You are on page 1of 13

Peter Kasenda

Soekarno dalam Lawatan Sejarah

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan nya. Soekarno

Ketika Soekarno meninggal pada 21 Juni 1970, kita rasakan rasa geram yang lebih karena tidak berdaya sebagai rakyat. Pikiran yang mengusik adalah bagaimana mungkin the founding father harus menghembuskan nafas terakhir di dalam pengasingan politik. Soekarno lebih dari siapa pun memang berjasa besar menyatukan bangsa Indonesia dalam kesadaran bersama meraih kemerdekaan, lewat aksi-aksi politiknya yang gemuruh. Untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Soekarno ditahan di penjara Banceuy dan Sukamiskin di Bandung. Ia kemudian diasingkan di Ende-Flores dan Bengkulu. Sebagai presiden pertama Republik Indonesia pada masa revolusi nasional, Soekarno dibuang ke Bangka, Berastagi dan Parapat. Soekarno tak hanya mengantarkan kemerdekaan Indonesia. dia kelak memang mengguncang dunia pula. Dari lembah Sungai Nil hingga Semenanjung Balkan, dari Aljazair hingga India, namanya dikenang sebagai salah satu juru bicara Asia-Afrika paling lantang dalam melawan imperialisme dan kolonialisme Barat. Keberaniannya menentang kekuasaan Barat yang arogan membuat orang Indonesia bangga menjadi orang Indonesia. Soekarno tidak dimakamkan di antara bukit yang berombak, di bawah pohon rindang, di samping sebuah sungai dengan udara segar. Tidak seperti diinginkannya. Permintaan terakhirnya untuk dikuburkan di halaman rumahnya di Batutulis, Bogor, ditolak. Prospek bahwa makamnya akan
1

menjadi tempat ziarah popular yang terlalu dekat dari Jakarta jelas merisaukan pemerintahan baru. Soeharto hanya mengizinkan Soekarno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur, di samping makam ibunya. Setelah Soekarno wafat, represi terhadap hal-hal yang berbau Soekarno justru semakin meningkat. Pada awal dekade 1970-an, diskusi tentang Soekarno sangat dibatasi.. Sebuah larangan tak resmi diberlakukan terhadap publikasi tulisan-tulisan politik Soekarno. Nama presiden pertama Indonesia ini jarang, atau bahkan tidak pernah sama sekali, disebut-sebut oleh unsur rezim Orde Baru, Meskipun keyakinan bahwa Soekarno adalah perumus Pancasila begitu mengakar kuat dalam skema pemahaman mayoritas bangsa Indonesia, referensi yang mengaitkan Soekarno dengan Pancasila hampir sepenuhnya diingkari oleh pemerintahan Orde Baru. Dan kini, 42 tahun sejak meninggalnya, nama dan wajah Soekarno tidak pernah benar-benar lumat terkubur. Kampanye puluhan tahun Orde Baru untuk membenamkannya justru hanya memperkuat kenangan orang akan kebesarannya, simpati pada epilog hidupnya yang tragis, serta maaf atas kekeliruan di masa silam. Dengan kata lain, Soekarno sebagai tokoh hyperreal yang selalu menjadi hantu bagi rezim Orde Baru dengan tokohnya Soeharto, tetap hadir dengan kokohnya dalam benak para pengagumnya Berbagai cara yang dilakukan Orde Baru untuk menggusur realitas itu, tampak sia-sia. Ternyata benak manusia tidak semudah itu dikontrol dengan pola tertentu. Soekarno tak pernah berhenti menjadi ikon revolusi nasionak yang paling menonjol mungkin seperti Che Guevara bagi Kuba. Di banyak rumah, foto-fotonya, kendati dalam kertas yang sudah menguning di balik kaca pigura yang buram, tidak pernah diturunkan dari dinding meski pemerintahan berganti-ganti. Di kali lima, poster masih tampak dipajang bersebelahan dengan gambar Madona, Iwan Fals, dan Bob Marley simbol dari zaman yang sama sekali lain. Setelah 40 tahun lebih Soekarno menghembus nafas terakhir, pada akhirnya pemerintah menetapkan Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai pahlawan nasional pada bulan November 2012. Keputusan penganugerahan gelar pahlawan nasional untuk Soekarno tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 80/TK/2012. Sementara buat Mohammad Hatta tertuang dalam Keppres Nomor 84 /TK/2012. Kedua keppres itu ditandatangani pada 7 November 2912
2

Sebagaimana dikatakan Presiden bahwa penganugerahan gelar pahlawan nasional ini menegaskan bentuk pengakuan, penghargaan, pemnghormatan dan ucapan terima kasih atas perjuangan dan pengorbanan beliau-beliau. Bangsa Indonesia patut mengenang dan melestarikan nilai-nilai kejuangan yang diteladankan Soekarno dan Hatta. Presiden juga mengajak setiap bangsa untuk meninggalkan stigma negatif yang mungkin masih melekat terhadap kedua bapak bangsa ini. Dalam pandangannya, jasa, perjuangan, pengorbanan, serta pengabdian keduanya jauh melampui dan lebih besar dibandingkan kekurangan dan kelemahan mereka. Sebelum penetapan ini, keduanya diberi gelar pahlawan proklamator pada 1986. Pemerintah Soeharto menganggap presiden pertama itu terkait dengan Gerakan 30 September 1965 yang menguntungkan Partai Komunis Indonesia. Pemberian gelar pahlawan proklamator kelihatan ekslusif dan tinggi mengatasi gelar pahlawan nasional. Namun seketika peran historis Soekarno dan Hatta dikerdilkan hanya dalam satu peringatan sejarah khusus Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan. Dilenyapkan perjalanan panjang Soekarno dan Hatta dalam sejarah. Dengan gelar baru ini, kedua pemimpin yang mengantarkan Indonesia pada kemerdekaan tersebut resmi diakui sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah. Dengan terbitnya TAP MPR I/MPR/2003 yang meninjau kembali ketetapan MPR dan MPRS sejak 1960-2002, Ketetapan MPRS XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan dari Presiden Soekarno. Dalam pertimbangan ketetapannya menyebutkan, pidato Presiden Soekarno tidak jelas membuat pertanggungjawaban kebijakan Presiden atas pemberontakan kontra revolusi G30S/PKI. ***** Menjelang akhir abad ke-19 hampir seluruh benua Asia berada di bawah kekuasaan kolonial. Akan tetapi suatu semangat baru telah memasuki kedasaran rakyat yang terjajah itu bukan hanya keinginan untuk memperoleh kemerdekaan, tapi juga kepercayaan bahwa secara moral ini adalah benar dan mungkin dicapai secara fisik. Kepercayaan ini juga terdapat di kalangan rakyat Indonesia.

Idayu Nyoman Rai menamakan putranya fajar, anak dari hari yang baru, karena ketika ia dilahirkan di Surabaya pada 6 Juni 1901, hari yang baru mereka. Masa itu itu juga menjadi suatu abad yang baru, dan Soekarno akan menjadi pemimpin politik yang terkemuka. Dengan bernaung di bawah apa yang kemudian dikenal sebagai politik etis, pemerintah Hindia Belanda perlahan-lahan memperluas kesempatan bagi anak-anak Indonesia dari golongan atas untuk mengikuti Sekolah-sekolah yang berbahasa Belanda tingkat dasar dan menengah. Soekarno mendapat pendidikan Belanda, mula-mula di ELS di Mojokerto, sesudah itu di HBS di Surabaya dan akhirnya di THS di Bandung, di mana pada tahun 1926 ia meraih gelarnya sebagai insinyur sipil. Pada waktu menjalanai sekolah menengahnya, Soekarno berkenalan dengan gerakan nasionalisme di Indonesia yang baru mulai berkembang. Di Surabaya, ia menumpang di rumah HOS Tjokroaminoto, pemimpin karismatis Sarekat Islam (SI). Daftar dari tamu-tamu yang datang berkunjung ke rumah Tjokro di Gang Peneleh VII yang selalu terbuka untuk tamu itu, menurut John D Legge, bisa dibaca sebagai buku who is who gerakan nasionalis Indonesia pada waktu itu. Debut politik pertama Soekarno adalah ikut mendirikan Klub Studi Umum di Bandung pada 1924, sebuah klub diskusi yang berubah jadi gerakan politik radikal belakangan. Namanya kian menjulang ketika setahun kemudian dan menulis rangkaian artikel yang berjudul Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme dalam Indonesia Moeda penerbitan milik Klub Studi Umum . Di situ Soekarno mendesakan pentingnya sebuah persatuan nasional, satu front bersama kaum nasionalis, Islamis, dan Marxis, dalam perlawan tanpa kompromi (non-kooperatif) terhadap Belanda. Pada 4 Juli 1927, bersama beberapa orang teman seperjuangannya Soekarno mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (kemudian berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia). Para pendiri memilih haluan politik nonkooperasi. Berbeda dengan partai-partai politik bumiputera lainnya, PNI menolak untuk bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda , mereka tidak mau menduduki kursi dalam organ-organ perwakilan yang didirikan oleh pemerintah kolonial. Dalam waktu dua setengah tahun setelah itu, PNI merupakan partai nasionalis yang paling aktif di Hindia Belanda.

Pada tahun 1928 dan 1929 para pemimpin PNI berusaha keras untuk menciptakan sebuah organisasi yang kuat dan membangun sebuah partai massa. Beratus-ratus pertemuan yang teratur baik diadakan dan terdapat perhatian besar di mana saja para pemimpin PNI berpidato. Suasana emosional timbul di ruangan-ruangan pertemuan bendera PNI merah putih dengan gambar kepala banteng di tengah-tengahnya terlihat di mana-mana dan warna-warna merah dan putih sampai digunakan untuk menghias podium. Sering mereka menyanyikan lagu-lagu patriotik sebelum pada pembira utama datang. Soekarno adalah tokoh dengan daya tarik yang utama bagi PNI. Ia adalah seorang ahli pidato yang hebat. Pidato-pidatonya penuh dengan dasardasar pokok nasionalis yang disampaikan dalam bahasa yang sederhana yang dengan mudah dapat dimengerti oleh para pendengarnya. Ia menggunakan dongeng-dongeng dan cerita-cerita rakyat setempat yang popular, terutama cerita-cerita wayang untuk mewujudkan pikiranpikiran PNI yang nasionalis Salah satu dari pesannya yang pokok ialah bahwa sebelum Kemerdekaan dapat dicapai rakyat Indonesia perlu terlebih dahulu mencapai kebebasan rohani. Kebebasan rohani, menurut pendapatnya, akan diperoleh apabila rakyat Indonesia mengatasi rasa rendahdiri dan ketergantungan mereka secara kejiwaan pada Belanda. Dalam pidatp-pidato serta tulisan-tulisannya Soekarno mendorong rakyatnya agar merasa bangga atas kebudayaan serta prestasi mereka di masa lampau dan agar bekerja sama untuk menciptakan suatub bangsa Indonesia yang merdeka. Pemerintah kolonial Belanda begitu khawatir melihat kepopuleran Soekarno dan pertumbuhan PNI sehingga pada tanggal 29 Desember 1929 mereka menangkap beratus-ratus pemimpin pusat dan cabang PNI. Soekarno, Maskun, Gatot Mangkupradja, dan Supridinata diajukan ke Pengadilan Daerah Bandung tanggal 18 Agustus 1930, atas tuduhan menyebarkan propaganda yang dapat mengganggu ketentraman umum. Semuanya dinyatakan bersalah, dengan Soekarno dijatuhi hukuman penjara 4 tahun, Gatot 2 tahun, Maskun 20 bulan, dan Supridinata 15 bulan.

Soekarno menggunakan peradilan itu untuk mengucapkan sebuah pidato yang panjang yang menjelaskan tentang tujuan serta cara-cara yang ditempuh kaum nasionalis. Ini merupakan suatu taktik yang pintar karena pemerintah kolonial tidak akan dapat mencegah disiarkannya berita mengenai proses pengadilan. Di bawah judul Indonesia Menggugat pidato pembelaan Soekarno dengan rasa ingin tahu dibeli oleh beribu-ribu orang Indonesia yang yang sangat terpengaruh oleh kecamannya terhadap imperialisme dan argumentasinya yang kuat bagi Indonesia Merdeka. Itu adalah suatu pidato yang gemilang, diucapkan dengan humor, daya dan penuh gairah dengan tujuan membangkitkan semangat nasionalis di hati orang-orang sebangsanya. Ditangkapnya Soekarno dan para pemimpin PNI lainnya menyebabkan terhentinya segala kegiatan PNI. Setelah Soekarno dinyatakan bersalah, partai itu dibuibarkan dan sebuah partai baru menggantikannya yaitu Partai Indonesa (Partindo) di bawah pimpinan Sartono sebagai ketua. Biar bagaimanapun, partai ini adalah PNI dengan nama lain. Sesudah pembebasannya (yang lebih cepat), di pagi hari tanggal 1 Januari 1932, Soekarno mengharapkan untuk bisa sekali lagi menjadi pemimpin aliran nasionalisme nonkooperasi. Ketika itu terdapat Partindo dan Pendidikan Nasional Indonesia yang dibentuk di Yogyakarta pada bulan Desember 1931. Soekarno berusaha sekuat tenaga untuk mempersatukan Partindo dengan PNI yang baru. Ia tidak berhasil. Namun ia dipilih menjadi ketua Partindo.

Partindo meneruskan gaya PNI yang lama, dengan sangat menekankan pada rapat-rapat umum yang besar, pidato-pidato yang menggugah semangat oleh Soekarnop, dan suatu usaha untuk menghadapkan Belanda dengan sebuah partai massa yang besar. PNI Baru memusatkan usaha untuk memperoleh dan mendidik kader-kader yang berdisiplin tinggi. Di antara para pemimpin PNI Baru dan Partindo kadang-kadang menjadi bahan persaingan yang sangat sengit yang secara permanen jelas mempengaruhi hubungan antara orang-orang dari kedua partai tersebut. Akan tetapi, pada akhirnya tidak satu pun dari kedua partai itu selamat dari tindakan keras kedua yang diambil oleh pemerintah. Pada bulan Agustus 1933 Soekarno ditangkap dan Partindo secara praktis dilarang. Dalam bulan Februari Hatta dan Sjahrir ditangkap dan partai itu secara praktis di larang. Soekarno diasingkan ke Ende Flores dan Hatta serta Sjahrir ke Boven Digul. Pada Maret 1942, Soekarno dibebaskan oleh penjajah Jepang dari tempat pengasingannya di Sumatera dan dipindahkan ke Jakarta. Penjajah Jepang mengusulkan agar pemimpin nasionalis ini bekerja sama dengan mereka untuk menciptakan suatu Persemakmuran Asia Timur Raya. Terhadap penjajah Jepang Soekarno ternyata bersedia melakukan apa yang sampai saat itu tidak mau ia lakukan untuk pemerintah kolonial Belanda; berkooperasi. Ia memperkirakan bahwa melalui kerja sama dengan penjajah, ia bisa mengantarkan negaranya menuju kemerdekaan Indonesia. Soekarno memberikan bantuan dengan bakat-bakatnya sebagai orator kepada peperangan Jepang. Perkiraan Soekarno ternyata benar. Akhirnya Jepang memberi kesempatan kepada kaum nasionalis untuk mengumumkan kemerdekaan negaranya. Memang nyaris, tetapi itu dilakukan sebelum Sekutu dan penjajah Belanda bisa menghentikannya. Pada 17 Agustus 1945 Soekarno dengan didampingi oleh Mohaamad Hatta di halaman depan rumahnya mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Sehari sesudah itu oleh PPKI Soekarno dan Hatta diangkat menjadi presiden dan wakil presiden dari negara yang baru ini. Pada hari yang sama ditetapkan juga Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Konsitusi ini menciptakan suatu sistem kepresidenan yang lebih banyak memberi kuasa kepada kekuasaan eksekutif. Pancasila yang digali Soekarno dan diucapkan pada 1 Juni 1945 dicantumkan dalam Pembukaan UUD 1945.

Kendati demikian, Belanda, dihadapkan dengan kehilangan Hindia Belanda salah satu jajahan terbesar dan terkaya di dunia tetap bertekad untuk mempertahankan wilayah Hindia sebagai tanah Jajahan. Diperlukan empat tahun pertempuran yang terputus-putus untuk akhirnya mengubah pikiran mereka. Orang-orang Indonesia tidak akan pernah melupakan bahwa kemerdekaan mereka dibayar mahal dengan darah walaupun mereka tidak selalu mengakui betapa beruntungnya karena harga itu tidak lenbih mahal. Itulah sebabnya mengapa kata-kata yang tidak heroik dan berhati-hati yang diucapkan Soekarno pada 17 Agustus 1945, masih dapat membuat air mata mereka bergenang. Sejak disumpah sebagai Presiden Republik Indonesia pada 1945, Soekarno menduduki jabatan presiden sepanjang dua dekade lamanya. Sepanjang empat tahun pertama kedudukannya sebagai presiden, ia lebih berperan menjadi simbol revolusi, seorang kepala negara dibandingkan seorang yang menjalankan fungsi pemerintahan dalam sistem presidensil konsitusi negara Republik Indonesia. Kebutuhan mendapatkan dukungan dan pengakuan negara-negara pemenang Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Inggris, terhadap kemerdekaan Indonesia membuat Soekarno harus menerima kenyataan mundur ke belakang dan perannya digantikan seorang pejabat Perdana Menteri. Kehadirannya hanya dibutuhkan saat negara berada dalam keadaan bahaya seperti Peristiwa Madiun 1948 ketika Partai Komunis Indonesia dituduh melakukan pemberontakan terhadap Republik Indonesia melalui pembentukan Soviet Madiun ***** Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda Desember 1949, Soekarno tetap tidak memegang kendali pemerintahan secara utuh dengan penerapan sistem parlemen yang menjadi bentuk politik sampai tahun 1959 ketika ia mengumumkan pembentukan Demokrasi Terpimpin yang mengembalikan kendali pemerintahan kepada presiden sekaligus kepala negara.

Demokrasi Terpimpin pertama-tama adalah alat untuk mengatasi perpecahan yang muncul di dataran politik Indonesia dalam pertengahan tahun 1950an . Untuk menggantikan pertentangan parlementer di antara partaipartai, suatu sistem yang lebih terpusat diciptakan. Ia memberlakukan kembali UUD 1945 pada 1959 dengan dukungan Angkatan Darat, yang juga memberikan diukungan organisional utama bagi pemerintahan itu. Akan tetapi Soekarno sangat menyadari adanya bahaya yang mengancam kedudukannya oleh adanya keterikatannya kepada tentara, ia mendorong kegiatan-kegiatan dari kelompok-kelompok sipil sebagai penyeimbang militer. Meskipun pemimpin Angkatan Darat maupun PKI mengaku setia kepada Presiden Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi, mereka sendiri masing-masing terkurung dalam pertentangan yang tak terdamaikan. Memasuki periode akhir menjelang 1965, lawan-lawan politik Soekarno berkumpul atas kekhawatiran mereka terhadap politik Soekarno yang semakin progresif Tetapi sesungguhnya, Soekarno bisa saja menghentikan lawan-lawan politiknya. Tetapi ia tidak mampu mengatasi laju usia yang memakan tubuh dan energinya. Soekarno menjadi semakin tua dan ironi yang lekat dengan dirinya mulai memnimbulkan masalah : tidak ada organisasi politik yang langsung berada di bawah kendalinya dan juga tidak ada kader yang mampu melanjutkan kepemimpinannya dalam suksesi terkendali dan damai. Dalam suatu peristiwa yang tak terduga, tepatnya 1 Oktober 1965 ketika Letnan Kolonel Untung, seorang perwira menengah Angkatan Darat, melancarkan kudeta, fondasi politik Soekarno pun runtuh. Kendati bernafas pendek, menurut John Rossa, G-30-S mempunyai dampak sejarah yang penting. Ia menandai awal berakhirnya masa kepresidenan Soekarno, sekaligus bermulanya nama Soeharto. Sampai saat itu Soekarno merupakan satu-satunya pemimpin nasional yang paling terkemuka, selama dua dasawarsa lebih, yaitu sejak ia bersama Mohammad Hatta, pada tahun 1945 mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Ia satu-satunya presiden negarabangsa baru itu. Dengan kharisma, kefasihan lidah, dan patriotisme yang menggelora, ia tetap sangat popular di tengah-tengah semua kekecauan [politik dan salah urus perekonomian pascakemerdekaan. Sampai 1965 kedudukannya sebagai presiden tidak tergoyahkan. Sebagai bukti populeritasnya, baik G-30-S maupun Mayor Jenderal Soeharto berdalih bahwa segala tindakan yang mereka lakukan merupakan langkah membela

Soekarno. Tidak ada pihak mana pun yang berani memperlihatkan pembakangannya terhadap Soekarno. Soeharto menggunakan G-30-S sebagai dalih untuk merongrong legitimasi Soekarno, sambil melambungkan dirinya ke kursi kepresidenan. Pengambilalihan kekuasaan negara oleh Soeharto secara bertahap, yang dapat disebut sebagai kudeta merangkak. Jika bagi Presiden Soekarno aksi G-30-S ia sendiri disebutnya sebagai riak kecil di tengah samudera besar Revolusi : sebuah peristiwa kecil yang dapat diselesaikan dengan tenang tanpa menimbulkan guncangan besar terhadap struktur kekuasaan, bagi Soeharto peristiwa itu merupakan tsunami pengkhianatan dan kejahatan, yang menyingkapkan adanya kesalahan yang sangat besar pada pemerintahan Soekarno. Soeharto menuduh Partai Komunis Indonesia ( PKI) mendalangi G-30-S, dan selanjutnya menyusun rencana pembasmian terhadap orang-orang yang terkait dengan partai itu. Soeharto menangkapi satu setengah juta orang lebih. Semuanya dituduh terlibat dalam G-30-S. Ratusan ribu orang dibantai, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Laporan CIA tahun 1967 menyebut pembantaian setelah peristiwa G30S sebagai salah satu peristiwa yang sangat mengerikan dalam abad kedua puluh. Tidak kalah dengan pembantaian yang dilakukan Nazi Jerman. Inilah yang disebut sebagai tumbal tujuh Pahlawan Revolusi. Banyak elite politik kita yang hingga saat ini bangga atas pembantaian rakyat Indonesia itu. Kekejaman mereka atas kematian tujuh Pahlawan Revolusi dianggap pantas dibayar dengan nyawa sedemikian banyak. Padahal, menurut Peter Dale Scott, empat dari enam perwira tinggi pro Jenderal Yani tewas dalam peristiwa G30S bersama pimpinan Angkatan Darat tersebut. Ahmad Yani sendiri dikenal sebagai sangat loyal kepada Presiden Soekarno, sedangkan tiga dari lima jenderal anti-Yani, termasuk Mayjen Soeharto adalah figur utama dalam menumpas G30S. Tidak seorang pun di antara jenderal anti Presiden Soekarno menjadi target G30S. Sedang yang dialami oleh Jenderal AH Nasution disebut Peter Dale Scoot sebagai salah sasaran. Pangkostrad, orang kedua setelah KSAD, yang memegang komando pasukan, malah tidak masuk target G30S. Bahkan posisi pasukan pendukung utama G30S, berada di lapangan Monas, persis berhadapan dengan Markas Mayjen Soeharto.

10

Peter Dale Scott melihat peristiwa ini lebih merupakan konflik intern Angkatan Darat yang kemudian digiring menghancurkan PKI untuk mengisolir Presiden Soekarno. Tapi peneliti lainnya ada yang melihat peristiwa ini memang melibatkan unsur PKI. Ada berbagai versi. Tapi di Indonesia sendiri Angkatan Darat di bawah Jenderal Soeharto berhasil membentuk opini publik ke arah penghakiman Presiden Soekarno, sebagai terlibat dalam G30S. Presiden Soekarno dipaksa mendelegasikan kekuasaan melalui Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) kepada Jenderal Soeharto. Mendapatkan Supersemar, gerakan Soeharto tak tertahan lagi. Keesoikan harinya, ia langsung membubarkan PKI dan organisasi massanya, serta menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang. Tanggal 17 Maret 1966, Soeharto menahan 15 menteri anggota Kabinet Dwikora yang diduga terlibat dalam G30S. Ia juga membersihkan MPRS dari orang-orang yang diduga terlibat dalam G30S, dan memasukkan orang-orang yang mendukung. Presiden Soekarno berulang kali memprotes tindakan Soeharto, dan menyebutnya sebagai bertindak di luar wewenangnya, tetapi Soeharto tidak peduli. Presiden Soekarno sesungguhnya sangat bisa jika ia ingin bertahan, dan menghadapi rongrongan Panglima Kostrad Mayjen Soeharto terhadap kekuasaannya. Masih banyak rakyat yang berdiri di belakangnya, demikian juga kesatuan-kesatuan Angkatan Bersenjata, seperti Divisi Brawijaya, dan kesatuan-kesatuan Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Angkatan Kepolisian, Bahkan, Komandan Korps Komando (KKO) Mayjen Hartono. Mereka semua menunggu instruksi Presiden Soekarno untuk bertindak. Dan intruksi itu tak kunjung datang. Presiden Soekarno tidak ingin melihat perang saudara merobek-robek Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbekal Supersemar, Soeharto membubarkan PKI untuk mengilosir Presiden Soekarno. Soekarno dipaksa menyerahkan kedudukannya, setelah diancam akan diseret ke pengadilan. Sidang MPRS, 7 12 Maret 1967 mengeluarkan Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno. Saat menerima berita tentang Ketetapan MPRS itu, Presiden Soekarno tengah berada di Istana Bogor. Kelihatan benar terpukul hati Presiden Soekarno saat itu. Lama Soekarno duduk diam tanpa berkata, Aku telah berusaha memberikan segala sesuatu yang kuanggap baik bagi nusa dan bangsa Indonesia. Kemudian Soekarno dikenai status tahanan rumah. Ia
11

diinterogasi secara maraton oleh perwira militer. Proklamator dan Bapak Bangsa ini ini menjadi pesakitan oleh bangsanya sendiri. Soekarno menghembuskan nafas terakhir dalam kesendirian. Tak disadari pemerintahan Soeharto, Soekarno dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Blitar. ***** Sejak kematiannya empat dekade silam, banyak karya lahir tentang Soekarno. Para peneliti asing, sejarawan, orang-orang dekat dengannya, pengagum dan juga lawan-lawan politik serta mereka yang membencinya, termasuk juga para penulis dan pekerja kreatif yang menjadikan Soekarno sebagai sumber inspirasi dalam karya mereka. Juga karya-karya sejarah yang menjadikan Soekarno sebagai sekedar memorabilia sebuah bangsa melalui keunikan gaya pribadi dan bahkan lelucon tentang dirinya. Tetapi tak terhindarkan, Soekarno terus menjadi bibliografi yang mungkin tidak akan berhenti sampai beberapa dekade ke depan, menjadi lensa bagi yang hidup sekarang dalam mempelajari diri mereka sendiri. Melalui sosoknya, setiap orang belajar tentang ikon sejarah yang membentuk nilai utama dan rangkaian mitos tentang seorang pemimpin, seorang intelektual, seorang proklamator yang membebaskan bangsanya dari penjajahan dan sekaligus seorang individu dengan segala kompleksitas dalam diri melalui hamparan sejarah abad ke-20 yang lalu. Makalah ini dipresentasikan dalam acara seminar Kedudukan Yuridis dan Politis Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/ MPRS/1967 Tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno, yang diselenggarakan oleh Fraksi PDI Perjuangan MPR di gedung Nusantara V Jakarta, 11 November 2012.

Bibliografi Abdullah, Taufik. Sukarno dan Warisan Intelektual Bangsa. Makalah yang disampaikan sebagai orasi dalam Peluncuran Buku Biografi Soekarno dan Serial Pemikiran Soekarno di Hotel Santika ,Jakarta 2 Juni 2001.

12

Achdian, Andi. 2012. The Angle of Vision. Mereka yang Tidak Menyerah pada Sejarah. Jakarta : Loka. Bagun, Rikard (ed). 2003. Bung Hatta. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Kasenda, Peter. 2010. Sukarno Muda. Biografi Pemikiran 1926 1933. Kasenda, Peter. 2012. Hari-Hari Terakhir Sukarno. Jakarta : Komunitas Bambu. Legge. John D . 1985, Sukarno Sebuah Biografi Politik . Kalarta : Sinar Harapan. Rizal, JJ . Sukarno Di Negeri Monyet Dalam Gelap, Tempo , 18 November 2012. Rossa, John. 2008. Dalih Pembunuhan Mssal. Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto. Jakarta : Hasta Mitra dan ISSI. St Sularto ( Ed) . 2001. Dialog dengan Sejarah . Soekarno Seratus Tahun. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Soekirno, Soelastri. Kontroversi Gelar. Tentang Rehabilitasi Nama Bung Karno, Kompas, 20 November 2012. Wild, Colin dan Peter Carey (ed). 1986 . Gelora Api Revolusi .Sebuah Antologi Sejarah. Jakarta : BBC Seksi Indonesia dan PT Gramedia . Zulkifli et al, Arif. 2010. Sukarno Paradoks Revolusi Indonesia. Jakarta : KPG ( Kepustakaan Gramedia Populer )

13

You might also like