Professional Documents
Culture Documents
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau katakata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Tarigan, 1993:15). Berbicara sebagai kegiatan berbahasa yang aktifproduktif tidak hanya menuntut semua aspek kebahasaan yang meliputi tata bahasa dan pelafalan, melainkan menuntut pula aspek isi atau pesan pembicaraan yang dianggap lebih penting. Seperti kita ketahui, saat ini banyak perusahaan membutuhkan orang yang pandai berbicara, terutama dalam pelaksanaan transaksi dan pemasaran produk. Jadi, kemampuan berbicara seseorang turut menentukan kesuksesan karirnya. Kemampuan berbicara atau menceritakan kembali isi bacaan turut pula mendukung kemampuan membaca pemahaman. Dengan menceritakan kembali isi bacaan selain melatih ujaran siswa, juga dapat meningkatkan siswa pada penguasaan kosakata yang telah dimiliki dan melatih kemampuan mengikuti perkembangan urutan cerita atau menghubungkan suatu kejadian dalam urutan yang wajar. Faktor lain yang diduga menjadi penyebab rendahnya terhadap kemampuan berbicara adalah kurangnya penguasaan siswa terhadap aspek diksi. Penguasaan terhadap aspek diksi menjadi hal yang mendasar pula. Sebabnya, suatu wacana yang dibicarakan dibangun oleh kata-kata (termasuk pemahaman dan penggunaan diksi), kata-kata tersebut kemudian membangun kalimat, dan kalimat membangun menjadi suatu wacana yang utuh. Ketidakmampuan siswa dalam penguasaan aspek diksi akan sangat menghambat dalam memahami arti kata. Jika pemahaman tentang arti kata kurang dikuasai, maka siswa menjadi tidak paham terhadap isi yang terkandung dalam
kalimat. Efek lanjutannya, maka siswa tidak memahami terhadap totalitas makna maupun maksud yang terkandung dalam suatu wacana. Sesuai dengan penelitian pendahuluan yang penulis lakukan, maka penulis menentukan lokasi penelitian yakni di SMP ... Hal ini penulis lakukan dengan beberapa pertimbangan, di antaranya: jarak tempuh yang mudah dijangkau, kondisi sekolah yang layak untuk dilakukan penelitian, dan akan menghemat waktu dan biaya dalam penelitian. Suatu solusi dalam upaya menangani masalah tersebut adalah melakukan pengkajian secara akurat melalui kegiatan penelitian tentang penguasaan diksi hubungannya dengan kemampuan berbicara atau menceritakan kembali isi bacaan. Kemampuan berbicara yang dimaksud adalah kemampuan menceritakan kembali isi bacaan. Atas dasar alasan-alasan yang telah dikemukakan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Penelitian ini selanjutnya disajikan dalam bentuk proposal dengan judul Hubungan antara Penguasaan Diksi dengan Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri .Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut: 1. 2. Apakah siswa SMP mampu berbicara dengan baik di depan kelas? Bagaimanakah kegiatan pembelajaran berbicara (menceritakan kembali) yang dilaksanakan di SMP?
3.
Kegiatan berbicara jenis apakah yang paling sering disampaikan oleh guru kepada siswa SMP di sekolah?
4.
5. Media atau alat apakah yang sering digunakan guru dalam pembeladajaran
berbicara? 6. 7. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kemampuan berbicara siswa? Apakah pengusaan diksi mempengaruhi kemampuan berbicara atau
siswa SMP?
10. Apakah terdapat hubungan antara pengusaan diksi dengan kemampuan
berbicara pada siswa SMP? C. Pembatasan Masalah Masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Penguasaan diksi
2. Kemampuan berbicara, yang dibatasi pada kemampuan menceritakan
Pengaruh: Masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Kemampuan Menentukan Unsur Intrinsik Cerpen (Y) dengan teknik Jig saw (x1); 2. Kemampuan menentukan unsur Intrinsik cerpen (Y) dengan teknik ceramah (x2); dan 3. Pengaruh teknik Jig saw terhadap kemampuan menentukan unsur intrinsik cerpen.
berbicara pada siswa kelas VIII SMP Negeri . Tahun Pelajaran 2012/2013? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui penguasaan diksi siswa kelas VIII SMP Negeri .
2. Ingin mengetahui kemampuan berbicara pada siswa kelas VIII SMP Negeri
berbicara pada siswa kelas VIII SMP Negeri . Tahun Pelajaran 2011/2012. F. Manfaat Penelitian Setiap penelitian pasti diharapkan memiliki manfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapakn menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang penelitian pendidikan..
2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, sikap dan
keterampilan sebagai bekal menguasai penguasaan diksi dan meningkatkan kemampuan berbicara.
3. Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat
informasi dan pengetahuan tentang tes penguasaan diksi dan kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP. 4. Bagi Kepala Sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang berharga serta bahan evaluasi dan tindak lanjut kegiatan pembelajaran di sekolah ini.
Manusia
sebagai
makhluk
sosial
membutuhkan
komunikasi
untuk
bermasyarakat. Sejak kecil mereka telah diajarkan berbicara dan setelah dewasa pun mereka membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hati dan pikiran. Oleh karena itu, manusia membutuhkan alat untuk berkomunikasi yaitu bahasa. Komunikasi adalah interaksi sosial melalui pesan (Semi, 1990:37). Jika ditinjau dari sudut keterampilan berbahasa, maka kemampuan berbicara tidak sekedar untuk berkomunikasi, melainkan juga dipergunakan untuk menyatakan gagasan-gagasan atau ide kepada orang lain. Kemampuan atau kesanggupan merupakan kecakapan atau kekuatan seseorang untuk dapat berbuat atau melakukan suatu tindakan. Dalam hal ini, Munandar mengemukakan bahwa Kemampuan merupakan daya untuk melakukan tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. (Munandar, 1987:23) Setiap orang memiliki kemampuan dasar, baik yang dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh melalui latihan. Berbicara sebagai kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang juga memerlukan latihan-latihan, terutama untuk berbicara dalam situasi formal dan di hadapan orang banyak. Dengan demikian, agar tercipta komunikasi yang baik, maka seorang pembicara harus memiliki kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Arsjad dan Mukti, 1993 :23). Salah satu kemampuan yang dituntut dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah kemampuan berbicara. Dalam hal ini Tarigan mengemukakan bahwa
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1993:15). Sebagai perluasan dari batasan ini, dapat pula dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kebelum-matangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatankegaiatan berbahasa. Juga perlu kita sadari bahwa keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu (Tarigan, 1993:4). Selanjutnya Tarigan (2003:30) mengemukakan hubungan antara kegiatan lisan dengan membaca antara lain: (1) Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbicara lisan; (2) Pola-pola ujar orang tuna-aksara mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak; (3) Kalau pada tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka; misalnya kesadaran linguistic mereka
terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik, dan efektif serta penggunaan kata-kata yang tepat; (4) Kosakata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Seandainya muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka guru hendaknya mendiskusikannya agar siswa memahami maknanya (Tarigan, 1993 : 5-6). Dengan berbicara, seseorang dituntut untuk benar-benar memahami dan menguasai apa yang akan dibicarakan serta memiliki keberanian untuk berbicara. Seorang pembicara juga harus mampu berbicara dengan jelas dan tepat. Hal ini tentu saja menyangkut kemampuan berbahasa seseorang. Ada beberapa faktor yang menunjang keefektifan berbicara seseorang, yaitu: a. b. c. d. 1) Faktor kebahasaan: Ketepatan ucapan; Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; Pilihan kata (diksi); dan Ketepatan sasaran pembicaraan (menyangkut pemakaian kalimat). 2) Faktor nonkebahasaan: a. Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku; b. Pandangan diarahkan pada lawan bicara; c. Kesediaan mendengarkan pendapat orang lain; d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat; e. Kenyaringan suara; f. Kelancaran; g. Relevansi/nalar; dan h. Penguasaan topik. (Arsjad dan Mukti, 1993:17-22) Namun pada saat berbicara baik formal maupun nonformal mungkin hanya terdapat beberapa aspek kebahasaan dan nonkebahasaan saja, terutama apabila waktu yang diberikan singkat. Selain aspek kebahasaan dan nonkebahasaan di atas, unsur isi dan pesan pembicaraan juga merupakan bagian yang dianggap penting. Tanpa isi yang diungkapkan secara jelas, maka pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan berbicara pun tidak akan tersampaikan secara jelas pula.
Kegiatan berbicara ada bermacam-macam, antara lain bercakap-cakap, bercerita, berwawancara atau bertanya jawab, pembawa acara, berceramah, berdiskusi, dan berpidato. Jadi, kegiatan berbicara yang juga dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia selain diskusi dan pidato adalah bercerita. Pengajaran bercerita yang diutamakan menceritakan kembali pengalaman. Pengalaman yang dimaksud dalam hal ini ialah peristiwa di jalan, kejadian di lingkungan siswa, hasil kunjungan, tamasya, hasil bacaan, dan lain-lain. (Broto, 1992:57). Dalam pendidikan, bercerita dapat membantu siswa memperluas wawasan, pengalaman, dan cara berpikir. Bercerita dapat digunakan untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar karena dalam cerita terdapat rangkaian peristiwa dan ide. Untuk itu, saat bercerita siswa perlu menyusun berbagai ekspresi dan ide serta perasaannya agar apa yang diceritakan dapat dipahami dengan mudah dan menarik perhatian pendengarnya. Dikatakan bahwa ikut serta dalam bercerita adalah awal yang baik untuk mempercepat perkembangan kepandaian berbicara anak-anak. Cerita memiliki kejelasan rangkaian yang memberikan pengantar yang mudah untuk berbicara secara teratur dan menuangkan gagasan. Bercerita sebagai salah satu kegiatan berbicara juga dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman membaca seseorang, karena pada umumnya setelah membaca, seseorang ingin membagi pengetahuannya kepada orang lain. Bukti siswa telah memahami isi bacaan ialah apabila yang bersangkutan dapat menceritakann kembali. (Tarigan dan Tarigan, 1986:151).
Dalam kegiatan berbicara, terutama menceritakan kembali tentu diperlukan kemampuan berbicara dengan kata-kata sendiri dan penggunaan kalimat-kalimat yang sesuai dengan situasi. Seperti telah dijelaskan pada bagian di atas, bahwa perbendaharaan kosa kata dapat bertambah dan berkembang melalui kegiatan membaca. Tercapainya pemahaman keseluruhan biasanya dapat dirasakan oleh pembaca, dan dapat dibuktikannya dengan mencoba merumuskan pengertian keseluruhan tersebut dengan kata-kata sendiri atau beberapa kalimat lugas. Dikatakan bahwa dalam kegaiatan lisan yang paling penting adalah menyenangkan. Namun, kejelasan dan keakuratan artikulasi dan ucapan,
kesederhanaan dan kejelasan pemenggalan susunan kalimat, kebebasan dari kata-kata kasar dan buta pada perkembangan kosakata, pengetahuan yang cukup tentang pokok pembicaraan dan memahami tentang hal itu, ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berkomunikasi lisan anak-anak. Berdasarkan analisis teori-teori di atas, maka yang dimaksud dengan kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan) dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang dalam mengekspresikan diri dengan cara menceritakan apa yang telah dialami atau dibacanya kepada orang lain dengan menggunakan kata-kata sendiri. Penceritaan tersebut dilakukan di depan kelas dengan menggunakan kata-kata atau kalimat yang sederhana, mudah dimengerti, dan sesuai dengan situasi pembicaraan.
2. Hakikat Penguasaan Diksi
Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap-tiap kata akan mengungkapkan suatu gagasan atau sebuah makna. Atau dengan
kata lain, kata-kata adalah penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Hal ini seperti dikatakan oleh Keraf bahwa kata-kata itu ibarat pakaian yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki jiwa. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui jiwa setiap kata, agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan jiwa dari kata-kata yang dipergunakannya (Keraf, 2002: 21). Jika kata itu berfungsi sebagai alat penyalur gagasan, maka hal itu berarti semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya, termasuk semakin mudah pula dia memahami apa yang disampaikan oleh orang lain baik secara lisan maupun tertulis. Mereka yang menguasai banyak gagasan, atau mereka yang luas kosakatanya, dapat dengan mudah dan lancar mengadakan komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Begitu pula kebalikannya. Penguasaan kata-kata untuk kepentingan-kepentingan tertentu memerlukan keterampilan tersendiri. Kita dituntut untuk memilih penggunaan kata sesuai dengan situasi, konteks, dan kepentingan. Tujuannya tiadak lain agar apa yang kita sampaikan dapat terekspresikan secara tepat, efektif, dan efisien. Hal tersebut sama pentingnya, manakala kita berhadapan dengan pemahaman ide yang disampaikan oleh orang lain baik secara lisan maupun tertulis. Kompetensi yang berkaitan dengan pengkajian penguasaan pemilihan kata disebut dengan istilah diksi. Dalam paparan berikut, peneliti akan mengupas tentang hakikat penguasaan diksi. Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi
juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan (Keraf, 2002:22). Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa suatu kekhilafan yang besar untuk menganggap bahwa persoalan pilihan kata adalah persoalan yang sederhana, persoalan yang tidak perlu dibicarakan atau dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar pada setiap manusia. Mencermati perkembangan kehidupan manusia sekarang yang semakin kompleks, dengan tidak pernah berhenti orang menciptakan produk-produk baru di bidang ilmu dan teknologi, seiring dengan itu akan bertambah pula kata-kata dan istilah baru. Oleh sebab itu, rasanya akan semakin sulit untuk menggambarkan keadaan dewasa ini, seandainya pengetahuan dan penguasaan kata-kata masih setaraf dengan penguasaan kata-kata manusia tempo dulu. Jelas, kita akan banyak tertinggal dalam memahami perkembangan yang ada termasuk pula mengalami kesulitan dalam berinteraksi. Berinteraksi melalui komunikasi hanya akan berlangsung dengan baik, jika kita mampu mengartikan kata atau rangkaian kata sesuai dengan yang dikehendaki. Seandainya kita tidak memiliki penafsiran yang sama dengan maksud yang
dikehendaki, maka komunikasi itu dapat terputus. Akibatnya, terjadi salah paham, kesenjangan komunikasi, dan sebagainya. Memilih kata yang tepat seperti yang dikemukakan oleh Akhadiah harus memenuhi dua aspek, yaitu ketepatan dan kesesuaian. Persyaratan ketepatan menyangkut makna, aspek logika kata-kata; kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. Aspek kesesuaian menyangkut
kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan kesempatan atau situasi dan keadaan pembaca (Akhadiah, 1987: 83). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Parera yang mengungkapkan bahwa diksi mempunyai pengertian teknis dalam hal karang-mengarang dan tulis-menulis. Dalam intinya, diksi bermakna pilihan kata atau pemilihan dan penggunaan kata (Parera, 1991: 66). Lebih lanjut Parera mengatakan bahwa plihan kata merupakan syarat yang sangat penting dalam karang-mengarang dan dalam tutur setiap hari. Pilihan kata berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah mengarang. Semua kaidah tersebut dalam prakteknya saling mendukung sebagai suatu totalitas yang erat. Membicarakan diksi menurut Tarigan tidak terlepas dari berbicara kosakata. Alasannya, diksi tercakup sebagai bagian dari pembicaraan kosakata. Tingkat penguasaan kosakata memiliki keterkaitan dengan kemampuan mental. Perlu penyadaran oleh para siswa bahwa kosakata merupakan indeks bagi hakikat dan kualitas kehidupan. Hal itu mencerminkan segala sesuatu yang telah mereka pelajari. Dengan demikian, akal pikiran yang baik mencerminkan kosakata yang baik, penguasaan kosakata yang baik menggambarkan akal pikiran yang baik pula (Tarigan, 1993: 20). Sesuai dengan berkembangnya berbagai dinamika kehidupan manusia,maka lahir pula kata-kata yang menyertai perkembangan tersebut. Apabila kata yang muncul tersebut telah secara spesifik dipergunakan dalam suatu bidang tertentu, maka lazim kata tesebut disebut istilah. Dalam pedoman pembentukan istilah,
definisi istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tetentu. Pemakaian diksi dalam kalangan profesi tertentu dan penggunaan dalam masyarakat luas seringkali terjadi perbedaan penggunaan kata. Penggunaan kata dalam kelompok profesi tertentu sering menggunakan kata formal. Pemakaian kata pada kalangan masyarakat luas lebih banyak menggunakan kata konsultatif. Kedua istilah kata tersebut menurut Akhadiah disebut sebagai kata populer dan kata kajian. Akhadiah menjelaskan bahwa kata-kata populer ini dipergunakan pada berbagai kesempatan dalam komunikasi sehari-hari di kalangan semua lapisan masyarakat. Kata-kata kajian adalah merupakan kata-kata yang lazim digunakan oleh para
ilmuwan atau kelompok profesi tertentu seperti dalam makalah atau dalam perbincangan khusus (Akhadiah, 1987: 88). Dalam hal ragam pemakaian, penggunaan diksi hendaknya pula memperhitungkan penggunaan ragam baku dan ragam nonbaku. Menurut Akhadiah ragam baku adalah ragam bahasa yang dipergunakan kelas terpelajar di dalam masyarakat, seperti pejabat pemerintah, guru, dokter, dosen, penulis, dan sebagainya. Ragam baku dapat dikenali dari penggunaan katanya, baik dari pilihannya, ejaan, atau bentuknya. Sebaliknya, penggunaan ragam bahasa yang tidak sesuai dengan ragam baku maka disebut ragam nonbaku (Akhadiah, 1987: 94). Berdasarkan analisis teori-teori di atas, maka yang dimaksud dengan
penguasaan diksi dalam penelitian ini adalah penguasaan terhadap proses yang berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan kata dalam kegiatan berbahasa dengan memperhatikan aspek ketepatan dan kesesuaian serta kecermatan yang
di
dalamnya
meliputi:
pemahaman
terhadap
perangkat
kebiasaan,
memperhatikan kaidah makna, memperhatikan kaidah sosial pemakaian dan ragam pemakaian, dan memperhatikan aspek gaya atau retorik. B. Kerangka Berpikir Kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan) adalah kemampuan seseorang dalam mengekspresikan diri dengan cara menceritakan apa yang telah dialami atau dibacanya kepada orang lain dengan menggunakan kata-kata sendiri. Penceritaan tersebut dilakukan di depan kelas dengan menggunakan kata-kata atau kalimat yang sederhana, mudah dimengerti, dan sesuai dengan situasi pembicaraan. Penguasaan diksi adalah penguasaan terhadap proses yang berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan kata dalam kegiatan berbahasa dengan memperhatikan aspek ketepatan dan kesesuaian serta kecermatan yang di dalamnya meliputi: pemahaman terhadap perangkat kebiasaan, memperhatikan kaidah makna,
memperhatikan kaidah sosial pemakaian dan ragam pemakaian, dan memperhatikan aspek gaya atau retorik. Kemampuan berbicara seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara adalah penguasaan diksi. Semakin baik kemampuan pengusaan diksi seseorang, maka akan semakin baik pula kemampuan berbicaranya. Sebaliknya seseorang yang kurang memiliki penguasaan diksi, maka akan semakin kurang pula kemampuan berbicaranya. Dengan demikian, maka diduga terdapat hubungan positif antara pengusaan diksi dengan kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan).
C. Hipotesis Penelitian
berbicara (menceritakan kembali isi bacaan) pada siswa kelas VIII SMP Negeri Tahun Pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Provinsi Banten. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2013/2013 yakni dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012.
B. Metode Penelitian Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik korelasional. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang hubungan kemampuan penguasaan diksi dengan kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan). Dalam menggunakan metode ini
peneliti berusaha mengumpulkan data (tentang kemampuan berbicara dan penguasaan diksi), mengklasifikasikan data, memaparkan data, menganalisis data, dan memberikan kesimpulan hasil analisis data.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1997:102). Berdasarkan pengertian ini, sasaran yang akan dijadikan subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri .. Tahun Pelajaran 2011/2012 sebanyak 200 siswa, yang terbagi menjadi 6 (Enam) kelas.
Tabel 3.1 Populasi Siswa Kelas VIII SMP No 1 2 3 4 Kelas VIII.a L 14 15 14 P 16 17 17 Jumlah 30 32 31 160 2. Sampel Sampel merupakan wakil dari keseluruhan subjek penellitian. Untuk sekedar ancer-ancer mengambil jumlah subjek penelitian (sampel), Arikunto (1997:120) menjelaskan, bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih. Mengingat
jumlah subjek penelitian lebih dari 100 orang, maka sampel dalam penelitian ditentukan sebanyak 40 siswa dengan teknik random sampling (secara acak
sederhana) atau 20% dari populasi. Tabel 3.1 Sampel Penelitian Siswa Kelas VIII SMP No 1 2 3 4 160 160 Kelas VII 1 I.a 4 1 5 1 4 14 15 14 16 17 17 8 32 31 POPULASI 4 17 17 SAMPEL 12 32 31
D.
Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes pengusaan diksi
dan tes kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan). Kriteria penelitian tentang tes tersebut dibuat sendiri oleh peneiti dengan memperhatikan teori-teori yang ada. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil tes penguasaan diksi dan kemapuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan).
E.
Instrumen Penelitian
Ada dua instrumen penelitian yang digunakan, yakni instrumen penguasaan diksi dan kemampuan berbicara. Kedua diuraikan sebagai berikut. Instrumen penguasaan diksi diambil dari beberapa wacana bahasa Indonesia yang terdapat buku kelas VIII SMP dengan bentuk pertanyaan pilihan ganda. insrumen tersebut akan
Sedangkan instrumen kemampuan berbicara disusun sendiri oleh peneliti dengan kriteria berbicara yang dimodifikasi sendiri oleh peneliti. 1. Tes Penguasaan Diksi a. Definisi Konseptual Penguasaan diksi adalah penguasaan terhadap proses yang berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan kata dalam kegiatan berbahasa dengan memperhatikan aspek ketepatan dan kesesuaian serta kecermatan yang di dalamnya meliputi: pemahaman terhadap perangkat kebiasaan,
memperhatikan kaidah makna, memperhatikan kaidah sosial pemakaian dan ragam pemakaian, dan memperhatikan aspek gaya atau retorik. b. Definisi Operasional Penguasaan diksi adalah skor yang diperoleh siswa kelas VIII SMPN Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam menentukan pemilihan dan penggunaan kata yang meliputi aspek ketepatan dan kesesuaian serta kecermatan pemilihan kata. c. Kisi-kisi Instrumen dalam penelitian ini berupa tes penguasaan diksi. Kriteria penilaian penguasaan diksi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Tes Penguasaan Diksi No. 1. 2. 3. Aspek yang Dinilai Ketepatan memilih kata. Kesesuaian memilih kata Kecermatan memilih kata Jumlah Nomor Butir Soal 17 8 - 14 15 - 20 20 Keterangan
Berikut ini akan dikemukakan tentang definisi konseptual, definisi operasional, dan kriteria penilaian kemampuan berbicara. a. Definisi Konseptual Kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan) adalah kemampuan seseorang dalam mengekspresikan diri dengan cara menceritakan apa yang telah dialami atau dibacanya kepada orang lain dengan menggunakan katakata sendiri. Penceritaan tersebut dilakukan di depan kelas dengan menggunakan kata-kata atau kalimat yang sederhana, mudah dimengerti, dan sesuai dengan situasi pembicaraan.
b. Definisi Operasional
Kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan) adalah skor yang diperoleh siswa kelas VIII SMP Negeri dalam menceritakan
kembali apa yang telah dibacanya dengan kriteria yakni: keakuratan informasi, hubungan antara informasi, ketepatan struktur dan kosakata, kelancaran, kewajaran urutan wacana, dan gaya pengucapan.
c. Kisi-kisi/Kriteria Penilaian
Kriteria instrumen penelitian kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan) sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Berbicara (Menceritakan Kembali Isi Bacaan) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Aspek yang Dinilai Keakuratan informasi (tidak akurat akurat sepenuhnya) Hubungan antar informasi (sangat sedikit berhubungan sepenuhnya) Ketepatan struktur dan kosakata (tidak tepat sangat tepat) Kelancaran (terbata-bata lancar sekali) Kewajaran urutan wacana (tak sistematis sistematis) Gaya pengucapan (kaku wajar) Keterangan: Penjelasan penskoran dan rincian setiap aspek penilaian berbicara diolah sebagaimana mestinya sebagai berikut. Skala 1, diberi nilai 1 (satu) apabila: Skala Penskoran 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
a) Informasi yang disampaikan sangat tidak akurat, artinya sangat tidak sesuai dengan isi wacana; b) Hubungan antara informasi satu dengan yang lain sangat sedikit; c) Struktur dan pilihan kata sering tidak tepat; d) Berbicara amat lambat dan tersendat-sendat; e) Urutan isi wacana tidak normal atau tidak sistematis; dan f) Gaya pengucapan kaku. Skala 2, diberi nilai 2 (dua) apabila: a) Informasi yang disampaikan kurang akurat, artinya informasi kurang sesuai dengan isi wacana; b) Hubungan antara informasi satu dengan yang lain sedikit; c) Struktur dan pilihan kata kurang tepat; d) Berbicara tersendat-sendat; e) Urutan isi wacana kurang sistematis; dan f) Gaya pengucapan tidak kaku. Skala 3, diberi nilai 3 (tiga) apabila: a) Informasi yang disampaikan akurat, artinya informasi yang disampaikan sudah sesuai dengan isi wacana walau ada beberapa yang terlewatkan; b) Hubungan antara informasi satu dengan yang lain cukup baik; c) Struktur dan pilihan kata yang kurang tepat tidak lebih dari tiga; d) Berbicara cukup lancar; e) Urutan isi wacana cukup sistematis; dan f) Gaya pengucapan cukup wajar.
Skala 4, diberi skor 4 (empat) apabila: a) Informasi yang disampaikan akurat, artinya informasi yang disampaikan sesuai dengan terlewatkan; b) Hubungan antara informasi satu dengan yang lain tersampaikan dengan baik; c) Struktur dan pilihan kata sudah tepat; d) Berbicara dengan lancar; e) Urutan isi wacana sistematis; dan f) Gaya pengucapan wajar. Skala 5, diberi nilai 5 (lima) apabila: a) Informasi yang disampaikan sangat akurat, artinya sangat sesuai dengan isi wacana; b) Hubungan antara informasi satu dengan yang lain sangat baik; c) Struktur dan pilihan kata sangat tepat; d) Berbicara dengan sangat lancar; e) Urutan isi wacana sangat sistematis; dan f) Gaya pengucapan sangat wajar. F. Teknik Pengolahan data Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah kerja sebaga berikut:
1. Mengambil secara random (acak) sampel penelitian sehingga memperoleh
sampel sebanyak 40 siswa kelas VIII SMP Negeri .Tahun Pelajaran 2011/2012.
kriteria yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh siswa.
3. Nilai skor penguasaan diksi dan kemampuan berbicara kemudian diurut mulai
rXY
( X Y ) ( X )( Y ) {n X ( X ) }{n Y ( Y ) }
n
2 2 2 2
= Sampel penelitian = Koefisien korelasi antara penguasaan diksi (X) dengan kemampuan berbicara (Y)
Ho : rXY < 0 H1 : rXY > 0 Keterangan: Ho = Tidak terdapat hubungan positif antara penguasaan diksi (X) dengan kemampuan berbicara (Y) Hi = Terdapat hubungan positif antara penguasaan diksi (X) dengan kemampuan berbicara (Y)
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Mukhsin. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang: YA3 Malang. Akhadiah, Sabarti, dkk.. 1987. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Alwasilah, Chaedar. 1987. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa. Aminudin. 1988. Semantik Studi Pengantar Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru. Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsjad, Maidar G. dan Mukti, U.S. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Broto, A.S. 1992. Metodologi Proses Belajar Mengajar Bahasa. Solo: Tiga Serangkai.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Standar Isi KTSP. Jakarta: Depdiknas. Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Munandar, Utami S., 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia. Parera, Jos Daniel. 1990.Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Semiawan, Cony R., 1987. Memupuk Bakat dan Minat Kreativitas Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI .. TAHUN PELAJARAN 2011/2012
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Penyusunan Skrispsi
Oleh:
KASMIN
NIM
DAFTAR ISI
Halaman I. MASALAH
A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masaah .... 4 C. Batasan Masalah 5 D. Rumusan Masalah . 5 E. Tujuan Penelitian .. 6 F.
17
C. Hipotesis Penelitian .
18
19
C. Metode Penelitian 20 D. Populasi dan Sampel .
20
E. Teknik Pengumpulan Data
21
F.
Instrumen Penelitian 21
27
H. Hipotesis Statistik .
28 DAFTAR PUSTAKA . 29