You are on page 1of 16

Kembali

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

ANALISIS HASIL DAUR ULANG SISA BAHAN BAKAR PWR DENGAN KOMPOSISI UO2 MENGGUNAKAN REAKTOR CEPAT Marsodi*

ABSTRAK
ANALISIS HASIL DAUR ULANG SISA BAHAN BAKAR PWR DENGAN KOMPOSISI UO2 MENGGUNAKAN REAKTOR CEPAT. Dalam penelitian ini, analisis hanya ditekankan khususnya pada isotop-isotop MA, karena kebanyakan isotop-isotop lainnya akhirnya akan terbakar/ tertransmutasi dengan penangkapan neutron menjadi MA. Untuk mengetahui kinerja sistem B/T isotopisotop MA menggunakan neutron cepat, maka analisisnya dilakukan menggunakan sistem daur ulang selama masa reaktor beroperasi, dan ditekankan pada pencapaian laju B/T dan tingkat bahaya pada isotop-isotop yang tersisa. Adapun analisis ini dituangkan dalam besaran total tingkat bahaya yang mungkin dapat terserap dalam biosfir (annually limit intake ingestion hazard index, HIALI). Beberapa parameter yang berkaitan seperti laju B/T, fraksi B/T dengan produksi, perioda daur ulang, dan lain-lain juga disertakan dalam analisis. Indeks bahaya (hazard index, HI) pada 103 tahun setelah daur ulang selama 40 tahun dievaluasi sebagai salah satu parameter dalam menentukan kemampuan sistem B/T. Karena pada saat setelah waktu penyimpanan 103 tahun, beberapa isotop masih tetap ada yang aktif, sehingga dianggap perlu untuk membangun sistem B/T yang terpadu dalam penggunaan sistem energi nuklir. Metoda evaluasi sistem daur ulang yang digunakan berdasarkan pada HIALI 103 tahun, dan semua komponen nuklida MA yang tersisa pada setiap daur ulang dimasukkan kembali ke dalam sistem B/T sebagai campuran pada bahan bakar daur berikutnya. Hal yang sama juga dilakukan untuk setiap akhir daur ulang (EOC) berikutnya. Salah satu parameter mendasar yang ingin diketahui adalah pengurangan tingkat bahaya atau HIALI. Tingkat bahaya HIALI dalam setiap daur ulang dievaluasi berdasarkan pada HI Uranium alam (Uranium ore) yaitu pada saat 103 tahun. Jumlah MA yang terbakar/tertransmutasi di sini ditentukan oleh jumlah MA yang dimuatkan ke dalam bahan bakar pada setiap daur dikurangi dengan jumlah MA yang tersisa pada akhir daur ulang. Sedangkan fraksi MA yang terbakar/tertransmutasi adalah jumlah MA yang terbakar/tertransmutasi selama perioda daur ulang dibagi dengan jumlah MA yang dimuatkan ke dalam bahan bakar selama perioda daur ulang. Produksi MA adalah jumlah MA yang dihasilkan dari pemuatan bahan bakar selama perioda daur ulang. Di sini, perioda satu daur (1 cycle) merupakan parameter utama yang digunakan dalam evaluasi ini. Penelitian ini menggunakan sisa bahan bakar dengan burn-up 33-GWd/t, 45-GWd/t dan 60-GWd/t.

PENDAHULUAN Dalam penelitian ini, indeks bahaya (hazard index, HI) pada 103 tahun setelah daur ulang selama 40 tahun dievaluasi sebagai salah satu parameter dalam menentukan kemampuan sistem B/T. Karena pada saat setelah waktu penyimpanan 103 tahun, beberapa isotop masih tetap ada yang aktif, sehingga dianggap perlu untuk
*

Pusat Pengembangan Informatika Nuklir BATAN, E-mail: marsodi@batan.go.id

93

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

membangun sistem B/T yang terpadu dalam penggunaan sistem energi nuklir. Survei evaluasi dalam perhitungan ini dilakukan dengan parameter rancangan yang sederhana seperti diperlihatkan pada Tabel 1. Evaluasi ini dilakukan menggunakan jenis bahan bakar metalik dengan standar komposisi yang tercantum dalam Tabel 2. Parameter dasar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah waktu paro isotop-isotop MA dan ALI pada sisa bahan bakar 1 GWe-LWR dengan 33GWd/t setelah 150 hari pendinginan. Metoda evaluasi yang digunakan diperlihatkan pada diagram Gambar 1, yang digunakan sebagai metoda evaluasi sistem daur ulang B/T MA berdasarkan pada HIALI 103 tahun. Dalam metoda ini, semua komponen nuklida MA yang tersisa pada setiap daur ulang dimasukkan kembali ke dalam sistem B/T sebagai campuran pada bahan bakar daur berikutnya. Hal yang sama juga dilakukan untuk setiap akhir daur ulang (EOC) berikutnya. Analisis hanya ditekankan khususnya pada isotop-isotop MA, karena kebanyakan isotop-isotop lainnya akhirnya akan terbakar/ tertransmutasi dengan penangkapan neutron menjadi MA. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perilaku seluruh isotop-isotop HLW dalam proses B/T. Untuk mengetahui kinerja sistem B/T isotop-isotop MA menggunakan neutron cepat, maka analisisnya dilakukan menggunakan sistem daur ulang selama masa reaktor beroperasi, dan ditekankan pada pencapaian laju B/T dan tingkat bahaya pada isotop-isotop yang tersisa. Adapun analisis ini dituangkan dalam besaran total tingkat bahaya yang mungkin dapat terserap dalam biosfir (annually limit intake ingestion hazard index, HIALI). Beberapa parameter yang berkaitan seperti laju B/T, fraksi B/T dengan produksi, perioda daur ulang, dan lain-lainl juga disertakan dalam analisis.

94

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

Tabel 1. Parameter-parameter yang digunakan dalam model perhitungan reaktor B/T menggunakan bahan bakar jenis oksida dan metalik
1. Parameter Disain Parameter teras - Tipe reaktor Daya Geometri Spesifikasi Reaktor cepat B/T menggunakan bahan bakar oksida dan metalik tanpa blanket 3 GWt Silinder dengan diameter 400 cm, dan tinggi 100 cm Sodium dan SUS-316 26-group penampang lintang data nuklir Perhitungan difusi multi-group dan metoda persamaan Difusi 0.0252 (eV) 10.0 (MeV) 1.0 x 1014 1.0 x 1015 (n/cm2s)

2. 3.

- Pendingin dan struktur Data nuklir Metoda perhitungan

- Energi neutron (En) - Distribusi kerapatan neutron rata-rata av 4. Parameter bahan bakar - Komposisi Pola pemuatan bakar Komposisi isotop bahan

5.

Reaksi berantai untuk TRUs

1. UO2 PuO2 MAO2 2. U Pu MA MA Zr (10w%) 1. Inner loading 2. Outer loading 3. Homogeneous loading komposisi standar discharged bahan bakar 1GWe-LWR dengan burn-up 33GWd/t(HM) Isotop-isotop U, Np, Pu, Am, Cm, Bk, Cf, dan Es dengan reaksi (n,n), (n,2n), (n,), dsb. dengan peluruhan dan

Tabel 2. Kinerja reaktor B/T menggunakan bahan bakar metalik dan oksida dengan pendingin sodium dan gas He untuk pola pemuatan homogen dengan [MA] = 10.0% dan [Pu] = 24.0%
Item Laju B/T MA(%) Reaktivitas ayun dk/kk (%) Reaktivitas sodium loss (%) Bahan bakar & pendingin Sodium (Na) Oksida Metalik 12.2 17.6 1.6 2.4 16.2 17.3 Bahan bakar metalik & pendingin gas He 23.6 2.42 -

95

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

[Hazard Index Potential]1000 y


[HIP]/ [HIP]in [HIP]out

Reaktor Transmutasi
Gambar 1. Skenario untuk evaluasi sistem daur ulang B/T MA berdasarkan pada HIALI 103 tahun Salah satu parameter mendasar yang ingin diketahui mengenai kemampuan reaktor B/T adalah pengurangan tingkat bahaya atau HIALI. Tingkat bahaya HIALI dalam setiap daur ulang dievaluasi berdasarkan pada HI Uranium alam (Uranium ore) yaitu pada saat 103 tahun. Evaluasi tingkat bahaya pada hasil B/T MA yang menggunakan komposisi sisa bahan bakar MOX ini, telah dibandingkan dengan sisa bahan bakar lainnya yaitu UO2. Tujuan utama sub-bab ini adalah untuk memperoleh bentuk kinerja sistem B/T. Dalam penelitian ini, evaluasi pada tingkat bahya yang diambil sebagai parameter studi untuk evaluasi kemampuan sistem daur ulang B/T dalam rangka untuk mengurangi potensial resiko isotop-isotop MA dilakukan berdasarkan pada HIALI.

96

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DAUR ULANG SISA BAHAN BAKAR PWR DENGAN KOMPOSISI UO2

1. Laju B/T dan HIALI MA dalam Sistem Daur Ulang Menggunakan Sisa Bahan Bakar dengan Burn-up yang Berbeda Karakteristik komponen MA dalam sistem daur ulang bahan bakar nuklir merupakan faktor yang penting dalam menentukan tingkat kemampuan system B/T ini. Jumlah MA yang terbakar/tertransmutasi di sini ditentukan oleh jumlah MA yang dimuatkan ke dalam bahan bakar pada setiap daur dikurangi dengan jumlah MA yang tersisa pada akhir daur ulang. Sedangkan fraksi MA yang terbakar/tertransmutasi adalah jumlah MA yang terbakar/tertransmutasi selama perioda daur ulang dibagi dengan jumlah MA yang dimuatkan ke dalam bahan bakar selama perioda daur ulang. Produksi MA adalah jumlah MA yang dihasilkan dari pemuatan bahan bakar selama perioda daur ulang. Di sini, perioda satu daur (1 cycle) merupakan parameter utama yang digunakan dalam evaluasi ini. Pada Gambar 2, diperlihatkan hubungan antara jumlah MA yang terbakar/tertransmutasi per tahun dan HIALI (dalam berbagai komposisi pemuatan MA) terhadap perioda daur ulang dalam 1, 2, 3, dan lima tahun per daur. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa laju B/T menurun terhadap perioda daur ulang, terjadi penurunan tingkat bahaya (HIALI) yang dapat dikurangi. Dari hasil evaluasi, dapat dilihat bahwa pada penggunaan sisa bahan bakar burn-up reaktor yang berbeda diperoleh perbedaan hasil laju B/T dan HIALI yang cukup signifikan. Untuk penggunaan sisa bahan bakar dengan burn-up 33-GWd/t diperoleh hasil laju B/T yang lebih tinggi dibandingkan dengan pada penggunaan sisa bahan bakar dengan burn-up yang lebih tinggi yaitu 45 dan 60 GWd/t. Jadi dapat disimpulkan bahwa B/T MA dalam sistem daur ulang bahan bakar nuklir yang menggunakan neutron cepat dapat mengurangi tingkat bahaya HIALI yang cukup signifikan. Evaluasi ini didasarkan pada HIALI pada 103 tahun dengan perioda daur ulang selama satu tahun per daur.

97

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

33-GWd/t 45-GWd/t 60-GWd/t

33-GWd/t 45-GWd/t 60-GWd/t

Gambar 2

(a) Hubungan antara laju B/T MA dan HIALI yang tereduksi dengan perioda daur ulang, (b) Hubungan antara laju produksi MA dan HIALI yang tersisa dengan perioda daur ulang menggunakan sisa bahan bakar jenis MOX

2. Laju B/T dan HIALI MA dalam Sistem Daur Ulang Menggunakan Sisa Bahan Bakar dengan Jenis yang Berbeda Analisis laju B/T dan HIALI MA dalam sistem daur ulang menggunakan sisa bahan bakar dengan jenis yang berbeda juga dilakukan. Studi ini, ingin mengetahui pengaruh jenis sisa bahan bakar yang berbeda yaitu MOX dan UO2 terhadap kemampuan system B/T yang berkaitan dengan pengurangan tingkat bahaya HIALI. Karena, karakteristik komponen MA dari jenis yang berbeda merupakan faktor yang cukup penting dalam sistem daur ulang dan dapat menentukan tingkat kemampuan sistem B/T ini.

98

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

MOX UO2

MOX UO2

Gambar 3

(a) Hubungan antara laju B/T MA dan HIALI (yang tereduksi) dengan perioda daur ulang, (b) Hubungan antara laju produksi MA dan HIALI (yang tersisa) dengan perioda daur ulang menggunakan sisa bahan bakar dengan 33-GWd/t

Hubungan antara jumlah MA yang terbakar/ tertransmutasi per tahun dan HIALI dalam berbagai pemuatan jenis sisa bahan bakar MA dengan perioda daur ulang dalam 1,2,3, dan lima tahun per daur diperlihatkan pada Gambar 3.a. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa laju B/T kedua jenis komposisi MOX dan UO2 menurun terhadap perioda daur ulang. Tetapi, pada penggunaan sisa bahan bakar jenis UO2, penurunan pada perioda daur ke-5 lebih kecil dibandingkan dengan pada penggunaan sisa bahan bakar jenis MOX. Hasil perhitungan ini juga menunjukkan bahwa penurunan tingkat bahaya (HIALI), sepadan dengan karakteristik laju B/T. Dari hasil evaluasi, diperoleh perbedaan yang cukup signifikan pada laju B/T dan HIALI, di mana untuk penggunaan sisa bahan bakar jenis MOX hasil laju B/T lebih tinggi dibandingkan dengan pada penggunaan sisa bahan bakar jenis UO2. Dari hasil

99

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

tersebut dapat disimpulkan bahwa B/T MA dalam sistem daur ulang bahan bakar nuklir yang menggunakan neutron cepat dapat mengurangi tingkat bahaya HIALI secara cukup signifikan. 3. Laju Produksi dan HIALI MA dalam Sistem Daur Ulang Menggunakan Sisa Bahan Bakar dengan Burn-up yang Berbeda Analisis laju produksi MA dan HIALI yang tersisa dengan berbagai perioda daur ulang diperlihatkan pada Gambar 3.b, yang menunjukkan bahwa laju produksi juga menurun terhadap perioda daur ulang. Hasil perhitungan ini juga menunjukkan terjadinya penurunan pada tingkat bahaya (HIALI) yang dihasilkan selama proses daur ulang. Dari hasil analisis, dapat dilihat bahwa pada penggunaan sisa bahan bakar dari burn-up reaktor yang berbeda diperoleh perbedaan yang cukup signifikan pada hasil produksi MA dan HIALI. Pada penggunaan sisa bahan bakar dari burn-up 33-GWd/t, diperoleh produksi MA yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan sisa bahan bakar 45 dan 60 GWd/t. Dapat disimpulkan bahwa B/T MA dalam sistem daur ulang bahan bakar nuklir yang menggunakan neutron cepat disamping dapat mengurangi tingkat bahaya HIALI juga dapat menimbulkan tingkat bahaya HIALI dari komponen yang baru. Evaluasi ini juga didasarkan HIALI pada 103 tahun dengan perioda daur ulang selama satu tahun per daur. 4. Laju Produksi dan HIALI MA dalam Sistem Daur Ulang Menggunakan Sisa Bahan Bakar dengan Jenis Berbeda Analisis laju produksi dan HIALI MA dalam sistem daur ulang menggunakan sisa bahan bakar dengan jenis berbeda juga telah dilakukan. Dalam evaluasi ini, hubungan antara laju produksi MA dan HIALI (yang tersisa) dengan berbagai perioda daur ulang diperlihatkan pada Gambar 3.b. Dapat dilihat bahwa tingkat bahaya (HIALI) untuk kedua jenis sisa bahan bakar juga menurun selama proses daur ulang, hanya saja pada penggunaan sisa bahan bakar jenis UO2 terjadi sedikit sekali penurunan. Selanjutnya, dapat dilihat bahwa pada penggunaan sisa bahan bakar UO2, HIALI naik pada perioda daur ulang ke-3 dan seterusnya, sebaliknya pada penggunaan sisa bahan bakar jenis MOX terus terjadi penurunan produksi MA. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa B/T MA dalam system daur ulang bahan bakar nuklir menggunakan neutron cepat, disamping dapat mengurangi tingkat bahaya HIALI seperti diperlihatkan pada Gambar 3.a juga dapat menimbulkan tingkat bahaya HIALI dari komponen yang baru (lihat tabel 4). Evaluasi ini juga didasarkan pada HIALI 103 tahun dengan perioda daur ulang selama satu tahun per daur seperti pada pembahasan sebelumnya.

100

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

5. Evaluasi Hazard Index Potential Sistem Daur Ulang MA Seperti halnya pada evaluasi sebelumnya, di sini juga ingin diketahui salah satu parameter mendasar kinerja reaktor B/T yaitu potensial tingkat bahaya (hazard index potential, HIP) dan telah dianalisis pada setiap daur ulang berdasarkan pada HI Uranium alam (Uranium ore) yaitu pada saat 103 tahun. Survai evaluasi dalam perhitungan ini dilakukan dengan parameter rancangan yang sederhana seperti pada pembahasan sub-bab 6.1. Analisis ini telah dibandingkan dengan sisa bahan bakar lain yaitu UO2. HIP pada 103 tahun untuk setiap daur ini diberi notasi , dan merupakan parameter utama dalam evaluasi HIALI system B/T ini.

33-GWd/t 45-GWd/t 60-GWd/t

Gambar 4. Hubungan antara faktor pengurangan tingkat bahaya terhadap perioda daur ulang menggunakan sisa bahan bakar dengan burn-up yang berbeda

101

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

6. HIP Sistem Daur Ulang MA Menggunakan Sisa Bahan Bakar dengan Burn-up yang Berbeda HIP sistem daur ulang MA telah dianalisis, hasil analisis ini diperlihatkan pada Gambar 4, yang memperlihatkan kemampuan sistem daur ulang dalam mereduksi tingkat bahaya yang potensial dengan faktor pengurangan yang berbeda untuk setiap langkah (step) daur ulang dengan perioda yang berbeda. Hubungan antara besarnya faktor pengurangan tingkat bahaya dengan perioda daur ulang yaitu 1, 2, 3, dan lima tahun, menunjukkan bahwa pada penggunaan sisa bahan bakar dari LWR dengan burn-up 33-GWd/t menimbulkan adanya faktor yang cukup besar dalam mereduksi tingkat bahaya limbah MA, dan hal ini terjadi pada penggunaan perioda daur ulang satu tahun. Sedangkan pada penggunaan perioda daur ulang 2, 3, dan lima tahun menunjukkan perbedaan faktor pengurangan tingkat bahaya yang lebih kecil. Hal ini juga terjadi pada penggunaan sisa bahan bakar dari LWRs dengan burn-up yang lebih tinggi yaitu 45 dan 60 GWd/t.

7. HIP Sistem Daur Ulang MA Menggunakan Sisa Bahan Bakar dengan Jenis MOX dan UO2 HIP sistem daur ulang MA dengan sisa bahan bakar dari jenis yang berbeda yaitu MOX dan UO2 juga telah dievaluasi seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Gambar ini menunjukkan kemampuan sistem daur ulang ini dalam mereduksi tingkat bahaya yang potensial dengan faktor pengurangan yang berbeda untuk setiap langkah daur ulang dengan perioda yang berbeda apabila menggunakan sisa bahan bakar dari jenis yang berbeda yaitu MOX dan UO2. Evaluasi ini juga dilakukan berdasarkan pada HIALI pada 103 tahun dengan berbagai perioda daur ulang yaitu 1, 2, 3, dan lima tahun. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pada penggunaan sisa bahan bakar jenis MOX menimbulkan faktor pengurangan tingkat bahaya yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan sisa bahan bakar jenis UO2, dan hal ini terjadi pada perioda daur ulang satu tahun. Sedangkan pada penggunaan perioda daur ulang lima tahun faktor reduksinya hampir sama. Pada penggunaan sisa bahan bakar jenis UO2, faktor reduksi sedikit lebih tinggi dari pada penggunaan perioda daur ulang tiga tahun dan perioda daur ulang dua tahun. Namun demikian, pada perioda daur ulang satu tahun tetap mempunyai faktor pengurangan tingkat bahaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Evaluasi ini dilakukan pada penggunaan sisa bahan bakar dari LWRs dengan burn-up 33-GWd/t. Sesuai dengan hasil evaluasi, kemampuan sistem daur ulang bahan bakar nuklir dengan menggunakan neutron cepat ternyata cukup efektif apabila pilihan penggunaan sistem bahan bakar adalah MOX dari LWRs dengan burn-up 33-GWd/t. Adapun

102

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

besarnya pengurangan tingkat bahaya dengan evaluasi menggunakan HIP juga cukup signifikan.

Gambar 5. Hubungan antara faktor pengurangan tingkat bahaya terhadap perioda daur ulang menggunakan sisa bahan bakar MA-1 dan MA-2 dari LWR dengan burn-up 33-GWd/t

8. Analisis Kinerja Reaktor B/T MA dalam Sistem Daur Ulang Bahan Bakar Nuklir selama 40 Tahun Kemampuan reaktor B/T ditentukan oleh besarnya jumlah bahan bakar MA yang dapat dibakar/ ditransmutasi dalam teras reaktor, sehingga untuk penanganan B/T dalam sistem daur ulang selama 40 tahun berarti kemampuan B/T MA setiap akhir selang waktu daur ulang selama 40 tahun. Evaluasi perhitungan ini dilakukan tanpa mengikut sertakan faktor penambahan bahan bakar baru pada setiap selang waktu daur ulang, di mana hasil akhirnya dievaluasi untuk pemuatan awal bahan bakar MA dalam proses daur ulang hingga kurun waktu 40 tahun.

103

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa sejumlah besar B/T MA diperoleh pada penggunaan proses daur ulang dengan perioda daur ulang selama satu tahun, yang diperlihatkan pada Tabel 3. Tetapi, sudah barang tentu pada perioda daur ulang yang pendek (satu tahun) membutuhkan usaha yang lebih besar, namun hasilnya menjadi lebih efektif dibandingkan dengan pada penggunaan perioda daur ulang yang lebih lama yaitu dua tahun atau lebih. Dalam perhitungan ini, jumlah MA yang dapat dimuatkan dalam reaktor selama proses daur ulang tentu akan lebih besar pada penggunaan perioda daur ulang yang pendek yaitu satu tahun, sehingga dalam 40 tahun dapat dimuatkan sebanyak 40 kali pemuatan. Sedangkan pada penggunaan perioda yang lebih lama misalnya lima tahun, maka banyaknya pemuatan hanya sekitar delapan kali pemuatan, sehingga kapasitas pemuatan selama 40 tahun juga lebih sedikit dibandingkan dengan pada penggunaan perioda daur ulang satu tahun. Lebih dari pada itu, pada penggunaan perioda daur ulang yang lama, kemungkinan produksi komponen MA baru lebih besar dibandingkan dengan pada penggunaan perioda yang pendek. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kemampuan sistem B/T ini dapat dipergunakan untuk mengeliminir khususnya MA hingga mencapai sekitar 93.5%. Tabel 3. Kemampuan reaktor B/T MA dalam sistem daur ulang bahan bakar nuklir selama 40 tahun menggunakan sisa bahan bakar jenis MOX dengan pemuatan MA dalam bahan bakar sebesar 10%
Item Jumlah pemuatan MA selama 40 tahun (kg) Jumlah MA terbakar/ tertransmutasi selama 40 tahun (kg) Fraksi MA awal yang terbakar/tertransmutasi selama 40 tahun (%) 1 37759.8 35320.4 Perioda daur ulang (tahun) 2 5 24084.1 11868.3 21853.9 9766.4

93.5

90.7

82.3

Pada evaluasi berikutnya, ingin diketahui karakteristik dari masing-masing komponen nuklida dalam proses daur ulang bahan bakar selama 40 tahun. Pada Tabel 4, diperlihatkan hasil evaluasi terhadap kemampuan reaktor B/T MA dalam system daur ulang bahan bakar selama 40 tahun untuk masing-masing nuklida. Dari hasil ini, diperoleh fraksi B/T masing-masing nuklida: 237Np = 93.4%, 241Am = 93.4%, 243Am = 93.9%, dan 244Cm= 94.5%, sehingga jumlah rata-rata MA yang terbakar/tertransmutasi sekitar 93.4% untuk perioda daur ulang 40 tahun dengan tanpa mengikut sertakan kemungkinan produksi MA baru.

104

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

Tabel 4. Kkinerja sistem B/T MA dalam proses daur ulang selama 40 tahun menggunakan neutron cepat dengan sisa bahan bakar jenis MOX 33-GW LWR dengan MA = 10% Nuclide Np Am 242-m Am 243 Am 243 Cm 244 Cm 245 Cm 246 Cm 247 Cm 248 Cm 249 Cf 250 Cf 251 Cf 252 Cf
241 237

Jumlah Pemuatan MA (kg) 3.081E+04 1.963E+03 0.0 3.663E+03 0.0 1.321E+03 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Jumlah sisa MA (kg) 2.034E+03 1.296E+02 2.195E+00 2.234E+02 1.171E+00 7.267E+04 1.960E+00 0.593E+00 -

Fraksi B/T MA (%) 93.4 93.4 93.9 94.5 -

Total

3.776 E+04

2494 E+03

93.4

Dari hasil evaluasi ini, dapat disimpulkan bahwa kemampuan sebuah sistem B/T menggunakan neutron cepat dengan kapasitas pemuatan MA 10%, dapat menangani sisa bahan bakar MA dalam penggunaan 37 unit sistem energi nuklir masing-masing sebesar 1-GWe-LWR. Sedangkan pada evaluasi perhitungan lainnya, di mana sistem B/T ini dimuati dengan 2% MA, dapat menangani penggunaan 10 unit sistem energi nuklir masing-masing sebesar 1-GWe-LWR Dari sini dapat disimpulkan bahwa sistem reaktor B/T akan lebih efektif untuk mengeliminir MA apabila digunakan untuk pemuatan MA yang lebih besar.

105

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

KESIMPULAN Analisis hasil perhitungan daur ulang sisa bahan bakar yang terdiri dari MA/Pu (Np, Am, Cm, dan Pu) dengan neutron cepat telah dilakukan. Hasil analisis ini dijelaskan secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan model perhitungan seperti telah dijelaskan di atas dan hasilnya diperoleh kesimpulan sbb.: 1. Pola Hubungan HIALI yang tereduksi dengan perioda daur ulang memberikan peluang untuk melakukan daur ualang yang efektif terhadap perioda daur ulang yang digunakan dengan mempertimbangkan laju produksi MA 2. Faktor pengurangan tingkat bahaya terhadap perioda daur ulang menggunakan sisa bahan bakar dengan burn-up yang berbeda juga memberikan peluang untuk dapat melakukan daur ulang secara lebih efektif. 3. Kinerja reaktor pembakaran/transmutasi dalam mereduksi tingkat bahaya atau ALI Ingestion Hazard Index (HIALI) dengan pengurangan tingkat bahaya menggunakan Hazard Index Potential (HIP) adalah cukup signifikan yaitu sekitar 30% untuk sisa bahan yang berasal dari 33-GWd/t PWR, 14% untuk sisa bahan yang berasal dari 45-GWd/t PWR, dan 12% untuk sisa bahan yang berasal dari 60-GWd/t PWR.

DAFTAR PUSTAKA 1. BENEDICT, M., PIGFORD, T.H., LEVI, H., Nuclear Chemical Engineering, Mc Graw-Hill, 2-nd ed., 1982. 2. BONDARENKO I.I., Group Constants for Nuclear Reactor Calculation, Colsultant Bureau, New York, 1964. 3. KITAMOTO A., MULYANTO, MARSODI, Two-step B/T (burning and/or transmutation) method for self completed nuclear fuel cycle with thermal and fast B/T reactor, The International Review Journal, 29, Progress in Nuclear Energy Pergamon, (1995) 311-318 4. LAMARSH, J.R., Introduction to Nuclear Reactor Engineering, Addison-Wesley, (1997) 319-566 5. MARSODI, MULYANTO, KITAMOTO A. Concept and Optimization of burning and Transmutation Reactor in Nuclear Fuel Cycle System, Proceedings of 7-th International Conference on Emerging Nuclear Energy Systems, ICENES93, Makuhari, Japan, (1993) 478-482

106

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

6. MC LANE V., DUNFORD C.L., ROSE P.F., Neutron Cross Sections, Neutron Cross Section Curve, 2, Academic Press, (1988) 357-579 7. MUKAEYAMA T., YOSHIDA H., GUNJI Y., Minor Actinide Transmutation using Minor Actinide Burner Reactors, Proceeding of International Conference on Fast Reactor and Related Fuel Cycles, 4, Kyoto, Japan 19.6 (1991) 1-9 8. PIGFORD, Actinide Burning and Waste Disposal, International Conference on The Next Generation of Nuclear Power Technology, MIT., 1990. 9. WAKABAYASHI T., Transmutation Characteristics of MA and LLFP in Fast Reactor, Proceeding of The Second Fujihara International Seminar for Advanced Nuclear Energy Systems Toward Zero Release of Radioactive Wastes, Susono, Japan, S5-4 (2000) 1-8 10. WALTAR A.E., Reynolds A.B., Fast Breeder Reactors, Pergamon Press, (1981) 37-397

DISKUSI

EPUNG Bagaimana mengekstrasi MA dari bahan bakar.

MARSODI Pemrosesan bahan bakar melalui proses Purex kemudian dipartitioning untuk mendapatkan isotop-isotop MA..

HAFNI LISSA NURI 1. Sisa bahan bakar PWR yang akan digunakan/dianalisa ke reactor cepat apakah perlu pengkondisian karena yang saya tahu untuk reactor cepat mempergunakan Pu dan sisa bahan baker PWR bisa diolah dengan sistem Purex? 2. Selama analisis dengan reaktor cepat apakah ada energi dari sisa bahan bakar PWR yang bisa dimanfaatkan?

107

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 (93-108)

MARSODI 1. Sisa bahan bakar PWR diproses (PUREX), kemudian dipartitioning dan Pu, Au, Np, Cu dimasukkan dalam teras reaktor transmutasi sebagai bahan baker reaktor cepat. 2. Sistem Transmutasi ini menggunakan reactor cepat dapat menghasilkan energi listrik

TITI WISMAWATI Bagaimana menentukan Hazard Index? Apakah menggunakan konversi/dengan tabel?

MARSODI Sisa bahan bakar dalam proses daur ulang transmutasi dikonversikan dengan tabel.

108

You might also like