banyak 6
sangat 6
sebuah 6
disebut 5
kajian 5
” 5
umat 5
melihat 5
orang 5
bukanlah 5
bagi 5
baik 5
ayat-ayat 5
selalu 5
lain 5
dianggap 5
sarjana 5
menjelaskan 5
akan 5
kenabian 5
siapa 5
bil 5
universal 5
kalau 4
dilakukan 4
manusiawi 4
mencoba 4
membantu 4
khusus 4
dimensi 4
lihat 4
bacaan 4
hingga 4
muhammad 4
barat 4
proses 4
selama 4
klasik 4
semua 4
antara 4
abadi 4
satu 4
tahap 4
sekarang 4
quwwah 4
pesan-pesan 4
sendiri 4
sudah 4
wa 3
mengingatkan 3
sesudahnya 3
setiap 3
keterbatasan 3
khususnya 3
menulis 3
dia 3
dikatakan 3
dua 3
sahabat 3
digunakan 3
mana 3
selanjutnya 3
agar 3
intelektual 3
inilah 3
* 3
bukan 3
susunan 3
kemudian 3
membaca 3
anil 3
jika 3
pikir 3
dipahami 3
nadiem 3
proses-proses 3
nama-nama 3
terus 3
situasi 3
yakni 3
penting 3
persoalan 3
persoalan-persoalan 3
terjadi 3
terhadap 3
teks-teks 3
misalnya 3
karya-karya 3
kata 3
umum 3
s 3
kaum 3
merujuk 3
baru 3
al-suyuthi 3
q 3
daya 3
karya 3
refleksi 3
ditulis 3
hanyalah 2
keterbatasan-keterbatasan 2
jil 2
jauh-jauh 2
hubungan 2
kaedah-kaedah 2
jangan 2
intensitas 2
inna 2
ingin 2
istilah-istilah 2
kehidupan 2
harus 2
keras 2
hari 2
kecuali 2
karenanya 2
historis 2
kebahasaan 2
ke 2
saat 2
ruang 2
rasanya 2
sadar 2
sebut 2
sebagian 2
salah 2
qaala 2
peristiwa 2
peran 2
pembentukannya 2
permanen 2
puisi-puisi 2
produk 2
pertama 2
sehingga 2
tunduk 2
tulisan-tulisan 2
tiba-tiba 2
umumnya 2
yas’alunaka 2
website 2
uthman 2
terbatas 2
semesta 2
semata-mata 2
semacam 2
sesuatu 2
tentang 2
taufik 2
tartib 2
pembawa 2
luar 2
literatur 2
lingkup 2
luthfi 2
masa-masa 2
masalah 2
maka 2
lama 2
kosakata 2
konteks 2
komunikasi 2
kritik 2
la 2
kurang 2
kronologis 2
memahami 2
muncul 2
mudah 2
modern 2
mushaf 2
pemanusiaan 2
orang-orang 2
namun 2
mitos-mitos 2
menggunakan 2
mengapa 2
membuka 2
mengkaji 2
merupakan 2
menuliskan 2
menstruasi 2
ditekankan 2
daud 2
al-fihrist 2
disiplin 2
bersifat 2
disampaikan 2
agama 2
dampak 2
beberapa 2
bebas-bebas 2
begitu 2
bertentangan 2
agama-agama 2
dapat 2
berkata 2
abu 2
berbeda 2
abad 2
berkembang 2
dihadapi 2
abi 2
dibuat 2
al-itqan 2
apologetis 2
dicampakkan 2
adapun 2
dinamis 2
al-masahif 2
ahli 2
biasa 2
buku 2
bahkan 2
bi 2
fungsi 2
bulan 2
alam 2
baca 2
atau 2
berusaha 2
filsuf 2
fi’il 2
boleh 2
hal-hal 2
atas 2
al-nafsiyyah 1
retoris 1
alat 1
rumit 1
ringkas 1
seburuk 1
al-nuzul 1
rujuk 1
ramadhan 1
ramping 1
ragu 1
sedangkan 1
al-askhash 1
al-qur’an” 1
rejoinder 1
rekan 1
al-qur’an: 1
rasul 1
reduksi 1
sarat 1
al-farabi 1
al-fiqh 1
sama 1
sayyidina 1
sawaa” 1
satu-kesatuan 1
satupun 1
satu-satunya 1
sastrawi 1
al-fatihah 1
sebab-sebab 1
al-lafdh 1
sabar 1
al-burhan 1
al-balaghi 1
sebelumnya 1
al-intaj 1
al-dhikra 1
ali 1
al-ilahy 1
sahabatnya 1
said 1
al-qur’ani” 1
pereduksian 1
perbedaan-perbedaan 1
perkembangan 1
asasi 1
penyampai 1
penulisan 1
aselinya 1
penyeimbang 1
pernyataan 1
pernah 1
arabia 1
arkoun 1
artikulasi 1
perlu 1
permusuhan 1
permanensi 1
penting: 1
penafsiran 1
pemikir 1
pendapat 1
penaklukkan 1
pemberian 1
assyaukanie 1
pemeluk 1
pembukuan 1
pengkritik 1
pengetahuan 1
aspek 1
penjelasan 1
pengakuan 1
penertiban 1
pengecam 1
pengaturan 1
analisa-analisa 1
angka 1
psikologis 1
proyek 1
antaranya 1
prinsip 1
progresif 1
produktif 1
al-sabab 1
al-tilawah 1
qur’an 1
quantum 1
amal 1
puisi 1
punya 1
pun 1
preseden 1
perubahan 1
pertanyaan-pertanyaan 1
piawai 1
pesan 1
perspektif 1
persolan 1
pertama-tama 1
apriori 1
potensi 1
posisi 1
prasangka 1
potensial 1
pikiran 1
apalagi 1
pornografi 1
porno 1
sedih 1
“tidaklah 1
tertutup 1
“orientalis” 1
tetap 1
tersebut 1
terpikirkan 1
tertulis 1
tertentu 1
tujuannya 1
tuhan 1
tulisan 1
tulis 1
“najis” 1
tibawi 1
tradisi 1
tiga 1
terang 1
terakhir 1
terbesar 1
“zindiq 1
temuan-temuan 1
temporal 1
teori 1
14:4 1
terjatuh 1
terjadilah 1
terobsesi 1
terlalu 1
“yang 1
terbuka 1
“tuh 1
terimakasih 1
utus 1
uthmani 1
“balance” 1
“i’jaz 1
utama 1
ushul 1
“islam 1
utama: 1
‘aisyah 1
‘ulum 1
zaman 1
zabur 1
wansborough 1
waktu 1
‘umum 1
“al-qur’an” 1
“menyimpang” 1
ujung-ujungnya 1
“magis” 1
“membaca” 1
“merenungkan 1
“murtad 1
ughluthat 1
turunnya 1
“jibril” 1
“kafir 1
urutan 1
upaya 1
undzur 1
“kalimatun 1
unik 1
unifikasi 1
tempat 1
sendiri: 1
semula 1
seolah-olah 1
sengaja 1
ahillah 1
semata 1
agen 1
sempurna 1
agaknya 1
sesuai 1
sesungguhnya 1
affan 1
sepanjang 1
seorang 1
seram 1
sepenuhnya 1
sekaligus 1
sejumlah 1
selain 1
al-ahzab 1
sejak 1
alasan 1
sejenis 1
sejarahnya 1
akbar 1
seluruh 1
semantik 1
semacamnya 1
aktualisasi 1
al-’ibrah 1
selesai 1
akses 1
tanda 1
tampaknya 1
tanpa 1
tandhur 1
syhawat 1
syahrour 1
abbas 1
tabu 1
teks 1
taurat 1
15:9 1
19 1
tasykil 1
a 1
tauhid 1
42:13 1
singularity 1
singkat 1
sosial 1
sintaks 1
adnan 1
seterusnya 1
silam 1
adil 1
sumber-sumber 1
ad 1
absen 1
surah 1
string 1
spiritual 1
substansial 1
struktur 1
kesamaan 1
kesamaan-kesamaan 1
dicurigai 1
kerja 1
diganggu-gugat 1
kepentingan 1
diekspresikan 1
kesejarahannya 1
keterciptaan 1
ketika 1
keyakinan 1
diciptakan 1
kesucian 1
ketahui 1
diciptakan” 1
kenyataan 1
dijanjikan 1
kebahasaannya 1
keberagamaan 1
kebaharuan 1
ke-10 1
ke-4 1
keahlian 1
kecaman 1
kemaksuman 1
digunakannya 1
kenal 1
dijaga 1
dijalani 1
kedua 1
kegiatan 1
kutip 1
l 1
lahafidhun 1
kronologisnya 1
dasarnya 1
kritikus 1
dapatkan 1
lahu 1
latar 1
layak 1
coba 1
concern 1
cukup 1
contoh 1
lakukan 1
korpus 1
kita: 1
diberitakan 1
dialami 1
dicap 1
khamar 1
khamr 1
khayrul 1
klaim 1
desakan 1
kondisi 1
demikian 1
komentar 1
detil-detil 1
koleksi 1
kolonialisme 1
dijumpai 1
imanensi 1
imani 1
informasi 1
imanen 1
ilahiah 1
ilmu 1
ilmuwan 1
filsafat 1
intelektualisme 1
edward 1
interaksi 1
ekspansi; 1
injil 1
fenomena 1
instrumen 1
ii 1
gravitasi 1
gramatis 1
graffitti 1
hadith 1
hamed 1
hangat 1
hal 1
hominem 1
i’jazul 1
g 1
ibrahim 1
i 1
gilirannya 1
humanizing 1
huwa 1
diperhatikan 1
kami 1
kan 1
kalangan 1
kala 1
kalam-nya 1
diperlihatkan 1
diperdebatkan 1
kata-kata 1
dilengkapi 1
kaumnya 1
dimiliki 1
dimulai 1
dimilikinya 1
kasus-kasus 1
diperoleh 1
isu 1
diturunkan; 1
itulah 1
dll 1
isa 1
e 1
istilah 1
jahiliah 1
diri 1
kadang 1
dipublikasikan 1
disebutkan 1
jalaluddin 1
jaringan 1
jeffrey 1
leksikal 1
meskipun 1
message 1
meuniversalkan 1
mesin 1
meriwayatkan 1
berada 1
bentuknya 1
meyakini 1
modal 1
model 1
belakang 1
belum 1
milik 1
minuman 1
bentuk 1
mereka” 1
menjadikan 1
berinteraksi 1
menolak 1
berjasa 1
mengucapkan 1
mengumbar 1
mengutus 1
mensuplay 1
menyebut 1
menyelesaikan 1
beragam 1
menyangkut 1
berbahasa 1
beragamnya 1
beragama 1
oleh: 1
ayatnya 1
ayat 1
bagaimanapun 1
nasr 1
nazzalna 1
obrolan-obrolan 1
aturan-aturan 1
panduan 1
astrofisikawan 1
pembentukan 1
paling-paling 1
padahal 1
pake 1
paling 1
bagian 1
muhdath 1
muktazilah-- 1
mulanya 1
bekerja 1
modifikasi 1
mu’jizat 1
belaka 1
musa 1
bang 1
nahnu 1
nama 1
nada 1
mushafnya 1
musta’an 1
batas 1
mengkritisinya 1
billahi 1
big 1
masih 1
bin 1
man 1
bisnis 1
mantiq 1
masyarakat 1
berteriak: 1
membentengi 1
memberi 1
memahaminya 1
maupun 1
melihatnya 1
beruntung 1
mampu 1
lokal-temporal 1
buktikan 1
lumrah 1
lokal 1
liberal 1
cetak 1
logika 1
budaya 1
buat 1
makhluq 1
makna 1
mahidh 1
ma 1
maha-besar 1
maha-kecil 1
mengaktualisasikan 1
menganggap 1
berkesan 1
mengabaikan 1
mendiskusikan 1
mendorong 1
meneliti 1
mengetahui 1
menghukumi 1
mengingakan 1
berkaitan 1
menghilangkan 1
menggabungkan 1
mengganjal 1
menghancurkan 1
mendesak 1
--meminjam 1
memori 1
mempelajari 1
bernama 1
memberikan 1
membesar-besarkan 1
membuat 1
mempengaruhi 1
mendahulukan 1
mendapat 1
mendengar 1
berkomentar 1
memperlihatkan 1
menafsirkan 1
menciptakan 1
zayd 2
The End
back to top

You might also like