You are on page 1of 4

MANFAAT DARI ADANYA ATURAN KERJA BAGI PEGAWAI Pada dasarnya, aturan kerja atau peraturan karyawan dibuat

untuk menciptakan kedisiplinan sikap dan perilaku karyawan terhadap tugas-tugas yang diberikan sesuai jabatannya. Peraturan juga dibuat untuk menciptakan sebuah hubungan kerja yang baik, menentukan kewajiban serta hak karyawan kepada perusahaan. Begitu pun sebaliknya. Dengan ditetapkannya peraturan karyawan, diharapkan mampu mewujudkan dan menciptakan kenyamanan dalam bekerja. Dengan demikian, produktivitas kerja karyawan akan maksimal, sehingga dapat memberikan manfaat dan keuntungan bagi kedua belah pihak. Peraturan karyawan mencakup hal-hal berkaitan dengan pekerjaan. Adapun manfaat dari adanya aturan kerja bagi pegawai adalah sebagai berikut : 1. Melatih Kedisiplinan Tentu semua orang akan sepakat bahwa setiap peraturan dibuat untuk menciptakan kedisiplinan orangorang yang dikenai aturan tersebut. Begitupun, peraturan karyawan. Dengan adanya peraturan, setiap karyawan akan merasa memiliki tanggung jawab besar terhadap pekerjaannya, sehingga ia akan berupaya melakukan yang terbaik. Adanya peraturan tidak berarti semua urusan perkantoran selesai pada tahap itu. Ada kalanya, seseorang menyepelekan peraturan perusahaan berkaitan dengan kedudukannya sebagai karyawan. Sebagian orang kadang merasa bahwa peraturan merupakan sesuatu yang klise. Peraturan adalah formalitas yang tidak menuntut kepatuhan. Setiap perusahaan memiliki tata tertib khusus yang ditetapkan bagi semua karyawannya. Beda perusahaan, pasti berbeda pula tata tertibnya. Namun, tata tertib kerja secara umum adalah sebagai berikut. Setiap karyawan diwajibkan mengecek atau memeriksa semua peralatan kerja yang biasa digunakan. Pemeriksaan dilakukan sebelum memulai kerja maupun setelah selesai kerja. Dengan mematuhi tata tertib ini, setiap karyawan akan terhindar dari risiko kerusakan maupun bahaya yang ditimbulkan peralatan kerja, sehingga tidak akan mengganggu pekerjaan. Setiap karyawan diwajibkan untuk selalu menjaga dan memelihara ketertiban dan kebersihan di lingkungan kerja. Karyawan juga berkewajiban untuk menjaga seluruh barang perusahaan yang bersifat inventaris agar tidak rusak atau risiko lainnya. Terutama, barang-barang yang berada di bawah tanggung jawab karyawan bersangkutan. Setiap karyawan berkewajiban untuk menjaga sikap, menjaga tindakan dan perilaku, serta mengenakan pakaian yang pantas dan sopan. Karyawan tertentu yang bekerja memerlukan peralatan khusus ataupun keseragaman, wajib mengenakan seragam kerja, dan menggunakan alatalat pengaman yang telah disediakan perusahaan.

Jika suatu saat karyawan mendapati hal-hal yang sekiranya dapat mengancam atau membahayakan keselamatan dirinya, karyawan lain, dan perusahaan, ia harus segera melapor pada pimpinan atau bidang kerja yang terkait dengan bahaya tersebut.

2. Kesadaran Akan Kewajiban Peraturan atau tata tertib karyawan baru akan benar-benar disikapi ketika seorang karyawan menyadari posisi serta kewajibannya sebagai karyawan. Karyawan merupakan tenaga kerja yang diterima atau dipekerjakan oleh perusahaan tertentu berdasarkan Surat Keputusan Pengangkatan yang ditetapkan direksi sesuai ketentuan berlaku. Dengan menyadari posisi dan kedudukannya, seorang karyawan akan mampu bekerja di bawah naungan aturan yang ditetapkan baginya. Kesadaran akan kewajiban memang sangat penting dimiliki oleh setiap karyawan untuk menciptakan rasa memiliki terhadap perusahaan. Dengan demikian, produktivitas kerja akan maksimal. Di dalam psikologi, ada teori Skinner. Teori Skinner disebut juga teori tingkah laku radikal (radical behaviorism). Teori ini mengenai stimulus-respon, yang mempercayai bahwa setiap tingkah laku itu dapat diamati, dan didasari oleh respon positif atau negatif yang diterima. Respon positif berarti akan mendapatkan hadiah, sebaliknya, respon negatif menandakan akan mendapatkan hukuman. Skinner yakin bahwa manusia akan berusaha untuk mendapatkan respon positif atau hadiah dari apa yang dilakukannya. Baik Skinner maupun Watson mempunyai pandangan yang sama, bahwa setiap tingkah laku manusia dapat diamati dengan menggunakan metode ilmiah. Tapi Watson tidak setuju kalau inner feeling (perasaan) dapat diamati. Watson yakin bahwa perasaan dapat dipelajari sebagai mana mempelajari ketrampilan-ketrampilan lainnya. Teori behaviorism atau tingkah laku ini sangat berpengaruh. Sehingga banyak ahli lain, seperti Edward C. Tolman, dan Clark L. Hull turut memformulasikan teori-teori mereka sendiri yang didapat dari hasil pengamatan di laboratorium, bukan melalui observasi introspeksi. Teori ini juga melahirkan banyak teori belajar yang menyangkut metode pembelajaran pada manusia dan hewan. Taylor mengungkapkan bahwa sebuah pekerjaan dapat didesain, sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang diinginkan. Taylor juga mengungkapkan bahwa dengan melakukan pembagian kerja atau peran yang ada dalam pekerjaan, produktivitas suatu pekerjaan akan semakin baik. Oleh karena itu, seorang perancang atau manajer perlu mendesain suatu pekerjaan agar hasil maksimal yang diharapkan dapat tercapai. Buah karya yang dihasilkan oleh Taylor menjadikan seorang pekerja seperti robot. Pekerja diminta untuk dapat produktif melalui desain pekerjaan yang telah dirancang sebelumnya. Pekerja akan diklasifikasikan berdasarkan jenis pekerjaan tertentu.

Misalnya, seorang pekerja bisa saja seumur hidup pekerjaannya hanyalah menjadi seorang pengebor. Ia diberikan target yang harus dicapai bagaimana pun caranya. Hal inilah yang terkadang membuat seorang pekerja tidak diperlakukan layaknya seorang manusia biasa. Pada 1927-1932 dilakukan penelitian di sebuah perusahaan elektronik, Western Electric Company, Hawthorne Plant, di Cicero, Illinois. Penelitian tersebut dilakukan oleh tim yang dipimpin langsung Prof. Elton Mayo dan rekannya F.J. Roethlisberger dan William J. Dickson dari Harvard Business School. Dalam penelitian tersebut terkuak bahwa sesungguhnya pekerja membutuhkan interaksi sosial dan mempunyai kebutuhan akan motivasi ketika sedang bekerja. Mayo dan timnya mengungkapkan sisi lain dari sebuah pekerjaan. Aspek-aspek seperti terbentuk norma atau aturan dalam sebuah kelompok kerja, adanya motivasi, kebutuhan pekerja untuk bersosialisasi atau berinteraksi sesama pekerja terungkap dalam penelitian ini. Kesimpulan umum yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bakat atau potensi kecerdasan seorang pekerja bukan merupakan perkiraan yang baik dari performansi seorang pekerja. 3. Bakat atau potensi memengaruhi gerak mental atau fisik yang dimiliki oleh seorang pekerja. Namun demikian, kedua hal tersebut tidak memengaruhi secara signifikan terhadap performansi kerja jika memang faktor-faktor pada sistem sosial yang ada tidak mendukung adanya performansi yang baik. 2. Organisasi yang bersifat nonformal yang terjalin di dalam kelompok pekerja memengaruhi produktivitas kerja. 4. Hubungan antar pekerja ternyata dapat mempengaruhi produktivitas. Oleh karena itu, seorang manajer harus mendisain pekerjaan sedemikian sehingga interaksi sosial tidak dibatasi. Seorang supervisor yang dapat membina hubungan baik dengan bawahannya dapat secara langsung memengaruhi produktivitas. 3. Norma atau aturan yang ada dalam kelompok kerja memengaruhi produktivitas. 5. Kelompok kerja secara alamiah akan membuat aturan penting yang terjalin dalam kelompok internal mereka. Oleh karena itu, manajemen perlu mengenali aturan atau norma yang terjalin dalam kelompok tersebut. 4. Tempat kerja merupakan sebuah sosiosistem atau sistem sosial. 6. Kelompok kerja tersebut membentuk sebuah sistem sosial. Sebagai sebuah sistem, kelompok kerja mempunyai bagian-bagian yang saling berkegantungan. Karena sifatnya yang relatif baru pada zaman itu, penelitian ini memberikan pemahaman baru mengenai sisi lain dari sebuah pekerjaan. Penelitian ini selanjutnya disebut juga dengan Hawthorne Effect. Kemampuan intelektual memang merupakan aset penting untuk mencapai sebuah misi atau tujuan tertentu, dalam hal ini perusahaan. Namun, kemampuan intelektual saja tidak cukup karena setiap manusia memerlukan interaksi dengan lingkungan baru yang ditempatinya. Dengan kata lain, learning by doing akan lebih efektif dari sekadar berteori.

Dengan melakukan serangkaian tahap pelatihan, seorang karyawan akan memiliki tingkat pemahaman yang lebih nyata. Dengan pemahaman tersebut, ia kan mampu bekerja optimal. Ia akan mampu menciptakan sistem kerja strategis, dapat bekerja sama secara solid, memiliki semangat kerja tinggi, dan dapat memberikan hasil maksimal terhadap perusahaan. Pelatihan biasanya diisi dengan simulasi-simulasi tertentu untuk meningkatkan daya berpikir karyawan terhadap situasi atau masalah yang tengah dihadapi. Proses simulasi biasanya melibatkan banyak orang. Dengan demikian, hasil yang dapat diperoleh dari simulasi adalah terbentuknya rasa kebersamaan, keterbukaan, serta toleransi antarindividu yang terlibat. Oleh sebab itu, hendaknya para pengusaha mementingkan kesejahteraan para karyawannya. Kesejahteraan karyawan sama pentingnya dengan kesejahteraan pengusaha. Dengan perlakuan dan pemberian hak secara adil, karyawan dan pengusaha yang notabene pemilik perusahaan akan berjalan beriringan untuk memajukan perusahaan. Dengan penjelasan tersebut, semoga peningkatan kinerja karyawan dapat terjadi apabila kesejahteraan karyawannya juga diperhatikan dan diperhitungkan. Tidak berlaku sewenang-wenang terhadap para karyawan karena mereka berperan penting dalam memajukan sebuah perusahaan.

You might also like