You are on page 1of 23

1

SETTING MASYARAKAT ARAB SEBELUM ISLAM


DAN PERUBAHAN SESUDAHNYA

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Dakwah







Dosen Pengampu:
Dr. H. Aswadi, M.Ag.




Disusun Oleh:
Mochammad Dawud
NIM. F 0 9 4 1 1 2 9 9



KONSENTRASI DAKWAH
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2012





2

BAB I
PENDAHULUAN


Mengkaji tentang Islam akan lebih sempurna bila kita mengkaji Arab pra-Islam
terlebih dahulu. Karena, Islam lahir di tengah-tengah masyarakat Arab yang sudah
mempunyai adat istiadat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Apalagi ia muncul di
kota terpenting bagi mereka yang menjadi jalur penting bagi lalu lintas perdagangan mereka
kala itu. Islam dibawa oleh Muhammad yang merupakan salah satu keturunan suku terhormat
dan memiliki kedudukan terpandang di antara mereka secara turun-temurun dalam beberapa
generasi, Quraysh. Quraysh adalah suku penguasa di atas suku-suku lainnya di Mekah,
sebuah kota yang di dalamnya terdapat bangunan suci tua yang memiliki daya tarik yang
melebihi tempat-tempat pemujaan lainnya di daerah Arab.
Sebagian penulis sejarah Islam biasanya membahas Arab Pra-Islam sebelum menulis
sejarah Islam pada masa Muhammad (570-632 M) dan sesudahnya. Mereka menggambarkan
runtutan sejarah yang saling terkait satu sama lain yang dapat memberikan informasi lebih
komprehensif tentang Arab dan Islam tentang geografi, sosial, budaya, agama, ekonomi, dan
politik Arab pra-Islam dan relasi serta pengaruhnya terhadap watak orang Arab dan doktrin
Islam. Kajian semacam ini memerlukan waktu dan referensi yang tidak sedikit, bahkan
hasilnya bisa menjadi sebuah buku tersendiri yang berjilid-jilid. Oleh karena itu, kita hanya
akan mencukupkan diri pada pembahasan data-data sejarah yang lebih familiar dan gampang
diakses mengenai hal itu.
Untuk melacak asal-usul orang Arab, mereka merunut jauh ke belakang yaitu pada
sosok Ibrahim dan keturunannya yang merupakan keturunan Sam bin Nuh, nenek moyang
orang Arab.
1
Secara geneaologis, para sejarahwan membagi orang Arab menjadi Arab
Baydah dan Arab Bqiyah. Arab Baydah adalah orang Arab yang kini tidak ada lagi dan
musnah. Di antaranya adalah Ad, Thamud, asm, Jadis, Ahab al-Ras, dan Madyan. Arab
Bqiyah adalah orang Arab yang hingga saat ini masih ada. Mereka adalah Bani Qan dan
Bani Adnn. Bani Qan adalah orang-orang Arab ribah (orang Arab asli) dan tempat
mereka di Jazirah Arab. Di antara mereka adalah raja-raja Yaman, Munadharah, Ghassan,
dan raja-raja Kindah. Di antara mereka juga ada Azad yang darinya muncul Aus dan Khazraj.

1
Ahmad al-Usayr, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media Eka
Sarana, 2003), 58.
3

Sedangkan Bani Adnn, mereka adalah orang-orang Arab Mustaribah, yakni orang-orang
Arab yang mengambil bahasa Arab sebagai bahasa mereka. Mereka adalah orang-orang Arab
bagian utara. Sedangkan tempat asli mereka adalah Mekah. Mereka adalah anak keturunan
Nabi Ismail bin Ibrahim. Salah satu anak Nabi Ismail yang paling menonjol adalah Adnn.
Muhammad adalah keturunan Adnn. Dengan demikian beliau adalah keturunan Ismail.
2

Menurut Ibnu Hishm (w. 218 H), semua orang Arab adalah keturunan Ismail dan Qan.
Tetapi menurut sebagian orang Yaman, Qan adalah keturunan Ismail dan Ismail adalah
bapak semua orang Arab.
3



2
Ibid., 62-63.
3
Ab Muammad Abd al-Mlik bin Hishm, Sirah Nabawi Ibnu Hisyam (terj.), (Jakarta: Darul Haq,2004), 16.
4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Geografis Arab
Jazirah Arab terletak di bagian barat daya Benua Asia. Daratan ini dilingkupi oleh laut
dari 3 sisinya, yaitu: Laut Merah, Lautan Hindia, Laut Arab, Teluk Oman dan Teluk Persia.
Kendatipun tanah Arab ini lebih tepat disebut semenanjung, namun bangsa Arab
menyebutnya jazirah atau pulau. Jadi jazirah Arab artinya Pulau Arab.
4
Para ahli geologi
mengatakan bahwa wilayah itu pada awalnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
dataran Sahara (kini dipisahkan oleh lembah Nil dan Laut Merah) dan kawasan berpasir yang
menyambungkan Asia melalui Persia bagian tengah ke Gurun Gobi.
5

Sebenarnya, Jazirah Arab bukanlah satu-satunya tempat tinggal bangsa Arab, sebab
mereka juga menghuni daerah-daerah lain di sekitarnya. Akan tetapi, karena jazirah Arab
merupakan tempat tinggal pertama bangsa Arab, dan di jazirah ini pula sebagian besar
mereka dahulu pernah bertempat tinggal. Maka kepada merekalah jazirah ini dikaitkan. Philip
K. Hitti menyebut bangsa Arab sebagai Ras Semit, yang kemudian memunculkan tradisi
Yahudi, kemudian Kristen dan terakhir adalah Islam.
6

Menurut Noeldeke dalam bukunya Historian History of The World, kata Arab atau
Arabia artinya padang pasir. Dinamakan jazirah Arab karena sebagian besar wilayah ini
adalah padang pasir. Namun menurut Muhammad Hasyim Athiyah, kata Arab berasal dari
kata abar yang artinya kembara. Penduduk jazirah ini dinamakan bangsa Arab karena
mereka bangsa pengembara yang suka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang
lain.
7

Orang Arab membedakan padang pasir atas 2 macam. Yaitu badiah dan shahra.
Badiah adalah padang pasir yang bisa dihuni sedangkah shahra belum tentu bisa dihuni dan
menunjuk pengertian yang lebih umum daripada badiah. Setiap badiah berarti shahra, namun
tidak semua shahra adalah badiah. Oleh karena itu penghuni padang pasir disebut sebagai
badwi. Sebutan ini dinisbatkan kepada badiah tempat mereka bergelut dalam kehidupan.

4
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: PT. Alhusna Zikra, 1997), 30.
5
Philip K. Hitti, History of The Arabs (terj.) (Jakarta: PT. Serambi Ilmu, 2002), 16.
6
Ibid., 3-4.
7
H. Rusan, Lintasan Sejarah Islam di Zaman Rasulullah SAW., (Semarang: Wicaksana, 1981), 9.
5

Dari segi pemukimannya bangsa Arab dapat di bedakan menjadi dua bagian yaitu
kaum al-Badwi dan kaum al-Had}ar.
8
Kaum al-Badwi adalah penduduk padang pasir.
Mereka tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, tetapi hidup secara nomaden, berpindah-
pindah dari satu tempat ketempat yang lain untuk mencari sumber mata air dan padang
rumput. Mata penghidupan mereka adalah berternak kambing, biri biri, dan unta. Mereka
sering kali mengelari binatang ternak mereka dengan nama Safi>nat al-S}ah}a>(bahtera
padang pasir), karena mereka menganggap semua binatang tersebut adalah suatu yang
terpenting bagi mereka. Kehidupan masyarakat al-Badwi yang nomaden tidak banyak
peluang untuk membangun peradaban. Oleh karena itu, sejarah mereka tidak diketahui
dengan tepat dan jelas. Sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun
agama Islam diperoleh melalui shair-shair yang beredar dikalangan para perawi shair


pada masa itu.
9

Kaum al-Had}ar adalah penduduk yang sudah tempat tinggal tetap di kota-kota
dan daerah-daerah yang subur. Mereka hidup dengan berdagang, bercocok tanam dan
industry sangat berbeda sekali dengan kaum al-Badwi. Sehingga sejarah mereka bisa
diketahui lebih jelas.
Sedangkan Syalabi menyebutkan bahwa bangsa arab terbagi menjadi 2 Bagian
yaitu:
10

1. Bagian utara di sebut Najed
Daerah ini memilki tanah yang keras dimana mereka tidak bisa bercocok tanam
karena air tidak bisa masuk ke tanah. Arab utara dianggap sebagai wilayah yang
memiliki gurun pasir yang sangat luas, satu pertiga dari daerah tersebut merupakan
gurun pasir. Gurun terbesar adalah al-Dahna yang terletak di tengah bagian selatan
Arab
11

2. Bagian selatan di sebut al-Ah}qa>f
Daerah ini memiliki tanah yang cepat menyerap air sehingga mereka mudah bercocok
tanam sehingga daerahnya subur akan tetapi warga penduduknya sangat sedikit. Oleh
karena itu, daerah ini disebut dengan al-Rabu al-Kha>ly (tempat yang
sunyi/kosong).

8
Dudung Abdurrahman et.al, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: LESFI, 2009)18-19. Lihat pula Ahmad
Shalabi, Sejarah89.
9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), 10-11.
10
Ahmad Syalaby, Sejarah89-90.
11
K Ali, Study of Islamic History (India: Iradah Adabiyah, 2009),14.
6

Dari kondisi cuaca, Arab merupakan salah satu daerah terpanas dan terkering.
Betapapun Arab ini diapit oleh lautan akan tetapi hal ini tidak banyak mempengaruhi curah
hujan, lautan di sebelah selatan yang membawa partikel hujan disapu oleh badai gurun
sehingga hanya menyisakan sedikit kelembapan di wilayah daratan
12
sehingga
konsekuensinya musin kering berlangsung lebih lama. Akan tetapi sekalipun turunnya hujan
dapat dikatakan sangat jarang, di daerah yang memiliki simpanan air menjadi daerah yang
luar biasa subur sehingga masyarakat setempat dapat memroduksi kopi, buah buahan dan lain
sebagainya. Salah satunya adalah negeri Yaman
13
.
B. Agama Bangsa Arab
Ahli-ahli sejarah agama berpendapat bahwa manusia itu menurut watak/nalurinya suka
beragama dan suka memikirkan Allah. Oleh karena itu, kalau dalam masyarakat kedapatan
oknum-oknum atau kelompok-kelompok manusia yang memungkiri adanya tuhan atau
berusaha memberantas agama, hal itu berarti bahwa mereka melawan naluri yang ada pada
diri mereka sendiri.
14

Sebelum datangnya Islam, bangsa Arab bukanlah bangsa baru, tetapi bangsa yang
diwarnai berbagai macam agama dan kepercayaan dan mitos-mitos yang dianut oleh nenek
moyang mereka seperti kepercayaan pagan (watsaniyah), percaya pada dewa yang berkuasa
atas segalanya, percaya azimat yang dapat menangkal kejahatan seperti sihir, percaya bahwa
Jin dianggap sebagai partner tuhan dalam mengontrol dunia, percaya kepada malaikat
(angel) dianggap sebagai anak tuhan dan menyembah benda-benda langit sepert suku Himyar
yang menyembah matahari, suku Kinana yang menyembah bulan.
Mayoritas bangsa Arab menyembah berhala, kecuali sebagian kecil penganut agama
yahudi dan nasrani. Setiap kabilah memiliki patung sendiri, sehingga tidak kurang dari 360
patung bertengger di kabah yang suci itu. Ada empat patung yang terkenal yaitu Lata,
Uzza
15
, Manah dan Hubal. Diantara berhala berhala terpenting yang disembah oleh bangsa
Arab ialah Hubal. Hubal ini berwarna merah dan berbentuk manusia. Berhala lain yang

12
Hitti, History.,20.
13
Negeri Yaman adalah tempat tumbuh kebudayaan yang paling penting yang pernah tumbuh di Jazirah Arab
sebelum Agama Islam datang. Nama Yaman berasal dari kata Yumn yang artinya berkat. Lihat A. Syalabi,
Sejarah.hal. 36.
14
Ibid., 60.
15
Al Lata, Al Uzza dan Manah adalah nama berhala-berhala yang disembah orang Arab Jahiliyah dan
dianggapnya anak-anak perempuan Tuhan. Lihat Al-Quran QS. 53:20-21.
7

berkedudukan dibawah Hubal adalah Uzza, yang bertempat di Hijaz. Kemudian Lata yang
tempatnya di Thaif dan yang menurut mereka Lata ini adalah berhala yang paling tua
selanjutnya Manah berada di Madinah dan ia dimuliakan oleh penduduk Yatsrib.
Setidaknya ada empat sebutan bagi berhala-hala itu: anam, wathan, nuub, dan ubal.
anam berbentuk manusia dibuat dari logam atau kayu. Wathan juga dibuat dari batu. Nuub
adalah batu karang tanpa suatu bentuk tertentu. ubal berbentuk manusia yang dibuat dari
batu akik. Dialah dewa orang Arab yang paling besar dan diletakkan dalam Kabah di Mekah.
Orang-orang dari semua penjuru jazirah datang berziarah ke tempat itu. Beberapa kabilah
melakukan cara-cara ibadahnya sendiri-sendiri. Ini membuktikan bahwa paganisme sudah
berumur ribuan tahun. Sejak berabad-abad penyembahan patung berhala tetap tidak terusik,
baik pada masa kehadiran permukiman Yahudi maupun upaya-upaya kristenisasi yang
muncul di Syiria dan Mesir.
16

Yahudi dianut oleh para imigran yang bermukim di Yathrib dan Yaman. Tidak banyak
data sejarah tentang pemeluk dan kejadian penting agama ini di Jazirah Arab, kecuali di
Yaman. Dz Nuws adalah seorang penguasa Yaman yang condong ke Yahudi. Dia tidak
menyukai penyembahan berhala yang telah menimpa bangsanya. Dia meminta penduduk
Najran agar masuk agama Yahudi, kalau tidak akan dibunuh. Karena mereka menolak, maka
digalilah sebuah parit dan dipasang api di dalamnya. Mereka dimasukkan ke dalam parit itu
dan yang tidak mati karena api, dibunuh dengan pedang atau dibuat cacat. Korban
pembunuhan itu mencapai dua puluh ribu orang. Tragedi berdarah dengan motif fanatisme
agama ini diabadikan dalam al-Quran dalam kisah orang-orang yang membuat parit.
17

Adapun Kristen di Jazirah Arab dan sekitarnya sebelum kedatangan Islam tidak ternodai
oleh tragedi yang mengerikan semacam itu. Yang ada adalah pertikaian di antara sekte-sekte
Kristen yang meruncing. Menurut Muammad bid al-Jbir, al-Quran menggunakan istilah
Nar bukan al-Masyah dan al-Mas bagi pemeluk agama Kristen. Bagi pendeta
Kristen resmi (Katolik, Ortodoks, dan Evangelis) istilah Nar adalah sekte sesat, tetapi
bagi ulama Islam mereka adalah awryn. Para misionaris Kristen menyebarkan
doktrinnya dengan bahasa Yunani yang waktu itu madhhab-madhhab filsafat dan aliran-aliran
gnostik dan hermes menyerbu daerah itu. Inilah yang menimbulkan pertentangan antara
misionaris dan pemikir Yunani yang memunculkan usaha-usaha mendamaikan antara filsafat

16
A. Syalabi, Sejarah, 64-65.
17
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998), 14-15.
8

Yunani yang bertumpu pada akal dan doktrin Kristen yang bertumpu pada iman. Inilah yang
melahirkan sekte-sekte Kristen yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru, termasuk
Jazirah Arab dan sekitarnya. Sekte Arius menyebar di bagian selatan Jazirah Arab, yaitu dari
Suria dan Palestina ke Irak dan Persia. Misionaris sekte ini telah menjelajahi penjuru-penjuru
Jazirah Arab yang memastikan bahwa dakwah mereka telah sampai di Mekah, baik melalui
misionaris atau pedagang Quraysh yang mana mereka berhubungan terus-menerus dengan
Syam, Yaman, da abashah. Tetapi salah satu sekte yang sejalan dengan tauhid murni agama
samawi adalah sekte Ebionestes.
18

Salah satu corak beragama yang ada sebelum Islam datang selain tiga agama di atas
adalah anfyah, yaitu sekelompok orang yang mencari agama Ibrahim yang murni yang
tidak terkontaminasi oleh nafsu penyembahan berhala-berhala, juga tidak menganut agama
Yahudi ataupun Kristen, tetapi mengakui keesaan Allah. Mereka berpandangan bahwa agama
yang benar di sisi Allah adalah anfyah, sebagai aktualisasi dari millah Ibrahim. Gerakan
ini menyebar luas ke pelbagai penjuru Jazirah Arab khususnya di tiga wilayah Hijaz, yaitu
Yathrib, aif, dan Mekah. Di antara mereka adalah Rhib Ab mir, Umayah bin Ab al-
alt, Zayd bin Amr bin Nufayl, Waraqah bin Nawfal, Ubaydullah bin Jash, Kaab bin
Lu`ay, Abd al-Muallib, Asad Ab Karb al-amr, Zuhayr bin Ab Salma, Uthmn bin
al-uwayrith.
19

Tradisi-tradisi warisan mereka yang kemudian diadopsi Islam adalah: penolakan untuk
menyembah berhala, keengganan untuk berpartisipasi dalam perayaan-perayaan untuk
menghormati berhala-berhala, pengharaman binatang sembelihan yang dikorbankan untuk
berhala-berhala dan penolakan untuk memakan dagingnya, pengharaman riba, pengharaman
meminum arak dan penerapan vonis hukuman bagi peminumnya, pengharaman zina dan
penerapan vonis hukuman bagi pelakunya, berdiam diri di gua hira sebagai ritual ibadah di
bulan ramaan dengan memperbanyak kebajikan dan menjamu orang miskin sepanjang bulan
ramaan, pemotongan tangan pelaku pencurian, pengharaman memakan bangkai, darah, dan
daging babi, dan larangan mengubur hidup-hidup anak perempuan dan pemikulan beban-
beban pendidikan mereka.


18
Ibid.
19
Muhammad Husein Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa, 2003), 30-31.
9

Berhala berhala ini dijadikan sebagai keluarga atau agen Tuhan. Orang-orang Arab pra-
Islam sejatinya sudah mengenal Allah jauh sebelum Islam datang akan tetapi konsep Allah
dalam masyarakat ini tentu sangat berbeda dengan yang ada atau diyakini dalam agama
Islam. Pada komunitas Arab Allah memiliki mempunyai keluarga, sementara Allah dalam
agama Islam adalah zat Yang Maha Esa.
20

Patung-patung tersebut berbentuk s}ana>m dalam bentuk manusia yang terbuat dari
logam atau kayu, wathan terbuat dari batu
21
dan nus}ub terbuat dari batu karang tanpa bentuk
tertentu

ia dimiliki oleh kabilah Quraish
22
.
Sebenarnya mereka percaya kepada Allah sebagai pencipta, pengatur dan penguasa alam
semesta, Mereka menyembah patung dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Disebutkan dalam al-Qura>n
23

_ -g~-.-4 W-7OC+`- ;g`
gOg^1 47.41gu 4`
-+:u4^ ) .4^O+@ONOg O)
*.- -O>^Ne .
Artinya: dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami
tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada
Allah dengan sedekat- dekatnya".(QS.Az Zumar:3)
C. Kehidupan Sosial Bangsa Arab
Masyarakat Arab sebagaimana umumnya, memiliki sistem kehidupan sosial yang
unik, yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Baik dari perkawinan, kekeluargaan dan adat
istiadat. Mereka sesungguhnya masyarakat yang memiliki banyak sisi positif seperti
dermawan, pemberani, setia, ramah, sederhana, pandai bersyair
24
dan memiliki ingatan yang
kuat. Akan tetapi kemerosotan moral, kejahatan, kemusyrikan, ketidakadilan dan fanatisme

20
Muh. Zuhri, Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 6.
21
Masyarakat Arab menggunakan batu sebagai materi untuk membuat simbol Tuhan mereka adalah ketika
mereka menganggap Mekkah terlalu sempit bagi mereka untuk melakukan thawaf secara bersama-sama. Oleh
karena itu, untuk tetap dapat menghormati Kabah, mereka membawa batu yang ada di kabah ke negeri mereka
dan kemudian mereka mengelilinginya sebagaimana mereka berkeliling di area kabah. Inilah prototype
menyembahan batu di masyarakat Arab. Lihat A Guillame, The Life of Muhammad (London: Oxford university
Press, 1970), 35. Juga dijelaskan secara gambling oleh A. Syalabi, Sejarah.63
22
Muhammad Husein Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera AntarNusa, 2003), 20.
23
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya (Semarang: CV. Asy Syifa, 2004), 745.
24
Shair-shair amat kaya dengan informasi yang berkaitan dengan peradaban mereka itu sehingga sejarah
peradaban mereka bisa didapatkan. Lihat. Dudung, Sejarah.. 19.
10

suku mampu menenggelamkan jati diri mereka. Sehingga kehidupan mereka oleh ahli sejarah
menyebutnya zaman jahiliyah.
25
Zaman jahiliah terbagi menjadi 2 periode. Jahiliah pertama
yaitu mempunyai masa yang sangat panjang tetapi tidak banyak bisa diketahui karena
penduduknya sudah lenyap. Jahiliah kedua yaitu jahiliah yang mempunyai sejarah yang jelas
yang muncul sekita 150 tahun sebelum Islam.
Hubungan masyarakat sehari-hari sangat akrab pada kabilah mereka sendiri karena
menganggap masih kerabat sendiri, berbeda dengan antar kabilah. Interaksi antar kabilah
tidak memiliki kesetaraan. yang kuat selalu ingin menindih dan meremehkan yang lemah.
Rumah-rumah Quraish sebagai suku penguasa membangun rumah paling dekat dengan
Kabah lalu di belakang mereka rumah kabilah yang agak kurang penting kedudukannya
selanjutnya diikuti oleh kaum yang lebih rendah derajatnya sampai ke lokasi tempat tinggal
kaum budak dan kaum gelandangan yang mata pencahariannya tidak menentu.
26

Nasib perempuan pada masa itu merupakan nasib yang tidak berharga. Karena
perempuan harus rela untuk dijadikan sebagai gundik-gundik penguasa mereka dipaksa
bahkan sampai mati. Mereka mengawini perempuan sebanyak-banyaknya tanpa mahar dan
mereka sangat marah kalau yang lahir itu anak perempuan. Ketika perempuan dalam
keadaan haid, mereka tidak diperkenankan untuk tidur dalam satu rumah bersama
keluarganya dan mereka harus tidur di kandang bagian belakang rumahnya karena dianggap
kotor. Perempuan juga tidak diperbolehkan untuk tampil ke permukaan publik sebagaimana
laki-laki karena dianggap tidak memiliki kapabilitas (keterampilan) yang layak untuk
ditampilkan ke khalayak seperti untuk memimpin perang maupun mencari nafkah.
27

Problem lain yang tidak kalah memprihatinkan adalah perbudakan (slavery). Sistem
perbudakan yang berlaku dan berkembang di kalangan Arab adalah memberlakukan budak
yang dimiliki tidak selayaknya manusia, mereka bisa dipekerjakan sekehendak hati majikan,
diperjual belikan serta dapat ditukar dengan barang sebagaimana layaknya mekanisme jual
beli barter.


25
Kata jahiliah berasal dari bahasa Arab yaitu jahl yang diartikan bodoh lawan dari kata ilmu. Tetapi jahl
bangsa arab dulu bukan berarti mereka tidak mengetahuhi, jadi jahl yang dimaksud adalah lawan dari kata hilm
yang artinya sabar, murah hati dan penyantun. Lihat., Ibid., 19.
26
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam: Bagian Kesatu dan Kedua, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
1999), 110.
27
Nur Hakim, Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: UMM Press, 2004), 16.
11


D. Aspek Politik dan Pemerintahan
Masyarakat Arab pra-Islam tidak mengenal kepemimpinan sentral. Kepemimpinan
politik mereka didasarkan pada suku-suku maupun kabilah-kabilah yang tujuannya hanya
untuk mempertahankan diri dari serangan suku yang lain. Sentral pemerintahan menyebabkan
suku-suku ini selalu berada pada situasi konflik dan konflik ini dapat berlangsung sampai
bertahun tahun bahkan ada yang sampai beberapa decade.
28
Serangan dan peperangan
merupakan sesuatu yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka, hal ini juga
disebabkan tidak adanya sistem hukum yang binding (bersifat mengikat) terhadap semua
kabilah atau suku yang ada. Dalam konteks ini Might is Right atau Kekuatan adalah
kebenaran yang menjadi justifikasi mereka.
Ikatan kesukuan ini dibentuk berdasarkan hubungan nasab (sedarah), perkawinan,
suaka politik ataupun karena sumpah setia.
29
Awalnya berasal dari unit masyarakat yang kecil
yaitu keluarga, Sejumlah keluarga yang sedarah secara bersama-sama membentuk suku
(qabilah).
30
Masing-masing suku memiliki pemimpin (leader) yang biasanya disebut dengan
Syeikh dan ia dipilih karena dianggap tertua diantara anggota suku tersebut.
Ikatan kesukuan ini sangat kuat dalam diri anggotanya, ia tidak hanya merupakan
ikatan kekeluargaan tetapi juga memiliki ikatan politik. Ketika salah satu anggota suku
bermasalah dengan anggota suku yang lain, ini akan menjadi masalah suku-suku tersebut
secara keseluruhan.
Dinegeri-negeri Jazirah Arab telah berdiri beberapa kerajaan yang terbagi menjadi
dua macam yaitu
31
:
1. Kerajaan yang berdaulat tetapi tunduk pada kerajaan lain (mendapat otonomi
dalam negeri).
2. Kerajaan tidak berdaulat, tetapi mempunyai kemerdekaan penuh. Ia juga
mempunyai apa yang dipunyai oleh kerajaan yang berdaulat.

28
Seperti perang antara suku Banu Bakr dan Banu Taghlib yang berlangsung selama 40 tahun dengan cara
menyerang dan saling merampok. Penyebab dari peperangan itu hanyalah karena seekor unta betina yang
dimiliki seorang perempuan tua dari Bani bakr yang bernama Basus dilukai oleh kepala suku dari bani Taghlib.
lihat pula Marshall G.S.Hodson, The Venture of Islam, terj.Mulyani kartanegara (Jakarta: Paramadina,
2002),111.
29
M. Thoha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: Zakia Islami Press, 2004), 29-30.
30
Hitti, History., 32.
31
A. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), 56.
12

Adapun kerajaan yang berdaulat yang muncul pada masa Arab pra-Islam sangat
banyak antara lain:
32

1. Kerajaan Makyam yaitu kerajaan ini berada diselatan Arab yaitu di daerah
Yaman.
2. Kerajaan Saba', kerajaan ini juga berdiri didaerah Yaman. Pada waktu itu
kerajaan Saba' ini menggantikan kerajaan Makyam. Kerajan Saba' mulai berdiri
tahun 950 SM. Mula berdirinya merupakan satu kerajaan kecil saja, kemudian
bertambah besar dan luas. Sementara kerajan Makyam dan Quthban semakin
kecil dan lemah, sampai akhirnya roboh. Kerajaan Saba' berdiri sampai tahuhn
115 SM.
3. Kerajaan Himyar, berdiri mulai Kerajaan Saba' mulai lemah. Kelemahan kerajaan
Saba' memberi kesempatan bagi kerajaan Himyar untuk tumbuh dan berkembang
dengan pesat hingga akhirnya kerajaan Himyar dapat menguasai kerajaan Saba'.
4. Kerajaan Hirah, sejarah Hirah ini mulai sejak abad 111 M. dan terus berdiri
sampai lahirnya Islam. Kerajaan ini telah berjasa juga terhadap kebudayaan Arab,
karena warga negaranya, banyak mengadakan perjalanan-perjalanan diseluruh
jazirah Arab terutama untuk berniaga, dalam pada itu mereka juga menyiarkan
kepandaian menulis dan membaca. Karena itu mereka dapat dianggap sebagai
pennyiar ilmu pengetahuan di jazirah Arab.
5. Kerajaan Ghassan, nama Ghassan itu berasal dari mata air di Syam yang disebut "
Ghassan". Kaum Ghassan memerintah dibagian selatan dari negeri Syam dan
dibagian utara dari jazirah Arab. Mereka telah mempunyai kebudayaan yang
tinggi, dan menganut agama Masehi yang diterimanya dari bangsa Romawi dan
merekalah yang memasukkan agama Masehi itu ke jazirah Arab.
E. Keadaan Ekonomi dan Budaya
Sebagai lalu lintas perdagangan penting terutama Mekah yang merupakan pusat
perdagangan di Jazirah Arab. Baik karena meluasnya pengaruh perdagangannya ke Persia
dan Bizantium di sebelah selatan dan Yaman di sebelah utara atau karena pasar-pasar
perdagangannya yang merupakan yang terpenting di Jazirah Arab karena begitu banyaknya.
Pasar-pasar itu diantaranya Uk, Majnah, dan Dz al-Majz yang menjadikannya kaya dan
tempat bertemunya aliran-aliran kebudayaan. Mekah merupakan pusat peradaban kecil.

32
Ibid., 57-58.
13

Bahkan masa Jahiliah bukan masa kebodohan dan kemunduran seperti ilustrasi para
sejarahwan, tetapi ia merupakan masa-masa peradaban tinggi. Kebudayaan sebelah utara
sudah ada sejak seribu tahun sebelum masehi. Bila peradaban di suatu tempat melemah, maka
ia kuat di tempat yang lain. Man yang mempunyai hubungan dengan Wd al-Rfidn dan
Syam, Saba` (955-115 SM), Anb (400-105 SM) yang mempunyai hubungan erat dengan
kebudayaan Helenisme, Tadmur yang mempunyai hubungan dengan kebudayaan Persia dan
Bizantium, imyar, al-Mundharah sekutu Persia, Ghassan sekutu Rumawi, dan penduduk
Mekah yang berhubungan dengan bermacam-macam penjuru.
33

Fakta di atas menunjukkan bahwa pengertian Jahiliah yang tersebar luas di antara kita
perlu diluruskan agar tidak terulang kembali salah pengertian. Pengertian yang tepat untuk
masa Jahiliah bukanlah masa kebodohan dan kemunduran, tetapi masa yang tidak mengenal
agama tauhid yang menyebabkan minimnya moralitas. Pencapaian mereka membuktikan
luasnya interaksi dan wawasan mereka kala itu, seperti bendungan Marib yang dibangun
oleh kerajaan Saba`, bangunan-bangunan megah kerajaan imyar, ilmu politik dan ekonomi
yang terwujud dalam eksistensi kerajaan dan perdagangan, dan syiir-syiir Arab yang
menggugah. Sebagian syiir terbaik mereka dipajang di Kabah. Memang persoalan apakah
orang Arab bisa menulis atau membaca masih diperdebatkan. Tetapi fakta tersebut
menunjukkan adanya orang yang bisa mambaca dan menulis, meski tidak semuanya. Mereka
mengadu ketangkasan dalam berpuisi, bahkan hingga Islam datang tradisi ini tetap ada.
Bahkan al-Quran diturunkan untuk menantang mereka membuat seindah mungkin kalimat
Arab yang menunjukkan bahwa kelebihan mereka dalam bidang sastra bukan main-main,
karena tidak mungkin suautu mukjizat ada kecuali untuk membungkam hal-hal yang
dianggap luar biasa.
34

F. Kehidupan Ekonomi
Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa sebagian besar daerah Arab adalah daerah
gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur dan bahwa ia terletak di
daerah strategis sebagai lalu lintas perdagangan. Ia terletak di tengah-tengah dunia dan jalur-
jalur perdagangan dunia, terutama jalur-jalur yang menghubungkan Timur Jauh dan India
dengan Timur Tengah melalui jalur darat yaitu dengan jalur melalui Asia Tengah ke Iran,
Irak lalu ke laut tengah, sedangkan melalui jalur laut yaitu dengan jalur Melayu dan sekitar
India ke teluk Arab atau sekitar Jazirah ke laut merah atau Yaman yang berakhir di Syam

33
M.M. al-Aam, Sejarah Teks al-Quran dari Wahyu sampai Kompilasi (Jakarta: Gema Insani, 2005), 23.
34
Samsul Munir Amin, Sejarah., 62.
14

atau Mesir. Oleh karena itu, perdagangan merupakan andalan bagi kehidupan perekonomian
bagi mayoritas negara-negara di daerah-daerah ini.
Ditambah lagi dengan kenyataan luasnya daerah di tengah Jazirah Arab, bengisnya
alam, sulitnya transportasi, dan merajalelanya badui yang merupakan faktor-faktor
penghalang bagi terbentuknya sebuah negara kesatuan dan menggagalkan tatanan politik
yang benar. Mereka tidak mungkin menetap. Mereka hanya bisa loyal ke kabilahnya. Oleh
karena itu, mereka tidak akan tunduk ke sebuah kekuatan politik di luar kabilahnya yang
menjadikan mereka tidak mengenal konsep negara. Kondisi semacam ini sangat
mempengaruhi corak perekonomian orang Arab pra-Islam yang sangat bergantung pada
perdagangan daripada peternakan apalagi pertanian. Mereka dikenal sebagai pengembara dan
pedagang tangguh. Mereka juga sudah mengetahui jalan-jalan yang bisa dilalui untuk
bepergian jauh ke negeri-negeri tetangga.
Adalah Hshim (lahir 464 M), kakek buyut Nabi, yang pertamakali membudayakan
bepergian bagi suku Quraysh pada musim dingin ke Yaman dan ke abashah ke Negus dan
pada musim panas ke Syam dan ke Gaza dan barangkali hingga sampai di Ankara lalu
menemui kaisar. Ini merupakan perdangan lintas negara yang biasa mereka lakukan. Mereka
juga bisa menjalin hubungan perdagangan dengan dua kekuatan politik yang saling
bertentangan, yaitu Bizantium dan Persia tanpa memihak ke salah satu di antara keduanya.
Oleh karena itu, peradaban mereka dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan dalam arti bahwa
mereka berinteraksi dengan masyarakat-masyarakat seberang dan semakin menjauh dari pola
badwi.
35

Jauh berbeda dengan Yaman, selain letak geografisnya yang strategis untuk
perdagangan, ia juga merupakan daerah subur. Dengan dua kelebihan yang ada, mereka bisa
mengandalkan perdangangan dan pertanian sebagai sumber ekonomi mereka. Mereka
mengirim kulit, sutera, emas, perak, batu mulia, dan lain-lain Mesir kemudian ke Yunani,
Rumania, dan imperium Bizantium. Kerajaan Ma`n, Saba`, dan imyar yang ada di Yaman
mencapai stabilitas politik dan ekonomi, bahkan menciptakan kehidupan yang beradab
dengan tersebarnya pasar-pasar dan bangunan-bangunan menakjubkan yang bersandar pada
pertanian dan perdangangan yang sangat maju. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan mereka

35
Muhammad Husein Haekal, Sejarah., 35.
15

tentang ekonomi dan politik lebih maju daripada daerah-daerah lain di Jazirah Arab, sehingga
merengkuh lebih awal peradaban yang tinggi.
36

Sekitar abad ke-7, kehidupan bangsa Arab Selatan sedang berada dalam keadaan yang
morat-marit. Negeri sudah sering tidak mempunyai pemerintahan lagi. Penyembahan kepada
dewa-dewiyang telah using itu telah tiba pada suatu saat yang cukup lagi member kepuasan
kepada kebutuhan rohaniah bangsa itu. Pendapat yang samar-samar mengenai hanya adanya
satu tuhan mulai timbul dan berkembang dan menjadi suatu ibadah umum. Pengaruh Kristen
makin meluas walaupun pikiran agama itu tidak pernah masuk pada akal orang Arab. Dalam
keadaandemikian, agama Islam muncul. Tempatnya telah ada. Masanya telah tiba. Dan
lahirlah Nabi Muhammad SAW.
37


36
Tim Penyusun, Teks Book Dirasat Islamiyyah, (Surabaya: CV. Anika Bahagia Offset, 1995), 17.
37
M. Thoha Yahya Omar, Islam dan Dakwah.., 32.
16

BAB III
DAKWAH MUHAMMAD SEBELUM ISLAM

A. KELAHIRAN MUHAMMAD SAW.
Muhammad SAW. dilahirkan pada tanggal 9 atau 12 Rabiul Awal (20 April 571 M).
sebelum beliau meninggal, ayahnya meninggal terlebih dahulu. Kemudian ia diasuh oleh
kakeknya, yaitu Abdul Mutthalib. Sedangkan yang menyusuinya adalah Halimatus Sadiyah.
Di kampung Halimatus Sadiyah, Muhammad menggembala kambing.
Setelah neneknya meninggal dunia, ia diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Di rumah
Abu Thalib inilah ia dididik. Beliau membantu Abu Thalib mengurus perniagaannya. Bahkan
pernah pergi berniaga ke negeri Syam saat masih remaja.
38

Saat berusia 14 tahun, terjadilah peperangan Fijar IV, antara Quraisy dan Kinanah di
satu pihak, dan Hawazin di pihak lain. Muhammad SAW ikut menyaksikan peperangan itu.
Ada satu riwayat yang menceritakan tentang hal itu. Bahkan Muhammad SAW sempat
berkata, :
39

Waktu peperangan Fijar itu, aku ikut memberikan anak panah kepada paman-
pamanku. Waktu itu aku sudah berusia 14 tahun.
Salah satu dari usaha terpenting sebelum diutus menjadi Rasul ialah berniaga ke Syam
membawa barang-barang perniagaan Khadijah binti Khuwailid, dengan ditemani oleh sahaya
Khadijah yang bernama Maisarah. Perniagaan ini menghasilkan laba yang banyak, dan
menyebabkan adanya pertalian antara Muhammad dan Khadijah. Mereka kemudian kawin.
Waktu itu Muhammad SAW. berusia 25 tahun sedangkan Khadijah 40 tahun.
40

B. MUHAMMAD SAW. BERBUDI LUHUR
Dalam semua fase hidupnya, Muhammad terkenal berbudi pekerti baik. Tidak ada
sesuatu yang dapat dituduhkan kepadanya. Tidak suka meminum khamar. Tidak suka
mendatangi tempat-tempat permainan atau tempat-tempat perjudian yang itu amat disukai
oleh bangsa Arab saat itu. Karena budi pekertinya yang luhur itulah ia dijuluki Al Amin
(yang dipercaya).

38
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, .., 49-54
39
A. Syalabi, Sejarah., 79.
40
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, .., 63-65.
17

Sebagai seorang manusia yang bakal menjadi pembimbing umat manusia,
Muhammad SAW. memiliki bakat-bakat dan kemampuan jiwa besar, kecerdasan pikirannya,
ketajaman otaknya, kehalusan perasaannya, kekuatan ingatannya, kecepatan tanggapannya,
kekerasan kemauannya. Segala pengalaman hidupnya mendapatkan pengolahan yang
sempurna dalam jiwanya. Dia mengetahui babak-babak sejarah negerinya, kesedihan
masyarakat, dan keruntuhan bangsanya.
41

Menginjak usia 30 tahun, beliau ikut serta memperbaiki Kabah bersama suku
Quraisy. Setelah pekerjaan selesai, saat mereka akan meletakkan Hajar Aswad, terjadilah
perselisihan siapa yang akan mengangkat Hajar Aaswad dan meletakkannya di tempatnya.
Pereselisihan itu nyaris menimbulkan peperangan. Kemudian Muhammad dipilih oleh para
kaum Quraisy untuk menyelesaikan persoalan itu. Muhammadpun melaksanakannya dengan
adil dan tanpa ada penolakan.
Muhammad juga tidak pernah memuja berhala. Bahkan ia sangat benci kepada
berhala-berhala serta agama yang dianut oleh bangsa Arab. Akan tetapi, beliau seringkali
mengasingkan diri untuk berpikir tentang alam semesta dan Penciptanya. Tiap tahun, ia
mengasingkan diri di Gua Hira sebulan lamanya. Hingga kemudian beliau menyembah Allah
menurut ajarab Nabi Ibrahim. Muhammad juga tidak pernah melakukan perbuatan yang keji
yang amat digemari pemuda-pemuda saat itu.
42

C. MENJADI NABI DAN MENYERU
Setelah sekian lama mengasingkan diri dan berfikir tentang alam dan Khaliq-nya, jiwa
Muhammad semakin suci. Maka di usia 40 tahun, turunlah kepadanya malaikat Jibril sambil
membawa wahyu pertama berupa Surat Al Alaq ayat 1-5.:
4O^~- c) El)4O
Og~-.- 4-UE ^ 4-UE
=}=Oee"- ;}g` -U4N ^g 4O^~-
El4O4 N4O^- ^@ Og~-.-
=^U4 U^) ^j =^U4
=}=Oee"- 4` uu4C ^)

41
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya., 50.
42
A. Syalabi, Sejarah, 81.
18

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
43

Ayat-ayat di atas belum menyuruh Muhammad menyeru manusia kepada suatu
agama, dan belum pula memberitahukan kepadanya bahwa dia adalah utusan Allah. Tetapi
ayat-ayat itu mengesankan sesuatu yang luar biasa yang belum diketahui oleh Muhammad.
Itulah sebabnya ia segera kembali ke rumahnya dalam keadaan gemetar, apalagi dia dipeluk
dengan keras oleh Jibril beberapa kali, kemudian dilepaskan dan disuruhnya membaca
sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat itu.
Kemudian datanglah ayat yang kedua yang cara diwahyukannya berbeda dengan yang
pertama. Tiba-tiba terdengar suara yang dating dari langit. Ketika itu Nabi Muhammad SAW.
menoleh ke atas, saat itulah dating malaikat Jibril membawa wahyu yang kedua. Melihat
pemandangan itu, tubuhnya gemetar. Ia bergegas pulang dan minta keluarganya
menyelimutinya. Kemudian Jibril dating dalam keadaan demikian dan menyampaikan wahyu
yang kedua yang berbunyi :
Og^4C NOgEO^- ^ ~
OO^ ^g El+4O4 uO) ^@
El44Og4 O)-_C ^j
4O;_OO-4 Ou- ^) 4
}N4;> +Og4'4-O ^g C)4Og4
uO; ^_
1. Hai orang yang berkemul (berselimut),
2. bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. dan Tuhanmu agungkanlah!

43
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya., 1079.
19

4. dan pakaianmu bersihkanlah,
5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
44

Ayat-ayat inilah yang mula-mula menyuruh Rasulullah menyeru kepada agama Allah.
Dengan demikian, mulailah fase-fase seruan kepada agama yang baru itu. Maka dakwah
beliau pertama-tama ditujukan kepada lingkungan anggota keluarganya. Diantara inti dari
ajaran yang ia sampaikan kepada anggota keluarganya adalah Ke-Esa-an Tuhan,
penghapusan patung-patung berhala, kewajiban manusia beribadah kepada Tuhan Maha
Pencipta. Khadijah adalah orang pertama yang masuk Islam. Seorang isteri yang secara
lahiriah telah memungkinkan beliau hidup dalam tingkatan social sebagaimana layaknya
sesuai dengan asal-usul keturunannya. Tetapi hal itu belum sebanding dengan kesetiaan dan
kemesraan cintanya yang dapat meringankan kecemasan hati beliau dan mendorong beliau
dengan perasaan simpati yang dalam pada saat-saat beliau mengalami goncangan batin.
Setelah Khadijah, pemeluk Islam selanjutnya adalah sahaya beliau Zaid bin Haritsah
serta Ali bin Abi Thalib. Kemudian disusul Abu Bakar As Siddiq. Abu Bakar adalah seorang
kaya raya, yang sangat dihormati oleh masyarakat karena keluhuran budi pekertinya dank
arena kecakapan serta kekayaannya. Setelah masuk Islam, Abu Bakar banyak mengeluarkan
hartanya untuk memerdekakan budak-budak Muslim yang menderita karena disiksa
majikannya. Melalui Abu Bakar, bertambahlah pendukung agama Islam dengan lima orang
penting lainnya. Diantaranya Saad bin Abi Waqash, Az Zubair bin al Awwam, Thalhah bin
Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, serta Uthman bin Affan.
45

Dengan tambahan pengikut-pengikut lain, Nabi Muhammad berhasil membentuk
kelompok kecil selama 3 tahun pertama untuk mendukung dakwah Islam. Namun dakwah
Islam tidak bisa berkembang pesat karena adanya ancaman dan hambatan dari kaum kafir
Quraisy. Bahkan ancaman itu semakin menjadi-jadi sehingga Nabi Muhammad
memerintahkan beberapa sahabatnya berhijrah ke Abyssinia. Setelah peristiwa hijrah ini,
pemuka suku Quraisy, Umar bin Khattab kemudian masuk Islam setelah adiknya masuk
Islam.

44
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya., 992.
45
Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam (Sejarah Dawah Islam), (Jakarta: WIdjaya, 1985), 11-16.
20

Islam telah mengajarkan bangsa Arab menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta meninggalkan kebiasaan-kebiasaan menyembah batu-batu berhala. Islam juga
mengajarkan berkata benar, menepati janji, hormat dan bakti kepada orang tua dan tetangga,
menahan diri dari yang haram dan pertumpahan darah. Islam juga melarang melakukan
kejahatan, dusta, merampas harta anak yatim piatu dan merendahkan martabat wanita. Islam
memerintahkan menyembah kepada Allah dengan sholat, zakat dan puasa.
Tekanan yang dilakukan orang-orang Quraisy semakin menjadi-jadi. Bahkan mereka
melakukan boikot terhadap Bani Hasyim, keluarga besar Rasulullah SAW., dan membatasi
ruang gerak mereka. Hal itu dilakukan karena berbagai hal. Pertama, persaingan pengaruh
dan kekuasaan. Orang-orang kafir Quraisy belum bisa membedakan antara kenabian dan
kerajaan. Mereka mengira memenuhi seruan Rasulullah berarti tunduk kepada Abdullah al
Muthalib. Hal ini, menurut anggapan mereka, akan menyebabkan suku-suku Arab kehilangan
pengaruhnya dalam masyarakat.
Kedua, persamaan derajat. Rasulullah mengajarkan persamaan derajat di antara umat
manusia. Hal ini berlawanan dengan tradisi Arab jahiliah yang membeda-bedakan derajat
manusia berdasarkan kedudukan dan status sosial. Bangsawan Quraisy belum siap menerima
ajaran yang akan meruntuhkan tradisi dan dasar-dasarkehidupan mereka.
Ketiga, takut dibangkitkan setelah mati.gambaran akan dibangkitkan setelah mati
sebagaimana diajarkan Islam. di mata suku Quraisy begitu mengerikan. Oleh karena itu
mereka enggan memeluk Islam yang mengajarkan bahwa kelak, umat manusia akan
dibangkitkan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya di dunia.
Keempat, taklid kepada nenek moyang. Bangsa Arab jahiliah menganggap tradisi
nenek moyang merupakan sesuatu yang mutlak yang tidak bisa diganggu gugat. Apalagi yang
diajarkan Rasulullah bertolak belakang dengan ajaran nenek moyang mereka.
Kelima, perniagaan patung. Larangan menyembah patung, memahat dan memperjual
belikan jelas akan mengancam usaha pemahat dan penjual patung. Para penjaga Kabah juga
tidak mau kehilangan sumber penghasilan dan pengaruh yang diperoleh dari jasa pelayanan
terhadap orang-orang yang dating ke Makkah untuk menyembah berhala.
46


46
Siti Maryam (ed),Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI, 2009),
20.
21

Setelah 10 tahun berdakwah di Makkah, jumlah pengikut Islam tidak seperti yang
diharapkan.Nabi Muhammad SAW akhirnya mencoba berdakwah ke Thaif, sebuah kota yang
berjarak sekitar 70 mil dari Makkah. Di sana, ia justru disambut dengan lemparan batu.
Demikianlah yang terjadi hingga Rasulullah memutuskan untuk berhijrah ke Madinah
dan menyebarkan Islam di sana hingga akhir hayatnya.


22

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Penjelasan di atas mengisyaratkan bahwa cara hidup orang Arab pra-Islam terbagi
menjadi dua. Pertama, masyarakat madani yang bertani dan berdagang. Kedua, bersatu dalam
kebiasaan-kebiasaan kabilah-kabilah pengembara yang banyak bertumpu pada peraturan-
peraturan yang telah ada. Corak yang pertama dianut masyarakat perkotaan atau mereka yang
telah mencapai peradaban lebih tinggi terutama Yaman, sementara corak kedua dianut oleh
masyarakat badwi yang diwakili oleh daerah Hijaz dan sekitarnya. Sebagian orang terlalu
berlebihan dalam menyikapi tradisi-tradisi Arab sebelum Islam. Seakan-akan semua tradisi
mereka jelek. Padahal sebagian tradisi mereka diadapsi oleh Islam dan tetap dipertahankan
hingga sekarang, seperti pengagungan Kabah dan tanah suci, haji dan umrah, sakralisasi
bulan Ramaan, mengagungkan bulan-bulan aram, penghormatan terhadap Ibrahim dan
Ismail, pertemuan umum hari Jumat. Islam tidak arogan dalam menyikapi tradisi-tradisi
yang sudah ada, tetapi ia mengadopsi sebagian tradisi tersebut dan mengadapsi sebagian yang
lain sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Islam.
Allah memilih Makkah untuk menurunkan Islam dan memilih Muhammad sebagai
pembawanya. Dua hal ini sangat penting karena letak Mekah yang strategis dan nasab dan
pribadi beliau yang terpandang memungkinkan Islam lebih cepat diterima dan tersebar ke
segenap penjuru, terutama masyarakat kelas bawah yang ingin bebas dari belenggu-belenggu
sosial yang cenderung diskriminatif terhadap mereka.
Meski jumlah pengikut Islam semakin bertambah namun tidak sesuai yang
diharapkan. Perkembangan Islam dihambat oleh orang-orang Quraisy. Alasannya bermacam-
macam. Diantaranya karena Nabi Muhammad telah mengajarkan ajaran yang bertentangan
dengan yang dianut mereka dan dianut nenek moyang mereka. Padahal Islam telah
mengajarkan bangsa Arab menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa serta meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan menyembah batu-batu berhala. Islam juga mengajarkan berkata benar,
menepati janji, hormat dan bakti kepada orang tua dan tetangga, menahan diri dari yang
haram dan pertumpahan darah. Islam juga melarang melakukan kejahatan, dusta, merampas
harta anak yatim piatu dan merendahkan martabat wanita. Islam memerintahkan menyembah
kepada Allah dengan sholat, zakat dan puasa.
23

DAFTAR PUSTAKA

Usayr (al), Ahmad , Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2003.
Aam (al), M.M. , ejarah Teks al-Quran dari Wahyu sampai Kompilasi. Jakarta: Gema
Insani, 2005.
Abdurrahman, Dudung et.al, Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: LESFI, 2009.
Ali, K., Study of Islamic History. India: Iradah Adabiyah, 2009.
Amin, A. Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2010.
Arnold, Thomas W., The Preaching of Islam (Sejarah Dawah Islam). Jakarta: Widjaya,
1985.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya. Semarang: CV. Asy Syifa, 2004.
Guillame, A., The Life of Muhammad. London: Oxford university Press, 1970.
Haekal, Muhammad Husein, Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera AntarNusa, 2003.
Hakim, Mohammad Nur, Sejarah dan Peradaban Islam. Malang: UMM Press, 2004.
Hishm, Ab Muammad Abd al-Mlik bin, Sirah Nabawi Ibnu Hisyam (terj.). Jakarta:
Darul Haq,2004.
Hitti, Philip K., History of The Arabs (terj.) . Jakarta: PT. Serambi Ilmu, 2002.
Hodson, Marshall G.S., The Venture of Islam, terj.Mulyani Kartanegara. Jakarta: Paramadina.
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam: Bagian Kesatu dan Kedua. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1999.
Maryam, Siti (ed), Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta:
LESFI, 2009.
Omar, M. Thoha Yahya, Islam dan Dakwah. Jakarta: Zakia Islami Press, 2004.
Rusan , H., Lintasan Sejarah Islam di Zaman Rasulullah SAW., Semarang: Wicaksana,
1981.
Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: PT. Alhusna Zikra, 1997.
Tim Penyusun, Teks Book Dirasat Islamiyyah. Surabaya: CV. Anika Bahagia Offset, 1995.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001.
Zuhri, Muh., Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

You might also like