You are on page 1of 40

BAB 1 LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Pada masa ini beberapa perubahan ala-alat genital interna dan eksterna yang salah satunya adalah perubahan pada uterus yang berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil yang disebut dengan involusi uterus (Sarwono, 2005). Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, setelah plasenta lahir tinggi fundus 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke-7 postpartum uterus 7 cm atau pertengahan pusat-sympisis, minggu ke-2 postpartum uterus sudah tidak teraba, minggu ke-6 postpartum uterus sudak bertambah mengecil atau masuk rongga panggul, dan pada minggu ke-8 atau 40 hari postpartum tinggi fundus uterus sudah normal kira-kira dengan berat 30 gram (Sarwono, 2005). Proses involusi uterus dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu mobilisasi dini, usia, paritas, latihan senam nifas,dan ASI. Mobilisasi dini dapat dilakukan setelah istirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu (pada persalianan normal), usia lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, sedangkan oto-otot yang terlalusering teregang maka elastisitasnya akan berkurang sehingga paritas mempengaruhi percepatan involusi. Pada saat kehamilan dan persalinan dapat menyebabkan perubahan kendornya dinding perut sehingga dapat dilakukan latihan

2 senam nifas, dan faktor yang sangat mempengaruhi percepatan involusi uterus yaitu dengan pemberian ASI pada bayi. Pada waktu bayi menghisap ASI terjadi rangsangan ke hipofisis posterior sehingga dapat dikeluarkannya oksitosin, yang berfungsi untuk meningkatkan kontraksi otot polos sekitar alveoli kelenjar ASI sehingga ASI dapat dikeluarkan. Oksitosin akan merangsang pula otot rahim sehingga mempercepat terjadinya involusi rahim. Bagi ibu yang sensitif, rangsangan oksitosin dapat memberikan rasa sakit di daerah suprasimpisis (Manuaba, 1998). Mengingat dampak negatif yang akan ditimbulkan akibat enggannya ibu menyusui akan menyebabkan memperlambatnya proses involusi uterus. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara pemberian ASI dengan involusi uteri pada ibu nifas di Nyai Ageng Pinatih Gresik. 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ini dilaksanakan di RSIA Nyai Ageng Pinatih yang terletak di Jl. KH Abdul Karim 76 78, Gresik. Rumah Sakit Ibu dan Anak ini melayani ANC, INC, PNC, Imunisasi, tindik, pengobatan umum, periksa gula darah, dan lain-lain. Ibu nifas yang ada di RSIA ini selama 2 minggu terkhir pada bulan juni yaitu banyaknya kasus adanya permasalahan kurang cepatnya involusi uterus pada ibu nifas yang enggan menyusui bayinya. Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 25 Juni 2009dari rekam medik terdapat 974 ibu nifas tahun 2008, dan pada tahun

3 2009 mulai bulan januari sampai tanggal 1 juli sebanyak 582 ibu nifas. Pada tahun 2009 paling sedikit ibu nifasnya sebanyak 84 orang yaitu pada bulan januari, sedangkan pada tanggal 1 Juli terdapat 10 ibu nifas yang dijadikan sampel atau responden yaitu terdapat 6 (60 %) responden yang mengalami masalah dengan percepatan involusi uteri dikarenakan enggannya ibu menyusui, dan 4 (40%) yang tidak mengalami masalah dengan percepatan proses involusi. Sehingga melihat kejadian tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara pemberian ASI dengan involusi uteri pada ibu nifas di RSIA. Nyai Ageng Pinatih Gresik. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, sehingga dapat dirumuskan permasalahannya yaitu Apakah ada hubungan antara pemberian ASI dengan involusi uterus pada ibu nifas di RSIA. Nyai Ageng Pinatih Gresik ? .

BAB 2 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 2.1 2.1.1 Tujuan Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pemberian ASI dengan involusi uterus pada ibu nifas di RSIA. Nyai Ageng Pinatih Gresik. 2.1.2 2.1.2.1 2.1.2.2 2.1.2.3 Tujuan Khusus Mengidentifikasi pemberian ASI pada ibu menyusui. Mengidentifikasi involusi uterus pada ibu nifas. Menganalisis hubungan antara pemberian ASI dengan involusi uterus pada ibu nifas di RSIA. Nyai Ageng Pinatih Gresik. 2.2 2.2.1 Dapat Manfaat Penelitian Bagi Peneliti digunakan sebagai tambahan pengalaman, wacana,

wawasan, serta lebih memahami tentang hubungan pemberian ASI dengan involusi uterus dan dapat menerapkan ilmu metodoogi penelitian yang diperoleh selama pendidikan. 2.2.2 Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai penemuan baru yang dapat dipakai mahasiswa sebagai wacana dan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.

5 2.2.3 Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan Diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pemberian ASI dengan involusi uterus. 2.2.4 Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai wacana baru untuk menambah pengetahuan bagi masyarakat khususnya ibu nifas mengenai hal-hal yang mempengaruhi percepatan proses involusi uterus.

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan teori yang mendukung variable yang mendasari penelitian. 3.1 3.1.1 Konsep Dasar Nifas Pengertian Nifas Masa Nifas adalah dimana dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2005). Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti semula selama 6 8 minggu( Rustam M, 1998). Masa nifas adalah masa dimulai dari placenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil

(Prawirohardjo, 2002). Masa nifas dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2001). Masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil, lamanya masa nifas kurang lebih 6 minggu. Kejadiankejadian dalam waktu nifas yaitu involusi dan laktasi (Depkes RI, 1997).

7 Nifas (Puerpurim) adalah masa nifas yang berlangsung 6 minggu atau 42 minggu merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba, IBG, 1999). 3.1.2 Pembagian Masa Nifas Periode pada masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu: 3.1.2.1 Puerperium Dini Adalah kepulihan dimana ibu telah diperoleh berdiri dan berjalan. Sekarang ini tidak perlu menahan ibu nifas istitrahat di tempat tidur selama 7-14 hari. Diperbolehkan bangun dari tempat tidur 24 48 jam post partum. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja selama 40 hari. 3.1.2.2 Puerperium Intermedial Adalah kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia externa dan interna yang lamanya 6 8 minggu. Alat genetalia tersebut adalah uterus, bekas implementasi placenta, luka jalan lahir, endometrium, dan ligament. 3.1.2.3 Remote Puerperium Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil atau melahirkan mempunyai komplikasi. 3.1.3 Perubahan-perubahan Pada Masa Nifas Perubahan pada masa nifas menurut Hanifa 1999 adalah sebagai berikut:

8 1. After pains atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang-kadang sangat mengganggu selama 2 3 hari post partum. 2. Sesudah partus suhu badan naik 0,5 0C sesudah 12 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. 3. Nadi setelah partus dapat terjadi bradikardi umumnya nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan (Hanifa, 1999). 3.1.4 Tanda-tanda Bahaya Nifas 1. Perdarahan pervaginam banyak dan menggumpal a Kurang dari 24 jam post partum, penyebabnya: sisa uri,

kontraksi lemah atau inertia uteri, pedarahan karena jalan lahir luka. b Lebih dari 24 jam post partum, penyebabnya sisa uteri.

2. Lochea berbau Kemungkinan penyebabnya adalah koprostatis (Lochea tertimbun). 3. Kaki terasa sakit, merah, dan bengkak. 4. Demam 5. Rasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya 6. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama 7. Nyeri kepala yang terus-menerus 8. Payudara menjadi merah, panas, dan terasa nyeri 9. Rasa sakit waktu BAK, kemungkinan penyebabnya adalah sistitis Gejalanya: waktu BAK terasa sakit, pada daerah atas sympisis ada nyeri tekan.

9 3.1.5 Perubahan Psikologis pada post partum Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan adalah: 3.1.5.1 bayi 3.1.5.2 beberapa fase: 1. Fase taking in, pada saat ini perhatian ibu pada diri sendiri pasif dan tergantung pada orang lain, berlangsung pada hari 1 2. 2. Fase taking hold, ibu berusaha mandiri dan berinisiatif, berlangsung kira-kira sampai 10 hari. 3. Fase letting go, terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan bayi dan diri sendiri serta penyesuaian dalam hubungan keluarga 3.1.6 1. a. b. Kebutuhan Dasar ibu nifas Istirahat Menyarankan ibu untuk tidur siang Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah Fase Boonding Attachment post partum terdiri dari Fase honeymoon, terjadi interaksi dan kontak antara ayah, ibu, dan

tangga biasa secara perlahan-lahan c. Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk

mencegah kelelahan yang berlebihan 2. a b pasca persalinan c Konsumsi 500 kalori/hari Nutrisi Minum air putih 3 liter/hari Minum pil penambah darah selama 40 hari

10 d Makan makanan dengan gizi seimbang

11 3. a. b. tubuh c. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah Personal Hygiene Nasehati ibu untuk setiap hari BAB/BAK Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh

kelamin dengan sabun d. 4. a. b. c. Menyarankan ibu untuk ganti pembalut minimal 2x/hari Perawatan Payudara Menjaga payudara tetap bersih dan kering Memakai BH yang menopang Bila payudara bengkak akibat bendungan ASI, kompres

payudara dengan air hangat 5 10 menit d. Bila putting susu lecet, oleskan ASI yang keluar pada

sekitar putting susu setiap selesai menyusui e. Bila lecet berat istirahat 24 jam post partum, ASI

dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok 5. Hubungan sexsual Secara fisik aman untuk berhubungan suami istri begitu darah merah segar berhenti dan ibu dapat memasukan 1 atau 2 jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. 6. Keluarga Berencana (KB) Diharapkan pasangan dapat menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum hamil kembali. Pasangan bisa menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan kehamilannya.

12 Akan tetapi petugas kesehatan dapat membantu merencanakan suatu kehamilan. Metode Amenorhea laktasi (MAL) dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru (Manuaba, 1999).

3.1.7

Perawatan Pada Masa Nifas Setelah persalinan selesai ibu dianjurkan istirahat, kini perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini yang mempunyai keuntungan sebagai berikut: memperlancar pengeluaran lochea dan mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointrestinal dan alat perkemihan meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. Perawatan pada masa nifas dilakukan dalam bentuk pengawasan sebagai berikut:

3.1.7.1

Rawat gabung Perawatan bayi dan ibu dalam suatu ruangan bersama-sama sehingga lebih banyak memperhatikan bayinya, segera memberikan ASI, sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.

3.1.7.2

Pemeriksaan umum Pemeriksaan umum yang perlu dilakukan adalah: 1. Kesadaran penderita 2. Keluhan yang terjadi setelah persalinan

13 3.1.7.3 Pemeriksaan khusus Pemeriksaan khusus yang perlu dilakukan adalah: 1. Fisik : Suhu, nadi, tensi, dan pernafasan

2. Fundus Uteri : Tinggi Fundus Uteri, dan kontraksi uterus 3. Payudara 4. Lochea : putting susu, pembengkakan, dan pengeluaran ASI : Lochea rubra, lochea sanguinolenta

5. Luka jahitan episotomi 3.1.7.4 Nasehat yang perlu diberikan pada ibu nifas. Nasehat yang perlu diberikan pada ibu nifas saat akan memulangkan (Manuaba, 1998) adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 3.1.7.5 Diet Kebersihan diri Miksi dan buang air besar ASI dan putting susu Kembalinya datang bulan atau menstruasi Jadwal kontrol Menurut Depkes, 1992 ibu nifas disarankan harus kontrol bila: 1. 2. 3. Perdarahan banyak Ibu merasa demam Setelah 12 jam belum bisa kencing

14 3.2 3.2.1 Konsep Dasar Involusi Uterus Definisi Involusi Uterus Involusi uterus adalah perubahan alat-alat genetalia interna maupun eksterna yang berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Organ kandungan yang mengalami involusi uterus antara lain: 1. Uterus Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami suatu kontraksi dan jaringan otot mengalami proses proteolitik berangsurangsur akan mengecil sehingga pada akhir nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram (Manuaba, 1998). Selama uterus

mangalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu otot yang membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan post partum (Manuaba, 2005).

Tabel Myles 3.1 Kemajuan perubahan yang biasa dalam uterus No Hari Berat Uterus Diameter Tempat Plaasenta 12,5 cm 7,5 cm 5,0 cm 2,5 cm Serviks Lembut, lunak 2 cm 1 cm Membelah

1 Pada akhir persalinan 900 g 2 Pada akhir 1 minggu 450 g 3 Pada akhir 2 minggu 200 g 4 Pada akhir 6 minggu 60 g Sumber: Intra partum postpartum, 2000

15 Tabel 3.2 Tinggi Fundus Uterus (TFU) menurut masa involusi Proses Involusi Uterus Involusi 1. Plasenta lahir 2. 7 hari 3. 14 hari 42 hari 56 hari Sumber: Manauba, 1999 2. Involusi tempat plasenta Pada permulaan nifas plasenta mengandung pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombos. 3. Perubahan pembuluh darah Dalam kehamilan, uterus banyak pembuluh-pembuluh darah besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak. Maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas. 4. Perubahan pada dinding perut dan peritoneum Setelah persalinan dinding perut longgar karena direggang begitu lama, tetapi pulih kembali dalam 6 minggu. 5. Lochea Adalah cairan yang berasal dari ovum uteri dan vagina dalam masa nifas, yaitu: TFU Berat Uterus Sepusat 100 gram Pertengahan pusat 500 gram sympisis 350 gram Tak teraba 50 gram Sebesar hamil 2 minggu 30 gram Normal

16 Tabel 3.3 Pengeluaran Lochea menurut involusi uterus No 1 Hari 12 Macam Lochea Rubra Warna Merah Terdiri Dari Darah segar, sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanogo, dan meconium Darah dan lendir Cairan tidak berdarah lagi Cairan putih Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanahberbau busuk Lochea yang keluar tidak lancar

2 3 4 5 6

37 >7

Sanguinolenta Alba

Merah kekuningkuningan Putih Kuning

2 Serosa Minggu >2 Purulenta Minggu Lochiostatis

Sumber: Manuaba, 1998 6. Laktasi Masing-masing buah dada terdiri dari 15 24 lobus yang terletak terpisah satu sama lain oleh jaringan lemas. Keadaan buah dada pada 2 hari post partum pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. 1. Pengertian

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan (Depkes RI, 1994). 2. Fisiologi Laktasi

Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan pada kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi. Persiapan tersebut berupa banyaknya perubahan yang terjadi pada putting dan pada payudara, baik selama kehamilan maupun waktu persalinan sebagai suatu

17 kegiatan persiapan untuk melaksanakan fungsi laktasi berlangsung walaupun kehamilan terpaksa terhenti pada usia 16 minggu (James, 1994).

3.2.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi Involusi Uterus

3.2.2.1 Usia Pada usia lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak, penurunan elastis otot, dan penurunan penyerapan lemak, protein, serta karbohidrat. 3.2.2.2 Paritas Otot-otot yang terlalu sering teregang maka elastisitasnya akan berkurang, dengan demikian untuk mengembalikan ke keadaan semula setelah teregang memerlukan waktu yang lama. Sehingga paritas dapat mempengaruhi involusi uterus. 3.2.2.3 Status Gizi Masalah diet perlu mendapatkan perhatian pada masa nifas untuk dapat meningkatkan kesehatan dan pemberian ASI, sehingga dengan makanan yang bergizi dapat mempengaruhi produksi ASI yang dapat merangsang kontraksi uterus. 3.2.2.4 Mobilisasi Dini Mobilisasi dini atau aktifitas segera, dilakukan setelah beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu (pada persalinan normal). Mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan lokia dalam rahim,

18 meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin, mempercepat normalisasi alat kelamin dalam ke keadaan semula. 3.2.2.5 Menyusui (Laktasi) Kini pemberian ASI digalakkan kembali oleh karena ternyata memberikan ASI mempunyai keuntungan dan keunggulan jauh lebih besar daripada memberikan susu formula. Keuntungan bagi ibu adalah mempercepat proses pengembalian rahim keukuran semula (Manuaba, 1999). Lama dan frekuensi menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Berilah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi, biasanya 8 10 x/hari selama 10 20 menit termasuk menyusui pada malam hari. 3.2.2.6 Senam nifas Kehimalan dan persalinan menyebabkan perubahan kendornya dinding perut karena pembesaran kehamilan dan longgarnya liang senggama serta otot dasar panggul. Keadaan dan kenyataan tersebut sebagian dapat dikembalikan sehingga mendekati normal. Untuk mencapai sasaran tersebut dapat dilakukan senam kesegaran jasmani setelah persalinan. Latihan senam nifas memiliki manfaat yaitu memperlancar peredaran darah, memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi rasa sakit pada otot, mempercepat proses involusi uterus, memulihkan kembali kekuatan otot, dan membentuk sikap tubuh yang baik.

19 3.2.3 Komplikasi Involusi Uterus

3.2.3.1 Pedarahan Pedarahan > 500 cc pasca bersalin dalam 24 jam setelah bayi dan plasenta lahir. Perkiraan pedarahan yang bercampur amnion, darah, dan urine. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu kosongkan kandung kemih, oksitosin 10 UI, dan dapat melakukan plasenta manual. Pada involusi,otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan dan apabila tidak terjadi kontraksi maka otot rahim yang terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk anyaman tidak tertutup sempurna sehingga dapat terjadi pedarahan postpartum (Prawirohardjo, 2005). 3.2.3.2 Infeksi Infeksi pada masa nifas dapat diliha dari faktor predisposisi yaitu partus lama, dan tindakan operasi persalinan. Apabila terjadi sub involusi, maka pengeluaran lochea tidak dapat dengan lancar sehinggamudah terkena infeksi. 3.3 3.3.1 Konsep Dasar Menyusui Menyusui Menyusui adalah suatu proses dimana bayi menerima susu dari payudara ibu sendiri. Setelah persalinan pengaruh menyusui dari estrogen dan progesterone terhadap hipofise hilang, timbul pengaruh hormonhormon hipofise kembali yaitu prolaktin dan oksitosin.

20 3.3.2 Manfaat menyusui 1. Menjalin hubungan yang baik antar ibu dan bayi Menjalin hubungan yang baik antara ibu dan bayi secara alami, karena dengan adanya kontak kulit sehingga bayi merasa aman. Sentuhan antara kulit ibu dan bayi segera setelah persalinan akan sangat bermanfaat dan membantu dimulainya hubungan lekat antara bayi dan bayi serta pengeluaran ASI. Agar terjalin suatu keterikatan yang dapat terlihat dan menadai permulaan dari keterikatan tersebut, menyusui bayi dan memegangnya dapat diatur dengan mudah sehingga dapat terjalin Bounding Attement. 2. Menjarangkan kehamilan Sebagian besar haid akan kembalisetelah 4 6 bulan. Dengan pemberian ASI secara teratur dapat dipergunakan sebagai KB. Hal ini dikarenakan karena kadar hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormone-hormon untuk ovulasi, sehingga setelah melampaui 3 bulan segera menggunakan alat kontrasepsi sehingga terlindungi dari kemungkinan hamil. Pada ibu nifas yang menyusui dapat terjadi laktasi amenorche, yang dapat bertindak sebagai metode KB dalam waktu relaif 3 sampai 4 bulan. 3. Mengurangi insidens carcinoma Mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara pada masa mendatang dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui (Perinisai, 1994).

21 4. Mencegah infeksi Suatu proses infeksi pada payudara yang dapt menimbulkan reaksi sistemik ibu, misalnya: payudara tampak bengkak, kemerahan dan dirasakan nyeri. Apabila terjadi subinvolusi maka pengeluaran lochea tidak dapat keluar dengan lancar sehinggamudah terkena infeksi. 3.3.3 1. 2. Cara menyusui yang benar Cucilah tangan dengan air bersih yang mengalir Perah sedikit ASI dan oleskan ke putting susu dan aerola

sekitarnya. Manfaatnya adalah sebagi desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu. 3. 4. 1. Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung Posisikan bayi dengan benar Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan

dekat lekungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu 2. 3. 4. Perut bayi menempel ke tubuh ibu Mulut bayi berada didepan putting ibu Lengan yang dibawah merangkul tubuh ibu, jangan berada

diantara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu 5. lurus Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis

22 5. Bibir bayi dirangsang dengan putting ibu dan akan membuka

lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting serta aerola dimasukkan kedalam mulut bayi

23 6. 1. 2. 3. Cek apakah perlekatan sudah benar Dagu menempel pada payudara ibu Mulut terbuka lebar Sebagian besar aerola terutama yang berada di bawah,

masuk kedalam mulut bayi 4. 5. 6. Bibir bayi terlipat keluar Pipi bayi tidak boleh kempot Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar

bunyi menelan 7. 8. 9. Ibu tidak kesakitan Bayi tenang Apabila posisi dan perlekatan sudah benar, maka

diharapkan produksi ASI tetap banyak 7. Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu

kesebelah kanan sampai bayi merasa kenyang 8. Cara melepaskan putting susu dari mulut bayi, dengan

penekanan dagu bayi ke arah bawah atau dengan memasukkan jari ibu antara mulut bayi dan payudara ibu 9. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi

dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat 10. Sebelum di tidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya

udara yang terhisap bisa keluar, cara menyendawakan bayi: 1. Bayi digendong, menghadap ke belakang dengan dada

bayi diletakkan pada bahu ibu

24 2. 3. Kepala bayi disangga / ditopang dengan tangan ibu Usap punggung bayi perlahan-lahan sampai bayi

bersendawa 11. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI, keluarkan dengan alat

pompa susu (www.google.com, 2009). 3.3.4 Manajemen Laktasi Setiap fasilitas kesehatan yang bersentuhan dengan kesehatan ibu dan anak harus melakukan sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LKKM) yang terdiri dari: 1. 2. Ada kebijakan tertulis tentang menyususi Setiap petugas memiliki ketrampilan yang terkait dengan

manajemen laktasi 3. 4. Menjelaskan manfaat menyusui kepada ibu hamil Membantu ibu untuk mulai menyusukan bayinya dalam waktu

30 menit setelah melahirkan 5. Memperagakan cara menyusui serta menerapkan ASI dini dan

eksklusif 6. Tidak memberi makanan atau asupan apapun selain ASI pada

bayi baru lahir 7. 8. 9. 10. Melaksanakan rawat gabung Memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi (on demand) Tidak memberi dot atau kempeng pada bayi Membentuk dan membantu pengembangan kelompok

pendukung ASI (APN, 2007).

25 Tugas utama bidan terkait dengan manajemen laktasi adalah: 1. Memberdayakan ibu untuk melakukan perawatan payudara,

cara menyususi, merawat bayi, merawat tali pusat dan memandikan bayi 2. 3. 3.3.5 Mengatasi masalh laktasi Memantau keadaan ibu dan bayi

Kegiatan manajemen laktasi 1. 1. 2. 3. Masa Antenatal KIE manfaat dan keunggulan ASI Meyakinkan ibu untuk menyusukan anaknya Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan, dan

payudara 4. 5. Memantau kecukupan gizi ibu hamil Menciptakan suasana bahagia bagi keluarga terkait

dengankehamilan ibu 2. 1. Segera setelah bayi lahir Memberikan ASI dini (dalam 1 jam pertama setelah bayi

lahir) dan persentuhan ibu-bayi 2. 3. 1. 2. 3. Membina ikatan emosional dan kehangatan ibu-bayi Masa neonatal Menjamin pelaksanaan ASI eksklusif Rawat gabung ibu-bayi Jaminan asupan ASI setiap bayi membutuhkan (on

demand)

26 4. 5. Melaksanakan cara menyusui yang benar Upaya tetap mendapat ASI jika ibu dan bayi tidak selalu

bersama 6. 4. 1. Vitamin A dosis tinggi (20.000 SI) bagi ibu nifas Masa menyusui selanjutnya Pemenuhan ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama dan MP-

ASI (mkanan pendamping dan ASI) untuk 6 bulan ke dua 2. Memantau kecukupan gizi dan memberi cukup waktu

istirahat bagi ibu menyusui 3. Memperoleh dukungan suami untuk menunjang

keberhasilan ASI eksklusif 4. 2007). Mengatasi masalah menyusui (Asuhan Persalinan Normal,

27

BAB 4 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

4.1

Kerangka Konseptual

Ibu nifas pada hari ke-3 atau ke-4 Faktor intern : Mobilisasi dini Istirahat 4. Laktasi (menyusui) Latihan senam nifas Miksi Faktor ekstern : Psikologi Penggunaan alat kontrasepsi Gizi

Involusi uterus

Cepat atau Lambat

Gambar 4.1 Kerangka Konseptual Hubungan antara Pemberian ASI dengan Involusi Uterus pada Ibu Nifas Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

28

29 Ada beberapa faktor intern yang mempengaruhi percepatan involusi uterus pada ibu nifas yaitu mobilisasi dini, istirahat, latihan senam nifas, laktasi atau menyusui, dan miksi (BAK), sedangkan faktor-faktor ekstern yaitu Psikologi, penggunaan alat kontrasepsi, dan gizi atau makanan. Pada ibu nifas yang sangat mempengaruhi percepatan involusi uterus adalah dengan menyusui atau laktasi. Dalam proses menyusui akan timbul 2 rangsangan yaitu reflek prolaktin dan reflek oksitosin, dengan adanya rangsangan pada saat menyusui akan mempengaruhi produksi ASI dan akan menimbulkan kontraksi otot uterus. Kontraksi otot uterus pada ibu nifas yang menyusui dapat mempengaruhi percepatan involusi uterus. 4.2 Hipotesis Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam penelitian (Notoadmodjo, 2005). Ada hubungan antara pemberian ASI dengan involusi uterus pada ibu nifas.

BAB 5 METODE PENELITIAN

5.1

Rancang Bangun Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik yaitu menghubungkan dua

variabel antara pemberian ASI dengan Involusi Uterus, dengan tehnik cross sectional. Tehnik cross sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama.

30

31 5.2 Kerangka Operasional

Menentukan populasi penelitian yaitu ibu nifas yang ada di RSIA Nyai Ageng Pinatih, Gresik

Sampel ibu nifas pada hari ke-3 atau ke-4

Menentukan metode sampling penelitian accidental sampling yaitu ibu nifas yang ada di RSIA Nyai Ageng Pinatih, Gresik

Memberikan inform consent

Observasi dan pengukuran fundus pada ibu nifas

Pengolahan Data

Menganalisis data statistik pada ibu nifas di RSIA Nyai Ageng Pinatih, Gresik

Menyajikan Data

Kesimpulan

Gambar 5.1

Kerangka Operasional Hubungan antara Pemberian ASI dengan Involusi Uterus pada Ibu Nifas

32 5.3 5.3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Ruang nifas RSIA. Nyai Ageng Pinatih, Jl. KH. Abdul Karim 76 78 Gresik. 5.3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli s/d Agustus 2009. No 1 2 3 4 5 6 7 5.4 5.4.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah setiap subjek (Misalnya: manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang ada di Ruang nifas RSIA. Nyai Ageng Pinatih, Gresik. 5.4.2 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili sebagian populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas pada harike-3 atau ke-4, sedangkan kriteria sampel yang dimaksud adalah: Kegiatan Konsultasi judul Identifikasi masalah Penyusunan proposal Ujian proposal Pengumpulan data Pengolahan data Pelaporan Mei Juni Juli Agust Sept Lokasi dan Waktu Penelitian

Populasi, Sampel, dan Sampling

33 5.4.2.1 Kriteria Sampel 1. 2. 5.4.2.2 Sampling Pengambilan sampel dilakukan secara non random sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan tetapi semata-mata hanya berdasarkan pada segi-segi kepraktisan (Notoatmodjo, 2003). Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuota sampling dimana sampel diambil memiliki cirri-ciri tertentu yang telah ditentukan. 5.4.2.3 Besar Sampel Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh desain dan ketersediaan subjek dari penelitian itu sendiri (Nursalam, 2003). Jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 30 orang ibu nifas. Ibu bersedia menjadi responden Ibu nifas yang menyusui

5.5 5.5.1

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai cirri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau dapat oleh satuan peneliti tentang sesuatu konsep pengertian tertentu dan berdasarkan fungsional antara variabel independent dan dependent (Notoatmodjo, 2005)

34 5.5.1.1 Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003).variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian ASI 5.5.1.2 Variabel Tergantung Variabel tergantung adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah involusi uterus. 5.5.2 Definisi Operasinal Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003). Tabel 5.1 Definisi Operasional Hubungan Antara Pemberian ASI dengan Involusi Uterus Pada Ibu Nifas No Variabel Definisi Operasional 1 Variabel Suatu proses bebas dimana bayi yaitu menerima susu pemberian dari payudara ASI ibunya sendiri 2 Variabel tergantung yaitu involusi uterus Proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi lahir sehingga mencapai keadaan sebelum hamil Parameter Ibu meneteki Alat Skala Ukur Kuesioner Ordinal Kriteria 1. Baik jika > 8 kali/hari 2. Kurang jika < 8x/hari Tinggi Fundus Uterus (TFU) Observasi Ordinal 1. Cepat jika sesuai dengan hari dan ukuran jari Lambat tidak sesuai dengan ukuran jari

2.

35 5.6 5.6.1 Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data Tehnik Pengumpulan Data Alat penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam pengunpulan data, agar pekerjaan lebih mudah dan hasil lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002). Alat yang digunakan adalah rekam medik dan lembar observasi. 5.6.2 Instrumen Pengumpulan Data Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik, lembar observasi, dan kuesioner. 5.7 Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data Data pada dikumpulkan berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria sampel. 5.7.1 Pengolahan Data Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengelolaan data denagan cara sebagai berikut: 5.7.1.1 Editing Pada tahap ini tugas peneliti adalah memeriksa apakah semua pertanyaan diajukan sudah dijawab dengan lengkap, jika ada yang belum lengkap sebaiknya dilakukan wawancara. 5.7.1.2 Skoring Pada tahapan ini setelah semua jawaban lengkap dilanjutkan dengan pemberian skor pada masing-masing jawaban sesuai dengan ketentuan yang ada.

36 5.7.1.3 Tabulasi Langkah selanjutnya adalah menyusun data tersebut kedalam tabeltabel sehingga memudahkan analisa data. 5.7.2 Analisa Data Tehnik analisa data yang digunakan sesuai dengan tujuan analisa data, macam data penelitian yang dikumpulkan adalah Uji Bertingkat dari Spearmen dengan nilai signifikasi < 0,05 dengan menggunakan program SPSS. 5.8 5.8.1 Keterbatasan Penelitian Waktu penelitian terbatas, sehingga sampel yang didapatkan terbatas jumlahnya sehingga hasilnya kurang sempurna dan kurang memuaskan (Nursalam, 2001). 5.8.2 Sampel yang digunakan jumlahnya terlalu sedikit (terbatas), sehingga hasilnya kurang representative (mewakili) secara keseluruhan. 5.9 Etika Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengajukan permohonan kepada Ruang Nifas RSIA. Nyai Ageng Pinatih Gresik untuk mendapatkan persetujuan, setelah mendapat persetujuan kemudian dikirim kepada responden yang akan diteliti dengan menekankan pada permasalahan etika yang meliputi: 5.9.1 Inform Consent

37 Inform Consent merupakan persetujuan subjek penelitian sebagai responden, subjek yang bersedia diteliti harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. 5.9.2 Tanpa nama (Anonimity) Nama subjek tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data, untuk mengetahui keikutsertaan responden, peneliti menuliskan kode pada masing-masing lembar pengumpulan data. 5.9.3 Rahasia (Confidentiality) Informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil riset (Hidayat, 2007).

38

39

PROPOSAL

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU NIFAS (DI RSIA. NYAI AGENG PINATIH GRESIK)

Oleh: TRI MARYATI NIM: 0630182

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ARTHA BODHI ISWARA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SURABAYA 2009

40 Eko prabowo, 2010

http://mediabelajarkeperawatan.blogspot.com/2010/01/fa ktor-yang-mempengaruhi-proses.html

You might also like