You are on page 1of 14

MAKALAH MIKROBIOLOGI COLIFORM DAN PENGARUHNYA

DOSEN: UBAIDILLAH, S.SI

DISUSUN OLEH : Nama NIM Kelas : Muhammad Maulana N.I. : 14.09.1906 : F.Km 2009

SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAN REKAM MEDIK KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL YOGYAKARTA 2010

NO COPYRIGHT

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Alhamdulillah, puji syukur kehadiratNya, sehingga dengan rahmat, hidayah dan taufikNya, saya dapat menyusun Makalah Mikrobiologi,Colliform dan pengaruhnya Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT, Sebagai Pemberi Karunia bagi Saya 2. Nabi Agung Muhammad SAW, Sebagai suri tauladan bagi seluruh makhlukNya, penerang Alam Semesta ini 3. Bu Nor Widjayanti S, KM, sebagai Wali Dosen F.Km 2009, dan sebagai dosen pembimbing dalam menyusun laporan ini 4. Bp Ubaidillah, S.Si selaku dosen mikrobiologi 5. Kedua Orang Tua saya yang turut andil dalam menyusun laporan ini 6. Rekan-rekan kelas F.Km 2009 7. Dan pihak-pihak yang telah mendukung/ memberi masukan kepada saya Saya mengetahui dalam laporan masih ada kekurangan karena itu saya mohon maaf, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan ini. Demikian laporan ini saya susun sebagai kesimpulan tentang Observasi yang saya lakukan saya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamualikum wr.wb. Magelang, Mei 2010 Penulis

M..Maulana N.I

NO COPYRIGHT

DAFTAR ISI
I. II. III. Halaman Sampul Kata Pengantar Daftar Isi

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan penulisan D. Kegunaan penulisan E. Ruang Lingkup penulisan Bab II Tinjauan Pustaka Bab III Hasil dan Pembahasan A. Hasil B. Pembahasan Bab IV Penutup A. Simpulan B. Saran IV. Daftar Pustaka

NO COPYRIGHT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat di tinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air di perlukan untuk berbagai macam kegiatan seperti kegiatan sehari hari, pertanian, industri, perikanan, dan rekreasi. Hampir 70% dari berat badan manusia terdiri dari air. Selain itu air merupakan komponen penting kedua setelah oksigen. Manusia dapat bertahan hidup tanpa makan untuk beberapa minggu, tapi akan bertahan beberapa hari tanpa minum. Dehidrasi akan lebih cepat menyebabkan kematian daripada kelaparan. (Poedji,Anna. 1994) Air meliputi 70% dari permukaan bumi, tetapi banyak negara persediaan air dalam jumlah yang sangat terbatas. Bukan hanya jumlahnya yang penting, tetapi juga mutu air di perlukan untuk penggunaan tertentu, seperti air yang cocok untuk kegiatan industri atau untuk di minum. Oleh karena itu penanganan air tertentu biasanya di perlukan untuk persediaan air yang di dapat dari sumber di bawah tanah atau sumber-sumber di permukaan. Pada umumnya masyarakat Indonesia memanfaatkan air dari mata air untuk memenuhi kebutuhan mereka. Khususnya penduduk yang berada di daerah pegunungan. Sering kali kita beranggapan bahwa air yng kita konsumsi bersih dan sehat. Kita tidak sadar bahwa air yang berasal dari mata airpun juga bisa tercemar kususnya dalam pengelolaan dan pendistribusiannya. Air yang bermutu sangat baik bila memasuki sistem distribusi mungkin mengalami kerusakan sebelum sampai pada kran konsumen. Kerusakan ini dapat terjadi dalam sistem distribusi dari sediaan air yang telah di beri klorin dan dimana sedikit sekali atau tidak ada sisa Chlorine di dalam air yang sampai pada konsumen seperti dalam sistem distribusi air yang tidak di cuci hamakan. Organisme Coliform dapat masuk ke dalam air dari sistem distribusi dari pompa-pompa booster, dari pengepak yang di gunakan untuk menghubungkan pipa-pipa utama atau dari pipa pencuci di kran-kran umum. Selain itu , air dalam sistem distribusi dapat tercemar dari luar, misalnya melalui hubungan silang, terowongan balik, tandon air dan tangki air yang rusak,

NO COPYRIGHT

hidran atau tempat pencucian yang rusak atau melalui perbaikan yang kurang baik pada sistem pipa-pipa kran rumah. Meskipun organisme Coliform yang berasal dari kran pencuci atau bahan penyambung pada pipa utama mungkin sedikit artinya dari segi kesehatan, masuknya pencemar dari luar ke dalam air dalam sistem distribusi setidak tidaknya sama bahayanya dengan distribusi dari air yang kotor secara aslinya dan tidak di tangani dengan secukupnya (Edwards, 1987). Krisis moneter tahun 1998 ternyata membawa dampak yang sangat besar bagi semua penduduk di Indonesia, dalam hal ini rakyat kecil dengan ekonomi lemahlah yang banyak merasakan akibatnya. Khususnya masyarakat di daerah pegunungan dan pedesaan Di karenakan proses, beban dan pembayaran air PAM yang mahal dan di tambah lagi pelayanan yang tidak memuaskan dari pihak PDAM akhirnya penduduk memilih untuk mengolah air secara swadaya dengan cara gotong royong dengan semua biaya pengelolaan di tanggung bersama, sehingga biaya bulanan dan perawatan dapat di tekan seminimal mungkin. Tetapi selain banyak faktor positif juga ada faktor negatif yang menyertai misalnya pada pengolahan tidah di antihamakan dan tidak di beri clhorin, jumlah mikroba dalam air tidak terkontrol dan tidak melibatkan dinas terkait, distribusi air melalui pipa yang tidak memadai karena kondisi pipa yang kurang kuat (tidak menggunakan pipa besi). Jika hujan tiba sering terjadi kerusakan pipa distribusi di karena pecah/putus terkena arus sungai atau tertimbun batu. Air yang sampai ke konsumen menjadi kotor bercampur lumpur bahkan hewan-hewan kecil sering masuk ke dalam pipa, jadi kemungkinan air tersebut terkontaminasi mikroba yang terbawa bersama kotoran sangat besar. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui ada tidaknya mikroba/bakteri dalam air yang di konsumsi masyarakat kususnya masyarakat di desa Genilangit dan sekitarnya. Sebagai indikator pencemaran air biasanya di tandai dengan adanya bakteri Coliform misalnya Escherichia coli. Kehadiran bakteri tersebut dalam contoh air menunjukan adanya pencemaran yang berasal dari kotoran manusia atau hewan. Hal ini di anggap identik dengan adanya bakteri patogen. Dengan di lakukan penelitian mikroorganisme dalam air yang di konsumsi masyarakat, kita dapat menentukan apakah air yang di konsumsi layak untuk di gunakan atau tidak.

NO COPYRIGHT

B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, dapat di tarik rumusan masalah apakah air yang di gunakan warga selama ini memenuhi syarat bakteri Coliform sesuai dengan standar kualitas air bersih (PERMENKES RI No.173/MENKES/PER/VIII/77) ? C. Tujuan penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah Mengetahui jumlah bakteri coliform pada makanan, minuman, ataupun air minum D. Kegunaan penulisan 1. Bagi Masyarakat Masyarakat dapat mengetahui apakah air yang mereka gunakan selama ini terkontaminasi bakteri Coliform. 2. Bagi Pemerintah setempat Mengetahui seberapa besar tingkat pencemaran air khususnya pada daerah desa blado potorono 3. Bagi Penulis Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang di peroleh selama pendidikan. E. Ruang Lingkup penulisan Penelitian ini terbatas pada analisa bakteri Coliform pada sampel yang diperiksa yaitu pada makanan, minuman, dan air minum dan penelitian ini menggunakan metode MPN (Most Probable Number) .

NO COPYRIGHT

BAB II RUMUSAN MASALAH


Bakteri Indikator Sanitasi, Escherichia coli dan Coliform Dalam bidang mikrobiologi pangan, dikenal istilah bakteri indikator sanitasi. Dalam hal ini pengertian pangan adalah pangan seperti yang tercantum pada Undang-Undang Pangan No. 7 tahun 1996 yang mencakup makanan dan minuman (termasuk air minum). Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh kotoran manusia. Mengapa demikian? Karena bakteri-bakteri indikator sanitasi tersebut pada umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan tersebut pernah mengalami kontak dengan kotoran yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lainnya yang berbahaya. Apa sajakah bakteri indikator sanitasi? Sampai saat ini ada 3 jenis bakteri yang dapat digunakan untuk menunjukkan adanya masalah sanitasi yaitu Escherichia coli , kelompok Streptococcus ( Enterococcus ) fekal dan Clostridium perfringens . Clostridium perfringens adalah bakteri Gram positif pembentuk spora yang sering ditemukan dalam usus manusia. Meskipun demikian, bakteri ini jarang digunakan sebagai indikator sanitasi karena metode pengujiannya kurang spesifik, kadang-kadang ditemukan di luar usus manusia (tanah, debu, lingkungan dan sebagainya) dan karena bakteri ini termasuk patogen asal pangan ( foodborne pathogens ) penyebab keracunan maka pengujiannya membahayakan. Kelompok Streptococci fekal merupakan bakteri Gram positif bukan pembentuk spora yang ditemukan dalam usus manusia. Akan tetapi Streptococci fekal relatif tidak banyak diujikan sebagai indikator sanitasi karena beberapa spesiesnya ditemukan di luar usus manusia (S. equinus pada usus kuda, S. bovis pada sapi) dank korelasinya dengan terdapatnya patogen tidak dianggap bagus. Meskipun demikian bakteri ini baik digunakan sebagai indikator sanitasi apabila jarak pengambilan sampel dan laboratorium pengujian cukup jauh karena relatif lebih tahan berada di dalam air ketimbang Escherichia coli .

NO COPYRIGHT

Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah E. coli , karena bakteri ini adalah bakteri komensal pada usus manusia, umumnya bukan patogen penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relatif tahan hidup di air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang notabene bukan merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri. Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya patogen pada pangan. E. coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora yang merupakan flora normal di usus. Meskipun demikian, beberapa jenis E. coli dapat bersifat patogen, yaitu serotipe-serotipe yang masuk dalam golongan E. coli Enteropatogenik, E.coli Enteroinvasif, E. coli Enterotoksigenik dan E.coli Enterohemoragik . Jadi adanya E. coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum tersebut pernah terkontaminasi kotoran manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karenanya standar air minum mensyaratkan E. coli harus absen dalam 100 ml. Berbagai cara pengujian E. coli telah dikembangkan, tetapi analisis konvensional yang masih banyak dipraktekkan adalah dengan 4 tahap analisis yang memerlukan waktu 5-7 hari. Empat tahap analisis tersebut adalah Uji Pendugaan dengan metode MPN ( most probable number ), Uji penguat pada medium selektif, Uji lengkap dengan medium lactose broth, serta Uji Identifikasi dengan melakukan reaksi IMViC (indol, methyl red, Vogues-Praskauer, dan citrate). Jadi untuk dapat menyimpulkan E. coli berada pada air atau makanan diperlukan seluruh tahapan pengujian di atas. Apabila dikehendaki untuk mengetahui serotipe dari E. coli yang diperoleh untuk memastikan apakah E.coli tersebut patogen atau bukan maka dapat dilakukan uji serologi. Meskipun demikian, beberapa serotipe patogen tertentu seperti O157:H7 yang ganas tidak dapat diuji langsung dengan pengujian 4 tahap ini dan memerlukan pendekatan analisis khusus sejak awal. Karena uji E. coli yang kompleks, maka beberapa standar, misalnya Standar Nasional Indonesia (SNI), mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum. Apakah yang dimaksud dengan Coliform ? Coliform adalah kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang yang pada umumnya menghasilkan gas jika ditumbuhkan dalam medium laktosa. Salah satu anggota kelompok coliform adalah E. coli dan karena E.

NO COPYRIGHT

coli adalah bakteri coliform yang ada pada kotoran manusia maka E. coli sering disebut sebagai coliform fekal. Pengujian koliform jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan uji E. coli , karena hanya memerlukan Uji penduga yang merupakan tahap pertama uji E coli 4 tahap di atas. Apa artinya jika terdapat coliform dalam air minum atau makanan? Artinya ada kemungkinan air atau makanan itu mengandung E. coli , tetapi mungkin juga tidak mengandung E. coli karena bakteri-bakteri bukan patogen dan bukan asal usus dari genus Enterobacter dan beberapa Klebsiella juga menghasilkan uji koliform positif. Jika ingin diketahui apakah coliform tersebut merupakan coliform fekal atau E. coli maka uji tersebut dapat dilanjutkan dengan uji 4 tahap di atas. Akan tetapi jika uji penduga tidak menunjukkan adanya coliform, maka tidak perlu dilakukan uji 4 tahap di atas. Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat perbedaan persyaratan coliform dani E. coli . Air untuk kolam renang misalnya mensyaratkan kandungan coliform <2.4 x 10 3 , tetapi syarat E. coli tentunya lebih ketat yaitu < 1 x 10 3 dalam 100 ml.

NO COPYRIGHT

BAB III PEMBAHASAN


Coliform adalah suatu group bakteri yang di gunakan sebagai indikator adanya populasi kotoran dan kondisi sanitasi yang kurang baik terhadap air, makanan, susu dan produk susu. Adanya bakteri Coliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi manusia. Bakteri Coliform di bagi menjadi dua : Coliform Fekal Misalnya Escerechia Coli Coliform non Fekal Misalnya Enterobacter Aerogenes Eescerechia Coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia sedang Enterobacter Aerogenes biasanya di temukan pada hewan atau tanaman yang telah mati. Jenis mikro organisme ini sering di jumpai pada alat-alat pencemaran hewan dan burung, baik yang sudah di ternakkan atau yang masih liar. Tempat di perolehnya jenis organisme yang terbanyak yang sehubungan dengan suplay bahan pangan manusia adalah sapi, domba, babi dan ayam (Edwards,1987). Kuman Coliform merupakan segolongan besar dan heterogen kuman-kuman batang gram negatif yang dalam batas-batas tertentu mirip Escerechia Coli. Disamping Escerechia Coli yang berasal dari saluran pencernaan, golongan-golongan organisme berikut sering di masukkan dalam Coliform (Fardiaz,1993). Golongan Klebsiella Enterobacter Serratia : Klebsiella Pneumoniae, yang khas semula di kenal kuman patogen bagi pernafasan, sekarang sering di temukan pada infeksi-infeksi saluran pernafasan, dan saluran air kemih di rumah sakit. Kuman ini di tandai pertumbuhan mukoid, kapsul polisakarida yang besar dan tidak bergerak Enterobacter Aerogenes, Sering dapat bergerak, pertumbuhan yang kurang mukoid, mempunyai kapsul kecil, di temukan hidup bebas dalam saluran pencernaan, saluran air kemih dan pada septis

NO COPYRIGHT

Serratia Marcoscens, Batang kecil gram negatif, hidupnya bebas, dapat menghasilkan pigmen merah kuat dalam biakan , Serratia biasanya meragikan laktosa sangat lambat. (Ryadi,1984) Ciri Organisme Kuman Coliform adalah kuman batang pendek gram negatif yang dapat membentuk rantai. Pembiakan yang tidak cocok terjadi dalam bentuk filamen panjang. Kapsul jarang ada pada E. Coli, lebih sering pada Enterobacter. Berbentuk besar dan teratur pada Klebsiella Pergerakan terdapat sebagian besar strain E.Coli dan beberapa strain Enterobacter. Pergerakan tidak ada pada Klebsiella. Biakan E.Coli membentuk koloni bulat konveks, halus dengan pinggir-pinggir yang nyata. Koloni Enterobacter sama tetapi sedikit lebih mukoid. Koloni Klebsiella besar, sangat mukoid dan cenderung bersatu pada pengeraman yang lama. Sifat-sifat pertumbuhan E.Coli dan Enterobacter memecahkan banyak karbohidrat dengan membentuk asam dan gas E.Coli menghasilkan CO2 dan H2. Epidemi,Pencegahan dan Pengawasan Kuman Coliform merupakan normal saluran pencernaan, beberapa hari setelah lahir dan sejak itu merupakan bagian utama Coliform jasad renik erobik normal dari tubuh. E.Coli adalah suatu prototipe. Ditemukannya Coliform dalam air atau susu di terima sebagai bukti adanya kontaminasi tinja. Adanya spesies Escerechia atau Enterobacter atau intermediatenya dalam jumlah besar dalam air minum menunjukan adanya kontaminasi permukaan. Tindakan pengawasan tidak mudah di lakukan pada flora endogen normal. Erotipe enteropatogenik E.Coli dan kuman parakalon harus di awasi seperti Salmonella. Coliform merupakan masalah pokok infeksi rumah sakit saat ini. Yang penting untuk di ketahui adalah bahwa banyak kuman koliform gram negatif adalah Kopartunis yang dapat menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam penderita yang lemah dalam rumah sakit atau lembaga-lembaga lainnya. Kuman ini sering di tularkan oleh pegawai, alatalat atau pengobatan perenteral. Pengawasan kuman tergantung pada cuci tangan, aseptis yang teliti, sterilisasi alat-alat, desimfeksi dan pengendalian perintah pengobatan

NO COPYRIGHT

intravena dan tindakan pencegahan yang teliti dalam mempertahankan saluran air kemih agar tetap steril (Jawest, Ernest dkk,1986). Tinjauan Tentang MPN Coliform. Penghitungan Mikroorganisme Dengan Metode Angka Paling Mungkin (Most Probable Number = MPN). Metode penentuan angka mikroorganisme dengan metode Angka Paling Mungkin di gunakan luas di lingkungan sanitasi untuk menentukan jumlah kuman Coliform di dalam air, susu, dan makanan lainnya. Metode ini adalah metode statistik didasarkan pada teori kemungkinan. Serangkaian sampel diencerkan sampai titik akhir dimana tidak ada mikroorganisme hidup. Untuk mendapatkan titik akhir, serangkaian pengenceran di biakkan di dalam media pertumbuhan yang cocok dan perkembangan/perubahan sifat-sifat yang mudah di amati seperti pembentukan asam, atau kekeruhan di pakai untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri pada masing-masing tabung di sesuaikan dengan tabel indeks MPN untuk menentukan konsentrasi mikroorganisme di dalam sampel asli. Dan batas kepercayaan 95% untuk berbagai kombinasi hasil positif dan negatif pada penggunaan 3 tabung 10ml, 3 tabung 1ml, dan 3 tabung 0,1ml (Dr.Harmita,Apt.2005).

NO COPYRIGHT

BAB IV PENUTUP
A. SIMPULAN Bakteri Coliform di bagi menjadi dua : Coliform Fekal Coliform non Fekal Misalnya Escerechia Coli Misalnya Enterobacter Aerogenes Epidemi,Pencegahan dan Pengawasan Kuman Coliform merupakan normal saluran pencernaan, beberapa hari setelah lahir dan sejak itu merupakan bagian utama Coliform jasad renik erobik normal dari tubuh. E.Coli adalah suatu prototipe. Ditemukannya Coliform dalam air atau susu di terima sebagai bukti adanya kontaminasi tinja. Adanya spesies Escerechia atau Enterobacter atau intermediatenya dalam jumlah besar dalam air minum menunjukan adanya kontaminasi permukaan. Tindakan pengawasan tidak mudah di lakukan pada flora endogen normal. Erotipe enteropatogenik E.Coli dan kuman parakalon harus di awasi seperti Salmonella. Coliform merupakan masalah pokok infeksi rumah sakit saat ini. Yang penting untuk di ketahui adalah bahwa banyak kuman koliform gram negatif adalah Kopartunis yang dapat menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam penderita yang lemah dalam rumah sakit atau lembaga-lembaga lainnya. Kuman ini sering di tularkan oleh pegawai, alatalat atau pengobatan perenteral. Pengawasan kuman tergantung pada cuci tangan, aseptis yang teliti, sterilisasi alat-alat, desimfeksi dan pengendalian perintah pengobatan intravena dan tindakan pencegahan yang teliti dalam mempertahankan saluran air kemih agar tetap steril (Jawest, Ernest dkk,1986). B. SARAN Oleh karena itu perlu diperhatikan pengujian jenis bakteri yang relevan dan metode pengujian yang terjamin mutunya sehingga hasil pengujian dapat dipertanggungjawabkan kepada khalayak. Dan diharapkan warga dapat menjaga diri dan lingkungannya sendiri

NO COPYRIGHT

DAFTAR PUSTAKA
http://agunggenilangit.blogspot.com/2009/09/uji-most-probable-number-mpncoliform.html http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_fdsf_bctrindktr.php http://www.scribd.com/doc/16766824/uji-coliform?secret_password=&autodown=doc Anonim. 1993. Dasar-dasar Pemeriksaan Mikrobiologi. Universitas Gajah Mada. Jawest, Ernest, L. Metnisk, Joseph, A. Adelberg, Edward. 1986, Mikrobiologi untuk profesi Kedokteran, Jilid 6. Permenkes RI No. 173/MENKES/PER/VIII/1977 Ryadi, Slamet,Dr.1984. Pencemaran Air. Surabaya : Karya Anda

NO COPYRIGHT

You might also like