You are on page 1of 15

PANIK

santi

Tanda dan Gejala Gangguan panik terutama ditandai dengan serangan panik berulang dan tanpa situasi pencetus, muncul dengan tiba-tiba sendirinya (spontan), tidak terduga, akut dan rasa tidak nyaman karena ada gejala ansietas somatik dan psikis akut yang hebat, terutama dari sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Serangan sering dimulai selama 10 menit, dan gejalanya meningkat secara cepat.

Kondisi cemas pada gangguan panik biasanya terjadi secara tiba-tiba disertai gejala-gejala autonom mendadak yang semakin meningkat gejalanya dan mirip seperti gangguan jantung, seperti rasa nyeri di dada atau rasa tidak nyaman (discomfort), tremor, pusing (dizzy, lightheaded), palpitasi, merasakan napas menjadi pendek (sensations of shortness breath), keringatan, merasa dingin, nausea atau abdominal distress, hingga merasa tercekik atau tersedak (choking). Hal ini dialami tidak terbatas pada situasi kejadian tertentu dan biasanya tidak terduga sebelumnya. Kondisi yang berulang ini, lama kelamaan akan membuat individu yang bersangkutan menjadi ansietas setelah ia membayangkan bahwa ia akan mengalami hal ini lagi (disebut anticipatory anxiety), serta membuat penderita berpikir mungkinkah ia mengalami penyakit tertentu, seperti penyakit jantung.

Dalam menginvestigasi pasien yang memiliki gangguan panik, penting memperhatikan sistem pernapasan pasien. Sistem pernapasan pada pasien yang mengalami serangan panik khas yaitu menjadi pernapasan yang tidak stabil, cepat dan pendek, adanya sindroma hiperventilasi dan peningkatan variasi pernapasan. Selain itu, menurut Donald D. Klein, gejala tersebut merupakan suffocation false alarm. Serangan panik tidak selalu disertai dengan pengukuran objektif yang positif hasilnya dari hiperventilasinya ataupun disfungsi kardiovaskuler.

Pada gejala mentalnya yang dapat dialami pasien gangguan panik adalah berupa rasa takut hebat merasa akan mati, takut menjadi hilang kendali atau takut menjadi gila (fear of losing control or going crazy). Pasien bisa merasa bingung dan sulit berkonsentrasi. Pasien akan segera berusaha keluar dari situasi tersebut dan mencari pertolongan. Serangan dapat berlangsung selama 20-30 menit, jarang sampai lebih dari 1 jam. Pada pemeriksaan status mental saat serangan dapat dijumpai ruminasi, adanya kesulitan bicara seperti gagap, ada gangguan memori, depresi, derealisasi dan depersonalisasi yang bisa ada saat pasien mengalami serangan panik.

Gangguan panik bertahan karena seseorang takut akan sensasi somatik yang disebabkan oleh serangan panik. Adanya interpretasi seseorang terhadap panik menyebabkan ide-ide kegelisahan akan terjadinya episode berikutnya sehingga meningkatan kewaspadaan berkenan mengenai sensasi somatik, dan lama - kelamaan dari hanya ansietas dapat menjadi stimulus terjadinya fobik, misalnya individu menjadi berhenti melakukan aktivitas latihan fisik karena merasa latihan fisik menyebabkan peningkatan denyut jantung sehingga ia takut melakukannya lagi karena sensasinya seperti gejala palpitasi akibat serangan panik, contoh lain lagi jika serangan panik terjadi pada suatu keadaan tertentu, seperti di dalam bus atau di tengah keramaian sehingga akhirnya pasien menghindar dan hal itu menjadi awal terbentuknya suatu fobia keramaian (agoraphobia) Fobia-fobia ini merupakan suatu rasa takut yang tidak sesuai terhadap situasi tersebut.

Kriteria Diagnostik Gangguan panik (ansietas paroksismal episodik) dengan kode F41.0 menurut PPDGJ III, dapat ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan ansietas fobik. Untuk menentukan diagnosis pasti gangguan panik, maka harus ditemukan adanya beberapa kali serangan ansietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira 1 bulan, yakni :
Pada keadaan-keadaan yang sebenarnya secara obyektif tidak ada bahaya; Tidak terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations); Adanya keadaan relatif bebas gejala-gejala ansietas dalam periode di antara serangan-serangan panik (meskipun lazimnya, dapat terjadi juga ansietas antisipatorik)

Berdasarkan kriteria diagnostik DSM IV, untuk menentukan gangguan panik, yakni bila ditemukan : A. Jika ditemukan 2 dari gejala berikut : 1. Rekuren, serangan panik yang tidak terduga (unexpected) 2. Sekurang serangan panik terjadi sudah selama 1 bulan (atau lebih) dan diikuti satu dari :
Persistent concern abt having additional attacks Khawatir mengenai implikasi dari serangan panik atau konsekuensinya (seperti penderita menjadi hilang kendali, mendapat serangan jantung, menjadi gila) Adanya perubahan kebiasaan yang signifikan yang menurut penderita hal tersebut berhubungan dengan terjadinya serangan paniknya.

B. C.

Ada dengan atau tanpa disertai agorafobia Serangan panik tidak dipicu secara langsung akibat dari efek fisiologis akibat penggunaan substansi atau kondisi medis umum. (the panic attacks arent due to the direct physiological effects of a substance or a general, medical condition) D. Serangan panik tidak dikarenakan accounted dari gangguan mental seperti fobia social, fobias spesifik, obsesif-kompulsif, stress post trauma. (the panic attacks arent better accounted for by an other mental disorder, such as social phobia, specific phobia, obsessive-compulsive disorder, posttraumatic stress disorder, or separation anxiety disorder)

Diagnosis banding Serangan panik yang terjadi merupakan sebagai bagian dari gangguan fobik, ataupun serangan panik sekunder dari gangguan depresi dan ini terutama sering pada laki-laki. Bila pada saat yang sama kriteria depresi dipenuhi, maka gangguan panik bukan merupakan diagnosis utama. Serangan panik dapat terjadi pada gangguan fobik yang telah ada (ansietas situasional dengan penghindaran) akibat situasi fobik yang berkaitan, dan juga pada gangguan depresif, terutama pada laki-laki. Beberapa penelitian menunjukkan komorbiditas dengan depresi atau distimia adalah 45%. Keadaan ini juga dapat disebabkan oleh intoksikasi kafein atau amphetamine atau putus obat dari zat-zat seperti barbiturat. Gangguan fisik seperti hipoglikemia, faeokromositoma dan hipertitroidisme juga harus dipikirkan ada atau tidak.

Tabel 1.1 Gambaran Perbedaan antara Diagnosis Kerja dengan Diagnosis Banding Berdasarkan pada ICD-10. Gangguan Gambaran
Gangguan ansietas Menyeluruh Gejala-gejala ansietas mengambang bebas menyeluruh dan menetap yang melibatkan unsur-unsur. Ketakutan (khawatir mengalami kemalangan di masa depan. perasaan tersudut, kesulitan berkonsentrasi, dll). Ketegangan motorik (gelisah, tension headaches, gemetar, ketidakmampuan untuk santai, dll).Overaktivitas autonom (kepala ringan, berkeringat, takikardia atau takipnea, rasa tidak nyaman di epigastrium, pusing mulut kering, dll)

Gangguan depresif dan Ansietas campuran Gejala-gejala ansietas dan depresi terjadi bersamaan tetapi tidak satupun yang dominan Gangguan panik Serangan rekuren ansietas berat (panik) tidak terbatas pada situasi tertentu atau rangkaian peristiwa, sehingga tidak dapat diprediksi. Ketakutan akan kematian, hilang kendali atau menjadi gila. Serangan biasanya berlangsung selama beberapa menit saja dan pasien sering mengalami suatu ketakutan yang semakin meningkat dan gejala-gejala autonom. Relatif merasa bebas dari gejala-gejala ansietas di antara serangan meskipun ansietas akibat menduga-duga sering terjadi

Gangguan fobik Ansietas hanya tercetus atau dominan bila dihadapkan pada suatu situasi atau objek tertentu dan bersifat eksternal yang dikenal baik dan sebenarnya tidak berbahaya. Keadaan ini secara khas dihindari atau dihadapi dengan ketakutan.
Fobia tertentu Fobik yang terbatas pada situasi yang sangat spesifik seperti berdekatan dengan hewan tertentu,pada ketinggian, petir, darah Agorafobia Agorafobia merupakan ketakutan pada ruang terbuka yang disertai keramaian dan kesulitan untuk segera melarikan diri kembali ke tempat aman, biasanya ke rumahnya. Fobia sosial Fobia sosial merupakan ketakutan diperhatikan oleh orang lain dalam suatu kelompok yang relative kecil yang menyebabkan penghindaran situasi social.

Gangguan obsesif-kompulsif Pikiran obsesional atau tindakan kompulsif yang rekuren. Sekurang-kurangnya satu pikiran atau tindakan tidak berhasil ditahan. Isi pikiran yang menyebabkan tindakan tersebut menjadi tidak menyenangkan bagi penderita dan isi pikiran,gambaran atau impuls yang harus diulang-ulang penderita meskipun hal itu tidak mengenakkannya.

Gangguan stress Pascatrauma yang tertunda dan/atau berkepanjangan terhadap peristiwa atau situasi yang menimbulkan stress akibat bersifat mengancam atau katastrofik, yang cenderung menyebabkan distress pada siapa pun. Episodeepisode bayangan trauma yang terulang kembali sebagai ingatan yang mengganggu atau menjadi mimpi buruk. Ada sensai mati rasa dan menjadi tersingkirkan dari kumpulan orang lain. Ada penghindaran aktivitas dan situasi tertentu yang dapat mengingatkan penderita pada traumanya. Biasanya mengalami rangsangan autonomik yang berlebihan disertai kewaspadaan berlebihan, ada reaksi ketakutan yang meningkat dan insomnia

Daftar Pustaka 1. Kusumadewi I, Elvira SD. Gangguan panik. Dalam : Hadisukanto G, Elvira SD. Buku ajar psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit FKUI; 2010. h.235-41. 2.Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Gangguan neurotik dan ansietas terkait stress lain. Dalam : Roan WM, Hartanto H. Buku ajar psikiatri. Edisi kedua. Jakarta : EGC; 2011. h.188-215. 3. PPDGJ 4. Current (Tanya albert)

You might also like