You are on page 1of 54

Community Health and Health System Based Practice

I. INFORMASI UMUM 1.1 Tujuan Blok 1. Menerapkan konsep kedokteran komunitas dalam upaya untuk mencegah kejadian dan penyebaran penyakit di masyarakat 2. Menerapkan konsep kedokteran komunitas dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat 3. Menerapkan sistem dan manajemen pelayanan kesehatan primer dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 4. Mengelola masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip manajemen Yankes Primer. 1.2 Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan strategi pencegahan (primer, sekunder dan tersier)terhadap penderita, keluarga dan masyarakat. 2. Menerapkan promosi kesehatan untuk pencegahan penyakit di masyarakat 3. Menjelaskan prinsip-prinsip kedokteran komunitas dan kedokteran pencegahan. 4. Menjelaskan prinsip-prinsip pelayanan kesehatan primer 5. Mengidentifikasi berbagai masalah kesehatan di masyarakat terkait dengan pelayanan kesehatan primer 6. Menjelaskan manajemen pelayanan kesehatan primer 7. Memahami sistem pembiayaan pelayanan kesehatan primer 8. Mampu melakukan anlisis terhadap aspek manajemen Yankes Primer. 1.3 Isi Pembelajaran 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesakitan dan kematian dalam suatu populasi 2. Pencegahan penyakit sesuai konsep riwayat perjalanan alamiah penyakit 3. Analisis dan interpretasi data epidemiologi untuk identifikasi masalah kesehatan dan berbagai faktor-faktor risiko di masyarakat: 4. Penerapan surveilens penyakit padaoutbreaks ataukejadian luar biasa (KLB). 5. Penerapan prinsip skrining untuk pencegahan penyakit di masyarakat 6. Penerapan metode epidemiologi analitik untuk menentukan berbagai faktor risiko timbulnya penyakit serta efektifitas pengobatan dan pencegahannya. 7. Pemanfaatan hasil analisis data epidemiologi dalam manajemen kesehatan. 8. Sistem kesehatan nasional (SKN) dan sistem kesehatan daerah (Siskesda), dan sistem kesehatan di beberapa negara 9. Puskesmas sebagai Yankes Primer (program pokok, fungsi manajemen, sistem informasi dan reformasi Yankes). 10. Peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan primer 11. Konsep dokter keluarga (family medicine)

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

Community Health and Health System Based Practice


12. Pelayanan kesehatan nonformal di masyarakat 13. Program penjaminan mutu (quality assurance program) dalam Yankes 14. Pembiayaan Yankes (SJSN, Jamkesmas, dana sehat dan managed care) 1.4 Situasi Pembelajaran 1. Tatap muka (short lecture) 2. Pemicu (trigger) 3. Belajar mandiri (independent learning) 4. Diskusi kelompok (small group discussion) 5. Praktek kerja lapangan (community based learning) 6. Student project (case presentation and article review) 7. Pemutaran video 1.5 Pengelola
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama dr. I Wayan Darwata, MPH Dr. Dewa Ayu Pt Ratna Juwita dr.Made Judy Rachmanu, M.Kes dr. I Nengah Kapti, Sp.ParK dr. I A Cahyani .MKes,M.Biomed dr. I Made Suwita, M.Kes dr. Made Sarmadi, MARS dr. Made MolinYudiasa MARS No. Telepon (HP, Rumah) 08123911913, (0361) 289407 HP.085237868396 08123970118 08155763967, (0361) 234077 08123822500 081239495824 03617439469 081139 2923, 08113852231 Keterangan Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota. Anggota Anggota

1.6 Fasilitator No. 1 Nama


dr. MPH I W. Darwata,

Alamat, Telpun/HP
Perum Unud #13 Menguntur-Batubulan. 08123911913 Jl.Tukad Pekerisan Gang IA No.1, PanjerDenpasar HP.08155763967 Perum Dalung Permai Blok EE/24, Kab. Badung HP.081239270118 Jl. Sakura V/I 081805480654 Jl.Tukad Pekerisan No.22 Denpasar. HP.085237868396 Jl.Moding Indah III No.4 HP.081794486088

Keahlian
IKM

Grup
I

Tempat
RD.4.01

2 3 4 5 6

dr. Nengah Kapti, Sp.ParK dr. Made Judy Rachmanu, M.Kes dr. Komang Trisna Sumadewi, S.Ked dr. DAP Ratna Juwita dr. Rima Kusuma Ningrum

Parasitologi Klinik IKM Anatomi

II

RD.4.02

III

RD.4.03

IV V VI

RD.4.04 RD.4.05 RD.4.06

IKM Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

Community Health and Health System Based Practice

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

Community Health and Health System Based Practice


1.7 Jadwal Pembelajaran Hari/tgl
1 Senin, 12 Maret 2012

Waktu
08.00 08.30 08.40 10.30 10.30 12.00 12.00 12.30 12.30 13.30 13.40 14.40 08.00 09.00

Kegiatan
Kuliah 1: Pengantar BlokCommunity Health & Health System Based Practice (CH & HSBP) Pemicu 1 Mandiri Istirahat Kuliah 2: Prinsip Kedokteran Komunitas dan konsep sehat sakit Kuliah 3: Riwayat perjalanan alamiah penyakit dan kedokteran pencegahan Kuliah 4: Penyakit menular Kuliah 5: Peranan epidemilogi dalam manajemen kesehatan Mandiri dan istirahat Pemicu 1 (Lanjutan) Pleno: Kuliah 2 s.d 5 dan Penjelasan kunjungan lapangan Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1: Analisis Penyakit (Disease Incidence & Prevalence) Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Istirahat Diskusi kelompok tentang hasil kunjungan lapangan Pemicu 2 Mandiri dan istirahat Kuliah 6: Pengukuran vital event, morbiditas dan kharakteristik penduduk Kuliah 7: Crude, specific and adjusted rate Pleno:Resume statistik deskriptif Kuliah 8: Populasi, sampel, data dan variable Kuliah 9: Analisis inferensial dan tes hipotesis Mandiri Istirahat Pemicu 2 (Lanjutan) Kuliah 10: Tes signifikansi data kategorikal dan kontinyu Pleno: Resume statistik inferensial Mandiri dan istirahat Pemicu 3

Tempat
R.Kuliah R. Diskusi

Pelaksana
Judy R. Fasilitator

R. Kuliah R. Kuliah R. Kuliah R. Kuliah R. Diskusi R. Kuliah Puskesmas Dentim 1 Dentim 3 Densel 1 Densel 2 Denbar 2 Denut 1 R.Diskusi R. Kuliah R. Kuliah R. Kuliah R.Kuliah R. Kuliah

Judy R. Astika Judy R. Astika Fasilitator Judy R

2 Selasa, 13 Maret 2012

09.10 10.10 10.10 12.00 12.00 14.00 14.00 15.00

3 Rabu, 14 Maret 2012 08.00 12.00

Fasilitator Fasilitator Fasilitator Fasilitator Fasilitator Fasilitator Mahasiswa Fasilitator Sawitri Sawitri Sawitri Ayu S. Ayu S.

12.00 13.00 13.00 15.00 4 Kamis, 15 Maret 2012 08.00 10.00 10.00 12.00 12.00 13.00 13.00 14.00 14.00 15.00 5 Jumat, 16 Maret 2012 08.00 09.00 09.00 10.00 10.00 11.00 11.00 12.00 12.00 14.00 08.00 09.00 09.00 10.00 10.00 12.30 12.30 14.30

R.Diskusi R. Kuliah R. Kuliah R.Diskusi

Fasilitator Ayu S. Ayu S. Fasilitator

6 Senin, 19 Maret 2012

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

Community Health and Health System Based Practice


Hari/tgl
7 Selasa, 20 Maret 2012

Waktu
08.00 10.30 10.30 11.30 11.30 13.00 13.00 14.00 14.00 15.00 08.00 09.00 09.00 11.00 11.00 12.00 12.00 13.00 13.00 15.00

Kegiatan
Pleno: Laporan (presentasi) hasil PKL 1 (Analisis data Puskesmas) Kuliah 11: Peranan surveilens dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit di masyarakat Mandiri dan istirahat Kuliah 12: Kejadian luar biasa (KLB) dan sistem kewaspadaan dini Kuliah 13: Prinsip skrining dalam mengidentifikasi penyakit di masyarakat Kuliah 14: Rancangan penelitian cross sectional (epidemiologi) Pleno: Skrinning & surveilance Penelitian Penjelasan Student Project(Lanjutan) Mandiri Istirahat Pemicu 3 Tawur Kesanga Hari Raya Nyepi Pemicu 4 Mandiri Istirahat Kuliah 15: Rancangan penelitian Case Control dan Cohort Kuliah 16: Rancangan penelitian Uji Klinis Kuliah 17: Konsep hubungan antara variable, hubungan kausal dan variabilitas Kuliah 18: Rancangan penelitian eksperimental Pemicu 4 (Lanjutan) Mandiri dan istirahat Pleno: Rancangan Penelitian Kuliah 19: Validitas & Bias Pemicu 5 Mandiri dan Istirahat Student Project Pleno: Validasi data Pemicu 5 (Lanjutan) Mandiri & Istirahat Kuliah 20: Promosi Kesehatan Kuliah 21: Teknik pemberdayaan masyarakat

Tempat
R. Kuliah R. Kuliah

Pelaksana
Fasilitator Judy R

R. Kuliah R. Kuliah R.Kuliah R.Kuliah

Ermy Ermy Arimbawa Judy/Ermy/ Arimbawa

8 Rabu, 21 Maret 2012

R.Diskusi

Fasilitator

Kamis, 22/03/12 Jumat, 23/03/12 9 Senin, 26 Maret 2012

Libur Libur 08.00 10.00 10.00 12.00 12.00 12.30 12.30 13.30 13.30 14.30

R.Diskusi

Fasilitator

R.Kuliah R.Kuliah R.Kuliah R.Kuliah R.Diskusi R. Kuliah R. Kuliah R.Diskusi R.Diskusi R. Kuliah R.Diskusi R. Kuliah R. Kuliah

Astika Judy R. Judy R. Arimbawa Fasilitator Astika/ Judy Arimbawa Fasilitator Fasilitator Arimbawa Fasilitator Tariani Elly

10 Selasa, 27 Maret 2012

08.00 09.00 09.00 10.00 10.00 11.00 11.00 13.00 13.00 - 15.00 08.00 09.00 09.00 11.00 11.00 13.00 13.00 14.00 14.00 15.00 08.00 10.10 10.10 - 12.30 12.30 13.30 13.30 14.30

11 Rabu, 28 Maret 2012 12 Kamis, 29 Maret 2012

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

Community Health and Health System Based Practice


Hari/tgl
13 Jumat, 30 Maret 2012 14 Senin, 2 April 2012 15 Selasa, 3 April 2012 16 Rabu, 4 April 2012 09.00Selesai UJIAN Libur Tenang

Waktu
08.00 12.30 12.30 13.30 13.30 14.30

Kegiatan
Pleno: Laporan Student Project (Presentasi) Istirahat Pleno: Rangkuman Kedokteran Komunitas

Tempat
R.Kuliah

Pelaksana
Fasilitator

R. Kuliah

Judy R

08.00 10.00 10.00 12.00 12.00 12.30 12.30 13.30 13.30 14.30 08.00 10.00 10.00 12.30 12.30 13.30 13.30 14.30 Libur 08.00 10.00 10.00 12.00 12.00 12.30 12.30 13.30 13.30 14.30 08.00 12.00

Pemicu 6 ( SKN dan Puskesmas) Mandiri Istirahat Kuliah 22: Sistem Kesehatan Nasional dan Sistem Kesehatan Daerah Kuliah 23: Fungsi manajemen Puskesmas sebagai Yankes primer Pemicu 6 (Lanjutan) Mandiri dan istirahat Kuliah 24: Program pokok dan program pengembangan Puskesmas Kuliah 25: Sistem informasi dan manajemen Puskesmas Wafatnya Yesus Kristus Pemicu 7 (Yankes Primer) Belajar Mandiri Istirahat Kuliah 26: Peran serta masyarakat dalam yankes primer Pleno:Prinsip Primary Health Care PKL 2: Manajemen Puskesmas Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Istirahat Pleno: Penjelasan Student Project (Primary Health Care)

R. Diskusi --R. Kuliah R. Kuliah R. Diskusi R. Kuliah R. Kuliah

Fasilitator --Cahyani Cahyani Fasilitator Suwita Suwita

17 Kamis, 5 April 2012 Jumat, 06/04/12 18 Senin, 9 April 2012

R.Diskusi

Fasilitator

R.Kuliah R.Kuliah

Suwita Cahyani Suwita Fasilitator Fasilitator Fasilitator Fasilitator Fasilitator Fasilitator Darwata

19 Selasa, 10 April 2012 12.00 13.00 13.00 14.00

Dentim 1 Dentim 3 Densel 1 Densel 2 Denbar 2 Denut 1 R.Kuliah

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

Community Health and Health System Based Practice


Hari/tgl 20 Rabu, 11 April 2012 Waktu 08.00 10.00 10.00 11.00 11.00 12.30 12.30 13.00 1 3.00 15.00 21 Kamis, 12 April 2012 08.00 10.00 10.00 12.00 12.00 12.30 12.30 13.30 13.30 14.30 22 Jumat, 13 April 2012 08.00 10.00 10.00 12.00 12.00 12.30 12.30 13.30 13.10 14.40 23 Senin, 16 April 2012 08.00 10.00 10.00 12.00 12.00 12.30 12.30 13.30 13.30 14.30 24 Selasa, 17 April 2012 08.00 10.00 10.00 12.00 12.00 12.30 12.30 13.30 13.30 14.30 08.00 09.00 09.00 13.00 13.00 13.30 13.30 14.30 26 Kamis, 19 April 2012 08.00 10.00 10.00 12.30 12.30 13.30 13.40 14.40 Kegiatan Pemicu 7 (Lanjutan) Kuliah 27: Koordinasi perubahan dalam reformasi Yankes primer Mandiri Istirahat Pleno: Laporan PKL 2 (Puskesmas) Pemicu 8 (peran serta masyarakat) Mandiri Istirahat Kuliah 28: Konsep dokter keluarga dalam dalam Yankes Primer Kuliah 29: Rumah sakit sebagai pusat rujukan primer dan sekunder Pemicu 8 (Lanjutan) Mandiri Istirahat Kuliah 30: Manajemen Rumah Sakit (organisasi, unit-unit tata kelola, dan BOR) Pleno:Manajemen RS & Reformasi Kesehatan Pemicu 9: Dokter Keluarga (kasus yankes dokter keluarga) Mandiri Istirahat Kuliah 31: Pelayanan kesehatan nonformal di masyarakat (pengobatan tradisional dan alternatif) Kuliah 32: Pembiayaan pelayanan kesehatan Pemicu 9 (Lanjutan) Mandiri Istirahat Kuliah 33: Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Pleno: Pembiayaan Kesehatan Mandiri: Persiapan PKL 3 PKL 3: Manajemen Posyandu (Observasi kegiatan Puskesmas yang melibatkan masyarakat) Istirahat Pleno: Analisis hasil PKL 3 dan pembuatan laporan Pemicu 10: Kualitas Yankes Primer Mandiri dan istirahat Kuliah 34: Program penjaminan mutu Yankes (quality assurance) Kuliah 35: Managed care (Yankes terkelola plus asuransi kesehatan) R.Kuliah R.Kuliah R.Diskusi Darwata Molin Fasilitator R.Kuliah R.Diskusi Darwata Suwita Fasilitator Tempat R.Diskusi R.Kuliah Pelaksana Fasilitator Suwita

R. Kuliah R. Kuliah R.Diskusi

Darwata Sarmadi Fasilitaor

R. Kuliah R.Kuliah R.Diskusi

Sarmadi Suwita Darwata Sarmadi Darwata

R.Kuliah R.Kuliah Posyandu Puskesmas Sukawati II R.Kuliah R.Diskusi R. Kuliah R.Kuliah

Molin Molin, Darwata Mahasiswa Suwita Fasilitator Suwita Darwata Fasilitator Darwata Weta
7

25 Rabu, 18 April 2012

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

Community Health and Health System Based Practice


Hari/tgl
27 Jumat, 20 April 2012

Waktu
08.00 10.00 10.00 12.30 12.30 13.30 13.40 14.40

Kegiatan
Pemicu 10 (Lanjutan) Kualitas Yankes Primer Mandiri dan istirahat Kuliah 36: Jamkesmas dan Jamkesda Pleno: Kualitas Pelayanan Kesehatan Pleno: Presentasi hasil PKL 3 Mandiri dan Istirahat Pemicu 11: Pembiayaan Kesehatan dan Dana Sehat Diskusi Student Project Mandiri Istirahat Pemicu 11 (Lanjutan) Pleno: Presentasi Student Project (Primary Health Care) Istirahat Pleno: Rangkuman dan Evaluasi Blok CH & HSBP HARI TENANG UJIAN

Tempat
R.Diskusi

Pelaksana
Fasilitator

R.Kuliah R.Kuliah R.Kuliah

Cahyani Weta, Cahyani Fasilitator

28 Senin 23 April 2012 29 Selasa, 24 April 2012 30 Rabu, 25 April 2012

08.00 10.00 10.00 12.30 12.30 14.30 08.00 10.00 10.00 12.00 12.00 12.30 12.30 14.30 08.00 12.30 12.30 13.30 13.30 14.30

R.Diskusi R.Diskusi

Fasilitator Fasilitator

R.Diskusi R.Kuliah

Fasilitator Fasilitator

R.Kuliah Optional R.Kuliah

Darwata Ratna J. Mandiri Mandiri

Kamis, 26 April 2012 Jumat, 27 April 2012

09.00 11.00

1.8 Pertemuan Evaluasi Proses Pembelajaran Pertemuan antara Tim Blok Community Health and Health System Based Practice dengan mahasiswa dimaksudkan untuk mengevaluasi Buku Modul Pembelajaran dan mengidentifikasi masalah-masalah dalam pelaksanaan blok (kuliah dan diskusi kelompok). Dengan adanya evaluasi terhadap Buku Modul Pembelajaran dan pelaksanaan blok diharapkan menjadi masukan untuk penyempurnaan panduan dan pelaksanaan belajar yang lebih baik. Pertemuan evaluasi blok dilaksanakan di ruang kuliah pada hari Sabtu, tanggal 31 Maret 2012 dan pada akhir blok tanggal 28 April 2012 dengan melibatkan mahasiswa wakil kelompok, tim pengelola blok, unit penjaminan mutu dan MEU. 1.9 Penilaian Hasil Belajar Ujian akan dilakukan dua kali yaitu pada hari ke XV tanggal 3 April 2012 dan tanggal 27 April 2012. Ujian tulis Blok Community Health and Health System Based Practice memakai metode MCQ. Ujian tulis tahap pertama dan kedua memberikan kontribusi 40% terhadap nilai akhir. Prasyarat kelulusan juga dilihat dari: absensi, kegiatan belajar, nilai kehadiran diskusi/ kuliah, pemikiran kreatif dan keaktifan. Kemampuan juga dinilai dari hasil laporan dan presentasi student project yang memberikan kontribusi 10%. Kemampuan dan sikap yang dinilai oleh fasilitator saat

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

Community Health and Health System Based Practice


diskusi kelompok dengan metode chek list memberikan kontribusi 10% terhadap nilai akhir. Batas nilai minimal kelulusan pada Blok Community Health and Health System Based Practice adalah 70 dari skala 100.

---------------------------------

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

Community Health and Health System Based Practice


II. PROGRAM PEMBELAJARAN 2.1 Pemicu Pemicu 1: Penyakit infeksi dan non infeksi di wilayah Puskesmas A Dokter Wayan Armawa, seorang dokter yang baru menyelesaikan pendidikan kedokterannya mendapat tugas menggantikan dr.Budi sebagai Kepala Puskesmas A di suatu daerah pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1000 m dari atas permukaan air laut, agak terpencil, namun transportasi masih cukup memadai. Dokter Wayan mulai bertugas pada awal Januari 2011. Baru seminggu bertugas, dokter Wayan berusaha untuk mengetahui situasi wilayah kerjanya dengan berkeliling menggunakan mobil Pukesmas Keliling bersama beberapa stafnya. Selama dalam perjalanannya dia melihat banyak masyarakat yang menderita gondok (Goiter oleh karena hipotiroid) terutama ibu-ibu dan terlihat beberapa anak yang kretin.Menurut penuturan stafnya yang ikut bersamanya bahwa penyebab terjadinya gondok berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat disebabkan oleh karena paica (pemberian) para dewa. Setelah dokter Wayan makin jauh memasuki pelosok desa dan memasuki rumah-rumah penduduk terlihat rumah-rumah berhimpitan maklum karena daerah pegunungan yang berhawa dingin, mereka belum memiliki jamban, sarana pembuangn air limbah yang belum memadai, sumber air bersih terletak jauh dari permukiman dan belum pernah mendapat perhatian dari pemerintah setempat untuk dilakukan perlindungan sumber air. Setelah puas berkeliling desa dokter Wayan beserta stafnya kembali ke puskesmas dan segera memerintahkan stafnya untuk mencarikan data-data kesakitan dan kematian selama setahun yaitu tahun 2010.Dari pemantauan sementara ternyata penyakit infeksi saluran pernafasan atas, diare dan gondok menempati ranking teratas, namun tidak ada kasus demam berdarah dengue.dokter Wayan berfikir cukup keras bagaimana sampai hal tersebut terjadi dan bagaimana cara mengatasinya. Dapatkah saudara membantu dokter Wayan, seandainya saudara nantinya ditempatkan di daerah yang kondisinya seperti tersebut diatas?

Pemicu 2: Analisa & interpretasi data epidemiologi dan Pemanfaatan Statistik Inferensial Kasus I Setelah lebih jauh dokter Wayan Armawa membaca laporan Puskesmas didapatkan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah gondok endemik (hipotiroid). Pada daerah tersebut pada bulan Januari 2008 dilakukan pemeriksaan terhadap 1.000 penduduk dewasa. Delapan orang ternyata menderita penyakit tersebut; tiga orang merupakan kasus baru sedangkan lima orang lainnya sudah mendapatkan pengobatan. Kelompok yang sama ini diperiksa kembali dalam bulan Januari 2010. ditemukan enam kasus hipotiroidisme yang baru; diantara enam kasus ini, dua kasus telah memperlihatkan gejala hipotiroidisme sejak beberapa bulan sebelumnya dan sudah didiagnosis serta diobati. Didapatkan pula bahwa dari delapan penderita hipotiroid yang ditemukan pada pemeriksaan tahun 2008, seorang penderita berhenti berobat dan meninggal akibat penyakit jantung myxedema pada tahun 2009. Tetapi penderita-penderita lainnya yang diperiksa pada tahun 2008 itu semuanya datang untuk menjalani pemeriksaan yang kedua.

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

10

Community Health and Health System Based Practice


Dari hasil analisa, ditemukan berbagai angka kesakitan antara lain prevalensi hipotiroidisme 0,008 pada bulan Januari 2008, dan 0,013 pada bulan Januari 2010, insidens tahunannya adalah 3 kasus per 1000 per tahun, angka fatalitas kasus 0,125, proporsi kasus-kasus yang baru terdeteksi adalah 7/14 (0,5).Semakin lebih jauh membaca laporan Puskesmas, ditemukan kasus-kasus yang berbeda dengan hasil analisa seperti angka kelahiran/kematian kasar, angka spesifik, angka kematian ibu, angka kematian neonatal dan bayi dll, sehingga Dr. Wayan perlu belajar kembali agar dapat memahaminya.

Kasus II Suatu penelitian terjadinya penyakit diare di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem untuk mengetahui efek perbaikan sarana air bersih (water supply), ditemukan 30% penduduknya telah menggunakan air bersih. Disamping itu faktor perilaku masyarakat antara lain : 15% tidak mencuci tangan sebelum makan, 20% air minum tak dimasak. Ditentukan bahwa 1 kasus digunakan 1 kontrol. Presisi yang diinginkan 20%. Peneliti ingin mendapatkan OR 1,5 dengan power 95% dan nilai 5%.

Pemicu 3 Kasus 1: Peranan surveilens dalam penanggulangan dan pencegahan penyakit/masalah kesehatan di masyarakat Bencana akibat meletusnya Gunung Semeru selain menghancurkan tempat tinggal dan mengganggu kehidupan sosial juga berakibat mortalitas dan morbiditas. Bencana ada yang dapat diduga terjadinya tetapi ada yang tiba-tiba. Ada yang sering dan ada yang jarang kejadiannya. Epidemiologi memungkinkan untuk menampilkan reaksi yang efektif dan efisien serta dapat mencegah akibat yang sama pada bencana yang mungkin akan terjadi lagi kemudian. Surveilens bencana termasuk penyelidikan secara cepat terhadap distribusi dan determinan kematian, kesakitan dan cedera sehubungan dengan bencana pada populasi yang tertimpa bencana. Dengan maksud dapat segera menghubungkannya dengan reaksi yang tepat, sehingga memperkecil akibat bencana. Kejadian penyakit akibat bencana sering disebut sebagai bencana kedua.

Kasus 2: Peranan Sistem Kewaspadaan Dini dalam Penanggulangan KLB Ketut Pasek salah satu staf Poliklinik Umum di Puskesmas Warmadewa pada hari Senin menerima seorang pasien dengan mengeluh mencret. Beberapa saat kemudian datang lagi 2 orang dengan keluhan yang sama, karena petugas curiga dia mengulangi lagi pemeriksaan kepada 2 pasien yang terakhir tersebut dengan cara mewancarai lebih detail dengan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa 2 orang pasien tersebut datang dari tempat yang sama, dengan pasien yang mencret pertama, mereka menghadiri makan-makan pada upacara adat yang sama sehari sebelumnya. Dari kejadian tersebut langsung melapor ke Kepala Puskesmas yang segera memerintahkan staf suveilensnya dan Team Gerak Cepat (TGC) untuk melacak ke tempat kejadian. Dari hasil pelacakan di tempat kejadian ditemukan 10 orang lagi yang mengeluh dengan keluhan yang sama dengan pasien diatas. Segera team TGC melakukan tindakan pengobatan, melakukan pemeriksaan sanitasi lingkungan maupun sumber air bersih, wawancara untuk mencari kasus yang lain yang kemungkinan

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

11

Community Health and Health System Based Practice


mencari pengobatan ke tempat lain dan menyelidiki faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan diare, dan selanjunya dilakukan penyuluhan. Setelah selesai Kepala Puskesmas mengucapkan terima kasih kepada team atas kerjanya dan mengingatkan kembali kepada stafnya terutama penanggung jawab surveilens untuk tetap waspada memantau kasus diare yang datang dari wilayah kejadian. Setelah 2 hari kejadian sudah tidak ditemukan lagi kasus diare namun pemantauan tetap dilakukan sampai 7 hari. Dengan kesigapan petugas Puskesmas kejadian KLB diare dapat ditanggulangi. Seandainya saudara seorang dokter di Dinas Kabupaten bagaimana tanggapan saudara dan bagaimana saran saudara untuk tidak terulang kejadian tersebut?

Kasus 3: Pemanfaatan tes skrining untuk mengidentifikasi penyakit sedini mungkin Dr. Bagus membaca suatu laporan tentang metode skrining yang sederhana dan tidak mahal yang telah dikembangkan untuk mengidentifikasi individu dengan suatu penyakit tertentu pada pemeriksaan kesehatan. Untuk meneliti sensitifitas dan spesifisitas, metode tersebut diuji pada 200 orang yang menjalani suatu pemeriksaan klinik yang simultan dan seksama yang dianggap akan memberikan suatu diagnosis yang akurat. Hasilnya sebagai berikut : Terdapat penyakit menurut metode skrining Ya Terdapat penyakit menurut pemeriksaan klinis Sensitifitas = 60/80 = 0,75 Spesifisitas = 80/120 = 0,67 Dr. Bagus bertanya kepada saudara bagaimana interpretasi dan metode dari skrening yang dikembangkan itu? Pemicu 4: Rancangan Penelitian Epidemiologi Dokter Adi adalah dokter yang baru selesai melaksanakan tugas dokter PTT di suatu tempat terpencil dan saat ini diterima bekerja sebagai staf dosen Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran di Universitas Warmadewa. Oleh karena sebagai staf baru untuk lebih memahami rancangan penelitian dia diberi tugas penelitian. Ada beberapa penelitian yang harus dipelajari dan selanjutnya dipilih salah satu yang menurutnya baik, antara lain : 1. Rancangan penelitian prospektif dengan cara survei lewat telepon diselenggarakan pada musim kemarau mendatang untuk menentukan apakah ulcus pepticum lebih sering dijumpai diantara orang-orang dewasa yang tidak bekerja ataukah diantara orang-orang dewasa yang bekerja 2. Rancangan penelitian kasus kontrol retrospektif melalui suatu penelitian di Rumah Sakit Jiwa membandingkan pasien-pasien dewasa yang menderita manik depresif dengan penderita schizophrenia untuk menentukan kelompok manakah yang lebih Ya Tidak Total 60 40 100 Tidak 20 80 100 Total 80 120

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

12

Community Health and Health System Based Practice


sering memperlihatkan problema perilaku sewaktu belum sakit, yang informasinya dikumpulkan dari catatan di sekolah mereka. 3. Rancangan penelitian insidens prospektif dengan follow up selama 5 tahun dilaksanakan untuk menentukan apakah para pelajar putri sekolah lanjutan yang mengikuti pendidikan seks atas ijin orang tua mereka, mempunyai angka kehamilan yang lebih rendah dibandingkan para pelajar putri yang tidak diijinkan mengikuti pendidikan seks 4. Rancangan penelitian eksperimen seperti yang diuraikan pada rancangan nomor 3 diatas, setelah orang tua mengijinkan pendidikan seks, para remaja putri tersebut dibagi menjadi 2 kelompok secara acak (dengan undian memakai mata uang logam), yaitu kelompok pertama mendapat pendidikan seks lewat film, sedangkan kelompok dua lewat ceramah. Para pelajar putri ini diikuti terus menerus untuk menentukan teknik pendidikan apakah yang lebih menghasilkan penurunan angka kehamilan. Saudara diminta membantu Dokter Adi, untuk menjelaskan masing-masing rancangan penelitian tersebut dan menentukan variabel bebas dan variabel tergantung. Pemicu 5: Epidemiologi Manajerial Kasus 1: DI Buleleng 22 Ibu Hamil Idap HIV (Singaraja, Bali Post, Jumat 19 Pebruari 2010) Penularan HIV di Buleleng terus meningkat dan semakin meresahkan warga. Selain jumlahnya terus meningkat, penularan virus mematikan itu juga menimpa ibu hamil. Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, Dr. Made Pustaka, Kamis, 18/02 kemarin, menyatakan saat ini terdapat 22 ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS. Ibu itu diketahui terjangkit setelah melakukan pemeriksaan VCT di RSUD Buleleng. Ini baru 22 yang diketahui, mungkin banyak lagi yang belum diketahui katanya.Sejauh ini Pustaka mengaku hampir di setiap kecamatan terdapat satu atau lebih keluarga yang tertular HIV/AIDS, mulai dari ibu, bapak dan anaknya. Banyak juga dari keluarga itu orang tuanya sudah meninggal dan kini hanya anaknya yang masih hidup namun dalam kondisi tertular. Pada sosialisasi pertama di Gerokgak beberapa minggu yang lalu, jumlah pengidap HIV/AIDS berjumlah 720 orang. Namun beberapa hari berikutnya, ketika sosialisasi dilakukan di Busungbiu, jumlah pengidap yang dilontarkan kepada warga bertambah menjadi 730 orang. Data ini bertambah, setiap bulannya pertambahan data pengidap HIV/AIDS 10 hingga 15 orang kata Pustaka.Dr. Pustaka minta bantuan mahasiswa PSPD UNWAR untuk mencari data yang dibutuhkan lagi dan keputusan manajemen yang harus dilakukan dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kasus 2: Demam Berdarah Dengue (DBD) Ani seorang murid SD umur 12 tahun menderita panas tinggi (38.80 C) mendadak sejak 3 hari yang lalu.Ani juga merasakan mual-mual, nafsu makan menurun, pegalpegal pada persendian dan nyeri kepala. Ani berobat ke rumah sakit diantar oleh ibunya. Oleh dokter yang memeriksa, Ani dinyatakan menderita Demam Berdarah Dengue (DBD) dan harus dirawat.Ani adalah warga Banjar Parekan Desa Gili yang merupakan wilayah kerja dari Puskesmas Melati II. Berita dirawatnya Ani karena menderita DBD tersebar cepat dan menimbulkan keresahan di masyarakat. Kelihan Banjar Parekan telah melaporkan kasus ini ke Puskesmas Melati II.

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

13

Community Health and Health System Based Practice


Kepala Puskesmas Melati II segera menindak lanjuti laporan tersebut, dengan memerintahkan untuk melaksanakan penyelidikan epidemiologi kasus DBD tersebut ke lapangan. Dari hasil kunjungan ke rumah Ani dan 20 rumah lainnya di sekitar rumah Ani diperoleh data dan informasi tidak ada warga yang menderita panas. Jentik nyamuk didapatkan di rumah Ani dan 4 rumah warga lainnya di sekitar rumah Ani. Kesadaran masyarakat di Banjar Parekan untuk memberantas sarang nyamuk (PSN) masih kurang.Apabila Anda sebagai dokter di Puskesmas Melati II, apakah yang harus Anda lakukan untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut ? Pemicu 6: Sistem Kesehatan Nasional dan Puskesmas Dalam standar kompetensi dokter, seorang dokter harus mampu berperan sebagai manajer, baik dalam praktik pribadi maupun dalam sistem pelayanan kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan ditentukan oleh banyak faktor, antara lain manajemen kesehatan yang mencakup bidang yang luas. Dua hal yang terpenting adalah: (1) kegiatan pokok fungsi manajemen dan (2) sasaran pokok sistem kesehatan Untuk keberhasilan pelayanan kesehatan maka diperlukan pemahaman yang utuh tentang Sistem Kesehatan yang merupakan suatu keharusan bagi seorang dokter yang memenuhi standar kompetensi dokter. Dapatkah saudara memahami bagaimana Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan sistem kesehatan di berbagai negara? Dimana kedudukan Puskesmas dalam SKN? Pemicu 7: Pelayanan Kesehatan Primer (Puskesmas) Seorang Bapak pergi terburu-buru ke Puskesmas setelah mendengar Wayan (anaknya yang pertama) yang berumur 10 tahun tergigit anjing pada kaki kirinya.Di Puskesmas Wayan sudah diberi pertolongan oleh dokter dan paramedis, diberi obat sesuai dengan kebutuhan, dan belum diberikan vaksin anti rabies (VAR). Kebetulan saat itu persediaan VAR di Puskesmas kosong, karena petugas yang membidangi penanggulangan rabies terlambat mengamprah VAR ke Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga petugas poliklinik menyarankan Wayan di rujuk ke RSU bagian rabies centre. Orang tua Wayan belum mau mengajak anaknya ke RSU karena tidak mempunyai biaya, dan beralasan bahwa anjing yang menggigit masih kecil.Padahal dusun yang bersebelahan dengan rumahnya sudah ada warga yang meninggal karena terjangkit penyakit rabies. Jika Anda sebagai Kepala Puskesmas menjumpai kondisi tersebut, dan merasa bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerja Anda, apa yang harus dilakukan? Dalam hal ini perlu dibina suatu kerjasama dengan dusun, desa, kecamatan dan kader kesehatan dalam mengembangkan suatu program pengawasan (surveillance), sehingga masyarakat menjadi sehat. Pemicu 8: Peran Serta Masyarakat (Posyandu, Desa Siaga dan Kader) Pemicu 8A:Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program Puskesmas Kasus demam berdarah dengue (DBD) yang menyerang seorang balita di sebuah desa dimuat oleh sebuah media masa cetak. Berita ini telah membuat sekolompok mahasiswa kedokteran tertarik untuk mengetahuinya dan kebetulan fakultas kedokteran akan melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di desa tersebut. Seorang mahasiswa pergi ke desa tersebut untuk menyampaikan surat pemberitahuan

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

14

Community Health and Health System Based Practice


kepada kepala desa tentang rencana kegiatannya. Kepala desa menjelaskan bahwa di desa tersebut terdapat 10 banjar, 1 Puskesmas Pembantu (Pustu), 1 Poskesdes, 10 posyandu, 50 kader posyandu, 2 orang bidan, 2 perawat dan seorang dokter. Kasus DBD yang terjadi di dusun yang letaknya relatip jauh dari desa dan Pustu. Posyandu di dusun tersebut baru terbentuk 2 tahun lalu dengan 5 orang kader. Di dusun tersebut ada 100 balita dan kegiatan penimbangan dilakukan tanggal 5 setiap bulan. Kehadiran balita di Posyandu rata-rata 75 orang setiap bulan, 50 orang dengan berat badan (BB) naik, 10 orang BB tetap, 5 orang BB turun, 10 orang BB-nya tidak dapat dinilai, dan ada seorang yang menderita gizi buruk. Di dusun tersebut tercatat 20 orang ibu hamil yang salah satunya menderita anemia (kurang darah), dan juga ada tercatat 20 orang ibu menyusui. Bulan lalu dusun tetangganya sudah pernah dilakukan pengasapan (fogging) oleh Dinas Kesehatan Kabupaten. Menurut mahasiswa tersebut masalah kesehatan yang terjadi semestinya dapat diatasi oleh Puskesmas dengan melibatkan peran serta masyarakat. Bagaimanakah fungsi Puskesmas dalam melakukan pembinaan kepada masyarakat? Hal apakah yang menurut saudara perlu dilaksanakan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut? Pemicu 8B: Peran serta masyarakat dalam Posyandu Sebagai seorang calon kepala Puskesmas yang diwajibkan untuk membina, dan mengembangkan Posyandu, apa yang harus saudara lakukan dalam pembinaan dan pengembangan kegiatan Posyandu agar Saudara dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat? Tujuan penyelenggaraan Posyandu 1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas) 2. Membudayakan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (NKKBS). 3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB, serta kegiatan lainnya yang menunjang tercapainya masyarakat sehat sejahtera. 4. Posyandu berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera. Pemicu 9: Dokter Keluarga Nyoman Darta, seorang pria berusia 50 tahun, datang ke dokter keluarga, dr. Artha. Nyoman. Darta mengeluh batuk-batuk sejak satu bulan lebih dan kadang-kadang dahaknya mengandung bercak darah, serta berat badan menurun. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium, Nyoman Darta didiagnosis menderita tuberkulosis (TBC) paru. Rejimen pengobatan diberikan selama enam bulan, dimana pada bulan pertama ia harus meminum 5 tablet obat yang berbeda setiap hari. Pada 5 bulan berikutnya ia harus minum obat dua kali dalam seminggu. Pada akhir bulan pertama Nyoman Darta menghentikan pengobatan karena beberapa alasan seperti mengeluh kehilangan pendengaran dan dia khawatir mengalami efek samping obat TBC yang berat. Nyoman Darta kemudian mencoba mencari pengobatan alternatif pada seorang dukun untuk menyembuhkan penyakitnya. Pemicu 10: Kualitas Pelayanan Kesehatan Kasus Puskesmas Melati

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

15

Community Health and Health System Based Practice


Puskesmas Melati yang terletak di pinggiran kota selalu ramai dikunjungi pasien, khususnya pada hari Senin. Seringkali pasien sampai harus rela berdiri lama kegerahan atau duduk dimana saja karena ruang tunggu yang relatif sangat sempit dengan tempat duduk yang terbatas.Namun demikian, Puskesmas Melati telah menjadi pilihan utama masyarakat sekitarnya untuk memperoleh pelayanan kesehatan (yankes), karena pada umumnya mereka tergolong masyarakat kurang mampu dari segi ekonomi. Hari Senin, jam 9.30: obrolan diantara pasien Ibu Ani : Akhirnya dokter datang juga. Minggu lalu saya mengalami hal yang sama, menunggu dari jam 7.00 pagi dan tidak tahu jam berapa dokter datang. Akhirnya anak saya baru diperiksa jam 10.00 pagi. Ibu Mur : Di sini ada 2 dokter, yang mana mau Ibu temui? Ibu Ani : Mana saya tahu dokter siapa yang ada sekarang. Yang penting anak saya dapat diperiksa dokter dan dapat pengobatan. Ibu Mur : Apa sakitnya anak Ibu? Ya, saya juga demikian. Mau ke dokter swasta uangnya tak akan cukup untuk membayar ongkos pemeriksaan dan nebus obat di apotik. Di sini dengan uang dua ribu kita sudah dapat obat, tetapi harus menunggu agak lama.Hitung-hitung lebih gampang nunggu ketimbang mencari duitnya. Ibu Ani : Awalnya anak saya sedikit panas dan batuk 4 hari lalu. Tiga hari yang lalu saya periksakan kesini tapi belum sembuh juga.Sejak kemarin sore malah agak sulit bernafas dan panas lagi. Mau ke dokter swasta mahal Ibu Mur : Ya, sakit anak saya juga hampir sama dengan anak Ibu. Dua hari lalu saya datang jam 11.00. Saya sempat dimarahi petugas mengapa datang terlalu siang dan lupa bawa kartu anak saya.Dokter tidak ada, katanya ada rapat di dinas.Anak saya diobati ibu bidan, tetapi belum sembuh juga. (Jam 10.00 hari yang sama: antara dokter dan pasien di poliklinik) Dokter : Sakit apa anak Ibu? Pasien : Anak saya 3 hari lalu sudah diobati tetapi masih panas. Tolong diperiksa lagi Pak Dokter. Dokter : Anak ibu umurnya 4 tahun ya (lihat di kartu). Tidurkan di sana! (menunjuk ke tempat pemeriksaan). Wah, anak Ibu sakitnya sudah cukup keras Pasien : Tolong dokter, agar anak saya bisa sembuh Dokter : Ya, nanti kalau masih panas agar diperiksakan lagi (sambil nulis resep). Ini Ibu ambilkan obatnya di sebelah. (Jam 11.00: di Apotik Puskesmas) Petugas Apotik: Bu, antibiotik yang ditulis di resep ini stoknya habis. Seharusnya dokter menuliskan antibiotik yang lain Ibu pasien : Apakah saya harus kembali ke dokter tadi?

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

16

Community Health and Health System Based Practice


Petugas Apotik: Tidak perlu Bu. Mungkin antibiotik ini tak bisa diganti (petugas apotik tahu bahwa antibiotik lainnya juga habis). Di dekat sini ada apotik yang menyediakan obat ini, dan Ibu dapat beli di sana. Ibu pasien : ????? (ngeloyor sambil berpikir, jangan-jangan uangnya tidak cukup).

Pemicu 11: Pembiayaan Kesehatan Pemicu 11A: Dana Sehat Seorang ibu muda dari Payangan bernama Ibu Made Lia akan melahirkan bayi pertamanya di bidan swasta. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata kondisi ibu dan bayinya mengalami kegawat daruratan yang membutuhkan pelayanan segera di Rumah sakit. Keluarga Ibu Lia memaklumi kondisinya namun tidak memiliki biaya untuk perawatan di rumah sakit, apalagi menurut bidan kemungkinan perlu dilakukan operasi serta perawatan bayi yang intensif. Keluarga Ibu Made Lia tergolong keluarga miskin. Keluarga Bu Lia terdaftar sebagai penduduk sebuah desa di Kecamatan Payangan. Pemicu 11B: Sistem pembiayaan kesehatan Bu Ani sering mengeluh nyeri dada dan sesak nafas bila bekerja. Bu Ani berobat ke Puskesmas dan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Setelah mendapat pemeriksaan di rumah sakit, Bu Ani diberi obat dan dianjurkan untuk kontrol setelah 3 hari. Setelah 3 hari, Bu Ani kembali ke rumah sakit dengan keluhan bahwa gejala sakitnya tidak berkurang. Bu Ani dianjurkan untuk mengikuti pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi guna mendiagnose secara tepat penyakit yang dideritanya. Bu Ani tidak mampu untuk membayar biaya pemeriksaan penunjang karena uangnya tidak cukup, apalagi untuk membayar obat dan tindakan selanjutnya. Akhirnya Bu Ani tidak melanjutkan prosedur pelayanan kesehatan dan kembali berobat ke Puskesmas dengan perasaan pasrah. Pemicu 11C: SJSN dan Askes Si Dogler menderita batuk-batuk, sudah berjalan 3 bulan.Dia tidak punya uang untuk berobat sehingga dia berobat secara tradisional.Kawannya sangat prihatin melihat Si Dogler, karena tidak berobat.Kawannya mendengar ada jaminan kesehatan untuk orang miskin.Dogler diajak ke rumah sakit oleh temannya. Dia tidak bisa mendapatkan Jamkeskin karena tidak masuk dalam data-base. Kawannya membiayai pengobatan Dogler, akan tetapi temannya tidak mampu lagi mengobati Dogler yang menderita sakit kronis. Akhirnya Dogler kembali memakai obat-obatan tradisional.Si Dogler bergumam, wah sulitnya menjadi orang miskin. 2.2 Praktek Kerja Lapangan (PKL) Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 : Analisis Penyakit (insidens dan prevalensi penyakit)
17

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

Community Health and Health System Based Practice


(Hari, tanggal, jam: Rabu, 14 Maret 2012, pukul 08.00 12.00) a) Tujuan PKL Tujuan Umum Mampu melakukan analisis epidemiologi terhadap data penyakit dalam suatu wilayah Puskesmas

Tujuan Khusus * Menganalisis data penyakit di Puskesmas untuk melihat insidens, prevalensi, proporsi dan ratio penyakit * Menganalisis distribusi (penyebaran) beberapa penyakit melular dan tidak menular di Puskesmas * Menganalisis berbagai faktor risiko timbulnya penyakit dan upaya pencegahan serta penanggulangannya b) Metode Kegiatan 1) Diskusi dengan dokter Puskesmas dan penanggung-jawab program 2) Mengamati dan membaca hasil kegiatan Puskesmas yang dituangkan dalam bentuk laporan kegiatan 3) Melakukan analisis terhadap semua informasi dan data yang diperoleh di Puskesmas c) Data, informasi, dan dokumen yang dicari 1) Data penyakit menular dan tidak menular dalam setahun terakhir 2) Informasi tentang penyebaran beberapa penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit 3) Informasi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan beberapa penyakit menular dan tidak menular 4) Dokumen laporan kegiatan Puskesmas (laporan bulanan, triwulan dan tahunan) Praktek Kerja Lapangan (PKL) 2: Manajemen Yankes Primer(Puskesmas) (Hari, tanggal, jam: Selasa, 10 April 2012, pukul 08.00 12.00) a) Tujuan PKL: Tujuan Umum Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang penerapan manajemen Puskesmas yang mencakup pengelolaan berbagai program kegiatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tujuan Khusus * Memahami perencanaan Puskesmas (P1) * Memahami Penggerakan dan Pelaksanaan (P2) * Memahami Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3) Puskesmas *Memahami penerapan manajemen obat, manajemen kepegawaian, manajemen keuangan dan manajemen data.

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

18

Community Health and Health System Based Practice


b) Metode kegiatan 1) Wawancara 2) Observasi 3) Studi kepustakaan c) Data, informasi, dan dokumen yang dicari 1) Keadaan wilayah Puskesmas 2) Penduduk sasaran 3) Sumber dan jumlah dana, orang, alat 4) Sarana transportasi 5) Sarana pendidikan dan sasaran murid 6) Sarana pelayanan kesehatan di wilayah Puskesmas 7) Sarana kesehatan lingkungan 8) Dokumen PTP, minilokakarya (termasuk peran dan tugas masing-masing sektor dan petugas), laporan kinerja Puskesmas 9) Identifikasi masalah dan pemecahannya 10) Inventarisasi kegiatan pelayanan kesehatan 11) Cakupan Upaya Kesehatan 12) Kunjungan Puskesmas (10 besar penyakit) 13) Penggunaan obat (10 besar pemakaian obat) 14) Pembiayaan Puskesmas (pemasukan dan pengeluaran) Praktek Kerja Lapangan (PKL) 3: Manajemen Posyandu (Hari, tanggal, jam: Rabu, 18 April 2012, pukul 09.00 12.00) a) Tujuan PKL: Tujuam Umum

Memahami peran-serta masyarakat lewat Posyandu dalam rangka menunjang pelaksanaan program Puskesmas. Tujuan Khusus * Memahami kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan * Memahami peran klader dalam pelaksanaan Posyandu * Memahami permasalahan dan kebutuhan akan kesehatan di masyarakat * Menjelaskan proses pelaksanaan Posyandu dengan sistem 5 meja * Menjelaskan sistem pencatatan dan analisis hasil penimbangan b) Kegiatan pada saat kunjungan lapangan 1) Wawancara dengan kader dan ibu-ibu pengantar balita 2) Observasi 3) Pengumpulan data c) Data, informasi, dan dokumen yang dicari Wawancaratentang pelaksanaan posyandu, sasaran, sumber daya (dana,orang dan alat) serta permasalahan

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

19

Community Health and Health System Based Practice


Kader posyandu dan petugas posyandu (pengetahuan kader) Petugas puskesmas di posyandu Tokoh masyarakat Sasaran (ibu balita)

Observasi Kegiatan yang berlangsung mulai meja 1 sampai meja 5 Keterampilan kader Keterampilan petugas puskesmas Sasaran posyandu (jumlah kehadiran, penerimaan terhadap pelayanan) Sistem pencatatan dan pelaporan (sistem informasi posyandu) Keterlibatan tokoh masyarakat Pengumpulan data Struktur organisasi posyandu Hasil kegiatan posyandu berdasarkan indikator keberhasilan posyandu Program apa saja yang dilaksanakan Pelayanan apa saja yang diberikan Register yang ada di posyandu Pembiayaan kegiatan posyandu

2.3 Student Project Student Project 1 Berupa penugasan kepada mahasiswa untuk membuat karya tulis kajian tulisan ilmiah (literature review) dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada mahasiswa terhadap materi kuliah. Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok dan pada student project tiap kelompok akan diberikan kasus yang berbeda dengan cara pengundian. Setiap kelompok dengan difasilitasi oleh fasilitator harus menganalisa, mendiskusikan, mencari kepustakaan dan akhirnya menulis dalam bentuk paper. Susunan paper terdiri dari: 1) Cover berisikan: Judul (paling atas, logo FKIK, Kelompok Semester II disertai daftar nama anggota kelompok, dan nama institusi serta bulan tahun. 2) Uraian kasus dan pembahasan berdasarkan tinjauan kepustakaan 3) Solusi penyelesaian kasus 4) Kesimpulan dan saran Paper harus diserahkan ke pengelola blok satu hari sebelum presentasi. Presentasi dilakukan oleh salah satu anggota kelompok dengan didampingi oleh semua anggota kelompok. Masing-masing kelompok diberikan waktu 10 menit untuk presentasi dan 15 menit untuk diskusi. Kelompok yang lain wajib mengajukan pertanyaan. Kualitas paper, cara presentasi dan diskusi akan mendapat penilaian.

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

20

Community Health and Health System Based Practice


(Kasus-kasus untuk Student Project 1) Kasus 1 Seorang bayi laki-laki umur 8 bulan dibawa oleh ibunya ke sebuah Puskesmas dengan keluhan panas dan nampak leher agak membengkak, sesak nafas disertai bunyi. Dari hasil pemeriksaan dokter, suhunya 390 C, dari perabaan leher membengkak (pembengkakan kelenjar leher) dan pemeriksaan kelenjar tonsilnya dan sekitarnya nampak adanya membran putih keabu-abuan (pseudomembran). Setelah melakukan pemeriksaan diagnose sementara dokter adalah penyakit Difteri dan dokter menyarankan merujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Dokter yang memeriksa pasien tersebut sudah bertugas di wilayah Puskesmas tersebut selama 10 tahun dan selama itu belum pernah menemukan kasus Difteri. Program imunisasi berjalan dengan baik. Tugas : 1. Analisa kasus diatas, diskusikan dan tulis dalam bentuk paper 2. Pembahasan meliputi : a. Apakah kasus diatas termasuk kasus KLB (Kejadian Luar Biasa)? b. Apa kriteria KLB untuk kasus Difteri ? c. Bagaimana sikap dokter Puskesmas seharusnya apabila menghadapi kasus tersebut diatas ? d. Bagaimana surveilens penyakit Difteri yang harus dilakukan ? Kasus 2 Dokter A, adalah dokter yang bertugas di suatu daerah terpencil, sulit dicapai dengan transportasi roda empat, sehingga merupakan daerah terisolasi. Pada suatu hari dokter tersebut didatangi oleh seorang ibu dengan tergopoh-gopoh yang membawa anaknya dengan panas, batuk yang beruntun secara bertubi-tubi dan agak kebirubiruan. Dokter A segera melakukan pemeriksaan, dan penanganan sementara. Dari hasil anamesa kepada ibunya, dikatakan mula-mula si anak menderita batuk pilek ringan, bersin-bersin dan panas sedikit, kemudian batuknya menjadi meningkat frekuensinya dan akan muncul beruntu disertai cairan dari hidung. Setelah berlangsung lebih kurang 3 minggu batuk makin kuat sehingga terjadi cyanosis, mata melotot, lidah menjulur keluar, tampak ada gejala-gejala tersedak dan biasanya diakhiri dengan muntah. Adanya perdarahan subconjuctival tanpa adanya luka, diagnosis sementara dokter adalah Pertusis (batuk rejan) Selama 6 bulan masa tugasnya di daerah terpencil tersebut, dr. A mengamati bahwa semua program Puskesmas tidak berjalan dengan baik termasuk progam imunisasi. Kebanyakan pasien berobat ke dukun dan yang datang ke Puskesmas hanyalah pasien-pasien yang sudah dalam keadaan parah. Tugas : 1. Analisa kasus diatas, diskusikan dan tulis dalam bentuk paper 2. Pembahasan meliputi: a. Apakah kasus diatas termasuk kasus kejadian luar biasa (KLB)? b. Apa kriteria KLB untuk kasus diatas?

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

21

Community Health and Health System Based Practice


c. Bagaimana sikap dokter Puskesmas seharusnya apabila menghadapi kasus tersebut diatas? d. Bagaimana surveilens penyakit Pertusis yang harus dilakukan ? Kasus 3 Seorang anak perempuan berumur 15 bulan didiagnosis dengan penyakit Campak (Measles). Dari hasil anamnesa ditandai permulaan dengan panas tinggi, batuk pilek dan conjuctivitis yang berakhir lebih kurang setelah 3-7 hari. Masa timbulnya bercak-bercak merah (rash) pada kulit setelah 3 hari panas. Mula-mula timbul pada belakang telinga menyebar ke seluruh muka dan anggota badan lainnya. Rash bertahan selama 4 6 hari. Panas turun setelah timbul rash. Dari pemantauan ke lapangan ternyata ditemukan salah satu kakaknya yang berumur 7 tahun menderita yang sama. Setelah penelusuran lebih lanjut ditemukan banyak kasus yang diderita oleh anak-anak SD yang tidak jauh dari rumahnya. Tugas : 1. Analisa kasus diatas, diskusikan dan tulis dalam bentuk paper 2. Pembahasan meliputi: Apakah kasus diatas termasuk kasus kejadian luar biasa (KLB) Apa kriteria KLB untuk kasus diatas? c. Bagaimana sikap dokter Puskesmas seharusnya apabila menghadapi kasus tersebut diatas? Bagaimana surveilens penyakit Pertusis yang harus dilakukan? Kasus 4 Perubahan perilaku dan cara hidup masyarakat telah mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dimana masalah kesehatan utama mulai bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Dewasa ini salah satu penyebab kematian terbanyak adalah penyakit jantung koroner. SKRT tahun 1993 menunjukkan penyakit tidak menular (PTM) yaitu jantung, diabetes dan neoplasma menunjukkan prevalensi yang tinggi yaitu jantung koroner 5,3 per 1000 penduduk, diabetes 1,6 dan neoplasma 0,5 per 1000 penduduk. Untuk mengendalikan morbiditas dan mortalitas PTM khususnya jantung koroner, diabetes dan neoplasma dilakukan suatu upaya surveilens dan pengobatan. Surveilens PTM dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan secara teratur untuk menopang program pencegahan dan pengobatan PTM dengan biaya lebih murah dibandingkan dengan pengumulan data didasarkan pada survei/penelitian yang mahal. Tugas : 1. Analisa kasus diatas, diskusikan dan tulis dalam bentuk paper 2. Pembahasan meliputi, bagaimana surveilens penyakit PTM yang harus dilakukan Kasus 5 Polio merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang dapat dibasmi. Strategi untuk membasmi polio didasarkan atas pemikiran bahwa virus polio akan mati bila ia disingkirkan dari tubuh manusia dengan cara pemberian imunisasi. Untuk meningkatkan sensitifitas penemuan kasus polio, maka pengamatan dilakukan pada semua

a.
b.

d.

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

22

Community Health and Health System Based Practice


kelumpuhan yang terjadi secara akut dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomeilitis. Penyakit-penyakit ini yang mempunyai sifat kelumpuhan seperti poliomeilitis disebut kasus acute flaccid paralysis (AFP) dan pengamatannya disebut sebagai Surveilans AFP Tugas : 1. Analisa kasus diatas, diskusikan dan tulis dalam bentuk paper 2. Pembahasan meliputi, bagaimana surveilens AFP yang harus dilakukan.

Kasus 6 Pak Joni, seorang laki-laki usia 47 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri dada dan merasa tidak punya tenaga. Pak Joni dengan status menikah dengan 3 orang putra dan putri bekerja sebagai sales manager sebuah perusahaan swasta. Pak Joni sudah terbiasa bekerja dari pagi sampai sore, dan bahkan terkadang sampai malam. Pak Joni berpenampilan agak gemuk dan jarang mempunyai kesempatan berolah raga. Setelah diperiksa oleh dokter Puskesmas, Pak Joni dicurigai terkena serangan jantung, lalu segera dirujuk ke Rumah Sakit untuk perawatan intensif. Tugas:

1. Analisa kasus diatas, diskusikan dan tulis dalam bentuk paper 2. Pembahasan meliputi surveilens penyakit jantung dan penelusuran berbagai
faktor risiko serta upaya pencegahan dan penaggulangannya. Student Project 2: article review Setiap kelompok SGD membagi diri menjadi 2 sub-kelompok (4-5 orang) dan masingmasing sub-kelompok membuat 1 paper hasil article review dengan topik yang berbeda dengan subkelompok lainnya. Topik-topik untuk Student Project 2: 1. Alma Ata Declaration: Is it still relevance? 2. Principle practice of PHC 3. Demographic transition & PHC 4. Epidemiologic transition & PHC 5. Global burden of disease & PHC 6. Primary Health Care for MDGs 7. Community health workers in PHC: who and how? 8. Community participation in PHC 9. Community empowerment in PHC 10. Ageing in PHC 11. Urban challenges in PHC 12. Integrated immunization program in PHC

Format paper/laporan Student Project 2 (article review)


Cover depan berisikan Logo FKIK Unwar dan Topik Nama penulis (daftar nama kelompok)

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

23

Community Health and Health System Based Practice


Nama instiusi, Bulan, Tahun Halaman 1 Topik article review dan nama penulis Abstrak: berisikan latar belakang, masalah, metode, resume pembahasan dan kata kunci (paling bawah)

Halaman 2 dan selanjutnya Pendahuluan atau Latar Belakang Tujuan penulisan Pembahasan Kesimpulan Saran Referensi (lampirkan, minimal 2 referensi) Catatan: Laporan diketik 1,5 spasi pada kertas kuarto (A4) Abstrak dan isi laporan maksimum 5 halaman

Catatan: Konsultasi dengan fasilitator pada kesempatan setiap akhir SGD

------------------------------

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

24

Community Health and Health System Based Practice

III. SUBYEK PEMBELAJARAN: ABSTRAK KULIAH

3.1 Abstrak Kuliah 1 Topik: Pengantar Blok Community Health and Health System Based Practice Sesuai dengan visinya, FKIK Unwar bercita-cita menghasilkan lulusan yang kompeten, berkualitas dan profesional, khususnya dalam layanan kesehatan primer serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan peduli terhadap lingkungan. Perkumpulan dokter keluarga sedunia mencanangkan bahwa lulusan fakultas kedokteran harus memenuhi kulifikasi five star doctor yaitu kompeten sebagai care provider, decision maker, communicator, community leader dan manager. Untuk mewujudkan hal tersebut, seorang dokter, selain menguasai berbagai keterampilan berbasis klinik (clinical based skills), juga harus menguasai keterampilan berbasis komunitas (community based skill). Untuk penguasaan kedua jenis keterampilan tersebut diperlukan penguasaan terhadap ilmu dan pengetahuan tentang statistik, metodologi penelitian, epeidemiologi dan sistem manajemen kesehatan. Penguasaan terhadap semua cabang ilmu dan pengetahuan tersebut akan memudahkan seorang dokter untuk menganalisis berbagai masalah kesehatan di masyarakat sehingga akhirnya mampu mencarikan solusi untuk pencegahan dan penanggulangannya. 3.2 Abstrak Kuliah 2 Topik: Prinsip kedokteran komunitas dan konsep sehat sakit Dalam kedokteran klinik, pasien secara individual mengunjungi pelayanan kesehatan dan diagnosis merupakan dasar bagi pengelolaan orang sakit.Dari hasil pemeriksaan diberikan pengobatan, selanjutnya dokter klinik mengulangi kembali daur tersebut untuk memantau kemajuan pasien dan sebagai panduan bagi tindakan berikutnya.Dalam ilmu kedokteran komunitas diagnosis sama pentingnya, petugas kesehatan harus secara berkesinambungan menilai kemajuan kesehatan di tengah masyarakat. Alat terhandal yang digunakan petugas kesehatan untuk mendiagnose dan memantau kesehatan masyarakat adalah pengetahuan tentang epidemiologi.Dalam hal ini seorang dokter harus memahami peran epidemiologi diskriptif, epidemiologi analitik dan epidemiologi terapan dalam mendiagnose penyakit di masyarakat serta memahami konsep sehat sakit sehingga memiliki kompetensi untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan. Epidemiologi dapat menentukan pola kesehatan dan penyakit di dalam populasi dan kelompok orang, mengenali faktor lingkungan, faktor prilaku dan faktor sosial yang

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

25

Community Health and Health System Based Practice


mempengaruhi kesehatan masyarakat, dan memberikan penilaian obyektif terhadap dampak berbagai intervensi.Ada perbedaan mendasar dalam pendekatannya.Dokter klinik memeriksa pasien yang sudah terkena penyakit dan mengobatinya. Hal ini sedikit sekali pengaruhnya terhadap pengurangan jumlah kasus baru penyakit tersebut atau faktor yang mendasari masalah kesehatan tersebut. Sebaliknya seorang epidemiolog berusaha memahami awal timbulnya penyakit tersebut dan cara pencegahannya.

3.3 Abstrak Kuliah 3 Topik: Riwayat perjalanan alamiah penyakit dan kedokteran pencegahan Untuk melihat penyebab penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat/populasi tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja tetapi ditentukan oleh banyak faktor (multifaktorial).Faktor-faktor ini mencakup kemiskinan, kepadatan penduduk, malnutrisi, alkoholisme dan lain-lain.Sehingga dengan penanggulangan semua faktor tersebut dapat bermanfaat banyak bagi pencegahan suatu penyakit.Salah satu cara yang sungguh bermanfaat di dalam menganalisa penyebab penyakit, khususnya penyakit infeksi adalah konsep tiga factor: agent (penyebab), host (penjamu), dan environment (lingkungan). Konsep lain yang juga cukup dikenal adalah konsep diperkenalkan oleh Blum menjelaskan bahwa kejadian dari penyakit dalam populasi ditentukan oleh genetika, tingkah laku, program kesehatan dan lingkungan. Selain faktor-faktor yang menentukan kejadian penyakit, pencegahan yang tepat juga tergantung dari riwayat alamiah penyakit. Contohnya penyakit yang mana penyebabnya mudah ditegakkan seperti HIV/AIDS, mempunyai periode inkubasi yang lama dan fatal, fokus dari pencegahannya adalah pencegahan primer, seperti pendidikan untuk merubah perilaku, pencegahan sekunder seperti test HIV secara sukarela (VCT) dan pencegahan tersier seperti pendampingan dan pengobatan infeksi sekunder (opportunistic). Dengan kata lain, jika penyebab penyakit tidak diketahui misalnya kanker, fokus pencegahannya adalah pencegahan sekunder dan tersier. Penyakit lain seperti demam berdarah yang akut, tidak tersedia vaksin dan tidak ada obat untuk membunuh virus, fokus dari pencegahannya adalah pencegahan primer. 3.4 Abstrak Kuliah 4 Topik: Penyakit menular Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan utama di Provinsi Bali. Lingkungan yang kumuh akibat urbanisasi dari desa ke kota atau migrasi dari daerah lain menyebabkan tumpukan sampah dimana-mana dan meningkatnya polusi udara. Penyakit menular seperti demam berdarah dengue, flu burung berkembang dengan cepat dan menyebabkan kematian. Secara umum penyakit menular dapat dibagi berdasarkan etiologi, cara penularan dan aspek epidemiologi. Ditinjau dari sudut epidemiologi, perlu diketahui dan dipelajari batasan, definisi, periodisitas dan dinamika penularan suatu penyakit agar tindakan dan penanganan terhadap penyakit dapat dilakukan dengan baik.

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

26

Community Health and Health System Based Practice


Cara penyebaran penyakit infeksi kepada manusia yang sensitif dapat melalui beberapa cara, baik terjadi secara langsung atau tidak langsung dari satu orang ke orang lain. Ditinjau dari aspek epidemiologi, cara penyebarannya di masyarakat dapat bersifat lokal, regional maupun internasional. Usaha pencegahan dan tindakan efektif terhadap penyebaran penyakit menular dapat dilakukan antara lain: 1) kontrol terhadap sumber atau reservoir infeksi, 2) memutuskan rantai penularan, 3) proteksi pada kelompok penduduk yang rentan 3.5 Abstrak Kuliah 5 Topik: Peranan epidemiologi dalam manajemen kesehatan Perencanaan kesehatan perlu untuk dipikirkan ketepatan strateginya, baik dalam pelayanan promosi, preventif, kuratif, dan dari segi rehabilitatifnya. Proses perencanaan kesehatan tidak terlepas pada isu strategis dimana terdapat beberapa komponen penting dalam mendukung terlaksananya program perencanaan kesehatan. Maka epidemiologi memiliki peran strategis untuk menetapkan sebuah kebijakan kesehatan yang termaktub dalam program-program kesehatan. Data dan informasi sebagai produk kegiatan surveilens epidemiologi, merupakan instrumen pendukung untuk menentukan kebijakan, perencanaan dan penganggaran termasuk untuk pelaksanaan pengendalian faktor risiko. Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari distribusi, frekuensi dan determinan dalam suatu populasi. Epidemiologi memiliki kontribusi yang banyak bagi pelayanan kesehatan yaitu pada proses perencanaan dalam mengidentifikasi kebutuhan masalah kesehatan. Dalam proses pembangunan kesehatan saat ini dibutuhkan epidemiologi sebagai penyedia data base untuk mengetahui besaran masalah kesehatan. Analisisanalisis data kesehatan tersebut menjadi dasar pertimbangan dalam membuat perencanaan kesehatan. Epidemiologi dalam tatanan pengatur kebijakan untuk melakukan suatu proses perencanaan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni : 1. Tersedianya dokumen sebagai penguat data bagi semua stake holder yang terlibat dalam dunia kesehatan, serta adanya telaah kebijakan, sosialisasi, monitoring, dan evaluasi bagi kebijakan yang telah ditetapkan dalam bentuk perundang-undangan agar komitmen terhadap peningkatan kesehatan dapat terwujud. 2. Mampu mempertajam analisis perencanaan kesehatan salah satunya dalam bentuk proses tanya jawab pada stake holder yang terlibat dalam kesehatan. 3. Berpikirlah general atau makro untuk mendapatkan gambaran yang jelas terhadap permasalahan yang kita hadapi, namun berpikir mikro dan detail tetap kita butuhkan. Kapasitas dan kompetensi kita sebagai para profesional di bidangnya menuntut kita harus mampu menangkap dan mendeteksi sekecil apapun potensi masalah dan mencarikan solusi pemecahannya. Walaupun didalam implementasinya kita harus bertindak strategis sesuai dengan skala prioritas dan sumber daya yang dimiliki. Kontribusi epidemiologi terhadap manajemen pelayanan kesehatan MANAJEMEN PENDEKATAN PENDEKATAN FUNGSIONAL PROSES PROSES PERENCANAAN KONTRIBUSI EPIDEMIOLOGI
27

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

Community Health and Health System Based Practice


Administrasi dan politik Penentuan prioritas Estimasi terhadap 1 Magnitude or Lose 2 Meanability untuk pencegahan atau reduksi 3 Ukuran-ukuran epidemiologi 1 Kuantifikasi tujuan 2 Kelayakan 1 Alternatif-alternatif 2 Analisis cost benefit 1 Monitoring program dan 2 Pemasaran 1 Uji Klinik 2 Penilaian out co

Penyusunan tujuan Implementasi aktifasi untuk mencapai tujuan Mobilisasi dan koordinasi sumber daya Evaluasi

Organizing

Directing Coordinating Controling

Teknik

3.6 Abstrak Kuliah 6 Topik: Pengukuran vital event, morbiditas dan kharakteristik penduduk Secara epidemiologi suatu kejadian/ masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat (Morbidity, Mortality) diukur dengan ukuran perbandingan (Relatif) : a Rate = ----------a+b a = -------B a = ---------- % a+b

Ratio

Proportio

Mortality Rate : Crude , Specific (umur, jenis kelamin, kasus penyakit), C.F.R. Morbidity rate: - Insidens Rate (Cumulative Insidence dan Insidence Dencity) - Prevalens Rate , - Attack rate Demography : - Komposisi Penduduk : Umur (piramida penduduk)., Sex, Depency ratio. Sex ratio - Fertilitas : CFR, GFR, Spesific rate, - Mortalitas : CDR, Specific (IMR, MMR), Expectation of life - Migration Rate - Growth Rate .

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

28

Community Health and Health System Based Practice

Ukuran Assosiasi : - Ukuran Rasio : RR, OR, IDR - Ukuran Beda Risiko : Attribute Risk (Risk Difference ) Ukuran assosiasi sering digunakan pada Riset Epidemilogi, untuk mengukur besarnya risiko Populasi terpapar untuk terkena penyakit di bandingkan dengan populasi lain yang tidak terpapar.

3.7 Abstrak Kuliah 7 Topik: Crude, specific and adjusted rate Crude rate :Summary rates based on the actual number of events (eg. Birth, deaths) in a total population over a given time period CRUDE BIRTH RATE: Jumlah kelahiran hidup (wilayah & tahun tertentu) Rata-rata populasi (wilayah & tahun tertentu) CRUDE DEATH RATE: Jumlah kematian (wilayah & tahun tertentu) Rata-rata populasi (wilayah & tahun tertentu) Spesific rate: Summary rates based on the actual number of events (eg. morbidity, deaths) in a subpopulation over a given time period INFANT MORTALITY RATIO: Jumlah kematian bayi 0-11 bln (area & waktu) Jumlah lahir hidup (area & waktu) Adjusted rate:Fictitious summary rates constructed to permit fair comparison between groups differing in some important characteristics Melakukan adjustment : Menerapkan prosedur statistik untuk menghilangkan efek perbedaan komposisi sewaktu membandingkan 3.8 Abstrak Kuliah 8 Topik: Populasi, sampel, data dan variabel Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu. Kumpulan individu yang akan diukur atau diamati ciri-cirinya disebut populasi studi. Bila penelitian

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

29

Community Health and Health System Based Practice


tidak dilakukan terhadap seluruh individu dalam populasi, tetapi hanya diambil sebagian maka bagian tersebut dinamakan sampel. Individu dalam populasi studi tersebut dinamakan unit dasar. Populasi studi ditentukan berdasarkan kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Cara pengambilan sampel serta besarnya sampel sangat penting artinya dalam penelitian karena hasil pengamatan yang dilakukan pada individu dalam sampel digunakan untuk menafsirkan keadaan populasi dimana sampel tersebut diambil. Kata data berasal dari datum yang berarti materi atau kumpulan fakta yang dipakai untuk keperluan suatu analisa, diskusi, presentasi ilmiah, atau tes statistik. Menurut asal sumbernya, data dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: data primer dan data sekunder. Data menurut jenisnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: data kontinyu dan data diskret. Karakteristik yang diukur disebut sebagai variabel, baik yang diukur secara numerik atau dalam kategori. Bila suatu hubungan antara dua variabel diteliti, variabel tadi dapat disebut sebagai bergantung (dependen) dan bebas (independen). Variabel yang kita coba gantungkan pada variabel lain disebut variabel bergantung. Penyebab yang diperkirakan disebut sebagai variabel bebas dan pengaruh yang diperkirakan terjadi disebut variabel bergantung. Variabel yang didasarkan pada dua atau lebih variabel dapat disebut sebagai variabel komposit. 3.9 Abstrak Kuliah 9 Topik: Analisis enferensial dan tes hipotesis Melalui statistik inferensial akan dilakukan uji statistik yang hasilnya dapat memberikan jawaban lebih lanjut terhadap hubungan sebab-akibat dan bermakna tidaknya (significant) hubungan serta besar kecilnya hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan variabel lainnya serta menghitung estimasi terhadap populasi dengan menggunakan sampel. Pengertian statistik adalah sekumpulan konsep dan metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data tentang bidang kegiatan tertentu dan mengambil kesimpulan dalam situasi dimana ada ketidak pastian dan variasi. Dalam kegiatan statistik banyak dipergunakan beberapa istilah dasar yaitu; data, variabel, pengukuran, skala, parameter, random, bias, validitas, reliabilitas. Upaya menaksir populasi dengan menggunakan hasil sampel banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : besar sampel, teknik pengambilan sampel, alat ukur dan cara pengukurannya. Jika pengambilan sampel tidak bias, maka kita anggap hasil pada sampel dapat mewakili populasi. Anggapan bahwa hasil pada sampel sama dengan parameter populasi ini disebut sebagai estimasi. Estimasi merupakan suatu prosedur yang memanfaatkan hasil analisis dari sebagian kecil individu (sampel) dari suatu populasi, untuk melakukan prediksi atau penarikan kesimpulan terhadap keseluruhan populasi. Estimator adalah suatu nilai dari sampel yang digunakan untuk menduga keadaan yang ada pada populasinya. Estimator yang baik seharusnya menghasilkan ukuran sampel yang tidak jauh berbeda dengan kondisi di populasinya atau menghasilkan variabelitas yang sekecilnya. Dalam hal ini estimator memiliki ciri-ciri tidak bias, efisien, konsisten dan cukup. 3.10 Abstrak Kuliah 10 Topik: Tes signifikansi data kategorikal dan kontinyu

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

30

Community Health and Health System Based Practice


Kompetensi: Mahasiswa dapat memilih jenis uji statistik yang sesuai berdasarkan jenis data dan mampu melakukan analisis menggunakan software statistik (SPSS) serta menginterpretasikan hasil analisis. Pada sesi ini akan dibahas dan didiskusikan tentang uji hipotesis untuk data kontinyu dan data kategorikal. Untuk data kontinyu akan dibahas uji statistik parametrik meliputi Uji t dan uji One Way Anova. Sedangkan untuk analisis data kategorikal akan dibahas tentang analisis perbedaan proporsi dan anlisis faktor resiko dengan Uji Chi square. 3.11 Abstrak Kuliah 11 Topik: Peranan surveilans dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit di masyarakat Surveilens epidemiologi adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus yang meliputi pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan yang amat diperlukan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kesehatan masyarakat, yang terintegrasi dengan diseminasi data tersebut kepada pihak-pihak yang memerlukan.Mata rantai akhir dari rantai surveilens adalah pemanfaatan data kesehatan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada manusia. Surveilens adalah informasi untuk melakukan tindakan. Ada beberapa jenis surveilens yaitu surveilens pasif penyampaian data surveilens dari pelayanan kesehatan kepada instansi kesehatan berdasarkan peraturan dan perundang-undangan; surveilens aktif data surveilens diperoleh instansi kesehatan karena mewajibkan pelayanan kesehatan untuk melaporkannya atas dasar peraturan dan perundang-undangan; surveilens pasif intensif merupakan modifikasi dimana pada sistem surveilens pasif disertai dengan menindak lanjuti kasus untuk penemuan kasus lain yang mungkin ada. 3.12 Abstrak Kuliah 12 Topik: Kejadian luar biasa (KLB) dan sistem kewaspadaan dini Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa adalah salah satu upaya yang dilakukan dalam mengurangi risiko KLB suatu penyakit atau keracunan dan penyakit yang timbul setelah terjadinya suatu bencana. Diare, Campak, Demam Berdarah Dengue merupakan jenis penyakit yang sering menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit yang sudah dianggap tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat timbul kembali seperti Kolera, Leptosperosis, Difteri. Penyakit baru seperti SARS, HIV/AIDS. Disisi lain penyakit tidak menular juga perlu diwaspadai, seperti Kanker, Jantung mengingat besarnya kelompok usia lanjut, dan perubahan gaya hidup di masyarakat.Kegiatannya berupa deteksi dini KLB dan pemantauan faktor-faktor yang memungkin-kan terjadinya KLB. Dengan demikian dapat dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan secara tepat dan cepat, sehingga korban sakit dan mati dapat ditiadakan atau dikurangi. Sistem kewaspadaan dini diaplikasikan dalam bentuk sistem kesehatan daerah(SKD) berupa pemantauan wilayah setempat (PWS) sebagai pedoman untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan berupa kegiatan PWS imunisasi dan sanitasi.Diharapkan dengan pelaksanaan SKD yang baik akan memberikan manfaat yang besar dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat, serta memperkecil kemungkinan kerugian. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. KLB

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

31

Community Health and Health System Based Practice


penyakit menular merupakan indikasi kemungkinan ditetapkannya suatu daerah menjadi Daerah Wabah. Dalam penyelidikan dan penanggulangan KLB perlu merencanakan suatu desain dan metoda epidemiologi yang teridiri dari inferensial kausal dalam penelitian epidemiologi, tingkatan desain penelitian, penyusunan instrumen penelitian. Untuk optimalnya upaya penyelidikan dan penanggulangan KLB perlu menilai proses penyelidikan dan penanggulangan KLB yang telah berjalan, melakukan pemantauan terhadap pelaksanaannya dan kajian terhadap terhadap hasil dengan melakukan analisis dan interpretasi data penyelidikan dan penanggulangan KLB. Lingkup KLB selain penyakit menular termasuk juga kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak tidak menular, oleh karena itu perlu memahami aplikasi program penyelidikandan penanggulangan KLB penyakit tidak menular. 3.13 Abstrak Kuliah 13 Topik: Prinsip skrining dalam mengidentifikasi penyakit di masyarakat Skrining adalah usaha identifikasi penyakit yang secara klinis belum jelas. Dua hal dapat dilakukan dalam diagnosa dini, pertama mengetahui gejala penyakit sedini mungkin, sewaktu timbul gejala klinis (simtomatik), kedua mengetahui penyakit sebelum gejala klinis tampak (asimtomatis). Dengan demikian proporsi orang yang disembuhkan menjadi besar sebanding dengan yang membutuhkan pertolongan. Lead time adalah interval waktu diagnosa dini dengan waktu diagnosa yang biasa dilakukan pada saat penderita mencari pengobatan. Usaha identifikasi penyakit dengan menggunakan pemeriksaan tertentu atau prosedur yang secara tepat dapat membedakan orang terlihat sehat tetapi mempunyai kemungkinan sakit dengan orang yang benar-benar sehat. Orang yang dicurigai sakit harus dikirim ke dokter untuk didiagnosis lebih lanjut dan mendapat pengobatan bila perlu. Dari pemeriksaan yang hasil tesnya positif ada kemungkinan betul sakit (true positive) atau tidak sakit (false positive). Sebaliknya dari pemeriksaan yang hasil tesnya negatif bisa kemungkinan sakit (false negative) atau benar tidak sakit (true negative) Syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan tes skrining adalah : 1. penyakit yang diskrining merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting 2. ada tindak lanjut hasil skrining 3. ada cara pemeriksaan yang cocok 4. tersedia alat diagnosa 5. dikenali simtomatik dini dan masa laten Dua macam ukuran ketepatan tes diagnostik adalah Sensitifitas dan spesifisitas dan ukuran ini juga merupakan hal yang penting pada skrining tes. Sensitifitas (Kepekaan) adalah kemampuan pemeriksaan untuk mengidentifikasi secara benar orang-orang yang mempunyai penyakit. Spesifisitas adalah kemampuan pemeriksaan untuk mengidentifikasi secara benar orang yang tidak mempunyai penyakit 3.14 Abstrak Kuliah 14 Topik: Rancangan penelitian cross sectional Epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi dan determinan-determinan frekuensi penyakit dan kesehatan pada populasi manusia. Berdasarkan definisi tersebut, penelitian epidemiologi dibagi menjadi dua kategori: (1) studi deskriptif dan (2) studi

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

32

Community Health and Health System Based Practice


analitik.Penelitian deskriptif adalah studi epidemiologi yang bertujuan menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut populasi (orang), letak geografik (tempat), dan waktu. Penelitian deskriptif memberikan beberapa manfaat yaitu: 1) memberi masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam rangka perencanaan yang efisien kepada para perencana kesehatan, administrator kesehatan, dan pemberi layanan kesehatan, 2) memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel adalah faktor risiko penyakit. Hipotesis tersebut kelak diuji lebih lanjut melalui penelitian analitik. Penelitian deskriptif dapat dibagi dua katagori berdasarkan unit pengamatan atau unit analisis: 1) unit pengamatan populasi, dan 2) unit pengamatan individu.Penelitian analitik adalah studi epidemiologi yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit. Prinsip analisis yang digunakan dalam penelitian analitik adalah membandingkan risiko terkena penyakit antara kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar faktor penelitian. Analisis tersebut memungkinkan dilakukannya pengujian hipotesis etiologi dalam rancangan studi analitik. Rancangan penelitian epidemiologi deskriptif terdiri dari: Penelitian korelasi populasi, Rangkaian berkala, Penelitian potong-lintang (Cross-sectional). Sedangkan rancangan penelitian epidemiologi analitik terdiri dari : Penelitian Observasional (Studi Kasus Kontrol, Studi Kohort), Studi Eksperimental (Eksperimen murni, eksperimen semu atau kuasi). Jenis eksperimen dalam epidemiologi antara lain adalah: Uji Klinik, Uji Lapangan dan Intervensi Komunitas. Riset epidemiologi pada intinya adalah melakukan perbandingan risiko populasi terpapar terkena penyakit dibandingkan dengan populasi tak terpapar. Agar dalam membandingkan berlangsung lebih informatif dan praktis, maka dibutuhkan suatu ukuran atau parameter yang mampu menggambarkan besarnya risiko satu populasi terpapar untuk terkena penyakit dibandingkan dengan populasi lain yang tak terpapar. Dengan kata lain, suatu parameter yang mampu menggambarkan hubungan antara paparan dan penyakit yang diteliti, sehingga disebut ukuran asosiasi antara paparan dan penyakit. Karena mengukur besarnya efek atau pengaruh paparan terhadap penyakit, maka ukuran asosiasi juga disebut ukuran efek. Salah satu pertanyaan sering terdengar adalah berapa besar sampel harus dicuplik untuk suatu penelitian. Untuk menentukan besar sampel dapat dilakukan dengan rumus-rumus tertentu. Pemilihan rumus besar sampel hendaknya memperhatikan rancangan penelitian, pertanyaan penelitian, dan jenis data yang akan dikumpulkan. Variabel yang menentukan ukuran sampel adalah : tingkat kemaknaan statistik (), kemampuan mendeteksi hubungan (efek) dua variabel atau 1- atau power, besarnya pengaruh faktor penelitian terhadap penyakit, proporsi penyakit pada populasi yang tak terpapar atau proporsi paparan pada populasi tak sakit, perbandingan ukuran sampel kelompok-kelompok studi (yaitu rasio antara kelompok terpapar dan tak terpapar, atau kelompok kasus dan kontrol). 3.15 Abstrak Kuliah 15 Topik: Rancangan penelitian case control dan cohort Penelitian case control atau disebut juga penelitian retrospektif, merupakan penelitian epidemiologik non eksperimental yang lebih maju dibandingkan dengan cross sectional. Langkah kemajuan ini ialah digunakannya kelompok subyek kontrol, sehingga hasil korelasi yang diperoleh bersifat lebih tajam. Istilah case dan control sendiri sudah menunjukkan bahwa terhadap setiap kasus, yaitu subyek dengan atribut efek positif,

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

33

Community Health and Health System Based Practice


dicarikan kontrolnya, yaitu subyek dengan atribut efek negatif. Efek baik berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, diidentifikasi masa kini, sementara faktor risiko (kausa) diidentifikasi adanya pada masa lalu. Pada rancangan ini jumlah faktor risiko yang dipelajari dapat dibatasi dengan teknik matching, sehingga meningkatkan potensi rancangan ini dalam mengekplorasi korelasi antara faktor risiko dengan efek. Penelitian cohort atau disebut juga servei prospektif, merupakan penelitian epidemiologik non eksperimental yang paling powerful dalam mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan efek atau penyakit. Beberapa keunggulan metodologik memungkinkan pengaruh faktor risiko terhadap efek dipelajari secara lebih cermat pada rancangan penelitian cohort dibandingkan dengan dua rancangan sebelumnya. Penelitian cohort adalah rancangan penelitian epidemiologik yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan efek, dengan pendekatan longitudinal ke depan. Faktor risiko yang dipelajari diidentifikasi dulu, kemudian diikuti secara prospektif timbulnya efek (penyakit atau status kesehatan tertentu)

3.16 Abstrak Kuliah 16 Topik: Rancangan penelitian uji klinis Rancangan penelitian uji klinis termasuk dalam kelompok penelitian evaluatif di bidang kedokteran dan kesehatan. Disebut penelitian evaluatif oleh karena penelitian ini bertujuan untuk menilai aspek tertentu dari tindakan medik, baik aspek diagnostik, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Dengan penelitian ini, peneliti mencoba menilai suatu metode, alat, material baru dalam berbagai aspek tindakan medik tersebut: seberapa jauh lebih efektif, lebih akurat, lebih manjur, dan lebih ekonomis, dibandingkan dengan metoda, alat atau material lama. Secara skematis penelitian uji klinis merupakan penelitian evaluatif rentang tindakan medik tertentu dengan aspek-aspek: diagnosis (alat, metode, dan penatalaksanaan), preventif (material, metode dan penatalaksanaan), kuratif (material dan metode: medikamentosa, pembedahan, fisioterapi, radioterapi dsb dan penatalaksanaan), rehabilitasi: fisik-biologik, psikis, sosial (metode dan penatalaksanaannya). Secara proses merupakan penelitian eksperimental yaitu eksperimental murni dan kuasi. Pendekatan (perlakuan) terhadap subyek : pendekatan individual (trial klinik) dan pendekatan kelompok (trial program) 3.17 Abstrak Kuliah 17 Topik: Konsep hubungan antara variabel, hubungan kausal dan variabilitas Dalam suatu penelitian epidemiologi, sangat penting menentukan variabel, validitas maupun faktor-faktor bias yang mungkin nanti dapat mempengaruhi hasil penelitian.Variabilitas mencakup variabilitas individu, populasi dan sampel.Sedangkan validitas mencakup validitas eksternal dan internal. Bias pada penelitian dapat timbul akibat selection bias, information bias dan confounding factor. Adapun jenis-jenis variabel berdasarkan fungsinya antara lain variable tergantung (dependent variable), variabel bebas (independent variable), variabel pengacau (confounding variable) dan variabel terkendali (control variable). Variabel pengacau adalah variabel yang secara

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

34

Community Health and Health System Based Practice


teoritis diketahui ada pengaruhnya pada variabel tergantung, tetapi dalam penelitian yang sedang dijalankan tidak dipelajari (tidak diinginkan) efeknya.Pengaruh dari veriabel pengacau dapat dihilangkan saat merancang penelitian (control by design), saat analisa data hasil penelitian (control by analysis), dan kombinasi (saat merancang dan menganalisis).Bila pengaruhnya tidak dinetralisir, baik by design maupun by analysis misalnya karena data tidak dikumpulkan dalam penelitian (misalnya karena peneliti kurang membaca literatur), maka variabel tersebut akan tetap sebagai variabel pengacau/variabel confounding, ini menjadi sumber bias penelitian dan lazimnya dikemukakan oleh peneliti dalam laporannya sebagai kelemahan penelitian. 3.18 Abstrak Kuliah 18 Topik: Rancangan penelitian eksperimental Racangan penelitian eksperimental (rancangan percobaan, rancangan sebab-akibat) ialah penelitian yang dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat. Korelasi sebab akibat ini dipelajari dengan memberikan perlakuan atau manipulasi pada subyek penelitian, untuk kemudian dipelajari efek perlakuan tersebut. Rancangan in mempunyai kapasitas uji korelasi yang paling tinggi. Dalam rancangan penelitian eksperimental, variabel penelitian dapat dikelompokkan dalam: 1. Variabel tercoba 2. Variabel variabel eksperimental 3. Variabel non eksperimental Pengedalian terhadap variabel non eksperimental dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: dengan rancangan penelitian, dan dengan pengujian statistik. Pengendalian dengan rancangan penelitian ialah pengendalian yang diupayakan dengan menyamakan kondisi variabel tersebut pada subyek-subyek perlakuan dengan subyeksubyek kontrol. Cara ini dapat dilakukan dengan berbagai alternatif: 1. dengan pembatasan subyek 2. dengan randomisasi subyek 3. dengan matching 4. dengan rancangan sama subyek 3.19 Abstrak Kuliah 19 Topik: Validitas dan bias Dalam suatu penelitian epidemiologi, sangat penting menentukan variable, validitas maupun faktor-faktor bias yang mungkin nanti dapat mempengaruhi hasil penelitian.Variabilitas mencakup variabilitas individu, populasi dan sampel.Sedangkan validitas mencakup validitas eksternal dan internal. Bias pada penelitian dapat timbul akibat selection bias, information bias dan confounding factor. Adapun jenis-jenis variabel berdasarkan fungsinya antara lain variabel tergantung (dependent variable), variabel bebas (independent variable), variabel pengacau (confounding variable) dan variabel terkendali (control variable). Variabel pengacau adalah variabel yang secara teoritis diketahui ada pengaruhnya pada variabel tergantung, tetapi dalam penelitian yang sedang dijalankan tidak dipelajari (tidak diinginkan) efeknya.Pengaruh dari veriabel pengacau dapat dihilangkan saat merancang penelitian (control by design), saat analisa data hasil penelitian (control by analysis), dan kombinasi (saat merancang dan menganalisis).Bila pengaruhnya tidak dinetralisir, baik by design maupun by analysis misalnya karena data tidak dikumpulkan dalam penelitian (misalnya karena

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

35

Community Health and Health System Based Practice


peneliti kurang membaca literatur), maka variabel tersebut akan tetap sebagai variabel pengacau/variabel confounding, ini menjadi sumber bias penelitian dan lazimnya dikemukakan oleh peneliti dalam laporannya sebagai kelemahan penelitian. 3.20 Abstrak Kuliah 20 Topik: Promosi kesehatan dalam Yankes Primer Pencegahan atau penanggulangan suatu penyakit dapat dilaksanakan dengan baik bila konsep terjadinya penyakit dan perjalanan alamiah penyakit telah dipahami dengan baik. Pencegahan penyakit tidak saja menghindarkan terjadinya penyakit sebelum seseorang menjadi sakit, tetapi juga menghambat atau memperlambat perjalanan suatu penyakit yang sudah terjadi pada seseorang. Dalam arti luas, ada tiga tahap pencegahan (level of prevention) yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier, dimana tahap-tahap ini sangat erat kaitannya dengan perjalanan alamiah penyakit. Pencegahan primer adalah semua usaha yang dilakukan sebelum orang menjadi sakit, meliputi promosi kesehatan (health promotion) dan proteksi spesifik (specific protection). Promosi kesehatan merupakan upaya pemberdayaan masyarakat melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Pemberdayaan dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat disertai dengan mengembangkan iklim yang mendukung, sehingga penekanannya pada pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. 3.21 Abstrak Kuliah 21 Topik: Tehnik pemberdayaan masyarakat Terkait dengan promosi kesehatan kebijakan nasional menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan yaitu: 1) Advokasi (advocacy), 2) Bina suasana (social support), 3) Pemberdayaan masyarakat (empowerment).Keberhasilan promosi kesehatan sangat bergantung pada ketepatan pemilihan metode/pola komunikasi dan sarana media yang digunakan. Aktifitas komunikasi harus mengacu dan berangkat dari kondisi riil karakteristik masyarakatnya. 3.22 Abstrak Kuliah 22: Topik: Sistem Kesehatan Nasional dan Sistem Kesehatan Daerah a. Sistem Kesehatan Nasional Tujuan pembangunan bangsa Indonesia sesuai dengan UUD 45. salah satunya adalah mewujudkan kesejahteran bangsa. Salah satunya diperlukan pembangunan dibidang kesehatan. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan diperlukan dukungan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 (KepMenKes NO 131/MENKES/II/2004). Dalam SKN diatur berbagai hal tentang:

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

36

Community Health and Health System Based Practice


1. Landasan SKN: landasan idealnya Pancasila dan landasan konstitusionalnya UUD 45 2. Prinsip dasar SKN adalah prikemanusiaan, hak asazi manusia, adil dan merata, pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, kemitraan, mengutamakan manfaat dan tata kepemerintahan yang baik. 3. Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa. 4. Kedudukan SKN: supra sistem SKN adalah sistem penyelenggaraan negara dimana SKN harus berinteraksi secara harmonis dengan berbagai sistem nasional, dan merupakan supra sistem dari sistem kesehatan di daerah. 5. SKN terdiri dari 6 sub-sistem yaitu : a. Subsistem upaya kesehatan. b. Subsistem pembiayaan kesehatan. c. Subsistem sumberdaya manusia. d. Subsistem obat dan perbekalan kesehatan. e. Subsistem pemberdayaan masyarakat. f. Subsistem manajemen kesehatan.

b. Sistem Kesehatan Daerah Dengan berlakunya UU no.22 Tahun 1999 tentan Kesehatan, maka daerah mempuyai wewenang yang luas (21 wewenang) di bidang kesehatan. Oleh karena itu daerah diwajibkan untuk menyusun sistem kesehatan daerah (SKD). Tujuan dari SKD adalah : 1. Meningkatkan derajat kesehatan di wilayah kerja pemerintahan. 2. Merespon harapan dan kebutuhan masyarakat. 3. Memberikan perlindungan financial terhadap kemungkinan dikeluarkannya biaya akibat penyakit yang diderita oleh masyarakat. Oleh karena itu SKD mempunyai 4 fungsi : 1. Pelayanan kesehatan. 2. Pembiayaan kesehatan 3. Pengembangan sumberdaya kesehatan. 4. Pengawasan dan pengarahan. c. Sistem Kesehatan di Berbagai Negara Sebagai perbandingan ada baiknya dikenali juga sistem perawatan kesehatan yang telah atau sedang dilaksanakan di berbagai negara. Di satu negara, sistem pelayanan benar-benar dikontrol atau ditanggung oleh pemerintah, sementara di negara lain dilaksanakan oleh swasta (liberal). Selain itu, kombinasi dari kedua sistem ini juga sedang di praktekkan oleh beberapa negara di mana pemerintah dan swasta bekerja berdampingan secara sinergi. Setiap sistem memberikan keuntungan dan kerugian dan dalam setiap sistem dipaparkan tentang peran pelayanan kesehatan primer, peran sektor swasta, peran dari berbagai profesi dan alokasi dana juga dibahas . Apapun sistem kesehatan yang dilaksanakan, pada prinsipnya rekomendasi yang diberikan oleh WHO harus selalu dilaksanakan sebagai masukan dengan pertim-bangan bahwa akan tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang, bertanggung-jawab dan adil dalam pembiayaan kesehatan. Sebagai contoh,

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

37

Community Health and Health System Based Practice


beberapa negara di Africa, Asia dan negara-negara Amerika menggunakan sistem entrepreneural/tidak diatur, dimana tidak ada intervensi dari negara dalam perawatan kesehatan perorangan (walaupun mungkin ada program kesehatan masyarakat), sehingga layanan kesehatan tidak berbeda, layaknya seperti barang konsumen lainnya.

3.23 Abstrak Kuliah 23: Fungsi Manajemen Puskesmas dalam Yankes Primer Perencanaan pembangunan kesehatan antara Pusat dan Daerah belum sinkron. Sistem informasi kesehatan menjadi lemah setelah menerapkan kebijakan desentralisasi. Data dan informasi kesehatan untuk perencanaan tidak tersedia tepat waktu. Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Siknas) yang berbasis fasilitas teknologi komputer sudah mencapai tingkat kabupaten/kota namun belum dimanfaatkan. Hasil penelitian kesehatan belum banyak dimanfaatkan sebagai dasar perumusan kebijakan dan perencanaan program. Surveilans belum dilaksanakan secara menyeluruh. Hukum kesehatan belum tertata secara sistematis dan belum mendukung pembangunan kesehatan secara utuh. Regulasi bidang kesehatan pada saat ini belum cukup, baik jumlah, jenis, maupun efektifitasnya. Pemerintah belum sepenuhnya dapat menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang efektif, efisien, dan bermutu sesuai dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance). Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Manajemen Puskesmas meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan serta pertanggung-jawaban, yang mana semua kegiatan ini saling terkait dan bersinergi serta kerjasama berkesinambungan/berkelanjutan untuk mencapai tujuan Puskesmas. Proses manajemen Puskesmas terdiri dari rangkaian kegiatan berupa planning, organizing, actuating dan controlling (POAC ) yaitu:

Planning: mikroplanning, PTP, dengan hasil dokumen renstra, rba, rsb,


rka, dll

Organizing: struktur organisasi, pembagian tugas pokok dan tambahan


serta pengembangan

Actuating: lokakarya mini, kepemimpinan, motivasi kerja, koordinasi dan


komunikasi.

Controlling: PWS/ LAM, monev, supervisi, audit internal/external, audit


keuangan. Model manajemen Puskesmas yang terdiri dari P1 (Pererencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan) dan P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) digunakan oleh jajaran kesehatan yang di Puskesmas diterjemahkan sebagai berikut:

Pl (perencanaan) dijabarkan dalam bentuk perencanaan tingkat Puskesmas


(PTP) P2 (penggerakan dan pelaksanaan) dijabarkan dalam bentuk lokakarya mini P3 (pengawasan, pengendalian dan penilaian) dijabarkan dalam bentuk stratifikasi Puskesmas yang kemudian berubah menjadi penilaian kinerja Puskesmas.

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

38

Community Health and Health System Based Practice


Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggara-kan subsistem upaya kesehatan primer. Konsep Puskesmas diperkenalkan tahun 1968 dan terus berkembang dengan tujuan mendekatkan pelayanan kesehatan ke masyarakat. Fungsi Puskesmas adalah sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama untuk perorangan dan masyarakat. 1. Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP) adalah pelayanan kesehatan dimana terjadi kontak pertama secara perorangan. Pelayanan kesehatan perorangan primer memberikan penekanan pada pelayanan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan upaya pencegahan dan peningkatan status kesehatan, termasuk di dalamnya pelayanan kebugaran dan gaya hidup sehat (healthy life style). Pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan berdasarkan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) pelayanan yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan masukan dari organisasi profesi. 2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) adalah pelayanan untuk peningkatan status kesehatan dan pencegahan tanpa mengabaikan pengobatan dan pemulihan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer menjadi tanggung-jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang pelaksanaan operasionalnya dapat didelegasikan kepada Puskesmas.

Manajemen pencegahan penyakit dalam pelayanan kesehatan primer Pencegahan merupakan gagasan yang kompleks sebagai tujuan dari kesehatan masyarakat. Definisinya relatif sederhana yaitu tindakan antisipasi yang diambil untuk mengurangi kemungkinan timbulnya atau berkembangnya suatu kejadian atau kondisi, atau untuk meminimalkan kerusakan akibat kejadian atau penyakit. Kalau disimak batasan public health (PH) menurut Winslow, maka dibedakan tiga tingkatan pencegahan yang menjadi dasar pengembangan Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Ilmu Kesehatan Masyarakat saat ini. Tiga tingkatan pencegahan di bidang pelayanan kedokteran ini ini sesuai dengan perkembanagan patologi penyakitnya. 1. Pencegahan primer (primary prevention) mencakup promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan spesifik (specific protection) baik terhadap orangnya maupun lingkungannya. Masalah kesehatan yang perlu dicegah bukan hanya penyakit infeksi yang menular tetapi juga masalah kesehatan yang lainnya seperti kecelakaan, kesehatan jiwa, kesehatan kerja dan lainnya. Besarnya masalah kesehatan masyarakat dapat diukur dengan menghitung tingkat morbiditas, mortalitas, fertilitas, dan disability ajusted life years (DALYs) pada kelompok-kelompok masyarakat. Pencegahan primer ini dilaksanakan selama fase pre-pathogenesis dari suatu kejadian penyakit atau masalah kesehatan. Penerapan pencegahan primer pada program kesehatan masyarakat di puskesmas dapat dikaji melalui program pendidikan kesehatan masyarakat (PKM), program penanggulangan penyakit menular (P2M) melalui kegiatan imunisasi dan pemberantasan vektor, dan program kesehatan lingkungan.

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

39

Community Health and Health System Based Practice 2. Pencegahan sekunder (secondary prevention) mencakup penemuan kasus
secara dini (early detection) dan pengobatan (prompt treatment). Pencegahan sekunder dilakukan mulai saat masa inkubasi sampai timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan. Penerapan pencegahan sekunder pada program kesehatan masyarakat di Puskesmas dapat dikaji melalui program P2M khususnya kegiatan surveilens (active and pasive case detection), program pengobatan, program gizi, UKS, KIA dan lainnya. 3. Pencegahan tertier (tertiery prevention) mencakup program rehabilitasi (rehabilitation) dan mengurangi ketidak mampuan (disability limitation) yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi hidup penderita. Kegiatan dalam pencegahan tertier meliputi aspek medis dan sosial. Penerapannya di Puskesmas dapat dikaji melalui program perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) yang dulu dikenal dengan istilah public health nursing (PHN). Dokter sebagai seorang manajer di organisasi kesehatan di tingkat Puskesmas atau tingkat lebih tinggi, maka untuk dapat mengelola dan melaksanakan program pencegahan, maka diperlukan keterampilan khusus dalam patofisiologi penyakit yang ada di masyarakat; keterampilan manajemen program terkait (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi program), mengetahui secara dini masalah kesehatan dikaitkan dengan transisi epidemiologi dan demografi serta statistik kesehatn. 3.24 Abstrak Kuliah 24 Topik: Program Pokok dan Program Pengembangan Puskesmas Konsep pelayanan kesehatan primer lewat Puskesmas diperkenalkan sejak tahun 1968 yang kemudian terus berkembang dengan tujuan mendekatkan pelayanan kesehatan ke masyarakat. Fungsi Puskesmas adalah sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas juga merupakan suatu konsep yang rumit/kompleks yang menuntut penggunaan sumberdaya seefisien dan seefektif mungkin, dimana sumberdaya yang dimiliki hampir selalu terbatas serta harus melakukan pilihan dan menentukan prioritas dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan strata pertama yang dilaksanakan meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Program atau kegiatan Puskesmas disesuaikan dengan surat keputusan Menkes No.128/Menkes/SK/II/2004 yang operasionalnya dilakukan dalam bentuk program kesehatan pokok (wajib) dan program pengembangan. Program kesehatan pokok (wajib) adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib yang harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas di wilayah kerjanya mencakup: 1. Upaya promosi kesehatan. 2. Upaya kesehatan lingkungan. 3. Upaya KIA dan KB 4. Upaya perbaikan gizi masyarakat. 5. Upaya pencegahan dan pembrantasan penyakit menular. 6. Upaya pengobatan.

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

40

Community Health and Health System Based Practice


Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat. Upaya pengembangan ini disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas yang dipilih sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Upaya pengembangan ini mencakup: 1. Upaya kesehatan sekolah 2. Upaya kesehatan olah raga 3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat 4. Upaya kesehatan kerja 5. Upaya kesehstsn gigi dan mulut 6. Upaya kesehatan jiwa 7. Upaya kesehatan mata 8. Upaya kesehatan usia lanjut 9. Upaya pembinaan pengobatan tradisional. Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yakni upaya lain di luar upaya Puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka mempercepat tercapainya visi dan misi Puskesmas. Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan dan pelaporan merupakan pelayanan penunjang dalam melaksanakan kegiatan upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas. 3.25 Abstrak Kuliah 25 Topik: Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Pengertian subsistem informasi dan manajemen kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang menghimpun berbagai upaya kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, pengaturan hukum kesehatan, pengelolaan data dan informasi kesehatan yang mendukung subsistem lainnya dalam system kesehatan nasional (SKN) guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan subsistem informasi dan manajemen kesehatan adalah terwujudnya kebijakan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan, berbasis bukti dan operasional, terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna, berdaya guna dan akuntabel, serta didukung oleh hukum kesehatan dan sistem informasi kesehatan untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan. Manajemen informasi sangat penting untuk pengambilan keputusan dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. Subsistem ini mencakup kegiatan mencari/mengumpulkan data, menata dan mengolah data, serta menyajikannya dalam bentuk informasi penting yang oleh pengambil kebijakan akan dijadikan dasar untuk mengambil tindakan. Mengapa perlu sistem informasi kesehatan (SIK)? Selama ini masih banyak pengambilan keputusan/ kebijakan dilakukan tanpa landasan informasi yang akurat. Di samping itu informasi yang tersedia juga tidak relevan, tidak tepat waktu dan tidak akurat, serta data yang tersedia sering duplikasi dan tidak akuntabel. Upaya pencatatan pelaporan merupakan pelayanan penunjang dalam melaksanakan kegiatan upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas. Kegiatan pencatatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas mencakup semua aspek pelaporan yang ditentukan oleh pusat, provinsi dan kabupaten. Jenis pelaporan yang diperlukan juga sangat beragam mulai dari laporan dari semua upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas, laporan bulanan (LB1, LB2, LB3 dan LB4), laporan

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

41

Community Health and Health System Based Practice


tahunan, laporan pencapaian indikator standar pelayanan minimal (SPM), laporan evaluasi atau laporan kinerja Puskesmas dan lainnya. Dalam hal ini ada beberapa subsistem yang sudah dibuatkan aplikasi dengan komputer seperti aplikasi subsistem kependudukan, subsistem ketenagaan, subsistem keuangan, subsistem sarana prasarana, subsistem pelayanan kesehatan dan subsistem pelaporan. 3.26 Abstrak Kuliah 26: Topik: Peran serta masyarakat dalam yankes primer (Posyandu, Desa Siaga dan Kader) Pembangunan kesehatan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan pada saat ini semakin kompleks, yang sejalan dengan kompleksitas perkembangan demokrasi, desentralisasi, dan globalisasi serta tantangan lainnya yang juga semakin berat, cepat berubah dan, sering tidak menentu. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya Pemberdayaan Masyarakat yang terdata di Indonesia diantaranya:Rumah tangga yang telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat meningkat dari 27% pada tahun 2005 menjadi 36,3% pada tahun 2007, namun masih jauh dari sasaran yang harus dicapai pada tahun 2009, yakni dengan target 60%. Jumlah UKBM, seperti Posyandu dan Poskesdes semakin meningkat, tetapi pemanfaatan dan kualitasnya masih rendah. Hingga tahun 2008 sudah terbentuk 47.111 Desa Siaga dimana terdapat 47.111 buah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat lainnya yang terus berkembang pada tahun 2008 adalah Posyandu yang telah berjumlah 269.202 buah dan 967 Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren). Di samping itu, Pemerintah telah memberikan pula bantuan stimulan untuk pengembangan 229 Musholla Sehat. Subsistem pemberdayaan masyarakat adalah bentuk dan cara penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan, baik perorangan, kelompok, maupun masyarakat secara terencana, terpadu, dan berkesinambungan guna tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan subsistem pemberdayaan masyarakat adalah meningkatnya kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan. Unsur-unsur yang terkait dengan pemberdayaan adalah: a. Penggerak Pemberdayaan Pemerintah, masyarakat, dan swasta menjadi inisiator, motivator, dan fasilitator.b. Sasaran Pemberdayaan Perorangan (tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi, figur masyarakat, dan sebagainya), kelompok (organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, kelompok masyarakat), dan masyarakat luas. c. Kegiatan Hidup Sehat berupa sosialisasi dan pelaksanaan PHBS. d. Sumber Daya adalah semua potensi yang ada kaitanya dengan kesehatan. Prinsip pemberdayaan masyarakat adalah :a. Berbasis Masyarakat. b. Edukatif dan Kemandirian. c. Kesempatan Mengemukakan Pendapat dan Memilih Pelayanan Kesehatan . d. Kemitraan dan Gotong-royong Penyelenggaraan dengan: a. Penggerakan Masyarakat. b. Pengorganisasian dalam Pemberdayaan. c. Advokasi. d. Kemitraan. e. Peningkatan Sumber Daya

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

42

Community Health and Health System Based Practice


Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu jenis Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Posyandu berfungsi untuk menyelamatkan, meningkatkan status derajat kes. Masy. (KIA, KB, Gizi, P2M, Immunisasi, tanggap darurat kesehatan dan penanggulangan bencana). Pengorganisasian sudah sistimatik dengan Pokjanal Posyandu sesuai dengan Surat Edaran Mendagri No: 411.3/536/SJ tertanggal 3 Maret 1999 tentang Revitalisasi Posyandu; SE Mendagri dan Otonomi Daerah No: 411.3/1116/SJ tertanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. SE Mendagri No: 411.4/147.C/PMD tgl. 30 Januari 2004 tentang tindak lanjut Revitalisasi Posyandu. SE Mendagri No: 443/1334/SJ tgl 9 Juni 2005 perihal Program-program Kesehatan Dasar dan Penyakit Menular. Dan di Bali sesuai dengan SK Gub. Bali No 251 thn 2000 tentang pembentukan susunan keanggotaan Pokjanal Posyandu. Contoh Manajemen Organisasi Pokjanal Posyandu TK Provinsi, Penanggung Jawab : Gubernur Bali, Ketua : Kepala BPMD Prov. Bali, Wakil Ketua: Kepala Dinas Kes. Prov. Bali, Sekretaris: Kabid. Pemberdayaan Keluarga & Masy BPMD., Wakil Sekr: Ka. Subdin Binkesmas Dikes Prov. Bali., Anggota : Ka. Bappeda, Ka. BKKBN, Ka. Din Pendidikan, Kadin Pertanian, Ketua TP PKK, Ketua Majelis Utama Desa Pekraman, Kabid sosbud Bappeda, Kasubdin pertanian, Kasubid pemberdayaan & Kesejahteraan Keluarga BPMD, Kasie Gizi dikes, kasie bina PSM dikes, Kabag sosial Biro BKPP Setda Prov bali dan kasubdin penyusunan program dan informasi kesehatan dikes Prov. Manajemen yang diterapkan dalam peran serta masyarakat adalah model ARRIF (Analisa, Rumusan, Rencna, Intervensi, Forum komunikasi). Tahapan pada proses analisa ada empat tahap yaitu: analisa situasi atau analisa keterjangkauan, analisa tingkat perkembangan atau stratifikasi, analisa kasus dan analisa sumber daya. Sedangkan pada tahap rumusan ada tiga macam yaitu: rumusan masalah, rumusan tujuan, dan rumusan intervensi. Pada tahap rencana ada dua macam yaitu rencana usulan kegiatan (RUK/DUP = daftar usulan proyek/pelaksanaan) dan rencana pelaksanaan kegiatan (RPK/POA). Pada tahap intervensi kegiatan dilakukan dengan cara beragam tergantung dengan masalah, tujuan yang dicapai, kemampuan petugas, dan waktu yang tepat. Dan pada tahap forum komunikasi dilakukan dengan proses pemantauan dan evaluasi. Poskesdes adalah pos kesehatan desa yang merupakan salah satu UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Ruang lingkup kegiatan poskesdes meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan atau perawat) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya. Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri. Sebuah desa telah menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah poskesdes. Pengertian kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Jenisjenis kader sangat beragam tergantung kebutuhan di pelayanan kesehatan. 3.27 Abstrak Kuliah 27

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

43

Community Health and Health System Based Practice


Topik: Koordinasi perubahan dalam reformasi Yankes primer (kerjasama lintas sektor dan lintas program) Kesinambungan dan keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh tersedianya pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan, baik berupa dokumen perencanaan maupun metode dan cara penyelenggaraannya. UndangUndang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) memberikan arah pembangunan ke depan bagi bangsa Indonesia dalam 20 tahun ke depan sampai dengan tahun 2025. Sedangkan tanggung jawab kesehatan menjadi tanggung jawab semua pelaku pembangunan yaitu pemerintah dan masyarakat. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Di bberapa negara Eropa pada tahun 1980 WHO mengembangkan program kota sehat sebagai strategi menyongsong Ottawa Charter dimana diharapkan terwujud kesehatan untuk semua (health for all). Dalam Ottawa Charter ini ditekankan agar semua aspek (sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya) diperhatikan dan diharapkan berperan, serta aktif mendukung kesehatan. WHO tahun 1996 menetapkan Healthy Cities for Better Life sebagai tema Hari Kesehatan Sedunia. Kabupaten/kota sehat adalah kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk.Hal ini dapat dicapai melalui penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah. Kegiatan terintegrasi merupakan koordinasi kegiatan lintas sector dan lintas program. Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya kesehatan Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovatif) dengan berbagai program dari lintas sektor terkait (di tingkat pusat, daerah, kecamatan dan desa) termasuk organisasi masyarakat dan dunia usaha. Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan wajib dengan upaya kesehatan pengembangan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Misalnya lokakarya mini bulanan adalah keterpaduan listas program yang dipimpin oleh kepala puskesmas. Lokakarya triwulanan adalah keterpaduan lintas sektor yang diadakan di kecamatan, dipimpin oleh camat dan dihadiri oleh instansi lintas sektor tingkat kecamatan, badan penyantun puskesmas (BPP), staf Puskesmas dan jaringannya. Pelaksanaan kerjasama lintas sektoral di Puskesmas dilakukan lewat beberapa tahapan yaitu:

Tahapan masukan (input): penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika


kelompok dan pengumpulan informasi tentang program lintas sektor, informasi tentang kesehatan serta kebijakan program terkait dengan konsep baru. Tahapan proses: iventarisasi peran bantu masing-masing sektor, analisis masalah peran bantu dan pembagian peran masing-masing sektor. Tahapan keluaran (output): kesepakatan tertulis sektor terkait dalam mendukung program kesehatan termasuk program pemberdayaan masyarakat. Dinamika identifikasi dan pemecahan masalah dalam pelaksanaan kerjasama lintas sektor di Puskesmas memakai model curah pendapat atau sumbang saran, diagram alur, analisis SWOT, memilih gagasan alternatif, analisis tulang ikan, penilaian kritis, danbenchmarking atau studi banding. Untuk mencapai tujuan organisasi pelayanan kesehatan yang diharapkan, maka semua sektor terkait hendaknya berpikir secara sistem dengan menetapkan visi

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

44

Community Health and Health System Based Practice


bersama dan pembelajaran tim, membangun tim yang baik, tanpa mengabaikan keahlian pribadi, pembelajaran individu dan model mental masing-masing. Harus disadari bahwa manusia selalu membutuhkan pelayanan sesuai dengan masa pertumbuhan atau perkembangan kehidupannya.Misalnya waktu kelahiran membutuhkan bantuan tenaga dukun, bidan atau dokter.Masa balita memerlukan pengasuh atau baby sister.Usia sekolah memerlukan guru.Remaja memerlukan konsultasi berbagai aktifitas, lapangan kerja dan seksualitas.Dewasa perlu pendamping istri atau suami.Sewaktu bekerja perlu bantuan bimbingan ketrampilan dan keahlian. Masa usia lanjut perlu berbagai jenis pelayanan. Kerjasama lintas sektor yang baik sangat diperlukan untuk memudahkan mencapai tujuan organisasi pelayanan kesehatan yang lebih mulia.

3.28 Abstrak Kuliah 28 Topik: Konsep dokter keluarga dalam Yankes Primer Di Indonesia dokter praktek umum (DPU) tidak kurang dari 30.000 orang dan ada beberapa diantaranya memperoleh gelar keprofesian seperti di luar negeri yaitu dengan gelar dokter keluarga (family doctor). Wadah organisasi dokter keluarga di Indonesia adalah Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI) yang sampai sekarang masih merupakan perhimpunan dokter seminat sebagai Badan Kelengkapan IDI, dimana sebagian anggotanya telah mendapat penataran kedokteran keluarga. Ada beberapa hal yang menyebabkan pelayanan dokter keluarga di Indonesia tidak berjalan sebagaimana mestinya. 1. Tidak adanya regulasi yang mengatur aturan main sistem pelayanan kesehatan yang ada baik di klinik maupun di Puskemas. Uraian tugas pokok dan fungsi klinik dan Puskesmas tidak diketahui secara pasti karena tidak dibagi secara tegas/spesifik. Sejauh mana batas wewenang dan tanggung jawab klinik dokter keluarga menjadi tidak jelas. Akibat semua ini maka terjadi kerancuan dalam pelaksanaannya 2. Kapasitas sumber daya yang masih lemah, provider tidak mengetahui sebatas mana peran dan tanggungjawab yang harus dilakukan. 3. Pengorganisasian sumber daya manusia yang cukup sulit dalam penterapan dokter keluarga, karena berbenturan dengan aturan kepegawaian. 4. Kurangnya dukungan infrastruktur di klinik, dimana dokter keluarga bekerja seadanya sehingga tidak mendukung untuk melaksanakan kewenangan sebagai dokter keluarga. 5. Tidak adanya model sistem pembiayaan yang baku dan memadai. Selama ini sistem pembiayaan masih berdasarkan swakelola, yang sebenarnya seperti proyek dengan pertanggung-jawaban proyek orang per-orang. 6. Dokter keluarga melakukan kegiatan utamanya yang terkait dengan kegiatan luar gedung seperti kunjungan rumah dan pembinaan kelompok lebih didasarkan karena ada dana yang harus dipertanggungjawabkan. Jadi, bukan karena hal tersebut adalah tanggung jawab mereka sebagai dokter keluarga. Adanya beban kerja tambahan seperti laporan administrasi pertanggung-jawaban merupakan sesuatu hal yang tidak biasa mereka lakukan. Dokter keluarga adalah dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang kedokteran atau pelayanan kesehatan dan memiliki pengetahuan serta keterampilan

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

45

Community Health and Health System Based Practice


melalui pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga, sehingga memiliki wewenang untuk menjalankan praktik dokter keluarga pada lini terdepan. Pelayanan kedokteran adalah pelayanan kesehatan/asuhan medis yang didukung oleh pengetahuan mutakhir secara paripurna (komprehensif) dan menyeluruh (holistik) terhadap semua keluhan pasien sebagai anggota keluarga berkaitan dengan jenis kelamin, usia serta kondisi kehidupan keluarganya. Peran dokter keluarga adalah sebagai mitra keluarga dalam upaya pemeliharaan kesehatan keluarga, bersedia menjadi pelaksana pelayanan kesehatan profesional paripurna dengan berperan sebagai petugas kesehatan di lini depan. sebagai pelaksana pelayanan medis dasar dan penasehat serta pendamping keluarga dalam membina kesehatan, termasuk dalam pendayagunaan sumber daya kesehatan bagi keluarga dan anggotanya. Seorang dokter keluarga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan kedokteran keluarga yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan khusus dengan pendalaman di bidang ilmu bedah, kebidanan, kesehatan anak dan penyakit dalam. Dokter keluarga adalah dokter penyelenggara pelayanan kesehatan primer yang berprofesi sebagai dokter praktik umum. Setiap pasien sebaiknya memilih dokter praktik umum yang sesuai dengan keinginannya, yang akan memberikan pelayanan primer atau merujuknya ke pelayanan kesehatan sekunder yang sesuai jika diperlukan. Dalam pelaksanaannya, masyarakat akan mendapatkan pelayanan melalui tiga tahap pelayanan kesehatan yaitu pelayanan tingkat primer (pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter umum), pelayanan tingkat sekunder (jika dianggap perlu, pasien akan dirujuk ke dokter spesialis atau rumah sakit) dan pelayanan tertier (pasien akan dikirim ke tingkat yang lebih tinggi misalnya rumah sakit rujukan). Prinsip dasar pelayanan dokter keluarga. 1. Memberi pelayanan secara komprehensif (paripurna) yang mencakup pencegahan primer, sekunder dan tertier. 2. Memberi pelayanan secara berkesinambungan melalui penyelenggaraan rekam medik yang handal dan kerjasama profesional dengan paramedik lainnya. 3. Memberi pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif yaitu berkoordinasi dengan dokter keluarga lain dan dengan dokter spesialis yang diperlukan serta bekerja sama denga paramedis. 4. Mengutamakan pencegahan lewat pendidikan kesehatan, vaksinasi, pelayanan keluarga berencana (KB), antenatal care (ANC) dan lainnya. 5. Mempertimbangkan keluarganya karena pasien adalah bagian satu unit keluarga dimana interaksi antar pasien dan keluarganya merupakan fokus pelayanan dokter keluarga. 6. Mempertimbangkan komunitas karena beberapa penyakit sangat prevalen di masyarakat yang melibatkan berbagai faktor risiko yang sesungguhnya bisa dicegah.

3.29 Abstrak Kuliah 29: Rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayan primer dan sekunder Rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan telah mengalami proses perubahan orientasi nilai & pemikiran/ paradigma (sosial, sosioekonomis, komprehensif, organobiopsycko sosbud) revolusi RS. Sistem pelayanan kesehatan nasional (SKN 1982) terdiri dari:

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

46

Community Health and Health System Based Practice


1. Pelayanan Tingkat dasar 2. Pelayanan Tingkat Spesialistik 3. Pelayanan Tingkat Sub Spesialistik Yang tertata dalam suatu sistem Upaya Kesehatan Rujukan (rujukan medis dan rujukan kesehatan):Puskesmas RS tipe D RS tipe C RS tipe B RS tipe A. Di masa mendatang, pelayanan di RS hanya bersifat spesialistik/ subspesialistik, karena pelayanan non spesialistik/ pelayanan dasar harus dilakuakn di puskesmas, praktek dokter swasta & unit upaya pelayanan yang setingkat. Tujuan program upaya kesehatan rumah sakit adalah: Peningkatan mutu, cakupan & efisiensi Peningkatan & pemantapan manajemen Pemantapan pola operasional upaya kesehatn rujukan Sasaran: Semua tipe rumah sakit secara bertahap dapat melaksanakan peran dan fungsi sesuai kelasnya. Berbagai kendala yang dihada[pi, seperti biaya, tenaga, fasilitas, pengelola, komitmen para pemilik rumah sakit sehingga kondisinya tidak sama 3.30 Abstrak Kuliah Manajemen Rumah Sakit Salah satu permasalahan rumah sakit di Indonesia adalah kelemahan dalam bidang manajemen/ pengelolanya sehingga tidak tercapainya sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, terutama untuk rumah sakit pemerintah, sedangkan rumah sakit swasta dalam beberapa hal lebih mempunyai keleluasaan dalam pengelolaannya. Organisasi rumah sakit (pemerintah) tergantung type (ABCD), jenis pelayanan dan kepemilikan. Sedangkan rumah sakit swasta organisasinya sangat bervariasi tergantung pemilik & pengelola. Tata kelola rumah sakit (pemerintah)meliputi aspek: a. Teknis pelayanan (unit-unit pelayanan RS) b. Ketenagaan c. Organisasi d. Keuangan Mutu dalam pelayanan rumah sakit, oleh Donabedian (Universitas Michigan, AS) menggolongkan dalam aspek: struktur proses outcome. Mutu pelayanan kesehatn dapat dinilai dari berbagai indikator, kriteria dan standar rumah sakit, antara lain: BOR, AV LOS, BTO, TOI, angka infeksi nosokomial,dll. 3.31 Abstrak Kuliah 31 Topik: Pelayanan kesehatan nonformal di masyarakat Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tidak disebut-sebut tentang pelayanan kesehatan non-formal yang seringkali masih menjadi pilihan masyarakat untuk memperoleh kesembuhan. Dalam praktek sehari-hari pelayanan kesehatan nonformal dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu (1) kedokteran pelengkap (complementary medicine), (2) kedokteran tradisional (traditional medicine) dan (3) pengobatan laternatif (alternative therapy). Pelayanan kedokteran pelengkap adalah beberapa jenis pelayanan yang banyak dipraktekkan di masyarakat untuk menunjang yankes formal. Sebagai contoh adalah pelayanan fisioterapi yang menggunakan berbagai metode dan seringkali dibantu dengan alat tertentu. Bahkan sejak beberapa tahun terakhir, akupunktur juga

a.
b. c.

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

47

Community Health and Health System Based Practice


dimasukkan sebagai complementary medicine karena banyak dokter sudah melakukannya baik dalam praktik perorangan maupun dirumah sakit. Pelayanan kedokteran traditional (traditional medicine) yang juga dikenal dengan sebutan herbal medicine (pengobatan dengan ramuan) sudah digunakan sejak jaman purbakala. Saat ini pemanfaatan kedokteran tradisional semakin berkembang, khususnya terapi dengan ramuan Cina (Chinese herbal medicine) dan terapi dengan ramuan Yayur Weda. Di masyarakat telah dikenal adanya beberapa pengobat traditional yaitu Sinshe (Chinese healer) danBalian Usadha (Balinese traditional healer). Metode pengobatan yang digunakan adalam menggunakan ramuan tertentu yang umumnya bersumber dari alam. Ramuan tersebut dapat berupa daun-daunan, akar, buah, umbi, hewan atau bagian dari organ hewan tertentudan sebagainya dengan takaran tertentu. Prinsip ramuannya adalah adanya sinergi untuk dapat menimbulkan efek penyembuhan maksimal. Pengobatan alternatif (alternative therapy) adalah berbagai metode pengobatan baik dengan menggunakan sarana tertentu ataupun tanpa sarana yang dipercaya memberikan efek kesembuhan bagi si pasien. Pengobat alternatif yang paling dikenal di masyarakat yaitu balian uwut (dukun pijat) danbalian takson/peluasan (mirip paranormal). Disamping itu masih banyak pengobat (therapists) lainnya yang menggunakan sarana tertentu. Sarana yang digunakan dalam melakukan praktek penyembuhan dapat berupa batu (misalnya batu giok), permata, air, kayu, binatang, sesajen, alat tertentu (misalnya mangkok atau mesin) dan sebagainya. Dalam pengobatan alternatif ini seringkali dijumpai hal-hal yang bersifat tidak rasional atau tidak nalar dalam pikiran sehat, tetapi masyarakat seringkali sudah percaya karena mereka merasa memperoleh kesembuhan. 3.32 Abstrak Kuliah 32 Topik: Pembiayaan pelayanan kesehatan Salah satu faktor yang menentukan tingkat kecerdasan dan kemakmuran suatu bangsa adalah tingkat kesehatan masyarakatnya. Untuk menyehatkan suatu bangsa faktor biaya yang disusun dalam sistem pembiayaan kesehatan memegang peran sangat penting. Pembiayaan kesehatan pada garis besarnya memiliki dua komponen yang menjadi sumber pembiayaan. 1. Pemerintah berkewajiban untuk membiayai penyediaan sarana kesehatan, sumberdaya manusia, dan penyelenggaraan upaya kesehatan (health provision) 2. Masyarakat sebagai pengguna jasa kesehatan (health consumer) juga berkewajiban untuk membiayai jasa pelayanan kesehatan. Dalam sistem pembiayaan kesehatan diperlukan beberapa upaya-upaya yaitu: 1. Penggalian dana yang bersumber dari APBN, APBD, dana pinjaman luar negeri, dana masyarakat, atau dari swasta. 2. Pengalokasian dana yaitu mendistribusikan dana agar tercapai pemerataan keadilan. 3. Unsur pembiayaan yaitu membelanjakan dana yang telah terkumpul untuk pembelanjaan kesehatan, seperti pembangunan sarana dan prasarana kesehatan, pembelanjaan untuk pengorganisasian kesehatan, pembelanjaan anggaran untuk SDM kesehatan, pembelanjaan anggaran untuk promotive (promosi kesehatan), curative (pelayanan kesehatan berupa pengobatan), rehabilitative (merehabilitasi setelah perawatan penderita) dan preventive (pencegahan penyakit). Perhitungan biaya (costing) merupakan elemen vital untuk perencanaan dan penganggaran intervensi kesehatan. Informasi biaya bermanfaat untuk 6 keperluan: (1)

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

48

Community Health and Health System Based Practice


menentukan besarnya sumber daya yang perlu dialokasikan kepada suatu intervensi kesehatan; (2) melakukan analisis efektivitas biaya; (3) menentukan harga pelayanan esehatan serta mengalokasikan dana asuransi kesehatan, atau mengontrakkan program kesehatan kepada pihak luar; (4) menentukan prioritas intervensi kesehatan; (5) menilai dan memperbaiki kinerja sistem kesehatan; (6) membantu advokasi, negosiasi, untuk mendapatkan kepercayaan dari lembaga eksekutif maupun legislatif agar bersedia membiayai usulan program kesehatan. Untuk melaksanakan upaya pelayanan kesehatan, biaya operasional sektor kesehatan diperoleh dari 3 sumber yaitu: 1. Pemerintah: APBN dan APBD 2. Swasta atau masyarakat dalam bentuk asuransi kesehatan, investasi pembangunan sarana pelayanan kesehatan oleh pihak swasta dan biaya langsung yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk perawatan kesehatan. 3. Bantuan luar negeri, dapat dalam bentuk grant (hibah) atau pinjaman (loan) yang digunakan untuk investasi atau pengembangan pelayanan kesehatan. Semakin berkembangnya privatisasi pelayanan kesehatan di Indonesia juga akan memberikan peluang investasi untuk sektor swasta menanamkan modalnya di bidang pelayanan kesehatan. Ada dua jenis pengembangan pelayanan kesehatan yang dapat dimasuki oleh sektor swasta yaitu pembangunan infra struktur kesehatan (pembangunan Rumah sakit dengan jaringan kerjanya) dan asuransi kesehatan. 3.33 Abstrak Kuliah 33 Topik: Sistem Jaminan Sosial Nasional Untuk memantapkan kemandirian masyarakat dalam pola hidup sehat, perlu digalang peran serta masyarakat seluas-luasnya, termasuk dalam pembiayaan. Asuransi dan dana sehat seperti JPKM merupakan penataan sub-sistem pembiayaan kesehatan dalam bentuk mobilisasi sumber dana masyarakat. Hal ini merupakan wujud nyata dari peran serta masyarakat tersebut yang apabila berhasil dilaksanakan akan mempunyai peranan yang besar dalam mempercepat pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. Untuk mengembangkan asuransi kesehatan di Indonesia, sudah tersedia berbagai perangkat undang-undang yaitu untuk pengembangan Jamsostek, untuk pengembangan JPKM dan perangkat undang-undang lainnya untuk asuransi kesehatan baik yang bersifat sosial maupun komersial. Pengertian JPKM adalah salah satu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan dan kekeluargaan yang berkesinambungan dan dengan mutu yaqng terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra upaya. Tujuan JPKM adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pelayanan kesehatan paripurna yang merata dan bermutu. Aspek penting dalam penyelenggaraan JPKM adalah adanya pengendalian biaya, jaminan pemeliharaan kesehatan sesuai kebutuhan utama peserta, berkesinam-bungan, pelayanan bersifat paripurna, bermutu, dengan biaya hemat dan terkendali, kemandirian masyarakat dalam membiayai pelayanan kesehatan, serta pengembangan budaya perilaku hidup bersih dan sehat. Dana sehat sudah lama dikembangkan di Indonesia jauh sebelum program JPKM dicanangkan. Sejak adanya pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD), dana sehat telah mulai marak, meski masih dalam bentuk yang sederhana. Jimpitan beras, sumbanagn keluarga untuk pemberian makanan tambahan (PMT) di Posyandu Balita, dan arisan rumah sehat adalah beberapa dari sekian banyak

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

49

Community Health and Health System Based Practice


kegiatan yang bernuansa dana sehat. Pembinaan dana sehat tentu saja diarahkan pada kondisi yang memenuhi syarat sebagai JPKM. Untuk itu telah telah dirumuskan tahapan perkembangan dana sehat yaitu: dana sehat pratama, dana sehat madya dan dana sehat purnama. Yang terakhir adalah dana sehat yang sudah mantap yang mendekati persyaratan JPKM. (Baca lebih lanjut: SJSN, Jamkesmas dan JKBM!) 3.34 Abstrak Kuliah 34 Topik: Program penjaminan mutu pelayanan kesehatan Mutu pelayanan kesehatan (yankes) sangat ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor utama yang berperan adalah faktor kebijakan (policy) baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Faktor lain yang juga sangat berperan adalah faktor dana (budget), penyelenggaraan yankes (health service provision) yang mencakup sumberdaya manusia (manpower), sarana dan prasarana, dan masyarakat (community & service users). Semua faktor tersebut saling terkait dalam upaya peningkatan mutu yankes. Dalam sistem penjaminan mutu yankes dikenal adanya beberapa dimensi dengan ciri khas (characteristics) tertentu yang dipakai pedoman untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Dimensi tersebut adalah: 1. Equity (azas merata atau kesamaan) yaitu yankes untuk semua yang memerlukan 2. Accessibility (kemudahan akses) yaitu jaminan bahwa pelayanan dat dengan mudah diakses oleh masyarakat. 3. Appropriateness (tepat guna) yaitu yankes dilaksanakan secara tepat guna dan mencegah yankes yang tidak perlu, apalagi yang membahayakan. 4. Comprehensive (mencakup semua aspek) yaitu yankes yang mencakup aspek pencegahan primer, sekunder dan tertier. 5. Effectiveness (efektif) yaitu yankes yang menhasilkan perubahan positif seperti peningkatan status kesehatan atau kualitas hidup pasien. 6. Efficiency (efisien) yaitu tercapainya kualitas yankes yang prima dengan kemungkinan biaya paling minimal Dalam proses peningkatan kualitas yankes perlu dibangun suatu strategi dan kemudian memilih intervensi yang dinilai paling tepat dengan daya ungkit paling maksimal. Proses peningkatan kualitas tersebut mencakup terdiri dari 3 tahap yaitu: 1. Tahap analisis yaitu (1) analisis keterlibatan pemangku kepentingan (stakeholders), (2) analisis situasi (situational analysis) dan (3) penentuan tujuan kesehatan (health goals). 2. Tahap penentuan strategi yaitu (1) penentuan tujuan peningkatan kualitas (quality goals) dan (2) memilih intervensi untuk peningkatan kualitas (choosing intervention) 3. Tahap implementasi terdiri dari (1) proses implementasi dan (2) perkembangan dalam pemantauan (monitoring progress). Program penjaminan mutu yankes dapat dilaksanakan pada setiap aspek yankes primer baik dalam peningkatan mutu manajemen pelayanan maupun dalam peningkatan status kesehatan masyarakat. 3.35 Abstrak Kuliah 35 Topik:Managed Care (Yankes terkelola dan asuransi kesehatan) Asuransi pada`dasarnya adalah suatu mekanisme untuk mengalihkan risiko (ekonomi) perorangan menjadi resiko kelompok. Datangnya suatu risiko, termasuk risiko sakit seringkali tidak dapat diperhitungkan sehingga apabila risiko tersebut

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

50

Community Health and Health System Based Practice


ditanggung masing-masing orang yang terkena maka beban risikonya (ekonomi) akan menjadi sangat berat. Akan tetapi bila resiko perorangan dialihkan menjadi risiko kelompok (risk-sharing) maka risiko tersebut dapat diperhitungkan. Disini berlaku hukum bilangan banyak (the law of large numbers) yaitu semakin besar jumlah anggota kelompok maka semakin pasti risiko yang diperkirakan akan menjadi beban perorangan. Aplikasi prinsip asuransi dalam pemeliharaan kesehatan oleh Bank Dunia dikelompokkan menjadi: (1) Social Health Insurance, (2) Private Voluntary Health Insurance dan (3) Regulated Voluntary Health Insurance. Dalam program asuransi konvensional dikenal adanya hubungan tiga pihak (tripartite relationship) yaitu antara Badan Penyelenggara Asuransi Kesehatan, Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK atau Providers seperti RS, Dokter dan Apotik) dan Peserta Asuransi Kesehatan (Konsumen). Konsep Tripartite kemudian berkembang menjadi Bipartite dimana penyelenggara asuransi kesehatan bekerjasama dan bahkan mendirikan health provider sendiri sehingga lahirlah konsep health maintenance organization (HMO). Model Bipartite yaitu peserta membayar premi kepada Badan Penyelenggara Askes dan badan ini member pelayanan kepada peserta. Bentuk HMO yang pertama HMO memiliki rumah sakit (RS) dan kelompok dokter.Bentuk yang kedua yaitu HMO berdiri sendiri dan kerjasama lewat kontrak dengan RS dan dokter-dokter peroraangan. Setiap HMO menawarkan berbagai jenis jasa pelayanan dengan berbagai tarif yang bervariasi sesuai dengan kualitas dan kuantitas yankes yang menjadi hak peserta 3.36 Abstrak Kuliah 36 Jaminan Sosial Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Konstitusi negara dan Undang-Undang No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mengamanatkan untuk memberikan perlindungan bagi fakir miskin, anak dan orang terlantar serta orang tidak mampu yang pembiayaan kesehatannya dijamin oleh Pemerintah. Kementrian Kesehatan menetapkan kebijakan untuk lebih memfokuskan perhatian pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu. Saat ini pemerintah sedang memantapkan penjaminan kesehatan melalui Jamkesmas sebagai awal dari pencapaian jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk. Berdasarkan pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman negara lain, Sistem Jaminan Kesehatan Sosial merupakan suatu pilihan yang tepat untuk menata subsistem pelayanan kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) akan menjadi pendorong perubahan-perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan, standarisasi tarif, penataan penggunaan obat yang rasional dan meningkatkan kemampuan serta mendorong manajemen rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya untuk lebih efisien yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya. Melalui Jamkesmas diharapkan dapat membetri kontribusi meningkatkan umur harapan hidup bangsa Indonesia, menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta penurunan angka kelahiran, disamping itu dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan peserta pada umumnya. Ketentuan Umum dalam program Jamkesmas adalah:

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

51

Community Health and Health System Based Practice


Pendanaan Jamkesmas merupakan bantuan sosial dengan sumber dana dari APBN. Peserta Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan tidak mampu berdasarkan data BPS 2006. Jumlah sasaran peserta sesuai dengan keputusan Bupati atau Walikota yang telah ditetapkan tahun 2008. Setiap peserta akan mendapat kartu Jamkesmas Setiap peserta berhak mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi: rawat jalan tingkat pertama (RJTP), rawat inap tingkat pertama (RITP), rawat jalan tingkat lanjut (RJTL), rawat inap tingkat lanjut (RITL) dan pelayanan gawat darurat. RJTP dan RITP diberikan di Puskesmas dan jaringannya. Sedangkan RITL dan RJTL didasarkanatas rujukan yang di rumah sakit diberikan fasilitas perawatan klas III. Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) Dewasa ini derajat kesehatan masyarakat Bali sudah cukup baik jika diukur dengan indikator-indikator utama yang ditetapkan secara nasional. Namun demikian Bali masih menghadapi berbagai masalah kesehatan masyarakat yang kompleks, utamanya menyangkut pengendalian penyakit menular berbasis lingkungan seperti DBD, diare, TB dan juga penyakit berbasis prilaku seperti HIV/AIDS serta penyakit bersumber binatang seperti flu burung dan rabies. Sekitar 72,12% dari penduduk Bali belum memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan yang senantiasa akan bermasalah ketika mereka jatuh sakit. Berdasarkan hal tersebut di atas, Pemerintahan di Provinsi Bali (Gubernur dan Bupati/Wali kota) mengambil kebijakan untuk menaungi masyarakat dengan pelayanan kesehatan melalui program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) untuk seluruh masyarakat Bali. Ketentuan Umum dalam JKBM adalah: Sasaran program adalah penduduk Bali yang sudah terdaftar dan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Bali serta memenuhi kriteria peserta. Setiap peserta berhak mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi : rawat jalan tingkat pertama (RJTP), rawat inap tingkat pertama (RITP), rawat jalan tingkat lanjut (RJTL), rawat inap tingkat lanjut (RITL) dan pelayanan gawat darurat. RJTP dan RITP diberikan di Puskesmas dan jaringannya, sedangkan RITL dan RJTL didasarkan atas rujukan yang di RS diberikan fasilitas di kelas III. Pada dasarnya manfaat yang diperoleh masyarakat bersifat komprehensif sesuai dengan indikasi medis, kecuali beberapa hal yang dibatasi dan tidak dijamin. Sumber dana JKBM berasal dari APBD Provinsi Bali dan PAD Kabupaten/ Kota yang ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan.

----------------------------

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

52

Community Health and Health System Based Practice


DAFTAR PUSTAKA Bisma Murti, dkk. 2006. Perencanaan dan Penganggaran untuk Investasi Kesehatan di Tingkat Kabupaten dan Kota. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Boelen C, et al. 2002. Improving Health System : thye Contribution Of Family Medicine.Pp 36 49. WONCA, Singapore Boelen C, 2000, Towards Unity for Health: Coordinating Changes in Health Services and Health Professions and Education, WHO, Geneve. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001. ARRIF Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat. Cetakan ke 6. Departemen Kesehatan. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Jakarta. Dirjen Binkesmas. 2000. Kumpulan Materi Pelatihan Penyelenggaraan JPKM. Departemen Kesehatan. Jakarta Gan G. L, et al. 2002. A Premier On Family Medicine Practice: family medicine in Health Care delivery.Pp 133 143. WONCA. Singapore Gan G. L, et al. 2002. A Premier On Family Medicine Practice: family medicine in Health Care delivery.Pp 42 72. WONCA. Singapore Hasbullah Thabrany, 2005, Asuransi Kesehatan Nasional, PAMJAKI Jakarta Konsil Kedokteran Indonesia, 2008. Standar Kompetensi Dokter. Jakarta. Mubarak, W. I dan Chayatin N. 2009. Ilmu kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Salemba Medika. Jakarta. Picket george dan Hanlon, J. J. (terjemahan Gufron Mukti. A).2009. Masyarakat: Administrasi dan Praktik, edisi I. EGC. Jakarta. Kesehatan

Proyek Kesehatan Keluarga dan Gizi Departemen Kesehatan. 2002. ARRIME Pedoman Manajemen Puskesmas. D Kes RI. Jakarta. Rafael Bengoa, 2006, Quality of Care: a pros\cess for making strategic choices in health system, WHO

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

53

Community Health and Health System Based Practice


Reinke, W.A. (terjemahan Trisnantoro,L., Ryarto, S., Hasanbasri, M., Savitri, T.). 1994.Perencanaan Kesehatan untuk Meningkatkan Efektifitas Manajemen (Health Planning fot Effective Management), Gajah Mada University Press, Yogyakarta Sulastomo, 1995, Asuransi Kesehatan dan Managed Care, PT.(Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia, Jakarta Sulastomo, 2005, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Penyelenggara Jaminan Kesehatan, IDI Jakarta Supriyanto, S dan Damayanti, N. A. 2007. Perencanaan dan Evaluasi. Airlangga University Press. Surabaya. Whorld Health Organization. Rosemary McMahon, et al (alih bahasa Popi Kumala). 1999. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer ( A Guide to Management in Primary health Care). EGC. Jakarta Wiadnyana I.G.P. (1993).Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas.Dirjen pembinaan Kesehatan Masyarakat, Depkes RI. Jakarta.

--------------------

Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

54

You might also like