You are on page 1of 4

Identifikasi istilah Bayi tabung : Bayi tabung atau pembuahan in vitroin/vitro fertilisation adalah sebuah teknik pembuahan dimana

sel telur(ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.

Identifikasi masalah : 1. Efek dari dilakukannya bayi tabung? Kasus cacat bawaan memang banyak ditemukan pada pembuahan buatan dibandingkan dengan pembuahan alami. Artinya, dampak bayi tabung memang berisiko menimbulkan cacat bawaan pada bayi. Cacat bawaan ini mencakup cacat yang terlihat maupun yang tidak, semisal kelainan pada ginjal, jantung, maupun organ tubuh lainnya. Dampak bayi tabung yang lain adalah risiko bayi terlahir kembar. Pada proses bayi tabung, pembuahan dilakukan terhadap beberapa sel telur sekaligus. Dari beberapa sel telur tersebut kadang-kadang berkembang secara bersamaan di dalam rahim. Akibatnya, terjadi kehamilan kembar yang bisa lebih dari dua. Jika ini terjadi, peluang janin untuk bisa terus berkembang di dalam rahim akan semakin sedikit. Adapun dampak negatif bayi tabung yang sudah diketahui adalah efek samping bagi ibu dan anak akibat dari penggunaan obat-obatan pemicu ovulasi yang digunakan selama proses bayi tabung. Selain itu, proses bayi tabung juga berisiko menyebabkan pendarahan saat tahap pengambilan sel telur (Ovum Pick-Up). Meskipun pada faktanya jarang terjadi, tetapi penggunaan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam rahim saat proses pengambilan sel telur, tetap membuka peluang terjadinya pendarahan. Dampak negatif bayi tabung lainnya antara lain: kehamilan di luar kandungan (kehamilan ektopik), kemungkinan terjadinya sebesar 5%; ibu terserang infeksi, rhumatoid arthritis (lupus), serta alergi; mengalami risiko keguguran sebesar 20%; terjadinya Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS). OHSS merupakan komplikasi dari perkembangan sel telur sehingga dihasilkan banyak folikel. Akibatnya, terjadilah akumulasi cairan di perut. Cairan ini bisa sampai ke dalam rongga dada. Karena keberadaan cairan tersebut bisa mengganggu fungsi tubuh maka

harus dikeluarkan. Hanya saja risiko terjadinya OHSS relatif kecil, hanya sekitar 1% saja.

2. Bagaimana pandangan hukum di Indonesia terhadap bayi tabung ? Adapun hal-hal berkaitan dengan bayi tabung jika dilihat dari sudut pandang hukum perdata di Indonesia, bisa ditemui dalam Pasal 127 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal tersebut mengatur tentang upaya kehamilan yang dilakukan di luar cara alamiah, yakni hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami isteri yang sah dengan ketentuan: a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami isteri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim isteri dari mana ovum berasal; b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu; c. Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu; Dengan demikian status anak tersebut adalah anak sah sehingga ia memiliki hubungan waris dan keperdataan sebagaimana yang berlaku pada anak kandung. Namun, jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang isteri ketika ia telah bercerai dari suaminya, maka status anak yang terlahir sah jika anak tersebut lahir sebelum 300 hari sejak perceraian terjadi. Bila anak terlahir setelah masa 300 hari sejak perceraian, status anak tidak sah sehingga ia tidak memiliki hubungan keperdataan apapun dengan mantan suami dari sang ibu (Pasal 255 KUH Perdata). Undang-undang bayi tabung berdasarkan hukum perdata dapat ditinjau dari beberapa kondisi berikut ini: a. Jika sperma berasal dari pendonor dan setelah terjadi embrio diimplantasikan ke dalam rahim isteri, maka anak yang terlahir statusnya sah dan memiliki hubungan waris serta keperdataan selama suami menerimanya (Pasal 250 KUH Perdata). b. Jika embrio diimplantasikan ke rahim wanita lain yang telah bersuami, maka anak yang terlahir statusnya sah dari pasangan penghamil, dan bukan dari pasangan yang memiliki benih (Pasal 42 UU No. 1/1974 dan Pasal 250 KUH Perdata). c. Jika sperma dan sel telur berasal dari orang yang tidak terikat perkawinan tetapi embrionya diimplantasikan ke rahim wanita yang terikat perkawinan, anak yang terlahir statusnya sah bagi pasutri tersebut.

Jika embrio diimplantasikan ke rahim gadis, maka status anak yang terlahir adalah anak di luar nikah.

PEMBAHASAN BIOETIKA Pengertian bioetika adalah disiplin yang berkaitan dengan moralitas pelayanan kesehatan yang menyangkut dokter, pasien, institusi pemberi layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan. Dalam bioetika terdapat 4 kaidah dasar bioetika, yaitu: 1. Prinsip benefecience Merupakan prinsip moral dimana tindakan selalu diutamakan untuk kebaikan pasien. Kriteria : a. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain) b. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia c. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter d. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya e. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang f. Menjamin kehidupan-baik minimal manusia g. Pembatasan goal-based h. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien i. Minimalisasi akibat buruk j. Kewajiban menolong pasien gawatdarurat k. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan l. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan m. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan n. Mengembangkan profesi secara terus-menerus o. Memberikan obat berkhasiat namun murah p. Menerapkan Golden Rule Principle 2. Prinsip otonomi Merupakan prinsip moral mengahargai hak pasien Kriteria : a. menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien b. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif) c. Berterus terang d. menghargai privasi

menjaga rahasia pasien Menhargai rasionalitas pasien Melaksanakan informed consent Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri i. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien j. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri k. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi l. tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien m. perjanjian (kontrak) 3. Prinsip non maleficience Prisip moral melarang melakukan tindakan buruk kepada pasien. Kriteria : a. Menolong pasien emergensi b. Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah : - pasien dalam keadaaa amat berbahaya (darurat)/beresiko hilangnya sesuatu yang penting (gawat) - belum sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut - tindakan kedokteran tadi terbukti efektif - manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami resiko minimal)

e. f. g. h.

4. Justice Prinsip moral keadilan dan fairness untuk bersikap atau bertindak dalam bersikap untuk distribusi sumber daya.

Dasar untuk memilih prinsip-prinsip mana yang digunakan adalah pemilihan primafacie yaitu, dalam kondisi tertentu, seorang dokter harus melakukan pemilihan satu kaidah dasar etik terabsah sesuai konteksnya berdasarkan situasi konkret terabsah.

You might also like