You are on page 1of 2

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (Meraih Keluarga Sejahtera) Oleh: Muammar Makkulawue (Pendamping Wil Samarinda Seberang)

Baru-baru ini Pemkot Samarinda telah meresmikan Program Keluarga Harapan melalui pembagian Kartu Elektronik kepada Keluarga Sangat Miskin sebagai Peserta PKH. Program Keluarga Harapan (PKH) memang belum dikenal luas oleh masyarakat Samarinda, padahal PKH merupakan program nasional dalam membantu serta mengurangi beban keluarga sangat miskin (KSM) guna memperoleh pelayanan gratis pendidikan dan kesehatan. PKH bukan pengganti bantuan sosial seperti BLT yang diberikan langsung tanpa memantau penggunaan bantuan tersebut, PKH merupakan bantuan tunai bersyarat yang diberikan kepada KSM dalam hal ini wanita dewasa yang mengurusi anak balita maupun anak sekolah. PKH lebih menitik beratkan kepada perlindungan sosial (social protect) serta pelayanan kesehatan dan pendidikan. Program Keluarga Harapan diadopsi dari sejumlah Negara di kawasan Amerika latin seperti Brasil, Cile, Nikaragua dan Meksiko. Di kawasan Asia Tenggara, Filipina da Indonesia adalah Negara yang mengujicoba Program tersebut untuk keluarga sangat miskin (KSM). Di Indonesia PKH merupakaan Program lintas sector kementrian Sosial, Kementrian Kesehatan, Kementrian Pendidikan, Kementrian Agama, Kementrian Komunikasi dan Informasi, Badan Pusat Statistik dan Bappenas serta dikoordinir langsung oleh Tim Nasional Percepatan Penaggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang di ketuai Wakil Preside RI. Berbeda dg BLT, PKH ada persyaratan khusus yang diterapkan pemerintah, karena PKH biasanya disebut dg istilah lain yakni conditional cash transfer atau bantuan tunai bersyarat serta peserta PKH berkewajban melaksanakan kesepakatan yang telah

ditandatangani di awal pertemuan dan penentuan kepesertaan. Peserta PKH adalah KSM yang memiliki ibu hamil (bumil) atau balita, peserta PKH adalah KSM yang memiliki anak usia 6-15 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan (SD/SMP). Peserta PKH di Kota Samarinda didampingi langsung oleh Pendampin dan Operator Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kota Samarinda (UPPKH) dan disebar di 7 kecamatan, jumlah pendamping menyesuaikan dengan jumlah peserta PKH di kecamatan tersebut. Para pendamping dan operator minimal berpendidikan D-3 dan diseleksi langsung oleh tim rekrutmen Kementrian Sosial. Disinilah letak perbedaan antara BLT dan PKH. Besarnya dana bantuan yang diterima KSM peserta PKH bervariasi antara Rp. 600rb hingga Rp. 2,2jt menyesuaikan kriteria anggota KSM tersebut serta komitmen peserta PKH dalam menjalankan kewajiban mereka sebagai peserta, bantuan tersebut dibayarkan selama

empat tahap melalui PT Pos atau BRI serta bantuan tersebut langsung diterima melalui rekening tabungan masing-masing peserta, sehingga praktik KKN dapat diminimalisir. KSM penerima bantuan akan dikurangi Rp. 50rb-Rp. 150rb dari total nominal bantuannya jika misalnya tidak memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan selama masa kehamilan atau anakanak KSM yang sekolah absensi kehadirannya di sekolah tidak mencapai 80%. Walhasil, program keluarga harapan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat serta tidak memberatkan mereka sebab bantuan itu diberikan langsung ke tabungan KSM serta bisa diambil dimanapun dan kapanpun. Dukungan Pemkot Samarinda dirasakan sangat perlu demi kelancarannya PKH tersebut, sebab mengacu pada MoU Pemkot dengan Pusat, pemerintah daerah hanya berkewajiban memastikan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan serta sarana-sarana pendukung lainnya. Kab Kutai Barat misalnya melaui APBD tahun 2013 telah menganggarkan sebesar Rp 300jt sebagai bentuk shering anggaran guna berjalannya program nasional tersebut. Namun disayangkan hingga saat ini Pemkot Samarinda belum membukan mata untuk lebih memperhatikan, padahal seyogyanya PKH merupakan program percepatan penanggulangan kemiskinan sehingga KSM Peserta PKH hanya mendapatkan bantuan dari Pusat saja.

You might also like