You are on page 1of 22

VI.

EVALUASI DAMPAK PENTING


A. TELAAHAN TERHADAP DAMPAK PENTING

Evaluasi dampak penting dilakukan secara holistik adalah telaahan secara totalitas terhadap berbagai dampak yang bersifat penting yang ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling pengaruh-mempengaruhi sehingga diketahui sejauh mana perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif dengan menggunakan Metode Matriks tiga Tahap Fisher and Davies (1973), menurut Fisher and Davies metode ini dapat dipergunakan untuk melakasanakan prediksi, interpretasi dan evaluasi dampak. Matriks Fisher and Davies merupakan metode yang menggunakan langkah-langkah yang terdiri dari: i) menyusun matriks evaluasi dasar terhadap komponen lingkungan, ii) menyusun matriks untuk melakukan identifikasi dan prediksi dampak, dan iii) menyusun matriks evaluasi dampak dan keputusan. 1. Evaluasi Dasar terhadap Komponen Lingkungan

Dalam melaksanakan identifikasi dampak dan memprediksi dampak perlu disusun suatu matriks evaluasi dasar terhadap kondisi lingkungan. Pada hakekatnya matriks evaluasi dasar ini dimaksudkan untuk dapat memperolah data tentang rona lingkungan dan berbagai sifat dari sesuatu parameter komponen lingkungan. Matriks evaluasi dasar disusun dengan cara: a. Disusun daftar parameter komponen lingkungan yang diduga terkena dampak pembangunan. parameter komponen lingkungan ini disusun berdasar kelompok geofisik, biotis dan sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat; b. Setiap parameter ditentukan kondisinya pada saat studi yaitu Rona Lingkungan Awal. Kondisi setiap paramater dibedakan menjadi 3 yaitu: bagus, sedang dan jelek. Ketiga hal ini perlu ditentukan untuk mempermudah dalam memberikan skala keadaan sekarang. Skala kualitas lingkungan dapat menggunakan pedoman baku mutu kualitas lingkungan atau dengan menggunakan tabel standar kualitas lingkungan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu; c. Keadaan komponen kualitas lingkungan sekarang ditentukan dengan memberikan nilai skala 1 5. Angka 1 berarti kondisi paramater lingkungan sangat jelek, angka 2, 3, 4 dan 5 masingmasing berarti jelek, sedang, bagus dan sangat bagus; d. Skala kepentingan terhadap proyek diberikan dalam bentuk angka-angka 1 terhadap parameter yang tidak penting terhadap proyek, angka 2 yang tidak penting, angka 3 sedang, angka 4 sesuatu paremeter itu penting dan angka 5 sesuatu parameter itu sangat penting; e. Demikian juga dengan kepekaan terhadap pengelolaan bagi setiap parameter juga harus ditentukan. Nilai kepekaan terhadap sesuatu parameter lingkungan terhadap pengelolaan juga ditentukan dengan memberi angka-angka 1 bagi parameter yang sangat tidak peka, angka 2 tidak peka, angka 3 berarti sedang, angka 4 peka dan angka 5 sangat peka terhadap upaya pengelolaan. Dasar untuk penentuan kepekaan terhadap pengelolaan sebagai berikut.

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-1

1) a)

Fisik Kimia Iklim Mikro

Kegiatan permbersihan lahan dan pembongkaran bangunan akan menyebabkan hilangnya vegetasi pada lahan seluas 43,6 ha. Fungsi vegetasi sebagai peneduh dan penyerap polutan, maka dengan adanya perubahan lahan tersebut akan berdampak terhadap perubahan iklim mikro (peningkatan suhu dan peneurunan kelembaban). Kondisi lahan tanpa vegetasi diprakirakan akan berlangsung selama kegiatan konstruksi berlangsung. Peningkatan suhu dan penurunan kelembaban akan berpengaruh terhadap kenyaman thermal masyarakat sekitar. Selain itu, peningkatan iklim mikro juga akan berdampak terhadap fungsi fisiologis tanaman lain di sekitar lokasi. Perubahan iklim mikro pada tahap operasi dari kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan. Pengoperasian jalan yaitu meningkatnya jumlah kendaraan bermotor mengakibatkan terjadi pencemaran udara. Konsentrasi penduduk pada wilayah tertentu ditambah dengan adanya industri dan perdagangan serta transportasi kota yang padat menyebabkan tejadinya thermal polution yang kemudian membentuk pulau panas atau heat island. Pulau-pulau panas terjadi karena adanya emisi panas yang direfleksikan dari permukaan bumi ke atmosfir. Pertumbuhan sektor industri dan bisnis di sepanjang jalan Bojonggede-Kemang diprakirakan akan meningkat, hal ini akan berdampak juga terhadap perubahan tata guna lahan yaitu perubahan tutupan lahan dari pertanian menjadi bangunan tempat usaha (industri, pertokoan, dll) atau perumahan. Menurut Grey dan Deneke (1986), sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi mengalami proses refleksi, transmisi dan absorbsi. Pulau panas pada umumnya terdapat pada bagian wilayah kota tidak bervegetasi, kemudian proses tersebut saling bersinergi dalam meningkatkan suhu udara. Dari kegiatan pemeliharaan jalan dan jembatan yang salah satu kegiatannya adalah pemeliharaan tanaman pada RTH seluas 30 % yang telah ditanam pada tahap konstruksi. Diprakirakan dalam waktu 5 tahun pertumbuhan tanaman pada RTH sudah optimal. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap membaiknya kondisi iklum mikro (penurunan suhu dan peningkatan kelembaban). Tauhid (2008) mengemukakan bahwa luas 10 % penutupan vegetasi pohon hutan kota mampu menurunkan suhu 0,9 C. Sedangkan peningkatan kelembaban dengan adanya penghijauan yaitu sekitar 4 % (Asiani, 2009). Perubahan iklim mikro akan mempengaruhi kenyamanan masyarakat sekitar lokasi studi, namun dengan pengelolaan yang baik dampak perubahan iklim mikro dapat terbalikkan. Dengan demikian kepekaan terhadap pengelolaan tahap konstruksi dan operasi adalah peka (4). b) Kualitas Udara dan Debu
o

Seperti telah diuraikan pada Bab V, bahan berupa material konstruksi akan diangkut dari lokasi quarry yang berada di daerah Rumpin (15 Km dari proyek), Cigudeg (25 dari proyek), dan Jonggol (30 dari proyek), melalui jalur jalan arteri: Parung, kemudian melalui jalan lokal hingga ke lokasi studi di Desa Bojongbaru. Penimbunan alat berat dan material konstruksi akan dilakukan di tiga lokasi, di sekitar Desa Bojongbaru, Desa Tajurhalang, dan Desa Jampang. Untuk mencapai dua lokasi penimbunan lainnya dipergunakan jalan lokal eksisting. Peningkatan intensitas kendaraan yang melalui jalur angkut tersebut akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi debu, gas CO, NOx dan SO2 di udara ambien di sepanjang jalan yang dilalui kendaraan. Besarnya peningkatan kandungan polutan udara tersebut masih berada di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan menurut PP No. 41 tahun 1999. Walaupun demikian wilayah sebaran dampak cenderung luas hingga radius 30 km dari lokasi proyek

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-2

yaitu sepanjang jalur pengangkutan. Kegiatan mobilisasi alat berat dan bahan ini berlangsung secara intermitten selama tahap konstruksi yaitu sekitar 9 bulan, dan dapat terbalikan seiring dengan berakhirnya tahap konstruksi. Dengan demikian jelas bahwa paparan polutan udara terhadap penduduk yang tinggal di sekitar jalur angkut tidak terus menerus. Kegiatan pematangan lahan yang melakukan pembukaan lahan seluas 43,6 ha, diprakirakan menimbulkan peningkatan konsentrasi debu di udara ambien pada saat kegiatan berlangsung hingga mencapai 1268 ug/m3, sementara dari aktivitas buldozer, backhoe dan crawler diprakirakan memberikan kontribusi emisi gas buang sebesar 1,88 ug/m3 untuk debu, 3,21 ug/m3 untuk 502, 9,96 ug/m3 untuk NOx dan 8,85 ug/m3 untuk CO. Peningkatan tersebut jika dikumulatifkan dengan konsentrasi ambien rata-rata masih berada di bawah ambang batas yang dipersyaratkan, kecuali untuk debu. Namun demikian pada saat pematangan lahan juga terjadi pengangkutan bahan bekas galian dan bahan timbunan sehingga peningkatan kandungan gas-gas pencemar di udara akan semakln tinggi. Wilayah persebaran dampak akan meluas hingga radius 30 km serta masyarakat yang akan terkena dampak akan lebih banyak. Kandungan debu hingga 1268 ug/m3 akan mengganggu jarak pandang baik bagi pekerja ataupun masyarakat yang tinggal berdekatan dengan lokasi kegiatan, sehingga resiko terjadinya kecelakaan kerja semakin tinggi. Paparan debu juga berimplikasi pada meningkatnya resiko kejangkitan penyakit saluran pernafasan seperti ISPA dan penumonia. Dengan beroperasinya Jalan Bojonggede - Kemang, maka jalan tersebut akan bertindak sebagai sumber emisi garis (line source) bagi peningkatan gas-gas polutan di udara ambien. Kadar gas-gas di udara ambien pada saat beroperasinya jalan diprakirakan meningkat namun peningkatannya masih di bawah ambang batas berdasarkan PP No. 41 tahun 1999. Peningkatan yang mencolok, adalah parameter CO (karbon monoksida) dan NOx (nitrogen oksida). Kedua gas ini merupakan polutan utama dari sektor transportasi. Peningkatan volume kendaraan di sepanjang jalan BojonggedeKemang diprakirakan akan melebihi 2% per tahun, karena di kawasan ini akan terjadi percepatan pertumbuhan pembangunan di berbagai sektor seperti industri dan bisnis. Dengan demikian akan terjadi peningkatan konsentrasi polutan secara gradual dan berlangsung selama beroperasinya jalan Bojonggede- Kemang. Pada suatu saat dalam masa pengoperasian jalan, konsentrasi polutan tersebut akan melewati ambang batas, meskipun CO dan Nox dapat bereaksi secara kimiawi dengan zat lain menjadi senyawa yang lebih stabil, yaitu CO akan teroksidasi menjadi CO2 dan NOx akan tereduksi menjadi gas ammonia. Kondisi ini terjadi karena kecepatan pembentukan emisi lebih besar dibanding kecepatan penyisihannya. Penurunan kualitas udara tersebut bersifat akumulatif dengan sedikit reversible. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak dari peningkatan kualitas udara dan debu tahap konstruksi dan operasi adalah sangat peka (5). c) Kebisingan

Kebisingan sebesar 65-74 dBA pada jarak 20 meter dari sumber juga berlangsung secara intermitten di siang hari sehingga pengaruhnya terhadap gangguan pendengaran relatif kecil. Menurut Whyte, et al., 1980 lingkungan dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dBA atau kondisi kerja yang mengakibatkan seseorang harus menghadapi tingkat kebisingan leb!h besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam per hari tergolong sebagai high level of noise related risk. Dengan demikian kebisingan yang timbul dari kegiatan mobilisasi alat berat dan bahan tergolong beresiko rendah terhadap

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-3

gangguan pendengaran. Namun dampak akan meningkat secara gradual jika mobilisasi alat tersebut kegiatannya bersamaan dengan kegiatan pematangan lahan. Kebisingan dari pengoperasian buldozer berkisar antara 75-95 dBA pada jarak 15 meter dari sumber. Persebaran dampak diprakirakan akan terjadi di sepanjang jalur rencana jalan, di atas lahan seluas 43,6 ha, dan akan berlangsung selama kegiatan pematangan lahan. Kebisingan tersebut jika berlangsung secara terus-menerus selama 8 jam per hari atau lebih, maka akan berdampak pada gangguan pendengaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pematangan lahan harus dikelola dengan baik agar dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan Pad saat pengoperasian jalan Bojjonggede Kemang, kebisingan di lokasi jalan dan sekitarnya akan lebih tinggi dibanding dengan kondisi sebelum adanya jalan. Kebisingan yang timbul dari aktifitas transportasi bervariasi bergantung pada jenis kendaraan yang melewatinya yaitu berkisar antara 60 hingga diatas 90 dBA. Kebisingan yang timbul tergolong sebagai kebisingan sesaat dengan intensitas cenderung menurun dengan semakin jauhnya jarak dengan sumber (sumber bergerak). Dengan demikian paparan terhadap penduduk yang tinggal di sekitar lokasi jalan relatif tidak tinggi. Namun demikian pertumbuhan sektor industri dan bisnis di sepanjang jalan Bojonggede-Kemang, akan menjadi salah satu sumber bising kontinyu dari mulai pedagang kakilima, bengkel, pabrik dan pertokoan. Sama halnya dengan kualitas udara, tingkat kebisingan di lokasi kegiatan akan meningkat secara gradual selama operasional jalan. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak dari peningkatan kebisingan tahap konstruksi dan operasi adalah sangat peka (5). d) Kualitas Air Permukaan

Seperti yang telah diuraikan pada bab V, pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan pengkerasan jalan, serta pematangan lahan akan berdampak pada peningkatan air larian yang selanjutnya akan berdampak pada kualitas air permukaan dan sedimentasi berupa peningkatan kekeruhan, TSS, dan TDS perairan. Dengan penambahan erosi dari sebelum proyek sampai setelah proyek sebesar 910,307 ton/tahun atau sebesar 400% dari kondisi awal maka diprakirakan penambahan TSS di Sungai Kalibaru sebesar 160 mg/l, Sungai Pasanggrahan sebesar 325 mg/l, dan Sungai Kaliangke sebesar 265mg/l. Semakin tinggi TSS maka akan diikuti dengan peningkatan nilai kekeruhan, dengan adanya peningkatan kekeruhan pada tahap konstruksi maka diprakirakan kekeruhan pada Sungai Kalibaru sebesar 50 NTU, Sungai Pasanggrahan 135 NTU, dan Sungai Kaliangke 104 NTU. Menurut Moore (1991) mengatakan bahwa peningkatan kekeruhan sebesar 5 NTU pada perairan sungai dapat mengurangi produktivitas primer sebesar 13 %. Menurut Alabaster dan Lloyd (1982), TSS sebesar 81-400 mg/l sangat tidak baik bagi kehidupan organisme perairan. Sungai-sungai wilayah studi digunakan masyarakat sekitar untuk mengairi kolam/empang mereka oleh karena itu dengan peningkatan TSS sebesar 160-325 mg/l akan berdampak pada organisme yang dibudidaya oleh masyarakat. Kegiatan konstruksi dan operasi jalan dan jembatan juga akan mengakibatkan turunnya kualitas perairan seperti nitrit, pH, dan logam-logam berat. Konsentrasi nitrit pada sungai-sungai wilayah studi sudah cukup tinggi bahkan nilai nitrit melebihi baku mutu perairan. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya masukan nitrogen organik dari aktivitas MCK warga. Pada tahap operasi diprakirakan frekuensi kendaraan akan bertambah sehingga akan meningkatkan gas NOx yang selanjutnya akan

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-4

masuk ke perairan dan akan berubah menjadi nitrogen anorganik termasuk senyawa nitrit. Senyawa nitrit bersifat toksik baik untuk organisme perairan maupun pada manusia karena akan menyebabkan terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah. Gas NOx dan SOx yang dihasilkan dalam tahap operasi juga akan menyebabkan turunya pH perairan karena gas SOx dan NOx akan bereaksi dengan uap air dan menghasilkan asam kuat yaitu H2SO4 dan HNO3. Oleh karena itu dengan adanya kegiatan operasi maka akan menyebabkan asidifikasi perairan. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak dari penurunan kualitas air permukaan tahap konstruksi dan operasi adalah peka (4). e) Air Larian (Runoff)

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak terhadap peningkatan air larian (runoff). Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan yaitu pembersihan lahan dari vegetasi penutup dan bangunan yang berada pada tapak proyek, sehingga menjadi lahan terbuka. Selanjutnya dilakukan pematangan lahan dan konstruksi fisik jalan. Selama kegiatan-kegiatan tersebut maka akan terjadi runoff, berdasarkan hasil perhitungan yaitu sebesar 3.506,19 m /hari atau terjadi peningkatan dari kondisi aktual sebesar 2,103.72 m /hari. Peningkatan runoff akan berdampak lanjutan terhadap erosi tanah dan infiltrasi air ke dalam tanah. Terbawanya material tanah oleh aliran runoff akan menyebabkan terjadinya sedimentasi pada sungai terutama pada saat terjadinya hujan, dimana terjadi tumbukan air hujan pada tanah secara langsung yang akan mengikis tanah, selain itu dari kegiatan pematangan tanah akan menyebabkan terjadinya penghancuran konsistensi tanah menjadi butiran-butiran (agregat) kasar yang mudah terbawa bersama runoff pada saat hujan turun. Hal tersebut bepotensi menyebabkan terjadinya sedimentasi pada sungai akibat pengendapan material tanah ke dasar sungai. Sedimentasi akan menyebabkan kapasitas sungai sebagai badan air penerima akan berkurang sehingga berpotensi terjadinya luapan/banjir. Selain itu, masuknya material tanah ke dalam badan air penerima akan mengganggu kualitas air permukaan. Pada tahap operasi, kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan akan meningkatkan jumlah air larian. Runoff akan meningkatkan dimana 95% air akan menjadi air larian dan berdasarkan hasil perhitungan besarnya runoff yang terjadi adalah 4.441,18 m /hari dan diprakirankan setelah 5 tahun beroperasinya jalan, air larian (runoff) menjadi 3.084,22 m /hari dengan membaiknya kondisi tanaman pada RTH. Selain itu, juga berdampak terhadap terganggunya kualitas air permukaan dari partikel debu yang terbawa air larian. Sifak dampak runoff tidak berbalik, namun tidak mersifat menumpuk. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak dari air larian (runoff) tahap konstruksi dan operasi adalah sangat peka (5). f) Sedimentasi Sungai
3 3 3 3

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak terhadap sedimentasi sungai. Karena air Iimpasan dari lahan rencana jalan mengandung endapan lumpur dari tanah yang tererosi. Masuknya Iimpasan tersebut ke sungai mengakibatkan terjadinya peningkatan kekeruhan. Karena berat jenis paltikel yang terkandung dalam lumpur lebih besar dari berat jenis air, maka partikel tersebut akan mengendap ke dasar sungai dan menyebabkan

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-5

sedimentasi. Peningkatan sedimen di dasar sungai akan menyebabkan pendangkalan sungai, sehingga pada saat musim hujan terjadi intensitas hujan yang cukup tinggi, maka air sungai dapat meluap dan mengakibatkan banjir. Fenomena ini akan mengakibatkan kerugian diderita oleh penduduk yang bermukim di hilir sungai. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap sedimentasi sungai tahap konstruksi adalah peka (4). g) Muka Air Tanah

Pada kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan akan berlangsung di lahan seluas 43,6 ha dan diprakirakan menimbulkan dampak berupa penurunan muka air tanah. Lokasi kegiatan berbatasan dengan guna lahan yang bervariasi seperti permukiman, tegalan, ladang, sawah, rawa dan perkebunan. Areal tersebut yang diprakirakan menjadi penampung atau reseptor bagi air limpasan yang tidak terinfiltrasi di areal yang dimatangkan. Jarak terjauh reseptor tersebut diprakirakan berkisar antara 50 - 100 m dari trase jalan. Dengan demikian akuifer bebas akan terisi kembali dari Iimpasan yang terserap di sekitar lokasi kegiatan. Seluruh masyarakat yang berada di sepanjang rencana jalur jalan yang menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih tidak akan terganggu karena fenomena ini. Dampak tidak bersifat akumulatif dan dapat berbalik. Seperti halnya pada tahap konstruksi, setelah jalan beroperasi, infiltrasi tetap tidak terjadi di lahan yang digunakan untuk jalan, dan limpasan air hujan di permukaan jalan akan dialirkan ke saluran drainase untuk selanjutnya dilepas ke badan air penerima. Muka air tanah di lahan jalan akan turun seperti pada tahap konstruksi, tetapi di area reseptor limpasan, muka airnya akan meningkat. Karena pengoperasian jalan berlangsung selama 10 tahun, maka muka air tanah di lahan jalan akan menurun secara gradual, dimana penurunan muka air tanah tersebut bersifat akumulatif dan sukar untuk berbalik, apalagi pada saat musim kemarau. Masyarakat yang bermukim di sekitar jalan akan mengalami kesukaran untuk mendapatkan suplai air bersih dari air tanah karena muka air tanah menurun lebih dalam. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak dari penurunan muka air tanah tahap konstruksi dan operasi adalah peka (4). h) Ruang dan Lahan

Pada tahap operasi, kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan diprakirakan dapat menimbulkan dampak terhadap tata guna lahan, yaitu sekitar Ditinjau dari segi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), peruntukan lokasi studi sebagai wilayah pemukiman padat, hal ini berpotensi tumbuhnya usaha-usaha baru di sekitar lokasi jalan baik untuk jenis usaha perdagangan, perumahan maupun industri sehingga akan merubah pola penggunaan lahan aktual. Dengan meningkatnya aktivitas perekonomian maka akan berpotensi terhadap meningkatnya jumlah penduduk, total jumlah penduduk Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Tajurhalang dan Kecamatan Kemang tahun 2009 adalah 391.118 jiwa, dengan asumsi bahwa 1 % (8.438 jiwa) pertambahan penduduk tahun 2009 akan menambah luas lahan terbangun sebesar 3 %, maka dalam rentang waktu 10 tahun luas lahan terbangun adalah 32.5 % (80,5 %). Dampak perubahan tersebut tidak dapat berbalik dan berpengaruh terhadap penurunan muka air tanah karena berkurangnya daerah resapan air. Bila dikaitkan dengan kawasan Bojonggede - Kemang sebagai bagian dari kawasan konservasi air berdasarkan Kepres No. 114/1999, maka dampak dari kegiatan pengoperasian jalan terhadap tata guna lahan akan berimbas

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-6

terhadap kurangnya ketersediaan air terutama air tanah. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap perubahan ruang dan lahan tahap operasi adalah peka (4). 2) Biologi

Biota Air (Benthos) Seperti yang telah diuraikan pada bab V, kegiatan pembersihan dan pembongkaran bangunan, kegiatan pematangan lahan, Pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan, serta pekerjaan jembatan akan berdampak pada meningkatnya air larian sehingga kekeruhan dan sedimentasi perairan sungai meningkat, dengan meningkatnya kekeruhan perairan maka produktifitas primer akan berkurang dampak lanjutannya adalah terganggunya biota air yang sebagian besar hidupnya bergantung pada produktifitas primer perairan. Meningkatnya kekeruhan perairan juga akan mengakibatkan terganggunya pernafasan dan daya lihat organisme air. Menurut Moore (1991), perairan yang memilki tingkat kekeruhan yang tinggi akan berakibat fatal terhadap organisme ikan yaitu dapat mengganggu pernapasan yang disebabkan tersumbatnya insang oleh partikel tersuspensi. Kondisi komunitas benthos yang ada di sungai-sungai daerah studi menunjukkan bahwa sungaisungai tersebut telah tercemar bahan organik, hal ini dibuktikan dengan didominasinya komunitas benthos oleh Lumbriculus sp dan Melanoides sp serta nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener <1. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak berupa gangguan terhadap biota air (benthos) tahap konstruksi adalah sedang (3). 3) a) Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Kependudukan

pada tahap operasi, kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan akan berdampak terhadap kependudukan. Beroperasinya jalan Bojonggede Kemang, maka jalan tersebut akan berfungsi sebagai penghubung simpul-simpul atau pusat-pusat di wilayah tengah (sumbu wilayah/koridor perkembangan yang ada sekarang dengan sumbu-sumbu wilayah di bagian Timur dan Barat. Di samping itu dapat merangsang atau mendorong perkembangan kawasan-kawasan produksi yang dihubungkan atau dilalui oleh jaringan jalan tersebut. Sedangkan dari segi ekonomi, pengoperasian jalan Bojonggede- Kemang akan meningkatkan mobilitas barang khususnya untuk sektor pertanian dan industri. Mobilitas migrasi juga akan meningkat dimana migrasi manusia yang datang akan jauh lebih tinggi dibanding migrasi keluar. Kondisi demikian akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penduduk pada wilayah studi. Selain itu dampak lanjutan dari peningkatan penduduk yaitu perubahan penggunaan ruang pada wilayah studi baik untuk pembangunan pemukiman maupun bangunan tempat usaha. Dampak kegiatan pengoperasian jalan terhadap peningkatan penduduk bersifat menumpuk dan tidak terbalikkan. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap kependudukan tahap operasi adalah sangat peka (5). b) Pendapatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi

Pada tahap pra konstruksi, pengadaan lahan dan pembebasan lahan untuk pembangunan Jalan Bojonggede - Kemang akan menyebabkan hilangnya pendapatan penduduk di wilayah dampak primer yang mempunyai mata pencaharian sebagai petani karena hilangnya sumber mata

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-7

pencahariannya berupa sawah dan kebun tanaman pangan. Meskipun proses pengadaan lahan telah melalui musyawarah penentuan ganti rugi, tetapi untuk memperoleh lahan dengan kondisi hasil panen seperti semula memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk beralih profesi diperlukan keterampilan khusus yang tidak dimiliki oleh semua petani. Sehingga uang ganti rugi tersebut bisa meningkatkan pendapatan bagi yang mampu mengelolanya dan sebaliknya akan menurunkan pendapatan karena ketidakmampuan mengelolanya. Mengingat tingkat pendidikan rata-rata pemilik lahan hanya tamatan SD, maka diprakirakan kemungkinan yang kedua yang dominan terjadi. Pada tahap konstruksi, adanya penerimaan tenaga kerja kegiatan konstruksi dari komponen kegiatan rekrutmen tenaga kerja. Penerimaan tenaga kerja dengan memprioritaskan tenaga kerja lokal akan berdampak terhadap peniingkatan pendapatan masyarakat. Selain itu juga akan menimbulkan persepsi positif dari masyarakat. Dampak bersifat sementara yaitu selama kegiatan konstruksi berlangsung. Pada tahap operasi, Bila ditinjau dari segi konsep tata ruang, dengan beroperasinya Jalan Bojonggede Kemang, maka jalan tersebut akan berfungsi sebagai penghubung simpul-simpul atau pusat-pusat di wilayah tengah (sumbu wilayah/koridor perkembangan yang ada sekarang dengan sumbu-sumbu wilayah di bagian Timur dan Barat. Di samping itu dapat merangsang atau mendorong perkembangan kawasan-kawasan produksi yang dihubungkan atau dilalui oleh jaringan jalan tersebut. Sedangkan dari segi ekonomi, pengoperasian jalan Bojonggede- Kemang akan meningkatkan mobilitas barang khususnya untuk sektor pertanian dan industri. Mobilitas migrasi juga akan meningkat dimana migrasi manusia yang datang akan jauh lebih tinggi dibanding migrasi keluar. Kondisi demikian menunjukkan besarnya daya tarik wilayah studi dan sekitarnya baik untuk mencari pekerjaan ataupun sebagai tempat hunian. Dampak tersebut akan berlangsung selama masa layanan jalan yaitu sekitar 10 tahun. Hal lain yang ikut terpengaruh adalah timbulnya persepsi positif dari masyarakat terhadap pengoperasian jalan, serta peningkatan taraf hidup termasuk pelayanan di bidang kesehatan masyarakat. Dampak akan terakumulasi sesuai dengan perkembangan kawasan di dan sekitar lokasi pengoperasian jalan. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak dari perubahan pendapatan masyarakat tahap pra konstruksi, konstruksi dan operasi adalah sangat peka (5). c) Kesempatan Berusaha

Pada tahap operasi, adanya kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan diprakirakan akan menimbulkan dampak berupa meningkatnya kesempatan berusaha masyarakat setempat dan masyarakat pendatang. Karena dengan bertambahnya akses wilayah akan mendorong tercipta pusatpusat perekonomian dan jasa sehingga akan memberikan kesempatan berusaha pada masyarakat setempat khususnya. Mobilitas migrasi juga akan meningkat dimana migrasi manusia yang datang akan jauh lebih tinggi dibanding migrasi keluar, hal ini juga akan berdampak terhadap perubahan lahan terbangun akan semakin luas. Kondisi demikian menunjukkan besarnya daya tarik wilayah studi dan sekitarnya baik untuk mencari pekerjaan ataupun sebagai tempat hunian. Dampak tersebut akan berlangsung selama masa layanan jalan yaitu sekitar 10 tahun. Hal lain yang ikut terpengaruh adalah timbulnya persepsi positif dari masyarakat terhadap pengoperasian jalan, serta peningkatan taraf hidup termasuk pelayanan di bidang kesehatan masyarakat. Dampak akan terakumulasi sesuai dengan perkembangan kawasan di dan sekitar lokasi pengoperasian jalan. Dengan demikian maka

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-8

skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap kesempatan berusaha tahap operasi adalah peka (4). d) Kesempatan Kerja

Pada tahap konstruksi, kegiatan pekerjaan konstruksi badan jalan akan memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar tapak proyek dengan adanya proses rekrutmen tenaga kerja, dimana diprakirakan sebesar 60% tanaga kerja akan berasal dari penduduk sekitar yang memenuhi kualifikasi, sehingga akan menimbulkan dampak positif berupa penurunan angka pengangguran masyarakat di desa setempat. Dampak berlangsung sementara yaitu selama kegiatan konstruksi berjalan, namun demikian penerimaan tenaga kerja lokal akan memunculkan persepsi positif dari masyarakat. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap kesempatan kerja tahap konstruksi adalah sangat peka (5). e) Sikap dan Persepsi Masyarakat

Pada tahap pra konstruksi, kegiatan pengadaan lahan dan pembebasan lahan, masyarakat yang hak miliknya baik berupa lahan, bangunan maupun tegakan, yang terkena proyek akan mengalami kerugian hingga pendapatannya per bulan pulih kembali seperti sedia kala, meskipun ada ganti rugi dari pemerintah. Selama belum dilakukan musyawarah untuk menetapkan berapa harga pasti untuk lahan, bangunan mapun tegakan, di masyarakat timbul desas desus yang mengundang kekhawatiran bahwa hak miliknya tidak diberi ganti yang layak. Kondisi ini memicu timbulnya sikap dan persepsi negatif yang cepat sekali berkembang dan rnenyebar di wilayah studi. Pada tahap konstruksi, kegiatan pematangan lahan memiliki potensi menurunkan kualitas udara dan meningkatkan kebisingan. Hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa Iingkungan di mana mereka tinggal memiliki suasana tenang dan nyaman. Suasana hiruk pikuk alat berat dan polusi udara pada saat konstruksi akan mengubah ketenangan tersebut, sehingga masyarakat menjadi antipati terhadap kegiatan. Di lain pihak sumber air yang selama ini mereka manfaatkan menjadi tidak layak untuk dipergunakan sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat menjadi kekurangan air bersih. Kondisi demikian menjadi salah satu pemicu timbulnya persepsi negatif di masyarakat. Selain sikap negatif, sikap positif bisa juga muncul karena akan memudahkan mereka untuk bepergian, tingginya peluang untuk berusaha dan adanya peluang untuk bekerja pada proyek. Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk di dan sekitar rencana lokasi menyatakan secara umum setuju terhadap rencana pembangunan Jalan Bojonggede Kemang dan ingin bekerja di proyek dan/atau agar proyek memprioritaskan penduduk setempat sebagai tenaga kerja konstruksi. Perekrutan sekitar 60% orang penduduk lokal pada tahap konstruksi akan berdampak positif. Pada tahap operasl, dengan beroperasinya Jalan Bojonggede - Kemang maka akses Bogor-Depok dari arah Cibinong yang selama ini harus ditempuh lewat Jalan Bojonggede akan lebih cepat dan leluasa. Di samping itu, kerugian atas waktu dan bahan bakar semakin bisa ditekan, kemacetan di berbagai titik di sebelah Utara maupun Selatan wilayah studi akan berkurang, dan kepadatan kendaraan di beberapa ruas jalan seperti Jalan Bojonggede - Depok akan berpindah sebagian ke Jalan Bojongede - Kemang. Hasil kegiatan public hearing menunjukkan besarnya apreasisasi masyarakat yang dinyatakan dalam bentuk dukungan baik secara lisan maupun tulisan. Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa secara umum lebih dari 50% masyarakat setuju

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-9

dengan rencana pembangunan jalan tersebut. Dengan kemudahan aksesibilitas dan adanya dukungan masyarakat maka pengoperasian jalan Bojonggede-Kemang dapat menimbulkan persepsi masyarakat yang positif. Dampak positif tersebut akan berlangsung lama dan sinergis dengan laju pertumbuhan ekonomi di kawasan sepanjang Jalan Bojonggede-Kemang, sehingga bukan hanya penduduk lokal yang merasakan manfaatnya, namun juga pendatang yang bekerja atau berusaha di kawasan tersebut. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap sikap dan persepsi masyarakat tahap pra konstruksi, konstruksi dan operasi adalah sangat peka (5). f) Kesehatan Mayarakat

Pada tahap konstruksi, kegiatan pematangan lahan dapat menyebabkan tercemarnya sungai sebagai sumber air bersih sebagian penduduk, sehingga suplai air bersih berkurang. Masyarakat yang memanfaatkan air sungai tercemar oleh endapan lumpur maupun zat-zat lain yang berasal dari kegiatan konstruksi, dapat terjangkit penyakit saluran pencernaan seperti diare. Penyakit diare tersebut dapat mewabah sehingga masyarakat yang .terkena bukan hanya yang mengkonsumsi air sungai. Dampak lainnya yang diprakirakan timbul adalah kecelakaan akibat kerja yang dapat menimpa pekerja pematangan lahan. Disamping itu paparan terus menerus terhadap kebisingan yang tinggi dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Dampak akan berlangsung selama kegiatan pematangan lahan. Dampak tidak dapat berbalik dan bersifat kumulatif. Pada tahap operasi, pengoperasian jalan dan jembatan menyebabkan lancarnya arus lalulintas, peningkatan kapasitas kendaraan yang melewati wilayah studi. Pengaruh yang ditimbulkannya adalah peningkatan pencemar dari resirkulasi debu dari jalan dan emisi kendaraan berupa CO, Nox, S02, TSP dan Timbal (Pb). Peningkatan kadar pencemar tersebut di udara ambien menyebabkan timbulnya berbagai penyakit khususnya penyakit yang menyerang saluran pernafasan, sehingga terjadi peningkatan jumlah angka sakit. Dampak bersifat kumulatif dan tidak berbalik. Dampak akan berlangsung selama umur layanan jalan, yaitu 10 tahun namun dengan intensitas yang kecil. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap kesehatan masyarakat tahap konstruksi dan operasi adalah peka (4). g) Konflik Penerimaan Ganti Rugi

Pada tahap pra konstruksi dari kegiatan pengadaan lahan dan pembebasan lahan diprakirakan akan berdampak terhadap terjadinya konflik terkait dengan permasalahan ganti rugi. Tahap tersebut merupakan tahap paling kritis karena menyangkut nasib dan hak warga yang lahannya terkena proyek pembangunan. Pembebasan lahan akan mengenai pemukiman penduduk, rumah ibadah, makam, kebun, sawah, tempat usaha, maupun sarana ekonomi lainnya. Pemberian ganti rugi yang tidak memadai, penggunaan calo/broker dan penggunaan represi membuat hak warga negara tidak cukup terlindungi. Lemahnya daya tawar warga membuat ganti rugi benar-benar merugikan masyarakat. Kondisi demikian terbuka bagi kemungkinan konflik vertikal, yaitu pemerintah dengan warga yang terkena dampak. Proses pembebasan tanah menyangkut hak-hak warga yang akan kehilangan tempat tinggal sehingga sangat terbuka bagi terjadinya konflik vertikal maupun horizontal. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap terjadinya konflik penerimaan ganti rugi tahap pra konstruksi adalah sangat peka (5).

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-10

h)

Kerusakan Jalan Umum

pada tahap konstruksi, adanya kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan selama pembangunan jalan Bojonggede Kemang, diprakirakan akan menimbulkan dampak berupa rusaknya jalan umum akibat proses pengangkutan dan intensitas lalu lintas yang tinggi. Dari kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan diprakirakan akan terjadi peningkatan lalu lintas kendaraan yaitu sebesar 3 smp/jam (pengngkutan material konstruksi) dan 82 smp/jam (pengangkutan tanah urugan). Peningkatan jumlah kendaraan yang lalu lalang pada saat kontruksi berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas yang terjadi selama jam kerja konstruksi. Dampak berlangsung selama masa konstruksi dan dapat berbalik. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap kerusakan jalan umum tahap konstruksi adalah peka (4). i) Bangkitan Lalu Lintas/Kecelakaan Lalu Lintas

Pada tahap konstruksi kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan, pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan dan pekerjaan flyover akan menyebabkan terjadinya bangkitan lalu lintas. Dari kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan akan menyebabkan meningkatkan kepadatan lalu lintas dengan beroperasi kendaraan proyek sebesar 85 smp/jam. Dari kegiatan pematangan lahan dan pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan akan menyebabkan kemacetan lalu lintas akibat dari penutupan beberapa ruas jalan pada saat kegiatan tersebut berlangsung, sedangkan dari kegiatan pekerjaan flyover berpotensi terjadinya kemacetan akibat lalu lalang kendaraan proyek terutama pada pertigaan Depok-Bogor-Tegar Beriman. Namun bangkitan lalu lintas yang terjadi selama kegiatan konstruksi jalan belangsung tidak bersifat komulatif dan berbalik. Pada tahap operasi diprakirakan bahwa pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan akan mempengaruhi pola dan bangkitan lalu lintas di wilayah studio Pengoperasian Jalan Bojonggede - Kemang mengakibatkan lancarnya lalulintas baik di wilayah studi maupun dari dan keluar wilayah studi Pada tiga ruas jalan yang diamati, terlihat bahwa dengan adanya Jalan Bojonggede - Kemang, derajat kejenuhan jalan akan berkurang meskipun terjadi pertambahan penduduk dan jumlah kendaraan. Kepadatan lalulintas yang selama ini bertumpu pada sebagian ruasruas jalan di sekitar wilayah studi akan terdistribusi ke Jalan Bojonggede Kemang. Pengaruhnya terhadap lalu lintas regional adalah bahwa titik-titik kemacetan di jalan sekitarnya akan berkurang, hal ini akan memberi keuntungan bagi masyarakat pengguna Jalan Bojonggede - Kemang karena kemudahan akses mencapai tujuan. Disamping itu, wilayah permukiman yang terdapat di sepanjang Jalan Bojonggede - Kemang akan semakin berkembang ke arah kawasan perdagangan dan jasa. Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi wilayah lain untuk terpacu menjadi kawasan industri yang cepat berkembang, dimana pertumbuhan ekonomi secara regional akan meningkat. Kondisi ini akan berlangsung selama umur layanan jalan. Dengan lancarnya arus lalu lintas diprakirakan kasus kecelakaan lalu lintas juga akan meningkat. Fenomena perubahan bangkitan lalu lintas bersifat kumulatif dan tidak berbalik. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap bangkitan lalu lintas/kecelakaan lalu lintas tahap konstruksi dan operasi adalah sangat peka (5).

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-11

Tabel VI-1.

Matriks Evaluasi Dasar Terhadap Komponen Lingkungan Hidup Pembangunan Jalan Bojonggede - Kemang
Skala Kepentingan (Penting/Tidak Penting) Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Skala Kualitas Lingkungan Rona Awal (1 /d 5) 3 (sedang) 4 (baik) 3 (sedang) 5 (sangat baik) 4 (baik) 4 (baik) 4 (baik) 4 (baik) 3 (sedang) 3 (sedang) 3 (sedang) 2 (buruk) 2 (buruk) 3 (sedang) 3 (sedang) 4 (baik) 3 (sedang) 4 (baik) Skala Kepekaan Terhadap Pengelolaan (1 s/d 5) 4 (peka) 5 (sangat peka) 5 (sangat peka) 4 (peka) 5 (sangat peka) 4 (peka) 4 (peka) 4 (peka) 3 (sedang) 5 (sangat peka) 5 (sangat peka) 4 (peka) 5 (sangat peka) 5 (sangat peka) 4 (peka) 5 (sangat peka) 4 (peka) 4 (peka)

Komponen Lingkungan Terkena Dampak FISIK-KIMIA 1. Iklim mikro 2. Kualitas udara dan debu 3. Kebisingan 4. Kualitas air permukaan 5 Air Larian (run off) 6. Sedimentasi sungai 7. Muka air tanah 8. Ruang, lahan dan tanah BIOLOGI 1. Biota air SOSEKBUD DAN KESMAS 1. Kependudukan 2. Pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi 3. Kesempatan berusaha 4. Kesempatan kerja 5. Sikap dan persepsi masyarakat 6. Kesehatan mayarakat 7. Konflik penerimaan ganti rugi 8. Kerusakan jalan umum 9. Bangkitan lalu lintas/kecelakaan lalu lintas

2.

Identifikasi dan Prediksi Dampak

Dalam melakukan identifikasi dan prediksi dampak perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menyusun daftar parameter yang akan dikaji dampaknya. Pada umumnya daftar parameter lingkungan yang akan dikaji dampaknya sama dengan parameter lingkungan pada Rona Lingkungan Awal pada matrik evaluasi dasar; b. c. Menyusun aktivitas-aktivitas yang diduga akan menimbulkan dampak. Aktivitas-aktivitas ini dirinci dan dikelompokkan pada priode Prakonstruksi, Konstruksi dan Operasi; Membuat prediksi dampak terhadap setiap parameter untuk komponen geofisik, biotis dan sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat oleh adanya aktivitas proyek yang menimbulkan dampak. Dampak yang diduga akan muncul diberi simbol: (0) bila tidak ada dampak; (-) bila diduga timbul dampak negatif; (+) bila diduga timbul dampak positif. Disamping itu perlu diberikan skala level 1 5. Skala 1 bila dampaknya sangat kecil, dua, tiga, empat dan lima, masing-masing adalah kecil, sedang, besar dan sangat besar. Sementara itu setiap dampak diberikan kriteria apakah dampak bersifat sementara atau permanen. Dengan demikian untuk setiap parameter lingkungan yang terkena dampak akan dilakukan interpretasi kriteria dampaknya besar atau kecil dan dampak tersebut bersifat sementara atau permanen.

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-12

Tabel VI-2.

Matrik Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede - Kemang Kegiatan


PraKonstruksi Pengangkutan tanah & material bangunan Pembersihan & pembongkaran bangunan Pengadaan lahan & pembebasan lahan Konstruksi Operasi

Pekerjaan badan jalan & pelapisan perkerasan jalan

Pemasangan rambu & marka jalan

Pengoperasian jalan & jembatan -1P -2P -2P -3P -2P -2P -2P -1P +2P -1P

Komponen Lingkungan
Survey lapangan

FISIK - KIMIA 1. Iklim mikro 2. Kualitas udara dan debu 3. Kebisingan 4. Kualitas air permukaan 5 Air Larian (run off) 6. Sedimentasi sungai 7. Muka air tanah 8. Ruang, lahan dan tanah BIOLOGI 1. Biota air SOSEKBUDKESMAS 1. Kependudukan 2. Pendapatan masyarakat & pertumbuhan ekonomi 3. Kesempatan berusaha 4. Sikap dan Persepsi masyarakat 5. Kesehatan mayarakat 6. Konflik penerimaan ganti rugi 7. Kerusakan jalan umum 8. Bangkitan lalu lintas/kecelakaan lalu lintas 9. Kesempatan kerja Keterangan : + P S : : : :

-2S -2S

-2S -2S

-1P -2S -2S -3S -2P -2P -1P

-2S -2S -3S -2P -2P -1P

-2S -2S -3S -2P -2P -1P

-2S -2S

-2S -2S

-1P -2S -2S

-1S -1S

-1S

-1P +2S +1S +1S -2S -2P -2S +2S -2S -2S -2S -2S +2S -1P +2S +2S -1P -1P

+2P +2S +2S +2S +2P +2P +2P -1P -1P

Dampak positif Dampak negatif Dampaknya bersifat permanen Dampaknya bersifat sementara

3.

Evaluasi Dampak

Dalam membuat evaluasi dampak kegiatan pembangunan Jalan Bojonggede Kemang perlu dilaksanakan evaluasi dampak terhadap setiap parameter komponen lingkungan. Evaluasi dampak terhadap setiap parameter komponen lingkungan yang dimaksudkan untuk dapat membuat mitigasi pada setiap parameter yang diduga akan terkena dampak. Untuk membuat evaluasi dapat dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menyusun skala kualitas lingkungan pada saat ini. Skala kualitas lingkungan pada saat ini diperoleh dari skala keadaaan lingkungan sebelum proyek berjalan yaitu skala parameter lingkungan keadaan sekarang; b. Kemudian langkah kedua yaitu memprediksi keadaan kualitas setiap paramater lingkungan apabila tidak ada proyek;

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-13

Pemeliharaan jalan & jembatan

Rekrutmen tenaga kerja

Pekerjaan jembatan

Mobilisasi alat berat

Pematangan lahan

Pekerjaan flyover

Penghijauan

Tabel VI-3.

Matriks Keputusan Setiap Komponen Lingkungan Pembangunan Jalan Bojonggede Kemang


Aktivitas Tanpa Proyek PraKonstruksi Pengangkutan tanah & material bangunan Pembersihan & pembongkaran bangunan Kondis yang akan datang Dengan Proyek Konstruksi Pemasangan rambu & marka jalan Pekerjaan badan jalan & pelapisan perkerasan jalan Operasi Kondis yang akan datang Evaluasi

Rekrutmen tenaga kerja

Keadaan Sekarang

Pekerjaan jembatan

Mobilisasi alat berat

Pengadaan lahan & pembebasan lahan

Pematangan lahan

Pekerjaan flyover

Survey lapangan

Pengoperasian jalan & jembatan

Pemeliharaan jalan & jembatan

Penghijauan

Komponen Lingkungan

Selisih (18) - (2)

Dampak (18) - (3)

1 FISIK - KIMIA 1. Iklim mikro 2. Kualitas udara dan debu 3. Kebisingan 4. Kualitas air permukaan 5 Air Larian (run off) 6. Sedimentasi sungai 7. Muka air tanah 8. Ruang, lahan dan tanah Jumlah Rata-rata Dampak BIOLOGI 1. Biota air Jumlah Rata-rata Dampak SOSEKBUDKESMAS 1. Kependudukan 2. Pendapatan Masyarakat & pertumbuhan ekonomi 3. Kesempatan berusaha 4. Sikap dan Persepsi masyarakat 5. Kesehatan mayarakat 6. Konflik penerimaan ganti rugi 7. Kerusakan jalan umum 8. Bangkitan lalu lintas/kecelakaan lalu lintas 9. Kesempatan kerja Jumlah Rata-rata Dampak

2 3 4 3 5 4 4 4 4 31,00 3,88 3 3,00 3,00 3 3 2 3 3 4 4 4 2 28,00 3,11

3 3 3 3 3 3 3 3 3 24,00 3,00 3 3,00 3,00 3 3 3 3 2 3 4 3 3 27,00 3,00

7 2 1

8 2 2

9 2 2 2 3 3 2 3

10 2 1 2 3 2 3

11 2 2 3 2 3 3

12 3 1

13 3 2

14

15

16 2 2 1 2 2 2 2

17 3 3 2

18 2,33 2,33 1,56 2,50 2,50 2,33 2,75 2,00 18,31 2,29 2,00 2,00 2,00

19 -0,67 -1,67 -1,44 -2,50 -1,50 -1,67 -1,25 -2,00 -1,59

20 -0,67 -0,67 -1,44 -0,50 -0,50 -0,67 -0,25 -1,00 -0,71 -1,00 -1,00 -1,00 1,00 1,00 1,55 0,40 -1,00 -2,00 -0,43 1,00 0,06

-1,00 -1,00

2 4 4 2

5 4 2 3 4 2 2 4 2 4 3 2 5 3 2 5 5 5 5

2 5 4 5 2 3

2,00 4,00 4,00 4,55 2,40 2,00 2,00 2,57 4,00 27,52 3,06

-1,00 1,00 2,00 1,55 -0,60 -2,00 -2,00 -1,43 2,00 -0,05

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-14

c.

Langkah ketiga yaitu memprediksi seluruh paramater lingkungan dalam hal ini kondisi skala kualitas lingkungan (paramater) bila ada aktivitas proyek. Untuk ini dikelompokkan menjadi aktivitas-aktivitas yang bersifat konstruksi dan aktivitas tanpa konstruksi;

d.

Langkah keempat melaksanakan evaluasi terhadap seluruh aktivitas dan seluruh parameter, kemudian pada setiap parameter diperhitungkan dampaknya.

Berdasarkan hasil evaluasi dampak (Tabel VI-3) tampak bahwa rencana kegiatan pembangunan jalan Bojonggede - Kemang akan menimbulkan dampak negatif terhadap komponen lingkungan fisik - kimia sebesar -0,71; terhadap komponen lingkungan biologi sebesar -1,00; sedangkan terhadap komponen sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat menimbulkan dampak positif dengan besaran dampak sebesar +0,06. Dengan demikian totalitas dampaknya adalah -0,55 (Negatif kecil), selengkapnya disajikan pada Tabel VI-4 berikut. Tabel VI-4. Matriks Keputusan Seluruh Komponen Lingkungan Pembangunan Jalan Bojonggede Kemang Tanpa Proyek Komponen Kondisi sekarang Fisik Kimia Biologi Sosekbudkesmas Total seluruh komponen Rata-rata Selisih
Keterangan : 0 (+/-) 1 (+/-) 2 (+/-) 3 (+/-) 4 = = = = =

Dengan proyek Selisih -0,88 0,00 -0,11 Kondisi y.a.d 2,29 2,00 3,06 7,35 2,45 -0,33

Selisih kondisi y.a.d Dengan proyek - Tanpa Proyek -0,71 -1,00 0,06

Dampak

Kondisi y.a.d 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00

3,88 3,00 3,11 9,99 3,33

-0,71 -1,00 0,06

-0,55 -0,55

Tidak ada dampak/Sangat kecil Dampak Kecil Dampak Sedang Dampak Besar Dampak Sangat Besar

B.

PEMILIHAN ALTERNATIF TERBAIK

Dalam penentuan lokasi pembangunan jalan Bojonggede - Kemang tidak ada alternatif lokasi lain, berdasarkan Detailed Engineering Design (DED) Pembangunan Jalan Bojonggede - Kemang Tahun 2003 dibuat berdasarkan rencana trace jalan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor. Sehingga hanya terdapat satu alternatif trace jalan yang dikaji dalam Studi AMDAL Pembangunan Jalan Bojonggede Kemang ini. C. TELAAHAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN

Pengelolaan lingkungan perlu dilakukan sebagai strategi untuk mencegah dan menanggulangi dampak negatif penting yang mungkin terjadi serta berbagai upaya untuk mengembangkan dampak positif penting yang juga mungkin terjadi. Dalam hal ini, prioritas pengelolaan lingkungan diberikan pada unsur lingkungan yang sensitif dikaitkan dengan dampak penting yang terjadi. Adapun unsur lingkungan yang kurang/tidak sensitif pada umumnya secara otomatis akan turut terkelola akibat adanya upaya pengelolaan yang dilakukan pada unsur lingkungan yang sensitif tersebut. Berbagai upaya/strategi pengelolaan lingkungan tersebut perlu dirancang secara cermat dan seksama serta dituangkan dalam satu dokumen tersendiri, yaitu dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL),

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-15

yang selanjutnya perlu juga dilengkapi dengan rancangan upaya pemantauan lingkungan yang dituangkan dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Hal tersebut diatas dilatarbelakangi oleh definisi atau pengertian dari faktor lingkungan yang sensitif yaitu bagian dari komponen lingkungan yang mudah mengalami perubahan secara mendasar akibat adanya aktivitas proyek, serta dapat menimbulkan dampak lanjutan (turunan) terhadap faktor komponen lingkungan lainnya. Dengan terkelolanya faktor-faktor lingkungan yang sensitif maka dampak (penting) lanjutan yang timbul pada faktor lingkungan lainnya akan dapat turut terkelola. Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka faktor lingkungan yang tergolong faktor lingkungan yang sensitif karena mudah berubah akibat adanya kegiatan pembangunan Jalan Pengelolaan dan Pemantauan adalah: 1. a. 1) TAHAP PRA KONSTRUKSI Komponen Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Sikap dan Persepsi Masyarakat Bojonggede Kemang yang harus dikelola dan dipantau dan selanjutnya dimasukkan ke dalam Rencana

Kegiatan survey lapangan dan pengadaan lahan dan pembebasan lahan pada tahap pra konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Positif Kecil Penting terhadap perubahan sikap dan persepsi masyarakat kearah yang lebih baik. Pengelolaan lingkungan dilakukan untuk menjaga sikap dan persepsi masyakat agar tetap terjaga terkait adanya rencana pembangunan jalan Bojonggede Kemang. 2) Konflik Penerimaan Ganti Rugi

Kegiatan pengadaan lahan dan pembebasan lahan pada tahap pra konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan untuk mengurangi konflik yang terjadi akibat penerimaan ganti rugi tidak sesuai dengan harapan atau adanya calo serta tumpang tindih batas-batas lahan yang dimiliki masyarakat 3) Pendapatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi

Kegiatan pengadaan lahan dan pembebasan lahan pada tahap pra konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap penurunan pendapatan masyarakat. Pengelolaan lingkungan dilakukan terhadap proses ganti rugi mengikuti hasil pablic hearing terkait dengan nilai (harga) dan tata cara pembebasan lahan.

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-16

2. a. 1)

TAHAP KONSTRUKSI Komponen Fisik Kimia Iklim Mikro

Kegiatan Pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap iklim mikro. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan penghijauan pada rumija sekitar 30 % sebagai ruang terbuka hijau (RTH). 2) Kualitas Udara

Kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan, pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan, pekerjaan jembatan dan pekerjaan flyover pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap kualitas udara (peningkatan gas buang dan debu). Pengelolaan lingkungan dilakukan terhadap kendaraan angkutan, cara-cara operasional transportasi angkutan dan pemilihan waktu yang tepat untuk masing-masing kegiatan serta menjaga vegetasi di sekitar tapak proyek yang bisa berfungsi sebagai penghalang debu, sehingga bisa meminimalisir dampak yang akan terjadi. 3) Kebisingan

Kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan, pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan, pekerjaan jembatan dan pekerjaan flyover pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap peningkatan kebisingan. Pengelolaan lingkungan dilakukan pada kendaraan dan pada saat pengoperasian alat-alat berat melalu penggunaan kendaraaan yang laik pakai dan menjaga vegetasi sekitar tapak proyek sehingga bisa berfungsi untuk meredam kebisingan. 4) Kualitas Air Permukaan

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan jalan dan pelapisan pengkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap kualitas air permukaan. Pengelolaan lingkungan dilakukan akan mengacu pada peningkatan kekeruhan, TSS dan TDS pada kualitas air permukaan akibat kegiatan pada tapak proyek dan pemilihan waktu kegiatan tersebut selama bulan-bulan dengan intensitar hujan yang rendah dan pemasangan sediment trap. 5) Air Larian (Runoff)

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap peningkatan air larian (runoff). Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan pada areal yang akan menimbulkan efek bendung dan akan berakibat pada arah limpasan air seperti pengaliran ke sawah, situ, kebun/tegalan yang bisa berfungsi sebagai reseptor.

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-17

6)

Sedimentasi Sungai

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap Sedimentasi Sungai. Pengelolaan lingkungan dapat dilkukan dengan memilih waktu kegiatan tersebut selama bulan-bulan dengan intensitar hujan yang rendah dan pembukaan lahan dilakukan secara bertahap serta pemasangan sediment trap yang berfungsi sebagai penangkap material tanah yang terbawa oleh air larian.. 7) Muka Air Tanah

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap penurunan muka air tanah. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan cara pembukaan lahan dilakukan secara bertahap serta air limpasan airnya di arahkan ke daerah reseptor seperti sawah, ladang, kebun/tegalan dan rawa yang berjarak 50 sampai 100 meter dari as jalan. b. Komponen Biologi

Biota Air (Benthos) Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan jembatan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap biota air (benthos). Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan terhadap komunitas benthos yang sifat hidupnya menetap dan meminimalisir masuknya sedimen ke dalam perairan. c. 1) Komponen Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Kesempatan Kerja

Kegiatan rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Positif Besar jalan. 2) Pendapatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi Penting terhadap kesempatan kerja. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan memprioritaskan masyarakat lokal yang memenuhi kualifikasi untuk bekerja sebagai tenaga konstruksi

Kegiatan rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Positif Besar Penting terhadap pendapatan masyarakat. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan memprioritaskan masyarakat lokal yang memenuhi kualifikasi untuk bekerja sebagai tenaga konstruksi jalan. 3) Sikap dan Persepsi Masyarakat

Kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan, pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan, pekerjaan
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-18

jembatan, pekerjaan flyover, pemasangan rambu dan marka jalan (leger) dan penghijauan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Positif Besar Penting terhadap sikap dan persepsi masyarakat sikap dan ppersepsi masyarakat merupakan dampak turunan dari komponen-kkompenen kegiatan yang berdampak terhadap komponen lingkungan baik positif maupun negatif, sehingga pengelolaannya dilakukan dengan mengelola komponen lingkungan terutama yang menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran udara, kebisingan, getara, dst seminimal mungkin,kemudian pemprioritasan penerimaan tenaga kerja lokal. 4) Kesehatan Masyarakat

Kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan, pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan, dan pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap kesehatan masyarakat. Pengelolaan lingkungan akan dilaksanakan pada kendaraan pengangkut material dan operasional transportasi kendaraan dari dan ke proyek dari sumber material dan resirkulasi debu pada tapak proyek dan penggunaan kendaraan yang laik pakai. Hai ini dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara. 5) Kerusakan Jalan Umum

Kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap kerusakan jalan umum. Pengelolaan lingkungan terutama dilakukan pada jalan-jalan desa yang mempunyai kemampuan daya dukung badan jalan lebih kecil dari tonase truk yang lewat (10 m atau 8 ton/truk). 6) Bangkitan Lalu Lintas/Kecelakaan Lalu Lintas
3

Kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan, pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan dan pekerjaan flyover pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatid Besar Penting terhadap bangkitan lalu lintas. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan mengacu pada kapasitas kendaraan sesuai ketentuan untuk pengangkutan tanah yaitu 10 m /truk (8 ton/truk). Kebutuhan kendaraan per hari untuk mengangkut bahan galian dan timbunan serta material konstruksi jalan dan jembatan diprakirakan 10 kendaraan/jam (30 smp/jam). 3. 1. 1) TAHAP OPERASI Komponen Fisik Kimia Iklim Mikro
3

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap iklim mikro. Pengelolaan dilaksanakan dengan memelihara tanaman pelindung yang telah ditamam pada rumija yang berfungsi sebagai RTH yaitu seluas 30 %.

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-19

2)

Kualitas Udara

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap kualitas udara. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan memelihara dan menambah tanaman pelindung yang berfungsi untuk mengurangi beban polutan. 3) Kebisingan

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan memelihara dan menambah tanaman pelindung yang berfungsi untuk mengurangi kebisingan. 4) Kualitas Air Permukaan

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap kualitas air permukaan. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan dengan penanaman tanaman tanaman yang berfungsi sebagai penyerap polutan terutama partikel debu sehingga pulutan yang akan terkontaminasi ke badan air penerima bisa di minimalisir. 5) Air Larian (Runoff)

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap air larian. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan membuan saluran drainase pada kiri kanan jalan dan pemeliharaan tanaman pada ruang terbuka hijau (RTH). 6) Muka Air Tanah

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap muka air tanah. Pengelolaan dilakukan dengan pembuatan sumur resapan dan mengalokasikan lahan 30 % sebagai RTH. 7) Ruang, Lahan dan Tanah

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap perubahan tata ruang, tanah dan lahan. Pengelolaan dilakukan dengan mengawasi/memperketat pemanfaatan ruang disekitar wilayah studi. b. 1) Komponen Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Kependudukan

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap peningkatan jumlah penduduk. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan dengan melakukan koordinasi dengan aparatur kecamatan maupun desa serta dinas kependudukan

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-20

dan trasmigrasi dinas terkait lainnya tentang pembatasan lahan tertutup (pemukiman, kantor, sarana usaha, dll) maksimal 70 % atau 80 % dari total luas wilayah. 2) Pendapatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Positif Kecil Penting terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada masyarakat yang melakukan kegiatan usaha di sekitar jalur rencana jalan. 3) Kesempatan Berusaha

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Positif Besar Penting terhadap kesempatan berusaha. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada masyarakat yang melakukan kegiatan usaha di sekitar jalur rencana jalan terutama yang berbatasan langsung dengan sempadan jalan. 4) Sikap dan Persepsi Masyarakat

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Positif Besar Penting terhadap perubahan sikap dan persepsi masyarakat. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan dengan pemasangan marka jalan, penanaman tanaman pelindung dan penmbuatan drainase serta kegiatan-kegiatan lain yang bernilai positif. 5) Kesehatan Masyarakat

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap gangguan kesehatan masyarakat. Pengelolan lingkungan dilaksanakan penanaman dan perawatan tanaman pelindung pada median dan trotoar kiri kanan jalan yang berfungsi untuk mengurangi konsentrasi gas pencemar udara dan menurukan suhu dan meningkatkan kelembaban. 6) Bangkitan Lalu Lintas/Kecelakaan Lalu Lintas

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap bangkitan lalu lintas/kecelakaan lalu lintas. Pengelolaan lingkungan dilakukan dilakukan terhadap ketersediaan/kelengkapan fasilitas jalan seperti rambu-rambu lalu lintas dan perawatan jalan. D. REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN

Kriteria kelayakan lingkungan hidup yang digunakan dalam menilai kelayakan lingkungan hidup rencana kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede Kemang, dijabarkan dari nilai dampak maksimal (+/- 4) dan minimal (0) yang terdapat dalam matrik keputusan sebagai berikut : -4 -3 = = Dampak negatif sangat besar Dampak negatif besar
VI-21

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

-2 -1 0 +1 +2 +3 +4

= = = = = = =

Dampak negatif sedang Dampak negatif kecil Dampak sangat kecil/tidak ada dampak Dampak positif kecil Dampak positif sedang Dampak positif besar Dampak positif sangat besar

Kriteria kelayakan lingkungan hidup berdasarkan rentang dampak yang timbul seperti tertera di atas adalah sebagai berikut : -4 Totalitas Dampak < -2 = Tidak Layak

-2 Totalitas Dampak +2 = Layak dengan melakukan pengelolaan lingkungan hidup +2 < Totalitas Dampak +4 = Sangat Layak Totalitas dampak rencana kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede Kemang adalah -0,55, maka berdasarkan kriteria kelayakan lingkungan hidup seperti tersebut di atas, rencana kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede Kemang dinilai layak, dengan melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan menerapkan teknologi pengelolaan lingkungan hidup seperti yang telah dijelaskan pada Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan seperti yang tertera dalam Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Dengan demikian, rencana kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede Kemang direkomendasikan untuk dapat dilaksanakan.

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG

VI-22

You might also like