You are on page 1of 22

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

MINISTRY OF INDUSTRY
Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav 52-53, Telp/fax: 021 - 5252746, Jakarta Selatan 12950

PEDOMAN TEKNIS AUDIT ENERGI ENERGY AUDIT TECHNICAL GUIDELINE PADA ON IMPLEMENTASI KONSERVASI ENERGI DAN PENGURANGAN EMISI CO2 DI SEKTOR INDUSTRI (FASE 1) IMPLEMENTATION OF ENERGY CONSERVATION AND CO2 EMISION REDUCTION IN INDUSTRIAL SECTOR (PHASE 1)

PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP GREEN INDUSTRY AND ENVIRONMENT ASSESSMENT CENTER

BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI (BPKIMI) POLICY, CLIMATE AND INDUSTRY QUALITY ASSESSMENT AGENCY 2011

1. PENDAHULUAN Proses manajemen energi yang efektif haruslah berdasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan dan harus diuraikan secara rinci tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk memberi batasan suatu program manajemen energi di industri, perlu ditentukan secara teliti jenis dan jumlah energi yang digunakan di setiap tingkat proses manufaktur. Oleh karena itu, diperlukan suatu prosedur pencatatan penggunaan energi secara sistimatis dan berkesinambungan. Pengumpulan data kemudian diikuti dengan analisa dan pendefinisian kegiatan konservasi energi yang akan dilaksanakan. Gabungan antara pengumpulan data, analisa data dan definisi kegiatan konservasi disebut sebagai audit energi. 1.1 Jenis Audit Energi Jangkauan audit energi dimulai dari survei data sederhana hingga pengujian data yang sudah ada secara rinci, digabungkan dengan uji coba pabrik secara khusus, yang dirancang untuk menghasilkan data baru. Lamanya pelaksanaan suatu audit bergantung pada besar dan jenis fasilitas proses pabrik dan tujuan dari audit itu sendiri. Survei awal atau Audit Energi Awal (AEA) dapat dilaksanakan dalam waktu satu atau dua hari untuk instalasi pabrik yang sederhana, namun untuk instalasi pabrik yang lebih komplek diperlukan waktu yang lebih lama. AEA terdiri dari dua bagian, yaitu: 1. Survei manajemen energi, dimana surveyor (atau auditor energi) mencoba untuk memahami kegiatan manajemen yang sedang berlangsung dan kriteria putusan investasi yang mempengaruhi proyek konservasi. 2. Survei energi (teknis) Bagian teknis dari AEA secara singkat mengulas kondisi dan operasi peralatan dari pemakai energi yang penting (misalnya boiler dan sistem uap) serta instrumentasi yang berkaitan dengan efisiensi energi. AEA akan dilakukan dengan menggunakan sesedikit mungkin instrumentasi portable. Auditor energi akan bertumpu pada pengalamannya dalam mengumpulkan data yang relevan dan mengadakan observasi yang tepat, sehingga memberikan diagnosa situasi energi pabrik secara cepat. AEA sangat berguna untuk mengenali sumber-sumber pemborosan energi dan tindakantindakan sederhana yang dapat diambil untuk meningkatkan efisiensi energi dalam jangka pendek.

Contoh tindakan yang dapat diidentifikasi dengan mudah ialah hilang atau cacatnya insulasi, kebocoran uap dan udara-tekan, instrumentasi yang tidak dapat digunakan, kurangnya kontrol yang tepat terhadap perbandingan udara dan bahan bakar di dalam peralatan pembakar. AEA seharusnya juga mengungkapkan kurang sempurnanya pengumpulan dan penyimpanan analisa data, dan area dimana pengawasan manajemen perlu diperketat. Hasil yang khas dari AEA ialah seperangkat rekomendasi tentang tindakan berbiaya rendah yang segera dapat dilaksanakan dan rekomendasi audit yang lebih ekstensif untuk menguji dengan lebih teliti area pabrik yang terpilih. Audit energi terinci (AET) biasanya dilakukan sesudah AEA, dan akan membutuhkan beberapa minggu bergantung pada sifat dan kompleksitas pabrik. Selain mengumpulan data pabrik dari catatan yang ada, instrumentasi portable digunakan untuk mengukur parameter operasi yang penting yang dapat membantu team mengaudit energi dalam neraca material dan panas pada peralatan proses. Uji sebenarnya yang dijalankan serta instrumen yang diperlukan bergantung pada jenis fasilitas yang sedang dipelajari, serta tujuan, luas dan tingkat pembiayaan program manajemen energi. Jenis uji yang dijalankan selama audit energi terinci mencakup uji efisiensi pembakaran dan pengukuran suhu dan aliran udara pada peralatan utama yang menggunakan bahan bakar, penentuan penurunan faktor daya yang disebabkan oleh berbagai peralatan listrik, dan uji sistem proses untuk operasi yang masih di dalam spesifikasi. 1.2 Tujuan Audit Energi Setelah mendapatkan hasil uji, auditor energi menganalisa hasil tersebut melalui suatu kalkulasi dengan menggunakan materi pendukung yang ada (misalnya tabel, bagan). Kemudian gunakan hasil uji tersebut untuk menyusun neraca energi, dimulai untuk setiap peralatan yang diuji dan selanjutnya untuk instalasi pabrik seluruhnya. Dari neraca energi, dapat ditentukan efisiensi peralatan dan menentukan ada tidaknya peluang penghematan biaya energi. Setelah itu pengujian setiap peluang secara lebih rinci, perkiraan biayanya dan manfaat dari pilihan-pilihan yang telah ditentukan. Dalam beberapa hal, auditor energi tidak dapat memberikan rekomendasi mengenai suatu investasi khusus, mengingat resikonya atau karena total investasinya terlalu besar. Dalam hal ini, auditor energi akan memberikan suatu rekomendasi mengenai studi kelayakan (misalnya penggantian boiler, perubahan tungku pembakaran, penggantian sistem uap air dan perubahan proses). Hasil akhir AET akan berupa laporan terinci yang memuat rekomendasi disertai dengan manfaat dan biaya terkait serta program pelaksanaannya. Secara umum cukup sulit untuk menyimpulkan besarnya penghematan yang dapat diidentifikasi melalui audit energi. Namun begitu, penghematan biasanya mendekati jumlah yang cukup berarti, sekalipun melalui audit energi yang paling sederhana. Sebagai petunjuk kasar, audit energi awal diharapkan dapat mengidentifikasi penghematan sebesar 10 persen, yang umumnya dapat dicapai melalui tindakan house keeping pada instalasi pabrik atau

tindakan lain yang memerlukan investasi modal kecil. Audit energi terinci seringkali dapat mencapai penghematan sebesar 20 persen atau lebih untuk jangka menengah dan panjang. 2. METODOLOGI PELAKSANAAN Adalah pemahaman tujuan pekerjaan, yaitu untuk melakukan identifikasi potensi penghematan energi pada sarana/fasilitas produksi dan peralatan pengguna energi, yang bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan energi & potensi penghematan energi. Sehingga sasaran-sasaran yang akan dicapai, seperti : Menurunnya intensitas penggunaan energi di industri. Meningkatnya peran serta industri dalam program konservasi energi. Peningkatan effisiensi penggunaan energi dalam berproduksi. Pengurangan ketergantungan terhadap BBM. Pengurangan pencemaran yang dapat merusak kualitas lingkungan. Peningkatan daya saing produk.

Agar dapat terwujud secara benar dan terarah, maka perlu dilakukan pendekatanpendekatan yang memenuhi kapasitas dan kebutuhan dari hal hal yang menjadi output/ keluaran aktivitas. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan asesmen energi antara lain adalah: 1. Goal Seek Method. Intensitas Konsumsi Energi (IKE), merupakan parameter utama yang harus dicari dan ditentukan, baik pada sistem proses produksi maupun pada peralatan utility (boiler, chiller, compressor, pompa, dll). Dengan besaran/nilai IKE tersebut dapat dikembangkan menjadi formulasi dan simulasi analisis peluang penghematan energi. 2. Pareto Chart; merupakan grafik yang dapat dijadikan alat/tools untuk menentukan permasalahan utama atau identifikasi masalah inti. Mekanisme pendekatan masalah menggunakan pareto chart, sebagai berikut : Pengguna energi terbesar sebagai yang utama untuk diidentifikasi dengan anggapan bahwa prosentase penghematan yang akan diperoleh memiliki nilai energi yang besar, meskipun untuk sementara belum diketahui berapa persen potensi hemat energi yang akan didapat, meskipun prosentase potensi yang diperoleh kecil apabila dikalikan dengan kapasitas yang besar, maka nilai yang diperoleh cukup signifikan. Untuk memperoleh bobot pengguna energi terbesar, maka dilakukan stratifikasi objek peralatan. Hasil stratifikasi, diperoleh sebaran objek (peralatan pengguna energi) mulai pengguna energi terbesar hingga ke peralatan pengguna energi yang terkecil.

3. Metode 5W + 1H, digunakan untuk mencari akar masalah (sumber pemborosan yang dapat dikonversi menjadi potensi / peluang hemat energi) pada peralatan pengguna energi yang telah ditentukan dari hasil pareto chart. Mekanisme pendekatan masalah menggunakan metode 5W + 1H, sebagai berikut : Where; dimana sumber yang berpotensi terjadinya pemborosan energi. What; apa yang menyebabkan hingga terjadinya pemborosan energi. Why; mengapa hal itu terjadi; Who; siapa yang menjadi trigger (aktor utama) terjadinya potensi pemborosan energi pada peralatan yang sedang diteliti. Analisa berdasarkan 5M (Man/ Manpower, Machine, Material, Metode, Mother Nature / lingkungan kerja). When; kapan terjadi, dapat didiskusikan dengan operator apakah kejadiannya bersifat siklus, tidak menentu ataukah ada pengaruh dari proses operasi peralatan lain. How; Bagaimana mengatasi akar masalah (sumber pemborosan yang dapat dikonversi menjadi potensi/peluang hemat energi) tersebut.

4. Metode pengamatan dan pengukuran; untuk melihat efektifitas, dan performansi operasi peralatan yang ada. Data-data primer (pengamatan langsung dan hasil pengukuran) dan data sekunder (log-sheet dan hasil wawancara) sangat diperlukan untuk membantu di dalam analisa Neraca Massa dan Energi (Mass & Heat Balance). Hasil pengukuran yang diambil berdasarkan pertimbangan peningkatan efektifitas dan effisiensi peralatan (menghindari terjadinya penurunan performa akibat efek kegiatan effisiensi energi).

3. PROSEDUR DAN TEKNIS PELAKSANAAN 3.1 Prosedur Pelaksanaan audit energi merupakan gabungan interaksi antara tim auditor dan obyek audit. Agar interaksi berjalan dengan baik dan efektif, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: Inisiasi kegiatan audit; Penyiapan/preparasi pelaksanaan audit; Pelaksanaan audit; Evaluasi dan Pelaporan

Gambar 1 merupakan bagan alir pelaksanaan audit yang menggambarkan berbagai kegiatan awal calon pelaksana sampai ke kegiatan akhir audit energi.

Gambar 1. Bagan alir tahapan pelaksanaan audit energi Figure 1. Flow chart energy audit phase

Tahap 1 dan Tahap 2 merupakan tahapan yang dilakukan oleh calon auditor sampai pada kesimpulan apakah audit dapat dilakukan secara keseluruhan atau hanya dilakukan pada beberapa bagian berdasarkan evaluasi awal yang dilakukan. Setelah mendapatkan kesimpulan bahwa pelaksanaan audit akan dilakukan, maka perlu ditentukan berbagai langkah atau prosedur yang akan dilakukan. Prosedur yang dipakai akan bervariasi menurut ruang lingkup audit yang diusulkan serta menurut ukuran dan jenis fasilitas. Prosedur berikut ini secara umum biasa digunakan untuk pelaksanaan/eksekusi audit energi . Langkah 1: Perencanaan keseluruhan kegiatan audit yang akan dilakukan. Tindakan ini mencakup penentuan tujuan audit, pembagian fasilitas pabrik menjadi bagian pelaksanaan atau cost center, pemilihan anggota team audit serta pemberian tanggung jawabnya, dan pemilihan instrumen yang diperlukan. Langkah 2: obyek. Inisiasi pertemuan dan diskusi teknis dengan tim pendamping industri

Langkah 3: Pengamatan singkat lapangan (walk through survey) yang sekaligus dapat melakukan in house training terhadap tim pendamping industri obyek. Langkah 4: Pengumpulan data pemakaian energi dan data produksi yang diambilkan dari bagian atau cost center tertentu (form data sheet, data historis, dan lain-lain). Jika diperlukan, dapat diadakan uji coba sistem/peralatan untuk mendapatkan data tambahan mengenai unjuk kerja dari peralatan khusus serta unit-unit atau cost center tertentu. Langkah 5: Pengolahan data dan evaluasi awal untuk mendapatkan neraca energy, neraca massa, intensitas energi serta mengidentifikasi peluang penghematan energy (PPE). Hasil identifikasi PPE selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan daftar peluang penghematan energi (PPE) berdasarkan besaran penghematan yang mungkin diperoleh. Langkah 6: Presentasi dan diskusi dengan tim pendamping industry obyek terhadap berbagai temuan dan hasil daftar PPE awal yang diperoleh. Langkah ini dilakukan sekaligus untuk melakukan klarifikasi berbagai data dan informasi sehingga pada saat pelaksanaan analisis rinci dilakukan dengan basis data dan informasi yang benar dan juga dapat diterima oleh kedua pihak. Langkah 7: Melakukan evaluasi dan analisis rinci terhadap PPE yang diperoleh.

Langkah 8: Menyusun Laporan audit energy mencakup berbagai rekomendasi PPE dan manajemen energy yang disampaikan kepada industry obyek. 3.2 Teknis Pelaksanaan Kegiatan Audit energi merupakan aktivitas /kegiatan teknis yang sistematis, bertujuan untuk mencari potensi / peluang penghematan energi (PHE) pada suatu fasilitas pengguna energi (mesin / peralatan yang terdapat di suatu plant). Output Audit energi, berupa laporan peluang penghematan energi pada suatu cost centre (pusat-pusat biaya energi) yang dapat

dicapai setelah dilakukan pengamatan, pengukuran, dan analisa energi (perhitungan & pertimbangan energi).

Fokus audit energi mengidentifikasi, mengukur serta menghitung penyimpangan / Anomali dari penggunaan energi, yang umumnya terjadi apabila energi tersebut berinteraksi dengan mesin (peralatan yang menggunakan energi), manusia, dan metode yang berada dalam suatu sistem proses (proses produksi, dll). Dengan demikian fokus operasi Audit energi mencakup ; Mesin, melakukan pengukuran dan penilaian kinerja operasi mesin. Manusia, melakukan pengamatan dan evaluasi karakteristik manusia yang sedang berinteraksi dalam suatu proses produksi. Metode, melakukan pengamatan dan evaluasi optimalisasi metode yang digunakan dalam suatu sistem produksi. Material, melakukan pengamatan dan evaluasi material dalam system produksi (produktifitas) Mother Nature, mengamati kondisi lingkungan kerja (apakah mendukung performance operator atau tidak).

Di dalam pelaksanaannya, tahapan yang dilakukan disesuaikan dengan technical approach, dimana data dan informasi merupakan input (data driven) yang akan diproses dengan metode, tools / alat, serta teknik-teknik pemecahan masalah untuk mendapatkan hasil audit energi yang akurat.

Gambar 1. Tahapan pelaksanaan kegiatan audit energi di sektor industri Figure 1. Phase of energy audit activities in the industrial sector

Secara garis besar teknis pelaksanaan kegiatan audit energi di sektor industri adalah sebagai berikut : 1. Survei awal industri Kegiatan survei ini bertujuan untuk mendapatkan data awal, penyampaian technical message dan rencana kerja ke industri yang akan diaudit. Diharapkan dari kunjungan ini terjalin komunikasi, kordinasi kerja dan sinergi antara pihak industri dengan auditor. 2. Pelatihan (in-house training) Sebelum melakukan audit energi, sebaiknya pihak auditor memberikan pelatihan (in-house training) mengenai teknik konservasi energi kepada staf/personel yang diusulkan oleh pihak industri obyek. Kegiatan pelatihan (in-house training) ini ditujukan untuk memberikan bimbingan kepada SDM industri dalam melakukan audit energi dan teknik-teknik konservasi energi. Cakupan kegiatan pelatihan (in-house training) ini antara lain:

1. Memberikan materi mengenai pengelolaan energi dan teknik-teknik konservasi energi 2. Memberikan evaluasi kepada peserta pelatihan guna menentukan SDM yang akan turut serta mengikuti audit energi bersama dengan konsultan 3. Membentuk tim pendamping audit energi (team Industri Obyek). 3. Melakukan asesmen energi Setelah melaksanakan pelatihan (in-house training), tahap selanjutnya adalah melakukan asesmen energy. Tahapan yang perlu dilakukan di dalam pelaksanaan asesmen energi ini adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi budaya hemat energi dan upaya-upaya konservasi energi Di dalam pelaksanaan audit energi identifikasi budaya hemat energi dan upaya-upaya konservasi energi dilakukan dengan cara wawancara guna mengevaluasi penghematan energi yang telah dilakukan oleh industri. 2. Pengumpulan data Pengumpulan data pada pelaksanaan audit energi ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi performa peralatan pengguna energi dan teknologi yang digunakan serta kondisi operasi proses pada masing-masing peralatan pengguna energi. Data yang terkumpul berupa data sekunder dan primer.

Data sekunder ini diperlukan untuk mendapatkan informasi mengenai spesifikasi design peralatan pengguna energi dan kondisi operasi pada masing-masing unit, yang akan digunakan untuk mendukung analisis data primer dan evaluasi selanjutnya.

Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan pada setiap industri yang dilakukan assesmen energi antara lain mencakup : Informasi umum industri, deskripsi proses, plot plan, plant Layout Data desain peralatan utama; Informasi mengenai data-data kegiatan modifikasi yang pernah dilakukan, baik dalam rangka peningkatan efisiensi, reliabilitas, kapasitas maupun konservasi energi; Pasokan dan distribusi penggunaan energi (Energy Reference and Energy Balance) untuk keseluruhan plant dan masing-masing proses/peralatan utama. Profil konsumsi energi. Data histories penggunaan energi (harian, bulanan dan tahunan) untuk keseluruhan plant dan masing-masing proses/peralatan utama. Profil konsumsi material, produksi dan limbah. Data histories penggunaan material proses, produksi dan produk limbah yang dihasilkan (harian, bulanan dan tahunan) untuk keseluruhan plant dan masing-masing proses/peralatan utama. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei dan pengukuran lapangan guna untuk mendapatkan informasi data teknis dan operasi aktual serta spesifikasi peralatan yang berkaitan dengan operasional peralatan pengguna energi di industri. Kegiatan pengumpulan data primer ini diawali dengan walk-trough ke lapangan mengetahui kondisi operasi peralatan pengguna energi serta menentukan titik-titik pengukuran yang diperlukan.

Data operasi aktual pada masing-masing unit antara lain meliputi: input& output, spesifikasi peralatan, konsumsi energi, kondisi operasi (temperatur, tekanan, flow rate) serta faktor/parameter lain yang turut menentukan operasi yang akan dikumpulkan berdasarkan data logsheet peralatan pengguna energi.

Dalam pengumpulan data primer ini dilakukan juga wawancara dengan pihak manajemen, operator dan atau penanggung jawab bidang energi menyangkut kegiatan pola pengoperasian pabrik, modifikasi atau retrofitting / revamping yang pernah dilakukan, baik

dalam rangka peningkatan efisiensi, reliabilitas, kapasitas maupun konservasi energi. Untuk memudahkan dalam pengumpulan data primer, dalam survei lapangan ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang mana pengisiannya akan dipandu oleh konsultan sehingga semua pertanyaan yang ada pada kuisioner dapat dijawab oleh responden. Data dan parameter proses pada kondisi operasi aktual yang tidak tercatat dari logsheet pabrik ataupun ruang kendali (control room) tetapi diperlukan dalam evaluasi, dapat diperoleh dengan cara melakukan pengukuran langsung (load survey) dan parameterparameter pengoperasian seperti: tekanan, suhu, laju alir (flow rate) yang diukur dengan menggunakan alat ukur portable. Pengukuran dilakukan pada kondisi beban operasi normal dengan memperhatikan prosedur operasi yang dijalankan, meliputi: pengukuran temperatur, kelembaban, tekanan, flow rate, kondisi kelistrikan (tegangan, arus, daya, faktor daya, dan lain-lain), serta parameter-parameter lainnya yang diperlukan untuk dianalisis. 3. Analisis Data dan Peluang Penghematan Energi Dari hasil pengumpulan data, selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis tersebut dimaksudkan untuk mengetahui secara rinci besarnya potensi penghematan energi yang dapat dilakukan dan menyusun rekomendasi langkah-Iangkah penghematan energi berdasarkan kriteria; tanpa biaya, biaya rendah, biaya sedang dan biaya tinggi yang dapat ditindaklanjuti oleh pihak industri. Kegiatan analisis data meliputi: Analisis sumber energi dan konsumsi energi pada peralatan pengguna energi; Mass and Heat Balance; untuk menghitung seberapa besar utilitas penggunaan energi dan losses energi pada suatu sistem proses dan masing-masing peralatan pengguna energi; Losses energi ini kemudian dianalisa untuk dipertimbangkan berapa biaya (khusus yang bersifat medium dan high cost implementasi) yang harus dikeluarkan untuk mengkonversi losses tersebut menjadi potensi hemat energi.

Menganalisis/inventarisasi konsumsi energi terhadap produk yang dihasilkan atau intensitas energi terhadap alur proses maupun peralatan pengguna energi sebagai parameter untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan energi;

Menganalisis performance dan efisiensi peralatan pengguna dan penghasil energi;

Menentukan benchmark intensitas energi; Identifikasi potensi konservasi energi guna mengetahui tingkat efisiensi peralatan pengguna energi; Menganalisis secara teknik dan ekonomi untuk mengetahui kelayakan potensi konservasi energi; Rekomendasi langkah-langkah implementasi potensi / peluang konservasi energi disusun berdasarkan skala prioritas biaya implementasi (no cost / low cost, medium cos, dan high cost).

4. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Berbagai peluang penghematan energi yang diperoleh selanjutnya didiskusikan dengan pihak industri. Dari berbagai peluang penghematan energi tersebut kemudian dipilih beberapa peluang untuk dianalisis kelayakannya. Panduan pelaksanaan Studi Kelayakan dapat dilihat di Pedoman Teknis Studi Kelayakan, Kementerian Perindustrian-ICCTF, 2011.

5. Diskusi Penyelenggaraan diskusi dilakukan untuk memaparkan dan membahas hasil-hasil audit energi beserta rekomendasinya dengan pihak industry dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan kegiatan audit energi tersebut. 6. Menyusun laporan Saat laporan disiapkan, semua data yang terkumpul dan perhitungan yang dibuat dimasukkan ke dalam laporan tersebut. Temuan-temuan serta saran-saran dibahas dan beberapa saran dikemukakan untuk segera dijalankan dan beberapa lainnya diberikan untuk pengkajian lanjutan yang lebih rinci.

4. BASELINE DEVELOPMENT Baseline energi merupakan suatu persamaan linier sederhana yang menggambarkan hubungan tingkat produksi terhadap energi yang dibutuhkan. Adanya Perbaikan/ improvement dapat berpengaruh pada nilai intercept dan slope dari garis baseline energi. Secara garis besar teknis pelaksanaan kegiatan audit energi di sektor industri adalah sebagai berikut :

5. Survei awal industri Kegiatan survei ini bertujuan untuk mendapatkan data awal, penyampaian technical message dan rencana kerja ke industri yang akan diaudit. Diharapkan dari kunjungan ini terjalin komunikasi, kordinasi kerja dan sinergi antara pihak industri dengan auditor. 6. Pelatihan (in-house training) Sebelum melakukan audit energi, sebaiknya pihak auditor memberikan pelatihan (in-house training) mengenai teknik konservasi energi kepada staf/personel yang diusulkan oleh pihak industri obyek. Kegiatan pelatihan (in-house training) ini ditujukan untuk memberikan bimbingan kepada SDM industri dalam melakukan audit energi dan teknik-teknik konservasi energi. Cakupan kegiatan pelatihan (in-house training) ini antara lain:

4. Memberikan materi mengenai pengelolaan energi dan teknik-teknik konservasi energi 5. Memberikan evaluasi kepada peserta pelatihan guna menentukan SDM yang akan turut serta mengikuti audit energi bersama dengan konsultan 6. Membentuk tim pendamping audit energi (team Industri Obyek). 7. Melakukan asesmen energi Setelah melaksanakan pelatihan (in-house training), tahap selanjutnya adalah melakukan asesmen energy. Tahapan yang perlu dilakukan di dalam pelaksanaan asesmen energi ini adalah sebagai berikut : 7. Identifikasi budaya hemat energi dan upaya-upaya konservasi energi Di dalam pelaksanaan audit energi identifikasi budaya hemat energi dan upaya-upaya konservasi energi dilakukan dengan cara wawancara guna mengevaluasi penghematan energi yang telah dilakukan oleh industri. 8. Pengumpulan data Pengumpulan data pada pelaksanaan audit energi ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi performa peralatan pengguna energi dan teknologi yang digunakan serta kondisi operasi proses pada masing-masing peralatan pengguna energi. Data yang terkumpul berupa data sekunder dan primer.

Data sekunder ini diperlukan untuk mendapatkan informasi mengenai spesifikasi design peralatan pengguna energi dan kondisi operasi pada masing-masing unit, yang akan digunakan untuk mendukung analisis data primer dan evaluasi selanjutnya.

Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan pada setiap industri yang dilakukan assesmen energi antara lain mencakup : Informasi umum industri, deskripsi proses, plot plan, plant Layout Data desain peralatan utama; Informasi mengenai data-data kegiatan modifikasi yang pernah dilakukan, baik dalam rangka peningkatan efisiensi, reliabilitas, kapasitas maupun konservasi energi; Pasokan dan distribusi penggunaan energi (Energy Reference and Energy Balance) untuk keseluruhan plant dan masing-masing proses/peralatan utama. Profil konsumsi energi. Data histories penggunaan energi (harian, bulanan dan tahunan) untuk keseluruhan plant dan masing-masing proses/peralatan utama. Profil konsumsi material, produksi dan limbah. Data histories penggunaan material proses, produksi dan produk limbah yang dihasilkan (harian, bulanan dan tahunan) untuk keseluruhan plant dan masing-masing proses/peralatan utama. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei dan pengukuran lapangan guna untuk mendapatkan informasi data teknis dan operasi aktual serta spesifikasi peralatan yang berkaitan dengan operasional peralatan pengguna energi di industri. Kegiatan pengumpulan data primer ini diawali dengan walk-trough ke lapangan mengetahui kondisi operasi peralatan pengguna energi serta menentukan titik-titik pengukuran yang diperlukan.

Data operasi aktual pada masing-masing unit antara lain meliputi: input& output, spesifikasi peralatan, konsumsi energi, kondisi operasi (temperatur, tekanan, flow rate) serta faktor/parameter lain yang turut menentukan operasi yang akan dikumpulkan berdasarkan data logsheet peralatan pengguna energi.

Dalam pengumpulan data primer ini dilakukan juga wawancara dengan pihak manajemen, operator dan atau penanggung jawab bidang energi menyangkut kegiatan pola pengoperasian pabrik, modifikasi atau retrofitting / revamping yang pernah dilakukan, baik dalam rangka peningkatan efisiensi, reliabilitas, kapasitas maupun konservasi energi. Untuk memudahkan dalam pengumpulan data primer, dalam survei lapangan ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang mana pengisiannya akan dipandu oleh konsultan sehingga semua pertanyaan yang ada pada kuisioner dapat dijawab oleh responden.

Data dan parameter proses pada kondisi operasi aktual yang tidak tercatat dari logsheet pabrik ataupun ruang kendali (control room) tetapi diperlukan dalam evaluasi, dapat diperoleh dengan cara melakukan pengukuran langsung (load survey) dan parameterparameter pengoperasian seperti: tekanan, suhu, laju alir (flow rate) yang diukur dengan menggunakan alat ukur portable. Pengukuran dilakukan pada kondisi beban operasi normal dengan memperhatikan prosedur operasi yang dijalankan, meliputi: pengukuran temperatur, kelembaban, tekanan, flow rate, kondisi kelistrikan (tegangan, arus, daya, faktor daya, dan lain-lain), serta parameter-parameter lainnya yang diperlukan untuk dianalisis. 9. Analisis Data dan Peluang Penghematan Energi Dari hasil pengumpulan data, selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis tersebut dimaksudkan untuk mengetahui secara rinci besarnya potensi penghematan energi yang dapat dilakukan dan menyusun rekomendasi langkah-Iangkah penghematan energi berdasarkan kriteria; tanpa biaya, biaya rendah, biaya sedang dan biaya tinggi yang dapat ditindaklanjuti oleh pihak industri. Kegiatan analisis data meliputi: Analisis sumber energi dan konsumsi energi pada peralatan pengguna energi; Mass and Heat Balance; untuk menghitung seberapa besar utilitas penggunaan energi dan losses energi pada suatu sistem proses dan masing-masing peralatan pengguna energi; Losses energi ini kemudian dianalisa untuk dipertimbangkan berapa biaya (khusus yang bersifat medium dan high cost implementasi) yang harus dikeluarkan untuk mengkonversi losses tersebut menjadi potensi hemat energi. Menganalisis/inventarisasi konsumsi energi terhadap produk yang dihasilkan atau intensitas energi terhadap alur proses maupun peralatan pengguna energi sebagai parameter untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan energi; Menganalisis performance dan efisiensi peralatan pengguna dan penghasil energi; Menentukan benchmark intensitas energi; Identifikasi potensi konservasi energi guna mengetahui tingkat efisiensi peralatan pengguna energi; Menganalisis secara teknik dan ekonomi untuk mengetahui kelayakan potensi konservasi energi;

Rekomendasi langkah-langkah implementasi potensi / peluang konservasi energi disusun berdasarkan skala prioritas biaya implementasi (no cost / low cost, medium cos, dan high cost).

10. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Berbagai peluang penghematan energi yang diperoleh selanjutnya didiskusikan dengan pihak industri. Dari berbagai peluang penghematan energi tersebut kemudian dipilih beberapa peluang untuk dianalisis kelayakannya. Panduan pelaksanaan Studi Kelayakan dapat dilihat di Pedoman Teknis Studi Kelayakan, Kementerian Perindustrian-ICCTF, 2011. 11. Diskusi Penyelenggaraan diskusi dilakukan untuk memaparkan dan membahas hasil-hasil audit energi beserta rekomendasinya dengan pihak industry dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan kegiatan audit energi tersebut. 12. Menyusun laporan Saat laporan disiapkan, semua data yang terkumpul dan perhitungan yang dibuat dimasukkan ke dalam laporan tersebut. Temuan-temuan serta saran-saran dibahas dan beberapa saran dikemukakan untuk segera dijalankan dan beberapa lainnya diberikan untuk pengkajian lanjutan yang lebih rinci.

8. BASELINE DEVELOPMENT Baseline energi merupakan suatu persamaan linier sederhana yang menggambarkan hubungan tingkat produksi terhadap energi yang dibutuhkan. Adanya Perbaikan/ improvement dapat berpengaruh pada nilai intercept dan slope dari garis baseline energi.
CHART CONTROL IKE (IMR METHOD)
3000

y = a + bx
2500
kWh

2000

1500

Slope Intercept
2500 3000 3500 4000 4500 5000 ton

1000

Gambar 2. Grafik pengendalian Intensitas Konsumsi Energi (IMR method) Figure 2. Graphic of Energy Consumption Intensity Control (IMR method)

Apabila industri mengganti peralatan dengan yang lebih hemat, maka garis intercept akan turun; Apabila industri melakukan pola operasi yang efisien, maka sudut garis slope akan turun; Sehingga secara agregat garis baseline akan berubah (lebih turun dan lebih landai), sehingga untuk mendapatkan suatu tingkat produksi energi yang dibutuhkan, kWh lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Dengan demikian, disini akan terjadi efisiensi energi.

5. PERANGKAT PENGUKURAN ENERGI Beberapa alat pengukuran konsumsi energi yang sering dipergunakan dalam pelaksanaan asesmen energi antara lain adalah: Power Analyzer Secara umum, analisis daya digunakan untuk menjelaskan fluktuasi beban kVA yang terhubung dengan beban yang sebenarnya. Clamp Pada Tester Power Penjepit pada tester daya adalah pengukur perangkat listrik untuk menentukan Tegangan, Arus, Tegangan / arus puncak, efektif / reaktif / daya nyata (satu-fase atau 3fase), Faktor Daya, Reaktivitas, sudut fasa, Frekuensi, deteksi Fase (3 - tahap), Tegangan / level harmonisa arus (sampai 20) Lux meter Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat pencahayaan / tingkat kuat cahaya iluminasi. Pengukuran Kelembaban Kelembaban meter adalah jenis instrumen audit energi yang digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban. Anemometers Anemometers adalah jenis instrumen audit energi yang digunakan untuk mengukur kecepatan aliran udara. Manometer Manometer adalah alat audit energi yang digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan antara dua titik pengukuran. Manometer biasa digunakan dalam pipa distribusi (udara, air dan gas), peralatan seperti kompresor dan pompa.

Sound meter Sound meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan dalam desibel (dB). Sound meter digunakan pada hampir semua peralatan industri, seperti memutar mesin dan pipa distribusi. Sound meter dapat membantu memberikan diagnosis dini kebocoran dan menentukan tingkat kesehatan kerja. Pengukuran Putaran Kecepatan pengukuran yang digunakan untuk mengukur kecepatan rotasi objek dengan rotasi unit per menit (RPM).

Analyzer Gas Buang Audit energi instrumen yang digunakan untuk mengukur gas buang untuk mendapatkan efisiensi pembakaran bahan bakar.

Meter Aliran Air Instrumen audit energi yang digunakan untuk mengukur aliran air.

Detektor Kebocoran Instrumen audit energi yang digunakan untuk mendeteksi lokasi kebocoran dari sistem distribusi gas.

6. LAPORAN AUDIT Seluruh kegiatan audit energi disusun menjadi suatu Laporan Audit Energi yang berisi seluruh tahapan pelaksanaan kegiatan, hasil pengumpulan dan pengolahan data, identifikasi peluang penghematan energi (PPE), evaluasi dan analisis PPE yang dilengkapi dengan kesimpulan dan rekomendasi yang disampaikan kepada pihak industry obyek. Contoh susunan pelaporan audit energi dapat dilihat pada Lampiran 1.

REFERENSI

1. PP No.70, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Konservasi Energi; 2. SNI 03 - 6196 - 2000 tentang Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung 3. PT KONEBA (Persero), Manual audit energi di sektor industri, Jakarta, 1995 4. CIPEC (2002), Energy efficiency planning and management guide, Natural Resource Kanada, Ottawa. 5. Bureau of Energy Efficiency (BEE), General aspect of energy management and audit energy, New Delhi, 2004. 6. PT. EMI (Persero), Prosedur dan instruksi kerja audit energi, Jakarta, 2008. LAMPIRAN Tabel 1. Contoh susunan pelaporan audit energi di industri BAHASA INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Target Pencapaian 1.3 Lingkup Audit 1.4 Metodologi dan Teknis Pelaksanaan Audit BAB II 2.1 UMUM 2.1.1 2.1.2 2.1.3 Informasi Umum Pabrik Layout dan Deskripsi Proses Plant Layout DESKRIPSI PABRIK

2.2 DESKRIPSI PROSES UTAMA 2.2.1 2.2.2 Process #1 (SEBUTKAN), dst Faktor-Faktor Pengaruh Proses

2.3 POTRET DAN POLA PENGGUNAAN ENERGI 2.3.1 Sumber-Sumber Energi

2.3.2

Distribusi Energi Bahan Bakar Referensi energi

Energi Listrik Referensi energi

Energi Panas (Uap) Referensi energi

2.3.3

Profile Konsumsi dan Intensitas Energi Total Pabrik Proses Utama Fasilitas Pendukung

2.4 SISTEM MONITORING ENERGI 2.4.1 2.4.2 2.4.3 2.4.4 Sensors dan Peralatan Ukur Monitoring & Reporting Organisasi Energi Histori Pelaksanaan Konservasi Energi

BAB III IDENTIFIKASI PELUANG PENGHEMATAN ENERGI 3.1 PROSES UTAMA 1,2,3 DST. 3.2 UTILITAS Pembangkit listrik Pembangkit Uap Sistem Refrigerasi dan AC Pompa dan Kompresor Lainnya (sebutkan)

3.3 SISTEM PENERANGAN 3.4 SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK 3.5 LAINNYA (SEBUTKAN)

BAB IV ANALISIS PELUANG KONSERVASI ENERGI a. b. PROSES UTAMA 1,2,3 DST. UTILITAS Pembangkit listrik Pembangkit Uap Sistem Refrigerasi dan AC Pompa dan Kompresor Lainnya (sebutkan)

c. d. e.

SISTEM PENERANGAN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK LAINNYA (SEBUTKAN)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 KESIMPULAN 5.2 REKOMENDASI

You might also like