You are on page 1of 28

MATA KULIAH UMUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM AKHLAQ, MORAL, DAN ETIKA

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK IV YULIA PUSPITASARI 122010101006 OKTAVIA KUSUMA 122010101010 IZZATUL MUFIDAH 122010101015 KIKI ANDARI 122010101021 M. NUR ARIFIN 122010101023

UNIVERSITAS JEMBER

2012 DEFINISI DAN PERBEDAAN ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK


1. Definisi Etika

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku manusia. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral. (Suseno, 1987). Etika sebenarnya lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan tingkah laku manusia. (Kattsoff, 1986). Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan. Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut baik dan buruk . 2. Definisi Moral

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral

manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. 3. Akhlak

Secara linguistik atau bahasa, akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan: budi pekerti,perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian denga perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari. Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu : 1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, atau gila. 3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk. 4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan mainmain atau karena bersandiwara 5. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian. Secara garis besar, akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak baik (akhlak alkarimah) dan akhlak yang buruk (akhlak madzmumah). Yang termasuk akhlak baik misalnya seperti berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan, amanah, dan lain sebagainya. Sedangkan, yang termasuk akhlak buruk adalah seperti berbuat dhalim, berdusta, pemarah, pendendam, kikir, curang, dan lain sebagainya. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk

dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk. Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya. Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid afala, yufilu ifalan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobiah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maruah (peradaban yang baik) dan al-din (agama). Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya. 4. Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral

Perbuatan AKHLAK adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya, timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar, dilakukan atas dasar kemauan. ETIKA lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. moral memiliki arti yang sama dengan etika, namun dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan MORAL tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat. Seringkali dalam pengungkapan banyak tulisan antara akhlak, etika dan moral tidak dibedakan. Bahkan cenderung menyamakan maksud antara ketiganya. Akan tetapi sebenarnya, pada dasarnya ketiga istilah tersebut memiliki perbedaan (selain dari asal katanya), yaitu :
Akhlak tolak ukurnya adalah Alquran dan As-Sunah Etika tolak ukuranya adalah pikiran/akal Moral tolak ukurnya adalah norma yang hidup dalam masyarakat

KARAKTERISTIK AKHLAQ ISLAM


Oleh Dudi Mubarok, M.Ag Akhlak mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam agama Islam. Setiap aspek ajaran Islam selalu berorientasi pada pembinaan dan pembentukan akhlak. Ibadah yang disyariatkan Islam bukanlah suatu jenis ritual yang kering dan hanya mengaitkan manusia kepada satu wujud transendental serta membebaninya dengan serangkaian ritus agama yang hampa makna. Tetapi, hal itu merupakan suatu bentuk exercise (latihan) untuk mengkondisikan manusia agar hidup dalam suasana penuh keluhuran budi (akhlak) dalam kondisi apapun. Misi utama Rasulullah di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak, tepat sekali jawaban Aisyah r.a. atas pertanyaan mengenai akhlak Rasulullah, yaitu: Akhlak Nabi Muhammad saw. adalah Alquran. Jawaban yang ringkas dan sarat makna ini menunjukkan Alquran telah menyatu dalam diri Nabi dan menjadi paradigma dalam totalitas perilaku kesehariannya, sehingga Allah memposisikan Nabi tidak hanya sebagai pembawa risalah langit, tetapi sekaligus sebagai uswatun hasanah Realitas sosial sebelum bitsah Nabi telah melahirkan nilai-nilai moral yang sudah berakar dan tertancap kuat di tengah-tengah masyarakat Arab. Kehadiran misi Nabi tidak serta merta mengeliminirnya, bahkan dalam batas-batas tertentu, Nabi mengakomodasi dan menjadikannya sebagai bagian integral ajaran Islam. Substansi misi suci Nabi terkait erat dengan semangat rabbaniyah dan insaniyah yaitu pola hubungan antara dimensi vertikal (hablum min Allah) dan dimensi horizontal (hablum min An-Naas). Jika pola hubungan ini cukup kuat dan sejati, maka akan memancar pelbagai bentuk relasi pergaulan manusia yang berbudi luhur. Dari semangat rabbaniyyah dan insaniyyah ini. Nabi membangun masyarakat madani yang bercirikan kuat dan berorientasi kepada nilai-nilai luhur (akhlaq al-karimah). Oleh karena itu, suatu tatanan masyarakat yang sehat dan berkualitas akan terwujud bila akhlak menjadi mainstream dan terefleksikan dalam perilaku keseharian. Karakteristik Akhlak Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Alquran dan Sunnah, mengandung muatan universalistik dan partikularistik. Muatan universalistik merupakan common platform(titik persamaan) nilai-nilai moral lain yang ada di dunia, sedangkan muatan partikularistik

menunjukkan cirri khas dan karakteristik akhlak Islam yang berbeda dengan yang lainnya. Ciri khas dan karakteristik akhlak Islam itu meliputi: 1) Akhlak Rabbaniyah Akhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Ilahi merupakan reference source (sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti mengandung kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajarkan oleh wahyu adalah kebaikan menurut akal dan yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu adalah keburukan menurut akal. 2) Akhlak Insaniyah Akhlak insaniyah mengandung pengertian bahwa tuntutan fitrah dan eksistensi manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh ajaran akhlak. Kecenderungan manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal tentang kebaikan, secara langsung akan terpenuhi dan bertemu dengan kebaikan ajaran akhlak. Orientasi akhlak insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan yang menghargai nlai-nilai kemanusiaan secara umum, tetapi juga mencakup kepada perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap semua makhluk Allah. 3) Akhlak Jamiiyah Akhlak jamiiyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikannya untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan baik yang berdimensi vertikal maupun yang berdimensi horisontal. 4) Akhlak Wasithiyah Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan keseimbangan (tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti keseimbangan antara rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan seterusnya. Allah swt. dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua kelompok manusia yang memiliki sifat saling berlawanan. Kelompok pertama hanya memprioritaskan kehidupan dunianya, dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan membunuh kesadarannya akan kehidupan akhirat. Sedangkan kelompok yang kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di dunia dan di akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok pertama akan mendapatkan keinginan-keinginan duniawinya, namun di akhirat tidak mendapatkan apa-apa, sedangkan kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. 5) Akhlak Waqiiyah Akhlak waqiiyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia didasari oleh suatu kenyataan, bahwasanya manusia itu di samping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki sejumlah kelemahan. Firman Allah berikut memperjelas kondisi objektif manusia paling mendasar: Dan jiwa serta

penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S. 91:7-8) Ayat di atas memberikan pemahaman bahwasanya manusia memiliki dua potensi yang berhadapan secara diametral. Satu potensi menunjukkan kualitas insaniyah dan yang satunya lagi manunjukkan kelemahan. Dalam ayat lain terdapat sebuah ilustrasi, bahwasanya kondisi realitas menjustifikasi untuk melakukan sesuatu yang tadinya terlarang. Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. 2:173) Dengan memahami karakteristik akhlak Islam ini, mudah-mudah kita terpacu untuk mewujudkan akhlak Islam di pentas kehidupan sehingga harmoni tercipta di muka bumi.

Proses Terbentuknya Akhlaq dalam Islam

A. Pengertian Pembentukan Akhlak akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan lagi. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pendidikan, latihan, usaha keras dan pembinaan (muktasabah), bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia termasuk di dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani, dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat. Arti pembentukan akhlak sebagaimana Imam al-Ghazali kemukakan, Seandainya akahlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batallah fungsi wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada fungsinya hadits yang mengatakan, perbaikilah akhlak kamu sekalian. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa akhlak merupakan hasil usaha dari pendidikan dan pelatihan, terhadap potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia. Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah lain. karena misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Hal itu dapat kita lihat pada zaman Jahiliyah kondisi Akhlak yang sangat semrawut tidak karuan mereka melakukan hal-hal yang menyimpang seperti minum khomer dan berjudi. Hal-hal tersebut mereka lakukan dengan biasa bahkan menjadi adat yang diturunkan untuk generasi setelah mereka. Karena kebiasaan itu telah turun temurun maka pada awal pertama nabi mengalami kesulitan.

B.Metode Pembentukan Akhlak Peran orang tua dalam pembentukan akhlak: 1. Sebagai Fasilitator 2. Sebagai Edukator 3. Sebagai Motivator 4. Sebagai Konselor/Problem Solver 5. Sebagai Teladan/Model 6. Sebagai Teman 7. Sebagai Negosiator C. Pembentukan akhlak dapat ditentukan oleh : 1. Al-Wiratsiyyah (Genetik) Misalnya: seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara cenderung berbicara keras, tetapi hal ini bukan melegitimasi seorang muslim untuk berbicara keras atau kasar karena Islam dapat memperhalus dan memperbaikinya. 2. An-Nafsiyyah (Psikologis) Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadits). Seseorang yang lahir dalam keluarga yang orangtuanya bercerai akan berbeda dengan keluarga yang orangtuanya lengkap. 3. Syariah Ijtimaiyyah (Sosial) Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang. 4. Al-Qiyam (Nilai Islami) Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami.Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan Allah

Ruang Lingkup Akhlak Islam 1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan merusak, membinasakan dan menganiyaya diri baik secara jasmani (memotong dan merusak badan), maupun secara rohani (membirkan larut dalam kesedihan). 2. Akhlak dalam keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam keluarga, contohnya berbakti pada orang tua, menghormati orang tua dan tidak berkata-kata yang menyakitkan mereka. 3. Akhlak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani kehidupan soaial, menolong sesama, menciptakan masyarakat yang adil yang berlandaskan Al-Qur'an dan hadist
4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri selama tidak

bermaksiat kepada agama, ikut serta dalam membangun Negara dalam bentuk lisan maupun fikiran.
5. Akhlak terhadap agama meliputi beriman kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya,

beribadah kepada Allah. Taat kepada Rosul serta meniru segala tingkah lakunya.

Tolak Ukur Akhlaq Baik Dan Buruk

A. Menurut Pandangan Filsafat Yang Digunakan Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, berkembang pula patokan yang digunakan orang dalam menentukan baik dan buruk. Keadaan ini menurut Poedjawijatna berhubungan rapat dengan pandangan filsafat tentang manusia dan ini tergantung pula dari metafisika pada umumnya. Poedjawijatna lebih lanjut mneyebutkan sejumlah pandangan filsafat yang digunakan dalam menilai baik dan buruk yaitu hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, religiosisme dan humanism. Sementara itu Asmaran As, menyebutkan ada empat aliran filsafat yaitu adat kebiasaan, hedonisme, intuisi dan evolusi. Ahmad Amin sependapat dengan Asmaran As ynag membagi aliran filsafat yang mempengaruhi penentuan baik dan buruk itu menjadi empat, yaitu adat istiadat, hedonisme, utilitarianisme dan evolusi. Dengan merujuk kepada berbagai kutipan tersebut diatas beberapa aliran filsafat ynag mempengaruhi pemikiran akhlak tersebut dikemukakan secara ringkas sebagai berikut : 1) Baik Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat (Sosialisme) Menurut aliran ini baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat ynag berlaku dan ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu dihukum secara adat. Di dalam masyarakat kita jumpai adat istiadat mengenai tata cara berpakaian, makna, minum, bertandang dan sebgainya.morang yang mengikuti cara-cara demikianlah yang disebut orang baik dan sebaliknya. Kelompok yang menilai baik dan buruk berdasarkan adat istiadat ini dalam tinjauan filsafat dikenal dengan istilah aliran sosialisme. Munculnya paham ini bertolak dari anggapan karena masyarakat itu terdiri dari manusia, maka ada yang

berpendapat bahwa masyrakatlah yang menentukan baik buruknya tindakan manusia yang menjadi anggotanya. 2) Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme Aliran hedonisme adalah aliran filsafat yang terhitung tua, karena berakar pada pemikiran filsafat Yunani, khusunya pemikiran filsafat Epicurus (341-270 SM), ynag selanjutnya dikembangkan oleh Cyrenics sebagaimana telah diuraikan. Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis. Aliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan ada juga yang mendatangkan kepedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang harus dilakukan, maka ynga dilakukan adalah yang mendatangkan kelezatan. Epicurus sebagai peletak dasar paham ini mengatakan bahwa kebahagiaan atau kelezatan itu adalah adalah tujuan manusia. Tidak ada kebaikan dalam hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan. Namun demikian Epicurus lebih mementingkan kelezatan akal dan rohani ketimbang kelezatan badan, karena badan itu terasa dengan lezat dan derita selama adanya kelezatan dan penderitaan itu saja. Akal dan rohani dapat merancang dan merencanakan kelezatan. Oleh karena itu kelezatan akal dan rohani itu lebih lama dan lebih kekal daripada kelezatan badan. Dengan demikian pandangan aliran hedonism tentang kelezatan ini sifatnya masih bercorak ilmiah dan intelektualistik Pada tahap selanjutnya paham hedonisme ini ada yang bercorak individual dan universal. Corak pertama berpendapat bahwa yang dipentingkan terlebih dahulu adalah mencari sebesar-besranya kelezatan dan kepuasan untuk diri sendiri dan segenap upaya yang dilakukan untuk mencapainya. Corak kedua (universalistis hedonisme) memandang bahwa perbuatan baik itu adalah yang mengutamakan mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesame manusia, bahkan segala makhluk yang berperasaan. 3) Baik Buruk Menurut Paham Intuisisme (Humanisme) Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik dan buruk dengan sekilas tanpa melihat akibatnya. Paham ini berpendapat bahwa pada setiap manusia mempunyai kekuatan insting batin yang dapat membedakan baik dan buruk dengan sekilas pandang. Kekuatan batin ini adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak etrambil dari keadaan diluarnya Kita diberikan kemampuan untuk membedakan

antara baik dan buruk, sebagaimana kita diberi mata untuk melihat dan diberi telinga untuk mendengar. Menurut paham ini perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani atau kekuatan batin yang ada dalam dirinya. Dan perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati nurani di pandang buruk. Paham ini selanjutnya dikenal dengan paham humanisme. Poedjawijatna mengatakan bahwa menurut aliran ini yang baik adalah ayng sesuai dengan kodrat manusia yaitu kemnausiaannya yang cenderung kepada kebaikan. Dengan demikian ukuran baik buruk suatu perbuatan menurut paham ini adalah tindakan yang sesuai dengan derajat manusia, dan tidak menentang atau mengurangi keputusan hati. Secara batin setiap orang pasti tidak akan dapat membohongi suara hatinya. Murthadha dan Murthahhari dalam bukunya berjudul Falsafah Akhlah ia mengatakan etika adalah tidak emosionalistik seperti dalam falsafah etika hindu dan Kristen. Juga buka rasional berdasarkan kehendak sebagaimana yang dikatakan filosof. Tetapi etika adalah ilham-ilham intuisi. Menurutnya kekuatan itu tidak berupa emosi dan rasio. Kekuatan itulah yang memberi perintah didalam diri manusia, kekuatan itu adalah batin. Kekuatan itu tidak ada kaitannya dengan akal. Akal adalah hasil perolehan , sedangkan intuisi adalah fitri dan intrinsic dalam batin manusia. Selanjutnya Muthahhari menilai paham baik buruk berdasrakan intuisi sebagai sejalan dengan al-Quran. Menurutnya al-Quran menyatakan bahwa manusia di anugrahi sejumlah ilham fitrah. Seperti pada firman Allah berikut : 7. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), 8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Asy-Syam : 7-8). Quraishi Shihab juga sependapat dengan Muthahhari, menurutnyan kita dapat berkata bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus kita ketahui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik dan yang buruk. Quraishi Shihab lebih lanjut mangatakan walaupuan kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia namun ditemukan isyaratisyarat dalam al-Quran , bahwa kebajikan lebi dahulu menghiasi diri manusia daripada kejahatan dan bahwa pada dasarnya manusia cenderung kepada kebajikan. Dengan mengikuti uraian tersebut kita dapat berpendapat bahwa penentuan baik dan buruk yang berdasarkan intuisi ini dapat menghasilkan penentuan baik dan buruk secara universal atau berlaku bagi masyarakat pada umunya. Mereka yang senantiasa membersihkan dirinya dan berupayab mendekatkan diri pada Tuhan, akan

memiliki daya intuisi yang lenih tajam dan menghasilkan penilaian yang positif dan produktif terhadap berbagai masalah yangdihadapinya. 4) Baik Buruk Menurut Paham Utilitarianisme Secara harfiah utilis berarti berguna. Menurut paham ini yag baik adalah yang berguna. Paham penentuan baik buruk berdasarkan nilai guan ini mendapatkan perhatian dimasa sekarang. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat dan kegunaanlah ynag menentukan segalanya. Namun demikian paham ini terkadang cenderung extrim dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang materialistik. Selain itu paham ini juga menggunakan apa saja yang dianggap ada gunanya. Namun demikaian kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani agar bisa diterima. Dan kegunaan bisa juga diterima jika yang diguankan itu hal-hal ynag tidak manimbulkan kerugian bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang member manfaat pada orang lain. Tokoh-tokoh dalam paham ini antar lain: Jeremy Betham (1748-1832) Betham memandang kebahagiaan diukur secara kuantitatif. Ukuran baik dan buruk itu kelezatan yang terbesar bagi bilangan yang terbanyak, John Stuart Mill (1806-1873) Menurut Mill kebahagian tidak hanya diukur melalui kuantitas, tetapi perlu dipertimbangkan pula kualitasnya, karena kesenangan ada yang tinggi dan ada pula yang rendah mutunya. Kebahagiaan yang menjadi norma etis adalah kebahagiaan semua orang yang terlibat dalam suatu kejadian. 5) Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme Menurut paham ini yang baik adalah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Paham ini lebih lanjut kepada sikap binatang, yang berlaku hokum siapa yang kuat dialah yang baik. Dalam masyarakat yang sudah maju, dimana ilmu penegtahuan dan keterampilan sudah mulai banyak dimiliki oleh masyarakat, paham vitalisme tidak akan mendapat tempat lagi, dan digeser dengan pandangan yang bersifat demokratis. 6) Baik Buruk Menurut Paham Religiosisme

Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai kehendak Tuhan, sedang perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam paham ini keyakinan Teologis yakni keimanan kepada Tuhan sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepada-Nya. Menurut Poedjawijatna aliran ini dianggap paling baik dalam praktek. Namun sayang nya paham ini tidak umum dari ukuran baik dan buruk yang digunakan. Diketahui bahwa didunia ini terdapat bermacam-macam agama dan masingmasing agama menentukan baik dan buruk menurut ukurannya masing-masing agama Hindu, Budha Yahudi, Kristen dan Islam misalnya masing-masing memiliki pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk dimana satu dan lainnya berbeda. 7) Baik dan Buruk Menurut Paham Evolusi Menurut mereka yang menganut paham ini segala sesuatu dialam mengalami evolusi yaitu berkembanng dari apa adanya menuju kepada kesempurnaan. Herbert Spencer (1820-1903) salah seorang ahli filsafat Inggris yang berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana, kemudian berangsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan keb arah citacita yang dianggap sebagai tujuan. Cita-cita manusia dalam hidup ini menurut paham ini adalah untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan. Menjadi suatu keharusan bagi paham ini untuk mengubah dinya menurut keadaan yang ada disekelilignya, sehingga dengan demikian sampailah ia kepada kesempurnaan atau kebahagiaan yang emnjadi tujuanny. Dalam sejarah paham evolusi Darwin (1809-1882) adalah seorang ahli pengetahuan ynag paling banyak mengemukakan teorinya. Ia memberikan penjelasan tentnag hal ini dalam bukunya The Origin of Species. Dikatakan bahwa perkembangan alam didasari oleh ketentuan-ketentuan berikut : Ketentuan alam maksudnya yaitu bahwa alam yang menyaring segala yang maujud mana yang bertahan dialah yang terus hidup. Perjuangan hidup Kekal bagi yang lebih pantas

Berdasarkan cirri-ciri hokum alam yang etrus berkembang ini dipergunakan untuk menentukan baik dan buruk. Namun ikut serta nya berubah dan berkembangnya ketentuan baik buruk sesuai dengan perkembangan ini akan berakibat menyesatkan, karena ada yang

dikembangkan itu boleh jadi tidak sesuai dengan norma ynag berlaku secara umum dan telah diakui kebenarannya. B. Menurut Sifat Dari Baik Dan Buruk Sifat dari baik dan buruk didasarkan pada pandangan filsafat yang sesuai dengan sifat dari filsafat itu sendiri yaitu berubah relative nisbi dan tidak universal. Sifat baik buruk yang dikemukakan berdasarkan pandangan tersebut sifatnya subjektif, local dan temporal. Dan oleh karenanya nilai baik buruk itu sifatnya relative. C. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al Quran yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al Quran dan Al Hadits. Jika tidak memperhatikan Al Quran dan Al Hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu pada yang baik dan adapula yang mengacu pada yang buruk. Missal Alhasanah dikemukakan oleh Al Eqghib al asfahani adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik. Lawan dari alhasanah adalah al sayyiah. Yang termasuk al hasanah missal keuntungan kelapangan rezeki dan kemenangan. Misalnya kita jumpai pada ayat yang berbunyi :

Artinya : Ajaran manusia menuju Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Adapun kata Al birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluas / memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Jika kata tersebut digunakan untuk sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan balasan pahala yang besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka yang dimaksud adalah ketaatannya.

Jenis-Jenis Akhlaq

Akhlaq dibagi menjadi dua bagian, Akhlaq Mahmudah (Akhlaq Terpuji) dan Akhlaq Madzmumah (Akhlaq Tercela). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Akhlaq Mahmudah

Akhlaq mahmudah adalah akhlaq yang terpuji. Akhlaq mahmudah dibagi menjadi lima bagian : Akhlaq yang berhubungan dengan Allah, Akhlaq diri sendiri, Akhlaq terhadap keluarga, Akhlaq terhadap masyarakat, Akhlaq terhadap alam. a) Akhlaq yang berhubungan dengan Allah. Mentauhidkan Allah Taqwa, yaitu Menjalankan segala perintah Allah dan Menjauhi segala laranganNya Firman Allah SWT Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Q.S. An-Nisa: 1) Berdoa Dzikrullah
a) Tawakkal, yaitu berserah diri kepada Allah.

Firman Allah SWT : Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya. (Q.S. Ali Imron: 159)
b) Akhlaq diri sendiri.

Sabar Syukur Tawadhu, yaitu sifat rendah hati atau tidak sombong. Firman Allah SWT : Artinya : dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S. Luqman: 18) Iffah, yaitu menahan diri dari melakukan hal yang terlarang Hilmun, yaitu menahan diri dari marah Amanah atau jujur Syajaah, yaitu berani karena benar Kanaah, yaitu merasa cukup dengan apa yang ada. c) Akhlaq terhadap keluarga. Birrul Walidain, yaitu berbakti kepada orang tua. Firman Allah SWT : Artinya : sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anakanak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabildan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (Q.S. An-Nisa: 36) Adil terhadap saudara Membina dan mendidik keluarga Memelihara keturunan

d) Akhlaq terhadap masyarakat.

Ukhuwah atau persaudaraan Taawun atau tolong menolong Firman Allah SWT : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah: 2) Adil Pemurah Penyantun Pemaaf Menepati janji Musyawarah Wasiat di dalam kebenaran
e) Akhlaq terhadap alam.

Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam Memanfaatkan alam. 2. Akhlaq Madzmumah Akhlaq Madzmumah adalah Akhlaq yang tercela. Suatu perbuatan tercela erat kaitannya dengan maksiat. Di dalam kitab Sullamut Taufiq karya Syaikh Abbdullah bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim Ba Alawi diterangkan bahwa Akhlaq Madzmumah yang terdapat dalam maksiat anggota tubuh dibagi menjadi sembilan bagian yaitu Maksiat Hati, Maksiat Perut, Maksiat Mata, dan Maksiat Lisan, Maksiat Kedua tangan, Maksiat Telinga, Maksiat Kemaluan, Maksiat Kaki, dan Maksiat Badan (tubuh).

a) Maksiat Hati

Maksiat Hati adalah maksiat yang berasal dari dalam hati (diri) manusia. Contoh-contoh maksiat hati antara lain: Riya, yaitu perbuatan (memamerkan) dengan perbuatan baik, yaitu beramal karena manusia. Dan Riya tersebut menggugurkan pahala amal, seperti ujub dengan taat kepada Allah, yaitu melihat bahwa ibadah tersebut muncul dari dirinya tanpa adanya anugrah dari Allah. Dengki, yaitu menyembunyikan permusuhan ketika dikerjakan sesuai dengan tuntutannya dan tidak membenci pada kedengkian itu. Hasud, yatu membenci nikmat milik orang muslim dan merasa berat pada nikmat apabila tidak membencinya atau dikerjakan menurut tuntutannya. Israf/Tabzir, Memboroskan, bermewah-mewahan, berlebih-lebihan Firman Allah SWT : Artinya : sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya. (Q.S. Al-Isra: 27) Ragu-ragu pada keberadaan Allah Sombong terhadap Hamba Allah Mengungkit-ngungkit sedekah Terus menerus berbuat pada suatu dosa Mendustakan takdir Merasa gembira dengan kemaksiatan, baik dari dirinya atau orang lain Melakukan penipuan walaupun pada seorang kafir Kikir dengan apa yang diwajibkan Allah
b) Maksiat Perut.

Memakan riba Memakan harta anak yatim atau harta wakaf Minum khamar
c) Maksiat mata

Melihat seseorang yang bukan muhrimnya. Melihat ke dalam rumah orang lain tanpa seizinnya (pemiliknya) Menyaksikan kemungkaran Tajassus (memata-matai).

d) Maksiat Lisan

Mengingkari janji Saksi palsu Mencela, mencacat, dan melaknat Menghina orang muslim Ghibah, yaitu membicarakan sesuatu yang terdapat pada orang lain yang apabila sampai kepadanya dia tidak akan menyukainya Firman Allah SWT : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Hujarat: 12) Fitnah, berita bohong atau desas-desus tentang seseorang karena adanya maksud-maksud yang tidak baik dari pembuat fitnah kepada sasaran fitnah Firman Allah SWT : Artinya : ...Fitnah itu bahayanya lebih besar daripada pembunuhan... (Q.S. Al-Baqarah: 191)
e) Berdusta atas nama Allah

Talak bidah, yaitu menceraikan istri yang sudah disetubuhi ketika sedang haid atau nifas Zhihar, yaitu suami menyerupai istrinya seperti ibunya atau saudara perempuan suaminya Lahn, Berfatwa tabpa ilmu Meratapi, menangis berlebih-lebihan dengan menjerit-jerit pada seorang mayit Meniup seruling tidak menjawab salam yang wajib bagimu Namimah.
f) Maksiat Telinga

Mendengar pembicaraan suatu kaum yang dirahasiakan dari pendengarnya Mendengar suar-suara yang diharamkan seperti seruling

g) Maksiat Kedua Tangan

Mengurangi takaran, timbangan, dan ukuran panjang Mencuri Ghosob Merampok Membunuh Memukul tanpa hak Menulis sesuatu yang haram diucapkan Membakar hewan Menyentuh seseorang yang bukan muhrimnya.
h) Maksiat Kemaluan

Berzina Liwath (homoseks/lesbian) Onani dengan tidak mnggunakan tangan istrinya Bersetubuh pada masa haid atau nifas Meninggalkan khitan sampai masa baligh Membuka aurat di hadapan orang yang haram melihatnya
i) Maksiat kaki

Berjalan pada kemaksiatan Pelarian diri Lewat di depan orang yang sedang shalat Memanjangkan kaki ke arah mushaf Al-Quran Congkak ketika berjalan j) Maksiat Badan (Tubuh) Memutus tali silaturahmi Memutus mengerjakan ibadah fardhu tanpa udzur Bertato Sombong Selingkuh Menolong untuk melakukan kemaksiatan Ahli suatu daerah meninggalkan jamaah pada shalat fardhu Menajiskan masjid Menyerahkan harta untuk kemaksiatan Mengubah batas-batas tanah

Mengerjakan sihir Tidak adil dalam beberapa istri

Mengembangkan Perilaku Adil, Sabar, Syukur, dan Pemaaf dalam Pergaulan


1. Adil Secara bahasa, adil berarti meluruskan, menyamakan, dan berbuat adil. Adil menurut istilah adalah suatu sikap yang netral atau tidak memihak dalam menentukan suatu permasalahan yang terjadi pada seseorang. Menurut Hafiz Hasan Al-Masudi, adil adalah tengah-tengah (tidak memihak) dalam semua urusan dan menjalakannya sesuai dengan syariat. Lebih lanjut Hafiz Hasan Al-Masud membagi adil menjadi dua, yaitu adil terhadap dirinya sendiri dan adil terhadap orang lain. Adil untuk dirinya sendiri berarti menjaga keseimbangan antara kewajiban dan perolehan hak. Sebagai contoh, apabila orang bekerja keras sebagai suatu kewajibannya mencari nafkah maka harus diimbangi dengan istirahat yang cukup dan pemenuhan gizi yang memadai. Adil terhadap orang lain seperti, keadilan pemimpin terhadap rakyat dengan prinsip memberikan hakhaknya, keadilan rakyat terhadap pemimpinnya, dan keadilan manusia dengan sesamanya. Konsep anjuran keadilan untuk kehidupan manusia tercantum dalam Al-Quran.

Firman Allah SWT : Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Q.S. An-Nahl: 90) 2. Sabar Sabar berasal dari bahasa Arab dari akar SHABARA ( ,)hanya tidak yang berada dibelakang hurufnya karena ia tidak bias berdiri sendiri. Shabaraala ( ) berarti bersabar atau tabah hati, shabaraan ( ) berarti memohon atau mencegah, shabarabihi ( ) berarti menanggung. Sabar dalam bahasa Indonesia berarti : Pertama, tahan menghadapi cobaan seperti tidak lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati, sabar dengan

pengertian sepeti ini juga disebut tabah, kedua sabar berarti tenang; tidak tergesa-gesa dan tidak terburu-buru. Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan, sabar merupakan istilah agama yang berarti sikap tahan menderita, hati-hati dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi mengemban perintah-peintah Allah serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi Aktualisasi pengertian ini sering ditunjukan oleh para sufi. 3. Syukur Pengertian syukur secara terminology berasal dari kata bahasa Arab, berasal dari kata --yang berarti berterima kasih kepada atau dari kata lain yang berati pujian atau ucapan terima kasih atau peryataan terima kasih. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia syukur memiliki dua arti yang pertama, syukur berarti rasa berterima kasih kepada Allah dan yang kedua, syukur berarti untunglah atau merasa lega atau senang dan lain lain. Sedangkan salah satu kutipan lain menjelaskan bahwa syukur adalah gambaran dalam benak tetang nikmat dan menampakkannya ke permukaan. Lain hal dengan sebagaian ulama yang menjelaskan syukur berasal dari kata syakara yang berarti membuka yang dilawan dengan kata kufur yang berarti menutup atau melupakan segala nikmat dan menutup-nutupinya. Firman Allah : Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nimat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nimat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Q.S. Ibrahm: 7) 4. Pemaaf dalam Pergaulan. Pemaaf berarti merelakan atas kesalahan orang lain. Memaafkan sangat perlu dalam kehidupan manusia. Dengan saling memaafkan, kehidupan ini serasa lebih damai, nyaman dan tentram. 1 Syawal adalah hari yang paling ditunggu oleh semua manusia yang beragama Islam di dunia. Pada hari inilah semua umat Islam di dunia meraikan Aidilfitri yang mulia. Pada hari inilah semua umat Islam bermaaf-maafan sesama sendiri. Tetapi tahukah mereka apa itu pengertian 'MAAF' ? Firman Allah SWT : Artinya : Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (Q.S. Al-Araff: 199) Jadi disini dapat disimpulkan, mereka yang tidak memaafkan sesama mereka seperti yang sepatutnya adalah orang yang rugi. Ini kerana mereka akan kekurangan kawan

dan memutuskan rahmat dari Allah kerana mereka memutuskan silaturahim antara mereka. Jadi mereka yang bukan pemaaf hendaklah dijauhkan diri kerana mereka ini adalah orang-orang yang bodoh dan rugi. Pengertian memaafkan : 1) Anda melupakan hasrat membenci mereka. 2) Anda membatalkan hasrat untuk membalas dendam. 3) Anda membatalkan hasrat menghukum mereka. 4) Anda membatalkan untuk menyimpan dendam.

Faktor-faktor yang Membentuk dan yang Mempengaruhi Akhlaq Manusia


Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah: 1. Insting (Naluri)

Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
a) Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan

tanpa didorang oleh orang lain.


b) Naluri Berjodoh (seksul instinct). c) Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan

sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.


d) Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri

dari gangguan dan tantangan. e) Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya. Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari terlebih dahulu. 2. Adat/Kebiasaan Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan. 3. Wirotsah (keturunan) warisan adalah:Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.

4. Milieu Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2 macam: 1) Lingkungan Alam Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku. 2) Lingkungan pergaulan Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guruguru disekolah.

DAFTAR PUSTAKA

http://islamwiki.blogspot.com/2009/03/perbedaan-akhlak-etika-dan-moral.html http://croisant.wordpress.com/2012/05/13/etika-moral-dan-akhlak/

You might also like