You are on page 1of 21

BAB III IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEKUATAN PENGHAMBAT DAN KEKUATAN PENDORONG

A. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja 1. Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Dalam rangka pelaksanaan rencana kerja peningkatan kinerja Terapan Teknologi Peternakan di Kabupaten Karanganyar, tidak terlepas dari adanya kekuaaatan penghambat yang akan menghalangai pencapaian tujuaaan jangka pendek. Kekuatan penghambat yang ada dan diperkirakan akan muncul harus dapat diidentifikasi dan diantisipasi sedini mungkin. Berdasarkan gambaran kinerja sekarang dan gambaran kinerja ynag diinginkan dalam upaya meningkatkan kinerja terapan teknologi peternakan di Kabupaten Karanganyar, maka disajikan beberapa factor yang menjadi kekuatan penghambat dalam upaya mencapai tujuan jangka pendek tersebut. Pada langkah ini adalah mengidentifikasikan kekuatan penghambat utama (L.5) yang dapat dianggap sebagai kekuatan yang merintangi tercapainya tujuan, yang berjumlah 6 (enam) berasal dari 3 (tiga) kelemahan (Weakness) dan 3 (tiga) ancaman (Threats). Dalam membuat L.5 diklasifikasikan menurut dimensinya yang meliputi sumber daya manusia, prosedur, dana, sarana dan prasarana, mekanisme kerja dan koordinasi yang berasal dari dalam organisasi atau luar (table 6). Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama (L.5) dapat dijelaskan sebagai berikut (table. 8):

Table. 8 Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar (L.5) No H1 H2 H3 H4 H5 H6 Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Kurangnya sarana dan prasarana kinerja aparatur Sumberdaya aparatur kurang memadai Kuranganya penyuluhan kepada petani Tenaga penyuluh (PPL) bukan aparatur di Disnakkan Kurangnya minat dari petani ternak Kurangnya pengembangan sentra-sentra produksi

2.

Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Untuk pemberian nilai atau bobot besarnya hambatan (dampak) dari kekuatan penghambat serta tingkat kemudahan dalam pemecahan kekuatan penghambat maka perlu dilakukan analisis terhadap kekuatan penghambat yang teridentifikasi. Dengan analisis tersebut dapat diketahui kekuatan penghambat dan dampaknya terhadap pencapaian tujuan jangka pendek. Analisa tersebut dapat disajikan sebagai berikut: H.1 Kurangnya sarana dan prasarana kinerja aparatur Untuk melaksanakan terapan teknologi peternakan maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai guna menjangkau masyarakat khususnya di wilayah yang agak jauh dari Pusat pemerintahan. Namun saat ini sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar masih

sangat terbatas yaitu 5 kendaraan roda empat dan 35 kendaraan roda dua. H.2 Sumberdaya aparatur kurang memadai Saat ini jumlah sumber daya manusia yang ada di Bidang Peternakan sebanyak 8 orang namun dari jumlah tersebut hanya 3 orang yang memiliki kompetensi di bidang teknologi peternakan.5 orang merupakan CPNS Kompetensi yang dimaksud disini adalah pengetehuan dan ketrampilam aparatur antara lain yaitu pengalaman kerja di bidang teknologi peternakan, kursus/pelatihan yang pernah diikuti. Dari sisi pengalaman kerja, hal ini menjadi factor penghambat terutama untuk pegawai yang masih baru dan belum memiliki pengalaman kerja sebelumnya. Sedangkan dari sisi kursus/pelatihan yang pernah dikuti, belum seluruh pegawai memiliki sertifikat diklat teknis yang dibutuhkan. H.3 Kuranganya penyuluhan kepada petani Dalam upaya penerapan teknologi peternakan saat ini belum berjalan optimal karena keterbatasan aparatur yang ada. Untuk mengoptimalkan terapan teknologi peternakan di Kabupaten

Karanganyar dilakukan pembinaan langsung kepada kelompok petani ternak dan percontohan-percontohan atau demplot penerapan

teknologi peternakan H.4 Tenaga penyuluh (PPL) bukan aparatur di Disnakkan Tenaga penyuluh (PPL) di Kabupaten Karanganyar saat ini berada pada Badan Penyuluh (BP4K) sehingga untuk pelaksanaan

kegiatan penyuluhan atau percontohan kepada petani ternak kabupaten Karanganyar mengalami banyak kendala karena masing-masing mempertahankan ego sehingga perkembangan terapan teknologi

sangat lambat. Saat ini pemanfaatan ataupun terapan teknologi peternaka di Kabupaten Karanganyar masih belum optimal

disebabkan keterbatasan prasarana yang dimiliki serta keterbatasan sumber daya aparatur yang berada di dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar H.5 Kurangnya minat dari petani ternak Untuk meningkatkan terapan teknologi peternakan di

Kabupaten Karanganyar masih terkendala dengan minat dari masyarakat untuk memanfaatkan teknologi Peternakan karena memang pengetahuan masyarakat sendiri juga kurang memadahi sehingga berdampak sulitnya ataupun enggannya untuk mengakses perkembangan teknologi yang ada, tingkat ketrampilan petani peternak juga menyebabkan kurang minatnya memanfaatkan

teknologi, dan tentunya kurangnya pengetahuan yang menjadi penyebab kurang terapan teknologi Peternakan,dan kendala yang lain bahwa untuk melaksanakan terapan teknologi ini dibutuhkan biaya, dan pemerintah daerah anggarannya sangat terbatas, sehingga untuk membuat percontohan-percontohan agak tersendat H.6 Kurangnya pengembangan sentra-sentra produksi Kurangnya pengembangan sentra=sentra produksi peternakan kurang mendapat perhatian yang serius, hal ini perlu adanya program

dan penanganan yang lebih optimal dalam pengembangan produksi dari hasil teknologi peternakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakan khususnya masyarakat petani peternak 3 Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahan Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Setelah kekuatan penghambat terhadap pencapaian tujuan

diidentifikasi dan dianalisis, maka diperoleh gambaran akan pemecahan kekuatan penghambat utama dalam rangka pencapaian Tukadek. Dalam KKP ini untuk menentukan dampak relative dan mudahnya memecahkan (L.6) melalui Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama (L.5), kemudian dianalisis dengan memberikan nilai atau bobot terhadap 2 (dua) hal yaitu: a. Besarnya dampak kekuatan penghambat dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (dampak sangat kuat menghambat) sampai angka 1 (dampak sangat kurang menghambat) b. Besarnya tingkat kemudahan dalam memecahkan kekuatan penghambat dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (hambatan sangat mudah dipecahkan) sampai dengan angka 1 (sangat sukar dipecahkan). Untuk lebih jelas memberikan gambaran mengenai besarnya dampak relative kekuatan penghambat terhadap tujuan jangka pendek maka perlu dilakukan penilaian dengan menggunakan skala ukuran kuantitatif sebagai berikut: a. b. Angka 5 Angka 4 : menyatakan dampak sangat kuat menghambat : menyatakan dampak kuat menghambat

c. d. e.

Angka 3 Angka 2 Angka 1

: menyatakan dampak cukup kuat menghambat : menyatakan dampak kurang kuat menghambat : menyatakan dampak sangat kurang kuat menghambat

Skala penilaian kuantitatif terhadap mudahnya pemecahan kekuatan penghambat dapat digunakan skala penilaian/bobot dari 5 sampai 1 sebagai berikut: a. b. c. d. e. Angka 5 Angka 4 Angka 3 Angka 2 Angka 1 : menyatakan hambatan sangat mudah dipecahkan : menyatakan hambatan mudah dipecahkan : menyatakan hambatan cukup mudah dipecahkan : menyatakan hambatan sukar dipecahkan : menyatakan hambatan sangat sukar dipecahkan

Hasil analisis tersebut menjadi Kekuatan Penghambat, Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahannya (L.6) yang dapat disajikan sebagai berikut (table.9): Table.9 Kekuatan Penghambat, Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahannya pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 (L.6)
No Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Dampak Relatif Kemudahan Pemecahannya

H1

Kurangnya sarana dan prasarana kinerja aparatur

H2 H3 H4

Sumberdaya aparatur kurang memadai Kuranganya penyuluhan kepada petani Tenaga penyuluh (PPL) bukan aparatur di

4 5 3

3 4 4

Disnakkan H5 H6 Kurangnya minat dari petani ternak Kurangnya pengembangan sentra-sentra produksi 4 3 2 3

B. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Pendorong Utama Kinerja 1. Identifikasi Kekuatan Pendorong Utama Kinerja Disamping kekuatan penghambat yang ditemui dalam upaya pencapaian tujuan jangka pendek yang telah ditetapkan, juga terdapat sejumlah kekuatan pendorong yang akan membantu dalam rangka peningkatan kinerja yang diinginkan. Kekuatan pendorong tersebut berjumlah 6 (enam) berasal dari 3 (tiga) kekuatan (Strength) dan 3 (tiga) peluang (Opportunities). Hasil identifikasi kekuatan pendorong selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kekuatan pendorong yang dapat dijadikan kekuatan kunci. Adapun hasil identifikasi kekuatan pendorong utama (L.7) dalam upaya peningkatan kinerja terapan teknologi peternakan di Kabupaten Karanganyar dijelaskan sebagai berikut (tabel.10): Table.10 Identifikasi Kekuatan Pendorong Utama Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 (L.7) No D1 D2 D3 Kekuatan Pendorong Utama Kinerja Adanya perhatian yang besar dari Kepala Dinas Adanya motivasi kinerja aparatur yang tinggi Adanya sistem pengembangan peternakan berbasis teknologi tepat

guna D4 D5 D6 Adanya komitmen dari Legislatif Adanya program dari Pemerintah Tersedianya Kelompok tani ternak

2.

Analisis Kekuatan Pendorong Utama Kinerja Penjelasan tentang kekuatan pendorong yang membantu dalam penyajian tujuan jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut: D.1 Adanya perhatian yang besar dari kepala dinas SDM/aparatur adalah asset utama dari sebuah organisasi sehingga pengembangan fisik organisasi harus dibarengi dengan peningkatan kompetensi aparatur dengan tetap konsisten pada nilainilai dasar pelayanan, tugas, dan tanggung jawab. Perhatian yang besar dari pimpinan untuk mendorong staf bekerja lebih baik, berdisiplin, mengembangkan kemampuan, dan pengetahuan melalui pendidikan formal maupun non formal dengan fasilitas yang tersedia serta memberikan kesempatan mengembangkan diri bagi staf cukup terbuka luas. Hal ini merupakan langkah yang cukup baik dalam memotivasi aparat untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guna mewujudkan kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing sehingga akan berdampak pada kinerjanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani peternak

D.2 Adanya motivasi kinerja aparatur yang tinggi Tingginya motivasi kinerja aparatur di bidang Peternakan merupakan kekuatan yang sangat baik karena, jika suatu pekerjaan tanpa didasari oleh motivasi yang tinggi tidak akan didapatkan hasil yang optimal, dengan tingginya motivasi ini segala hambatan akan dapat di minimalisir, agar tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. D.3 Adanya sistem pengembangan peternakan berbasis teknologi tepat guna Sistem pengembangan peternakan akan sangat menguntungkan apabila dibarengi dengan penggunaan teknologi tepat guna, karena di saat sekarang untuk segala bidang mengalami kemajuan, maka sudah selayaknya pembangunan pertanian khususnya sub bidang peternakan melaksanakan juga teknologi tepat guna, agar masyarakat dalam mengikuti perkembangan, dan memperoleh hasil yang optimal dalam usaha bidang peternakan D.4 Adanya komitmen dari Legislatif Legislatif merupakan mitra pemerintah dalam melaksanakan pembangunan daerah, sehingga apabila legislative berkomitmen terhadap pembangunan di bidang pertanian khususnya sub bidang peternakan maka akan sangat membantu baik dalam proses penganggaran ataupun proses pembangunan itu sendiri, Sehingga komitmen legislative dalam hal ini merupakan factor pendorong

dalam pelaksanaan kegiatan di bidang peternakan dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Karanganyar D.5 Adanya program dari Pemerintah Sistem anggaran terpadu berbasis kinerja menetapkan sistem dan mekanisme perencanaan pembangunan nasional dan daerah serta mengkoordinasikan semangat reformasi yang lebih demokratis, desentralistik, sinergi, komprehensif dan berkelanjutan, sebagai wujud penerapan sistem penganggaran, sehingga aspirasi daerah dapat diakomodir dalam proses perencanaan pembangunan, sehingga program-program Pemerintah merupakan pendorong akan kegiatan yang ada di daerah khususnya di bidang pertanian sub budang peternakan, kegiatan yang langsung kepada Kabupaten adalah Tugas Pembantuan D.6 Tersedianya Kelompok tani ternak Jumlah kelompok tani ternak di Kabupaten Karanganyar cukup banyak satu desa minimal ada satu kelompok, dan kelompok tersebut sudah terdata dengan baik,kelompok sapi potong berjumlah 145, kelompok unggas 89, kelompok kambing domba 67, kelompok sapi perah 7, kelompok kelinci 15 kelompok, sehingga dengan adanya kelompok-kelompok tersebut akan sangat memudahkan untuk pelaksanaan pembangunan yang dialokasikan kepada petani, termasuk di dalamnya untuk kegiatan terapan teknologi peternakan ini,

sehingga keberadaan kelompok ini termasuk pendorong dari kegiatan yang ada di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar

3.

Dampak Relatif dan Tingkat Kendali Kekuatan Pendorong Selanjutnya akan dilaksanakan analisis dengan memberikan bobot atau nilai terhadap kekuatan pendorong yang disusun dan untuk masingmasing kekuatan pendorong diberikan penjelasan siapa saja yang mempunyai kendali dan atau pengaruh terhadap kekuatan pendorong tersebut. Untuk menganalisis Dampak Relatif dan Tingkat Kendali Kekuatan Kendali (L.8) berdasarkan Kekuatan Pendorong Utama (L.7), dengan memberikan nilai atau bobot terhadap 2 (dua) hal yaitu: a. Besarnya dampak relative terhadap pencapaian Tukadek, dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (dampak sangat kuat mendorong) sampai 1 (dampak sangat kurang mendorong) yaitu: 1) Angka 5 2) Angka 4 3) Angka 3 4) Angka 2 5) Angka 1 b. : menyatakan dampak sangat kuat mendorong : menyatakan dampak kuat mendorong : menyatakan dampak cukup kuat mendorong : menyatakan dampak kurang mendorong : menyatakan dampak sangat kurang mendorong

Besarnya tingkat kendali kekuatan pendorong, dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (seluruhnya di bawah kendali dan atau pengaruh penulis) sampai angka 1 (sangat kecil di bawah kendali dan atau pengaruh penulis) sebagai berikut: 1) Angka 5 2) Angka 4 3) Angka 3 4) Angka 2 : menyatakan seluruhnya di bawah kendali : menyatakan sebagian besar di bawah kendali : menyatakan sebagian di bawah kendali : menyatakan sebagian kecil di bawah kendali

5) Angka 1

: menyatakan seluruhnya di luar kendali

Adapun analisis Kekuatan Pendorong, Dampak Relatif dan Tingkat Kendali (L.8) dapat diijelaskan sebagai berikut (table.11):

Table.11 Kekuatan Pendorong, Dampak Relatif dan Tingkat Kendali Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 (L.8) No Kekuatan Pendorong Dampak Relatif Tingkat Kendali Pihak Lain yang Berpengaruh D1 Adanya perhatian yang besar dari Kepala Dinas D2 Adanya motivasi kinerja 4 4 Disnakkan 4 3 Kepala Dinas

aparatur yang tinggi D3 Adanya pengembangan berbasis guna D4 Adanya Legislatif D5 Adanya Pemerintah D6 Tersedianya Kelompok tani ternak 4 2 PPL program dari 4 1 Dirjennak komitmen dari 4 2 DPR sistem peternakan tepat 5 4 Pemkab

teknologi

C. Perkiraan Tingkat Kekuatan Relatif Pendorong dan Penghambat Pada tahapan ini dilaksanakan pembobotan kembali kekuatan-kekuatan yang telah diperoleh dalam rangka menentukan tingkat kekuatan relative dari kekuatan pendorong dan penghambat. Untuk membobot tingkat kekuatan relative dari kekuatan pendorong dan penghambat (L.9) dipergunakan pengukuran dengan skala interval angka 5 (mewakili lekuatan relative yang sangat kuat) sampai angka 1 (mewakili kekuatan relative yang sangat lemah). Dalam menetapkan tingkat kekuatan relative penilainyya didasarkan atas professional judgement yaitu pertimbangan-pertimbangan professional yang sejalan dengan standard an criteria yang telah ditetapkan oleh profesi yang dianut, termasuk di dalamnya pengetahuan dan nilai-nilai moral dan prinsipprinsip etika. Hasil analisis penilaian tingkat kekuatan relative pendorong dan penghambat (L.9) dapat disajikan sebagai berikut ((table.12):

Table.12 Tingkat Kekuatan Relatif Pendorong dan Penghambat Pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 (L-9) No Kekuatan Pendorong Tingkat Kekuatan Relatif D1 Adanya perhatian yang 4 H1 Kurangnya sarana dan prasarana kinerja aparatur D2 Adanya motivasi kinerja 4 H2 Sumberdaya aparatur kurang memadai 4 3
No Kekuatan Penghambat Tingkat Kekuatan Relatif

besar dari Kepala Dinas

aparatur yang tinggi

D3

Adanya pengembangan berbasis guna

sistem peternakan tepat

H3

Kuranganya penyuluhan kepada petani

teknologi

D4

Adanya Legislatif

komitmen

dari

H4

Tenaga penyuluh (PPL) bukan aparatur di Disnakkan

D5

Adanya Pemerintah

program

dari

H5

Kurangnya minat dari petani ternak

D6

Tersedianya Kelompok tani ternak

H6

Kurangnya pengembangan sentrasentra produksi

D. Diagram Medan Kekuatan Untuk menemukan kekuatan mana yang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam upaya pencapaian tujuan jangka pendek, perlu dibuat dalam bentuk diagram medan kekuatan. Untuk menggambarkan diagram dengan

menggunakan pengukuran interval angka 1 sampai angka 5 dengan nilai tingkat kekuatan. Garis tegak lurus pada titik 0 (nol) menggambarkan kinerja saat ini. Gambaran diagram medan kekuatan adalah sebagai berikut (Gambar 1)

Gambar 1 DIAGRAM MEDAN KEKUATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012 (L.10)

Agar anak panah dalam diagram memperlihatkakn setiap kekuatan yang panjanganya berbanding dengan kekuatan relative yang dimiliki, maka penetapan posisi anak panah tersebut ditempatkan secara selang seling, hal ini dimaksudkan untuk menghindari penafsiran bahwa masing-masing kekuatan saling berhadapan. Untuk dapat mengenali dengan cepat dan untuk memperjelas diagram pada masing-masing anak panah ditulis kekuatan relative yang dimiliki.

E. Keterkaitan Antar Kekuatan Kekuatan penghambat dan pendorong dimungkinkan untuk mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan tersebut dapat terjadi antara kekuatan pendorong dengan kekuatan pendorong lainnya, kekuatan pendorong dengan kekuatan penghambat, dan antara kekuatan penghambat dengan kekuatan penghambat lainnya. Keterkaitan antara kekuatan akan memberikan gambaran terhadap kekuatan organisasi dalam mengantisipasi/menghadapi hambata-hambatan serta manfaat kekuatan pendorong sehingga eksistensi organisasi dapat dipertahankan dan ditingkatkan agar visi, misi dan tujuan organisasi dapat terwujud. Dari keterkaitan antara kekuatan tersebut kemudian dapat dicari kekuatan kunci yang selanjutnya dituangkan menjadi ide-ide strategis dan langkahlangkah penyusunan rencana kegiatan sebagai alternative untuk menanggulangi dampak negative atas kekuatan penghambat dengan harapan akan mempunyai dampak positif guna mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk menilai besar keterkaitan antar kekuatan digunakan nilai pembobotan sebagai berikut:

Angka 5 : menyatakan besar sekali keterkaitannya Angka 3 : menyatakan besar keterkaitannya Angka 1 : menyatakan kecil keterkaitannya Angka 0 : menyatakan tidak ada keterkaitannya Gambar keterkaitan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat adalah sebagai berikut (Gambar 2): Gambar 2 DIAGRAM MEDAN KEKUATAN

F. Kekuatan Kunci Pendorong dan Penghambat 1. Proses Pemilihan Kekuatan Kunci Setelah mendapatkan gambaran dari langkah-langkah sebelumnya yaitu dari hasil analisis L.6, L.8, L.9, L.11, kemudian selanjutnya menentukan kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat yang

merupakan kekuatan kunci (L.11). dalam proses penentuan kekuatan kunci perlu mempertimbangkan sebagai berikut (LAN, 1995): a. Ditentukan oleh tingkat kekuatan relative pendorong dan penghambat yang lebih besar. b. Apabila tingkat kekuatan relative sama, maka dipilih berdasarkan tingkat keterkaitan yang lebih besar c. Apabila tingkat keterkaitan sama besar, maka ipilih berdasarkan tingkat kendali kekuatan pendorong dan kemudahan pemecahan kekuatan penghambat yang lebih besar d. Apabila tingkat kendali kekuatan pendorong atau kemudahan pemecahan kekuatan penghambat sama besarnya, maka dipilih yang dampaknya lebih besar

e.

Apabila juga masih sama, diserahkan pada pertimbangan sendiri untuk memilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki ((professional

judgement) Untuk lebih jelasnya mengenai proses pemilihan kekuatan kunci dapat dilihat sebagai berikut (table.13): Table.13 Proses Pemilihan Kekuatan Kunci Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar (L.12A)
No Kekuatan L.5 & L.7 Dampak L.8 & L.6 Kemudahan Pemecahan L.6 Tk. Kendali L.8 Tk. Kekuatan Relatif L.9 Tk. Keterkaitan L.11 Prioritas Kekuatan Kunci

1. 2. 3. 4. 5. 6.

D1 D2 D3 D4 D5 D6

4 4 5 4 4 4

3 4 4 2 1 2

4 4 5 4 4 4

35 33 41 33 37 35

III V I VI II IV

1. 2. 3. 4. 5. 6.

H1 H2 H3 H4 H5 H6

3 4 5 3 4 3

3 3 4 4 2 3

3 4 5 3 4 3

37 31 31 33 37 29

II V IV III I VI

2.

Kekuatan Kunci Kekuatan kunci pada dasarnya merupakan kekuatan-kekuatan yang besar dampaknya terhadap pencapaian tujuan jangka pendek atau yang mempunyai pengaruh terhadap kemudahan, serta kekuatan pendorong yang ada di bawah kendali. Dengan mempertimbangkan kembali tingkat kekuatan relative dan keterkaitan, maka dapat ditentukan Kekuatan Kunci (L.12.B) sebagai berikut (table.14): Table.14 Kekuatan Kunci Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar (L.12.B) Kode D3 Kekuatan Pendorong Adanya pengembangan peternakan berbasis sistem Kode H5 Kekuatan Penghambat Kurangnya minat dari petani ternak

teknologi tepat guna D5 Adanya program dari H1 Kurangnya sarana dan prasarana kinerja aparatur dari H4 Tenaga penyuluh (PPL) bukan aparatur di Disnakkan H3 Kuranganya penyuluhan kepada petani

Pemerintah D1 Adanya perhatian

Kepala Dinas

You might also like