You are on page 1of 23

Oleh:

SATYA PUTRA LENCANA ~ M11.01.0015

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Madani S1 Ilmu Keperawatan


T.A 2012/2013

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit yang mengakibatkan tidak seimbangnya kemampuan tubuh menggunakan makanan secara efisien yang disebabkan oleh pankreas gagal memproduksi insulin atau terjadi misfungsi tubuh yang tidak bisa menggunakan insulin secara tepat. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronik yang prevalensinya terus meningkat setiap tahun (DAdamo, 2008).

Jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia tahun 2000 mencapai 8,43 juta jiwa dan diperkirakan mencapai 21,257 juta jiwa pada tahun 2030, bahkan saat ini prevalensi DM di Indonesia menduduki urutan ke empat di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat. WHO memperkirakan sekitar 4 juta orang meninggal setiap tahun akibat komplikasi DM. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (DepKes) angka prevalensi penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa.

Penyakit DM tipe 2 di Indonesia merupakan salah satu penyebab utama penyakit tak menular atau sekitar 2,1% dari seluruh kematian. Diperkirakan sekitar 90% kasus DM di seluruh dunia tergolong DM tipe 2. Jumlah penderita DM tipe 2 semakin meningkat pada kelompok umur dewasa terutama umur > 30 tahun dan pada seluruh status sosial ekonomi (Perkeni, 2010).

DM..?? Makanan apa lagi tuuhh..!!???

Penyakit dimana penderitanya memiliki kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuhnya untuk menghasilkan cukup insulin maupun karena sel-sel tubuhnya tidak respon terhadap insulin yang dihasilkan (Resistensi Insulin) Diabetes berasal dari bahasa yunani yang berarti mengalirkan atau mengalihakan. Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes mellitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urin yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes mellitus adalah penyakit hyperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolute insulin atau penurunan relative insesitivitas sel terhadap insulin (Elizabeth J. Corwin, 2007)

Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam bahasa latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit menahun yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).

Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa diabetes melitus adalah suatu penyakit atau sindroma yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia, yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan kebutuhan tubuh

1. Sering merasa lapar / Banyak makan

(Polifagi)

2. Sering merasa haus / Banyak minum (Polidipsi)

3. Sering kencing terutama malam hari

(Nocturia)

4. Sering merasa lelah tanpa sebab

yang jelas (Malaise)

5. Penurunan Berat Badan

1. Poliphagia Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).

2. Polidipsia Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).

6. Mati rasa atau kesemutan

di kaki dan tangan

7. Pandangan menjadi kabur..

8. Kulit terasa kering.

9. Sering menderita sariawan atau infeksi

(misalnya bisul) yang sulit sembuh.


10. Gangguan ereksi

11. Keputihan 12. Mual dan muntah

3. Poliuria

Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).

4. Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.

5. Malaise atau kelemahan (Brunner & Suddart, 2002)

1. Keturunan (Genetic)

2. Kegemukan

3. Makanan

4. Faktor Penuaan

5. Faktor Lingkungan (Gaya hidup yang tidak sehat), misal: merokok, alcohol, stress

Faktor genetik dan faktor lingkungan memegang peranan besar. Etiologi diabetes melitus dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :

1. Faktor genetik Bahwa faktor keturunan pada diabetes melitus ada, sudah lama diketahui tetapi bagaimana terjadi transmisi-transmisi dari seseorang penderita ke anggota keluarga lain belum diketahui secara pasti.

2. Faktor non genetik Faktor non genetic yang menyebabkan diabetes melitus antara lain infeksi, nutrisi, stress, obat-obatan , penyakit-penyakit endokrin ( hormonal ) dan penyakit-penyakit pankreas. Sedangkan menurut American Diabetes Association (1997) sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) klasifikasi DM berdasarkan etiologi adalah :

a. DM tipe I ( EDDM/DMTI) disebabkan destruksi sel B pulau Langerjans akibat proses autoimun/idiopatik yang menjurus ke defisiensi insulin absolute. b. DM tipe II (NIDDM/DMTTI) disebabkan oleh kegagalan relative sel B dan resistensi insulin dan terjadi defisiensi relative insulin. c. DM gestasional terjadi pada kehamilan d. DM tipe lain : 1) Endokkrinopati, akromegali, sindrom ehusing, hipertiroldisme 2) Penyakit eksokrin pankreas : pancreatitis, tumor / pancreatomi, pancreatopati fibrokalkulus 3) Karena obat / zat kimia : tiazid, dilatin, pentamidin, asam nikotinat 4) Infeksi : rubella congenital, sitomegalovirus 5) Penyebab imunologi : antibody anti insulin.

Ketoasidosis

Hipoglikemia

Ateroskerosis

Nefrodiabetik

KOMPLIKASI JANGKA PENDEK

KETOASIDOSIS Ketoasidosis disebabkan karena kadar glukosa dalam darah yang begitu tinggi. Gejala-gejalanya yaitu, mulut kering, adanya rasa haus, lebih seringbuang air kecil (poliuria), mual, muntah, dan adanya rasa nyeri pada perut.

HIPOGLIKEMIA Merupakan suatu kondisi dimana kadar glukosa dalam darah berada dalam keadaan abnormal yakni terlalu rendah.

KOMPLIKASI JANGKA PANJANG

ARTERIOSKLEROSIS
Arteriosclerosis merupakan pengerasan dan penebalan dinding arteri. Arteriosclerosis dapat terjadi karena deposit lemak di lapisan dalam arteri atau penebalan otot dinding pembuluh darah dari tekanan darah tinggi ( hipertensi ).

NEFROPATI DIABETIK
Nefropati diabetik adalah gangguan atau kelainan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah. seperti yang telah diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit filter (glomerulus).

1. Kebutaan (Retino Diabetic)

2.

Gangguan Pada Jantung

3. Penyakit pada Pembuluh darah (Stroke) 4. Gagal Ginjal

5.

Kerusakan syaraf

RETINOPATI DIABETIK Terjadinya retinatopati diabetik disebabkan karena kerusakan pembuluh darah kecil dibelakang mata sehingga terjadi kebocoran lemak dan darah pada retina.

MICROANGIOPATHY Hal ini ditandai dengan penebalan membran basal pembuluh darah kecil dan kapiler dari berbagai organ dan jaringan seperti mata, kulit, tulang, ginjal otot, dll.

NEUROPATI DIABETIC Neuropati merupakan komplikasi dari penyakit diabetes yang paling umum dan sumber terbesar dari morbiditas dan kematian pada penderita diabetes.

INFEKSI Penderita diabetes mengalami peningkatan kerentanan terhadap berbagai infeksi, seperti tuberkulosis, pneumonia, pielonefritis, carbuncles dan ulkus diabetes.

PENYAKIT JANTUNG DAN STROKE Pasien dengan diabetes empat kali lebih rentan atau lebih berpotensi untuk terserang penyakit jantung dibandingkan mereka yang tidak menderita diabetes.

1. Glukosa darah sewaktu 2. Kadar glukosa darah puasa 3. Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Deskripsi Kadar Glukosa darah sesaat Plasma vena Darah kapiler Kadar glukosa darah puasa

Bukan DM <> < 80 < 110 < 90

Belum pasti DM 100-200 80 200 110 120 90 100

DM > 200 > 200 > 126 > 110

Pemeriksaan klinis perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa apakah pasien negative atau positif menderita Penyakit Diabetes Melitus (DM), ataukah belum pasti,..???

Kriteria diagnosis DM 1. Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu 200 mg/dL. Glukosa darah sewaktu adalah hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. 2. Kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL. Puasa diartikan pasien tidak mendapat tambahan kalori selama 8 jam. Atau 3. Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dL. TTGO dilakukan dengan standar WHO,menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa

1. Diet - Hindari makanan yang mengandung lemak / kolesterol yang banyak dijumpai pada makanan cepat saji, durian, melinjo, dll. - Hindari makanan atau minuman yang terbuat dari bahan - bahan pengawet dan banyak mengandung gula / karbohidrat seperti soft drink. - Sebaiknya menggunakan gula rendah kalori, seperti gula dari jagung. - Upayakan untuk makan pada sore hari paling lama jam 5 sore, supaya glukosa yang ada di dalam darah bisa terurai karena kita masih melakukan aktifitas. - Jangan lupa banyak minum air putih - Upayakan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi, seperti jeruk keprok, biji - bijian, dan sayuran.

2. Olahraga dan aktifitas fisik - Mulailah olah raga ringan, seperti jalan kaki atau senam. Berolahraga ringan 10 20 menit setiap hari. - Buat suasana olah raga yang menyenangkan, misalnya dengan melakukannya bersama keluarga atau teman. - Lakukan aktifitas fisik yang anda sukai.

3. Obat anti diabetes (pengendali gula darah) - Obat makan, contoh: metformin, klorpropamid, glikasid, dll. - Suntikan : insulin diberikan jam

sebelum makan

INGAT!!! Lakukan Pemeriksaan GLUKOSA PUASA dan GLUKOSA POST PRANDIAL (PP) 2 Jam Setelah makan Secara Teratur 1 BULAN SEKALI

UNTUK MENCEGAH KOMPLIKASI

PENCEGAHAN PRIMER Pencegahan primer adalah upaya pencegahan yang ditujukan pada kelompok yang memiliki factor resiko, yakni mereka yang belum terkena tetapi berpotensi untuk mendapat DM dan kelompok intoleransi glukosa. Faktor Resiko Diabetes : Faktor resiko diabetes sama dengan factor resiko untuk intoleransi glukosa yaitu :
Faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi :

Ras dan etnik Riwayat keluarga dengan diabetes (anak penyangga diabetes) Umur. Resiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Usia > 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau riwayat pernah menderita penyakit DM Gestasional (DMG). Riwayat lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) < 2,5 kg. bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai resiko yang lebih tinggi disbanding dengan bayi yang lahir dengan BB normal.

Faktor resiko yang bisa dimodifikasi : Berat badan lebih (IMT > 23kg/m2) Kurangnya aktivitas fisik Hipertensi (>140/90 mmHg) Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL) Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan resiko menderita rediabetes dan DM Tipe-2.

PENCEGAHAN SEKUNDER : Pencegahan Sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang menderita penyakit DM. dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM. dalam upaya pencegahan sekunder pnyuluhan memegang peranan penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program pengoatan dan dalam menuju perilaku sehat.

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta. FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta Hinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, Jakarta Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC, Jakarta Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta

You might also like