You are on page 1of 6

BAB I TINJAUAN PUSTAKA PNEUMOTHORAKS A. Defenisi Adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (4).

Anatomi Fisiologis Pleura yang terdiri dari suatu lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paruparu (pleura viseralis). Di antara pleura parietalis dan pleura viseralis terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan thoraks dan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga hal itu mencegah kolaps paru-paru. Bila terserang penyakit, pleura mungkin mengalami peradangan, atau udara, atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan paru-paru tertekan atau kolaps. Ada tiga faktor yang mempertahankan tekanan negatif normal ini. Pertama, jaringan elastis paru-paru memberikan kekuatan kontinu yang cenderung untuk menarik paru-paru dari dinding thoraks, tetapi permukaan pleura viseralis dan pleura parietalis yang saling menempel itu tidak dapat dipisahkan. Kekuatan ini dikenal sebagai tekanan negatif dari ruang pleura. Faktor utama kedua dalam mempertahankan tekanan negatif intrapleura adalah kekuatan osmotic yang terdapat di seluruh membran-membran pleura. Cairan dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang pleura dan kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Pergerakan cairan bergantung pada selisih perbedaan antara tekanan hidrostatik darah yang cenderung mendorong cairan keluar dan tekanan onkotik dari protein plasma yang cenderung menahan cairan agar tetap di dalam (Hukum Starling

dalam Light, 1984). Karena itu akibat selisih perbedaan absorbsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar dari selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis, serta karena daerah permukaan pleura viseralis lebih besar dari pleura parietalis, maka pada ruang pleura secara norma hanya terdapat beberapa mililiter cairan. Faktor ketiga yang mendukung tekanan negatif intrapleura adalah kekuatan pompa limfatik. Sejumlah kecil protein secara normal memasuki ruang pleura tetapi akan dikeluarkan oleh sistem limfatik dalam pleura parietalis Ketiga faktor ini kemudian mengatur dan mempertahankan tekanan negatif intrapleura normal. B. Patogenesis dan Patologi. Pneumothoraks diklasifikasikan sesuai dengan penyebabnya (3,4): 1. Traumatik 2. Spontan. 3. Terapeutik. Pneumothoraks juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan urutan peristiwa yang merupakan kelanjutan adanya robekan pleura, yaitu (4) : 1. Terbuka. 2. Tertutup 3. Tekanan. Luka tembus dada merupakan penyebab umum dari pneumothoraks traumatik. Ketika udara masuk ke dalam rongga pleura yang dalam keadaan normal bertekanan lebih rendah dari tekanan atmosfer, maka paru-paru akan kolaps sampai batas-batas tertentu. Tetapi jika berbentuk saluran terbuka, maka terjadi kolaps yang masif sampai tekanan dalam rongga pleura sama dengan tekanan atmosfer (pneumothoraks terbuka). Mediastinum akan bergeser ke arah paru-paru yang kolaps dan dapat berpindah bolak-balik selama siklus pernapasan. Pneumothoraks spontan terjadi tanpa adanya trauma. Pneumothoraks jenis ini dapat dibagi menjadi pneumothoraks spontan primer serta pneumothorak spontan sekunder.

Patogenesisnya dimulai dengan udara yang masuk melalui robekan dinding alveolus seterusnya ke interstitial paru dan ke pleura. Paru bagian atas terserang lebih banyak karena tekanan udara transpulmoner lebih tinggi dari pada di bagian basal. Jika udara tersebut menuju ke arah perifer, akan menimbulkan bleb di bawah pleura. Bleb yang robek ke arah pleura akan menimbulkan pneumothoraks. Pneumothoraks spontan sekunder bisa timbul karena asma akibat udara yang terperangkap karena meningkatnya tekanan intra alveolar karena robeknya alveoli, dan kemudian diikuti dengan mengalirnya udara menyusuri jaringan interstitial seterusnya ke pleura viseralis. Tuberkulosis dapat juga menyebabkan pneumothoraks, karena tuberkulosis yang meluas akan menyebabkan nekrosis jaringan atau menjalar sampai pinggir jaringan parut parenkim paru dan bulla, kemudian seterusnya robek ke dalam pleura.Penyakit paru-paru yang sering mengakibatkan pneumothoraks spontan adalah emfisema (pecahnya bleb atau bula), pneumonia, dan neoplasma. Pneumothoraks terapeutik, sering dilakukan sampai sekitar tahun 1960, yaitu kesengajaan membuat keadaan kolaps paru-paru untuk kegunaan pengobatan tuberkulosis. Diduga tindakan ini dapat menghambat penyebaran penyakit dan pertumbuhan bakteri. Dikatakan pneumothoraks tertutup bila cacat yang menyebabkan terbentuknya hubungan antara rongga pleura dan atmosfer dapat menutup sendiri, maka ini dinamakan pneumothoraks tertutup. Sebaliknya jika hubungan itu tetap terbuka selama inspirasi dan menutup selama ekspirasi (efek katup searah), maka banyak udara akan tertimbun dalam rongga pleura, sehingga tekanannya akan melebihi tekanan atmosfir, akibatnya paru-paru akan kolaps total. Keadaan ini dikenal dengan nama pneumothoraks tekanan. Secara keseluruhan, pneumothoraks akan menghambat fungsi paru-paru dengan membatasi pengembangannya. Derajat gangguan fungsi dan kelemahan tergantung dari ukuran dan cepatnya perkembangan penyakit.

C. Manifestasi Klinis. 1. Anamnesis Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau gejala pernafasan. Riwayat terpapar zat iritan yang bermakna di tempat kerja. Riwayat ada atau tidaknya penyakit paru-jantung yang mendasari Riwayat batuk berulang dengan atau tanpa dahak Sesak dengan atau tanpa bunyi wheezing. Berat dan lamanya keluhan. Riwayat pneumothoraks sebelumnya. Jenis pekerjaan penderita.

2. Pemeriksaan fisik. Inspeksi Trakea bergeser menjauhi sisi yang terkena pneumothoraks. Pergerakan dada terhambat dan berkurang pada bagian yang terkena. Dyspnea (jika luas) Sianosis (jika luas) Nyeri pleuritik hebat. Fremitus vokal dan raba berkurang. Pada pneumothoraks perkusi hipersonor di daerah pneumothoraks, dan meredup di daerah paru yang kolap. Auskultasi Suara napas berkurang pada daerah pneumothoraks.

Palpasi.

Perkusi

3. Pemeriksaan penunjang. Rontgen Thoraks. Pneumothoraks terdapat gambaran : Banyangan cembung udara dari pneumothoraks berbentuk memisahkan pleura parietalis dan viseralis.

Gambaran saat ekspirasi maksimal udara dalam rongga pleura di dorong ke apeks, sehingga ruang intrapleura di apex lebih besar.

Udara bebas dalam rongga pleura cenderung berkumpul pada bagian atas sisi lateral.

Darah rutin : Hb, Ht, AL, HJL.

4. Diagnosis Banding. Efusi pleura. Fibrotoraks. Empiema. Pio- pneumothoraks. Hidropneumothoraks.

5. Penatalaksanaan. Tujuan : Cara : 1. Terapi oksigen Untuk : Mengurangi sesak. Mengurangi vasokontriksi. Mengurangi gejala. Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru. Secepatnya mengembangkan paru yang sakit. Mencegah timbulnya komplikasi. Memperpendek waktu perawatan di rumah sakit.

2. Water Sealed Drainage (WSD). Untuk : - Membantu pengembangan paru kembali. 3. Bedah (torakotomi). Dilakukan bila pemasangan WSD selama 1 minggu udara masih juga menetap dalam rongga pleura. Dilakukan pada pneumothoraks yang masih kambuh lebih dari 3 kali pada sisi yang sama guna mencegah bertambah luasnya pneumothoraks pada serangan berikutnya. Untuk : - Menutup daerah yang bocor pada rongga pleura. - Reseksi bulla atau jaringan abnormal yang menimbulkan fistula bronkopleura. - Menghilangkan rongga pleura dengan abrasi dengan kasa kering atau dengan pleurektomi pariental. 4. Terapi farmakologi. Antibiotik. Diberikan pasca pemasangan WSD.

You might also like