Professional Documents
Culture Documents
Dwi Akbarini Click to edit Master subtitle style (70.2008.039) Pembimbing: dr. Susi Handayani, M.Sc, Sp.An
2/3/13 11
Abstrak
Artikel ini akan membahas peran penilaian preoperatif dan bagaimana kaitannya dengan penyaringan preoperatif, riwayat dan pemeriksaan anestesi, penyelidikan-penyelidikan dasar dan lanjutan yang sesuai, alat untuk penilaian resiko, metode pengurangan resiko (termasuk perencanaan anestesi), arahan untuk tim spesialis dan premedikasi.
2/3/13 22
Penilaian preoperatif sama pentingnya dengan melakukan prosedur anestesi. Peran anestesi terbagi menjadi tiga bagian utama:
q 2/3/13
q q q q
Penyakit ginjal Penyakit lambung dan hati perlindungan gigi penyangga gigi palsu sarung gigi mahkota gigi gigi palsu
Pemeriksaan umum akhir: sesak nafas status gizi anaemia atau sianosis kesehatan mental obat ( misalnya nebulizer, inhaler, semprotan gliseril trinitrat)
66
2/3/13
Pemeriksaan pernapasan : bukti pernapasan yang disetujui bunyi paru-paru yang abnormal trauma pasien bunyi nafas yang hilang penyimpangan trakea atau hyper-resonance
preoperatif
Penilaian preoperatif merupakan poin pertama seorang ahli anestesi yang berhubungan dengan pasien. Penilaian preoperatif adalah satusatunya kesempatan untuk menilai 2/3/13 88 pasien di luar ruang bedah. Penilaian
Setelah memutuskan bahwa pembedahan sesuai (seperti yang akan terjadi pada kebanyakan pasien), informasi yang diperoleh dari penilaian harus digunakan untuk mengurangi sebanyak mungkin resiko bagi pasien.
2/3/13
99
Penilaian preoperatif merupakan waktu yang tepat untuk merencanakan prosedur dengan pasien. Saat ini, ada banyak teknik anestesi yang tersedia bagi kebanyakan operasi. Penggunaan teknik-teknik tergantung pada:
ini
apakah teknik ini memadai untuk rencana pembedahan keselamatan penggunaan teknik
Penilaian anestesi
Penilaian anestesi seperti konsultasi medis lainnya terbagi menjadi dua bagian: riwayat dan pemeriksaan. Tujuan dari riwayat ini untuk mengidentifikasi potensi masalah dan untuk memperkirakan tingkat cadangan fungsional. Pemeriksaan anestesi, seperti riwayat anestesi, lebih terfokuskan dibandingkan pemeriksaan umum. 2/3/13 1111
Pengecekan darah secara lengkap Urea dan elektrolit Glukosa darah Rasio normalisasi internasional ECG Radiograf dada
2/3/13 1212
Alat ukur resiko yang paling sering digunakan dalam anestesi adalah sistem skor ASA (American Society of Anesthesiologists)(tabel 4). Morbiditas meningkat dua kali lipat dengan ASA meningkat satu kategori dan mortalitas meningkat sekitar 6 kali lipat. Walaupun sistem skor ASA 2/3/13 1414 merupakan sistem skor yang sangat
Modifikasi Detsky
Pengukur resiko Goldman merupakan sistem skor yang bermanfaat yang dapat digunakan untuk memberikan nilai numerik menstratifikasikan resiko secara luas. Dengan alat ukur ini pasien distratifikasikan dengan skor: 0-15, resiko rendah; 20-30, resiko menengah;
2/3/13
1515
Alat ukur tersebut menggunakan skor numerik (20) untuk faktor-faktor seperti kemunculan aortic stenosis dan angina kelas 4, skor yang lebih rendah (10) untuk kemunculan oedema pulmonalis, angina yang tidak stabil, myocardinal miokard dalam waktu 6 bulan dan operasi emergensi, Dan skor rendah (5) untuk kemunculan ritme jantung non sinus dan kesehatan umum yang buruk.
2/3/13 1616
Alat ukur untuk resiko noncardiopulmonary tidak dibangun dengan baik dan oleh karenanya tidak digunakan secara luas. Laryngoscopy dan intubasi yang sulit dapat terjadi sampai 8,5% dari prosedur yang menggunakan anestesi umum (biasanya dalam prosedur kebidanan) Alat yang paling sering digunakan untuk mengukur resiko ini adalah 2/3/13 1717 teknik Mallampati, yang melibatkan
Pengurangan resiko
Pengurangan resiko dapat dibagi ke dalam tiga bagian: merencanakan teknik; penyerahan pasien ke tim kesehatan lainnya; dan premedikasi.
2/3/13
1818
Merencanakan teknik melibatkan diskusi, dengan pasien, teknik anestetik yang akan memungkinkan operasi dijalankan dengan memadai, dan akan mengurangi resiko yang teridentifikasi dalam proses pengukuran. Proses perencanaan harus melibatkan pemahaman yang cermat mengenai prosedur operasi, faktor-faktor resiko pasien individual, keuntungan dan kerugian teknik anestesik dan apresiasi keinginan pasien.
2/3/13 1919
Penyerahan pasien:
Penyerahan pasien pada tim kesehatan lainnya akan menunda operasi. Oleh karenanya, penting untuk melibatkan dokter yang mengoperasi dan pasien tersebut. Pasien-pasien paling sering diserahkan kepada tim kesehatan yang berada pada bidang kardiologi, obat respiratoris, dan endokrinologi. Jika terdapat waktu, penyerahan ini memungkinkan optimisasi medis mengenai kondisi medis yang ada. Kondisi, bagi optimisasi medical (sering oleh tim spesialis) bermanfaat, seperti yang ditulis pada tabel 5.
2/3/13 2020
Penyakit Kardiovaskular Penyakit jantung iskemik dengan daya tahan kerja yang buruk Kegagalan kardiak dengan daya tahan kerja yang buruk Disritmia yang tidak terkontrol Penyakit valvular simptomatis (operasi mungkin diindikasikan)
2121 Hipertensi yang tidak terkontrol
2/3/13
Penyakit endokrin Diabetes mellitus yang dikontrol dengan buruk Penyakit tiroid yang dikontrol dengan buruk Penyakit cushing dan Addison Feokromositoma Penyakit hematologi Koagulopati Anemia Hemoglobinopatis gagal ginjal
2222
Penyakit 2/3/13
Premedikasi
Peran premedikasi sering diacukan kepada 6 As
Premedikan lainnya
Anti-Anginal- gliseril trinitrat (GTN) (biasanya transdermal) dan penghambat adrenergik digunakan untuk menurunkan resiko iskemia pascaoperasi. Brokondilator- agen adrenergik nebula digunakan untuk menurunkan brokospasme pada asma dan penyakit paru-paru obstruktif kronis.
2424 Insulin berkombinasi dengan
2/3/13
Referensi:
1 http://www.nice.org.uk/page.aspx? o=cG003Niceguideline National institute for clinical excellence guidance document for preoperative investigations, with recommendations for elective surgery 2 epstein S K, Faling L J, Daly B D et al. Predicting complications after pulmonary resection: preoperative exercise testing vs a multifactorial 2/3/13 2525
2/3/13
2626