You are on page 1of 232

LAPORAN PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA KELAUTAN PERAIRAN SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN BANDUNG 2006

PROYEK PENGEMBANGAN KAPASITAS PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2005

LAPORAN
PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA KELAUTAN PERAIRAN SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN PROPINSI KALIMANTAN TIMUR OLEH: TIM SEBATIK

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN 2005

Laporan Akhir

Sari
alah satu aktivitas penting Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL) semenjak berdiri (tahun 1984) hingga saat ini adalah melakukan penelitian pantai dan lepas pantai perairan Indonesia. Salah satu kegiatan pada Tahun Anggaran 2005 yaitu penyelidikan di Perairan Sebatik dan sekitarnya yang dimaksudkan memberikan masukan kepada pemerintah setempat dalam perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan pesisir Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur guna mempertahankan dan melestarikan potensi sumber daya laut serta perubahan lingkungan sekitarnya.

Hasil dari pemeruman memperlihatkan, morfologi dasar laut daerah telitian dapat dibagi menjadi 2 sistem, yaitu. morfologi dasar laut daerah perairan laut terbuka dan morfologi dasar laut di perairan selat. Kedalaman laut sepanjang lintasan berkisar antara 0 hingga 45 meter. Bagian terdalam terlampar mulai dari bagian Karang Unarang ke arah timur. Rekaman seismik yang diperoleh dengan memperhatikan pola reflektor yang ada dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok runtunan. Hal lain adalah adanya gambaran reflector yang mencerminkan kemiringan dan kemenerusan antiklin ternyata dapat diikuti hingga ke bawah dasar laut,dimana pada singkapan di darat dari formasi-formasi Sajau, Tabul dan Meliat juga membentuk struktur lipatan (antiklin) yang berarah relatif baratlaut tenggara. Secara umum sedimen permukaan dasar laut hasil kegiatan pengambilan conto dasar laut terdiri dari: Terumbu Karang, Lanau, Lanau Pasiran, Lempung, Pasir, Pasir Lanauan dan Pasir Sedikit Kerikilan.. Sedimen ini umumnya mengandung Mineral berat berupa: magnetit, hematit, hornblende, limonit, zirkon, dolomit dan pirit. Foraminifera bentik yang diselidiki menunjukkan adanya variasi morfologis dari genus Asterorotalia yang berkaitan dengan kondisi lingkungan setempat. Kerusakan cangkang dari genus Elphidium ditemukan pada beberapa titik lokasi yang menunjukkan adanya faktor fisik seperti lingkungan berenergi tinggi atau faktor biologis seperti aktivitas bakteri sebagai penyebab cangkang tersebut rusak.

SARI

iii

Laporan Akhir

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kedudukan lokasi Indonesia yang terletak antara benua Asia dan Australia, dan terdiri dari sekitar 17.000 Pulau-pulau besar dan kecil, dan mempunyai pesisir terpanjang kedua setelah Kanada, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara maritim terbesar didunia. Keadaan ini menjadikan Indonesia kaya akan sumberdaya alam kelautan, tetapi potensi ini belum banyak dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat Kebijakan pembangunan selama ini juga lebih berorientasi kepada pengembangan kegiatan di daratan di bandingkan di pesisir dan lautan sehingga eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya pesisir dan kelautan terabaikan. Walaupun pengembaangan sektor kelautan sudah ada, tetapi berjalan tanpa perencanaan yang terpadu. Hal ini disebabkan oleh minimnya data, tidak adanya konsepsi yang jelas dalam menentukan langkah-langkah perencanaan maritim, serta belum ada lembaga yang menangani pengelolaan sumberdaya kelautan secara khusus. Kawasan pesisir memiliki potensi alam sangat besar karena kaya akan sumber daya hayati dan non hayati sehingga kawasan pesisir potensial untuk dijadikan kawasan perekonomian masyarakat. Perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan pesisir Kabupaten pendukung
I -1

Kendari dan

harus

ditunjang untuk

oleh

keberadaan

data dan

data

unggulan

mempertahankan

PENDAHULUAN

Laporan Akhir

melestarikan potensi sumber daya laut sehingga dapat memperkecil kerugian yang terjadi akibat salah perencanaan. Salah satu perubahan lingkungan akibat suatu pembangunan di kawasan pesisir adalah masalah abrasi dan sedimentasi. Perairan Pulau Sebatik dan sekitarnya merupakan perairan laut dangkal dengan kedalaman kurang dari 70 meter, sedangkan di bagian timurnya merupakan laut dalam yang memiliki kedalaman lebih dari 200 meter. Daerah ini terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil dan dibagian utara berbatasan dengan daratan Kalimantan yang merupakan bagian dari Malaysia. Daerah ini penting dari segi geo-politik dan geo-ekonomi dengan masalah utama adalah penetapan perbatasan Indonesia Malaysia pasca Sipadan Ligitan, karena setelah sengketa Sipadan Ligitan selesai dengan kekalahan klaim Indonesia atas kedua pulau tersebut di Mahkamah Internasional, maka garis batas Indonesia Malaysia berubah dan sampai sekarang perundingan perbatasan antara kedua negara belum menghasilkan kesepakatan mengenai perbatasan tersebut. Dari segi ekonomi daerah ini merupakan salah satu titik keluar masuknya tenaga kerja Indonesia (TKI) yang akan bekerja di Malaysia serta lalu lintas perdagangan antara Indonesia Malaysia yang sudah berlangsung cukup lama. Sesuai dengan tugas dan fungsinya bahwa Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral adalah merupakan salah satu instansi pemerintah yang memiliki peranan penting dalam penelitian di bidang kelautan. sangat terbatas
PENDAHULUAN

Akan tetapi selama ini kemampuan untuk jika dibandingkan dengan luas wilayah laut

memanfaatkan dan mengelola sumberdaya laut tersebut masih Indonesia itu sendiri. Disamping itu juga laut memiliki dimensi
I -2

Laporan Akhir

pengembangan yang lebih luas dibanding dengan daratan, maka oleh sebab itu laut lebih mempunyai keragaman potensi alam yang dapat dikelola. Salah satu kegiatan yang mendukung di dalam pengelolaan

sumberdaya kelautan di wilayah nusantara ini adalah melalui pemetaan geologi dan geofisika kelautan terutama pemetaan cekungan sedimenter Tersier. Penyelidikan geologi dan Geofisika kelautan merupakan realisasi dari program penelitian tersebut dengan mengambil lokasi di daerah Pesisir Sebatik dan sekitarnya. Informasi mengenai tatanan geologi dan geofisika khususnya di daerah lepas pantai Pesisir Sebatik dan sekitarnya masih relatif dalam program tersebut minim. Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan akan memberi peluang bagi para peneliti yang terlibat untuk mengembangkan hasil penelitiannya yang dapat bermanfaat bagi pendayagunaan potensi kelautan nusantara khususnya di daerah-daerah pembangunan mengenai studi perbatasan. khususnya dukung kelautan, Dilain aspek sisi dalam perencanakan abrasi pencegahan terhadap dan bencana

maupun sedimentasi di kawasan pesisir diperlukan suatu kajian daya kawasan geofisika pembangunan infrastruktur sebagai sarana atau fasilitas utama. Dengan demikian geoteknik hidro-oseanografi merupakan aspek studi yang utama.

1.2

Tujuan dan Sasaran

Maksud diusulkannya kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan data geologi dan geofisika kelautan daerah Sebatik dan sekitarnya, untuk mengetahui potensi Sumberdaya Mineral serta mendukung

PENDAHULUAN

I -3

Laporan Akhir

perencanaan dan pengembangan kawasan pesisir daerah telitian khususnya Perairan Sebatik dan sekitarnya, Kabupaten Nunukan, sehingga dari penelitian ini akan mendapatkan informasi berbagai aspek geologi, geofisika, geologi teknik kelautan yang dipadukan dengan pengamatan/observasi parameter hidro-oseanografi. Tujuan penelitian ini adalah melaksanakan kegiatan lapangan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Tahun Anggaran 2005 untuk mengetahui kondisi geologi dan geofisika kelautan di perairan tersebut yang dapat dijadikan sebagai data dasar dalam perencanaan pembangunan di daerah tersebut. dan tentunya diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan oleh pemerintah daerah setempat khususnya dan instansi terkait lainya. Sasaran akhir dari kegiatan ini adalah memberi masukan kepada para pengambil keputusan khususnya yang berkaitan dengan penyelesaian masalah di daerah perbatasan, dimana data geologi dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

1.3

LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH

Lokasi daerah usulan penyelidikan adalah perairan pulau Sebatik dan sekitarnya, secara administrasi termasuk Kecamatan Sebatik dan Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Timur. Secara geografis terletak pada posisi 3 51 11.40 - 4 11 34.06 LS dan 117 31 38.262 - 118 7 10.1784 BT.(Gambar 1.1)

PENDAHULUAN

I -4

I -5
Gambar 1.1. Peta Lokasi Kegiatan

Laporan Akhir

PENDAHULUAN

Laporan Akhir

Kesampaian daerah dapat dijangkau dengan pesawat terbang dari jakarta ke Tarakan, kemudian dari tarakan menggunakan speed boat ke Nunukan atau lewat jalur laut dengan kapal Pelni (KM.Awu, KM.Tidar, KM.Dobonsolo, KM.Agoamas) yang singgah di Nunukan kira-kira setiap 2 minggu sekali dengan route kota-kota pelabuhan di Kawasan Indonesia Tengah dan Kawasan Indonesia Timur.

1.4

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pangkalan kerja penyelidikan terletak di Kecamatan NmunukaN dan Sebatik, Kabupaten Nunukan berada dekat lokasi penyelidikan.. Proses pelaksanaan penyelidikan diawali dengan pengumpulan data sekunder, pengolahan digitasi data, peta dan dasar, pengenalan laporan. lapangan waktu (recoinassance), pengambilan data lapangan, analisa laboratorium, pembuatan Adapun pelaksanaan penyelidikan dibagi dalam dua tahapan yaitu pada tahap pertama selama 37 hari dari tanggal 31 Mei s/d 6 Juni 2005 dan tahap ke dua dari tanggal 25 Juli sd 16 Agustus 2005. Mengingat lokasi penelitian berada dalam lokasi perbatasan RI Malayasia sehingga dalam pelaksaanan kegiatan survey mengalami sedikit hambatan khususnya pada lokasi yang mendekati daerah perbatasan dengan Malaysia yang sering dilakukan pemeriksaan surat ijin survey. Akan tetapi dengan diikut-sertakannya Security Officer dari TNI-AL maka koordinasi lapangan relatif berlangsung dengan baik. 1.5 KEMANFAATAN PENYELIDIKAN

Manfaat dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kondisi geologi sekitar pesisir daerah telitian saat ini akibat abrasi pantai serta proses yang mengakibatkannya serta keberadaan potensi sumber daya mineral khususnya yang berada di sekitar
PENDAHULUAN

I -6

Laporan Akhir

perairannya sebagai bagian dari rona awal kondisi sumber daya alam di daerah penelitian sehingga dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk pengelolaan dan pengembangan wilayah. 1.6 LUARAN

Hasil yang akan didapat dari kegiatan ini adalah berupa laporan Hasil kegiatan penelitian yang dilakukan di daerah telitian yang dilengkapi dengan peta-peta antara lain : Lintasan Survei, Lokasi Pengambilan Contoh, Kedalaman Dasar Laut (batimetri), Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut, serta identifikasi karakteristik pantai, potensi keberadaan sumber daya mineral yang semuanya tersusun dalam format GIS sehingga mudah untuk diedit dan perbaharui. 1.7 SISTEMATIKA LAPORAN

Dalam penulisan laporan diterapkan susunan yang sedemikian rupa,dengan maksud untuk menjelaskan keseluruhan kegiatan lapangan khususnya masalah gambaran regional daerah telitian, metodologi penyelidikan yang dilakukan, pengolahan data serta interpretasi dari data yang diperoleh dalam Sistem Informasi Geografis. Berikut adalah sistematika penulisan bab bab yang ada dalam laporan ini :

PENDAHULUAN

I -7

Laporan Akhir

Tabel 1.1. Sistematika Penulisan Laporan

Nomor
BAB I

Judul Bab
Pendahuluan Tinjauan Umum / Geologi Regional Metode Penelitian dan alat yang digunakan Hasil Penelitian

Tujuan
Menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Maksud dan tujuan, lokasi survei, serta Luaran. Menjelaskan gambaran singkat kondisi geologi regional daerah telitian,stratigrafi ,struktur serta kontrol tektonik yang berlangsung. Menjelaskan secara metode lapangan yang dilakukan serta alatalat yang digunakan, termasuk kegiatan / proses laboratoriumnya Menjelaskan mengenai data lapangan yang diperoleh serta , pengolahan datanya, analisis dan data hasi penelitian Membahas tentang hasil interpretasi data lapangan yang diperoleh serta data yang hasil analisa lab. Merupakan bab terakhir dari laporan yang berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh

BAB II

BAB III

BAB IV

BAB V BAB VI

Pembahasan Penutup

1.8

PERSONIL PELAKSANA

Personil pelaksana kegiatan penyelidikan ini sebagai berikut : 1. Yogi Noviadi S.T 2 3 4 5 6 Ir. Noor Cahyo D. Ir. Akrom Mustafa Ir. Masagus Ahmad Ir. Tommy Naibaho Ir. Koesnadi HS (Ketua Tim) (Ahli Geologi) (Ahli Teknik Sipil) (Ahli Geologi) (Ahli Geologi) (Ahli Geofisiska)

PENDAHULUAN

I -8

Laporan Akhir

7 8 9 10 11 12 13

Beben Rachmat Ssi Ir. Hartono Ir. Duddy Arifin Taufik Sutanto Ir. K. Hardjawidjaksana Ir. Lukita Dra. Kresna Tri Dewi, M.Sc

(Ahli Oseanografi) (Ahli Geologi) (Ahli Geologi) (Ahli Geofisiska) (Ahli Geologi) Ahli Geologi) (Ahli Paleontologi) (Teknisi Geofisika) (Teknisi Geofisika) (Teknisi Percontohan) (Teknisi Navigasi) (Teknisi Geofisika) (Teknisi Komputer) (Teknisi Komputer & Kartografi)

14 Aep Saepudin 15 Endang Haryono 16 Sugiono 17 Suyadi 18 Sarip 19 Sumiyati 20 Wawan Sudrajat

21 Darmansyah

(Pembantu Administrasi)

PENDAHULUAN

I -9

Laporan Akhir

BAB II GEOLOGI REGIONAL


Secara regional kondisi geologi daerah penelitian merupakan bagian dari kawasan Indonesia Barat. Perairan Pulau Sebatik dan sekitarnya merupakan perairan laut dangkal dengan kedalaman kurang dari 70 meter, sedangkan di bagian timurnya merupakan laut dalam yang memiliki kedalaman lebih dari 200 meter. Secara regional daerah Perairan Pulau Sebatik dan sekitarnya merupakan bagian dari Cekungan Tarakan, yang memiliki struktur utama berupa sumbu lipatan berarah barat laut-tenggara Ada lebih kurang 11 pulau di perairan Sebatik dan sekitarnya serta puluhan gosong-gosong pasir dan daerah karang. Dari sekian banyak pulau hanya Pulau Sebatik dan Nunukan yang tersusun oleh batuan sedimen, terdiri dari perselingan batupasir, lanau dan lempung. Sedangkan pulau-pulau lainnya merupakan endapan aluvial delta yang telah ditumbuhi mangrove dan membentuk pulau.

2.1. Pola Tektonik Berdasarkan bukti geologi (tektonik dan penyebaran cekungan) daerah telitian secara umum merupakan kelanjutan alamiah dari Kalimantan Timur dan Selat Makasar (Gambar 2.1& 2.2). Kondisi serta pola sebaran kerak samudra dan batuan dasar menunjukkan bahwa daratan Kalimantan Timur merupakan Continental Crust (Kerak Benua) dan perairan Blok Ambalat merupakan Oceanic Crust (Kerak Samudra) yang berumur Pliosen Eosen.

GEOLOGI REGIONAL

II-1

Laporan Akhir

Gambar 2.1. Peta sebaran kerak samudra dan batuan dasar di perairan Blok Ambalat sebagai satu kesatuan dengan perairan Selat Makassar (Prasetyo, 1992).

Gambar 2.2. Elemen-elemen tektonik P. Kalimantan dan P. Sulawesi (BPPKA, 1996)


GEOLOGI REGIONAL

II-2

Laporan Akhir

Kerak samudra tersebut penyebarannya mulai bagian tengah Selat Makassar hingga bagian barat daratan Sebatik. Di bagian tengah kerak aktif. 2.2. Pembentukan Cekungan Tarakan Dan Potensi Migas Wilayah sekitar perairan pantai Kalimantan Timur dan Selat Samudra Swelat Makassar terdapat daerah Active Spereading, yaitru suatu daerah bukaan dan penurunan secara

Makassar memiliki karakter geologi yang sama. Proses sedimentasi dan suplai sedimen yang membentuk seluruh cekungan Kalimantan Timur termasuk Blok Ambalat yang kaya dengan migas berasal dan dikontrol oleh interaksi sistem aliran daratan Kalimantan (fluvial processes) dan sistem oseanografi Selat Makassar (tidal processes). Sebagai bukti, sedimentasi oleh sungai-sungai besar di Kalimantan Timur bagian utara seperti S. Sebuku, S. Sembakung dan S. Sesayang masih berlangsung dan berlanjut hingga sekarang dengan pembentukan delta muda (resent deltaic) yang menyerupai bentuk tipe Delta Mahakam Muda (Resent Mahakam Deltaic) seperti P. Sebatik, P. Nunukan, P. Buyu, P. Mandul, P. Tarakan, P. Ligitan dan P. Sipadan. Delta Mahakam oleh Golloway (1975) diperkenalkan sebagai salah satu tipe delta dunia yang disebut Tipe Delta Mahakam (Mahakam Delta Type). Tetapi sesungguhnya daratan Kalimantan Timur bagian utara sebagai delta yang lebih tua, jauh sebelum kondisi sekarang telah membentuk kipas delta yang menyebar ke arah laut mulai perairan bagian selatan hingga utara Kalimantan Timur termasuk P. Ligitan dan P. Sipadan. (Gambar 2.3
& 2.4)

Proses-proses sedimentasi yang berlangsung diimbangi pula oleh proses tektonik yang memisahkan P. Sulawesi dan P. Kalimantan (extension fault of Makassar Strait). Pemisahan menimbulkan akibat menurunnya dasar cekungan dan terbentuknya patahan kecil
GEOLOGI REGIONAL

II-3

Laporan Akhir

Gambar 2.3 Peta geologi Cekungan Tarakan (BPPKA, 1996)

Gambar 2.4. Pola tektonik dan penyebaran cekungan Kalimantan Timur. Blok Ambalat termasuk dalam Cekungan Tarakan, di bagian utara dibatasi oleh Patahan Palu-Koro (Koesumadinata, 1994).
GEOLOGI REGIONAL

II-4

Laporan Akhir

l (minor fault) bertingkat membentuk tangga dengan bidang patahan membentuk garis lurus hampir sejajar dengan garis pantai. Namun karena suplai sedimen dari sistem aliran S. Sebuku, S. Sembakung dan S. Sesayang yang cukup besar, patahan tersebut tertutup oleh sedimen muda (resent sediment). Oleh karena adanya kontrol waktu geologi yang panjang, cekungan yang terisi sedimen tersebut membentuk cekungan hidrokarbon yang cukup besar dan tebal yang disebut sebagai Cekungan Tarakan dan Cekungan Kutai. Sebagian ciri dan dari model Cekungan diagram Tarakan seluruh membentuk cekungan sub cekungan Timur Ambalat yang kemudian membentuk suatu kesatuan dan kesamaan Kalimantan (diagrammatic stratigraphic succession of East Kalimantan) - (Allen, 1979 dan Katili, 1980). Cekungan Kalimantan Timur terdiri dari tiga cekungan besar, yaitu: Cekungan Barito di bagian selatan, Cekungan Kutei di bagian tengah sekitar S. Mahakam dan Cekungan Tarakan di bagian utara (Koesumadinata, 1994). Cekungan Tarakan mencakup perairan Kalimantan Timur bagian utara dan Blok Ambalat termasuk bagian timur Sabah. Ketiga cekungan tersebut dipisahkan dua patahan besar yang memotong Selat Makassar. Patahan terbesar adalah Patahan Palu Koro yang membujur dari Teluk Bone (Sulawesi Selatan) memotong Selak Makassar hingga utara Sabah. Blok Ambalat yang termasuk dalam Cekungan Tarakan tersebut berada di bagian selatan Patahan Palu - Koro. Berdasarkan pola tektonik tersebut, Cekungan Kutei dan Cekungan Tarakan berada dalam satu kesatuan pola tektonik (tectonic setting) Kalimantan Timur, di bagian selatan dan utara kedua cekungan tersebut dipisahkan oleh dua patahan besar tadi. Cekungan Tarakan menyebar cukup luas mulai dari Tinggian Makaliat hingga selatan Sabah. Di bagian tengah Cekungan Tarakan
GEOLOGI REGIONAL

II-5

Laporan Akhir

terdapat tinggian-tinggian yang lebih kecil ukurannya. Tinggiantinggian (antiklin) yang berkembang umumnya berah baratlauttenggara membentuk lapisan sedimen yang cukup tebal yang dikenal sebagai lapisan pembawa hidrokarbon. Berdasarkan kondisi geologi dan hasil survei seismik & pemboran yang dilakukan beberapa perusahaan migas, potensi migas di Blok Ambalat adalah: minyak mencapai 770 MBBO dan gas mencapai 1.959 BCFG. Walaupun potensi tersebut tidak sebesar di Blok Bukat, namun bila termasuk Blok Ambalat Timur, makia potensi tersebut akan jauh lebih besar lagi. Ciri-ciri lain dari Blok Ambalat dengan perairan lainnya di

Kalimantan Timur adalah kesamaan morfologi dasar laut, bentuk paparan dan pola oseanografi (gelombang, arus dan pasang surut). Hasil Survei Geologi Kelautan di perairan Kalimantan Timur bagian tengah tahun 1999 (Gambar 2.5) menunjukkan pola perlapisan batuan dan penyebaran terumbu karang yang sama untuk seluruh perairan di Kalimantan Timur. Oleh sebab itu, berdasarkan hal tersebut maka kesatuan dan kelanjutan alamiah kontinen Kalimantan Timur di Blok Ambalat tak terbantahkan. 2.2 Geologi daerah P. Sebatik dan sekitarnya Keadaan geologi sekitar daerah telitian dan sekitarnya berdasarkan sumber data dari pusat penelitian dan pengembangan geologi kelautan peta lembar geologi tarakan dan sebatik yang disusun oleh S Hidayat, Amiruddin, dan Saatri Anas 1995.(Gambar 2.6.) 2.2.1 Stratigrafi Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik adalah sebuah antiklin yang sumbunya memanjang dari arah barat laut ke tenggara dimana

GEOLOGI REGIONAL

II-6

Laporan Akhir

II-7

GEOLOGI REGIONAL

Gambar 2.5. Rekaman seismik yang menunjukkan bentuk paparan dan lereng kontinen Kalimantan Timur (Survei PPPGL, 1998).

Laporan Akhir

batuan di kawasan perbukitan cenderung lunak, mudah terkikis, mudah longsor dan beberapa diantarnya mudah mengembang ( Swelling ) hal tersebut terjadi pada singkapan- singkapan alam lapisan tanah tertutup (soil) umunya tipis. berdasarkan peta geologi tersebut batuan yang terdapat di daerah studi terdiri dari (Gambar 2.7): A. Endapan Alluvial (Holosen) berupa endapan pantai, sungai, dan rawa yang terdiri dari lumpur, lanau, pasir, kerikil dan koral uang bersifat lepas. terutama di sepanjang aliran sungai sungai, pantai dan rawa B. Formasi Sajau (Plestosen) terdiri dari batu pasir kuarsa, batu lempung, batu lanau dan batu bara, lignit dan kolongmerat. setruktur sedimen : pelasisan silang siur planar dan mangkok bioturbasi, perairan sejajar, bintil besi,mengandung fosil kayu umumnya karbonan. formasi ini diendapkan pada lingkungan fluvial sampai delta dan tabel 600-2000 meter. C. Formasi Tabul ( Miosen Akhir) terdiri dari perselingan batu lempung, batu lumpur, batu pasir, batu gamping, dan batu bara, di bagian atas umumnya gampingan. fosil petunjuk tidak ditemukan kecuali pecahan foram besar cylocypeus sp, operculina sp. yang berumur miosen tengah, dengan pengendapannya delta sampai laut dangkal, tebal formasi diperkirakan 600 meter.

GEOLOGI REGIONAL

II-8

Laporan Akhir

II-9

GEOLOGI REGIONAL

Gambar 2.6 Geologi Regional Daerah Perairan Sebatik Kalimantan Timur (S Hidayat, Amiruddin, dan Saatri Anas 1995)

Laporan Akhir

D. Formasi Meliat (Miosen Tengah) terdiri dari perselingan sisipan batu batu pasir, bara batu lempung dan

serpihan.

dengan

berstruktur

lapisan

bersusun, bioturbasi dan mengandung bintal batu gamping, dengan kandungan fosil globigerina bulodes, globigerinaoides obliquus, operculina, flosculinella bernenis. formasi ini diduga diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai delta paralik. tabel formasi diperkirakan 800-1000m dan ditindih selaras oleh Formasi Tabul E. Sumbatan dan retas (Pleistosen) terdiri dari andesit, basal,dan desit. andesit, forfirit, dengan fenokris plagioklas dan piroksen dalam masadasar halus mengandung plagioklas, kuarsa, piroksen,hornblende, bijih dan kaca gampingan, sebagian terkloritkan. basal berbutir halus afanitik. dasit, forfiris dengan fenokris plagioklas, kuarsa dan muskovit dalam dan masadasar plogioklas dan kuarsa.terkarbonatkan Formasi Sinjin. 2.2.2 Struktur Geologi Dari hasil pengamatan pada peta geologi serta pengamatan morfologi di lapangan , struktur geologi yang terdapat di lembar Tarakan dan Sebatik adalah lipatan, sesar dan kelurusan. lipatan berupa antiklin dan sinklin dengan sumbu lipatan berarah barat laut-tanggara dan melibatkan semua formasi batuan dilembar Tarakan dan Sebatik. saritasi. batuan menerobos

GEOLOGI REGIONAL

II-10

Laporan Akhir

Gambar 2.7 Skema Stratigrafi Perairan Sebatik Kalimantan Timur (S Hidayat, Amiruddin, dan Saatri Anas 1995)

GEOLOGI REGIONAL

II-11

Laporan Akhir

Sesar yang dijumpai pada umumnya berupa sesar normal yang merupakan hasil pengaktifan kembali sesar-sesar yang terbentuk sebelumnya. sesar dan kelurusan umunya berarah barat lauttenggara dan beberapa berarah barat daya-timur laut. di beberapa tempat sesar-sesar ini ditempati batuan beku. sebagian dari struktur yang ditemukan di lembar tarakan dan sebatik ini di tafsirkan dari citra SAR Dari pengamatan struktur sedimen dan komposisi batuan tersier, pada umumnya di duga daerah lembar tarakan dan sebatik telah mengalami beberapa kali kegiatan tektonika. pengendapan pada kala tersier diawali oleh pengendapan batu gamping, foraminifera dan sedimen turbidit dari formasi sembakung pada lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Pengangkatan daratan sunda yang berlangsung pada akhir eosen telah diikuti oleh penurunan dasar cekungan secara perlahan-lahan mulai dari kala oligosen sampai miosen akhir. periode ini merupakan masa pengendapan dalam pola regresi hampir di seluruh cekungan tarakan yang mengahsilkan endapan paralik sampai laut dalam yang membentuk runtuhan batuan dari formasi naintupo, meliat dan tabul. bersam dengan periode ini di daerah daratan terjadi kegiatan gunung api dan magmatik yang menghasilkan batuan gunung api formasi jelai dan terobosan batuan beku granitan. Periode tektonik selanjutnya berlangsung pada akhir miosen atau awal pliosen sampai kala plistosen. fase ini merupakan masa terjadinya kegiatan pengangkatan kembali tepi cekungan yang ditandai dengan pembentukkan endapan paralik fluvial delta seperti batu pasir, batu bara dan batu lempung dari formasi sajau. pada fase ini juga didaerah daratan terjadi kegiatan gunung api ya g menghasilkan batuan gunung api dari formasi sinjin dan terobosan
GEOLOGI REGIONAL

II-12

Laporan Akhir

andesit, dasit dan basal, yang berupa sumbat dan retas. kegiatan tektonik terakhir terjadi kala plistosen menghasilkan perlipatan dan sesar yang membentuk struktur geologi seperti sekarang. Struktur geologi yang berkembang pada daerah studi berupa struktur lipatan antara lain berupa antilkin dan sinklin sinklin. struktur patahan (sesar ) tidak dijumpai disekitar pulau nunukan. Formasi Naintupo, Meliat dan Tabul. bersama dengan periode ini didaerah daratan terjadi kegiatan gunung api dan magmatik yang menghasilkan batuan gunung api formasi jelai dan terobosan batuan beku granitan. Periode tektonik selanjutnya pada akhir miosen atau awal pliosen sampai kala plistosen. fase ini merupakan masa terjadinya kegiatan pengangkatan kembali tepi cekungan yang ditandai dengan pembentukkan endapan paralik fluvial seprti batu pasir, batu bara, dan batu lempung dari formadsi sajau. pada masa ini juga didaerah daratan terjadi kegiatn gunung api yang menghasilkan batuan gunung api dari formasi sinjin dan terobosan andesit, dasit dan basal, yang berupa sumbat dan retas. kegiatan tektonik terakhir terjadi pada kal plistosen menghasilkan perlipatan dan sesar yang membentuk struktur geologi seprti sekarang. Struktur geologi yang berkembang pada daerah studi berupa struktur lipatan antara lain berupa antiklin dan sinklin sinklin. struktur patahan( sesar ) tidak dijumpai disekitar pulau nunukan.

GEOLOGI REGIONAL

II-13

Laporan Akhir

BAB III METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN


Metoda penyelidikan meliputi penentuan perekaman posisi, data pengamatan geifisika,

parameter

hidro-oseanografi,

pengamatan kondisi geologi termasuk karakteristik pantai dan percontohan sedimen serta analisa laboratorium.

3.1

PENENTUAN POSISI

Penentuan posisi dan lintasan survey dari seluruh kegiatan lapangan yang diinstal di kapal menggunakan Differential Global Positioning System (DGPS) TYPE C NAV 272281 (Foto 3.1) yang telah diintegrasikan dengan personal computer (pc) atau laptop sehingga dapat langsung diakses dan diproses di lapangan sedangkan untuk kegiatan di darat dan pantainya menggunakan garmin iii plus. Alat ini bekerja dengan dukungan minimal 8 (delapan) satelit, dimana setelah diaktifkan dan deprogram akan terlihat posisi titik-titik koordinat secara geografis dalam bentuk lintang dan bujur dengan bidang proyeksi universal transver mercator (utm) yang dapat disimpan dan langsung dibaca pada layer monitor, dimana PDOP yang diambil kurang dari 2. Pengambilan data lintasan penelitian kedalaman dasar laut

dilakukan dengan rentang waktu setiap 1 (satu) menit, begitu pula untuk data lintasan seismik. Sebelum melaksanakan pengambilan

METODA & PERALATAN

III -1

Laporan Akhir

data, target posisi kapal disesuaikan dengan rencana lintasan yang telah diplot kedalam perangkat GPS, sehingga semua olah gerak kapal, termasuk arah haluan (heading), posisi kapal (pos), arah terhadap target berikutnya (azimuth) maupun jaraknya dapat dipantau dan diikuti melalui monitor.

Foto 3.1 Global Positioning System (DGPS) TYPE C NAV 272281

Alat penunjang penentu posisi adalah theodolit, waterpass yang dilengkapi oleh statif dan rambu ukur. Datum yang digunakan dalam survei ini adalah WGS-84 sesuai datum pada peta dasar. Cara pengukuran, terutama untuk pengukuran kontinyu pada lintasan kapal untuk pemetaan kedalaman laut, diperoleh dari pengolahan data digital posisi menggunakan Paket Program Modifikasi PPPGL. Dalam hal kehilangan data akibat posisi orbit satelit, digantikan oleh asumsi gerak linear kapal pada haluan dan kecepatan kapal yang konstan.

3.2

HIDRO-OSEANOGRAFI

Penyelidikan geofisika dan hidro-oseanografi merupakan salah satu metoda penting dalam pemetaan dinamika pantai dari sudut
METODA & PERALATAN

III -2

Laporan Akhir

pertimbangan karakteristik laut lokal. Parameter laut yang akan diamati antara lain meliputi : Pengukuran pasang surut, arus (secara statis dan dinamis) dan gelombang. 3.2.1 PENGUKURAN PASANG SURUT Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Pengukuran pasang surut dilaksanakan dengan menggunakan rambu pasang surut yang diamatai setiap interval 1 (satu) jam selama survey berlangsung khususnya untuk koreksi terhadap kedalaman hasil pemeruman. Dengan menggunakan Bench Mark (BM) yang sudah ada, maka lokasi pengukuran pasang surut diasumsikan base station untuk pengukuran posisi lintasan kapal. Tujuan dari pengukuran pasang surut ini adalah untuk menghitung nilai koreksi terhadap peta batimetri. Data hasil pengukuran dengan interval pengukuran satu jam tersebut diuraikan menjadi komponen harmonik. Hal ini dimungkinkan karena pasang surut bersifat sebagai gelombang, dari nilai amplitudo dan periode masing-masing komponen pasang surut tersebut dapat di analisis karakteristik pasang surutnya melalui penjumlahan komponen pasang surut yang ada. Metode yang digunakan dalam pengolahan data pasang surut ini adalah metode harmonik British Admiralty untuk menghitung konstanta harmonik yang terdiri atas: paras laut rata-rata (mean sea level), amplitudo dan fasa yang terdiri atas 9 (sembilan) komponen utama pasang surut, yaitu: M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2 dan P1; dengan keterangan sebagai berikut:

METODA & PERALATAN

III -3

Laporan Akhir

An g(O) S0 M2

Amplitudo harmonik Fase perlambatan Paras laut rata-rata Konstanta harmonik bulan S2 : Konstanta harmonik matahari N2 : Konstanta harmonik jarak bulan K2 : Konstanta harmonik jarak matahari O1 : Konstanta harmonik bulan P1 : Konstanta harmonik matahari K1 : Konstanta harmonik matahari dan bulan M4 : Konstanta harmonik ganda M2 MS4 : Konstanta harmonik antara M2 dan S2

: : : :

ke-n

yang dipengaruhi oleh posisi yang dipengaruhi oleh posisi yang dipengaruhi oleh perubahan yang dipengaruhi oleh perubahan yang dipengaruhi oleh deklinasi yang dipengaruhi oleh deklinasi yang dipengaruhi oleh deklinasi yang dipengaruhi oleh pengaruh yang dipengaruhi oleh interaksi

Konstanta harmonik di atas diperoleh melalui persamaan harmonik : A(t) = S0 + An cos(wt.Gn) A(t) : Amplitudo S0 : Tinggi paras air laut rata-rata di atas titik nol rambu amat An : Amplitudo komponen harmonik pasang surut Gn : Fase komponen harmonik pasang surut N : Konstanta yang diperoleh dari perhitungan astronomis wt : Waktu Konstanta pasang surut ini digunakan untuk menghitung kedudukan muka air rata-rata dan kedudukan muka air rendah terendah. Selanjutnya data ini digunakan untuk mengoreksi harga batimetri.
METODA & PERALATAN

III -4

Laporan Akhir

Koreksi dilakukan dengan cara mengoreksi harga batimetri terhadap harga muka air rata-rata di lokasi pengamatan, selanjutnya data hasil koreksi ini dikurangkan terhadap posisi air rendah terendah yang dijadikan patokan. Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut setiap hari. Secara kuantitatif, tipe pasang surut suatu perairan dapat ditentukan oleh perbandingan antara amplitudo (tinggi gelombang) unsur-unsur pasang surut tunggal utama dan unsurunsur pasang surut ganda utama. Perbandingan ini dinamakan bilangan Formzahl yang mempunyai persamaan:

Harga indeks Formzahl (F) =

A(O1) + A(K1) A(M2) + A(S2)

3.2.2 Pengukuran. Arus Pengukuran arus dimaksudkan untuk mendapatkan data kecepatan dan arah arus yang merupakan penyebab terjadinya pengangkutan sedimen (sedimen transport) baik di dekat muara sungai atau di laut. Peralatan pengukuran arus statis menggunakan : Valeport/106 (Foto 3.2) dengan meletakkan alat tersebut disuatu tempat yang dipengaruhi oleh arus. Pengamatannya dilakukan setiap satu jam sekali selama minimal 26 jam. Alat diturunkan pada kedalaman setiap 0.6 kali kedalaman air.

3.2.3. Pengukuran Gelombang Salah satu penyebab perubahan garis pantai adalah diakibatkan oleh aksi gelombang serta dapat juga menimbulkan kerusakankerusakan pada bagunan pinggir pantai dengan adanya pengikisan (abrasi) dan pemacuan proses sedimentasi. Oleh karena itu karakteristik dan mekanisme gelombang ini perlu dipelajari dengan
METODA & PERALATAN

III -5

Laporan Akhir

melakukan gelombang

pengamatan

gelombang

dan

pemisahan

frekuensi

kejadian angin. Peralatan yang dipergunakan adalah : peilschall

Foto 3.2 Alat pengukururan arus Statis Type Valeport/106

3.2.4 Analisa Data Angin Analisis ini merupakan bagian dari analisis gelombang. Data angin permukaan yang digunakan pada penyelidikan ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Stasion Meteorologi Kendari. Dari data tersebut kemudian dipilih angin-angin kuat pada setiap arah angin dari bulan Januari sampai Desember dengan kecepatan lebih dari 10 knot karena dianggap dapat membangkitkan gelombang laut (Bretschneider, 1954 ; P.D. Komar, 1974). 3.3 GEOFISIKA

Metoda penelitian geosisika meliputi pemeruman dan perekaman seismik pantul dangkal. Posisi koordinat data pemeruman dan seismik dibaca dalam waktu selang 2 menit.

METODA & PERALATAN

III -6

Laporan Akhir

3.3.1 Pemeruman (Sounding) Pemeruman (sounding) dimaksudkan untuk mengukur dan

mengetahui kedalaman dasar laut daerah penelitian berikut pola morfologi dasar lautnya. Kegiatan ini menggunakan alat perum gema Echosounder 200/50 KHz merk Odom Hydrotrack (Foto 3.3) yang bekerja dengan prinsip pengiriman pulsa energi gelombang suara melalui transmitting transducer secara vertikal ke dasar laut. Kemudian gelombang suara yang dikirim ke permukaan dasar laut dipantulkan kembali dan diterima oleh receiver tranducer. Sinyalsinyal tersebut diperkuat dan direkam pada recorder dalam bentuk grafis maupun digital. Posisi transducer echosounder berada 0,5 meter dari permukaan air di sebelah kiri kapal dan berjarak lebih-kurang 3 meter dari antena GPS.

Foto 3.3 Instrumen pengukur kedalaman dasar laut Echosounder 200/50 KHz tipe Odom Hydrotrack

Data pemeruman digunakan untuk mendapatkan data kedalaman laut sebagai bahan pembuatan peta kedalaman laut (batimetri), mengetahui morfologi dasar laut dan kemantapan lereng dasar laut. Selain itu juga untuk pengontrol hasil rekaman seismik dan pengambilan contoh sedimen permukaan dasar laut.
METODA & PERALATAN

III -7

Laporan Akhir

Data hasil pembacaan alat yang diperoleh dilakukan suatu koreksi terhadap data hasil pengamatan pasang surut dengan penentuan kedalaman yang terkoreksi yaitu terhadap muka air rata-rat (MSL). Adapun Persamaan yang digunakan adalah sbb: C = B - MSL E=D-C+d dengan :C B D E D = Faktor koreksi pasang surut = Nilai tinggi air/pasang surut terukur di lapangan = Nilai kedalaman tanpa koreksi = Nilai kedalaman terkoreksi = faktor draft kapal

3.3.2 SEISMIK PANTUL DANGKAL Seismik pantul dangkal saluran tunggal bekerja dengan prinsip pengiriman gelombang akustik yang ditimbulkan oleh Boomer ke bawah permukaan laut dan Hidrofone menerima kembali sinyal yang dipantulkan setelah melalui media lapisan bawah laut.Sinyal yang diterima akhirnya direkam dan akan tampak sebagai penampang horison-horison seismik pada kertas rekaman. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh ketebalan lapisan termuda (isopach) terutama yang diduga sebagai tempat terakumulasinya mineral berat permukaan dasar laut dan untuk mengetahui penyebaran serta penerusannya secara horisontal berikut interpretasi ketebalannya. Metoda ini menggunakan sistem perangkat seismik pantul dangkal berresolusi tinggi tipe sparker cumi (Foto 3.4) dengan sumber energi 300 joule, lintasan kurang lebih bersamaan dengan lintasan pemeruman. Metoda ini merupakan metoda yang dinamis dan menerus dengan memanfaatkan hasil pantulan gelombang akustik oleh bidang pantul akibat adanya perbedaan berat jenis pada bidang batas antara lapisan sedimen yang satu dengan yang lainnya.
METODA & PERALATAN

III -8

Laporan Akhir

Gelombang atau signal yang dipantulkan oleh permukaan dasar laut akan ditangkap oleh hydrophone yang diletakkan 8-12 meter di belakang buritan kapal dan dikirim melalui kabel hydrophone sepanjang 3-5 meter untuk direkam oleh graphic recorder . Filter dibuka antara 800 hingga 6000 Hz. Perekaman menggunakan kecepatan firing 1 second dan kecepatan sweep second

kemudian direkam menggunakan graphic recorder EPC/1086 (Foto


3.5).

3.3.3 SIDE SCAN SONAR Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran lateral dari permukaan dasar laut serta rona dari material penyusunnya. Alat ini terdiri dari tow fish yang berfungsi mengirim gelombang akustik ke bawah permukaan laut sekaligus menerima kembali sinyal yang dipantulkan setelah melalui media lapisan bawah laut.Sinyal yang diterima akhirnya direkam dan akan tampak gambaran lateral serta rona dari permukaan dasar laut yang direkam dalam . laptop guna dilakukan pemrosesan lanjut. Dalam kegiatan lapangan ini digunakan jenis alat Side Scan Sonar Type Klein 3000 (Tow Fish) (Foto 3.6)

3.4 GEOLOGI KELAUTAN Penyelidikan geologi kelautan meliputi pengamatan karakteristik pantai, pengambilan contoh sedimen pantai maupun sedimen permukaan dasar laut.

METODA & PERALATAN

III -9

Laporan Akhir

Foto 3.4 Perangkat seismik Sparker Cumi

Foto 3.5 Panel perekaman data seismik analog dari model EPC/1086

METODA & PERALATAN

III -10

Laporan Akhir

Foto 3.6 Alat Side Scan Sonar Type Klein 3000 (Tow Fish)

3.4.1 Pemetaan Karakteristik Pantai Pengamatan dan pemetaan karakteristik pantai dilakukan dengan peta kerja dari DISHIDROS dan BAKOSURTANAL untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh energi laut (arus, gelombang) dan aktivitas manusia terhadap perkembangan pantai (maju dan mundurnya garis pantai)dengan cara pengamatan visual di lapangan terutama dilakukan mengetahui beberapa parameter pantai antara lain : untuk

Morfologi

pantai

dengan

pengukuran

profil

pantai

untuk

mengetahui perbedaan relief pantai.

Kondisi geologi dengan cara diskripsi dan pengambilan contoh


batuan/material penyusun pantai dan tingkat resistensinya, penetuan posisi dengan GPS, selanjutnya dari contoh tersebut
METODA & PERALATAN

III -11

Laporan Akhir

dianalisa besar butirnya sehingga dapat menjelaskan tentang pasokan sedimen.

Karakteristik garis pantainya meliputi jenis pantainya, kondisi


garis pantainya (abrasi, sedimentasi, stabil, arah pengangkutan sedimen), dan identifikasi jenis tumbuhan pantai. Hasil akhir dari pemetaan karakteristik pantai disajikan berupa peta yang nantinya diharapkan dapat dipakai pengembangan kawasan pantai. sebagai data dasar

3.4.2 PENGAMBILAN CONTOH SEDIMEN PANTAI DAN DASAR LAUT Pengambilan contoh sedimen pantai dilakukan bersamaan dengan karakteristik pantai. Sedimen yang diambil berupa sedimen lepas berukuran pasir yang terletak di daerah gisik pantai (beach) dan diambil menggunakan sekop kecil atau tangan lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik. Pengambilan contoh sedimen dasar laut ini dilaksanakan secara sistematik pada lokasi-lokasi yang diharapkan mewakili keseluruhan daerah penyalidikan. Selanjutnya contoh sedimen tersebut dideskripsi dan dianalisa di laboraturium sehingga nantinya dari data-data tersebut akan dihasilkan suatu peta sebaran sedimen permukaan dasar laut. Peralatan pengambil contoh sedimen dasar laut terdiri dari : Pemercontoh comot / Grab Sampler (Foto 3.7)

METODA & PERALATAN

III -12

Laporan Akhir

3.4.3 BOR TANGAN Yang dimaksud pemboran disini ialah guna mendapatkan contoh tanah asli dan tanah tidak asli yang direncanakan pada beberapa lokasi terpilih. Adapun alat yang digunakan berupa bor tangan jenis Hand Auger (Foto 3.8). 3.4.4 PEMBORAN INTI Yang dimaksud pemboran inti yaitu kegiatan pengambilan contoh batuan/tanah baik yang terganggu maupun tidak terganggu, serta memperoleh data Standart Penetration Test (SPT) dari tiap lapisan guna mendapatkan contoh untuk dianalisa lebih teliti dan mengetahui kondisi vertikal dari batuan/tanah daerah penyelidikan. Kegiatan Pemboran ini dilakukan pada dua lokasi dengan masingmasing kedalaman 60 m. (Foto 3.9). Diharapkan dari data pemboran ini akan didapat informasi selengkap-lengkapnya meliputi keadaan geologi, sifat fisis dan mekanis yang dapat ditentukan baik melalui proses penyelidikan lanjutan di laboratorium maupun dengan melakukan percobaan-percobaan setempat.

Foto 3.7 Pemercontoh Inti Comot / Grab Sampler

METODA & PERALATAN

III -13

Laporan Akhir

Foto 3.8 Pelaksana pengambilan contoh dengan bor tangan

Foto 3.9 Pelaksana pemboran inti

METODA & PERALATAN

III -14

Laporan Akhir

3.5 ANALISA LABORATORIUM Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan di lapangan, baik merupakan kegiatan analisa di laboratorium maupun kegiatan penafsiran dari data-data yang diperoleh di lapangan. Kegiatan ini pada dasarnya meliputi:

3.5.1 Analisa Besar Butir Analisis besar butir dihasilkan dari pengambilan contoh dengan grab sampler berkisar antara 1 Kg hingga 1,5 Kg . Tujuan dari pengambilan contoh ini adalah untuk mengetahui sebaran sedimen. Data yang dianalisis sebanyak 0,5 kg, dan sisanya disimpan pada cool storage di PPPGL Cirebon. Secara umum analisis besar butir ini dilaksanakan melalui metoda pengayakan dan pipet, kemudian diklasifikasi menurut Klasifikasi Folks (1980). Prosedur umum laboratorium untuk analisis besar butir dapat diterangkan sebagai berikut (Foto 3.10): a. Sampel basah + 1 Kg di aduk homogen b. Sampel basah + 500 gram dikeringkan pada suhu 110 100 gram d. Sampel direndam + sehari semalam, selanjutnya dimasukkan pada sampel stirrer (pengaduk contoh), supaya butiran cepat terpisah e. Sampel basah dengan saringan 4 phi, untuk memisahkan butiran lumpur dengan butiran di atasnya f. Sampel pan (di bawah 4 phi) dan butiran di atasnya dikeringkan g. Sampel butiran di ayak kering dengan menggunakan sieve shaker, dengan interval ayakan 0,5 phi + 10 menit mulai dari -2,0 phi s/d 4,0 phi)
METODA & PERALATAN
o

Celcius

c. Setelah sampel kering, ditimbang untuk berat asal sebanyak

lebih

(ayakan

III -15

Laporan Akhir

h. Hasil tiap ayakan ditimbang dan ditulis dalam bentuk tabular i. Jika hasil ayak basah lebih dari 20 gram (lebih dari 20%) sampel diambil 20 gram untuk dipipet, jika kurang dari 15 gram sampel tidak dipipet j. Untuk sampel yang berdasarkan hasil deskripsi ahli geologi berbutir lumpur/lempung, pengerjaannya langsung dikeringkan contoh basah + 100 gram, setelah dikeringkan, diambil 20 gram contoh untuk berat asal pipet k. Pemipetan memakai tabung gelas dengan volume 1000 ml dan pipa kapiler 20 ml, untuk mendapatkan ukuran butiran 4,5,6,7,8 phi.

3.5.2 Analisa Sayatan Oles Metode analisa sayatan oles diperoleh dengan cara meletakkan sejumlah sedimen lepas pada permukaan kaca preparat lalu kemudian dilem dengan menggunakan Canada Balsam lalu ditutup lagi oleh kaca preparat. Preparasi contoh yang sudah siap ini kemudian diperiksa dibawah mikroskop binokuler mengenai kelimpahan Biogenik, bukan biogenik, dan Autigenik serta ukuran besar butir sedimen lepas yang diperiksa.

3.5.3 Analisa Mineral Berat Terdapat beberapa metoda untuk memisahkan jenis mineral yang terdapat di dalam sedimen lepas (pasir, lanau, dan lempung) antara lain: pemisahan mineral magnetik (magnetik separator), pemisahan dengan cairan berat (heavy liquid) (Foto 3.11). Standar pengujian dan klasifikasi yang digunakan adalah secara petrografi (point counter method) dengan menggunakan mikroskop binokuler (Muller, 1967).

METODA & PERALATAN

III -16

Laporan Akhir

Metoda Cairan Berat

(Heavy Liquid) yang digunakan untuk studi

analisis mineral berat umumnya dilakukan pada sedimen pasir yang berukuran butir antara 0.05 mm dan 0.063 mm (3 phi, pasir sedang-halus). Mineral berat yang dianalisis adalah mineral yang mempunyai Berat Jenis (BJ) lebih besar dari 2.88 gr/cc (cairan Bromoform). Berat contoh sedimen dengan ukuran butiran diatas yang umum adalah lebih kurang 20 gram yaitu untuk mengurangi penggunaan cairan Bromoform yang tidak efisien. Cairan pembilas Bromoform dari mineral berat dan mineral ringan lainnya yang digunakan adalah Benzol, CCl4 yaitu cairan khusus pembilas Bromoform agar BJ Bromoform-nya relatif lama bisa digunakan. Temperatur dan kelembaban ruang juga sangat berpengaruh terhadap perubahan BJ Bromoform. Mineral berat yang terkonsentrasikan hasil cairan berat dipisahkan dari mineral magnetik dan bukan magnetik dengan menggunakan magnet tangan dan Electromagnetic Separator untuk mendapatkan prosentase dan jenis mineral magnetik yang lebih rinci. Metoda petrografi berdasarkan sifat-sifat fisik optik mineral tersebut digunakan untuk mengetahui jenis mineral berat magnetik dan bukan magnetik secara lebih akurat.

3.5.4 Analisa Fosil Mikrofauna Analisis mikrofauna dilakukan dari contoh sedimen dasar laut yang dikoleksi dengan menggunakan penginti jatuh bebas (gravity corer) dan penginti comot (grab sampler). Di laboratorium preparasi contoh, dengan berat kering yang sama (25 gram), kemudian contoh sedimen kering dicuci dengan menggunakan ayakan

METODA & PERALATAN

III -17

Laporan Akhir

berukuran bukaan 2, 3, dan 4 phi. Contoh hasil cucian dari masingmasing ayakan kemudian dikeringkan dalam oven dan siap

Foto 3.10 Perangkat pengayakkan besar butir untuk sedimen kasar (a) dan sedimen halus/ lumpur (b)

Foto 3.11 Lemari asam untuk analisa mineral berat secara wet method
METODA & PERALATAN

III -18

Laporan Akhir

digunakan untuk studi mikrofauna. Studi mikrofauna yang meliputi ostracoda dan foraminifera dilakukan pada empat puluh tujuh contoh sedimen hasil cucian (washed residue). Analisis ostracoda dilakukan hingga tingkat spesies bila memungkinkan dan perhitungan spesimen / individu tiap spesies/jenis. Sedangkan analisis foraminifera hanya dilakukan sepintas sebagai pembanding dan penunjang atau informasi tambahan apabila tidak ditemukan ostracoda. Kemudian di lakukan penghitungan indeks diversitas /H(S) yaitu nilai keanekaragaman spesies dalam setiap contoh yang diperoleh dari rumus Shannon-Weaver dalam suatu paket program komputer yang dibuat oleh Bakus (1990) yaitu: H = - pi log dimana: H pi ni N

pi

= indeks diversitas/keanekaragaman = ni /N = jumlah = jumlah spesimen dari spesies i1, i2, i3, dst = jumlah total spesimen

3.5.5 Analisa Geoteknik Untuk mengetahui lebih rinci mengenai sifat fisik dan keteknikan dari contoh tanah/sedimen hasil pemboran tersebut telah dilakukan beberapa pengujian di laboraturium atau pengujian mekanika tanah Engineering Properties pada contoh tanah tidak terganggu (Undisturb Sample). Disamping itu dilakukan juga pengujian Index Properties berupa grains size analysis terhadap contoh tanah terganggu (disturbed sample) pada contoh bor inti terpilih, sedangkan untuk mengetahui kerapatan relatif material/sedimen berdasarkan nilai SPT.
METODA & PERALATAN

III -19

Laporan Akhir

Klasifikasi tanah yang umumnya digunakan untuk kepentingan geoteknik adalah klasifikasi USCS. Klasifikasi tanah dari sistem ini pertama kali diusulkan oleh Arthur Cassagrande (1942). Tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir), distribusi dari tanah berbutir kasar dapat ditentukan dengan cara menyaringnya lewat satu unit saringan standar (ASTM), jika prosentase lolos saringan No. 200 kurang dari 50 %, dan simbol-simbol yang dipergunakan adalah G = kerikil (gravel), S = pasir (sand), W = gradasi baik (Well-graded), P = gradasi buruk (poorly graded). Sedangkan tanah berbutir halus, jika prosentase lolos saringan No. 200 lebih dari 50 %, dan simbol-simbol yang dipergunakan adalah M = lanau, C = lempung dan O = organik. Berdasarkan data hasil sampling yang dianalisis menggunakan metoda pengujian besar butir diperoleh hasil pada umumnya adalah dari jenis butiran umumnya berukuran kasar.

Uji konsolidasi Data yang diperoleh dari uji konsolidasi disajikan dalam bentuk penurunan terhadap waktu dan tergambar dalam bentuk kurva (Lampiran hasil uji konsolidasi). Selanjutnya kurva tersebut dapat dipergunakan untuk memperoleh tingkat konsolidasi.

Koefisien konsolidasi (Cv) Untuk suatu penambahan beban yang diberikan pada suatu contoh tanah terdapat dua metoda grafis yang umum dipakai time method) yang diperkenalkan oleh untuk menentukan harga Cv yaitu metoda logaritma-waktu (logarithm of Casagrande dan fadium (1940), sedangkan metoda yang lain adalah metoda akar waktu ( Square root of time method) yang diperkenalkan oleh Taylor
METODA & PERALATAN

III -20

Laporan Akhir

(1942). Metoda yang kedua tersebut adalah metoda yang dipakai dalam penentuan harga koefesien konsolidasi (Cv). Harga koefisien refleksi tersebut didapat dari rumus : 0,848 X H2 Cv = --------------T90 Dimana : T90 = waktu untuk mencapai 90% konsolidasi H = tinggi benda uji rata-rata Penurunan tanah akibat pembebanan pada masing-masing lokasi dapat dilihat pada lampiran hasil pengujian konsolidasi. Indeks pemampatan (Compression indeks, Cc) Nilai Indeks pemampatan Cc, didapat melalui penggambaran harga angka pori e terhadap log p (lihat lampiran V hasil pengujian konsolidasi). Harga indeks pemampatan dapat digunakan untuk menghitung besarnya penurunan yang terjadi sebagai akibat konsolidasi. Disamping itu, harga indeks pemampatan ini dapat digunakan untuk menghitung harga coefisient of compressibility (av), harga coefisient of volume compressibility (mv) dan harga koefsien rembesan (k). Indeks pemampatan (Cc) berhubungan dengan berapa besarnya konsolidasi atau penurunan yang akan terjadi, sedangkan koefisien konsolidasi (Cv) berhubungan dengan berapa lama suatu konsolidasi tertentu akan terjadi.

Pengujian kuat geser (Triaxial) Pengujian kuat geser dari contoh tanah di daerah telitian dilakukan hanya pada beberapa contoh yang mewakili yaitu berupa contoh tanah
III -21

asli

(undistubed-sample)

dan

contoh

tanah

terganggu

METODA & PERALATAN

Laporan Akhir

(disturbed-sample), namun semua contoh tersebut tersimpan di dalam tabung dengan maksud menjaga kondisinya terutama kadar air dan susunan tanah dilapangan. Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Dengan dasar pengetian ini, bila tanah mengalami pembebanan akan ditahan oleh : Kohesi tanah tergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi tidak tergantung dari tegangan vertikal yang bekerja pada bidang gesernya. Gesekan antar butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan tegangan vertikal pada bidang gesernya. Kuat geser tidak memiliki satu nilai tunggal tetapi dilapangan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : Keadaan tanah, angka pori ukuran butir dan bentuk butir. Jenis tanah seperti, pasir, berpasir, kerikil, lempung, atau jumlah relatif dari bahan-bahan yang ada. Kadar air, terutama untuk lempung (sering berkisar dari sangat lunak sampai kaku, tergantung pada nilai w). Jenis beban dan tingkatnya, beban yang cepat akan

menghasilkan tekanan pori yang berlebih. Anisotropis, kekuatan yang tegak lurus terhadap bidang dasar akan berbeda jika jika dibandingkan dengan kekuatan yang sejajar dengan bidang tersebut. Hipotesis pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh

Coulomb (1773), sebagai : s = c + v Dimana : s = kuat geser pada bidang yang ditinjau

METODA & PERALATAN

III -22

Laporan Akhir

c v

= kohesi atau pengaruh tarikan antar partikel, hampir tidak tergantung pada tegang normal pada bidang. = tegangan normal pada bidang yang ditinjau = koefisien friksi antara bahan-bahan yang bersentuhan. dimana garis selubung kegagalan dari persamaan

Persamaan diatas disebut kriteria keruntuhan atau kegagalan MohrCoulomb, tersebut dilukiskan dalam lampiran. Tegangan-tegangan efektif yang terjadi di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh tekanan air pori. Terzaghi (1925) mengubah rumus Coulomb dalam bentuk tegangan efektif sebagai berikut: s = c' + (-u) tg ' s = c' + ' tg ' dengan c' = kohesi tanah efektif ' = tegangan normal efektif u = tekanan air pori ' = sudut gesek dalam tanah efektif Kuat geser tanah juga bisa dinyatakan lingkaran dalam bentuk dengan

tegangan-tegangan efektif 1' dan 3' pada saat keruntuhan terjadi. Lingkaran Mohr dalam bentuk tegangan, koordinat-koordinat dan ', seperti yang terlihat pada lampiran

data pemeriksaan triaxial. Persamaan tegangan geser, dinyatakan oleh: = 1/2 (1' - 3') sin 2 =1/2(1' +3')+1/2(1' -3') cos 2 dengan adalah sudut teoritis antara bidang horizontal dengan bidang longsor, yang besarnya: = 45 + ' / 2

METODA & PERALATAN

III -23

Laporan Akhir

Prosedur uji kuat geser Pelaksanaan uji kuat geser tanah lempung di daerah telitian dengan cara kondisi unconsolidated tempat undrained dimana (tanpa angka terkonsolidasi-tanpa benda uji pada drainasi), dimaksudkan untuk mendapatkan nilai seperti pada aslinya, pori permulaan pengujian tidak berubah dari nilai aslinya pada tempat kedalaman contohnya. Benda uji mula-mula dibebani dengan penerapan tegangan sel (tegangan keliling), kemudian dibebani dengan beban normal, melalui penerapan tegangan deviator sampai mencapai keruntuhan. Pada penerapan tegangan deviator selama penggeserannya, tidak diizinkan air keluar dari benda ujinya. Jadi selama pengujian katup drainasi ditutup. Karena pada pengujiannya air tidak diizinkan mengalir keluar, beban normal tidak ditransfer ke butiran tanahnya. Pertama, tegangan sel (3) diterapkan, setelah itu tegangan deviator () dikerjakan sampai terjadi keruntuhan. Untuk pengujian ini : Tegangan utama mayor total = 3 + f = 1 Tegangan utama minor total = 3

Persamaan kuat geser pada kondisi undrained dapat dinyatakan dalam persamaan : su = cu = 1 - 3 = 2 2 f

Penafsiran uji kuat geser Data yang diperoleh dari uji kuat geser disajikan dalam bentuk kriteria keruntuhan atau kegagalan Mohr-Coulomb tergambar dalam bentuk kurva (Lihat lampiran hasil uji kuat geser). Selanjutnya kurva tersebut dapat dipergunakan untuk memperoleh nilai kohesi tanah (c) dan sudut gesek dalam tanah.
METODA & PERALATAN

III -24

Laporan Akhir

3.5.6 Analisa Geokimia dan Lainnya Analisa ini dilakukan dengan metoda Atomic Absorption

Spectrometric (AAS); (Foto 3.9) untuk mengindentifikasi secara khusus unsur logam seperti Au, Cu, Zn dll termasuk konsentrasinya, analisa unsur utama (major element) guna mengetahui komposisi utama pembentuk batuan, selain juga diperlukan analisa titrasi untuk mengetahui beberapa unsur (senyawa) tertentu.

Foto 3.9 Seperangkat alat AAS (tabung pengukur unsur & display

3.5.7. Analisa Scanning Electron Microscope (SEM) Pelapukan akibat reaksi kimia menghasilkan susunan kelompok pertikel berukuran koloid dengan diameter butiran lebih kecil dari 0.002 mm, yang disebut mineral lempung. Tanah lempung mempunyai sifat sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya permukaan. Macam mineral yang diklasifikasikan sebagai mineral lempung (Kerr,1959) lempung diantaranya SEM terdiri dari kelompok-kelompok untuk mengetahui motmorillonite, illite, kaolinite, dan polygorskite. Analisa tanah berdasarkan dimaksudkan kelompok-kelompok dari mineral lempung tersebut.
METODA & PERALATAN

III -25

Laporan Akhir

Preparasi contoh tanah dilakukan dengan pemecahan contoh sesuai pecahan aslinya untuk mendapatkan mikrostruktur dari cintoh aslinya, dengan menggunakan lem konduktif (Dotite dan pasta perak) ditempelkan pada specimen holder dan dibersihkan dengan hand blower untuk menghilangkan debu-debu pengotor. Selanjutnya diberi lapisan tipis (coating) oleh gold-paladium (Au :80% dan Pd :20%), dengan menggunakan mesin Ion SputterJFC1100 akan didapatkan tebal lapisan 400 amstrong. Coating ini dimaksudkan agar benda uji yang akan dilakukan pemotretan menjadi penghantar listrik. Contoh/benda uji dimasukan kedalam specimen Chamber pada mesin SEM (JSM-35 C), untuk dilakukan pemotretan.

3.5.8. Analisa X Ray Diffraction (XRD) Dengan meningkatnya keteraturan struktur kristal tetrahedral SiO4 atau derajat kristalisasinya, mineral silika non- dan mikrokristalin dapat diurutkan sebagai berikut: opal-A, opal-CT, opal-C, tridimit, kristobalit, dan kuarsa. Karena ukurannya yang lebih halus dari 50 m, mineral-mineral ini sulit dibedakan secara petrografi. Salah satu metode yang dapat membedakannya adalah metode difraktometer sinar-X (XRD = X-ray Diffraction) yang menganalisis mineral berdasarkan struktur kristalnya. Silika non-kristalin, disebut opal-A, memberikan pola XRD yang amorf, yaitu menunjukkan sebuah hump (undukan) dengan intensitas maksimum di sekitar 4 . Silika mikrokristalin sendiri terbagi menjadi opal mikrokristalin (opal-C dan opal-CT), tridimit, kristobalit, dan kuarsa. Opal mikrokristalin mempunyai hump di sekitar 4 yang lebih tajam dengan intensitas lebih tinggi dibandingkan dengan opal-A sebagai hasil peningkatan keteraturan struktur kristal silika (tetrahedral SiO4). Tridimit dan kristobalit mempunyai struktur kristal yang
METODA & PERALATAN

III -26

Laporan Akhir

berlapis teratur, tetapi keduanya mempunyai spasi lapisan SiO4 yang berbeda. Oleh karena itu, tridimit menunjukkan dua peak (puncak) XRD yang intensif pada 4,11 dan 4,33 , sedangkan untuk kristobalit peak tersebut muncul pada 4,04 dan 2,49 . Kuarsa merupakan mineral silika paling stabil dan mempunyai struktur kristal tetrahedral SiO4 paling teratur. Pola XRD-nya menunjukkan dua peak difraksi utama di posisi 3,34 dan 4,26 . Difraktometer sinar-X yang digunakan adalah Goniometer Difraksi Phillips dengan lunak monokromator Diffraction grafit dan dikontrol VisXRD. dengan Kondisi perangkat Technology

pengoperasian adalah pada 40 kV dan 20 mA dengan menggunakan radiasi CuK ( 1=1,5405 dan 2=1,5443 ). Kalibrasi dengan standar eksternal silikon (99,99% Si) dan menggunakan kecepatan goniometer sebesar 0,62 /menit dengan interval 0,01 menunjukkan penurunan spasi-d (d-spacing) peak XRD di ~4 hingga 0,008 atau peningkatan sudut 2-theta sebesar 0,07 dibandingkan dengan referensi JCPDS yang dikeluarkan oleh The International Centre for Diffraction Data. Akurasi internal pengukuran dan kristalinitas silika dengan 0,62 metode /menit XRD

dilakukan dengan menggunakan serbuk silikon sebagai standar goniometer berkecepatan dengan interval 0,01. Hasilnya menunjukkan bahwa posisi intensitasmaksimum akan berkisar kurang dari 0,42 untuk sebuah hump dan tidak lebih dari 0,022 untuk sebuah peak, sedangkan lebar yang diukur pada setengah intensitas-maksimum akan mempunyai kisaran hingga 0,32 untuk sebuah hump dan kurang dari 0,032 untuk sebuah peak.

METODA & PERALATAN

III -27

Laporan Akhir

BAB IV HASIL PENYELIDIKAN


4.1 PENENTUAN POSISI Lintasan penentuan posisi dan lintasan survey hasil dari C

pemanfaatan Differential Global Positioning System (DGPS) type

NAV 272281 yang terinstal di kapal survei dan telah diintegrasikan dengan Personal Computer (PC) atau laptop (Gambar 4.1a,b,c) yang memperlihatkan 650 gambaran dengan total lintasan sepanjang seismik pemeruman kilometer panjang lintasan

sepanjang 381 kilometer, lintasan side scan sonar dengan panjang 48 kilometer, dengan jumlah contoh sedimen permukaan dasar laut sepanjang 59 lokasi. Serta 11 lokasi pengambilan contoh bor tangan disepanjang pesisir P. Nunukan dan P. Sebatik. Pengambilan data lintasan posisi dilakukan setiap saat selama kapal berolah gerak mengikuti lintasan yang telah direncanakan sebelumnya, namun untuk memudahkan di dalam penggambaran dan dengan alasan teknis seperti kesesuaian dengan metode survei lain seperti seismik dan pemeruman terhadap waktu, maka waktu dan posisi yang terplotting dalam peta lintasan posisi diambil setiap rentang 1 menit. Selain itu pula penentuan posisi diperlukan pada saat penyelidikan karakteristik pantai dan pengambilan contoh sedimen pantai, menentukan lokasi pengukuran pasang surut, dan pengukuran arus statis.

HASIL PENYELIDIKAN

IV-1

IV-2
Gambar 4.1a. Peta Lintasan Pemeruman dan Seismik Pantul Dangkal

Laporan Akhir

HASIL PENYELIDIKAN

IV-3
Gambar 4.1b. Peta lintasan Side Scan Sonar

Laporan Akhir

HASIL PENYELIDIKAN

IV-4

Laporan Akhir

HASIL PENYELIDIKAN

Gambar 4.1c. Peta Lokasi Pengambilan Contoh Sedimen Permukaan Dasar Laut, Bor Tangan dan Pemboran

Laporan Akhir

4.2 HIDRO-OSEANOGRAFI 4.2.1 PENGAMATAN PASANG SURUT


Kegiatan pengamatan pasang surut pada survei ini dilakukan untuk mendukung kegiatan pemeruman di laut. Pengamatan pasang surut ini dilakukan di 1 lokasi pengamatan yaitu di Dermaga Sei Nyamuk, Sebatik secara kontinyu dari tanggal 3 Juni s/d 2 Juli 2005 ditambah pengamatan selama 15 hari dari tanggal 29 Juli s/d 12 Agustus 2005 pada saat kegiatan pemeruman berlangsung. Pengamatan pasang surut dilakukan dengan menggunakan rambu ukur pasang surut. Pengamatan dengan menggunakan alat rambu ukur ini data direkam setiap selang 1 jam. Data hasil pembacaan pasang surut ini kemudian dianalisis sehingga akan memeperoleh harga bilangan Formzahl serta sebagai koreksi dalam hasil kegiatan pemeruman sehingga menghasilkan peta batimetri. Data pengamatan pasang surut selama kegiatan pemeruman berlangsung dilampirkan pada Lampiran Data Pasang Surut berikut dengan kurva pasang surutnya. Analisa Data Pasang Surut dan Muka Surutan Konstanta Harmonik Pasang Surut Data hasil pengamatan pasang surut ini selanjutnya diolah dengan menggunakan metode British Admiralty untuk mendapatkan konstanta harmonik (M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1) yang berupa amplitudo dan fasanya. Hasil akhir perhitungan konstanta harmonik ini adalah sebagai berikut:

HASIL PENYELIDIKAN

IV-5

Laporan Akhir

So A (cm) g (o ) 19.6

M2 5.5 153.0

S2 2.0 144.2

N2 3.2 256.8

K1 0.2 80.7

O1 2.8 365.8

M4 0.1 390.4

MS4 0.6 109.2

K2 0.5 144.2

P1 0.1 80.7

Tabel 4.1 Tabel Konstanta Harmonik pasang surut daerah telitian - Dimana : A G So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4 Amplitudo pasang surut Sudut Kelambatan phase Level muka laut rata-rata diatas titik nol rambu Konstanta harmonik yang dipengaruhi posisi bulan Konstanta harmonik yang dipengaruhi posisi matahari Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh perubahan jarak, akibat lintasan bulan yang berbentuk elips Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh perubahan jarak, akibat lintasan matahari yang berbentuk elips Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan matahari Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi matahari Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh bulan sebanyak 2x Konstanta harmonik yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara M2 dan S2

Hasil perhitungan metode Admiralty secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran Data Pasang Surut. Berdasarkan harga perbandingan konstanta harmonic pasang surut di atas diperoleh harga bilangan Formzahl di stasiun pengamatan pasang surut Dermaga Sei Nyamuk adalah 0.4067792 Harga bilangan Formzahl di ini menunjukan bahwa tipe pasang surut pada stasiun pengamatan pasang surut adalah tipe campuran dominan ganda artinya terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam waktu 24 jam. Sedangkan tunggang air maksimum berdasarkan harga pasang surut hasil pengamatan selama 30 hari adalah tunggang air maksimum di stasiun pengamatan pasang surut Dermaga Sei Nyamuk adalah 3.0 m
HASIL PENYELIDIKAN

IV-6

Laporan Akhir

Muka Surutan (Chart Datum) Tahap selanjutnya dalam pengolahan data pasang surut untuk mengoreksi data batimetri adalah perhitungan muka surutan (Chart Datum) dan air tinggi tertinggi berdasarkan pada harga konstanta pasang surut tersebut di atas. Perhitungan muka surutan dan air tinggi ini digunakan untuk meghitung berbagai referensi elevasi atau datum vertikal, HWS (level muka air pasang tertinggi) dan LWS (level muka air surutan terendah). Elevasi yang lazim Dengan digunakan sebagai level acuan ketinggian adalah LWS. darat mengacu pada datum LWS sebagai titik nol.

demikian seluruh pengukuran batimetri, ataupun titik pangkal di Hasil analisa pasang surut berikut perhitungan muka surutan (chart datum) dan muka air tertinggi dapat dilihat pada Lampiran Data Pasang Surut.. Berdasarkan hasil perhitungan muka surutan diperoleh harga Chart Datum (Zo) sebagai berikut : Harga Zo untuk lokasi pengamatan pasang surut di Dermaga Sei Nyamuk adalah 1.7 m di bawah duduk tengah. Harga Zo ini selanjutnya digunakan untuk menyurutkan seluruh harga kedalaman hasil koreksi. 4.2.2 PENGUKURAN ARUS Pengukuran arus ini dimaksudkan untuk mengetahui arah dan kecepatan arus absolute di lokasi survei. dilakukan secara stasioner dengan Currentmeter Valeport tipe 106. Pengukuran arus ini peralatan selang waktu menggunakan Adapun

pengukuran setiap 1 (satu) jam secara terus-menerus selama 25 jam pengamatan, yaitu pada saat bulan mati (neap tide) dan pada saat bulan purnama (spring tide) dengan jumlah lokasi pengamatan 3 lokasi, yaitu di Perairan sebelah timur P. Sebatik dan P. Nunukan,
HASIL PENYELIDIKAN

IV-7

Laporan Akhir

dan perairan Selat Nunukan

Khusus untuk stasiun pengukuran di

lokasi perairan Nunukan sebelah timur-tenggara pengukuran arus hanya dilakukan pada siang hari selama 12 jam setiap harinya, mengingat kondisi cuaca untuk melakukan pengukuran pada malam hari di lokasi ini tidak memungkinkan. Pemilihan tanggal dan waktu pengamatan arus ini didasarkan pada kondisi pasang surutnya, dimana pada tanggal tersebut posisi air pasang mencapai maksimum sedangkan posisi air surut mencapai minimum sehingga kecepatan arus maksimum dapat diukur dengan baik. Pengukuran arus ini dilakukan dengan cara pembacaan langsung (direct reading), yaitu pembacaan arah dan kecepatan arus secara langsung pada alat Valeport kemudian dicatat pada formulir pengamatan. Pembacaan data arus ini dilakukan sebanyak tiga kali pembacaan, selanjutnya data ini dirata-ratakan untuk mendapatkan arah dan kecepatan arus rata-rata untuk setiap kedalaman pengukuran. Pengukuran arus ini dilakukan terhadap 3 (tiga) kedalaman berbeda di setiap stasiun pengukuran arus yaitu kedalaman 0.2 H untuk arus permukaan, 0.6 H untuk arus menengah dan 0.8 H untuk arus bawah, dimana H adalah kedalaman laut di lokasi stasiun pengukuran arus. Kedalaman laut di masing-masing stasiun

pengukuran arus adalah sebagai berikut : Di Selat Nunukan sebelah utara kedalaman stasiun

pengukuran arus adalah 12 meter, sehingga pengukuran untuk arus permukaan, menengah dan bawah dilakukan pada kedalaman 2.4 m, 7.2 m dan 9.6 m. Sedangkan di Selat Nunukan sebelah selatan dan perairan sebelah timur P. Sebatik dan P. Nunukan kedalaman stasiun pengukuran arus adalah 10 meter, sehingga pengukuran
HASIL PENYELIDIKAN

IV-8

Laporan Akhir

untuk arus permukaan, menengah dan bawah dilakukan pada kedalaman 2 m, 6 m dan 8 m. Dari data hasil pengukuran diperoleh harga arah dan kecepatan untuk arus permukaan, menengah dan bawah. Untuk mengetahui harga kecepatan arus secara vertical diperoleh dengan cara merataratakan hasil pengukuran pada kedalaman 0.2 H, 0.6 H dan 0.8 H dengan menggunakan rumus : V = 0.5 (v Dimana : V V0.2 V0.6 V0.8
0.6

+ ((v

0.2

+v

0.8)/2)

: Kecepatan vertical rata-rata (m/det) : Kecepatan arus permukaan (m/det) : Kecepatan arus menengah (m/det) : Kecepatan arus bawah (m/det)

Data hasil pengukuran lapangan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran Data Arus, Selanjutnya data ini diolah dengan melakukan perhitungan matematis untuk menghitung komponen arah arus pasang surut dan non pasang surut, pengklasifikasian arus berdasarkan arah dan kecepatan untuk mengetahui arah arus dominan dan penggambaran surutnya. hubungan arus dengan pasang

Perhitungan Arus Pasang Surut Perhitungan arus pasang surut hanya dilakukan pada dua lokasi pengukuran yaitu lokasi pengukuran arus di Selat Nunukan sebelah utara dan Selat Nunukan sebelah selatan, sedangkan untuk lokasi di perairan Nunukan sebelah timur-tenggara tidak dilakukan perhitungan pemisahan arus karena pengukuran arusnya hanya dilakukan 12 jam setiap harinya. Perhitungan arus pasang surut ini bertujuan untuk memisahkan komponen arus pasang surut dengan
HASIL PENYELIDIKAN

IV-9

Laporan Akhir

arus non pasang surutnya. Berdasarkan hasil perhitungan arus pasang surut di lokasi titik-titik pengukuran di peroleh hasil sebagai berikut:
Lokasi
P. Sebatik Sebelah Timur P. Nunukan Sebelah Utara P. Nunukan Sebelah Selatan

Komponen Utara

Komponen Timur

Arah (o )

Kecepatan (m/det)

-0.01078 -0.02141 -0.09967

0.02218 0.02396 0.00800

116 132 175

0.025 0.032 0.100

Tabel 4.2 Hasil perhitungan arus pasang surut Arus vertical rata-rata:

Hasil perhitungan arus pasang surut dan non pasang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran Data Arus. Pembuatan diagram grafik arus (lampiran) dilakukan untuk mengetahui arah arus dominan, khususnya di lokasi stasiun pengukuran. Pembuatan diagram grafik arus ini didasarkan pada pengklasifikasian arus menurut arah dan kecepatannya untuk semua lokasi stasiun pengukuran arus di lapangan. Berdasarkan diagram grafik arus secara umum arah arus di Selat Nunukan sebelah utara dan selatan dominan berarah baratlaut tenggara, sedangkan di lokasi perairan P. Sebatik dan P. Nunukan sebelah timur arah arus dominan berarah timur barat. Distribusi frekuensi arah dan kecepatan arus pada 3 (tiga)

kedalaman pengukuran memperlihatkan pola penyebaran yang sama, ini menunjukan bahwa arah arus untuk arus permukaan, menengah dan bawah relative sama, sedangkan distribusi frekuensi kecepatannya cukup berbeda. Frekuensi kecepatan arus maksimum untuk arus permukaan lebih banyak dibandingkan arus menengah dan bawah, hal ini menunjukan bahwa kecepatan arus permukaan rata-rata lebih besar daripada arus menengah dan bawah. Tabel di bawah ini memperlihatkan harga kecepatan arus maksimum untuk 3 (tigat) lokasi pengukuran pada 3 (tiga) kedalaman berbeda.
Lokasi
HASIL PENYELIDIKAN

Kedalaman

Kecepatan

Kondisi Air

IV-10

Laporan Akhir

Perairan Sebatik Sebelah Timur

Selat Nunukan Sebelah Utara

Selat Nunukan Sebelah Selatan

Pengukuran Permukaan Menengah Bawah Permukaan Menengah Bawah Permukaan Menengah Bawah Permukaan Menengah Bawah Permukaan Menengah Bawah Permukaan Menengah Bawah

(m/det) 0.806 0.637 0.571 0.557 0.482 0.412 0.897 0.677 0.535 1.243 1.159 1.156 1.246 1.167 1.013 0.890 0.760 0.552

Surut Arah Timur Pasang Arah Barat Surut Arah Tenggara Pasang Arah Baratlaut Surut Arah Tenggara Pasang Arah Baratlaut

Tabel 4.3 Kecepatan Arus Maksimum Di 3 (tiga) Lokasi Pengukuran

Diagram bunga arus dan peta arus di lokasi perairan Sebatik Nunukan dapat dilihat pada Lampiran Data Arus.

Hubungan Pola Arus dan Pasang Surut Penggambaran pola arus dan pasang surut dilakukan untuk melihat fenomena hubungan antara gerakan naik turunnya air laut (pasang surut) pengaruhnya terhadap pola arus disekitar lokasi daerah penelitian. Dari hasil penggambaran pola arus dan pasang surut untuk 3 (tiga) stasiun pengukuran memperlihatkan dengan jelas bahwa pola arus di lokasi survei sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surutnya. Di daerah Selat Nunukan sebelah utara dan selatan saat air pasang arus bergerak kearah baratlaut sedangkan pada saat surut arus bergerak ke arah tenggara, sedangkan di perairan sebelah timur Nunukan saat pasang arus bergerak kearah barat sedangkan pada saat surut arus bergerak kearah timur. Kecepatan arus pada saat surut lebih besar dibandingkan kecepatan arus pada saat pasang.
HASIL PENYELIDIKAN

IV-11

Laporan Akhir

Gambaran hubungan pola arus dan pasang surut digambarkan dengan pada jelas pada Lampiran Data Arus. terjadi pada saat kondisi air Dilihat dari gambaran tersebut terlihat bahwa kecepatan arus maksimum sedang pasang dan sedang surut, sedangkan pada saat kondisi air pasang maksimum dan surut minimum kecepatan arusnya kecil atau terjadi Slack Water. Saat kondisi air pasang maksimum dan surut minimum terjadi pembalikan arah arus sesuai dengan kondisi pasang surutnya. 4.2.3 Pengamatan Gelombang Pengamatan gelombang dilakukan dibeberapa lokasi dengan cara pengamatan visual. Lokasi-lokasi tersebut adalah sepanjang pantai Tanjung Batulamampu di P. Sebatik dan Semengkadu di P. Nunukan. . Secara umum arah penjalaran gelombang di sekitar perairan Nunukan dan sekitarnya selama pengamatan berasal dari timurlaut-timur dengan tinggi gelombang rata-rata antara 20 50 cm dan periode gelombang 5 8 detik pada keadaan normal. Kondisi ini bisa berubah secara ekstrim hingga mencapai tinggi gelombang 100 - 150 cm saat angin bertiup kencang khususnya pada saat musim timur berlangsung, berdasarkan data iklim dari Bandar Udara Tarakan sepanjang tahun angin timur bertiup antara 6 - 8 bulan. Gelombang yang timbul di perairan ini selain yang dibangkitkan oleh angin juga gelombang yang ditimbulkan karena alun dari laut lepas, dimana gelombang ini juga cukup signifikan berpengaruh terhadap proses terjadinya abrasi pantai di sepanjang pantai keras. Pada keadaan normal tipe gelombang yang dominant adalah tipe plunging, sedangkan pada saat terjadi gelombang besar tipe yang mengarah ke Lepas pantai kecuali di Tanjung Batulampu sebagai akibat resistensi dari batuannya yang cukup

HASIL PENYELIDIKAN

IV-12

Laporan Akhir

gelombang yang terjadi adalah tipe surging dengan arah datang gelombang dominant tegak lurus pantai. 4.3 GEOFISIKA 4.3.1 PEMERUMAN Maksud di lakukannya pekerjaan pemeruman di wilayah perairan Sebatik Nunukan Kalimantan Timur adalah dalam rangka tersediannya data dasar tentang kondisi dasar laut di daerah telitian sebagai kajian untuk mengetahui kondisi geologi. Lintasan pemeruman umumnya berarah timurlaut-baratdaya

dengan lintasan silang berarah utara-selatan serta lintasan disekitar Selat Nunukan. Lintasan pengukuran mencapai kurang lebih 650 km. Data posisi yang disajikan berupa data koordinat setiap 2 menit pembacaan kedalaman. Data yang disajikan dalam bentuk tabel yang nantinya akan dikoreksi dengan pembacaan pasang surut kemudian akan diolah menjadi data kedalaman laut (batimetri). Kegiatan pengukuran pemeruman selalu dilakukan bersamaan dengan pengukuran penampang seismik hanya pada beberapa lintasan kegiatan ini dilakukan secara bersamaan (lihat gambar 4.1). Hasil pengukuran berupa penampang seismik yang menggambarkan keadaan sedimen dasar laut dan bawah laut serta struktur geologi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan 1 (satu) buah perahu kayu berukuran kurang lebih 10 ton untuk daerah survei dengan kedalaman lebih dari 2 meter, dan 1 (satu) perahu pancung untuk kedalaman kurang dari 2 meter (Shallow Sounding). Wahana perahu tersebut diperlengkapi dengan kelengkapan navigasi dan echosounder yang sama, yaitu sistem navigasi Differential Global Positioning
IV-13

System (DGPS) type C Nav 272281, perangkat lunak

HASIL PENYELIDIKAN

Laporan Akhir

navigasi Hypack yang dijalankan pada sebuah komputer notebook dan 1 (satu) unit digital echosounder Odom Hydrotrac yang mempunyai ketelitian 0,1 m. Koreksi kedalaman dasar laut yang diterapkan untuk menghitung kedalaman yang sebenarnya (true depth) adalah koreksi pasang surut yang diperoleh dari pengamatan selama survei dan koreksi statis yaitu koreksi kedalaman laut terhadap posisi sensor echosounder. Koreksi statis sudah secara otomatis dilakukan oleh alat echosounder pada saat dilakukan kegiatan barcheck saat sebelum survei dan saat sesudah survei sehingga harga kedalaman laut yang terbaca adalah harga kedalaman yang sudah terkoreksi statis. Dalam tahapan pengolahan data, data hasil pemeruman ini

dikoreksikan terhadap data pasang surut selama pengamatan. Data pasang surut ini diolah dengan menggunakan metode Admiralty untuk mendapatkan harga duduk tengah dan konstanta harmoniknya, selanjutnya dilakukan perhitungan analisis kombinasi untuk mendapatkan harga muka surutannya atau Chart Datum (Zo). Dari hasil perhitungan analisis kombinasi diperoleh harga Zo untuk stasiun pengamatan pasang surut Dermaga Sei Nyamuk Sebatik sebesar 1.7 m. Harga Zo di stasiun pengamatan pasang surut tersebut digunakan untuk menyurutkan seluruh data batimetri yang sudah dikoreksi terhadap duduk tengahnya. Harga batimetri yang sudah disurutkan terhadap Chart Datum selanjutnya dibuat menjadi Peta Batimetri. Berdasarkan hasil ekstrapolasi dan intrapolasi dari titik-titik

kedalaman dari setiap lokasi pengambilan data diperoleh Peta Kontur Batimetri (Gambar 4.2a, b) dengan kedalaman laut hasil pengukuran berkisar yang terdangkal 5 meter hingga yang terdalam 45 meter .
HASIL PENYELIDIKAN

IV-14

Laporan Akhir

Berdasarkan pola kontur kedalaman laut pada Peta Batimetri, morfologi dasar laut daerah telitian dapat dibagi berdasarkan sistem perairannya, yaitu : Morfologi dasar laut daerah perairan laut terbuka, yaitu perairan Unarang. Morfologi dasar laut di perairan selat, yaitu perairan Selat Nunukan dan selat lainnya. sebelah pola timur kontur daerah dari telitian yang termasuk Karang didalamnya morfologi terumbu

Perairan Laut Terbuka Kawasan perairan yang termasuk kedalam daerah perairan laut terbuka, yaitu : perairan sebelah timur P. Sebatik, perairan sebelah tenggara P. Nunukan, dan perairan sebelah timur P. Haus. Dilihat dari pola kontur kedalamannya morfologi dasar laut yang dominan di perairan ini secara umum terdiri dari perairan laut dangkal (kedalaman 0 10 m) dan perairan laut dalam (lebih besar dari 10 m). Perairan laut dangkal mempunyai ciri sebagai berikut : kemiringan morfologi dasar laut yang landai dengan kemiringan 0.04o 0.19o, daerah surutan yang luas dengan gosong-gosong pasir yang muncul ke permukaan saat air laut surut rendah. kontur-kontur tertutup yang laut. Lokasi gosong-gosong pasir di pantai dilihat berupa kontur kedalaman yang renggang dan berarah tenggara-baratlaut dengan kedalaman bervariasi antara 0 2 m dan melampar luas ke tengah

HASIL PENYELIDIKAN

IV-15

IV-16
Gambar 4.2a. Peta Batimetri daerah telitian

Laporan Akhir

HASIL PENYELIDIKAN

Laporan Akhir

Gambar 4.2b. Peta Batimetri sekitar Karang Unarang

HASIL PENYELIDIKAN

IV-17

Laporan Akhir

Pola kontur ini mendominasi sebagian besar perairan pantai sebelah timur terutama perairan pantai P. Sebatik, pantai P. Nunukan dan pantai P. Haus. Sedangkan lokasi gosong di tengah laut seperti Gosong Makasar dan Gosong Padang keberadaanya diindikasikan oleh bentuk kontur kedalaman tertutup yang cukup rapat dengan arah barat-timur. Sedangkan untuk harga kedalaman laut yang lebih besar dari 10 m, perairan ini dicirikan oleh pola kontur yang rapat dengan sudut kemiringan mengarah ke tenggara. Harga kedalaman laut di lokasi perairan ini berkisar antara 10 70 m dengan kemiringan antara 0.35o 0.57o. Lokasi Karang Unarang di sebelah timur daerah telitian terlihat sebagai suatu kontur tertutup yang relatif kecil. Perairan Selat Perairan selat yang dimaksud adalah perairan Selat Nunukan yang melingkupi P. Nunukan mulai dari perairan Nunukan sebelah timur, Nunukan sebelah utara, Nunukan sebelah barat hingga perairan Nunukan sebelah selatan dan perairan selat yang relatif cukup kecil dan sempit seperti selat di sebelah barat P. Tinambasan. Perairan Selat Nunukan bagian utara-timur dan bagian selatan mempunyai profil penampang morfologi dasar laut berbentuk huruf U dengan kedalaman laut berkisar antara 0 15 m, namun dibeberapa tempat ada yang lebih besar dari 15 m. Profil dasar laut di perairan ini diperlihatkan oleh pola kontur kedalamannya, dimana di pinggir selat kontur kedalaman relatif rapat dengan harga kedalaman berkisar antara 0 9 m sedangkan di tengah selat konturnya relatif renggang dengan harga kedalaman laut berkisar antara 10 15 m. Pola kontur rapat menunjukan bahwa kemiringan dasar laut di pinggir selat relatif cukup curam, sedangkan di tengah selat relatif landai.

HASIL PENYELIDIKAN

IV-18

Laporan Akhir

Sedangkan

di

perairan

Selat

Nunukan

sebelah

barat

hingga

baratlaut profil penampang morfologi dasar lautnya relatif lebih landai dengan kedalaman laut berkisar antara 0 8 m. Di sebelah barat terutama di daerah sekitar Tj. Cantik kontur 2 m relatif menjorok ketengah hampir bersatu dengan kontur 2 m yang terdapat di tengah selat, pola kontur ini menunjukan lokasi gosonggosong pasir yang terdapat di lokasi ini. Gosong pasir ini mempersempit alur pelayaran sehingga mengganggu kapal-kapal yang keluar masuk Nunukan. Untuk perairan selat yang sempit kondisi morfologinya tidak berbeda jauh dengan kondisi morfologi daerah sungai, yaitu mempunyai daerah aliran berbentuk huruf U.

4.3.2 SEISMIK PANTUL DANGKAL Pengambilan data seismik dangkal saluran tunggal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran kondisi geologi bawah permukaan seperti tatanan struktur geologi, urutan sedimentasi (stratigrafi) yang teridentifikasi dalam rekaman seismik (analog record). Lintasan utama seismik berarah Lintasan). Proses geologi bawah dasar laut dapat diketahui berdasarkan hasil interpretasi rekaman seismik pantul dangkal Dari beberapa contoh rekaman yang ditampilkan terlihat bahwa proses sedimentasi yang terjadi tidak menerus, hal ini diperlihatkan oleh pola konfigurasi reflektor yang tidak seragam dari masing-masing lintasan. Kondisi yang terjadi demikian merupakan hasil proses geologi, dimana sedimentasi terjadi mengikuti bentukan dari morfologi sebelum terjadi pengendapan. Bentukan morfologi dasar laut di daerah selidikan ditandai oleh adanya tinggian-tingian dasar laut yang merupakan batuan dasar, bentukan
HASIL PENYELIDIKAN

umumnya barat - timur (Peta

morfologi

batuan

dasar ini

IV-19

Laporan Akhir

tidak

seragam

kadang

kala terlihat bentuk cekungan atau

morfologi berundak dan ada kalanya lapisan sedimen bawah permukaan ini seperti lapisan datar (flat) karena batuan dasarnya berada cukup jauh dibawahnya. Daerah telitian dengan memperhatikan pola reflektor yang ada terdiri atas 4 (empat) kelompok runtunan, masing-masing:
(Gambar 4.3 & 4.4).

Runtunan A Runtunan-A merupakan runtunan termuda dicirikan dengan pola reflektor berupa perlapisan yang menerus dan sejajar/paralel umumnya pola konfigurasi ini mempunyai kontinuitas rendah dan variasi amplitudo berjalan secara perlahan atau tidak ada sama sekali. Hal ini menunjukkan saat pengendapan dalam perioda yang tenang (Mitchum, 1977). Runtunan ini memiliki ketebalan yang paling tipis hanya berkisar antara 5 hingga 7.5 m, kemudian di bawahnya adalah runtuhan B yang merupakan batuan yang lebih muda. Batas atas unit A ini menerus hampir di semua lintasan terutama di bagian tengah daerah selidikan (sekitar Gosong Makasar hingga Karang Unarang) karena selain disebabkan oleh lemahnya energi, umumnya tertutup oleh karakter pantulan external, sehingga horizon reflektornya sulit diidentifikasi. Unit A ini dijumpai hampir di seluruh lintasan seismik di daerah selidikan Kecuali Lintasan di selatan / tenggara daerah penyelidikan dengan tatanan struktur geologi yang relatif tidak berkembang. Pola ini mengandung sedimen berbutir halus dan diendapkan di lingkungan yang berenergi rendah seperti delta yang mengalami depresi. Runtuhan ini diperkirakan sebagai sedimen baru berumur kuarter. Runtunan B
HASIL PENYELIDIKAN

IV-20

Laporan Akhir

Runtunan B pada beberapa lintasan terlihat berada secara tidak selaras di bawah runtunan A nampak pada Lintasan 11 dengan pola karakter refleksi berbentuk divergent (Mitchum, 1977), ketebalan runtunan ini sangat bervariasi yang secara umum berkisar antara 10 hingga 20 m. Runtunan ini dicirikan dengan pola reflektor berbentuk subpararel hingga divergent dengan di beberapa tempat mengalami penipisan serta terlihat kontak erosional membentuk channeling yang nampak pula pada Lintasan-5 yang merupakan kenampakan khas dari kompleks slope fan;

Runtunan C Runtunan C terletak di bawah runtunan B secara tidak selaras yang dicirikan dengan pola reflektor dari subparalel hingga transparan, memiliki ketebalan 7.5 hingga 12 meter. Di lokasi tertentu khususnya di sekitar Karang Unarang (selatan Karang Unarang) seperti terlihat pada Lintasan Unarang-1 memperlihatkan sedimen transparan yang mengisi channel yang dibentuk oleh struktur graben dengan arah relatif barat - timur yang diduga berumur Miopliosen;

Runtunan D Runtunan D merupakan runtunan tertua sekaligus sebagai batuan dasar akustik di daerah telitian. Pada runtunan ini terlihat adanya struktur patahan yang berkembang hingga sesar, selain itu terlihat pula beberapa struktur lipatan berupa antiklin. Khusus untuk lokasi di sekitar Karang Unarang pola umum struktur yang berkembang memiliki arah baratlaut-tenggara (relatif sama dengan pola struktur di daratan Kalimantan Timur).

HASIL PENYELIDIKAN

IV-21

Laporan Akhir

IV-1
Gambar 4.3. Penampang Seismik Lintasan 4

HASIL PENYELIDIKAN

IV-2
Gambar 4.4. Penampang Seismik Lintasan Unarang 1

Laporan Akhir

HASIL PENYELIDIKAN

Laporan Akhir

4.4 GEOLOGI KELAUTAN 4.4.1 KARAKTERISTIK PANTAI Pengamatan karakteristik pantai dilakukan sepanjang pantai daerah penyelidikan. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan secara visual dan deskriptif. Tujuan dari pengamatan karakteristik pantai adalah untuk mengetahui secara detail kondisi pantai daerah penyelidikan kaitannya dengan pemetaan garis pantainya (Gambar
4.5).

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan kawasan pantai di daerah penyelidikan pada umumnya merupakan pantai berbakau dengan profil pantai dari landai hingga curam. Kawasan pantai di daerah penyelidikan secara garis besar terdiri dari kawasan pantai P. Sebatik, pantai Pulau Nunukan, pantai Pulau Nunukan Selatan, dan pantai Pulau Haus.

Kawasan Pantai Pulau Sebatik Kawasan pantai Pulau Sebatik terbentang sepanjang Pulau Sebatik mulai dari perbatasan Indonesia Malaysia di timur sampai dengan perbatasan Indonesia Malaysia di barat dengan panjang pantai seluruhnya kurang lebih 58 km. Kondisi pantainya sebagian besar terdiri dari pantai mangrove dengan kondisi cukup kritis khususnya di sekitar Sei Pancang dan Sei Nyamuk (Foto 4.1) dan hanya sebagian kecil pantai berpasir, yaitu di kawasan pantai sekitar Sei Taiwan dan Batulamampu (Foto 4.2 dan 4.3). Dilihat dari profil batimetrinya pantai sebelah timur hingga selatan mempunyai karakteristik profil pantai yang landai, sedangkan pantai sebelah barat karakteristik pantainya relative lebih curam.

HASIL PENYELIDIKAN

IV-24

Laporan Akhir

HASIL PENYELIDIKAN

IV-25

Laporan Akhir

Foto 4.1 Pantai dengan hutan mangrove dengan kerapatan rendah di Sei Pancang (pada saat pasang), P. Sebatik

Foto 4.2 Pantai Berpasir di sekitar Sei Taiwan, P. Sebatik

HASIL PENYELIDIKAN

IV-26

Laporan Akhir

Foto 4.3 Pantai Berpasir di Tanjung Batu Lamampu, P. Sebatik

Di pantai sebelah timur pada saat air surut rendah terlihat daerah surutan yang sangat luas dengan gosong-gosong pasir yang muncul ke permukaan, sebaliknya di pantai sebelah terluar ke laut cukup sempit. barat pada saat air surut rendah daerah surutan yang teramati dari tumbuhan bakau Karakteristik garis pantai di pantai sebelah timur berupa pantai lurus agak berlekuk dan tanjung dengan batas garis pantai pada saat pasang maksimum dapat teramati dengan jelas terutama pada lokasi yang ada pemukiman penduduk dan tidak ada tumbuhan bakaunya, sedangkan di pantai sebelah selatan hingga barat karakteristik garis pantainya berupa pantai lurus dengan garis pantai pada saat pasang maksimum tidak dapat teramati karena tertutup oleh tumbuhan bakau. Pantai bagian timur mulai dari Sei Pancang sampai dengan Sei Taiwan pada umumnya sudah cukup berkembang karena kawasan ini merupakan kawasan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Sedangkan pantai sebelah selatan hingga barat merupakan pantai yang belum berkembang, namun belakangan ini telah banyak dibuka lokasi pertambakan.
HASIL PENYELIDIKAN

IV-27

Laporan Akhir

Kawasan Pantai Pulau Nunukan Pulau Nunukan terletak di sebelah selatan Pulau Sebatik dengan seluruh pulaunya dikelilingi oleh laut. kurang lebih 68.1 km Panjang garis pantai kondisi pantainya Karakteristik profil seluruhnya dengan

sebagian besar adalah pantai mangrove.

pantainya dilihat dari penampang batimetri sebagian besar relative curam kecuali di kawasan pantai sebelah tenggara P. Nunukan dan sekitar Tanjung Cantik profil pantainya landai, hal ini ditandai dengan adanya gosong pasir yang cukup lebar mulai dari pantai hingga ke tengah laut (Foto 4.4). Gosong-gosong pasir tersebut akan muncul pada saat air surut rendah sehingga terlihat daerah surutan yang luas yang melampar sampai ke laut, begitu pula di Tanjung Cantik terlihat daerah surutan yang cukup lebar walaupun tidak seluas seperti di pantai sebelah tenggara namun demikian di sebelah barat Tanjung Cantik terdapat juga gosong yang berdekatan dengan Pulau Tinambasan, sehingga di daerah ini alur selatnya menjadi sempit dan berbahaya bagi pelayaran. Sebaliknya di pantai sebelah selatan-baratdaya mulai Semengkadu ke arah Timur (Foto 4.5) pada saat air surut rendah daerah surutan yang teramati dari garis bakau terluar sampai ke posisi air laut cukup sempit karena tertutup oleh tumbuhan bakau. Profil garis pantainya pada umumnya berupa pantai lurus agak berlekuk dan tanjung, sedangkan batas garis pantainya pada saat pasang maksimum sebagian besar tidak dapat diamati karena batas garis pantainya berada di dalam kawasan bakau. Kawasan pantai Nunukan sebagian besar belum berkembang hanya di pantai sebelah utara hingga timurlaut yang sudah berkembang menjadi daerah pemukiman penduduk dan perkantoran.

HASIL PENYELIDIKAN

IV-28

Laporan Akhir

Foto 4.4 Pantai Berpasir dengan kenampakan gosong-gosong pasir di Tanjung Cantik, P. Nunukan

Foto 4.5 Pantai dengan kondisi hutan mangrove yang lebat di sekitar timur Semengkadu, P. Nunukan

HASIL PENYELIDIKAN

IV-29

Laporan Akhir

Kawasan Pantai Pulau Nunukan Selatan dan Bukat Pulau Bukat terletak di sebelah baratdaya Pulau Nunukan, di sebelah timur dan utara dibatasi oleh Selat Nunukan sedangkan di sebelah barat dan selatan dibatasi oleh Sungai Sebaung. Dilihat dari penampang batimetrinya secara umum profil pantai di Pulau Nunukan Selatan sebelah utara relative lebih curam dibandingkan dengan profil pantai sebelah selatan dan pantai Pulau Bukat. Di sebelah timur Pulau Bukat terutama dekat Tanjung Bilas pada saat surut rendah terlihat adanya gosong pasir yang melebar kearah timur (Foto 4.6), hal ini menyebabkan daerah surutan yang teramati cukup luas. Sedangkan daerah surutan di sebagian besar Pulau Nunukan selatan terlihat cukup sempit diukur dari garis bakau terluar sampai ke posisi air laut. Karakteristik garis pantainya Batas garis pantai berupa pantai lurus berlekuk di pantai sebelah timur, sedangkan di sebelah barat garis pantainya berlekuk-lekuk. tertutup oleh tumbuhan bakau. Pulau Nunukan Selatan dan Pulau Bukat termasuk pulau yang tak ada penduduknya, namun dalam sepuluh tahun terakhir ini telah berkembang usaha pertambakan udang dan ikan bandeng. Kondisi ini menyebabkan hampir sebagian besar daratan dari kedua Pulau ini dijadikan kawasan pertambakan. Kawasan Pantai Pulau Haus Profil kawasan pantai sebelah utara hingga timur Pulau Haus dilihat dari penampang batimetri pada umumnya adalah landai dengan daerah gosong pasir yang melampar luas dari pantai hingga ke tengah laut, kondisi ini akan sangat jelas terlihat pada saat air surut rendah. Hampir seluruh daratan pantai di Pulau Haus ditumbuhi dengan tumbuhan bakau (Foto 4.7), sehingga batas garis pantai pada saat pasang maksimum tidak dapat teramati.
HASIL PENYELIDIKAN

pada saat pasang maksimum tidak dapat teramati karena letaknya

IV-30

Laporan Akhir

Foto 4.6 Pantai tertutup hutan mangrove di utara P. Bukat

Foto 4.7 Pantai mangrove yang umum terdapat di sekitar P. Haus (pada saat pasang maksimum)

HASIL PENYELIDIKAN

IV-31

Laporan Akhir

4.4.2 SEBARAN SEDIMEN Kegiatan ini dibagi dalam 2 macam, yaitu Pengambilan Contoh Sedimen Permukaan dasar laut yang diambil sepanjang lintasan pemeruman dengan jumlah contoh sedimen terambil sebanyak 59 contoh dan pengambilan contoh sedimen pantai dan pengambilan contoh dengan bor tangan. Untuk memperoleh gambaran sedimen permukaan dasar laut, dilakukan pemisahan butiran di laboratorium berdasarkan kelulusan mess ayakan (x phi) mulai 2,0 phi hingga 8 phi. Selanjutnya untuk menentukan nama sedimen berdasarkan

klasifikasi tekstur sedimen permukaan dasar laut dari Folk (1980). Dalam penentuan klasifikasi tersebut penamaan komposisi sedimen hanya dilihat dari distribusi besar butirnya, dimana akan terdapat distribusi yang dominan dan tidak dominan. Oleh karena itu apabila terdapat fragmen karbonat, yang seringkali berasal dari tempat sedimentasinya (insitu), maka sulit untuk melihat jenis batuannya. Hal inilah yang terjadi di daerah penyelidikan. Berdasarkan analisa besar butir (LAMPIRAN) diperoleh hasil bahwa litologi sedimen permukaan dasar laut terdiri dari 7 Jenis Sedimen berdasarkan klasifikasi Folks yaitu : (Gambar 4.6) 1. Terumbu Karang 2. Lanau; 3. Lanau Pasiran; 4. Lempung 5. Pasir; 6. Pasir Lanauan; 7. Pasir Sedikit Kerikilan;

Terumbu Karang, jenis satuan ini terdapat di timur Pulau Nunukan yang berupa gugusan terumbu karang, atau yang
HASIL PENYELIDIKAN

IV-32

Laporan Akhir

lebih dikenal sebagai Karang Unarang. Satuan ini menempati luas paling sempit di daerah telitian. Lanau, jenis sedimen dengan butiran halus, berwarna

kecoklatan sampai kehijauan, bersifat lunak, mengandung fluida tinggi dan plastisitas rendah. ini merupakan jenis yang dominan dengan penyebaran hampir diseluruh daerah telitian yang dekat dengan tepi pantai atau sekitar 35% dari daerah selidikan, mulai dari Baratdaya P. Sebatik, disebelah Timur sampai Tenggara P Nunukan bahkan hampir meliputi sekeliling P. Nunukan. Berdasarkan hasil data pemboran (BH1) ketebalan lapisan ini mencapai 30 meteran. Lanau Pasiran, berwarna kehijauan, lunak, fluida rendah, plastisitas sedang, pasir lebih dari 10% (ukuran pasir sangat halus sampai halus); komposisi pasir terdiri dari mineral hitam dan pecahan cangkang moluska, mengandung sisa organik. Penyebaran satuan ini sekitar 30 % dari daerah selidikan, mulai dari Arah Barat sampai Tenggara P. Sebatik dan sebagian kecil terdapat dibagian Utara dan Barat P. Nunukan Lempung, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen. Penyebaran satuan sedimen ini berada di sekitar barat daya daerah selidikan, atau tepatnya disekitar pesisir dari Pulau Bukat dan sekitarnya. Pasir, ukuran pasir berbutir sedang sampai kasar, kuning kecoklatan hingga kehijauan, lunak, mengandung pecahan cangkang moluska, adanya pecahan cangkang foram (dominan) ukuran cangkang 0.2 - 1.5 cm, terdapat mineral hitam biotit, mempunyai penyebaran yang tidak terlalu luas atau sekitar 15 % dari daerah selidikan, atau tepatnya hanya
HASIL PENYELIDIKAN

IV-33

Laporan Akhir

terdapat di daerah Tenggara P. Sebatik dan sebagian kecil terdapat di sebelah Baratlaut P Nunukan Pasir Lanauan, memiliki sifat fisik umumnya Lanau pasiran, berwarna kehijauan , bersifat lunak, mengandung fluida sedang, plastisitas rendah, kandungan pasir terdiri dari : pecahan cangkang moluska, hancur, mengandung mineral hitamdan sisa organik (berwarna hitam, panjang dan pipih seperti rambut. dengan penyebaran sempit atau sekitar 5 % dari daerah selidikan, tepatnya hanya terdapat di daerah tenggara Pulau Sebatik dan sebagian lagi tersebar di sebelah Timur P. Sebatik Pasir Sedikit Kerikilan, berwarna kehijauan, sedikit lanauan, ukuran pasir sedang-kasar, buruk-sedang, materi sub pasir terdiri dari: cangkang moluska dan foram besar, mineral hitam, biotit, pemilahan angular-angular, penyebarannya sekitar 20 % dari daerah selidikan, atau tepatnya hanya di sebelah Timur Pulau Sebatik dan sebagian kecil terdapat di sebelah Tenggara P. Sebatik.

Terdapat beberapa faktor yang menentukan terbentuknya pola sebaran sedimen permukaan dasar laut daerah penyelidikan antara lain adalah sumber sedimen, jarak transpor sedimen, arus laut/selat dan bentuk morfologi dasar laut. Sumber sedimen terbesar adalah daratan pantai yang terdiri dari aluvial pantai hasil erosi daratan. Aluvium inilah yang dapat diinterpretasikan sebagai sumber detritus pasir bagi satuan sedimen yang bertekstur kasar di daerah penyelidikan. Selanjutnya sumber sedimen lain yang teramati cukup besar adalah sedimen yang dibawa sungai-sungai yang bermuara ke daerah penyelidikan. Sungai-sungai tersebut berperan terhadap hadirnya
HASIL PENYELIDIKAN

IV-34

Laporan Akhir

HASIL PENYELIDIKAN

IV-35

Laporan Akhir

detritus pada sedimen permukaan dasar laut sampai di bagian timur laut Selat Nunukan yang membentuk Gosong Makasar di tengah laut. Adapun kehadiran dengan sebaran komposisi pasiran dominan di sekitar laut lepas adalah kemungkinan karena jarak transport sedimen yang relatif jauh dan dibuktikan pasir tersebut detritus. Dua faktor lainnya, yaitu arus laut selat dan morfologi dasar laut teramati dan dapat diinterpretasikan sebagai dua faktor yang tidak dominan dibandingkan sumber sedimen. Hal ini terbukti dengan dominannya sebaran pasir kerikilan yang berkomposisi campuran antara detritus dan pasir laut. 4.4.3 Mineral Berat Berdasarkan hasil preparasi dan analisa yang dilakukan terhadap contoh sedimen pantai maupun dasar laut didapatkan 7 jenis mineral berat dan 1 jenis mineral ringan serta 2 material bawaan. Mineral berat yang diperoleh berupa: magnetit, hematit, hornblende, limonit, zirkon, dolomit dan pirit. Mineral ringan yang teramati pada analisis ini adalah kuarsa sedangkan material bawaan berupa kayu teroksidasi dan cangkang. Penyajian kadar mineral-mineral di atas untuk tiap lokasi contoh, berupa persen berat yang merupakan harga perbandingan jumlah berat mineral yang bersangkutan (gram) terhadap jumlah total berat mineral berat (gram) dalam fraksi sedimennya lalu dikalikan 100 persen. Magnetit (Fe3O4), termasuk dalam kelompok oksida kenampakan sepintas mirip dengan ilmenit dengan variasi warna hitam hingga hitam agak kebiruan, kilap sub metalik, dengan bentuk khas biasanya berupa untaian (saling berangkai membentuk untaian rantai). Magnetit terbentuk dibawah kondisi yang agak lemah dibanding hematit berupa endapan bijih, umumnya terjadi pada
HASIL PENYELIDIKAN

IV-36

Laporan Akhir

beberapa tipe batuan magmatik, pegmatit dan kontak metasomatik (Betekhtin. A, 1976). Di lokasi kegiatan pada sedimen dasar lautnya kehadiran mineral ini dijumpai dengan kisaran mulai dari 0.0795% (SBT05-02) pada sedimen lumpur pasiran sedikit kerikilan yang dijumpai di sekitar selat antara Nunukan dan Sebatik tepatnya di utara pantai Sei Bolong hingga dengan kandungan tertinggi sebesar 2.5496% berat (SBT05-51) terakumulasi di sedimen pasir sedikit kerikilan yang terdapat di perairan sebelah baratlaut Karang Unarang, selain itu dijumpai pula di lepas pantai selatan Tanjung Batulamampu, Sebatik (SBT05-44) 0.248% dalam berat. sedimen Sementara lanau untuk pasiran sedimen dengan pantai, kandungan

mineral ini dijumpai dari kisaran 0.0525% berat (di sekitar pantai Sei Nyamuk) hingga 0.6364% berat (sekitar pantai Sei Bajau). Hematit (Fe2O3): komposisi kimia mineral ini 70% berupa Fe dan sisanya merupakan percampuran dari isomorphus Ti (titanhematit) dan Mg. Sistem kristal trigonal; simetri dan ditrigonal scalenohedral dengan struktur kristal yang analog dengan korondum. Keterjadian dan keterdapatan di alam terbentuk di bawah kondisi oksidasi. Umumnya ditemukan dalam endapan yang berkaitan dengan proses hidrotermal yang berasosiasi dengan kuarsa, barit kadang-kadang dengan magnetit, siderit dan klorit (Betekhtin. A, 1976). Keterdapatan di daerah penelitian cukup merata walaupun dijumpai dalam jumlah yang relatif kecil. Kisaran kandungan mineral ini berkisar antara 0.0001% berat yang ditemukan di lepas pantai sebelah timur Sei Taiwan (SBT05-56) pada sedimen pasir hingga kandungan yang tertinggi dijumpai di tenggara lepas pantai Sei Nyamuk (SBT05-53) terdapat pada sedimen pasir kerikilan dengan kandungan sebesar 0.0073% berat. Adapun di bagian pantainya, keterdapatan mineral ini dijumpai di sekitar pantai Tanjung Aru (BT
HASIL PENYELIDIKAN

IV-37

Laporan Akhir

9) dan dermaga Sei Nyamuk (BT 10) dengan kisaran 0.0013% hingga 0.032% berat. Hornblende {Ca2Na(Mg,Fe)4 (Al,Fe) (OH)2: merupakan bagian dari grup amphibol. Komposisi kimiawinya sangat bervariasi dengan sistem kristal monoklin berupa simetri dan prismatik (Betekhtin. A, 1976). Keterdapatannya di daerah penelitian tidak menunjukkan kehadiran yang signifikan, hanya dijumpai di 2 lokasi masing-masing di perairan (selat) antara P. Tinabasan dan P. Nunukan (SBT05-01) sebesar 0.0001% berat pada sedimen pasir dan di pantai sekitar dermaga Sei Nyamuk (BT 10) sebesar 0.021% berat. Limonit (HFeO2.nH2O): yang simetri memiliki dan komposisi kimiawi secara dengan

normatif terdiri atas Fe2O3 89.9% dan H2O 10.1%. Sistem kristalnya orthorombik rhombik dipiramidal kekerasan berkisar antara 4.5 hingga 5.5 (skala Mohs). Keterdapatannya di daerah penelitian hanya dijumpai di 4 lokasi dengan kandungan terendah ditemukan pada sedimen pasir yang terdapat di sekitar perairan (selat) antara P. Tinabasan dan P. Nunukan (SBT05-01) dengan kandungan 0.0001% berat dan tertinggi sebesar 0.0025% berat pada sedimen pasir yang dijumpai di perairan utara Karang Unarang (SBT05-50). Sedangkan 2 contoh lain ditemukan di sedimen pantainya dengan kisaran antara 0.0014% (BT 9 atau sekitar pantai Tanjung Aru) hingga 0.0081% berat (BT 8 atau di sekitar pantai Sei Bajau). Zirkon (ZrSiO4), termasuk grup silikat putih/bening, terjadi pada daerah yang berasosiasi dengan batuan intrusi magmatik (granitik), nephelin, syenit dan diorit atau bisa pula ditemukan pada tuff. Merupakan mineral yang memiliki kemanfaatan tinggi karena sifat kristalnya.

HASIL PENYELIDIKAN

IV-38

Laporan Akhir

Kehadiran di daerah penelitian terdapat di 11 lokasi dari seluruh contoh yang dianalisa. Dijumpai dengan keterdapatan terendah di sekitar perairan (selat) antara P. Nunukan dan P. Tinabasan (SBT05-01) pada sedimen pasir dan di lokasi paling utara atau lepas pantai timur Sei Nyamuk (SBT05-58) dengan kandungan 0.0001% berat sedangkan kandungan tertingginya dapat ditemukan pada sedimen pasir lanauan di perairan sebelah timurlaut Karang Unarang (SBT05-49) dengan kandungan sebesar 0.004% berat. Adapun di sedimen pantainya hanya dijumpai di sekitar pantai Batulamampu (BT 7) dengan kandungan sebesar 0.0034% berat. Dolomit {CaMg(CO3)2}: secara normatif berkomposisi CaO

30.4%, MgO 21.7%, dan CO2 47.9%. Sistem kristal rhombohedral dengan kekerasan 3.4 hingga 4 (skala Mohs) serta umumnya berwarna putih keabuan dan terkadang kecoklatan dengan SG 2.9 (Betekhtin, A., 1976). Kehadirannya di daerah penelitian terdapat pada semua contoh yang dianalisa dengan kisaran keterdapatan antara 0.0003% berat yang dijumpai di perairan utara Sei Bolong, Nunukan (SBT05-02) pada sedimen lumpur pasiran sedikit kerikilan hingga kandungan tertinggi sebesar 0.035% berat terakumulasi pada sedimen pasir sedikit kerikilan yang dijumpai di perairan sebelah baratlaut Karang Unarang (SBT05-51). Sedangkan untuk sedimen pantainya, mineral ini dijumpai di sekitar pantai Sei Pancang (BT 4) dengan kandungan 0.0007% berat dan kandungan 0.023% berat sebagai kandungan tertinggi yang dijumpai di sekitar pantai Tanjung Batulamampu (BT 7). Pirit (FeS): pada contoh yang bersifat insitu mineral ini dapat dijadikan penciri proses mineralisasi tahap awal. Komposisi kimia normatif terdiri dari Fe 46.6% dan S 53.4% dengan sistem kristal

HASIL PENYELIDIKAN

IV-39

Laporan Akhir

kubus simetri serta dicirikan dengan kilap logam yang kuat dan SG 4.9 hingga 5.2 (Betekhtin, A., 1976). Keterdapatan mineral di daerah penelitian berdasarkan contoh yang dianalisa dapat dijumpai di sekitar perairan Gosong Makasar (SBT05-38) dengan kandungan terendah sebesar 0.0002% berat yang terdapat pada sedimen lanau pasiran hingga kandungan tertinggi sebesar 0.004% berat yang dijumpai di sekitar muara perairan antara P. Tinabasan dan P. Nunukan (SBT05-11) yang terakumulasi pada sedimen lanau. 4.4.4 Fosil Mikro Fauna Hasil analisis ostracoda menunjukkan kelimpahan dan

keanekaragaman yang kurang bervariasi bila dibandingkan dengan perairan sekitar Tarakan dan Delta Mahakam, yaitu terdapat 82 spesies dan empat diantaranya belum diidentifikasi (Lampiran). Ostracoda tidak ditemukan pada 18 titik lokasi dan 15 titik lokasi diantaranya terletak di sekitar P. Nunukan yang dipengaruhi oleh kegiatan sungai. Hal ini dapat dilihat dari keterdapatan sisa-sisa tanaman secara dominan dan sedikit mengandung sedimen. Namun demikian ada satu titik lokasi di dekat P. Tinabasan dimana ostracoda mempunyai dan foraminifera dijumpai cangkang sangat kurang melimpah baik, tetapi kenampakan berwarna

kecoklatan dan ostracoda umumnya ditemukan dalam bentuk tangkupan (carapace). Kemudian ostracoda mulai muncul dalam jumlah tidak melimpah di daerah transisi dan ditemukan secara melimpah di laut lepas daerah penelitian. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa ada 9 species ostracoda yang dijumpai cukup melimpah dan tersebar cukup merata terutama di laut lepas yaitu beberapa species dari genus Hemicythreidea (Foto
4.8): Hemicytheridea cf. H. reticulata, Hemicytheridea reticulata,
HASIL PENYELIDIKAN

IV-40

Laporan Akhir

genus

Keijella

(Foto

4.9):

Keijella

kloempritensis, dan yang

Keijella

multisulcus, Keijella reticulata Phlyctenophora orientalis, Cytherella semitalis, Pistocythereis Ada bradyiformis, spesies Alocopocythere dijumpai sangat kendengensis. beberapa

melimpah pada titik lokasi tertentu: Foveoleberis cyraeoides sangat dominan di titik lokasi SBT-46, Phlyctenophora orientalis di SBT-45, Hemicytheridea reticulata di SBT-35, -38, -52, 57

Jumlah spesies bervariasi dari 1 hingga 33 dan nilai tertinggi dimiliki oleh titik lokasi SBT-47 yang terletak tidak jauh dari Karang Unarang. Pada titik lokasi ini jumlah spesimen tidak dijumpai maksimal namun ditemukan di dekat P. Tinabasan (SBT-01). Berdasarkan dari tipe habitatnya, ostracoda yang ditemukan di daerah penelitian umumnya penciri perairan laut dangkal dan hanya dua spesies yaitu Myocyprideis sp. dan Sinocytheridea sp. yang merupakan penciri perairan transisi antara air tawar dan asin. Jumlah spesies kurang dari 10 ditemukan pada lokasi sekitar sebelah selatan P. Nunukan dan P. Sebatik yang merupakan daerah transisi antara daerah sekitar muara sungai dan laut lepas. Sedangkan jumlah spesies lebih dari 30 ditemukan pada lima titik lokasi yang terletak di perairan laut lepas (SBT-29, -46, -47, -52 dan -58). Hasil penghitungan indeks diversitas menurut rumus ShannonNilai indeks diversitas tidak dapat dihitung pada titikWeaver / H (S) menunjukkan nilai antara 1.098 sampai 3. 49 pada 17 titik lokasi. mempunyai beberapa titik lokasi yang tidak ditemukan mikrofauna ataupun jumlah spesies sangat rendah, terutama pada titik lokasi yang terletak di sekitar P. Sebatik. Nilai indeks diversitas sangat tinggi (> 3), yang mencerminkan kondisi lingkungan sangat bagus, terdapat pada lima titik lokasi di laut lepas Sedangkan nilai indeks diversitas kurang dari dua sebagai pencerminan kondisi
HASIL PENYELIDIKAN

IV-41

Laporan Akhir

lingkungan kurang baik bagi kehidupan mikrofauna terdapat pada 7 titik lokasi yang tersebar tidak merata baik di daerah transisi maupun di laut lepas.

Foto 4.8. Hemicytheridea spp.

Foto 4.9. Keijella spp.

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa ostracoda tidak ditemukan di titik-titik lokasi sekitar P. Nunukan, namun kondisi dasar perairan dapat dideteksi dari keterdapatan beberapa spesies foraminifera di titik-titik lokasi tersebut yang diuraikan di bawah ini. Foraminifera. Beberapa spesies foraminifera bentik dijumpai cukup dominan di beberapa titik-titik lokasi tertentu sebagai berikut: Dua Asterorotalia trispinosa (SBT-23, -33, -34, -35, -37, -39, 50, -52, -55 dan -56), Ammonia beccarii (SBT-11, -40), Cibicides sp. (SBT-47) , Elphidium gunteri, Quinqueloculina sp. dan Textularia sp. spesies pertama ini cukup mendapat perhatian karena

mempunyai keterkaitan erat dengan kondisi lingkungan setempat. Asterorotalia merupakan genus yang dapat bertahan dalam kondisi lingkungan buruk karena bentuk morfologisnya yang mempunyai
HASIL PENYELIDIKAN

IV-42

Laporan Akhir

duri sebagai penyangga tubuhnya lumpur atau arus deras.

pada dasar perairan berupa

Selain itu, Asterorotalia di daerah

penelitian mempunyai bentuk morfologis yang bervariasi yaitu berduri dua, empat, lima bengkok dan ada dua duri yang muncul berdekatan (Foto 4.10), dimana pada umumnya genus ini berduri tiga (Foto 4.11A). Selain itu dijumpai pula cangkang yang tidak normal pada Elphidium berupa kerusakan kamar-kamarnya (Foto
4.11B)

Foto 4.10. Genus Asterorotalia dengan berbagai bentuk morfologis yang tidak normal.

Foto 4.11A. Bentuk normal Asterorotalia Foto 4.11B. Bentuk abnormal Elphidium

HASIL PENYELIDIKAN

IV-43

Laporan Akhir

4.4.5 Mineral Lempung Suatu mineral silika dapat berubah menjadi mineral silika lain yang lebih stabil dengan mengubah keteraturan struktur kristalnya. Studi diagenesis silika pada sedimen klastik menunjukkan perubahan yang progresif dari silika non-kristalin menjadi opal-CT dan opal-C. Urutan perubahan yang sama juga ditunjukkan oleh beberapa hasil eksperimen kristalisasi silika di laboratorium. Pada tulisan ini diuraikan suatu metode optimum yang mempunyai reproduksibilitas tinggi yang dapat digunakan untuk mengukur derajat kristalinitas silika berdasarkan pola XRD diuraikan. Karena semua mineral silika menunjukkan adanya refleksi atau peak atau hump pada posisi 4,0 hingga 4,3 (sekitar 222 ), maka kristalinitas silika dapat diekuivalenkan dengan melihat bentuk peak XRD, meliputi intensitas atau tinggi dan lebar pada posisi sekitar 4 Berdasarkan 6 contoh yang dianalisa di daerah telitian mineral kuarsa (SiO2) dijumpai di seluruh contoh yang dianalisa dengan keterdapatan (score) yang paling dominan berkisar antara 75 hingga 90 (Lampiran), karena mineral ini secara struktur kristal memang merupakan mineral silika mikrokristalin yang paling stabil struktur pada 3.34 kristalnya. 26 dan Kenampakan 4.25 . Selain di 90), umum kuarsa, lokasi alat karakteristiknya dimana indikasi pada diperlihatkan dengan pemunculan 2 puncak (peak) yang berkisar keterdapatan kedalaman mikroskopis teramati tertinggi meter dengan dijumpai (score contoh BH-2

berdasarkan

kenampakan electron

menggunakan dengan

scanning

microscope (SEM), mineral silika mikrokristalin lainnya yang dapat adalah kristobalit dicirikan kenampakan strukturnya yang berlapis (sama dengan tridimit, hanya dibedakan derajat intensitas difraktographnya); (Foto 4.12).
HASIL PENYELIDIKAN

IV-44

Laporan Akhir

(X)

Gambar 4.12. Kenampakan mineral kristobalit (X) pada lokasi Bor D

Mineral dengan keterdapatan tertinggi ke-dua setelah kuarsa adalan halite (NaCl/ sodium cloride) dijumpai di daerah telitian dengan kisaran score antara 25 hingga 47 (Lampiran), khusus untuk lokasi contoh SBT05-19 dan SBT05-30, keduanya merupakan sedimen lanau memperlihatkan kekerapan yang tinggi, ini diduga kaitannya dengan kondisi contoh yang berasal dari sedimen dasar laut sehingga masih dipengaruhi oleh keberadaan air laut. Secara kenampakan fisik mineral halite dicirikan dengan warna bening atau putih dengan kekerasan 2 (skala Mohs) dan sifat kristal yang transparan hingga translusen dengan sistem kristal isometrikhexoktahedral serta kilap kaca (gelas) yang secara difraktogram memperlihatkan kisaran intensitas puncak (peak) pada 2.82 (sangat kuat) dan 1.99 (sedang). Illite adalah salah satu mineral lempung yang terbentuk selama proses alterasi dari kelompok mineral silikat seperti mika dan
HASIL PENYELIDIKAN

IV-45

Laporan Akhir

feldspar atau hasil pelapukan dari muskovit. Mineral ini secara kristalografi memiliki sistem kristal monoklin dengan kilap tanah serta sekala kekerasan antara 1-2 (antara talc dan gypsum). Di daerah penelitian kehadiran mineral ini dapat dijumpai dengan kekerapan yang cukup tinggi (score). dan secara kenampakan foto mikrograph dengan memanfaatkan teknologi SEM diperoleh image seperti gambar di bawah Foto 4.13

(Y)

Gambar 4.13. Kenampakan image mineral illite (Y) di lokasi SBT05-19

4.4.6 Pemboran Inti Geoteknik Untuk mengetahui kondisi lapisan tanah/sedimen bawah

permukaan di Perairan Nunukan, telah dilakukan pemboran inti pada 2 (dua) lokasi terpilih, yaitu BH-1 mencapai kedalaman 60 m dan BH-2 mencapai kedalaman 60 m (Lampiran). Adapun ke 2 (dua) lokasi tersebut yaitu (Gambar 4.8): Tenggara Mamolo, Nunukan (BH-1 ) dengan koordinat

1175336,0 BT ; 04102,5 LU dan


HASIL PENYELIDIKAN

IV-46

Laporan Akhir

Selatan Batulamampu, Sebatik (BH-2 ) dengan koordinat 1174551,5 BT ; 035937,9 LU

Hasil Penyelidikan geologi teknik di Semengkadu dan Sebatik Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur adalah sebagai berikut : Dari hasil pemboran dangkal yang dilakukan di 2 (dua) titik pemboran yang terletak di dua lokasi yaitu 1(satu) titik di Mamolo/Semengkadu keduanya Nunukan. Pemboran di Semengkadu BH-01 menunjukkan bahwa secara umum lapisan tanah pada lokasi ini secara berurutan dari lapisan teratas ke bawah adalah, berupa : Pasir (endapan pantai) berwarna coklat, ukuran butir sedang,bersifat lepas(urai),berikut Pasir lanauan, coklat - abu-abu sampai kehitaman,agak padat lunak,di bawahnya Lanau lempung/pasiran,abu-abu kecoklatan, tinggi, ke bawah semakin padat/kenyal, plastisitas pada teguh,sampai termasuk Nunukan dalam dan di Batulamampu yaitu Sebatik, satu kabupaten Kabupaten

kedalaman 26 meter, sesudahnya berupa pasir warna coklat kekuningan,butiran sedang,agak padu komposisi kwarsa.Sedangkan di Batulamampu di Pulau Sebatik BH-02, menunjukkan lapisan dari atas berupa Pasir yang berwarna coklat ukuran butir halus-sedang bersifat urai,berikutnya batupasir lanauan,coklat keabuan,ukuran butir sedang-halus agak padu,kemudian dibawahnya batulempung,abu-abu,keras,struktur laminasi kondisi lapuk ringan (slighty weathered).

Deskripsi Hasil Pemboran Deskripsi hasil pemboran mesin yang dilakukan di lapangan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.4 dan 4.5 sebagai berikut :

HASIL PENYELIDIKAN

IV-47

Laporan Akhir

No. Bor BH-01

Kedalaman 0.00 13.00

Deskripsi Pasir(endapan pantai) coklat,ukuran butir sedang, bersifat urai (lepas) Komposisi kwarsa/ silika Lempung,lanauan/, ,coklat,ukuran butir sedang,plastisitas sedang,agak padat,lunak

Keterangan

13,00 26.00

26,00 60,00

UDS diambil Pasir,coklat interval 5 kekuningan,ukuran butir sedang-halus, meter padat,padu Pasir (endapan pantai) Putih cokelat, ukuran butir halus-sedang, urai (lepas) ,lunak. Coklat, ub. Sedanghalus,berlapis, agak keras. Batupasir,Lanau UDS diambil interval 5 mtr Coklat kehitaman,ukuran sedang halus berlapis,agak keras. Batulempung Abu-abu,keras ,laminasi,kondisi lapuk ringan.

BH-. 02

0.00 2,00

2,00 5,00

5,00 21,00

21,00 60,00

Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Pemboran

HASIL PENYELIDIKAN

IV-48

Laporan Akhir

Hasil Uji Penetrasi/ Standart Penetration Test Uji Penetrasi No. BH 01 Kedalaman (m) 3,50 4,00 5,50 6,00 7,50 8,00 9,50 10,00 12,50 13,00 14,5 15,00 16,50 17,00 19,00 19,50 22,50 23,00 24,50 25,00 26,00 26,50 30,00 30,50 34,50 35,00 36,50 37,00 38,50 39,00 40,00 40,50 43,00 43,50 45,50 46,00 48,50 49,00 50,50 51,00 53,50 54,00 55,50 56,00 58,00 58,50 BH - 02 2,00 2,50 5,00 5,50 14/15 50/15 37/10 37 50 N1 2/15 5/15 4/15 4/15 7/15 4/45 5/45 3/15 4/15 4/15 10/15 9/15 11/15 9/15 6/15 10/15 10/15 10/15 8/15 10/15 10/15 9/15 10/15 N2 4/15 7/15 6/15 7/15 8/15 3/15 6/15 6/15 10/15 10/15 12/15 10/15 11/15 12/15 11/15 11/15 12/15 12/15 11/15 12/15 12/15 SPT N3 5/15 7/15 7/15 8/15 8/15 4/15 6/15 7/15 12/15 12/15 12/15 11,50 11/15 12/15 12/15 13/15 13/15 12/15 12/15 13/15 13/15 N 9 14 13 15 16 4 4 7 12 13 22 22 24 22 22 24 23 24 25 25 23 25 25 Keterangan

Tabel 4.5 Hasil Uji Penetrasi / SPT

PENYELIDIKAN LABORATORIUM. Hasil penyelidikan di lokasi Mamolo/Semengkadu dan

Batulamampu,Pulau Nunukan sebagai berikut : 1. Uji Atterberg Limit IV-49

Liquit Limt (LL) Plastis Limit (PL)

: :

42,36 58,70 % 16,41 20,16 %

HASIL PENYELIDIKAN

Laporan Akhir

2.

Plastisitas Index (PI)

24,55 - 38,54 %

Uji Natural State Water Content Wet Density Dry Density Specific Gravity (Gs) Voit Ratio (e) Porosity (n) Degredation Saturation (Sr) G S M C : : : : : : : : 10 : 4,00 55,00 : 28,00 46,00 : 35,006 41,00 42,15 57,30 1,620 1,900 1, 463 1,528 2,630 2,670 1,300 2,26 55,25 74,13 93,22 100,39 %

3.

Gradation

4.

Uji Triaxial Cohesion (C) Angle of Int. Friction () : : 0,032 0,83 kg/m2 1,30, - 3,80
o

5.

Uji Konsolidasi Index Compresion (Cc) Index Sweling (Cs) Koeffissien Konsolidasi (Cv) Tegangan Awal (Tc) : : : : 0,10 0,280 0,0074 0,1285 0,00797 0,00963 1,50 2,00

6.

USCS kelas Tanah : CH CL

HASIL PENYELIDIKAN

IV-50

Laporan Akhir

4.4.7 Pembahasan Unsur Utama Berdasarkan hasil analisa unsur utama terhadap 22 contoh

diperoleh nilai/kandungan dari 10 unsur utama (Lampiran). Kondisi contoh yang dianalisa berasal baik dari contoh sedimen dasar laut (7 contoh), sedimen pantai hasil pemboran tangan (11 contoh) dan contoh hasil pemboran mesin (4 contoh). Untuk pembahasan di subbab ini, akan dibahas karakterisasi setiap contoh khususnya contoh yang berasal dari sedimen dasar laut dan pantai terhadap variasi keterdapatan unsur utama seperti TiO2, Al2O3, MgO, Na2O dan CaO terhadap kandungan SiO2 untuk mengetahui karakterisasi contoh-contoh dimaksud. Berdasarkan hasil penggambaran kurva kartesius untuk contoh yang berasal dari sedimen dasar laut (terdiri atas SBT-08, 19, 44, 47, 55, 57 dan 58) dari konsentrasi unsur-unsur di atas sebagai absis terhadap kandungan SiO2 sebagai ordinat terlihat adanya bentuk kecenderungan (trend) yang relatif seragam (menggunakan pola logaritma), dimana kandungan unsur-unsur seperti TiO2, Al2O3, MgO, Na2O dan CaO akan menurun ke arah barat daya sejalan dengan peningkatan kandungan SiO2 nya. (Gambar 4.14a,b,c,d dan
e). Dimana lokasi contoh SBT-08 yang merupakan sedimen lanau

yang terletak di lepas perairan P. Nunukan adalah merupakan contoh dengan kandungan SiO2 tertinggi sekaligus merupakan contoh dengan kandungan TiO2, Al2O3, MgO, Na2O dan CaO yang terendah. Sedangkan kenampakan kurva berdasarkan kandungan 5 unsur utama seperti di atas (TiO2, Al2O3, MgO, Na2O dan CaO) sebagai ordinat terhadap SiO2 - sebagai absis untuk sedimen pantai hasil pemboran tangan yang terdiri atas lokasi contoh BT 2 (Tg. Semengkadu), STA-II, (selatan Tg. Harapan, Nunukan), BT 4 (Sei Pancang), BT 5 (Sei Taiwan), BT 8 (Sei Bajau) dan BT 9 (Tg. Aru)
HASIL PENYELIDIKAN

IV-51

Laporan Akhir

dengan

kedalaman

berkisar

antara

20

hingga

60

cm,

memperlihatkan pola kecenderungan (trend) yang lebih bervariasi (menggunakan pola polynomial), (Gambar 4.15a,b,c,d dan e). Dari gambar-gambar tersebut, nampak distribusi contoh untuk unsur utama TiO2 memperlihatkan bentuk kurva parabolik utuh (Gambar
4.14 e). dimana contoh dengan kandungan TiO2 yang terendah (BT

4) sekaligus merupakan contoh dengan kandungan SiO2 tertinggi, sedangkan pada lengan satunya memiliki kandungan SiO2 terendah (BT 5). Kenampakan berbeda juga terlihat pada distribusi contoh untuk unsur Al2O3 yang memperlihatkan pola kecenderungan menyerupai kurva ellipsoid yang menghadap ke bawah (Gambar
4.15 b),. Sedangkan bentuk kurva yang sama diperlihatkan oleh

distribusi contoh untuk unsur-unsur seperti MgO, CaO dan Na2O dengan pola kecenderungan (trend) berupa setengah parabolik ke atas (Gambar 4.15 c,d,e). Namun demikian dari semua bentuk kurva di atas, yang menarik untuk dicermati adalah kesamaan dalam hal kandungan SiO2, dimana distribusi unsur utama untuk semua contoh - kandungan SiO2 tertingginya terdapat di lokasi contoh BT 4 di sekitar Sei Pancang, Sebatik pada sedimen lanau pasiran yaitu sebesar 95,95% berat. 4.4.8 Pembahasan Element/REE) Unsur tanah jarang (Rare Earth Element/ REE) dari mulai lantanum hingga lutetium adalah merupakan anggota dari Golongan IIIA dalam susunan tabel berkala dengan sifat kimia dan kenampakan yang hampir sama satu dengan lainnya. Geokimia unsur tanah jarang merupakan hal yang menarik untuk diketahui karena dengan mengamati derajat fraksinasi REE dalam suatu batuan atau mineral dapat mengetahui keterjadian (genesis) batuan atau mineral yang bersangkutan.
HASIL PENYELIDIKAN

Unsur

Tanah

Jarang

(Rare

Earth

IV-52

Laporan Akhir

Karakteristik Sedimen Dasar L t


SBT-57 SBT-44

BT-19

SBT-55

SBT-47

SBT-58 SBT-08

Gambar 4.14a. Pola kecenderungan kandungan TiO2 terhadap SiO2

Karakteristik Sedimen Dasar Laut


18 16 14
SB T-47 SB T-1 9

12
Al O (%-berat)

SB T-55 SB T-44 SB T-57

10 8 6 4

SB T-58

SB T-08

2 0 54 58 62 66 70 74 78 82 86 90 94 SiO2 (%-berat)

Gambar 4.14b. Pola kecenderungan kandungan Al2O3 terhadap SiO2

HASIL PENYELIDIKAN

IV-53

Laporan Akhir

Karakteristik Sedimen Dasar Laut


3

2.5
SB T-55

2
MgO (%-berat)
SB T-1 9 SB T-57

1.5
SB T-47 SB T-44

1
SB T-58

0.5
SB T-08

0 54 58 62 66 70 74 78 82 86 90 94 SiO2 (%-berat)

Gambar 4.14c. Pola kecenderungan kandungan MgO terhadap SiO2

Karakteristik Sedimen Dasar Laut


2.5

SB T-1 9

2
SB T-47

SB T-57 SB T-44

1.5
Na O (%-berat)

1
SB T-55

0.5
SB T-08

SB T-58

0 54 -0.5 SiO2 (%-berat) 58 62 66 70 74 78 82 86 90 94

Gambar 4.14d. Pola kecenderungan kandungan Na2O terhadap SiO2

HASIL PENYELIDIKAN

IV-54

Laporan Akhir

Karakteristik Sedimen Dasar Laut


3.5
SB T-57 SB T-44 SB T-55 SB T-47

2.5
CaO (%-berat)
SB T-1 9 SB T-58

1.5

0.5
SB T-08

0 54 58 62 66 70 74 78 82 86 90 94 SiO2 (%-berat)

Gambar 4.14e. Pola kecenderungan kandungan CaO terhadap SiO2

Karakteristik Sedimen Pantai


0.20
STA -II

0.15

TiO 2 (%-berat)

0.10
B T-2

0.05

B T-5 B T-9

B T-08 B T-4

0.00 84 -0.05 SiO2 (%-berat) 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97

Gambar 4.15a. Pola kecenderungan kandungan TiO2 terhadap SiO2

HASIL PENYELIDIKAN

IV-55

Laporan Akhir

Karakteristik Sedimen Pantai


5.00
BT-5

4.50
STA-II

4.00
(%-berat)

BT-9

3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00


BT-4 B T-2 B T-08

Al O

0.50 0.00 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 SiO2 (%-berat)

Gambar 4.15b. Pola kecenderungan kandungan Al2O3 terhadap SiO2

Karakteristik Sedimen Pantai


0.90
B T-5

0.80 0.70
MgO (%-berat)
B T-9

0.60 0.50
STA -II

0.40
B T-2

0.30
B T-08 B T-4

0.20 0.10 0.00 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 SiO2 (%-berat)

Gambar 4.15c. Pola kecenderungan kandungan MgO terhadap SiO2

HASIL PENYELIDIKAN

IV-56

Laporan Akhir

Karakteristik Sedimen Pantai


0.30
BT-5

0.25
BT-9

0.20
Na O (%-berat)

0.15 0.10 0.05


BT-08 STA-II BT-4

0.00 84 -0.05 85 86 87 88 89 90

B T-2

91

92

93

94

95

96

97

SiO2 (%-berat)

Gambar 4.15d. Pola kecenderungan kandungan Na2O terhadap SiO2

Karakteristik Sedimen Pantai


0.90
B T-5

0.80 0.70
CaO (%-berat)
BT-9

0.60 0.50 0.40


B T-2 STA -II

0.30
B T-08 BT-4

0.20 0.10 0.00 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 SiO2 (%-berat)

Gambar 4.15e. Pola kecenderungan kandungan CaO terhadap SiO2

HASIL PENYELIDIKAN

IV-57

Laporan Akhir

Dari hasil analisa geokimia terhadap 28 contoh, baik yang berasal dari sedimen laut maupun pantainya, unsur-unsur yang dianalisa berturut-turut dari LREE ke HREE adalah: Lanthanum (La), Cerium (Ce), Lutetium (Lu), Niodimium (Nd), dan Ytterbium (Yb);
(Lampiran)

Lantanum (La) Unsur ini memiliki nomor atom 57 dengan berat atom 138,9055, karena nomor dan massanya yang ringan unsur ini dikelompokan kedalam unsur tanah jarang ringan (LREE). Di daerah telitian untuk contoh sedimen dasar laut yang terwakili oleh 13 contoh yang dianalisa memberikan kisaran antara 5.57 ppm dijumpai di lepas pantai Tg. Batulamampu lepas perairan P. Sebatik (SBT05-45) pada sedimen pasir hingga yang tertinggi sebesar 62 ppm di sekitar baratdaya perairan Karang Unarang (SBT05-26) dijumpai pada sedimen lanau pasiran. Untuk contoh sedimen pantainya yang terwakili oleh 11 contoh yang dianalisa - di luar contoh yang berasal dari pemboran mesin, keterdapatan unsur ini berkisar dari yang terendah 1.70 ppm terdapat di lokasi bor tangan BT-04 (di sekitar Sei Pancang, Sebatik) pada kedalaman 60 cm hingga 100 cm dengan sedimen berupa lanau pasiran, hingga konsentrasi yang tertinggi sebesar 44.0 ppm di jumpai di lokasi bor tangan BT-05 (sekitar pantai Sei Taiwan, Sebatik) pada kedalaman 20 cm hingga 60 cm pada sedimen pasir sedikit kerikilan. Cerium (Ce) Unsur ini memiliki nomor atom 58 dengan berat atom 140,12. Seperti halnya lantanum, unsur inipun termasuk dalam kelompok unsur tanah jarang yang ringan (LREE). Kandungan keterdapatan unsur ini di daerah penelitian untuk contoh sedimen dasar lautnya berkisar antara 0.01 ppm (dijumpai di 3 lokasi: SBT05-47, 54 dan
HASIL PENYELIDIKAN

IV-58

Laporan Akhir

58) pada sedimen lanau pasiran dan pasir sedikit kerikilan, hingga kandungan yang tertinggi dijumpai di sekitar sebelah utara perairan Karang Unarang (SBT05-51) dengan kandungan 52.1 ppm pada sedimen pasir sedikit kerikilan. Untuk contoh sedimen pantai hasil pemboran tangan, kisaran kandungan unsur ini berkisar antara 0.02 ppm yang dijumpai di sekitar pantai Sei Taiwan sebatik (BT-05) dengan kedalaman 20 cm hingga 60 cm pada sedimen pasir sedikit kerikilan hingga kandungan tertinggi sebesar 34.19 ppm yang dijumpai di sekitar selatan Tg. Harapan, Nunukan (STA-II) pada sedimen lanau pasiran. Lutetium (Lu) Unsur ini memiliki nomor atom 71 dengan berat atom 174.97. Merupakan bagian dari kelompok unsur tanah jarang yang berat (HREE). Kandungan keterdapatan unsur ini di daerah penelitian untuk contoh sedimen dasar lautnya berkisar antara 0.05 ppm yang dijumpai di sebelah tenggara pantai Tg. Batulamampu (SBT05-45) pada sedimen pasir, hingga kandungan yang tertinggi dijumpai di perairan sebelah tenggara Tg. Batulamampu (SBT05-44 dan 28) dengan kandungan sebesar 2.88 ppm yang terakumulasi pada sedimen lanau pasiran dan pasir lanauan. Niodimium (Nd) Unsur ini memiliki nomor atom 60 dengan berat atom 144,24. Merupakan bagian dari kelompok unsur tanah jarang yang berat (HREE). Kandungan keterdapatan unsur ini di daerah penelitian untuk contoh sedimen dasar lautnya berkisar antara 0.051 sampai dengan 14,58 ppm yang paling besar dijumpai di sebelah tenggara pantai Tg. Batulamampu (SBT05-44) dan di selatan kawasan Karang Unarang (SBT05-26) dengan jenis sedimen berupa lanau pasir dengan besar kandungan lebih dari 14 ppm, sedangkan
HASIL PENYELIDIKAN

IV-59

Laporan Akhir

kandungan yang dalam jumlah yang kecil dijumpai di perairan sebelah tenggara Tg. Batulamampu (SBT05-28) dengan kandungan sebesar 0,01 ppm yang terakumulasi pada sedimen pasir lanauan. Untuk contoh sedimen pantainya, keterdapatan unsur ini berkisar dari yang terendah 1.01 ppm disekitar Tanjung Semengkadu, P. Nunukan sedangkan terdapat di lokasi bor tangan BT-02 pada kedalaman 20 cm hingga 60 cm hingga konsentrasi yang tertinggi sebesar 14.58 ppm di jumpai di lokasi bor tangan BT-05 (sekitar pantai Sei Taiwan, Sebatik) pada kedalaman 20 cm hingga 60 cm pada sedimen pasir sedikit kerikilan.

Ytterbium (Yb) Unsur ini memiliki nomor atom 70 dengan berat atom 173,04. Merupakan bagian dari kelompok unsur tanah jarang yang berat (HREE). Kandungan keterdapatan unsur ini di daerah penelitian untuk contoh sedimen dasar lautnya berkisar antara 0.13 ppm yang dijumpai di sebelah selatan Karang Unarang (SBT05-25) hingga kandungan yang tertinggi dijumpai di lokasi contoh SBT05-30 dan 47 dengan kandungan lebih dari 14 ppm yang terakumulasi pada sedimen lanau dan lanau pasiran.

HASIL PENYELIDIKAN

IV-60

Laporan Akhir

BAB V PEMBAHASAN
Kondisi Geologi daratan Pulau Sebatik dan Nunukan di domininasi oleh Formasi Tabul yang terdiri dari perselingan batulempung, batupasir, batugamping dan Formasi Meliat berupa perselingan batupasir, batulempung, dan serpih dengan struktur bersusun, bioturbasi dan mengandung bintal batugamping , dengan struktur geologi yang berkembang berupa struktur antiklin dengan arah barat laut tenggara (Lihat Peta Geologi / Gb 2.6-). Hal ini sesuai dengan dijumpainya singkapan dibeberapa tempat, salah satunya diperoleh di lokasi kegiatan dengan terwakilinya oleh formasiformasi Pantai seperti Sei Sajau, dan Tabul Tg. dan Meliat dengan Sebatik diikuti yang kemiringannya ke arah laut. Taiwan Singkapan dari Formasi Tabul antara Batulamampu,

memperlihatkan kemiringan ke arah baratdaya (Foto 5.1). Hasil survei yang telah dilakukan dengan menggunakan metoda seismik pantul dangkal (Lampiran) memperlihatkan bahwa terdapat bukti-bukti yang menunjukan perairan di sekitar Karang Unarang merupakan penerusan alamiah (natural prolongation) dari daratan Kalimantan Timur atau daratan P. Sebatik yang dipengaruhi oleh proses asal darat (terestrial) dari daratan Kalimantan Timur. Hal ini tampak dalam rekaman seismik yang diperoleh pada beberapa lintasan yang dilakukan. Batuan dasar akustik yang mendasari daerah telitian dan Karang Unarang yang terlihat jelas di lintasan Unarang-1 merupakan bagian dari Formasi Tabul (dengan mensebandingkan terhadap hasill

PEMBAHASAN

V-1

Laporan Akhir

pemboran BH-2 di sekitar pantai Tanjung Batulamampu yang diduga berumur Oligo-Miosen;

Foto 5. 1. Singkapan dari Formasi Tabul antara Pantai Sei Taiwan dan Tg. Batulamampu, Sebatik dengan kemiringan ke arah baratdaya

Pada lintasan yang melalui sekitar Karang Unarang nampak jelas bahwa Karang Unarang adalah merupakan Terumbu Karang (reef) (Foto 5.2) yang tumbuh di atas batuan dasarnya. Selain itu pula gambaran hasil rekaman Side Scan Sonar memperlihatkan pola dari terumbu di sekitar suar Karang Unarang (Gb.5.1).

Foto 5. 2. Kondisi Karang disekitar Suar Karang Unarang

PEMBAHASAN

V-2

Laporan Akhir

Batuan

dasar

dari

Karang

Unarang

ini

adalah

merupakan

kemenerusan pelamparan batuan yang terdapat di daratan P. Sebatik yang tampak pada Lintasan 17. Pada lintasan 17 tersebut di atas memperlihatkan karakteristik rekaman reflektor seismik yang mencerminkan kondisi geologi dengan kemiringan dan kemenerusan antiklin yang terdapat di daratannya dan ternyata menerus hingga ke bawah dasar laut. Kenampakan struktur antiklin ini masih dapat terlihat hingga lintasan-5. Disamping itu kenampakan morfologi yang membentuk alur purba bawah

permukaan dasar laut pada lintasan 17 yang merupakan lintasan terdekat dengan daratan P. Sebatik memperlihatkan bentuk dan kenampakan yang sama berupa bentuk alur purba bawah dasar laut di lintasan sekitar Karang Unarang. Dengan membandingkan ketebalan sedimen transparan pada suatu runtunan yang sama antara lintasan yang terdekat dengan daratan Sebatik (Lintasan-17) dengan lintasan yang mendekati Karang Unarang (Lintasan-9) memperlihatkan penebalan ke arah tenggara atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa arah sedimen transpor yang terakumulasi pada cekungan tersebut diduga dari arah antara barat-baratlaut atau bersumber dari daerah antara daratan Sebatik-Nunukan. Pendapat ini didukung oleh penampakan pola reflektor sigmoid-oblique (shingled) yang jelas terlihat di lintasan-4. Kenampakan dari lintasan ini menceritakan mekanisme pengendapan yang progradasi dengan energi kecepatan yang relatif tinggi pada sistem delta (deltaic system).

PEMBAHASAN

V-3

Laporan Akhir

Gb. 5.1. Rekaman hasil Side Scan Sonar Karang Unarang

Di sisi lain pengaruh daratan dan laut lepas di daerah penelitian dapat tercermin tidak dari kenampakan morfologis dan dari struktur oleh komunitas mikrofauna, Nunukan keterdapatan sisa-sisa khususnya ostracoda. Perairan sekitar P. ostracoda yang didominasi tanaman menunjukkan kondisi

ditemukan

berenergi tinggi. Sisa-sisa tanaman tersebut mempunyai kandungan cukup tinggi di sekitar P. Nunukan dan berkurang di sebelah selatan P. Sebatik dan sisa tanaman jarang dijumpai kearah laut lepas, walaupun masih ditemukan di sekitar Karang Unarang. Perairan di sekitar P. Nunukan ini merupakan kondisi lingkungan yang cukup sulit bagi organisme untuk beradaptasi yang disebabkan oleh banyak faktor seperti
PEMBAHASAN

pasang surut, pasokan air

V-1

Laporan Akhir

sungai dan lain-lain. Aktivitas pasokan air sungai dan sedimentasi cukup berperan di daerah ini dan disisi lain, pengaruh arus dari laut lepas juga mempunyai peran tidak kalah penting. Peran aktifitas laut dapat dilihat dari terakumulasinya spesies ostracoda laut dangkal di SBT-01 secara melimpah. Kumpulan ostracoda dan foraminifera bentik secara melimpah di titik lokasi ini memperlihatkan bahwa arus tidak bergerak mengelilingi P. Nunukan namun berbalik arah dari titik lokasi tersebut kembali ke arah laut lepas. Selain itu kenampakan cangkang yang berwarna coklat atau gelap dibandingkan warna normal serta cangkang dalam bentuk terkatup dapat mencerminkan kondisi dasar perairan setempat. Kondisi cangkang yang berwarna tidak normal, menurut Whatley (1988 dan Frenzel, 2005, komunikasi pribadi) terjadi pada lingkungan tenang dengan dasar perairan berupa lumpur kaya akan zat organik dan aktivitas bakteria menyebabkan cangkang diselimuti oleh zat besi Namun dilihat dari kondisi cangkang di daerah dan mangan.

penelitian tampak bahwa bewarna gelap terkonsentrasi di bagian hiasan/retikulasi yang menunjukkan bahwa kumpulan ini sebagai hasil akumulasi dari kondisi tenang ke titik lokasi tersebut. Faktor arus kuat yang menyebabkan kecepatan sedimentasi tinggi dapat ditunjukkan oleh berlimpahnya kumpulan cangkang terkatup. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kumpulan tersebut berasal dari lingkungan tenang atau terlindung dan dalam waktu yang tidak lama terpindahkan ke titik lokasi tersebut sebelum cangkang terpisahkan menjadi dua karena aktivitas biologis. Beberapa spesies ostracoda mempunyai sebaran dan jumlah cukup melimpah yang merupakan dikatakan bahwa daerah komunitas penciri laut dangkal dan hanya dua spesies penciri perairan transisi. Dengan demikian dapat penelitian termasuk lingkungan laut dangkal pada zona kedalaman neritik dalam (inner nerritic) yang
PEMBAHASAN

V-2

Laporan Akhir

mendapat

pengaruh

dari

daratan.

Nilai

diversitas

di

daerah

penelitian cukup bervariasi yang dapat mencerminkan kondisi dasar perairannya, yaitu nilai diversitas rendah di perairan sekitar P. Nunukan dan nilai yang tinggi ditemukan di perairan laut lepas. Kondisi ini dapat dikilasbalikkan pada saat merekonstruksi lingkungan purba. Bentuk morfologis yang abnormal dari foraminifera, khususnya genus Elphidium mekanis berupa berkaitan dengan beberapa faktor seperti faktor lingkungan berenergi tinggi yang dapat merusak yang

cangkang atau faktor biologis berupa aktivitas bakteri

mengakibatkan cangkang menjadi abnormal. Disamping kerusakan cangkang tersebut, di daerah penelitian juga dijumpai variasi morfologis dari genus dapat berkaitan yang erat Asterorotalia yang cukup menarik. Menurut dengan faktor genetis, geografis yang Boltovskoy & Wright (1976), variasi morfologis dari suatu takson terisolasi, dan kondisi lingkungan setempat. lingkungan temperatur, drastis seperti elemen salinitas, jejak konsentrasi Adanya perubahan pasokan makanan, Oleh mengakibatkan

dapat

timbulnya variasi morfologis dari cangkang foraminifera..

karena itu untuk memastikan faktor mana yang berperan dari kemunculan variasi spesies tersebut, diperlukan studi lebih lanjut. Studi ini diperlukan untuk mendapatkan jumlah spesimen dalam bentuk juvenil dan dewasa yang akan menghasilkan informasi akurat. Munculnya beberapa spesies secara melimpah di satu titik lokasi tertentu menunjukkan bahwa titik lokasi tersebut merupakan habitat yang cocok untuk kehidupan spsies tersebut dengan mengalahkan spesies lain sebagai pesaing hidupnya dalam mendapatkan makanan atau merupakan spesies yang mampu dalam pertahanan diri terhadap kondisi lingkungan setempat.

PEMBAHASAN

V-3

Laporan Akhir

Kenampakan morfologis dasar perairan sekitar P. Nunukan dapat dilihat pada komposisi antara mikrofauna dan material sedimen. Secara umum di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi: Lingkungan sekitar P. Nunukan yang di dominasi oleh material organik. Ostracoda tidak ditemukan di lingkungan ini namun ada beberapa spesies foraminifera bentik seperti Asterorotalia trispinosa dan Ammonia beccarii kondisi lingkungan berenergi tinggi. Lingkungan transisi di selatan P. Sebatik yang dicirikan oleh percampuran antara material organik dan non-organik. Pada lingkungan ini material organik yang berupa sisa-sisa tanaman masih ditemukan walaupun tidak semelimpah seperti pada lingkungan sekitar P. Nunukan. Sedimen terdiri dari pasir kuarsa dan lumpur halus sedangkan mirkofauna ditemukan mulai melimpah dengan variasi spesies dari sedang sampai tinggi.

yang dapat bertahan pada

Lingkungan

laut

lepas

yang

didominasi

oleh

cangkang

mikrofauna. Pada lingkungan ini tampak jelas bahwa baik ostracoda dan foraminifera bentik dijumpai sangat bervariasi dan mempunyai jumlah cukup melimpah. Pada beberapa titiktitik lokasi ditemukan kuarsa yang cukup dominan. Pada zona ini ditemukan jumlah spesies dan spesimen ostracoda sangat tinggi; juga adanya bentukan morfologi dari Asterorotalia yang cukup bervariasi serta ditemukan kerusakan cangkang pada genus Elphidium pada beberapa titik lokasi.

PEMBAHASAN

V-4

Laporan Akhir

BAB VI KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penyelidikan dan pengolahan data yang telah dilakukan ditambah dengan data sekunder yang dikumpulkan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Jenis pasang surut di daerah selidikan menunjukkan tipe tipe campuran dominan ganda artinya terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam waktu 24 jam. Tunggang air maksimum berdasarkan harga pasang surut hasil pengamatan di stasiun pengamatan pasang surut Dermaga Sei Nyamuk adalah 3.0 meter. Secara keseluruhan kecepatan arus pada tiga lokasi

pengamatan menunjukkan arah pada saat kondisi air surut berarah timur hingga tenggara dan pada saat kondisi air pasang berarah barat hingga barat laut dengan kecepatan di atas 0,5 m / det pada pengamatan tiga kedalaman yang berbeda. Secara umum arah penjalaran gelombang di sekitar perairan Nunukan dan sekitarnya berasal dari timurlaut-timur dengan tinggi gelombang rata-rata antara 20 50 cm dan periode gelombang 5 8 detik pada keadaan normal. Kondisi ekstrim tinggi gelombang mencapai 100 - 150 cm saat angin bertiup kencang. Gelombang yang timbul juga ditimbulkan karena alun dari laut lepas, yang berpengaruh terhadap proses terjadinya abrasi pantai di sepanjang pantai yang

KESIMPULAN & SARAN

VI-1

Laporan Akhir

mengarah ke Lepas pantai kecuali di Tanjung Batulampu sebagai akibat resistensi dari batuannya yang cukup keras. Pada keadaan normal tipe gelombang yang dominan adalah tipe plunging, sedangkan pada saat terjadi gelombang besar tipe gelombang yang terjadi adalah tipe surging dengan arah datang gelombang dominant tegak lurus pantai. Berdasarkan pola kontur kedalaman laut pada Peta Batimetri, kondisi morfologi dasar laut daerah telitian memperlihatkan gambaran kedalaman dasar laut yang terukur 5 m sampai 45 m. Morfologi dasar laut daerah telitian dapat dibagi berdasarkan sistem perairannya, yaitu : - Morfologi dasar laut daerah perairan laut terbuka, yaitu perairan sebelah timur daerah telitian yang termasuk didalamnya pola kontur dari morfologi terumbu Karang Unarang. - Morfologi dasar laut di perairan selat, yaitu perairan Selat Nunukan dan selat lainnya. Berdasarkan interpretasi rekaman Daerah telitian dengan memperhatikan pola reflektor yang ada terdiri atas 4 (empat) kelompok runtunan dengan Bentukan morfologi dasar laut di daerah selidikan ditandai oleh adanya tinggian-tingian dasar laut yang merupakan batuan dasar, bentukan morfologi batuan dasar ini tidak seragam kadang kala terlihat bentuk cekungan atau morfologi berundak dan ada kalanya lapisan sedimen bawah permukaan ini seperti lapisan datar (flat) karena batuan dasarnya berada cukup jauh dibawahnya. Runtunan-A merupakan runtunan termuda dicirikan dengan pola reflektor berupa perlapisan yang menerus dan sejajar/paralel umumnya pola konfigurasi ini mempunyai kontinuitas rendah dan variasi amplitudo berjalan secara
KESIMPULAN & SARAN

VI-2

Laporan Akhir

perlahan atau tidak ada sama sekali dengan ketebalan yang paling tipis hanya berkisar antara 5 hingga 7.5 m. Dijumpai hampir di seluruh lintasan seismik di daerah selidikan Kecuali Lintasan di selatan / tenggara daerah penyelidikan dengan tatanan struktur geologi yang relatif tidak berkembang. Pola ini mengandung sedimen berbutir halus dan diendapkan di lingkungan mengalami lintasan yang berenergi rendah ini seperti delta yang depresi. Runtuhan secara diperkirakan selaras di sebagai bawah

sedimen baru berumur kuarter. Runtunan B pada beberapa terlihat berada tidak runtunan A nampak pada Lintasan 11 dengan pola karakter refleksi berbentuk divergent dengan ketebalan bervariasi berkisar antara 10 hingga 20 m. Dicirikan dengan pola reflektor berbentuk subpararel hingga divergent dengan di beberapa tempat mengalami penipisan serta terlihat kontak erosional membentuk channeling yang merupakan kenampakan khas dari kompleks slope fan. Runtunan C terletak di bawah runtunan B secara tidak selaras yang dicirikan khususnya dengan di pola reflektor ketebalan Karang dari 7.5 subparalel hingga 12 hingga meter. transparan, memiliki sekitar

Unarang

memperlihatkan

sedimen transparan yang mengisi channel yang dibentuk oleh struktur graben dengan arah relatif barat - timur yang diduga berumur Mio-pliosen. Runtunan D sebagai batuan dasar akustik di daerah telitian. Terlihat adanya struktur patahan yang berkembang hingga sesar, struktur lipatan berupa antiklin. Pola struktur yang berkembang memiliki arah baratlaut-tenggara (relatif sama dengan pola struktur di daratan Kalimantan Timur).

KESIMPULAN & SARAN

VI-3

Laporan Akhir

Kawasan pantai Pulau Sebatik kondisi pantainya sebagian besar berupa pantai mangrove dengan kondisi cukup kritis khususnya di sekitar Sei Pancang dan Sei Nyamuk dan sebagian kecil pantai berpasir, mempunyai karakteristik profil pantai yang landai, sedangkan pantai sebelah barat karakteristik pantainya relative lebih curam. Pulau Nunukan karakteristik profil pantainya dilihat dari penampang batimetri sebagian besar relative curam kecuali di kawasan pantai sebelah tenggara P. Nunukan dan sekitar Tanjung Cantik profil pantainya landai, hal ini ditandai dengan adanya gosong pasir yang cukup lebar mulai dari pantai hingga ke tengah laut. Sebaliknya di pantai sebelah selatanbaratdaya mulai Semengkadu ke arah Timur teramati dari garis bakau terluar sampai ke posisi air laut cukup sempit karena tertutup oleh tumbuhan bakau. Profil garis pantainya pada umumnya berupa pantai lurus agak berlekuk dan tanjung. Kawasan Pantai Pulau Bukat Dilihat dari penampang

batimetrinya secara umum profil pantai relative lebih landai dibandingkan dengan profil pantai P Nunukan, terutama dekat Tanjung Bilas pada saat surut rendah terlihat adanya gosong pasir yang melebar kearah timur. tertutup oleh tumbuhan bakau. Batas garis pantai pada Demikian pula dengan saat pasang maksimum tidak dapat teramati karena letaknya Kawasan Pantai Pulau Haus umumnya juga landai dengan daerah gosong pasir yang melampar luas dari pantai hingga ke tengah laut. Berdasarkan analisa besar butir sedimen permukaan dasar laut terdiri dari 5 Jenis Sedimen berdasarkan klasifikasi Folks yaitu : Terumbu Karang, Lanau, Lanau Pasiran, Lempung,
KESIMPULAN & SARAN

VI-4

Laporan Akhir

Pasir, Pasir Lanauan, dan Pasir Sedikit Kerikilan. Beberapa faktor yang menentukan terbentuknya pola sebaran sedimen permukaan dasar laut daerah penyelidikan antara lain adalah sumber sedimen, jarak transpor sedimen, arus laut/selat dan bentuk morfologi dasar laut. Sumber sedimen terbesar adalah daratan pantai yang terdiri dari aluvial pantai hasil erosi daratan. Sumber sedimen lain yang teramati cukup besar adalah sedimen yang dibawa sungai-sungai yang bermuara ke daerah penyelidikan. Sungai-sungai tersebut berperan terhadap hadirnya detritus pada sedimen permukaan dasar laut sampai di bagian timur laut Selat Nunukan yang membentuk Gosong Makasar di tengah laut. Mineral berat yang diperoleh berupa: magnetit, hematit, hornblende, limonit, zirkon, dolomit dan pirit. Mineral ringan yang teramati pada analisis ini adalah kuarsa sedangkan material bawaan berupa kayu teroksidasi dan cangkang. Mikrofauna yang dijumpai cukup mempunyai yang kelimpahan dapat dan

keanekaragaman

bervariasi

dikaitkan

dengan kondisi lingkungan daerah penelitian. Secara umum di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi lingkungan sekitar P. Nunukan yang di dominasi oleh material organik; lingkungan transisi di selatan P. Sebatik yang dicirikan oleh percampuran antara material organik dan non-organik dan lingkungan mikrofauna. Kenampakan morfologis dan bentuk abnormal dari mikrofauna dapat mencerminkan kondisi dasar perairan setempat. Faktor aktivitas air, baik dari darat maupun dari laut mempunyai peran penting bagi komunitas mikrofauna laut lepas yang didominasi oleh cangkang

KESIMPULAN & SARAN

VI-5

Laporan Akhir

dibandingkan dengan faktor lain seperti kedalaman, jenis sedimen dan lain-lain. Berdasarkan hasil analisa mineral lempung di daerah telitian yang dapat teramati adalah kristobalit dengan dicirikan kenampakan strukturnya yang berlapis (sama dengan tridimit, hanya dibedakan derajat intensitas difraktographnya), ke-dua setelah kuarsa adalan halite (NaCl/ sodium cloride) dijumpai pada jenis sedimen lanau yang memperlihatkan kekerapan yang tinggi, ini diduga kaitannya dengan kondisi contoh yang berasal dari sedimen dasar laut. Illite adalah salah satu mineral lempung lainnya dapat dijumpai pada daerah telitian dengan kekerapan yang cukup tinggi. Dari hasil pemboran dangkal pemboran di Semengkadu BH-01 secara berurutan berupa : Pasir (endapan pantai) berwarna coklat, ukuran butir sedang,bersifat lepas(urai),berikut Pasir lanauan, coklat - abu-abu sampai kehitaman,agak padat lunak,di kecoklatan, padat/kenyal, bawahnya Lanau tinggi, pada lempung/pasiran,abu-abu ke bawah 26 semakin meter, kedalaman plastisitas teguh,sampai

sesudahnya berupa pasir warna coklat kekuningan,butiran sedang,agak padu komposisi kwarsa. Di lokasi Batulamampu di Pulau Sebatik BH-02 lapisan paling atas berupa Pasir coklat ukuran butir halus-sedang bersifat urai,berikutnya batupasir lanauan,coklat padu,kemudian abu,keras,struktur weathered). Berdasarkan hasil analisa unsur utama dengan penggambaran kurva kartesius untuk contoh yang berasal dari sedimen dasar laut, konsentrasi unsur-unsur TiO2, Al2O3, MgO, Na2O dan keabuan,ukuran laminasi butir sedang-halus ringan agak dibawahnya kondisi batulempung,abulapuk (slighty

KESIMPULAN & SARAN

VI-6

Laporan Akhir

CaO

terhadap

kandungan

SiO2

terlihat

adanya

bentuk

kecenderungan kandungan unsur-unsur seperti TiO2, Al2O3, MgO, Na2O dan CaO akan menurun ke arah barat daya sejalan dengan peningkatan kandungan SiO2 nya. Sedangkan kenampakan kurva untuk sedimen pantai memperlihatkan pola kecenderungan (trend) yang lebih bervariasi untuk unsur utama TiO2 memperlihatkan bentuk kurva parabolik utuh , kenampakan berbeda terlihat pada distribusi untuk unsur Al2O3 yang memperlihatkan pola kecenderungan menyerupai kurva ellipsoid yang menghadap ke bawah, sedangkan bentuk kurva yang sama untuk unsur-unsur MgO, CaO dan Na2O dengan pola berupa setengah parabolik ke atas. Dari hasil analisa geokimia terhadap sedimen laut maupun pantainya, unsur-unsur yang dianalisa berturut-turut dari LREE ke HREE adalah: Lanthanum (La), Cerium (Ce), Lutetium (Lu), Niodimium (Nd), dan Ytterbium (Yb);

KESIMPULAN & SARAN

VI-7

Laporan Akhir

DAFTAR PUSTAKA
Bakus, G.J. 1990. Quantitative ecology and marine biology. A.A. Balkema, Rotterdam: 157h. Bearman, Gerry (ed), 1989, Oceaon Circulation, Poen University, United Kingdom, England. Bertschneider, C.L., 1954, Generation of wind wave over a Shallow Bottom, US Army Corps of Engineers, Beach Tech. Memo No. 51. Betekhtin, A., 1960, A course of mineralogy, Moscow Peace Publisher. Boichard, R., Burollet, P.F., Lambert, B., and Villain, J-M. 1985. La Plateforme Carbonatee du Pater Noster, Est de Kalimantan, etud Sedimentologique et Ecologique. Notes et Momoires, Total, Compagnie Francaise des Petroles, Paris 20: 1-103p. Boltovskoy, E. & Wright, R., 1976. Recent Foraminifera. Publisher, The Haque, 515 hal. W. Junk. B.v.

Dolan, R., Hayde, B.P., Hornberger, G., Zieman, J and Vincent, M.K., 1975. Classification of coastal landform of the Americas. Zethschr Geomorphology, In Encyclopedia of Beaches and Coastal Environment. Dewi, K.T., dan Illahude, D. 2005. Ostracoda from off Derawan islanda, east Kalimantan (LP-1815) in relation to bathymetric zonation. Bulletin of Marine Geology Folk, R.L., 1980. Petrology of sedimentary rocks, Hemphill publishing Co, Austin, Texas. Gustiantini, L., Dewi, K.T., dan Illahude, D., 2005. Perbandingan foraminifera bentik dan plangtonik (PB ratio) di perairan sekitar P. Derawan, Kalimantan Timur, Joint Convention IAGI-HAGIPERHAPI, Surabaya 28-30 November 2005. Lapedes, Daniel N., 1978. Encyclopedia of the geological sciences, Mc. Graw-Hill, Inc. Sihombing, D.F.F., Dewi, K.T., Kapid, R., Ranawijaya, DAS. 2005) Ostracod (microcrustacea) biofacies from Mahakam Delta, Rast Kalimantan The 13th PAMS/JECSS, 13-15 July 2005, Bali, INDONESIA

Zulkarnain, Iskandar, 2002, Geochemical signatures of volcanik rocks from Sangihe Island, North Sulawesi, Indonesia, Buletin Geologi, Departemen teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

Tidal Analysis Form


Admiralty Method
Location Instrument Unit Data : Perairan Sebatik, Kaltim : Rambu Ukur : dm Central Day : hari ke 15 Time Zone : 08.00 WIB ( GMT + 8 )

Jam Hari ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

8,8 11,3 14,6 18,6 22,9 23,2 23,2 22,3 22,5 20,3 14,6 12,0 10,3 10,5 10,9

8,9 9,4 9,8 14,8 18,9 22,3 24,2 24,8 25,2 26,5 19,2 16,5 9,5 11,9 10,2

11,3 9,7 9,5 11,8 14,8 20,2 25,2 26,3 27,8 28,9 24,0 21,3 13,5 15,2 11,3

16,5 13,5 13,8 12,5 13,4 17,9 24,2 25,9 29,5 30,6 28,0 26,0 25,3 20,5 17,4

22,8 28,8 18,8 24,5 15,7 20,8 13,7 16,7 13,2 14,5 15,8 14,2 17,7 16,9 25,0 21,0 28,3 26,5 30,6 29,3 31,2 32,0 29,9 32,8 28,2 32,0 25,9 29,8 22,2 27,3

33,2 29,8 26,0 21,4 17,3 15,2 15,4 18,8 22,6 27,2 30,3 32,5 33,2 32,5 30,9

35,7 33,6 30,2 25,0 20,4 16,3 15,0 15,5 18,3 23,5 26,7 30,0 32,5 33,5 32,5

35,3 34,9 32,7 28,1 23,9 18,9 15,5 13,6 14,3 18,0 22,0 26,0 29,3 31,3 32,3

32,3 33,9 33,3 30,3 26,3 21,7 17,5 13,7 12,4 12,1 15,5 19,8 23,5 26,2 28,9

25,6 29,7 31,3 30,9 27,9 24,4 19,9 15,3 13,3 9,5 10,6 14,3 16,7 20,5 23,7

17,6 23,9 27,3 28,8 28,7 26,0 23,3 18,1 13,8 9,7 8,0 8,7 10,7 14,5 22,5

11,3 16,6 21,7 25,4 26,9 26,9 24,8 20,8 17,3 12,1 9,4 7,9 7,7 8,9 21,2

6,5 10,9 16,0 20,4 24,3 25,1 26,0 23,3 20,3 16,2 14,2 9,7 8,4 7,3 17,4

6,1 7,0 11,3 16,3 19,9 23,7 25,6 25,7 22,0 20,3 16,7 13,5 11,3 9,2 13,7

9,0 8,5 9,3 12,6 16,2 20,5 23,7 26,0 25,3 24,0 20,9 18,3 15,2 12,5 13,2

13,0 11,0 10,7 11,5 14,8 18,1 21,7 24,9 26,3 26,2 24,1 22,2 19,9 17,2 12,4

17,6 15,1 13,3 12,5 12,9 15,8 18,5 22,3 25,0 26,7 26,7 24,7 22,5 20,4 14,4

21,6 18,5 17,2 15,0 14,0 14,2 18,3 18,9 21,6 24,6 26,2 26,3 25,5 23,5 18,4

24,8 22,5 20,0 17,6 15,8 13,8 14,5 15,5 18,3 21,5 24,0 25,5 25,8 25,5 22,5

25,9 25,0 23,0 20,3 17,5 14,8 13,3 13,2 14,0 16,6 20,3 22,9 24,3 24,9 26,4

23,8 24,5 24,7 22,6 19,7 17,2 14,8 12,5 11,8 12,7 14,6 19,0 21,2 22,7 28,4

20,7 23,2 23,8 23,3 21,6 19,5 17,3 14,8 11,6 10,4 10,8 13,8 16,8 18,8 29,3

16,3 19,5 22,2 23,5 22,9 21,8 19,3 20,0 17,5 11,5 11,2 10,5 11,9 14,3 27,7

Location Instrument Unit Data Hari KeJam 1 23 19 15 12 11 11 13 16 19 21 23 22 20 17 14 11 10 10 12 15 18 21 23 24 2 24 22 19 16 14 13 13 14 16 18 19 19 19 18 16 14 13 12 12 14 16 18 21 22 3 23 23 22 20 18 16 15 14 14 15 15 16 17 17 16 16 15 14 14 14 15 16 18 19

: Perairan Sebatik, Kaltim : Rambu Ukur : dm 4 21 22 23 23 22 20 18 16 14 13 13 13 14 15 16 17 17 17 16 15 14 14 15 16 5 18 21 23 24 25 24 22 19 16 13 11 10 11 12 15 17 18 19 18 17 15 13 13 13 6 15 18 22 25 27 27 25 22 18 14 11 9 8 10 13 16 19 20 20 19 16 14 12 11 7 12 15 19 23 27 29 28 26 21 16 11 8 7 8 11 15 18 21 22 21 18 15 11 9 8 9 12 16 21 26 30 30 29 24 19 13 8 6 6 8 13 18 22 24 23 21 16 12 8 9 7 9 13 18 24 29 32 31 27 22 15 9 5 4 6 11 16 22 25 25 23 19 14 9 10 6 6 9 15 21 27 31 32 30 25 18 11 6 4 5 9 15 21 25 27 26 22 16 10

Time Zone

: 08.00 WIB ( GMT + 8 )

11 6 5 6 11 18 24 30 32 31 27 20 13 7 4 4 7 13 19 25 28 28 25 19 13

12 8 4 5 8 14 21 27 31 32 29 23 16 9 5 3 5 10 17 23 28 29 27 23 17

13 10 6 4 6 11 17 24 29 31 29 25 19 12 7 4 4 8 14 21 26 29 29 26 20

14 14 9 6 6 8 14 20 25 28 29 26 21 15 9 6 5 7 12 18 23 28 29 28 24

15 18 13 9 7 8 11 16 21 25 26 25 22 17 12 8 6 7 10 15 20 25 27 28 26

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Pengamatan pasang surut di Perairan Sebatik, tanggal 29 Juli s/d 12 Agustus 2005

X1 + 243,2 254,9 263,1 263,2 259,5 252,6 246,9 238 230,9 225,5 225,1 227,6 230,9 234 263,1 238,1 249,8 251,6 256,2 256,8 230,2 220,4 215,1 210,4 209,2 214,9 228,9 240,2 254,6 263,5 256,1 256,5 244,3 243,5 252 240,3 225,1 215,9 212,8 221,1 +

Y1 276,8 273 265 252,6 242,2 236,1 238 240,3 254,5 266,2 262,1 269,8 264,7 272,3 270,1 239,6 235,3 227,7 222,8 218,5 +

X2 284,2 255,7 232,7 206,9 193,9 195,5 214,7 240,6 270 298,8 312,4 317,1 313,7 297,5 269,9 214,9 199,1 196 210,3 234,7 +

Y2 312,8 319 311,7 286,8 256 223,8 204,1 189,9 189,5 197,3 220,2 249,3 271,4 288,2 323,5 282,9 257,4 223 194,2 179,2 +

X4 160,2 157 157,6 154,5 151,7 154,9 159,8 156,9 157,1 163,2 162 166,8 163,6 162,5 171,6 158,1 156,8 155,1 153,1 157,4 +

Y4 244 246,1 246,2 238,9 232,1 232,9 234,8 239,5 241,3 233,3 233,6 240 243,9 243,3 267,4 236 239,5 232,4 231,1 232,3

Xo

X1 +2000

Y1 +2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1998 1977 1957 1957 1945 1946 1933 1975 1999 2004 2012 2023 2041

X2 +2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1997 1946 1891 1856 1850 1848 1883 1975 2049 2077 2076 2048 2009

Y2 +2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2098 2107 2094 2041 1986 1932 1901 1868 1913 1960 2022 2081 2120

X4 +2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2005 2010 1998 1996 1989 1990 1992 2002 2002 2004 2002 2008 2005

Y4 +2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1999 2003 2022 2014 2004 1987 1991 1980 2006 1996 2003 2007 2013

Date

196,6 202,3 213,2 221 226,5 231,4 237,8 237,9 231 222,8 219,1 214,3 210,5 205,2 245 238,8 239,6 239,8 246,2 259,4

189,2 219,6 245,5 266,7 274,8 272 261,1 237,6 215,5 190,2 168,8 167 161,5 180 245,2 263,5 275,8 271,5 258,7 243,2

160,6 156,3 166,5 186,8 212,7 243,7 271,7 288,3 296 291,7 261 234,8 203,8 189,3 191,6 195,5 217,5 244,5 274,8 298,7

155,2 159,2 163,1 161,9 160,1 157,3 159,7 162,2 166,8 161,4 158,4 155,4 153,8 154,4 173,3 160,1 160,5 157 160,8 162,5

229,4 229,2 232 234,7 236,6 234,6 241 238,7 244,2 255,7 247,6 244,1 231,3 234,2 247,7 242,4 235,4 235,1 237,9 245,6

473,4 475,3 478,2 473,6 468,7 467,5 475,8 478,2 485,5 489 481,2 484,1 475,2 477,5 515,1 478,4 474,9 467,5 469 477,9

2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1998 1976 1962 1969 1971 1987 1991 2011 1998 2025 2036 2043 2036

254,3 243,6 231,6 220,3 217,4 219 220 225,1 232,7

227,9 235 244,3 246,8 249,9 246,8 243,2 237,5 236,7

272,1 278,3 279,3 273 265 252,6 242,2 236,1 238

210,1 200,3 196,6 194,1 202,3 213,2 221 226,5 231,4

214,6 186,5 161,1 200,1 227,5 254,9 271 273,1 267,5

267,6 292,1 314,8 267 239,8 210,9 192,2 189,5 201,9

308,8 301,9 280,6 148,2 153,3 170,4 196,4 228,6 261,5

173,4 176,7 195,3 318,9 314 295,4 266,8 234 207,9

159,5 155,9 153,3 153,8 158,4 159,9 159,8 155,3 157,5

162,6 163,1 163,7 156,8 154,3 151 150,2 152 158,6

248,6 245,2 239,8 222,4 223,3 228,9 233,2 234,5 237

233,6 233,4 236,1 244,7 244 236,9 230 228,1 232,4

482,2 478,6 475,9 467,1 467,3 465,8 463,2 462,6 469,4

2026 2009 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

2062 2078 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

1947 1894 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

2135 2125 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

1997 1993 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

2015 2012 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

Index 00 10 12 (29) 1b 13 (29) 1c 20 22 (29) 2b 23 (29) 2c 42 (29) 4b 44

Mark + + + (+) + + (+) + + + (+) + + (+) + + (+) + + -

X Addition 7075,95 58036,7 58000 30017,5 28019,2 2000 23855,5 24163,7 30010,7 28026 2000 27987,9 28037,7 57344,9 58000 29756,3 27588,6 2000 23273,5 24204,7 29830,9 27514 2000 27286,5 28083,1 29980 28012,1 2000 23975 24017,3 30000,3 27991,8 2000 23980,4 24011,9

X Total 7075,9 36,7 -1,7

57906 58000 29814 28092 2000 23713 24142 29857 28049 2000 27961 27970 58382 58000 29581 28801 2000 24061 24230 29574 28808 2000 28240 28274 29968 28085 2000 24022 24040 30007 28047 2000 24018 24044

-94,3 -278,3

-308,2 -15,3

-428,6 -191,5

-49,8 -655,1 167,7

-8,6 382,1 -1219,5

-931,2 316,9

-169 -1233,5

-796,6 -32,1

-34,2 -117,7

-42,3 8,5

-18,4 -40,1

(29) 4d VI

(+) + -

-31,5

-26,8

X X (29) : Table 3a (15) : Table 3b X X X X X X V X Y Y Y Y Y Y Y VI Y

00 10 12 13 20 22 23 42 44 10 12 13 20 22 23 42 44

= = -Y -Y -Y -Y -Y -Y +X +X +X +X +X +X
1b 1c

7075,949 36,7 426,9 -6,7 -655,1 336,7 351,1 -13,7 35,3 -94,3 -586,5 -241,3 382,1 -2150,7 -2030,1 -160 -71,6

7075,95 0,37 -8,54 -0,27 6,55 3,37 -7,02 -0,37 38,42 0,47 98,26 336,70 -228,21 -0,14 -0,35 -29,33 4,83 -61,14 -2236,73 1421,07 -3,20 2,15 So M2 244,78 -902,34 -0,72 S2 -618,08 176,07 642,67 N2 -81,89 -597,78 603,37 -3,58 K1 -5,81 -68,71 68,95 O1 418,18 -411,43 586,65 0,35 0,94 -5,87 4,83 382,10 322,60 -527,83 0,37 -4,27 -0,07 -655,10 -47,14 87,77 1,10 -38,42 -0,87 -189,98 -205,39 351,10 -0,14 0,71 -1,89 29,33 -21,72 114,63 1376,45 -2091,00 -95,24 70,38 -57,91 -3,82 -43,01 60,90 7,54 -615,83 156,85 7,64 215,07 -182,71 36,70 -38,42 -1,34 -6,55 -6,73 10,53 -10,10 -2,57 426,90 3,95 0,37 -8,54 -0,20 -1,97 10,10 -17,55 -1,37 35,65 -0,94 17,60 -9,65 -11,46 -86,03 142,11 -17,60 -71,60 M4 16,49 -37,58 41,04 -10,10 -3,51 -13,70 -1,76 -0,94 -5,87 -4,83 -3,82 43,01 -4,26 -160,00 4,30 MS4 -20,54 -132,41 133,99 8,54

= = = = = = = = = = = = = = =

2b 2c 4b 4d

1b 1c

2b 2c 4b 4d

V VI

PR cos r PR sin r PR 7070,41

934,96

Table 3a (3b) : P Table 5 VIII Table 6 : V' Table 7 : V'' Table 8 : V''' V' + V'' + V''' = V Table 9 VIII Table 3a (3b) : Table 4 : : u w p : r g VII PR : [P X f X (1 + W)] = A :f :1+W

360,00

175,00 0,97 1,00

214,00 1,00 0,74

166,00 0,97 1,18

217,00 1,10 1,29

177,00 1,17 1,00

273,00 1,94 1,00

280,00 0,97 0,86

255,86 -1,02 0 333,00 285,18 873,02 153,02 5,50

0 0 -4,86 345,00 164,10 504,24 144,24 2,04

30,78 -1,02 -2,21 327,00 262,20 616,75 256,75 3,16

9,77 -3,71 -3,55 173,00 265,16 440,67 80,67 0,22

246,10 4,20 0 160,00 315,47 725,76 365,76 2,84

511,73 -2,04 0 307,00 293,69 1110,38 390,38 0,08

255,86 -1,02 -4,86 318,00 261,18 829,17 109,17 0,57

Total : s 19,64

v and (1 + W) for S2 , MS4 VII VII : K1 : K1 Total V + u Table 10 : S2 : w / f Table 10 : S2 : W / f Table 5 : K2 : f w W 1+W V u = = = = = = = = = 9,7667715 -3,7087565 6,058015 -3,7929439 -0,205719 1,2804096 -4,8565218 -0,2634046 0,7365954

M2 , O1 , M4 S2 N2 , MS4 M4

: W = 0: :

w = 0

: f = 1 : V, u = 0 f, u similar with the M2 : f = = V = = g = = (f M2) ^ 2 0,94341 (V M2) x 2 511,7262 (u M2) x 2 -2,037177 V M2 255,8631 A S2 x 0.23 0,468858 g S2 144,2433 A K1 x 0.33 0,073639 g K1 80,66938

MS4 K2 :

V = = A = = g = =

w and (1 + W) for VII VII : K1 : 2V : K1 : u

K1 = = = = = = = = 19,533543 -3,7087565 P1 : 15,824787 -3,9164058 0,3215412 -3,5526026 0,2916726 1,2916726

A = = g = =

Total : 2V + u Table 10 : K1 : wf Table 10 : K1 : Wf Table 5 w W 1+W

w and (1 + W) for

N2

VII : M2 : 3V VII : N2 : 2V Table 10 : N2 : w

= = =

767,58933 61,563985 706,02534 -2,2087136 1,1842859

Difference (M2 - N2) = Table 10 : N2 : 1+W = VIII

FINAL RESULT So A cm g F= 19,6 0,406779 M2 5,5 153,0 S2 2,0 144,2 N2 3,2 256,8 K2 0,5 144,2 K1 0,2 80,7 O1 2,8 365,8 P1 0,1 80,7 M4 0,1 390,4 MS4 0,6 109,2

POSISI PENGAMBILAN CONTOH SEDIMEN DASAR LAUT PERAIRAN SEBATIK DAN SEKITARNYA, KALIMANTAN TIMUR MEI - JUNI 20005 Nomor Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Sample SBT05-01 SBT05-02 SBT05-03 SBT05-04 SBT05-05 SBT05-06 SBT05-07 SBT05-08 SBT05-09 SBT05-10 SBT05-11 SBT05-12 SBT05-13 SBT05-14 SBT05-15 SBT05-16 SBT05-17 SBT05-18 SBT05-19 SBT05-20 SBT05-21 SBT05-22 SBT05-23 SBT05-24 SBT05-25 SBT05-26 SBT05-27 SBT05-28 SBT05-29 SBT05-30 SBT05-31 SBT05-32 SBT05-33 SBT05-34 SBT05-35 SBT05-36 SBT05-37 SBT05-38 SBT05-39 SBT05-40 UTM, Zona 50N WGS84 X 566946,65 573132,35 576864,34 581773,98 586207,16 584085,43 585874,86 583435,81 578424,60 575236,72 571129,63 568235,80 564412,51 564020,23 564871,33 560759,83 563432,33 590952,60 596298,54 599129,69 604317,92 611199,62 622583,23 618750,19 620708,33 616571,18 612998,65 606642,20 602027,28 589588,17 591444,29 591861,21 599873,52 606224,87 612661,03 622029,15 615700,48 608530,89 602223,04 595627,82 Y 456406,68 459538,19 456970,20 452332,12 448431,76 444417,34 442468,28 439171,75 433925,07 436185,85 434514,54 439018,97 439817,82 443161,41 447284,45 449290,81 451786,71 444308,04 439654,80 435877,23 436137,70 436499,08 437117,82 438492,81 441556,84 441230,25 439416,56 440442,42 441200,25 439110,72 435435,75 427218,83 427642,14 427991,62 428329,48 428836,58 432655,24 432158,55 431728,02 431296,07 Geografis Lintang 4,1289532 4,1572372 4,1339778 4,0919813 4,0566608 4,0203643 4,0027178 3,9729177 3,9254952 3,9459706 3,9308808 3,9716492 3,9789008 4,0091508 4,0464440 4,0646203 4,0871825 4,0193157 3,9771733 3,9429750 3,9452795 3,9484758 3,9539422 3,9664247 3,9941165 3,9912110 3,9748460 3,9841943 3,9910970 3,9723132 3,9390530 3,8647195 3,8684750 3,8715735 3,8745620 3,8790432 3,9136568 3,9092420 3,9054120 3,9015678 Bujur Tinur 117,6031767 117,6589297 117,6925335 117,7367275 117,7766312 117,7574842 117,7735867 117,7515892 117,7064105 117,6777135 117,6407080 117,6146725 117,5802383 117,5767258 117,5844193 117,5473927 117,5714847 117,8193420 117,8674528 117,8929170 117,9396488 118,0016338 118,1041672 118,0696612 118,0873337 118,0500670 118,0178692 117,9606278 117,9190682 117,8070055 117,8236913 117,8273738 117,8995372 117,9567407 118,0147072 118,0990792 118,0421278 117,9775518 117,9207370 117,8613337 Kedalaman (m) 6,6 16,2 11,4 11,2 10,0 1,1 2,7 0,0 10,5 10,0 8,5 10,0 8,4 8,7 1,4 5,0 1,0 10,0 12,3 5,4 6,4 10,0 20,5 40,0 10,0 10,0 13,0 13,0 1,2 6,5 7,0 8,8 10,2 11,0 43,0 12,0 8,8 8,3 8,7

DISKRIPSI MEGASKOPIS SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN SEBATIK, KALIMANTAN TIMUR

Metoda : Penginti Comot / Grab Sampler Diskripsi oleh : Yogi Noviadi & Indra Adhirana

No
1 2 3 4 5

NO_CONTOH
SBT05-01 SBT05-02 SBT05-03 SBT05-04 SBT05-05

Diskripsi
Pasir berbutir sedang sampai kasar, kuning kecoklatan, adanya pecahan cangkang foram (dominan) ukuran cangkang 0.2 - 1.5 cm, terdapat mineral hitam biotit. Lempung lanauan, kehijauan, lunak, fluida rendah, plastis tinggi, sedikit mengandung cangkang fauna (foram besar) dan sisa organik, terdapatnya mineral hitam. Lempung lanauan, kehijauan , fluida rendah, bersifat plastis, mengandung organik dan khas pada lingkungan rawa. Lempung lanauan, berwrna kehijauan, bersifat plastis dan fluida rendah, mengandung sisa organik, mengandung mineral hitam dan khas pada lingkungan rawa. Lempung lanauan, berwrna kehijauan, sedikit pasiran, mengandung sisa organik, mengandung mineral hitam dan khas pada lingkungan rawa. Lumpur lanauan, berwrna abu-abu kecoklatan-kehijauan, bersifat lunak, mengandung sifat fluida yang tinggi, plastisitas rendah, mengandung cangkang. Lumpur lanauan, berwrna abu-abu kecoklatan-kehijauan, bersifat lunak, mengandung sifat fluida yang tinggi, plastisitas rendah, mengandung cangkang. Lumpur lanauan, berwrna abu-abu kecoklatan-kehijauan, bersifat lunak, mengandung sifat fluida yang tinggi, plastisitas rendah, mengandung cangkang. Lempung lanauan, berwarna abu-abu kecoklatan, bersifat lunak, kandungan fluida rendah, sifat plastisitas sedang,ukuran buutir relatif homogen. Lempung lanauan, berwarna abu-abu kecoklatan, bersifat lunak, kandungan fluida rendah, sifat plastisitas sedang,ukuran buutir relatif homogen. Lumpur kerikilan, berwarna abu-abu kehijauan,materi kerikil berupa pecahan cangkang foram besar, ukuran butir bervariasi 0.5 - 3.5 cm (lainnya >1.5 cm); kondisi umumnya pecah Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan, berdifta plastis rendah, kandungan fluida rendah, mengandung mineral hitam, khas pada lingkungan rawa. Lempung lanauan, berwrna abu-abu kehijauan, bersifat lunak,lengket, plastisitas sedang, mengandung fluida rendah, ukuran butir relatif homogen. Lempung lanauan, berwrna abu-abu kehijauan, bersifat lunak,lengket, plastisitas tinggi, mengandung fluida rendah, ukuran butir relatif homogen. Lempung lanauan, berwrna abu-abu kehijauan, bersifat lunak,lengket, plastisitas tinggi, mengandung fluida rendah, ukuran butir relatif homogen. Lanau lempungan sampai lempung, berwarna kecoklatan, bersifat lunak, agak lengket, plastisitas rendah, kandungan fluida tinggi, tidak mengandung mineral dan cangkang, ukuran butir relatif homogen. Lumpur lanauan, abu-abu kecoklatan sampai kehitaman, bersifat lunak, agak lengket, plastisitas rendah, mengandung sisa tumbuhan, mengandung mineral hitam, berbau khas lingkungan rawa, tidak terlihat mengandung cangkang. Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan sampai kehijauan, bersifat lunak, mengandung fluida tinggi dan plastisitas rendah. Lanau, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen. Lanau, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen. Lanau, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen. Lanau, berwarna kehijauan, mengandung fluida tinggi, plastisitas rendah, lunak, besar butir relatif homogen. Lumpur lanauan, berwarna abu-abu kehijauan sampai kecoklatan, fluida tinggi, plastisitas rendah, besar butir relatif homogen. Lempung lanauan, berwarna kehijauan, lunak, fluida rendah, plastisitas sedang, ukuran butir relatif homogen, sedikit pasiran (pasir sangat halus), mengandung sisa organik dan mineral hitam. Lempung lanauan, berwarna kehijauan, lunak, fluida sedang, plastisitas sedang sampai tinggi, ukuran butir relatif homogen. Lanau pasiran, lanau + 90%, pasir + 10%(ukuran pasir sangat halus sampai halus); komposisi pasir terdiri dari mineral hitam dan pecahan cangkang moluska, mengandung sisa organik. Pasir halus sampai sedang, sedikit lanauan, kehijauan, bersifat lunak, ukuran cangkang + 0.1 0.3 cm, dan pecahan cangkang moluska dan mineral hitam, pemilahan sedang sampai baik.

6 7 8 9 10

SBT05-06 SBT05-07 SBT05-08 SBT05-09 SBT05-10

11 12 13 14 15

SBT05-11 SBT05-12 SBT05-13 SBT05-14 SBT05-15

16

SBT05-16

17 18 19 20 21 22

SBT05-17 SBT05-18 SBT05-19 SBT05-20 SBT05-21 SBT05-22

23

SBT05-23

24 25

SBT05-24 SBT05-25

26

SBT05-26

27

SBT05-27

No
28 29

NO_CONTOH
SBT05-28 SBT05-29

Diskripsi
Pasir sedang sampai kasar, sedikit lanauan, berwarna kehijauan-kecoklatan, dominan pecahan cangkang foram besar (+ 0.1 - 3.0 cm), mineral hitam, biotit, pemilahan buruk, sub Anguler sampai anguler. Pasir kasar, kecoklatan, dominan pecahan cangkang foram besar (+ 0.1 - 3.0 cm), mineral hitam, biotit, pemilahan buruk, sub Anguler sampai anguler. Lempung lanauan, kehijauan, bersifat lunak, kandungan fluida sedang sampai tinggi, mengandung sedikit sisa organik. Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan, lunak, kandungan fluida tinggi, plastisitas rendah.

30 31 32 33 34

SBT05-30 SBT05-31 SBT05-32 SBT05-33 SBT05-34

Lempung lanauan, abu-abu kehijauan, lunak, fluida sedang, plastistas rendah sampai sedang, besar butir relatif homogen. Lumpur lanauan, sedikit pasir (sangat halus), materi pasir berupa pecahan cangkang moluska, mineral hita dan sisa organik, ukuran butir sangat halus. Lumpur lanauan, sedikit pasir (sangat halus), materi pasir berupa pecahan cangkang moluska, mineral hita dan sisa organik, ukuran butir sangat halus. Lumpur lanauan, sedikit pasir (sangat halus), materi pasir berupa pecahan cangkang moluska, mineral hita dan sisa organik, ukuran butir sangat halus. Lanauan, kehijauan, ukuran butir relatif homogen, plastisitas sedang, lunak, kandungan fluida sedang. Lanauan, berwarna kehijauan, lunak, fluida rendah, pl;astisitas rendah sampai sedang, agak lengket. Lumpur pasiran (Lumpur + 80%, pasir + 20%), komponen pecahan cangkang moluska dan mineral hitam, Sub Angular sampai angular, ukuran butir dari pasir halus sampai sedang. Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan sampai kehijauan, dan plastisitas rendah.

35 36 37

SBT05-35 SBT05-36 SBT05-37

38 39 40

SBT05-38 SBT05-39 SBT05-40

Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan sampai kehijauan, dan plastisitas rendah. 41 42 43 SBT05-41 SBT05-42 SBT05-43 Lumpur lanauan, kecoklatan, fluida tinggi, lunak ukuran butir relatif homogen. 44 45 SBT05-44 SBT05-45 Lanau lempungan, kehijauan, fluida sedang, bersifat lunak ukuran butir relatif homogen Pasir sedang sampai kasar, berwrna kecoklatan, komponen pasir terdiri dari : pecahan cangkang foram besar, mineral hitam, pemilahan buruk, sub Angular. Lempung pasiran, berwrna kehijauan, komposisi : lempung 80% dan pasir 20%, lunak, fluida rendah, plastisitas rendah, kandungan pasir berupa pecahan cangkang moluska, berbentuk hancur, mineral hitam, berukuran pasir halus. Lanau - lempung lanauan, berwarna kehijauan, bersifat lunak, ukuran butir relatif homogen, agak lengket, memiliki kandungan fluida tinggi. Lumpur lanauan, berwarna kecoklatan sampai kehijauan, dan plastisitas rendah. Lanau pasiran, (lanau + 90%, pasir 10%), komposisi pasir berupa cangkang foram besar, mineral hitam, ukuran butir halus-sedang

46

SBT05-46

47

SBT05-47

48 SBT05-48 Lanau - lempung lanauan, pasiran (sangat halus), kehijauan kandungan fluida tinggi. Lanau pasiran, berwrna kehijauan , bersifat lunak, komposisi lanau 90% dan pasir 10%, mengandung fluida sedang, plastisitas rendah, kandungan pasir terdiri dari : pecahan cangkang moluska, hancur, mengandung mineral hitamdan sisa organik (berwarna hitam, panjang dan pipih seperti rambut. Pasir, berwarna kecoklatan(keruh)-kehijauan, bersifat lepas dan urai, ukuran pasir halus sampai sedang, materi pasir terdiri dari: cangkang moluska dan foram besar, mineral hitam, biotit, plagioklas, pemilahan sedang, sub angular-angular. Pasir kehijauan, sedikit lanauan, ukuran pasir sedang-kasar, materi pasir terdiri dari: cangkang moluska dan foram besar, mineral hitam, biotit, pemilahan buruk-sedang, sub angular-angular. Pasir kehijauan, sedikit lanauan, ukuran pasir sedang-kasar, materi pasir terdiri dari: cangkang moluska dan foram besar, mineral hitam, biotit, pemilahan buruk-sedang, sub angular-angular. Pasir, ukuran cangkang jauh lebih besar, hancur dan lepas, mengandung mineral hitam. 54 SBT05-54 Pasir sampai dengan pasir lanauan ukuran cangkang jauh lebih besar, hancur dan lepas, mengandung mineral hitam.

49 SBT05-49 50 SBT05-50 51 SBT05-51

52 53

SBT05-52 SBT05-53

No
55

NO_CONTOH
SBT05-55

Diskripsi
Lanau- lanau lempungan, berwarna kehijauan, lunak, mengandung sedikit cangkang moluska.

56

SBT05-56

Pasir lanauan, kehijauan, lunak; pasir 70% lanau 30%, ukuran pasir sangat halus sampai halus; mengandung pecahan cangkang moluska. Lanau pasiran sampai lumpur pasiran berwarna kehijauan; komposisi : lanau lumpura 65% dan pasi 35%, ukuran pasir sangat halus -halus. Pasir sampai pasir lanauan (lanau <5%); kekeruhan, materi pasir : Pecahan cangkang moluska, umumnya pecah, mengandung mineral hitam, pemilahan sedang, sub angular. Pasir, coklat kehijauan berbutir sedang, terpilah baik, membundar baik, berukuran pasir halus pasir sedang, berbutir sedang, terpilah baik, membundar baik, kuarsa sebagai mineral penyusun utamanya, detritus banyak dijumpai hingga 75 %, matrik jarang dijumpai.

57

SBT05-57

58

SBT05-58

59

Kr Unarang

POSOSI PENGAMBILAN CONTOH BOR TANGAN PERAIRAN SEBATIK DAN SEKITARNYA, KALIMANTAN TIMUR

Nomor Urut Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 BT. 05-01 BT. 05-02 BT. 05-03 BT. 05-04 BT. 05-05 BT. 05-06 BT. 05-07 BT. 05-08 BT. 05-09 BT. 05-10 BT. 05-11

o 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117

.' 40 39 44 54 54 54 54 55 55 43 41

" 35,1 52,3 21,7 2,5 58,5 35,3 17,2 21 26,5 51,3 38,8

Decimal 117,67642 117,66453 117,73936 117,90069 117,91625 117,90981 117,90478 117,9225 117,92403 117,73092 117,69411

o 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4

.' 58 58 2 9 3 2 2 6 8 4 7

" 1,6 2,4 5,7 53,7 10,2 40,1 24,7 28,4 23,8 37,3 0,3

Decimal 3,96711 3,96733 4,03492 4,16492 4,05283 0,04447 4,04019 4,10789 4,13994 4,07703 4,11675

Lokasi Pantai Semengkudu Tj. Semengkudu Mamolo Sei Pancang, Sebatik Pantai Sei Taiwan Tg. Batulamampu Pantai Batulamampu Pantai Sei Bajau Tg. Aru Kp. Sedadap Mambunut

04 08 2005

27 07 2005

VARIABLE HEAD TEST 2.34 X 10-4 5.351 X 10-4

8.97 X 10-5

1.37 X 10-5

4.252 X 10-5

1.73 X 10-4

04 08 2005

27 07 2005

VARIABLE HEAD TEST 1.271 X 10-4 8.73 X 10-4 4.57 X 10-4 3.240 X 10-4

2.79 X 10-4

3.53 X 10-4

18 08 2005

06 08 2005

VARIABLE HEAD TEST 3.355 X 10-4 4.325 X 10-4 5.426 X 10-4 7.84 X 10-4

6.745 X 10-4

5.65 X 10-4

18 08 2005

06 08 2005

VARIABLE HEAD TEST 4.55 X 10-4 7.60 X 10-4 3.375 X 10-4 2.760 X 10-4

2.345 X 10-4

6.785 X 10-4

TABEL HASIL ANALISA GRAIN SIZE PERAIRAN SEBATIK, KALIMANTAN TIMUR Keterangan (Klasifikasi Folks' 72)

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60

No. Contoh SBT-05.001 SBT-05.002 SBT-05.003 SBT-05.004 SBT-05.005 SBT-05.006 SBT-05.007 SBT-05.008 SBT-05.009 SBT-05.010 SBT-05.011 SBT-05.012 SBT-05.013 SBT-05.014 SBT-05.015 SBT-05.016 SBT-05.017 SBT-05.018 SBT-05.019 SBT-05.020 SBT-05.021 SBT-05.022 SBT-05.023 SBT-05.024 SBT-05.025 SBT-05.026 SBT-05.027 SBT-05.028 SBT-05.029 SBT-05.030 SBT-05.031 SBT-05.032 SBT-05.033 SBT-05.034 SBT-05.035 SBT-05.036 SBT-05.037 SBT-05.038 SBT-05.039 SBT-05.040 SBT-05.041 SBT-05.042 SBT-05.043 SBT-05.044 SBT-05.045 SBT-05.046 SBT-05.047 SBT-05.048 SBT-05.049 SBT-05.050 SBT-05.051 SBT-05.052 SBT-05.053 SBT-05.054 SBT-05.055 SBT-05.056 SBT-05.057 SBT-05.058 BT-05.001(0-20) BT-05.001(50-370)

X(phi) 1,7 5,7 5,6 5,8 5,6 5,9 6,1 6 6 5,9 6 6 5,9 5,8 6,1 6,1 5,6 5,9 6 5,7 5,9 6 6 5 6 4,9 4,6 3,9 1,6 6,1 6,2 6 5,4 5,4 5,2 5,8 5,8 4,8 5,8 6 5,9 6 5,9 5,4 2,9 5,4 5,1 5,5 4,1 2,8 2,3 2,1 1,5 2,2 4,8 3,4 4,2 1,9 4,4 4,4

Sort 0,5 1,7 1,4 1,3 1,2 1,2 1,1 1,2 1,3 1,3 1,4 1,2 1,4 1,4 1,3 1,3 1,5 1,2 1,2 1,1 1,2 1,3 1,3 1,3 1,4 1,5 1,7 2,1 1,1 1,3 1,4 1,3 1,5 1,7 1,5 1,1 1,3 2,2 1,3 1,4 1,2 1,4 1,2 1,4 0,8 1,8 1,5 1,5 1,2 0,8 1,1 1,4 1,5 1,4 1,4 0,3 2 1,2 1,8 1,8

Skew 1,5 -0,7 0 0,2 0,1 0,3 0,3 0,4 0,3 0,3 0,2 0,3 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,4 0,3 0,3 0,4 1 0,3 0,8 0,8 0,7 -1,2 0,3 0,2 0,4 0,1 0,2 0,5 0,3 0,4 -0,1 0,3 0,2 0,3 0,3 0,3 0 -0,8 -0,4 0,9 0,3 1,7 -1 -0,9 -0,7 -0,7 -0,4 1,1 -4,1 0,4 -1,2 -0,3 -0,3

Kurt 4,3 4,6 2,4 2,2 2,1 2,1 2,2 2,1 2,1 2,2 2,3 2,1 2,2 2,1 2 2 2,2 2,1 2 2,5 2,2 2,1 2,1 3,4 2 2,7 2,6 2,3 5,7 2 1,9 2 2,1 2 2,1 2 2,2 1,9 2,2 2,1 2 2 2 2,6 2,2 2,7 2,7 2,1 6,4 2,9 3,4 2,4 2,7 6,6 3,4 20,4 2,3 4,6 2 2

Kri 0 0,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,4 1,6 8,2 2,9 0 0 0 4,1 0 0

Pas 100% 11 10,6 5,7 9,4 0,2 0,1 0,6 0,9 3,7 3,7 0,2 6,1 9,2 0,6 1,9 15,6 1,5 0,3 2,1 2,1 1,9 0,4 18,5 4,7 37,2 48,9 59,1 97,7 1 0,9 0,5 20,4 26,7 31,3 0,3 3,8 33,8 3,9 4,5 0,2 3,6 0,2 11,7 100 17,6 26,8 15,6 62,2 100% 99,6 98,4 91,8 92,3 35,4 100% 49,8 95,9 35,5 35,5

Lan 0 79,9 85,7 89,6 90,1 95,9 95,1 92,9 91,1 89,7 87 94,9 86,9 83,1 88,3 87,8 76,3 95,4 95,1 94,5 93,9 88,9 92,1 77,5 83,9 58,6 46,3 35,9 0 88 86,2 88,8 75,3 65 64,4 98 90,5 58,8 92,1 86,2 96,5 85,1 97 86 0 76,3 67 80 35,6 0 0 0 0 0 0 0 45,3 0 64,4 64,4

Lem 0 8,6 3,7 4,7 0,5 3,9 4,8 6,5 8 6,6 9,4 4,9 7 7,6 11,1 10,4 8 3,1 4,5 3,4 4 9,2 7,5 4 11,4 4,2 4,8 5 0 10,9 12,9 10,7 4,3 8,3 4,3 1,7 5,7 7,5 4 9,4 3,3 11,2 2,8 2,3 0 6,1 6,1 4,4 2,1 0 0 0 0 0 0 0 4,8 0 0,4 0,4

Keterangan (Klasifikasi Folks' 72) Pasir Lumpur Pasiran sedikit Krikilan Lanau Pasiran Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau / Lempung Lanau Lanau / Lempung Lanau Lanau Lanau Lanau Pasiran Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Pasiran Lanau Lanau Pasiran Lanau Pasiran Pasir Lanauan Pasir Sedikit krikilan Lanau Lanau Lanau Lanau Pasiran Lanau Pasiran Lanau Pasiran Lanau Lanau Lanau Pasiran Lanau Lanau Lanau Lanau / Lempung Lanau Lanau Pasiran Pasir Lanau Pasiran Lanau Pasiran Lanau Pasiran Pasir lanauan Pasir Pasir Sedikit Krikilan Pasir Sedikit Krikilan Pasir Krikilan Pasir Sedikit Krikilan Lanau Pasiran Pasir Lanau Pasiran Pasir Sedikit Krikilan Lanau Pasiran Lanau Pasiran

No. 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104

No. Contoh BT-05.001(370-400) BT-05.002(0-17) BT-05.002(17-27) BT-05.002(27-160) BT-05.002(160-400) BT-05.003(0-90) BT-05.003(90-310) BT-05.004(20-40) BT-05.004(40-50) BT-05.004(60-100) BT-05.004(100-180) BT-05.004(180-380) BT-05.004(380-400) BT-05.005(0-20) BT-05.005(20-60) BT-05.005(60-100) BT-05.005(100-120) BT-05.005(150-200) BT-05.006(0-20) BT-05.006(20-60) BT-05.006(70-80) BT-05.007(0-20) BT-05.007(20-60) BT-05.007(60-80) BT-05.008(20-60) BT-05.008(80-100) BT-05.009(0-20) BT-05.009(20-60) BT-05.009(60-100) BT-05.009(100-150) BT-05.009(150-200) BT-05.010(0-25) BT-05.010(25-110) BT-05.010(110-215) BT-05.010(215-315) BT-05.011(0-10) BT-05.011(10-200) STA-05.001BH1(1) STA-05.001BH2(2,5) STA-05.001BH3(3.6) STA-05.001BH4(4.7) STA-05.002BH1 STA-95.002BH2 STA-05.003BH1

X(phi) 4,4 5,1 5,1 5,1 5,1 1,5 1,5 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 0,5 0,5 0,5 1,8 1,8 1,8 4,5 4,5 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 5,4 5,4 5,4 5,4 5,8 5,8 5,7 5,7 5,7 5,7 4,9 4,9 5,6

Sort 1,8 2,2 2,2 2,2 2,2 1,1 1,1 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 2,6 2,6 2,6 1,8 1,8 1,8 2 2 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1 1 1 1 1,2 1,2 1,7 1,7 1,7 1,7 1,5 1,5 1,4

Skew -0,3 -0,4 -0,4 -0,4 -0,4 -0,9 -0,9 -0,2 -0,2 -0,2 -0,2 -0,2 -0,2 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -0,5 -0,5 -0,5 -0,4 -0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0 0 0 0 0 -0,4 -0,4 -0,4 -0,4 0,7 0,7 0,4

Kurt 2 3,1 3,1 3,1 3,1 4,7 4,7 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 4,3 4,3 4,3 4,3 4,3 1,2 1,2 1,2 1,7 1,7 1,7 2,6 2,6 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,7 2,7 2,7 2,7 2,4 2,4 3,2 3,2 3,2 3,2 2,7 2,7 2,2

Kri 0 1 1 1 1 4,4 4,4 0 0 0 0 0 0 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 40,3 40,3 40,3 5,1 5,1 5,1 0,6 0,6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pas 35,5 29,7 29,7 29,7 29,7 95,6 95,6 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5 98,6 98,6 98,6 98,6 98,6 59,7 59,7 59,7 94,9 94,9 94,9 33,3 33,3 44,1 44,1 44,1 44,1 44,1 6,3 6,3 6,3 6,3 3,4 3,4 9,9 9,9 9,9 9,9 32,9 32,9 10,3

Lan 64,4 60,3 60,3 60,3 60,3 0 0 66,7 66,7 66,7 66,7 66,7 66,7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 66 66 50,3 50,3 50,3 50,3 50,3 93,1 93,1 93,1 93,1 95 95 81 81 81 81 62 62 82,7

Lem 0,4 8,9 8,9 8,9 8,9 0 0 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,1 0,1 5,6 5,6 5,6 5,6 5,6 0,6 0,6 0,6 0,6 1,6 1,6 9 9 9 9 5,1 5,1 7

Keterangan (Klasifikasi Folks' 72) Lanau Pasiran Lumpur Pasiran Sedikit Krikilan Lumpur Pasiran Sedikit Krikilan Lumpur Pasiran Sedikit Krikilan Lumpur Pasiran Sedikit Krikilan Pasir Sedikit Krikilan Pasir Sedikit Krikilan Lanau Pasiran Lanau Pasiran Lanau Pasiran Lanau Pasiran Lanau Pasiran Lanau Pasiran Pasir Sedikit krikilan Pasir Sedikit krikilan Pasir Sedikit krikilan Pasir Sedikit krikilan Pasir Sedikit krikilan Krikil Pasiran Krikil Pasiran Krikil Pasiran Pasir Krikilan Pasir Krikilan Pasir Krikilan Lumpur Pasiran sedikit Krikilan Lumpur Pasiran sedikit Krikilan Lanau Pasiran Lanau Pasiran Lanau Pasiran Lanau Pasiran Lanau Pasiran Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Lanau Pasiran Lanau Pasiran Lanau Pasiran

DATA BESAR BUTIR


DAERAH : PERAIRAN SEBATIK - KALIMANTAN TIMUR KA. TIM. : Ir. YOGI NOVIADI WAKTU : JUNI s/d JULI 2005 No Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 No Contoh SBT - 05.001 SBT - 05.002 SBT - 05.003 SBT - 05.004 SBT - 05.005 SBT - 05.006 SBT - 05.007 SBT - 05.008 SBT - 05.009 SBT - 05.010 SBT - 05.011 SBT - 05.012 SBT - 05.013 SBT - 05.014 SBT - 05.015 SBT - 05.016 SBT - 05.017 SBT - 05.018 SBT - 05.019 SBT - 05.020 SBT - 05.021 SBT - 05.022 SBT - 05.023 SBT - 05.024 SBT - 05.025 SBT - 05.026 SBT - 05.027 SBT - 05.028 SBT - 05.029 SBT - 05.030 SBT - 05.031 SBT - 05.032 SBT - 05.033 SBT - 05.034 SBT - 05.035 SBT - 05.036 SBT - 05.037 SBT - 05.038 SBT - 05.039 SBT - 05.040 SBT - 05.041 SBT - 05.042 SBT - 05.043 SBT - 05.044 SBT - 05.045 SBT - 05.046 SBT - 05.047 SBT - 05.048 SBT - 05.049 SBT - 05.050 SBT - 05.051 Berat asal 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Berat ckg 10,7200 1,7956 1,4587 0,3074 0,6846 0,2660 0,0397 0,1402 0,1297 0,1555 37,1834 0,1739 0,1831 0,2393 0,2079 0,1431 2,3938 0,2492 0,6147 0,3393 0,8380 0,5696 0,1106 0,6229 0,1734 1,3058 2,0919 6,7227 7,6557 0,1854 0,1650 0,8981 2,2822 7,2187 1,5427 0,2496 0,1603 7,8611 0,3412 0,3631 0,1782 0,2615 0,1800 3,4341 30,9939 0,9236 0,3663 0,7587 0,8215 7,9793 8,6636 Berat non ckg 89,2800 98,2044 98,5413 99,6926 99,3154 99,7340 99,9603 99,8598 99,8703 99,8445 62,8166 99,8261 99,8169 99,7607 99,7921 99,8569 97,6062 99,7508 99,3853 99,6607 99,1620 99,4304 99,8894 99,3771 99,8266 98,6942 97,9081 93,2773 92,3443 99,8146 99,8350 99,1019 97,7178 92,7813 98,4573 99,7504 99,8397 92,1389 99,6588 99,6369 99,8218 99,7385 99,8200 96,5659 69,0061 99,0764 99,6337 99,2413 99,1785 92,0207 91,3364 Berat kumulatif 88,0576 97,9607 97,4380 98,5142 98,7710 99,2068 98,1710 98,3321 98,6202 98,5554 61,6075 98,2795 98,9539 98,4440 98,4294 98,3017 97,1494 99,0970 98,1995 98,0423 98,9724 98,5387 98,4199 98,5864 98,1963 97,7393 96,6780 92,2905 91,6735 98,6973 98,3565 98,4369 97,3603 92,1605 97,9475 98,3004 99,5105 91,5089 99,0339 99,1053 99,1601 98,1362 99,1697 96,0019 68,7678 97,7885 98,8847 98,5229 98,0025 91,8341 90,3330

No Urut 52 53 54 55 56 57 58 59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

No Contoh SBT - 05.052 SBT - 05.053 SBT - 05.054 SBT - 05.055 SBT - 05.056 SBT - 05.057 SBT - 05.058 BT - 05.001 0 - 20 cm 50 - 370 cm 370 - 400 cm BT - 05.002 0 - 17 cm 17 - 27 cm 27 - 160 cm 160 - 400 cm BT - 05.003 0 - 90 cm 90 - 310 cm BT - 05.004 20 - 40 cm 40 - 50 cm 60 - 100 cm 100 - 180 cm 180 - 380 cm 380 - 400 cm BT - 05.005 0 - 20 cm 20 - 60 cm 60 - 100 cm 100 - 120 cm 150 - 200 cm BT - 05.006 0 - 20 cm 20 - 60 cm 70 - 80 cm BT - 05.007 0 - 20 cm 20 - 60 cm 60 - 80 cm BT - 05.008 20 - 60 cm 80 - 100 cm BT - 05.009 0 - 20 cm 20 - 60 cm 60 - 100 cm 100 - 150 cm 150 - 200 cm BT - 05.010 0 - 25 cm 25 - 110 cm 110 - 215 cm 215 - 315 cm BT - 05.011 0 - 10 cm 10 - 200 cm

Berat asal 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Berat ckg 13,6851 10,4719 8,2020 1,9164 1,5253 15,1135 3,1597 6,4786 4,1703 2,6200 0,8271 0,7871 2,5340 1,5730 1,2906 3,0215 0,1916 2,7311 6,6260 0,4775 4,3635 2,4876 0,6253 0,2453 0,4901 0,3942 4,0366 14,0507 13,1188 13,7237 2,7760 2,1574 10,1699 0,2885 0,2808 2,5062 4,6613 1,8854 1,0792 1,7311 1,1117 7,4640 6,6896 1,4129 1,0176 0,8334

Berat non ckg 86,3149 89,5281 91,7980 98,0836 98,4747 84,8865 96,8403 93,5214 95,8297 97,3800 99,1729 99,2129 97,4660 98,4270 98,7094 96,9785 99,8084 97,2689 93,3740 99,5225 95,6365 97,5124 99,3747 99,7547 99,5099 99,6058 95,9634 85,9493 86,8812 86,2763 97,2240 97,8426 89,8301 99,7115 99,7192 97,4938 95,3387 98,1146 98,9208 98,2689 98,8883 92,5360 93,3104 98,5871 98,9824 99,1666

Berat kumulatif 85,1774 88,2032 90,7391 97,0122 97,1948 83,9256 95,7978 92,3722 95,4565 96,1725 98,7494 98,9794 96,9274 98,0685 97,8406 96,6260 99,6518 96,9155 92,3706 98,2586 94,2606 96,8960 99,3889 99,5810 99,5329 99,5503 95,3730 85,7955 86,4496 86,2181 97,0644 97,3386 89,4936 99,5115 98,3184 97,3444 94,4759 97,2744 98,6595 97,7389 97,6513 91,8101 92,0868 98,0198 97,2008 98,7568

No No Urut Contoh 70 STA - 05.001 BH. 1 (1 m) BH. 2 (2.5 m) BH. 3 (3.6 m) BH. 4 (4.7 m) 71 STA - 05.002 BH. 1 BH. 2 72 STA - 05.003 BH. 1 73 STA - 05.004 BH. 1

Berat asal
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Berat ckg
0,0256 0,0454 0,0090 1,4354 0,0000 0,0817 0,2754 0,0000

Berat non ckg


99,9744 99,9546 99,9910 98,5646 100,0000 99,9183 99,7246 100,0000

Berat kumulatif
99,6337 99,8606 99,5701 97,6402 99,2866 99,7548 98,0437 0,0000

ANALISA BESAR BUTIR DAERAH KA. TIM. WAKTU No Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 No Contoh SBT - 05.001 SBT - 05.002 SBT - 05.003 SBT - 05.004 SBT - 05.005 SBT - 05.006 SBT - 05.007 SBT - 05.008 SBT - 05.009 SBT - 05.010 SBT - 05.011 SBT - 05.012 SBT - 05.013 SBT - 05.014 SBT - 05.015 SBT - 05.016 SBT - 05.017 SBT - 05.018 SBT - 05.019 SBT - 05.020 SBT - 05.021 SBT - 05.022 SBT - 05.023 SBT - 05.024 SBT - 05.025 SBT - 05.026 SBT - 05.027 SBT - 05.028 SBT - 05.029 SBT - 05.030 SBT - 05.031 SBT - 05.032 SBT - 05.033 SBT - 05.034 SBT - 05.035 SBT - 05.036 SBT - 05.037 SBT - 05.038 SBT - 05.039 SBT - 05.040 SBT - 05.041 SBT - 05.042 SBT - 05.043 SBT - 05.044 SBT - 05.045 SBT - 05.046 SBT - 05.047 : PERAIRAN SEBATIK - NUNUKAN - KALIMANTAN TIMUR : Ir. YOGI NOVIADI

-2.0 phi 0,3632 1,5618 -

-1.5 phi 0,2402 -

-1.0 phi 0,1643 -

-0.5 phi 1,5185 -

-0 phi 0,0472 3,1294 -

0.5 phi 0,1351 4,6915 -

1.0 phi 0,1682 3,8602 -

1.5 phi 7,3193 0,3345 3,8348 9,1070 7,9060 4,2133 2,4534 -

2.0 phi

2.5 phi

3.0 phi

3.5 phi

4.0 phi

Pan

56,2007 16,6933 1,5072 0,7939 0,1028 5,4404 0,7451 1,7382 1,6605 3,6159 0,9191 88,2337 1,7522 4,9737 1,3466 89,3655 0,0999 2,1846 1,9461 94,2836 4,8716 2,0715 91,8279 0,0896 0,0681 99,0491 0,0241 0,0269 98,1200 0,1333 0,2662 97,9326 0,3283 0,3802 97,9117 1,6925 1,0936 95,7693 0,9334 1,3819 0,4546 58,8376 0,1231 98,1564 0,1423 2,8624 1,7330 94,2162 0,1514 5,7064 2,2267 90,3595 0,2992 0,2255 97,9047 0,7648 0,7485 96,7884 0,5159 7,2887 4,6333 84,7115 0,3408 0,5594 98,1968 0,0347 0,1044 0,1047 97,9557 0,4864 0,8888 96,6671 0,7418 0,7051 97,5255 0,4861 0,7673 97,2853 0,1364 0,1292 98,1543 1,4009 6,6000 90,5855 0,2451 2,8292 95,1220 0,3081 0,3476 9,7291 13,6745 73,6800 4,0568 10,3526 38,0672 3,8545 40,3469 19,5412 22,5592 15,2473 14,8468 0,8253 15,4359 29,0492 20,1726 6,1405 4,4951 0,3318 7,2114 0,1426 0,6027 97,9520 0,3475 0,4208 97,5882 0,3331 98,1038 0,5931 2,5898 12,5230 1,2292 80,4252 1,8821 2,4306 17,6071 4,5445 65,6962 0,6217 0,2995 18,5230 8,5978 69,9055 0,1672 98,1332 0,4037 1,9760 97,1308 12,4534 9,0008 3,5608 4,0416 1,2636 53,2827 1,2571 1,5113 96,2655 2,8556 1,0861 95,1636 0,1192 99,0409 0,9916 1,6298 95,5148 0,1497 99,0200 3,4158 3,0302 1,1813 88,3746 5,1530 4,4802 10,3354 30,6124 2,1713 11,8022 2,8644 1,4500 0,4480 3,5204 3,2479 83,8044 0,1045 2,6576 9,8036 86,3190

Berat pipet 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 15,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0

4.0 phi 0,3855 0,3959 0,3894 0,4066 0,4226 0,4268 0,3755 0,3911 0,3950 0,3883 0,4201 0,3871 0,4145 0,4217 0,4075 0,3805 0,3386 0,3733 0,3898 0,3855 0,3511 0,3777 0,3640 0,3594 0,3234 0,3795 0,2860 0,3826 0,3956 0,3850 0,3609 0,3661 0,3724 0,3746 0,3827 0,3890 0,3959 0,4232 0,3907 0,4050 0,3806 0,3852 0,3880 0,3283

5.0 phi 0,3714 0,3598 0,3811 0,3811 0,4152 0,4125 0,3641 0,3746 0,3859 0,3711 0,4128 0,3823 0,3963 0,4123 0,3987 0,3585 0,3245 0,3598 0,3833 0,3715 0,3443 0,3671 0,1793 0,2963 0,1934 0,2963 0,2529 0,3664 0,3796 0,3532 0,3463 0,3577 0,3081 0,3657 0,3119 0,3782 0,3655 0,4146 0,3818 0,3384 0,3758 0,3246 0,3582 0,1240

6.0 phi 0,3435 0,3204 0,3238 0,3091 0,3598 0,3382 0,3235 0,3543 0,3333 0,3296 0,3748 0,3354 0,3607 0,3469 0,3552 0,3116 0,2884 0,3446 0,3335 0,3286 0,2739 0,2906 0,0662 0,2411 0,1330 0,2156 0,2203 0,3201 0,3732 0,3041 0,3088 0,2990 0,2513 0,3206 0,2444 0,3157 0,3186 0,3815 0,3487 0,2666 0,3492 0,2371 0,3103 0,0954

7.0 phi 0,2626 0,2354 0,2457 0,2303 0,2739 0,2548 0,2293 0,2564 0,2422 0,2305 0,2677 0,2497 0,2829 0,2622 0,2627 0,1631 0,2078 0,2798 0,1444 0,2310 0,2123 0,2104 0,0616 0,2003 0,1074 0,1740 0,1735 0,2304 0,2996 0,2045 0,2360 0,2658 0,1993 0,2235 0,1972 0,2470 0,2291 0,3022 0,2620 0,2115 0,2602 0,1722 0,2443 0,0800

8.0 phi 0,1474 0,0565 0,0704 0,0076 0,0602 0,0642 0,0908 0,1211 0,0993 0,1426 0,0768 0,1088 0,1331 0,1808 0,1685 0,1275 0,0376 0,0648 0,0456 0,0561 0,1228 0,1021 0,0343 0,1484 0,0540 0,1096 0,1300 0,1574 0,2159 0,1503 0,0723 0,1644 0,0755 0,0224 0,0721 0,1691 0,0570 0,1656 0,0476 0,1609 0,0397 0,0303 0,1041 0,0576

Ket.

No No -2.0 phi Urut Contoh 48 SBT - 05.048 49 SBT - 05.049 50 SBT - 05.050 51 SBT - 05.051 52 SBT - 05.052 53 SBT - 05.053 1,9547 54 SBT - 05.054 1,0967 55 SBT - 05.055 56 SBT - 05.056 57 SBT - 05.057 58 SBT - 05.058 0,8086 59 BT - 05.001 0 - 20 cm 50 - 370 cm 370 - 400 cm 60 BT - 05.002 0 - 17 cm 17 - 27 cm 0,7414 27 - 160 cm 0,2990 160 - 400 cm 0,8062 61 BT - 05.003 0 - 90 cm 0,7264 90 - 310 cm 0,7591 62 BT - 05.004 20 - 40 cm 40 - 50 cm 60 - 100 cm 100 - 180 cm 180 - 380 cm 0,2444 380 - 400 cm 63 BT - 05.005 0 - 20 cm 20 - 60 cm 60 - 100 cm 100 - 120 cm 150 - 200 cm 64 BT - 05.006 0 - 20 cm 8,8206 20 - 60 cm 3,4756 70 - 80 cm 27,9188 65 BT - 05.007 0 - 20 cm 20 - 60 cm 60 - 80 cm 0,7983 66 BT - 05.008 20 - 60 cm 80 - 100 cm 67 BT - 05.009 0 - 20 cm 20 - 60 cm 60 - 100 cm 100 - 150 cm 150 - 200 cm -

-1.5 phi 1,5587 0,8058 0,5968 0,2031 0,1224 0,2709 0,5314 1,6208 0,3955 0,4955 3,1073 3,3741 1,5231 1,2025 0,1040 -

-1.0 phi 0,3117 1,3072 3,4106 0,8162 2,1209 0,2721 0,4531 0,0581 0,1574 0,3830 1,4039 0,0488 0,1595 0,4277 0,3821 0,7164 1,5164 2,2558 0,9534 0,1760 0,1471 2,5654 0,4056 -

-0.5 phi 1,0791 3,0691 4,2745 2,4211 1,8063 0,3123 0,3014 0,3447 0,0346 0,6317 1,5638 0,1393 0,8187 0,6060 0,8166 1,4392 5,1825 6,0114 3,1363 0,2511 1,9044 8,8727 0,4847 -

-0 phi 2,5281 3,7489 5,4757 2,1222 2,2791 1,0420 0,6030 0,4075 0,3880 0,2139 0,6944 1,8782 0,7182 3,5951 2,3428 2,6266 0,6890 1,6088 4,7837 5,8309 3,5683 1,0843 3,2293 10,2135 0,3109 0,6841 -

0.5 phi 3,5250 5,5058 6,0795 2,2834 3,5960 1,4604 0,3522 0,6696 0,6506 0,3436 1,1320 7,2264

1.0 phi 2,2941 3,6975 4,2665 5,6335 1,9246 4,1828 3,6412 1,2453 0,7506 0,8886 0,8401 0,5199 3,3693 4,1420

1.5 phi 5,2407 6,1260 6,9773 6,7334 3,7903 6,6456 1,9620 9,9493 3,5178 1,6318 1,2841 1,6422 1,5030

2.0 phi 0,7281 8,5121 9,3009 8,9199 10,7490 10,4198 0,9917 14,2766 15,4255

2.5 phi 0,3414 1,1505 5,8525 15,2222 4,7307 16,3459 36,7202 1,6074 14,1311 25,0210

3.0 phi

3.5 phi

4.0 phi

Pan 89,0411 52,7216 7,5644 2,5574 3,5130 3,2811 2,0318 77,4947 12,4967 30,8682 9,0361 43,4864 11,8338 65,0758 8,0558 26,9577 12,3834 62,3604 9,0506 10,7662 0,0269 0,1376 2,2689 11,5052 49,2736 68,0950 0,0372 0,0787 0,1415 0,1797 10,4260 0,1067 0,4560 7,7098 0,1060 0,1484 0,3083 0,1388 68,1156

0,2592 3,7550 5,1262 1,0910 27,5100 14,8013 14,8762 44,0018 3,4923 20,0912 24,6758 1,2181 12,4232 27,8674 2,8484 11,8820 9,1036 1,7210 17,7195 8,3770 0,2105 8,0962 11,4213 3,3885 74,5250 4,1855 6,2886 7,7834 10,5777 14,6715 9,1818 0,4258 0,2817 0,2062 1,2423 9,8582 5,8467 3,3509 4,4409 0,8036 0,8503 0,0197 0,1088 0,5329 0,3943 3,7898 2,7640 0,6713 0,5937 0,4713 0,8343 1,4904 0,2568 0,5134 4,1092 1,5964 0,9518 1,5719 0,1336 1,5367

Berat pipet 20,0 20,0 15,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0

4.0 phi 0,3497 0,3287 0,0333 0,3437 0,3604 0,4151 0,4012

5.0 phi 0,2406 0,1038 0,0303 0,1576 0,2745 0,3857 0,3640 0,3544 0,3683 0,3781 0,3462 0,3413 0,3473 0,2541 0,3105

6.0 phi 0,1995 0,0516 0,0193 0,1108 0,1980 0,3496 0,2958 0,3085 0,3330 0,3086 0,2709 0,2542 0,3103 0,1947 0,2284

7.0 phi 0,1796 0,0349 0,0036 0,0522 0,1327 0,2346 0,0738 0,2125 0,2940 0,2318 0,2040 0,1933 0,2128 0,1326 0,1818

8.0 phi 0,0531 0,0313 0,0031 0,0480 0,1028 0,1444 0,0063 0,1275 0,2078 0,1639 0,0317 0,0025 0,1657 0,0899 0,1211

Ket.

5,7770 14,1498 13,6066 13,1087 22,5609 23,4014 12,0674 9,2939 8,2572 8,7437 3,9625 4,1279 4,0995 4,0794 5,6589 5,0059 11,3821 13,9792 47,4526 13,0368 12,4979 31,6121 22,6172 18,5055 30,0664 7,2224 4,7145 10,4749 4,8098 4,3577 1,7900 2,1772 4,0298 3,6454 4,0950 3,3198 22,6113 27,9231 30,2297 24,4377 11,5771 9,0245 9,1938 2,8495 8,1269 8,7184 3,7594 5,0959 4,8689 0,1722 0,7882 2,4212 1,4326 8,0743 6,7592 45,8362 31,8200 41,6484 46,6782 22,3274 27,7930 19,8416 19,8472 45,4764 35,1189 39,5283

0,3871 0,4061 0,3850 0,3973 0,3891 0,3743 0,3206 0,3738

14,0144 42,0924 14,5057 12,9503 30,8004 13,4380

2,2786 8,7138 25,7062 40,7739 19,2642 11,3594 19,4982 28,1563 20,2901 9,8264 7,2259 9,4593 25,1291 22,7234 14,8081 7,1151 12,2186 20,7950 22,3453 14,9818 1,5204 3,3602 6,2494 7,9059 9,0586 1,6663 3,3117 5,1973 5,7827 1,5474 3,6239 4,1469 3,1219 1,9314 2,8166 6,2927 0,3716 1,0176 1,6005 2,1416 3,2190 2,0532 2,8390 2,7821 3,4146 1,5240 1,0785 4,4540 2,6580 4,1749 2,0279 5,5402 6,5061 2,4497 4,1719 1,8389 7,3969 22,8360 5,7172 33,4483 5,1312 21,9108 4,6253 22,7951 17,7214 19,9689 6,8388 9,9417 10,6283 13,3279 3,4392 3,9603 16,5923 13,3444 17,9771 17,0384 3,9584 4,5579

16,3214 39,3377 25,1053 12,0963 4,7450 7,7360 5,4612 5,1105 17,9082 7,0778 5,4373 5,6225 2,3661 62,1696 54,0488 36,2366 31,3292 13,0464

12,5340 4,2647 0,1933 0,2746 17,1894 8,6488 0,2588 7,2523 19,3914 15,7947 0,2582 20,1562 10,9557 16,3310 12,9975 21,4236 5,5385 14,4933 12,5894 49,7052

No No -2.0 phi Urut Contoh 68 BT - 05.010 0 - 25 cm 0,3068 25 - 110 cm 110 - 215 cm 215 - 315 cm 69 BT - 05.011 0 - 10 cm 0,3293 10 - 200 cm 70 STA - 05.001 BH. 1 (1 m) BH. 2 (2.5 m) BH. 3 (3.6 m) 0,4610 BH. 4 (4.7 m) 71 STA - 05.002 BH. 1 BH. 2 72 STA - 05.003 BH. 1 -

-1.5 phi

-1.0 phi

-0.5 phi

-0 phi

0.5 phi

1.0 phi

1.5 phi

2.0 phi

2.5 phi

3.0 phi

3.5 phi

4.0 phi

Pan 6,2776 44,8820 72,2557 94,2832 46,0442 92,1853


36,4923 39,7367 23,8466 88,0717 47,3326 76,1675 90,8444

Berat pipet 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0


20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0

4.0 phi 0,3987 0,4119 0,3911 0,3974 0,4060


0,3889 0,3840 0,3823 0,3888 0,3640 0,3756 0,3231

5.0 phi 0,3767 0,4015 0,3656 0,3395 0,3988


0,3301 0,3175 0,2859 0,3423 0,2053 0,2534 0,2099

6.0 phi 0,3443 0,3619 0,3243 0,3402 0,3546


0,2572 0,2229 0,2474 0,2940 0,1354 0,1526 0,1699

7.0 phi 0,2183 0,3210 0,0169 0,2331 0,2919


0,2010 0,1785 0,1806 0,2091 0,0866 0,1078 0,1311

8.0 phi 0,2027 0,0180 0,0072 0,1620 0,0246


0,1457 0,1199 0,1392 0,1378 0,0557 0,0726 0,0705

Ket.

0,4510 0,1761 2,4545 -

0,3349 0,1418 0,0655 2,3409 -

0,3190 0,2325 0,1336 0,1448 1,4978 -

0,6956 0,4862 0,4868 0,5473 1,8442 -

0,8151 0,5655 0,8064 0,7781 1,8711 -

1,7173 0,8049 1,5418 1,4744 2,7243 0,4981 0,4686 -

4,7072 1,9783 1,5539 4,5345 5,2050 4,4650 5,8244 1,2027 0,3809 -

16,1317 29,3085 18,8906 16,6909 5,9565 10,9592 9,5691 15,6082 2,8633 4,0729 3,6624 5,1206 0,3881 1,6605 8,5515 17,2622 15,5686 12,3670 1,6182 4,2270 0,0809 -

1,0051 2,8568 2,5580 1,6880 3,0983 1,1288


3,6107 3,4569 6,1042 1,5054 9,3953 6,2027 4,8473

14,5336 20,8223 20,1113 15,1209 1,6323 4,2067 0,8783 0,0711

6,4033 0,9244
5,3446 5,1061 7,2642 0,8277 7,1556 2,3138 0,1300

11,2991 4,5183
7,9280 8,4059 15,8490 2,2841 26,1199 14,1116 2,1509

Sample darat

Hasil Analisa Sayatan Oles


SEDIMEN PANTAI & DASAR LAUT Daerah selidikan Dikerjakan oleh : Pulau Sebatik Kalimantan Timur : Ir. Hartono

BIOGENIK No. Contoh & Kedalaman GAMPINGAN


F o r a m i n i f e r a R TR TR TR TR TR TR R TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR N a n n o F r a g m e n M i k r i t R a d i o l a r i a

SILIKATAN
D i a t o m a e S p o n g e s p i c K a r b o n a n

BUKAN BIOGENIK PASIR DAN LANAU


T o t a l d e n t r i t u s Fe/Mn O k s i d a v o l k a n i k s h a r r d L e m p u n g Z e o l i t

AUTIGENIK
D o l o m i t G i p s u m G l a u k o n i t

BESAR BUTIR

Q
SBT- 05.001 Grab SBT- 05.002 Grab SBT- 05.003 Grab SBT- 05.004 Grab SBT- 05.005 Grab SBT- 05.006 Grab SBT- 05.007 Grab SBT- 05.008 Grab SBT- 05.009 Grab SBT- 05.010 Grab SBT- 05.011 Grab SBT- 05.012 Grab SBT- 05.013 Grab SBT- 05.014 Grab SBT- 05.015 Grab SBT- 05.016 Grab SBT- 05.017 Grab SBT- 05.018 Grab SBT- 05.019 Grab SBT- 05.020 Grab SBT- 05.021 Grab SBT- 05.022 Grab SBT- 05.023 Grab SBT- 05.024 Grab SBT- 05.025 Grab SBT- 05.026 Grab SBT- 05.027 Grab SBT- 05.028 Grab R TR R TR C R TR R R TR TR TR TR TR TR R TR TR TR TR TR TR R TR TR TR TR TR C c c c c c c c c c c R R R R c R c R R c c R R R TR TR TR R c c TR TR TR TR R TR C R c R C R R c C R c C A a a C A A A

F
-

M
TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR -

HM
R R TR TR TR TR R R TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR R TR TR R R TR R R R c c c R TR TR TR c R c R c R C R c c C R C C A a a C A A A R R TR TR TR TR TR c c R TR TR TR R TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR A A A D A D D A A A A D D A D A A a D A A c C C a c c c TR TR TR TR Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln Lp - Ln Lp - Ln Lp - Ln Lp - Ln - Ps.Sh -Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh -Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h

2 BIOGENIK No. Contoh & Kedalaman GAMPINGAN


F o r a m i n i f e r a TR TR TR TR TR TR TR R TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR N a n n o F r a g m e n M i k r i t R a d i o l a r i a

SILIKATAN
D i a t o m a e S p o n g e s p i c K a r b o n a n

BUKAN BIOGENIK PASIR DAN LANAU


T o t a l d e n t r i t u s Fe/Mn O k s i d a v o l k a n i k s h a r r d L e m p u n g Z e o l i t

AUTIGENIK
D o l o m i t G i p s u m G l a u k o n i t

BESAR BUTIR

Q
SBT- 05.029 Grab SBT- 05.030 Grab SBT- 05.031 Grab SBT- 05.032 Grab SBT- 05.033 Grab SBT- 05.034 Grab SBT- 05.035 Grab SBT- 05.036 Grab SBT- 05.037 Grab SBT- 05.038 Grab SBT- 05.039 Grab SBT- 05.040 Grab SBT- 05.041 Grab SBT- 05.042 Grab SBT- 05.043 Grab SBT- 05.044 Grab SBT- 05.045 Grab SBT- 05.046 Grab SBT- 05.047 Grab SBT- 05.048 Grab SBT- 05.049 Grab SBT- 05.050 Grab SBT- 05.051 Grab SBT- 05.052 Grab SBT- 05.053 Grab SBT- 05.054 Grab SBT- 05.055 Grab SBT- 05.056 Grab SBT- 05.057 Grab SBT- 05.058 Grab BT BT 05.007.0.20 cm BT- 05.001.50.370 cm R TR TR R R TR TR TR TR TR TR R R R TR TR R R R R R TR R R TR TR R R R R R c TR R c c R R R R R TR R R c R R R A R TR c c C C C A a A c R c c A A A a a A D D D D D D D D D c C

F
-

M
TR TR TR TR TR TR TR TR TR -

HM
R TR TR TR TR R R TR R R TR TR TR R R R R R TR TR R R R R R R R R R R TR TR A R R c C C C C A a A C R C C A A A a a A D D D D D D D D D c C R R R R R TR TR R TR TR R c c R TR TR TR TR TR c A D A a a a A c C c A D A A c R c C C c D A TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln Lp - Ln Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln Lp - Ln Lp - Ln Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Ps.Sh - Ps.m Ps.Sh - Ps.m Ps.Sh - Ps.m Ps.Sh - Ps.m Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m

3 BIOGENIK No. Contoh & Kedalaman GAMPINGAN


F o r a m i n i f e r a TR TR TR TR TR TR TR TR TR N a n n o F r a g m e n M i k r i t R a d i o l a r i a

SILIKATAN
D i a t o m a e S p o n g e s p i c K a r b o n a n

BUKAN BIOGENIK PASIR DAN LANAU


T o t a l d e n t r i t u s Fe/Mn O k s i d a v o l k a n i k s h a r r d L e m p u n g Z e o l i t

AUTIGENIK
D o l o m i t G i p s u m G l a u k o n i t

BESAR BUTIR

Q
BT- 05.001.370.400 cm BT- 05.002.0.17 cm BT- 05.002.17.27 cm BT- 05.002.27.160 cm BT- 05.002.160.400 cm BT- 05.003.0.90 cm BT- 05.003.90.310 cm BT- 05.004.20.40 cm BT- 05.004.40.50 cm BT- 05.004.60.100 cm BT- 05.004.100.180 cm BT- 05.004.180.380 cm BT- 05.004.380.400 cm BT- 05.005.0.20 cm BT- 05.005.20.60 cm BT- 05.005.60.100 cm BT- 05.005.100.120 BT- 05.005.150.200 BT- 05.006.0.20 BT- 05.006.20.60 BT- 05.006.70.80 BT- 05.007.0.20 BT- 05.007.20.60 BT- 05.007.60.80 BT- 05.008.20.60 BT- 05.008.80.100 BT- 05.009.0.20 BT- 05.009.20.60 BT- 05.009.60.100 BT- 05.009.100.150 BT- 05.009.150.200 BT- 05.010.0.25 TR TR R R TR TR R R c TR R c c R R TR R R R TR TR R TR R TR TR R TR TR R R c R R TR R R c R R c R R R R TR C D c A c D A D A A A c C D D D D A D A A D D D D a D D A A A D

F
-

M
-

HM
TR R TR R TR R R R R TR R TR R R R R TR R TR R R TR TR TR R R R R R R R TR C D c A c D A D A A A c C D D D D A D A A D D D D a D D A A A D TR R TR TR R TR TR c TR TR TR R A A c A R c c c C A A c R c C R c c c R TR TR TR TR TR TR TR TR TR R TR TR TR TR TR TR R TR Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Ps.Sh - Ps.m Ps.Sh - Ps.m Ps.Sh - Ps.m Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Ps.Sh - Ps.m

BIOGENIK No. Contoh & Kedalaman GAMPINGAN


F o r a m i n i f e r a TR TR N a n n o F r a g m e n M i k r i t R a d i o l a r i a

SILIKATAN
D i a t o m a e S p o n g e s p i c K a r b o n a n

BUKAN BIOGENIK PASIR DAN LANAU


T o t a l d e n t r i t u s Fe/Mn O k s i d a v o l k a n i k s h a r r d L e m p u n g Z e o l i t

AUTIGENIK
D o l o m i t G i p s u m G l a u k o n i t

BESAR BUTIR

Q
BT- 05.010.25.110 BT- 05.010.110.215 BT- 05.010.215.315 BT- 05.011.0.10 BT- 05.011.10.200 STA I BH 1 (1m) STA I BH 2 (2,5) STA I BH 3 (3,6) STA I BH 4 (4,7) STA II BH I STA II BH 2 STA III BH I TR TR TR TR TR TR R R R R R R c R TR R A A A A c A A D R C A A

F
-

M
-

HM
R R R R TR R R TR TR R R R A A A A C A A D R C A A c c R TR TR C C R R C R R D C c c C C c c D c c TR Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Ps.Sh - Ps.m Lp - Ln - Ps.Sh Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.Sh

Keterangan : D A a = banyak = sangat umum = umum (75 %) (75 - 50 %) (50 - 30 %) C = agak umum c = kadang - kadang (30 - 15 %) (15 - 5 %) R = jarang (5 - 1 %) (1 %) Lp Ln = Lempung = Lanau Ps.h = Pasir halus Ps.m = Pasir menengah TR = sangat jarang

Ps.sh = Pasir sangat halus

ANALISA MINERAL BERAT Daerah Dideskripsi oleh


Mineral Magnetit Hematit Hornblende Limonit Zirkon Dolomit Cangkang Kuarsa Pirit Kayu teroksidasi

: Perairan Nunukan - Sebatik, Kalimantan Timur : Ir.Hartono

LOKASI CONTOH SBT05-01 SBT05-02 SBT05-03 SBT05-11 SBT05-27 SBT05-28 SBT05-29 SBT05-34 SBT05-38 SBT05-44 SBT05-45 SBT05-49 SBT05-50 SBT05-51 SBT05-52 0,1595 0,0795 0,1098 0,0800 0,1240 0,4065 0,2142 0,4565 0,1985 0,2480 0,6731 0,6731 1,2726 2,5496 2,0039 0,0006 0,0002 0,0015 0,0070 0,0062 0,0065 0,0021 0,0004 0,0009 0,0023 0,0027 0,0027 0,0017 0,0037 0,0050 0,0001 0,0001 0,0025 0,0001 0,0000 0,0010 0,0004 0,0006 0,0039 0,0020 0,0004 0,0003 0,0019 0,0012 0,0021 0,0034 0,0014 0,0005 0,0005 0,0012 0,0029 0,0029 0,0028 0,0347 0,0177 0,0003 0,0011 0,0009 0,0003 0,0024 0,0042 0,0014 0,0003 0,0008 0,0070 0,0070 0,0046 0,0022 0,0027 0,0001 0,0003 0,0007 0,0028 0,0003 0,0059 0,0037 0,0016 0,0002 0,0030 0,0030 0,0013 0,0005 0,0006 0,0018 0,0018

Mineral Magnetit Hematit Hornblende Limonit Zirkon Dolomit Cangkang Kuarsa Pirit Kayu teroksidasi SBT05-53 SBT05-54 SBT05-56 SBT05-57 SBT05-58 bt-1/0-20 1,1686 0,7451 1,1098 0,2933 0,6598 0,0643 0,0073 0,0123 0,0001 0,0050 0,0023 0,0022

LOKASI CONTOH bt-2/0-17 bt-3/0-92 bt-4/20-40 bt-5/0-20 0,1712 0,0256 0,0297 0,3188 0,0014 0,0043 0,0021 0,0039

bt-6/6-20 0,3933 0,0048

0,0033 0,0055 0,0015

0,0010 0,0027 0,0017

0,0011 0,0002

0,0002 0,0020 0,0039 0,0003

0,0001 0,0009 0,0004 0,0003

0,0027 0,0017 0,0010 0,0019

0,0027 0,0012

0,0002 0,0015 0,0007

0,0007 0,0002

0,0029 0,0010

0,0019 0,0006

bt-7/0-20 bt-8/20-60 bt-9/0-20 bt-10/0-25 0,2013 0,6364 0,3212 0,0525 0,0032 0,0264 0,0013 0,0319 0,0214 0,0081 0,0014 0,0034 0,0229 0,0034 0,0077 0,0166 0,0283

0,0092

0,0153

HASIL PEMERIKSAAN
Kode/Nomor Contoh Pemerian Megaskopis : LP-7 : Contoh berupa bongkah batuan,berwarna abu- abu kecoklatan bercak putih-coklat

Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna coklat-coklat terang, berbutir kasar terdiri dari plagioklas, kuarsa, pyroksen, fragmen batuan dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen gelas dan mika halus.

1 2 3 4 5 6
X-Nikol

1 2 3 4 5 6
0.5 mm
XPL

Photomikrograft sayatan tipis contoh batuan Tuff Terubah. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan pyroksen terdapat sebagai komponen pada masa semen gelas dan mika halus

No 1

Nama Mineral Plagioklas

% 16, 6 20, 7 8,7

Keterangan Bentuk kristalin menyudut warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,90 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen gelas dan mika halus Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,20 mm terdapat sebagai komponen pada masa semen gelas dan mika halus Bentuk kristalin warna kuning terang, ukuran 0,02-0.18 mm, terdapat sebagai Komponen pada masa dasar semen gelas dan mika halus Bentuk tidak teratur (non kriatalin) warna abu-abu terang sedikit coklat terang, terdapat sebagai masa semen dengan mika halus Bentuk tidak teratur berserat halus warna kuning terang,halus terdapat sebagai masa semen dengan gelas Bentuk kristalin halus, warna gelap terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan gelas

Kuarsa

Pyroksen

Gelas

38, 7 9,8 5,5

5 6

Mika Mineral Bijih

Nama Batuan

: Tuff Terubah

HASIL PEMERIKSAAN
Kode/Nomor Contoh Pemerian Megaskopis : Bor Batu Lamampu 59,6 M : Contoh berupa pecahan kecil batuan, rapuh, berwarna abu-abu kecoklatan

Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna coklat terang, berbutir halus, terdiri dari kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung

1 2 3 4 5 6
X-Nikol

1 2 3 4 5 6
0.5 mm
XPL

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Lempung Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa semen gelas dan mika halus dan mineral lempung

No 1

Nama Mineral Kuarsa

% 24,8

Keterangan Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,12 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mineral lempung Bentuk tidak teratur warna coklat -coklat terang, halus sebagai masa semen Bentuk kristalin halus bentuk tidak teratur warna coklatgelap terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mineral lempung

2 3

Mineral Lempung Mineral Bijih

71,6 3,6

Nama Batuan

: Batu Lempung Pasiran

HASIL PEMERIKSAAN
Kode/Nomor Contoh Pemerian Megaskopis : Bor Batu Lamapu 35 M : Contoh berupa pecahan kecil batuan, cukup kompak, berwana abu-abu kecoklatan

Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna coklat terang, berbutir halus terdiri dari kuarsaan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung

1 2 3 4 5 6
X-Nikol

1 2 3 4 5 6
0.5 mm
XPL

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Lempung Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa semen gelas dan mika halus dan mineral lempung

No 1

Nama Mineral Kuarsa

% 23,9

Keterangan Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,08 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mineral lempung Bentuk tidak teratur warna coklat -coklat terang, halus sebagai masa semen Bentuk kristalin halus bentuk tidak teratur warna coklatgelap terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mineral lempung

2 3

Mineral Lempung Mineral Bijih

72,4 3,7

Nama Batuan

: Batu Lempung Pasiran

HASIL PEMERIKSAAN
Kode/Nomor Contoh Pemerian Megaskopis : Bor Batu Lamapu 51 M : Contoh berupa pecahan kecil batuan, rapuh, berwarna abu-abu gelap -hitam

Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna abu-abu terang, tekstursparitik (kasar) terdiri dari plagioklas, kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen karbonat halus dan mineral lempung

1 2 3 4 5 6
X-Nikol

1 2 3 4 5 6
0.5 mm
XPL

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Gamping Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen karbonat halus dan mineral lempung
No 1 Nama Mineral Plagioklas % 19,2 Keterangan Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,20 mm, terdapat sbg komponen pd masa dasar semen kabonat halus dan min lempung Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,20mm terdapat sebagai komponen pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung Bentuk kristalin halus, warna abu abu terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung sebagian mengisi kerangka fosil Bentuk tidak teratur warna coklat -coklat terang, halus, terdapat sebagai masa semen dengan karbonat halus sebagian mengisi kerangka fosil Bentuk kristalin halus tidak teratur, warna coklat-gelap terdapat sebagian sebagai komponen halus pd masa semen karbonat halus dan min lempung

Kuarsa

11,7

Karbonat

59,6

Mineral Lempung

7,2

Mineral Bijih

2,3

Nama Batuan

: Batu Gamping Pasiran

HASIL PEMERIKSAAN
Kode/Nomor Contoh Pemerian Megaskopis : Bor Batu Lamapu 42,3 M : Contoh berupa pecahan kecil batuan, rapuh, berwarna abu- abu gelap -hitam

Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna coklat-coklat terang, berbutir halus terdiri dari plagioklas, kuarsa, dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen mineral lempung dan gelas.

1 2 3 4 5 6
X-Nikol

1 2 3 4 5 6
0.5 mm
XPL

Photomikrograft sayatan tipis contoh batuan Tuff. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa semen mineral lempung dan gelas
No 1 Nama Mineral Plagioklas % 17,2 Keterangan Bentuk kristalin menyudut warna abu-abu terang, ukuran 0,020,08 mm terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen gelas dan mineral lempung Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,06 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen gelas dan mineral lempung Bentuk tidak teratur (non kriatalin), warna abu-abu terangsedikit coklat terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung Bentuk tidak teratur warna coklat terang-kuning terang, halus, terdapat sebagai masa semen sebagian warna gelap pengaruh dari oksida besi Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklatgelap, terdapat sebagai komponen halus dan oksida besi pd masa semen gelas dan min. lempung

Kuarsa

12,4

Gelas

46,4

Mineral Lempung

19,5

Mineral Bijih

4,5

Nama Batuan

: Tuff

HASIL PEMERIKSAAN
Kode/Nomor Contoh Pemerian Megaskopis : Bor Batu Lamapu 17,5 M : Contoh berupa bongkah kecil batuan, kompak, berwarna abu- abu terang

Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna coklat-coklat terang, berbutir halus, terdiri dari plagioklas, kuarsa, dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen mineral lempung, gelas dan mika halus.

1 2 3 4 5 6
X-Nikol

1 2 3 4 5 6
0.5 mm
XPL

Photomikrograft sayatan tipis contoh batuan Tuff Terubah. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa daras semen mineral lempung, gelas dan mika halus
No 1 Nama Mineral Plagioklas % 16,9 Keterangan Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,08 mm, terdapat sbg komp. pd masa dasar semen gelas, min lempung, dan mika halus Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,06 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen gelas, mineral lempung dan mika halus Bentuk kristalin halus, berserat tidak teratur, warna kuning terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung dan gelas Bentuk tidak teratur (non kriatalin), warna abu-abu terang sedikit-coklat terang, terdapat sbg masa semen dengan mineral lempung dan mika halus Bentuk tidak teratur, warna coklat terang-kuning terang, halus, terdapat sebagai masa semen sebagian warna gelap pengaruh dari oksida besi Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklatgelap, terdapat sebagai komponen halus dan oksida besi pada masa semen gelas, mineral lempung dan mika halus

Kuarsa

19,6

Mika

18,3

Gelas

32,3

Mineral Lempung

9,4

Mineral Bijih

3,5

Nama Batuan

: Tuff Terubah

HASIL PEMERIKSAAN
Kode/Nomor Contoh Pemerian Megaskopis : Bukit Menangis BH.3 (220 M) : Contoh berupa bongkah batuan, kompak, berwarna coklat terang

Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna kuning terang-coklat terang, berbutir halus, terdiri dari plagioklas,kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung

1 2 3 4 5 6
X-Nikol

1 2 3 4 5 6
0.5 mm
XPL

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Pasir Kuarsa. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa semen dan mika halus dan mineral lempung

No 1

Nama Mineral Plagioklas

% 12,3

Keterangan Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,18 mm, terdapat sebagai komponen pd masa dasar semen mika halus dan min. lempung Bentuk kristalin, warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,16 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan mineral lempung Bentuk kristalin halus, berserat tidak teratur, warna kuning, terang terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung Bentuk tidak teratur, warna coklat -coklat terang, halus, terdapat sebagai masa semen dengan mika halus Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklatgelap, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mika halus dan mineral lempung

Kuarsa

50,1

3 4 5

Mika Mineral Lempung Mineral Bijih

19,1 16,7 1,8

Nama Batuan

: Batu Pasir Kuarsa

HASIL PEMERIKSAAN
Kode/Nomor Contoh Pemerian Megaskopis : Bukit Menangis BH.1 (1,80 M) : Contoh berupa bongkah kecil batuan, berwarna coklat terang rapuh,

Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna abu-abu terang, plagioklas, kuarsa dan mineral bijih sebagai dasar semen mika halus dan mineral lempung

berbutir halus terdiri dari komponen halus pada masa

1 2 3 4 5 6
X-Nikol

1 2 3 4 5 6
0.5 mm
XPL

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Lempung Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan mineral lempung
No 1 Nama Mineral Plagioklas % 13,9 Keterangan Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,24 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung Bentuk kristalin, warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,20 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan mineral lempung Bentuk kristalin halus, berserat tidak teratur, warna kuning terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung Bentuk tidak teratur, warna coklat -coklat terang, halus, terdapat sbg masa semen dengan mika halus Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklatgelap, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mika halus dan mineral lempung

Kuarsa

29,6

3 4 5

Mika Mineral Lempung Mineral Bijih

15,2 39,5 1,8

Nama Batuan

: Batu Lempung Pasiran

HASIL PEMERIKSAAN
Kode/Nomor Contoh Pemerian Megaskopis : Bor Batu Lamampu 41,5 M : Contoh berupa bongkah kecil batuan, cukup rapuh, Berwarna hitam

Deskripsi Contoh
Sayatan batuan berwarna coklat-coklat terang, berbutir halus, terdiri dari plagioklas, kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung

1 2 3 4 5 6
X-Nikol

1 2 3 4 5 6
0.5 mm
XPL

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Lempung Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung
No 1 Nama Mineral Plagioklas % 12,6 Keterangan Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,24 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen mika halus dan mineral lempung Bentuk kristalin, warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,20 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen mika halus dan mineral lempung Bentuk kristalin halus, berserat tidak teratur, warna kuning terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung Bentuk tidak teratur, warna coklat -coklat terang, halus, tredapat sbg masa semen dengan mika halus Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklat-gela, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen mika halus dan mineral lempung

Kuarsa

26,3

3 4 5

Mika Mineral Lempung Mineral Bijih

21,9 34,7 4,5

Nama Batuan

: Batu Lempung Pasiran

HASIL PEMERIKSAAN
Kode/Nomor Contoh Pemerian Megaskopis : Bor Batu Lalampu, Sebatik 40,3 M : Contoh berupa bongkah kecil batuan, cukup rapuh, berwarna abu-abu gelap

Deskripsi Contoh
Sayatan batuanberwarna abu-abu terang, teksturmikritik (halus) dan sparitik (kasar) terdiri dr plagoiklas, kuarsa dan mineral bijih sebagai komponen halus pada masa dasar semen karbonat halus dan mineral lempung

1 2 3 4 5 6
X-Nikol

1 2 3 4 5 6
0.5 mm
XPL

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Gamping Pasiran. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan mineral bijih terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen karbonat halus dan mineral lempung
No 1 Nama Mineral Plagioklas % 9,6 Keterangan Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,30 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen kabonat halus dan mineral lempung Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,60 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung Bentuk kristalin halus, warna abu-abu terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung sebagian mengisi kerangka fosil Bentuk tidak teratur, warna coklat-coklat terang, halus, terdapat sebagai masa semen dengan karbonat halus sebagian mengisi kerangka fosil Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklatgelap, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung

Kuarsa

24,2

Karbonat

47,2

Mineral Lempung

12,8

Mineral Bijih

6,2

Nama Batuan

: Batu Gamping Pasiran

HASIL PEMERIKSAAN
Kode/Nomor Contoh Pemerian Megaskopis : Tg. Batu Lamampu : Contoh berupa bongkah batuan,berwarna abu- abu kecoklatan bercak putih-coklat

Deskripsi Contoh
Di dalam menyudut didominasi plagioklas, sayatan tipis menunjukan tekstur klsatik berbutir halus yang hingga menyudut tanggung, dengan minral penyusun yang oleh kuarsa dengan fragmen batuan kuarsitik dengan sedikit mineral opak, zeolit dan anhidrit.

1 2 3 4 5 6
X-Nikol

1 2 3 4 5 6
0.5 mm
XPL

Photomikrograft sayatan tipis contoh batu Batupasir kuarsa karbonatan. Nampak Mineral Kuarsa, plagioklas dan fragmen kuarsit dengan penyemen karbonat

No 1

Nama Mineral Kuarsa

% 60

Keterangan Bentuk kristalin menyudut, warna abu-abu terang, ukuran 0,02-0,30 mm, terdapat sebagai komponen pada masa dasar semen kabonat halus dan mineral lempung Bentuk kristalin warna terang, pemadaman bergelombang, halus, ukuran 0,02-0,60 mm, terdapat sebagai komponen pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung Bentuk kristalin halus, warna abu-abu terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung sebagian mengisi kerangka fosil Bentuk tidak teratur, warna coklat-coklat terang, halus, terdapat sebagai masa semen dengan karbonat halus sebagian mengisi kerangka fosil Bentuk kristalin halus, bentuk tidak teratur, warna coklatgelap, terdapat sebagian sebagai komponen halus pada masa semen karbonat halus dan mineral lempung

Kuarsit

24,2

Plagioklas

2,0

Zeolit

12,8

Mineral Opak

6,2

Nama Batuan

: Batupasir kuarsa karbonatan

HASIL PEMERIKSAAN
Kode/Nomor Contoh Pemerian Megaskopis : LP 8A : Contoh berupa pecahan kecil batuan, rapuh, berwarna abu-abu gelap -hitam

Deskripsi Contoh
Di dalam sayatan tipis menunjukan tekstur klsatik, berbutir halus hingga berukuran 0,6 mm, butiran menyudut tanggung, kemas terbuka, terpilah sedang. Mineral penyusun didominasi kuarsa disertai fragmen kuarsit dengan semen oksidasi besi (hematite).

1 2 3 4 5 6
X-Nikol

1 2 3 4 5 6
0.5 mm
XPL

Batupasir kuarsa hematite yang disusun oleh kuarsa dan karbonat yang mengisi rongga-rangga dengan oksidasi besi sebagai semen

No 1

Nama Mineral Kuarsa

% 50

Keterangan Bentuk kristalin menyudut, tak berwarna, ukuran 0,6 mm, terdapat sebagai komponen domina umumnya retak-retak halus. Bentuk kristalin warna terang, butir menyudut tanggung yang disusun oleh butiran-butiran halus kuarsa yang saling bertautan, beberapa fragmennya disertai oleh oksida besi Bentuk kristalin halus, warna abu-abu terang, terdapat sebagai masa semen dengan mineral lempung sebagian mengisi kerangka fosil

Kuarsit

45

Karbonat

Nama Batuan

: Batupasir Kuarsa

Sample BH I (9,55 mtr)

Sample BH I (13,00 mtr)

Sample SBT-19

Sample BH II (25,00 mtr)

Sample BH II (26.5 mtr)

Sample SBT-30

Sample BH I (9,55 mtr

Sample BH I (13,00 mtr)

Sample BH II (25,00 mtr)

Sample BH II (26.5 mtr)

Sample SBT-19

Sample SBT-30

You might also like