You are on page 1of 9

HAMBATAN PERILAKU ANAK

Eating Disorder ( Gangguan Makan )


( Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. )

Kelompok 8

Harry Permadi Putu Ugram Swadharma Arif Suryawan Rudy Setiawan

( 09081105 ) ( 08081023 ) ( 10081108 ) ( 10082114 )

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA 2012

Gangguan Makan (Eating Disorder)


Definisi Gangguan Makan Gangguan makan ditandai dengan gangguan ekstrem. Gangguan makan hadir ketika seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi kadar makanan dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan menderita atau keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan lebih sedikit atau lebih banyak terus menerus di luar keinginan (American Psychiatric Association [APA], 2005). Gangguan makan biasanya berkembang selama masa remaja atau dewasa awal.Namun, mereka bisa mulai di masa kecil, juga. Wanita jauh lebih rentan. Hanya sekitar 5% sampai 15% dari orang dengan anoreksia atau bulimia adalah laki-laki. Gangguan makan pada anak-anak dan remaja dapat menyebabkan sejumlah masalah fisik yang serius dan bahkan kematian. Jika Anda melihat salah satu dari tanda-tanda gangguan makan, hubungi dokter anak Anda segera. Gangguan makan tidak bisa diatasi dengan kekuatan belaka. Anak Anda akan memerlukan pengobatan untuk membantu memulihkan berat badan normal dan kebiasaan makan. Pengobatan ini juga membahas masalah-masalah psikologis yang mendasar. Ingat bahwa hasil terbaik terjadi ketika gangguan makan yang dirawat di tahap awal. Terdapat tiga jenis gangguan makan, yaitu :

Anorexia, suatu kondisi di mana seorang anak menolak untuk makan cukup kalori, keluar dari ketakutan yang intens dan irasional menjadi lemak.

Bulimia, suatu kondisi di mana seorang anak terlalu overeats (binging) dan kemudian melakukan pembersihan makanan dengan muntah atau menggunakan obat pencahar untuk mencegah kenaikan berat badan.

EDNOS eating disorders not otherwise specified, gangguan makan lain yang tidak ditetapkan. Yang memasukkan beberapa variasi gangguan makan. Kebanyakannya adalah mirip dengan anoreksia atau bulimia tetapi dengan karakter yang berbeda sedikit. Binge-eating disorder, yang menerima peningkatan dalam jumlah penelitian dan perhatian media dalam beberapa tahun kebelakangan ini adalah salah satu tipe EDNOS (APA, 2005).

Gejala Gangguan Makan

Anoreksia pada anak-anak dan remaja Anak-anak dan remaja dengan anoreksia memiliki citra tubuh yang terdistorsi. Orang dengan anoreksia melihat diri mereka sebagai berat, bahkan ketika mereka kurus. Mereka terobsesi untuk menjadi kurus dan menolak untuk mempertahankan berat badan minimal bahkan normal. Menurut Institut Nasional Kesehatan Mental , sekitar satu dari setiap 25 anak perempuan dan perempuan akan memiliki anoreksia dalam hidup mereka. Kebanyakan akan menyangkal bahwa mereka memiliki gangguan makan. Gejala anoreksia meliputi:

kecemasan, depresi, perfeksionisme, atau menjadi sangat kritis terhadap diri sendiri diet bahkan ketika seseorang kurus berlebihan atau kompulsif berolahraga intens takut menjadi gemuk, menstruasi yang menjadi jarang atau berhenti cepat merasa berat, dan orang tersebut mencoba menyembunyikan dengan pakaian longgar kebiasaan makan yang aneh, seperti menghindari makanan, makan secara rahasia, mengawasi setiap gigitan makanan, atau hanya makan makanan tertentu dalam jumlah kecil

tidak biasa minat dalam makanan Anoreksia dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang serius. Permasalahan tersebut meliputi:

kerusakan organ utama, terutama otak, jantung dan ginjal denyut jantung tidak teratur menurunkan tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh , dan tingkat pernapasan sensitivitas terhadap dingin penipisan tulang Anoreksia berakibat fatal pada sekitar satu dari setiap 10 kasus. Penyebab paling umum kematian termasuk serangan jantung, ketidakseimbangan elektrolit, dan bunuh diri.

Bulimia pada anak-anak dan remaja Seperti anak-anak dan remaja dengan anoreksia, bulimia juga takut berat badan dan merasa sangat bahagia dengan tubuh mereka. Mereka berulang kali akan makan terlalu banyak makanan dalam waktu singkat. Seringkali anak atau remaja kehilangan kontrol. Merasa jijik dan malu setelah makan berlebihan, remaja dengan bulimia mencoba untuk mencegah kenaikan berat badan dengan menginduksi muntah atau menggunakan obat pencahar, pil diet, diuretik, atau enema. Setelah membersihkan makanan, mereka merasa lega. Orang dengan bulimia biasanya berfluktuasi dalam kisaran berat badan normal, meskipun mereka mungkin kelebihan berat badan juga. Sebanyak satu dari setiap 25 wanita akan memiliki bulimia dalam hidup mereka. Gejala bulimia meliputi:

menyalahgunakan obat pencahar dan perawatan lainnya untuk mencegah kenaikan berat badan

kegelisahan bingeing pada sejumlah besar makanan makan secara rahasia atau memiliki kebiasaan makan yang tidak biasa berlebihan latihan penekanan yang berlebihan pada penampilan fisik teratur menghabiskan waktu di kamar mandi setelah makan menggunakan jari untuk merangsang muntah tidak biasa minat dalam makanan muntah setelah makan Komplikasi bisa serius. Perut asam dari muntah kronis dapat menyebabkan:

kerusakan enamel gigi radang kerongkongan pembengkakan kelenjar ludah di pipi Selain itu, bulimia juga dapat menurunkan kadar potasium. Hal ini dapat menyebabkan hal yang berbahaya, ritme jantung menjadi abnormal.

Faktor-faktor Penyebab Gangguan Makan Berbagai faktor saling berkaitan dalam menyebabkan gangguan makan 1. Faktor sosiokultural Tekanan yang berlebihan pada wanita muda untuk mencapai standar khusus yang tidak realistis 2. Faktor psikososial a. Diet yang kaku atau sangat membatasi dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol yang diikuti dengan pelanggaran diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulimik b. Ketidakpuasan pada tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak sehat untuk mencapai berat badan yang diinginkan 3. Faktor kognitif a. Merasa kurang memiliki kontrol atas berbagai aspek kehidupan lain selain diet b. Kebutuhan psikologis untuk kesempurnaan dan kecenderungan untuk berpikir secara dikotomis atau hitam-putih (semua atau tidak sama sekali) 4. Faktor psikodinamika Kesulitan berpisah dari keluarga dan membangun identitas individual 5. Faktor keluarga a. Keluarga dari pasien gangguan makan sering kali memiliki karakteristik yang sama yaitu adanya konflik, kurangnya kedekatan dan pengasuhan, serta gagal dalam membangun kemandirian dan otonomi pada diri anak perempuan mereka b. Dari perspektif sistem keluarga, gangguan makan pada anak perempuan dapat memberi keseimbangan pada keluarga yang disfungsional dengan

mengalihkan perhatian dari masalah keluarga atau pun masalah pernikahan 6. Faktor biologis a. Ketidakseimbangan yang mungkin terjadi pada sistem neurotransmiter di otak yang mengatur mood dan nafsu makan b. Kemungkinan pengaruh genetis

Assesment Anoreksia Menurut DSM-IV, anoreksia nervosa (AN) dimaksudkan dengan keengganan untuk menetapkan berat badan kira-kira 85% dari yang diprediksi, ketakutan yang berlebihan untuk menaikkan berat badan, dan tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus berturut-turut. AN terbagi dalam dua jenis. Jenis restricting-tye anorexia, individu tersebut menurunkan berat badan dengan berdiet sahaja tanpa makan berlebihan (binge eating) atau muntah kembali (purging). Mereka terlalu menekan konsumsi karbohidrat dan makan mengandung lemak. Sedangkan pada tipe binge-eating/purging, individu tersebut makan secara berlebihan kemudian memuntahkannya kembali secara segaja (APA, 2005) Kebanyakan orang dengan AN melihat diri mereka sebagai orang dengan kelebihan berat badan, walaupun sebenarnya mereka menderita kelaparan atau malnutrisi. Makan, makanan dan kontrol berat badan menjadi suatu obsesi. Seseorang dengan AN akan sentiasa mengukur berat badannya berulang kali, menjaga porsi makanan dengan berhati-hati, dan makan dengan kuantiti yang sangat kecil dan terhadap pada sebagian makanan (Wonderlich et al, 2005). Kebanyakan orang dengan AN juga akan mempunyai masalah psikiatri dan macammacam penyakit fisik, termasuk depresi, ansietas, perilaku terasuk (obsessive),

penyalahgunaan zat, komplikasi kardiovaskular dan neurologis, dan perkembangan fisik yang terhambat (Becker et al, 1999). Gejala lain yang mungkin terlihat dari waktu ke waktu termasuk penipisan tulang (osteopenia atau osteoporosis), rambut dan kuku yang rapuh, kulit yang kering dan kekuningan, perkembangan rambut halus dikeseluruhan tubuh (misalnya, lanugo), anemia ringan, kelemahan dan kehilangan otot, konstipasi berat, tekanan darah rendah, pernafasan dan pols yang melemah, penurunan suhu tubuh internal; menyebabkan orang tersebut sering merasa dingin, dan kelesuan (Wonderlich, 2005) Sebagai akibat dari nutrisi buruk, gangguan endokrin yang melibatkan aksis hipotalamus-pituitari-gonad timbul, bermanifestasi pada wanita yaitu amenorrea dan pada laki-laki yaitu kurangnya minat berseksual dan kesuburan. Pada anak-anak yang prapubertas, pubertasnya lambat dan perkembangan dan pertumbuhan fisiknya terbantut (Chavez dan Insel, 2007). Gejala metabolik lainnya, seperti lelah dan intoleransi terhadap kedinginan juga disebabkan oleh gangguan aksis hipotalamus-pituitari-gonad (Kiyohara et al, 1987).

Bulimia Nervosa Bulimia nervosa (BN) digambarkan dengan episode berulang makan berlebihan (binge eating) dan kemudian dengan perlakuan kompensatori (muntah, berpuasa, beriadah, atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan perasaan subjektif kehilangan kawalan ketika makan. Muntah yang dilakukan secara sengaja atau beriadah secara berlebihan, serta penyalahgunaan pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin juga boleh terjadi (Chavez dan Insel, 2007). DSM-IV membagikan BN kepada dua bentuk yaitu purging dan nonpurging. Pada tipe purging, individu tersebut memuntahkan kembali makanan secara sengaja atau menyalahgunakan obat pencahar, diuretik atau enema. Pada tipe nonpurging, individu tersebut menggunakan cara lain selain cara yang digunakan pada tipe purging, seperti berpuasa atau beriadah secara berlebihan. BN digolongkan pada orang yang mengalami episode konsumsi makanan dengan jumlah yang sangat banyak (misalnya, binge-eating) secara sering, dan merasakan kurangnya penguasaan terhadap makan. Perilaku binge-eating diikuti dengan perilaku yang mengkompensasi binge dengan menyingkirkan makanan yang dimakan (misalnya, muntah, penggunaan obat cuci perut atau diuretik yang berlebihan), berpuasa dan/atau senaman yang berlebihan (APA, 2005). Tidak seperti AN, orang yang menderita BN dapat jatuh kepada golongan dengan berat badan yang normal sesuai dengan umur mereka. Akan tetapi, seperti AN, mereka juga mempunyai ketakutan untuk pertambahan berat badan, dan sangat nekad untuk mengurangi berat badan, merasa ketidakbahagiaan hebat atas ukuran dan bentuk tubuh. Kebiasaannya, perilaku bulimik adalah rahasia, karena selalu disertai dengan perasaan jijik dan malu. Siklus perilaku binging dan penyingkiran ini selalunya berulang selama beberapa kali dalam seminggu (APA, 2005). Mirip dengan AN, orang yang menderita BN juga mempunyai penyakit psikologis seperti depresi, ansietas dan/atau permasalahan penyalahgunaan zat. Kebanyakan kondisi fisik adalah akibat dari aspek penyingkiran penyakit, termasuklah ketidakseimbangan elektrolit, masalah gastrointestinal, dan masalah berkaitan dengan rongga mulut dan gigi (APA, 2005).

Gejala lain yang terkait termasuklah inflamasi kronis dan sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar di leher dan di bawah rahang, robekan enamel gigi dan meningkatnya kepekaan dan kerusakan gigi akibat daripada pemaparan terhadap asam perut, penyakit refluks gastroesofagus, intestinal distress dan iritasi akibat penyalahgunaan obat cuci perut, masalah pada ginjal akibat penyalahgunaan obat diuretik, dan dehidrasi berat karena kekurangan cairan dari tubuh (APA, 2005). Gangguan mood adalah sering pada pasien dengan BN dan simptom cemas dan tegang (tension) sering dialami (Chavez dan Insel, 2007). Kebanyakan pasien dengan BN mengalami depresi ringan dana sesetengah mengalami gangguan mood dan perilaku yang serius seperti cobaan membunuh diri dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Biasanya, pasien dengan BN merasa malu dengan perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahasiakannya daripada keluarga dan teman-teman. (APA, 2005)

Penanganan yang dapat dilakukan Dikatakan Wolfe & Mash (2006:493-498) bahwa penanganan kelainan ini memerlukan kerjasama team seperti psikiatri, konselor dan juga dokter. Sering kali sulit ditangani tapi tersedia beberapa pendekatan terapeutik 1. Penanganan biomedis a. perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk membantu pasien anoreksia mencapai berat badan yang sehat atau pasien bulimia mengatasi siklus makan berlebih lalu mengeluarkannya dalam kasus dimana terapi rawat jalan telah gagal b. Pengobatan antidepresan dapat digunakan untuk mengatur napsu makan dengan mengubah proses kimia pada otak atau untuk melepaskan depresi yang mendasari 2. Psikoterapi Terapi psikodinamika bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik psikologis yang ada.

3. Terapi behavioral kognitif (CBT) a. Untuk membantu individu dengan gangguan makan mengalahkan pikiran dan keyakinan yang self-defeating serta mengembangkan kebiasaan makan dan pola berpikir yang lebih sehat b. Modifikasi perilaku membantu pasien anoreksia yang dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan berat badan dengan memberi hadiah yang diinginkan untuk perilaku makan yang tepat c. Pemaparan terhadap pemecahan respon membantu individu bulimia untuk menoleransi memakan makanan yang menurut mereka dilarang tanpa makan berlebihan dan mengeluarkannya 4. Terapi Interpersonal (IPT) Menekankan pada penyelesaian masalah interpersonal dengan keyakinan bahwa fungsi interpersonal yang semakin efektif akan menghasilkan kebisaaan dan sikap makan yang lebih sehat 5. Terapi keluarga Dapat digunakan untuk mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan komunikasi diantara anggota keluarga

Untuk membangkitkan kesadaran klien dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, tetapi usaha tersebut harus terus dilakukan secara bertahap sehingga yang bersangkutan dapat beradaptasi dan merasa nyaman dengan perubahan tersebut sampai sepenuhnya klien dapat mengontrol perilaku makan.

You might also like