You are on page 1of 2

Akibat gizi lebih pada peruses tubuh Resiko dalam terjadinya berbagai penyakit degenerative seperti hipertensi dan

tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes, janteng koroner, hati dan kantung empedu. Salah satu permasalah gizi lebih adalah kegemukan. Kegemukan tidak hanya dialami oleh orang dewasa tetapi oleh semua golongan umur, termasuk anak-anak. Banyak orang tua bangga mempunyai mempunyai anak yang bertubuh gemuk, karena ada anggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat. Pola makan anak yang berlebih sering kurang mendapat perhatian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian gizi pada anak TK yang mengalami gizi lebih. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jumlah sampel ditetapkandengan menggunakan tehnik snow ball. Informan adalah ibu subyek yang bersedia diwawancarai. Jumlah subyek adalah 11 orang. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, penimbanagn berat badan dan pengukuran tinggi badan. hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian gizi lebih di TK Marsudirini kanak-Kanak Jesus sebesar 41%. hal ini disebabkan karena faktor pemudah yaitu pengetahuan gizi dan sikap ibu yang kurang mengerti dampak gizi lebih, kebiasaan makan anak yang suka mengkonsumsi makanan berlebih, dan daya beli orang tua yang cukup baik. Faktor pemungkin diantaranya promosi makanan yang mempengaruhi anak dalam memilih makanan serta faktor penguat yaitu keluarga yangs sering membawakan makanan kesukaan anak, dan peran guru yang masih kurang dalam memberikan pengetahuan gizi. Guru sebaiknya memotivasi anak agar mempunyai kebiasaan makan yang baik. (LENY SULISTYOWATI -- E2A303123 (2005 - Skripsi)

Oleh: Rahmayulis Saleh Gizi berlebih (obesitas) menjadi masalah serius bagi penduduk Indonesia, dan merupakan ancaman tersembunyi bagi masa depan anak. Kasus ini bukan saja menimpa golongan berpunya, tapi juga dialami masyarakat miskin di pedesaan dan perkotaan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, menunjukkan 14% balita mengalami gizi lebih. Pada penduduk kaya prevalensinya mencapai 14,9%, dan pada masyarakat miskin sekitar 12,4%. Sementara pada penduduk usia di atas 18 tahun, prevalensi gizi lebih sebesar 21,7%. Yaitu pada kaum pria terdapat 16,3%, dan kaum perempuan 26,9%. Sepertihalnya pada balita, fenomena kejadian gizi lebih pada orang dewasa ini juga terjadi di semua starata sosial ekonomi. Baik pada penduduk kaya maupun miskin, di perkotaan atau pedesaan, serta pendidikan tinggi atau rendah. Penyebab gizi berlebih ini, antara lain terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan yang keluar, kata Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri Kesehatan, hari ini pada seminar Gizi lebih, ancaman tersembunyi masa depan anak Indonesia. Menkes menuturkan anak yang lahir dengan berat badan rendah dan pendek, atau bayi yang sudah diberikan susu formula, bisa menyebabkan gizi lebih. Sebab, energi yang masuk berlebihan dibanding kebutuhannya. Selain itu, katanya, perubahan gaya hidup dimana anak kurang melakukan aktivitas fisik, juga menjadi penyebab gizi lebih. Menurut Endang, upaya mengatasi gizi lebih pada balita dan anak ini, bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya saat ini lagi tren acara kuliner di sejumlah media televisi yang menampilkan selebritis tengah memasak makanan. Alangkah baiknya kalau acara tersebut juga memuat program yang praktis seperti membuat sarapan yang cepat, bergizi, dan mudah, ujarnya. Dampak dari gizi lebih, katanya, tidak sekadar menganggu estetika penampilan. Tapi juga menjadi predisposisi dari berbagai penyakit tidak menular, baik degeneratif maupun kardiovaskuler. Walau prevalensi gizi lebih sudah mengkhawatirkan, namun keberadaannya sebagai suatu ancaman nyata bagi kesehatan, belum banyak disadari masyarakat. Mengatasi gizi lebih ini, tambah Menkes, perlu perubahan sosial baik gaya hidup, perilaku makan dan penyiapan lingkungan yang kondusif. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan komitmen seluruh pemangku kepentingan, sehingga kebijakan mengatasi masalah gizi lebih menjadi terintegrasi dalam program pemerintah.(hh)

You might also like