You are on page 1of 7

BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Drag Reducing Agent Untuk Optimisasi Kapasitas Pipeline


Drag Reducing Agent (DRA) atau yang lebih kita kenal sebagai Drag Reducer (DR), adalah suatu jenis bahan kimia yang berfungsi untuk meminimalkan atau menurunkan drag atau frictional pressure loss/drop dalam aliran fluida yang bersifat turbulen. Drag Reducer tidak bekerja pada aliran fluida yang bersifat laminar. Hal ini disebabkan karena drag reduction terjadi karena adanya interaksi dari molekul-molekul polymer drag reducer dengan formasi turbulen dalam aliran fluida. Untuk lebih detil mengenai mekanisme interaksi atau cara kerja drag reducer dalam aliran turbulen akan dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan berikutnya. Dengan berkurangnya rugi tekanan (pressure loss), maka kita dapat memperoleh bermacam aplikasi dari drag reducer seperti menaikkan kapasitas pemompaan (flow increase), jika kapasitas pemompaan (rate) tetap maka kita dapat menurunkan tekanan pemompaan dan hal ini berarti kita dapat menghemat daya (power saving) untuk pemompaan, menghemat daya, energi dan pemeliharaan (maintenance) dengan mematikan (shut down) booster station dan sebagainya.

Sejarah dan Aplikasi Awal Drag Reducer


Konsep dan aplikasi drag reducer telah ada atau ditemukan sejak pertengahan abad yang silam. Drag reduction effect pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh Dr Toms di Inggris (U.K) pada tahun 1947 dan dipublikasikan untuk pertama kalinya pada tahun 1948 dengan judul Some obsevation on the flow of linear polymer solutions through straight pipe at large Reynold numbers. Telah diketahui sejak lama, bahwa konsentrasi water-coal slurry dan wood pulp-water slurry menghasilkan atau mempunyai friction factor yang lebih rendah daripada air itu sendiri. Para pemadam kebakaran di New York menggunakan sejenis water soluble polymer untuk meningkatkan kapasitas atau laju aliran pada sistem pemadaman (water system) mereka. Riset dan Pengembangan (R&D) drag reducer untuk aplikasi di bidang perminyakan dimulai pada awal tahun 1960. Pada tahun 1978, drag reducer pertama kali diujicobakan dan diaplikasikan pada pipeline Trans-Alaska. Dan karena memperoleh hasil yang positif, pada tahun 1979 drag reducer pertama kalinya diinjeksikan secara komersial pada pipeline TransAlaska tersebut. Pada tahun 1981, drag reducer mulai diaplikasikan pada sistem pipeline untuk refined products (gasoline, diesel oil dan sebagainya). Generasi pertama drag reducer ini merupakan atau berupa gel-type drag reducer. Pada perkembangan selanjutnya, slurrytype drag reducer mulai diperkenalkan, dengan kinerja (performance) yang jauh lebih baik daripada generasi yang pertama.

Mekanisme Drag Reduction


Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa drag reducer bekerja untuk menurunkan atau meminimalkan drag atau frictional pressure loss pada aliran fluida yang bersifat turbulen dan bukan yang bersifat laminar. Hal ini disebabkan drag reduction terjadi karena molekulmolekul polimer Drag Reducing Agent (DRA) berinteraksi dengan formasi turbulen dari aliran fluida. Untuk mengetahui lebih lanjut dan lebih jelas tentang bagaimana drag reducer bekerja menurunkan tingkat turbulensi (turbulence level) yang pada akhirnya akan menurunkan drag atau frictional pressure loss, terlebih dahulu akan dijelaskan struktur dari aliran turbulent itu sendiri, yaitu sebagai berikut ;

Drag Reducing Agent

Halaman 1 dari 7

Kontributor : Indra Prasetyo

BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Laminar Sublayer Buffer Zone Turbulent Core

Streak Burst
Gambar 1. Penampang dari aliran turbulen dalam pipa Aliran turbulen (turbulent flow regime) pada dasarnya terdiri dari tiga zona atau lapisan yang berbeda yaitu laminar sublayer, buffer zone, dan turbulent core. Pada bagian tepi atau bagian yang terdekat dengan dinding pipa terdapat lapisan laminar sublayer. Pada lapisan ini aliran fluida berada dalam regime laminar. Friction loss yang terjadi pada bagian ini sangat kecil. Pada lapisan kedua setelah laminar sublayer adalah lapisan buffer zone. Pada lapisan buffer zone inilah aliran turbulen pertama kali terbentuk. Pada bagian tengah dari aliran turbulen terdapat lapisan turbulent core. Lapisan ini merupakan lapisan yang terbesar dalam aliran turbulen. Gambar diatas juga sedikit menggambarkan bagaimana turbulensi itu terjadi. Pada lapisan laminar sublayer, terdapat partikel atau molekul-molekul kecil yang disebut dengan streak, yang mana molekul-molekul ini bergerak dari lapisan laminar sublayer menuju ke tengah ke lapisan buffer zone dan turbulent core. Pada saat partikel atau molekul ini masuk ke dalam lapisan buffer zone, mereka akan mulai berosilasi atau bergerak membentuk pusaran (vortex) yang makin lama gerakannya semakin cepat ketika mendekati lapisan turbulent core. Akhirnya partikel-partikel tersebut menjadi tidak stabil dan pecah dengan melepaskan sejumlah fluida dan energi ke bagian tengah aliran. Peristiwa ini disebut dengan burst. Burst inilah yang menciptakan turbulensi dalam aliran. Energi yang terjadi terbuang dan dilepaskan ke segala arah. Polimer dari drag reducer berinteraksi dengan proses burst ini dan mencegah terjadinya turbulensi atau setidaknya mengurangi tingkat atau derajat turbulensi yang terjadi. Molekul polimer drag reducer di dalam fluida, membentuk suatu rantai polimer yang panjang dan kontinyu (polymer long-chain state). Rantai polimer ini berfungsi untuk mencegah terjadinya turbulensi atau mengurangi turbulence level dengan cara menyerap (absorb) energi atau memantulkan kembali partikel-partikel streak yang bergerak menuju buffer zone dan turbulent core. Dengan demikian proses terjadinya burst dapat dihindari dan dengan sendirinya mengurangi tingkat atau derajat turbulensi yang terjadi. Dari gambaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa molekul-molekul polimer drag reducer bekerja paling efektif pada lapisan buffer zone dan sedikit pada lapisan laminar sublayer.

Drag Reducing Agent

Halaman 2 dari 7

Kontributor : Indra Prasetyo

BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Aplikasi Drag Reducer


Di atas telah dijelaskan bagaimana proses drag reduction itu terjadi. Dengan adanya drag reduction tersebut maka friction atau pressure loss akan berkurang. Drag reduction itu sendiri diekspresikan dalam formula sebagai berikut : % DR = Po - Pp Po

Po adalah base frictional pressure drop/loss sedangkan Pp adalah frictional pressure drop/loss setelah diinjeksikan drag reducer ke dalam fluida. Keduanya diukur pada laju aliran (flow rate) yang sama atau konstan. Salah satu fungsi utama dari aplikasi drag reducer, disamping fungsi-fungsi atau kegunaan yang lain, adalah untuk meningkatkan kapasitas pipeline atau laju aliran pemompaan dengan tekanan yang terbatas atau tetap. Kenaikan kapasitas atau laju aliran pemompaan ini dimungkinkan karena adanya drag reduction tersebut. Hubungan atau korelasi antara drag reduction dengan kenaikan laju aliran (flow increase) diekspresikan dalam formula sebagai berikut : % Flow Increase = { [ 100 / (100 - %DR) ] ^ 0.556 1 } * 100

Kinerja drag reducer semakin baik seiring dengan meningkatnya kecepatan aliran (velocity) dan laju aliran (flow rate) serta berkurangnya kekentalan (viscosity) fluida. Selain itu besarnya diameter pipeline juga cukup berpengaruh terhadap kinerja drag reducer. Semakin kecil diameter pipeline semakin baik kinerja drag reducer. Hal ini berkaitan dengan besaran Reynold Number. sebagai berikut ;

Reynold Number adalah suatu besaran dimensionless yang diekspresikan dalam formula

Re

3,160 x Q Vc x d

Dimana ;

Q = laju aliran (flow rate), dalam gpm Vc = viscositas fluida, dalam centistokes (cSt) d = diameter dalam pipa, dalam inch

Aliran suatu fluida dapat dikategorikan laminar apabila mempunyai Reynold number kurang dari 2000 dan dapat dikategorikan turbulen apabila mempunyai Reynold number lebih dari 5000. Drag reducer seperti yang telah dijelaskan, bekerja dengan baik hanya pada aliran yang bersifat turbulen, atau mempunyai Reynold number lebih besar daripada 5000. Semakin tinggi Reynold number-nya yang berarti semakin turbulen aliran fluida tersebut, semakin baik dan efektif kerja atau performance dari drag reducer.

Drag Reducing Agent

Halaman 3 dari 7

Kontributor : Indra Prasetyo

BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Selain faktor-faktor tersebut diatas, ada beberapa faktor lainnya yang dapat mempengaruhi performance dari drag reducer. Drag reducer merupakan larutan (solutions) poly alfa olefins, suatu polimer dengan berat molekul yang tinggi / besar, yang apabila diinjeksikan kedalam aliran fluida akan membentuk suatu rantai polimer yang panjang dan kontinyu (polymer long-chain state). Polimer atau rantai polimer tersebut bersifat shear sensitive atau mudah terputus apabila memasuki daerah-daerah tertentu (shearing points) pada sistem pipeline seperti bends, elbow, tee, gate/block valve yang setengah terbuka, dan juga pompa baik pompa sentrifugal maupun pompa positive displacement (piston/plunger pump). polimer yang terbentuk didalam aliran fluida. Apabila rantai polimer tersebut terputus atau banyak yang terputus, maka fungsi atau kemampuan dari rantai polimer tersebut untuk mengabsorb energi atau memantulkan kembali partikel-partikel streak menjadi berkurang. Dengan berkurangnya kemampuan ini, maka banyak partikel-partikel streak yang akan lolos dari rantai polimer tersebut dan sampai atau masuk ke buffer zone dan turbulent core dan akhirnya meledak (burst), sehingga tingkat turbulensi menjadi meningkat dan dengan sendirinya frictional pressure loss juga akan ikut meningkat.

Performance dari drag reducer sangat tergantung pada jumlah dan kondisi dari rantai

Streak yang lolos meledak (burst) membentuk turbulensi

Polymer Chain Streak dipantulkan oleh polymer chain

Oleh karena itu penting untuk diperhatikan apakah sepanjang sistem pipeline yang diinjeksikan drag reducer mempunyai banyak daerah yang menjadi shearing points karena akan menurunkan performance dari drag reducer yang diinjeksikan. Juga perlu diperhatikan bahwa drag reducer harus diinjeksikan pada downstream pompa. Oleh karena itu apabila di sepanjang sistem pipeline yang diinjeksikan drag reducer terdapat N booster/pump station, maka diperlukan N injection point pada masing-masing booster/pump station. Kecuali apabila booster/pump station tersebut di by-pass. Drag Reduction merupakan suatu fenomena yang terjadi pada tingkat molekuler. Oleh karena itu, kecepatan bereaksi atau larut dalam aliran fluida juga sangat menentukan performance dari drag reducer. Semakin cepat larut atau bereaksi, semakin baik kinerja drag reducer tersebut. Untuk itu, para pembuat drag reducer membuat atau menciptakan drag reducer generasi baru dalam bentuk slurry atau liquid yang mudah larut dalam aliran fluida. Generasi drag reducer yang sebelumnya atau yang pertama berbentuk gel yang tidak mudah larut. Selain menciptakan drag reducer dalam bentuk slurry atau liquid, untuk mempercepat reaksi atau larutnya drag reducer dalam aliran fluida, pada pencipta drag reducer tersebut juga mendisain suatu injection nozzle khusus yang bertujuan agar drag reducer yang diinjeksikan

Drag Reducing Agent

Halaman 4 dari 7

Kontributor : Indra Prasetyo

BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

dapat langsung bereaksi/larut sempurna dan membentuk rantai polimer yang diinginkan. Tanpa injection nozzle tersebut atau apabila hanya menggunakan pipeline tap biasa, maka ada kemungkinan drag reducer yang diinjeksikan dapat berupa atau berbentuk gumpalangumpalan (bubbles) sehingga memerlukan waktu untuk larut sempurna dan membentuk rantai polimer. Dengan demikian, kefektifan dari drag reducer tersebut menjadi berkurang. Sebelum mengaplikasikan atau menginjeksikan drag reducer ke dalam suatu sistem pipeline, terlebih dahulu dilakukan studi awal atau evaluasi dan kemudian diikuti dengan percobaan (field trial) pada sistem pipeline tersebut. Pada studi awal atau evaluasi, data-data mengenai pipeline tersebut dikumpulkan, misalnya panjang pipeline, diameter pipeline, jumlah pump/booster station sepanjang pipeline, MAWP pipeline dan juga data-data pemompaan seperti rata-rata laju pemompaan, dan tekanan pemompaan (discharge and end pressure). Selain itu data-data karakteristik minyak juga dikumpulkan misalnya API gravity, viscosity, wax content, dan water cut. Dari data-data tersebut pertama kali dihitung adalah besaran Reynold number, untuk menentukan apakah aliran fluida / hidrokarbon dalam pipeline tersebut bersifat turbulen atau laminar. Apabila Reynold number melebihi 5000, maka aliran fluida tersebut dikategorikan sebagai aliran turbulen, dan berarti drag reducer dapat bekerja pada sistem pipeline tersebut. Langkah selanjutnya adalah menentukan objective atau tujuan dari injeksi drag reducer, misalnya untuk menaikkan laju alir pemompaan atau untuk menurunkan tekanan pemompaan dan sebagainya. Dari objektif dan data baseline (rata-rata laju alir dan tekanan pemompaan normal tanpa drag reducer) yang diperoleh, dibuatlah suatu prakiraan atau prediksi yaitu untuk menentukan besarnya injeksi yang akan dilakukan untuk mencapai objektif tersebut. Selain studi teknis, pada studi awal ini juga dilakukan studi ekonomis, untuk menentukan keekonomisan antara penggunaan drag reducer dibandingkan dengan alternatif lain, misalnya menambah booster station atau membangun jaringan pipa baru / loop line dan sebagainya. Tahap berikutnya adalah melakukan tes lapangan (field trial) untuk mengetahui unjuk kerja dari drag reducer tersebut. Sebelum tes lapangan dilakukan, pertama-tama dikumpulkan dulu data baseline, yaitu data laju alir dan tekanan pemompaan tanpa drag reducer selama kurang lebih 3-4 jam. Kemudian baru dilakukan injeksi drag reducer dengan rate injeksi (ppm) rendah, kemudian diikuti dengan injeksi pada rate tinggi dan terakhir injeksi pada rate menengah. Pada umumnya untuk tes lapangan dilakukan 3 (tiga) kali injeksi dengan laju aliran yang berbeda seperti tersebut diatas. Dari hasil injeksi tersebut, kita akan memperoleh tiga buah titik untuk menggambarkan unjuk kerja drag reducer tersebut dalam bentuk kurva % drag reduction vs ppm dan % flow increase vs ppm. Untuk seiap rate injeksi drag reducer terdapat dua periode waktu atau fasa yaitu periode pengisian pipeline dengan drag reducer atau disebut dengan linefill period dan periode keadaan stabil atau steady state condition. Lamanya linefill period tergantung kepada diameter dan panjang pipa (volume pipa). Sedangkan steady state condition untuk tes lapangan diambil minimal 3 jam. Pada steady state condition inilah diambil data-data laju aliran dan tekanan pemompaan dengan injeksi drag reducer dan kemudian dapat dihitung berapa persen drag reduction dan flow increase untuk setiap rate injeksi tersebut. Perlu diperhatikan bahwa untuk setiap rate injeksi drag reducer diperlukan waktu atau periode linefill. Pada periode ini, laju alir pemompaan dan tekanan akan berfluktuasi tetapi menunjukan kecenderungan (trend) naik untuk rate pemompaan dan turun untuk tekanan. Pada periode ini kita tidak dapat menentukan berapa besarnya rate dan tekanan pemompaan yang dicapai untuk suatu rate injeksi tertentu.

Drag Reducing Agent

Halaman 5 dari 7

Kontributor : Indra Prasetyo

BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Baru setelah linefill period terlewati, kita dapat mengambil nilai rata-rata dan menentukan besarnya laju alir dan tekanan pemompaan untuk suatu rate injeksi tertentu. Oleh karena itu, melakukan perubahan rate injeksi setiap saat atau setiap jam mengikuti fluktuasi rate dan tekanan pemompaan tidak akan membawa hasil yang berarti kecuali memboroskan injeksi drag reducer. Sebagai contoh adalah ilustrasi sebagai berikut : Suatu sistem pipeline mempunyai linefill period selama 4 jam dan baseline 10,000 bopd (416 bph) pada 1,000 psig discharge. Pada jam pertama diinjeksikan 20 gpd (47 ppm) drag reducer. Dengan rate injeksi ini, diasumsikan rate pemompaan akan naik menjadi 15,000 bopd (625 bph) pada pressure yang sama. Selama linefill period, rate pemompaan akan berfluktuasi tetapi cenderung naik mendekati 625 bph. Apabila pada jam ke-lima rate injeksi diturunkan menjadi 10 gpd (23 ppm), apa yang akan terjadi ?. Asumsikan dengan rate injeksi 10 gpd tersebut, rate pemompaan (pada steady state condition) akan turun menjadi 5,000 bopd (208 bph) pada tekanan tetap. Apakah laju aliran pemompaan pada jam tersebut akan turun menjadi 208 bph ?. Jawabannya adalah tidak. Sebaliknya ada kemungkinan bahwa pada jam tersebut laju aliran pemompaan masih sekitar 625 bph. Baru pada jam berikutnya laju aliran pemompaan akan perlahan-lahan turun mendekati nilai 208 bph. Dan laju aliran tersebut baru akan tercapai setelah 4 jam atau setelah linefill period terlewati kembali.

Samboja-Balikpapan, Kalimantan Timur, 14-17 Oktober 2000.

pressure transmitter yang dihubungkan dengan sebuah data logger untuk keperluan field trial. Gambar diambil pada saat field test pada pipeline

Gambar

disamping

adalah

gambar

Untuk aplikasi atau untuk menginjeksikan drag reducer kedalam suatu sistem pipeline, digunakan beberapa peralatan atau equipment standar yaitu ; Injection Skid ; dilengkapi dengan pompa injeksi (Milton Roy plunger pump), flow mass meter (coriolis type meter), ECC atau Electronic Capacity Controller (optional), serta pompa booster / resirkulasi. Kapasitas dari pompa injeksi bervariasi mulai dari 10 gpd sampai dengan 1500 gpd dengan discharge pressure maksimum sampai dengan 3000 psig. Tote Tanks ; dengan nominal bervariasi mulai dari 550 USgallon (standard) sampai dengan 6300 USgallon (ISO tank). Suction dan Discharge Hoses.

Sebelum drag reducer diinjeksikan, perlu dilakukan pengadukan (mixing) serta sirkulasi terhadap drag reducer yang akan diinjeksikan untuk menjamin bahwa produk drag reducer tersebut dalam keadaan homogen ketika diinjeksikan. Hal ini diperlukan sebab produk atau chemical drag reducer akan mengalami pemisahan antara polimer dengan carrier-nya selama masa penyimpanan. Apabila suatu produk drag reducer disimpan untuk jangka waktu yang lama, maka diperlukan pengadukan dan sirkulasi secara berkala terhadap produk tersebut (biasanya 2-4

Drag Reducing Agent

Halaman 6 dari 7

Kontributor : Indra Prasetyo

BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

minggu sekali). Pengadukan drag reducer dilakukan dengan menggunakan udara bertekanan (compressed air) selama kurang lebih 6 jam dan sirkulasi dilakukan selama kurang lebih 1-2 jam. Pengadukan dan sirkulasi ini sangat penting untuk menjaga unjuk kerja drag reducer yang diinjeksikan agar tetap baik. Berikut ini adalah beberapa aplikasi umum dari drag reducer : 1. Untuk menaikan kapasitas atau rate pemompaan (flow increase) ; Dengan menginjeksikan drag reducer kedalam sistem pipeline, kita dapat menaikan rate pemompaan dengan tekanan pemompaan relatif tetap atau dijaga dibawah maksimum tekanan yang diijinkan (MAWP). 2. Menurunkan tekanan pemompaan dengan rate dipertahankan ; Semakin berumur suatu pipeline semakin rendah maksimum tekanan yang diijinkannya (MAWP). Dengan injeksi drag reducer, tekanan pemompaan dapat diturunkan dengan rate pemompaan tetap dijaga.

dP

System curve w/o DR inj.

System curve w/ DR inj.

Q, rate

3. Menurunkan energi dan biaya operasi ; Dengan injeksi drag reducer, kita dapat menon-aktifkan satu atau beberapa booster/pump station sepanjang jalur pipeline tanpa menurunkan kapasitas atau rate pemompaan. Dengan tekanan pemompaan yang lebih rendah, berarti daya (Hp/kW) yang digunakan oleh pompa juga lebih rendah dan ini berarti kita dapat menghemat energi yang digunakan (power saving). Selain itu pompa menjadi lebih awet dan memperpanjang periode maintenance. 4. Mempercepat proses loading dan unloading dari tanker / barge ; Dengan injeksi drag reducer kita dapat mempercepat proses loading dan unloading dari kapal tanker atau barge sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.

*****
Kontributor : Indra Prasetyo

Drag Reducing Agent

Halaman 7 dari 7

Kontributor : Indra Prasetyo

You might also like