You are on page 1of 36

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Sering sekali kita melihat orang merokok dimana-mana dalam kehidupan sehari-hari, di kantor, pasar, maupun tempat-tempat umum lainnya, serta di dalam rumah tangga sendiri. (Amelia: 2009). Merokok seakan sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. hal ini terbukti dari peningkatan jumlah konsumsi rokok dunia tiap tahun yang juga disertai dengan peningkatan jumlah perokok di hampir semua negara, terutama negara berkembang tiap tahunnya. (Anonymous: 2008) Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh World Health Organisation (WHO), sebuah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang kesehatan, pada tahun 2008 sepertiga dari penduduk dunia adalah perokok. Sekitar 84% dari total perokok tersebut berada di negara berkembang, sedangkan 36% lainnya berada di negara maju. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat di negara maju tentang bahaya merokok sudah baik. (Anonymous: 2008) Indonesia sendiri dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada dalam jajaran lima negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. (Anonymous: 2008) Sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang belum menandatangani dan meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun tidak beranjak turun, justru naik. (Prabandari: 2009) Menurut data Departeman Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima di dunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi sebanyak 215 milyar batang rokok setiap tahunnya setelah Republik Rakyat Cina (1,643 milyar), Amerika Serikat (451 milyar), Jepang (328 milyar), dan Rusia (258 milyar). (Nasution: 2007)

Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di sekelilingnya. (Amelia: 2009) Tercatat tidak kurang dari 4000 jenis zat kimia terkandung di dalam sebatang rokok, dan 60 zat di antaranya bersifat karsinogenik dan adiktif (Loren: 2009) Bahan kimia ini akan memacu kerja susunan saraf pusat dan susunan saraf simpatis sehingga megakibatkan tekanan darah meningkat dan denyut jantung bertambah cepat.(Amelia: 2009) Perokok aktif memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena kanker paru, kanker mulut dan tenggorokan, kanker esofagus, kanker kandung kemih, serangan jantung, serta penyakit lainnya seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, dan bronkitis kronis. Merokok juga merupakan penyebab terjadinya kanker paru 90% pada laki-laki dan 70% pada perempuan, 22% dari penyakit jantung dan pembuluh darah, bahkan kematian. (Loren: 2009) Pada tahun 2001, tercatat bahwa 22,6% atau 427,948 orang yang memiliki kebiasaan merokok maninggal dunia akibat penyakit yang timbul dari kebiasaannya merokok. (Prabandari: 2009) Dalam penelitian yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2002 tercatat bahwa total 4,2 juta penduduk dunia meninggal akibat rokok, dimana 1,8 juta di antaranya adalah laki-laki dan berasal dari negara berkembang. Kebanyakan meninggal dalam rentang usia 35 hingga 69 tahun. (Anonymous: 2008) Ibu hamil yang merokok selama kehamilannya dapat menyebabkan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, kemungkinan lahir dalam keadaan cacat, gangguan perkembangan, bahkan kematian janin. (Amelia: 2009) Efek dari rokok tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif, tetapi juga dapat dirasakan oleh perokok pasif. Efek yang timbul antara lain dapat menyebabkan stroke, kanker sinus nasal, kanker payudara, aterosklerosis, penurunan fungsi paru, serangan asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) (Prabandari: 2009) Pada anak-anak, partikel rokok yang terhirup dapat menyebabkan pneumonia, bronkitis, batuk, memperberat gejala asma, gangguan telinga tengah, dan meningkatkan resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah ketika dewasa. Pada wanita hamil, paparan asap rokok dapat mengakibatkan berat badan bayi lahir rendah, bahkan kematian bayi setelah dilahirkan atau Sudden Infant

Death Syndrome (SIDS). Data kematian pada perokok pasif juga masih cukup tinggi. Data yang didapatkan dari survei pada 23 negara di Eropa pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kematian yang berkaitan dengan perokok pasif sebesar 79.449, dengan rincian sebesar 32.342 kematian karena penyakit jantung iskemik, 28.591 karena stroke, serta kanker paru sebesar 13.241 dan PPOK sebesar 5.275.3(Bruntland: 2002) Data di Amerika menunjukkan sebanyak 38.000 perokok pasif meninggal setiap tahunnya akibat kanker paru dan penyakit jantung. (MacKay: 2006) Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari merokok, akan tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan fenomena. Artinya, meskipun sudah diketahui dampak negatif dari merokok akan tetapi jumlah perokok bukan semakin berkurang, justru semakin meningkat. Sebagian besar dari kelompok perokok ini adalah remaja pria. Dalam salah satu penelitian yang dilakukan oleh Nasution pada tahun 2007 dinyatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11-13 tahun dan umumnya individu pada usia tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun. Dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa 20% dari total perokok di Indonesia adalah remaja dengan rentang usia antara 15 hingga 21 tahun. (Nasution: 2007) Data WHO menguatkan temuan ini, dimana 30% dari total perokok yang ada di dunia adalah remaja. (Anonymous: 2008). Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok. Menurut Kurt Lewin perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan oleh faktor lingkungan. (Nasution: 2007) Salah satu faktor lingkungan yang paling berperan adalah pengaruh teman. Penelitian yang dilakukan oleh komalasari dan Helmi pada tahun 2008 pada remaja yang merokok, 87% di antaranya memiliki sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok (Komalasari: 2008). Hal ini juga berlaku pada mahasiswa kedokteran. Dalam penelitian yang dilakukan di Dokuz Elyul University of Medical School juga didapati bahwa penyebab tersering dari seorang mahasiswa untuk menjadi perokok adalah

pengaruh dari teman-teman sebaya. Dari hasil penelitian tersebut juga didapati bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa akan bahaya rokok cukup tinggi. Sebanyak 88,5% mahasiswa merasa tidak nyaman akan keberadaan perokok di sekitar mereka. Namun, hanya 34,6% dari mahasiswa kedokteran yang diteliti yang menegur bila melihat orang merokok (Itil: 2004) Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009 disebutkan bahwa 75,8% mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang sedang tentang bahaya rokok terhadap kesehatan. Namun, dalam penelitian yang sama juga disebutkan bahwa sebanyak 89,9% mahasiswa memiliki sikap yang baik terhadap perilaku merokok (Loren: 2009). Penelitian lain yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada menunjukkan 9,3% mahasiswa laki-laki adalah perokok, dan mereka tetap merokok meskipun telah menyandang status sebagai mahasiswa kedokteran (Prabandari: 2009). Kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat sebagai calon dokter sepantasnya mahasiswa kedokteran memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya rokok terhadap kesehatan, dan tidak merokok. Hal ini sejalan dengan adanya pernyataan bahwa dokter dan perawat merupakan simbol praktek kesehatan yang baik, dan figur dokter yang merokok terlihat sangat mengganggu simbol panutan kesehatan tersebut (Itil: 2004). Dalam Tobacco atlas yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2002 disebutkan bahwa hampir di setiap negara dapat kita jumpai sejumlah dokter yang merokok. Kebanyakan dari mereka adalah laki-laki, namun pada beberapa negara seperti Bosnia Herzegovina dan Spanyol persentase dokter perempuan yang

merokok juga cukup besar. Negara dengan jumlah dokter perokok yang terbanyak adalah Bosnia Herzegovina, yaitu sebanyak 55% dari total dokter yang ada di negara tersebut. Sedangkan India menjadi negara dengan jumlah dokter paling sedikit merokok, hanya 3%. Indonesia sendiri memiliki total 9% dokter yang merokok, dengan rincian 8% laki-laki dan 1% wanita (Bruntland: 2002) Keadaan yang kurang lebih sama juga dijumpai pada komunitas dokter muda. Mereka, yang telah menamatkan pendidikan sarjana kedokteran dan akan segera menjadi dokter sepatutnya memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya

rokok dan menjauhinya. Dokter muda juga selayaknya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Akan tetapi, masih banyak kita jumpai dokter muda yang merokok.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku merokok di kalangan dokter muda di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah faktor pengetahuan berhubungan dengan perilaku merokok pada dokter muda di RSUDZA Banda Aceh? 2. Apakah faktor psikologis berhubungan dengan perilaku merokok pada dokter muda di RSUDZA Banda Aceh? 3. Apakah faktor lingkungan berhubungan dengan perilaku merokok pada dokter muda di RSUDZA Banda Aceh? 4. Apakah faktor teman berhubungan dengan perilaku merokok pada dokter muda di RSUDZA Banda Aceh? 5. Apakah faktor peran keluarga berhubungan dengan perilaku merokok pada dokter muda di RSUDZA Banda Aceh? 6. Apakah faktor iklan berhubungan dengan perilaku merokok pada dokter muda di RSUDZA Banda Aceh?

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada dokter muda di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.

1.4.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan pengetahuan. 2. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan psikologis. 3. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan pengaruh lingkungan. 4. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan pengaruh teman. 5. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan peran keluarga. 6. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan pengaruh iklan.

1.5. Manfaat Penelitian Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam menyusun sebuah penelitian. Bagi Institusi Kesehatan Sebagai bahan informasi untuk penelitian dan penyuluhan kesehatan sebagai usaha preventif. Bagi Pihak-Pihak yang Berwenang Sebagai bahan masukan terhadap orang tua, masyarakat, dan dokter pendidikan dalam mendidik calon-calon dokter.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada dokter muda yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin, Banda Aceh.

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Perilaku Merokok 2.1.1. Perilaku Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons. (Notoatmodjo, 2002) Sarwono (1993) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Menurut Morgan (1986) tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan sesuatu yang konkrit yang dapat diobservasi, direkam maupun dipelajari. Walgito (1994) mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam pengertian yang luas yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inert behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut di samping aktivitas motoris juga termasuk aktivitas emosional dan koqnitif. Chaplin (1999) memberikan pengertian perilaku dalam dua arti. Pertama perilaku dalam arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami seseorang. Pengertian yang kedua, perilaku didefinisikan dalam arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat diamati. (Nasution, 2007) Menurut teori Lawrence Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor: 1. Faktor- faktor predisposisi yang terwujud dalam bentuk: umur, gender, pendidikan, sikap, pengetahuan, nilai dan norma. 2. Faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam bentuk: keterjangkauan sumber daya, fasilitas-fasilitas, dan keterampilan. 3. Faktor-faktor penguat yang terwujud dalam bentuk: peran keluarga, dan peran masyarakat.(Sari, 2003)

2.1.2. Jenis Perilaku Skinner membedakan perilaku menjadi dua bagian yaitu :

a. perilaku alami ( innate behavior ) yaitu perilaku yang dibawa sejak lahir berupa refleks dan insting. Contoh dari perilaku ini adalah; gerakan refleks atau spontan ketika tangan terkena panas api, kedipan mata bila kena cahaya yang kuat. Perilaku ini secara otomatis digerakkan tanpa melalui pusat susunan syaraf. Jadi reson akan timbul seketika setiap terkena stimulus otomatis. b. perilaku operan (operant behavior) adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Perilaku jenis ini dikendalikan oleh pusat syaraf atau kesadaran otak. Pada kaitan ini setelah stimulus diterima, kemudian dilanjutkan ke otak. Perilaku jenis ini lebih dominan dibanding perilaku alami. (Sosiawan, 2007) Benyamin Bloom membagi perilaku dalam 3 domain, yaitu: 1) Kognitif ( pengetahuan ) 2) Afektif ( sikap ) 3) Psikomotor ( tindakan ) (Notoatmodjo, 2002) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan karena diperlukan beberapa faktor pendukung untuk mencapai suatu tindakan, antara lain: 1) Persepsi ( perception ) Mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2) Respon terpimpin ( guided response ) Artinya bahwa subjek dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. 3) Mekanisme ( mecanism ) Artinya apabila seeorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis sehingga sesuatu itu menjadi suatu kebiasaan. 4) Adopsi ( adoption ) Merupakan suatu praktek yang sudah berkembang dengan baik, tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut ( Notoatmodjo, 2002 ) Lawrence Green ( 1980 ) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi 2 faktor

pokok, yakni perilaku ( behavior causes ) dan factor diluar perilaku ( non behavior causes ). (Notoatmodjo, 2002) Perilaku kesehatan ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : 1) Faktor predisposisi ( predisposing factors ) Faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain : pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai tradisi. 2) Faktor pendukung ( enabling factors ) Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana kesehatan. 3) Faktor pendorong ( reinforcing factors ) Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku pasien. (Notoatmodjo, 2002). Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1. Awwarenes ( kesadaran ), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. 2. Interest ( merasa tertarik ), terhadap stimulasi atau objek tersebut. 3. Evaluation ( evaluasi ), menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial ( mencoba ), dimana subjek mulai mencoba sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adoption ( adopsi ), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus ( Notoatmodjo, 2002)

2.1.3. Pengertian Perilaku Merokok Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut.(Nasution, 2007)

Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas social, status, serta kelompok umur yang berbeda. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh di mana pun juga. Poerwadarmita (1995) mendefinisikan merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas (Nasution, 2007) Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Amstrong, 1990). Danusantoso (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahw aperilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisap serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orangorang disekitarnya (Nasution, 2007)

2.1.4. Tipe Perilaku Merokok Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu: 1. Tahap Prepatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau hasil dari bacaan. Hal ini menimbulkan minat untuk merokok. 2. Tahap initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan memeruskan atau tidak terhadap perilaku merokok. 3. Tahap becoming a smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. 4. Tahap Maintenance of smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. (Komalasari, 2000) Menurut Tomkins (1991) ada empat tipe perilaku merokok sbb :

10

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok, seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Ditambahkan, ada tiga sub tipe ini yakni (1) merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan, (2) merokok hanya dilakukan sekadarnya untuk menyenangkan perasaan, dan (3) kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak. c. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya. d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Pada orangorang tipe ini, merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis. (Nasution, 2007) Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe pokok tersebut adalah: 1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari. 2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari. 3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. (Nasution, 2007)

11

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mutadin (2002) menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi: 1. Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik. a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih

menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area. b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll) 2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi. a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam. b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan senagai orang yang suka berfantasi. (Nasution, 2007)

2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa sesorang merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan. Menurut lewin perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan. (Komalasari, 2000) Mutadin (2002) mengemukakan alasan merokok, antara lain: 1. Pengaruh orang tua Menurut Baer&Corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk

12

terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. 2. Pengaruh teman Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakn banyak remaja merokok maka semakn besar kemunkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. 3. Faktor kepribadian Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada pengguna obat-obat(termasuk alcohol)ialah konformitas sosial. 4. Pengaruh iklan Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampikan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour. (Mutadin, 2002) Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen tentang faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu : 1. Faktor Biologis Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergan tungan merokok. Pendapat ini didukung Aditama(1992) yang mengatakan nikotin dalam darah perokok yang cukup tinggi. 2. Faktor Psikologis Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa

kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sult untuk dihindari. 3. Faktor Lingkungan Linkungan social berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya.

13

4. Faktor Demografis Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok di usia dewasa semakin banyak, akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tudak terlalu berperan karena baik pria maupun wania sekarang sudah merokok. 5. Faktor Sosiol budaya Kebiasaan budaya, kelas social, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada idividu. 6. Faktor Sosial Politik Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat melindungibagi orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. (Wahyuni, 2008)

2.1.6. Motif Perilaku Merokok Laventhal & Chearly menyatakan motif seseorang merokok terbagi menjadi dua motif utama , yaitu : 1. Faktor Psikologi Pada umumnya faktor-faktor terbagi ke dalam lima bagian, yaitu: a. Kebiasaan Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negative ataupun positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunnya tanpa tujuan tertentu. b. Reaksi emosi yang positif Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukkan kejantanan (kebanggan diri) dan menunjukkan kedewasaan. c. Reaksi untuk penurunan emosi Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain. d. Alasan Sosial

14

Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain , dan untuk menentuka image diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya paksaan teman-temannya. e. Kecanduan dan ketagihan Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan. Kecanduan terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di dalam rokok. Semula hanya mencoba-coba rokok, akhirnya tidak dapat menghentikan perilaku tersebut karena kebutuhan tubuh akan nikotin. 2. Faktor biologis Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok secar biologis.(Nasution, 2007) 2.2. Rokok 2.2.1. Defenisi Rokok Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Dibalik kegunaan atau manfaat rokok juga terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok. Perilaku merokok dapat dikatakan sebagai kegiatan sewaktu menghisap tembakau yang dilakukan oleh individu. Perilaku merokok terjadi pada saat individu berusia remaja, kebiasaan merokok ini akan terus berlanjut sampai individu memasuki masa dewasa dan biasanya orang merokok untuk mengatasi masalah emosional. Bagi sekelompok orang, merokok merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan sekaligus dapat dijadikan teman dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang tergolong santai, bahkan ada pula yang beranggapan bahwa merokok merupakan sebuah bantuan yang sangat dibutuhkan untuk mengurangi kegelisahan ataupun ketegangan (Rasti, 2008). Rokok merupakan salah satu bentuk industri dan komoditi internasional yang menandung sekitar 1.500 bahan kimiawi. Unsur-unsur yang penting antara lain: tar, nikotin, benzopyrin, metilkloride, aseton, ammonia, dan carbon

15

monoksida. Diantara sekian banyak zat berbahaya ini, ada 3 yang paling penting, khususnya terhadap kanker, yakni tar, nikotin dan carbon monoksida (Bustan, 2000). Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin (Kelana, 2008).

2.2.2. Kandungan Zat dalam Rokok a. Carbon Monoksida Gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. b. Nikotin Salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan. c. Benzo(a)pyrene Salah satu jenis hidrokarbon aromatic polisiklik, sejauh ini termasuk bahan karsinogen yang paling banyak diteliti dan dikenal sebagai agen penyebab mutasi. d. Acrolein Acrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna, seperti aldehyde. Zat ini diperoleh dengan mengambil cairan dari glyceril atau dengan

mengeringkannya. Zat ini sedikit banyaknya mengandung bahan alkohol. Dengan kata lain, acrolein itu adalah alkohol yang cairannya telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan. e. Ammonia Ammonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hydrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Ammonia ini

16

sangat gampang memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya racun yang terdapat pada ammonia itu, sehingga kalau disuntikkan sedikitpun kepada peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan ataupun koma. f. Formic Acid Formic acid adalah jenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat berbuat lepuh. Zat ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini dapat membuat seseorang merasa digigit semut. Bertambahnya jenis acid apapun di peredaran darah dapat menambah cepatnya pernapasan seseorang. g. Hydrogen Cyanide Hydrogen Cyanide adalah jenis zat yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunya rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan serta mudah terbakar. Zat ini sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat menyebabkan kematian. h. Formaldehyde Formaldehyde adalah jenis gas yang tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas ini adalah tergolong pengawet dan pembasmi hama. Salah satu jenis formaldehyde ini ialah formalin. Formaldehyde ini banyak digunakan sebagai pengawet di laboratorium. i. Nitrous oxide Nitrous oxide adalah jenis gas yang tidak berwarna, dan jika diisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa sakit. Nitrous oxide ini adalah jenis zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai anestesia (zat pembius) waktu diadakan operasi. j. Phenol Phenol adalah campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, dan juga diperoleh dari ter arang. Bahan ini adalah merupakan zat racun yang sangat membahayakan. Phenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktifitas enzyme. k. Acetol

17

Acetol adalah dari hasil pemanasan aldehyde sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol. l. Hydrogen Sulfide Hydrogen sulfide adalah sejenis gas beracun yang gampang terbakar dengan nau yang keras. Zat ini mengalami oxidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen). m. Methyl Chloride Methyl chloride adalah sesuatu dari zat-zat bervalensa satu dimana hidrogen dan karbon merupakan unsur utama. Zat ini adalah merupakan compound organis yang sangat beracun. Uapnya dapat berperan sebagai anestesia. n. Methanol Methanol adalah jenis cairan ringan yang gampang menguap, dan mudah terbakar. Cairan ini dapat diperoleh dengan penyulingan bahan kayu atau dari sintesis karbon monoxyda dan hydrogen. Meminum atau mengisap methanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian. o. Tar Zat ini sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang diperoleh dengan distilasi dari kayu atau arang. Tar ini juga didapat dari getah tembakau. Tar yang terdapat dalam rokok terdiri dari ratusan zat kimia yang dapat menyebabkan kanker pada manusia. Bilamana zat-zat itu diisap waktu merokok akan mengakibatkan kanker paru-paru (Nainggolan, 1998).

18

Sumber : Rusdianto, 2007 Gambar 1. Komposisi Rokok

Menurut Fadli (2008), efek jangka panjang dari penggunaan tembakau adalah timbulnya berbagai penyakit, antara lain: a. b. Kecanduan nikotin. Berbagai macam kanker, terutama kanker paru, ginjal, tenggorokan, leher, payudara, kandung kemih, pankreas dan lambung. Satu dari enam pria perokok akan menderita kanker paru. c. Penyakit jantung dan pembuluh darah: stroke dan penyakit pembuluh darah tepi. d. Penyakit saluran pernapasan: flu, radang saluran pernapasan (bronkhitis), penyakit paru obstruktif kronis. e. f. g. h. Cacat bawaan pada bayi dari ibu yang merokok selama kehamilan. Penyakit Buerger. Katarak. Gangguan kognitif (daya pikir): lebih rentan terhadap Penyakit Alzheimer (pikun), penyusutan otak. i. Impotensi.

19

Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Para perokok menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaannya, tetapi

karena benar-benar telah menjadi kebiasaan.

2.2.3. Bahaya Rokok Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8 20 mg nikotin dan setelah di bakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia. Nikotin itu di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotonin. Meningkatnya sorotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang (Prasetya, 2009). Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, carbon monoksida,dan sebagainya. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap

20

melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas. Perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker. Berdasarkan data demografi Universitas Indonesia, sebanyak 427.948 orang meninggal di Indonesia rata-rata per tahunnya akibat berbagai penyakit yang disebabkan rokok ( Depkes, 2008).

2.2.4. Rokok terhadap Susunan Saraf Pusat (Loren, 2009) Nikotin yang diabsorpsi dapat menimbulkan tremor tangan dan kenaikan berbagai hormone dan neurohormon dopamine di dalam plasma. Berdasarkan rangsangannya terhadap chemoreceptors trigger zone dari sumsum tulang belakang dan stimulasinya dari refleks vagal, nikotin menyebabkan mual dan muntah. Dilain pihak, nikotin itu diterima oleh reseptor asetilkolin nikotinik yang kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya, perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin, meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan senang sekaligus mencari tembakau lagi. Efek dari tembakau memberi stimulasi depredi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.

2.2.5. Rokok terhadap Penyakit Kardiovaskuler (Loren, 2009)

21

Pada seseorang yang merokok, asap tembakau akan merusak dinding pembuluh darah. Kemudian, nikotin yang terkandung dalam asap tembakau akan merangsang hormon adrenalin yang akibatnya akan mengubah metabolisme lemak dimana kadar HDL akan menurun. Adrenalin juga akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Demikian pula faktor stress yang akhirnya melalui jalur hormon adrenalin, menyebabkan proses penyakit jantung koroner terjadi sebagaimana asap tembakau tadi. Seseorang yang stress yang kemudian mengambil pelarian dengan jalan merokok sebenarnyya sama saja dengan menambah resiko terkena jantung koroner. Sekitar 90% penderita arteritis obliteran pada tingkat III dan IV umumnya akan terkena penyakit jantung. Oleh karena proses penyempitan arteri koroner yang memperdarahi otot jantung, maka ketidakcukupan antara kebutuhan dengan suplai menimbulkan kekurangan darah (ischemia). Bila melakukan aktifitas fisik atau stress, kekurangan aliran darah meningkat sehingga menimbulkan sakit dada. Penyempitan yang berat atau penumbatan dar salah satu atau lebih arteri koroner berakhir dengan kematian jaringan/komplikasi dari infark miokard termasuk irama jantung tidak teratur dan jantung berhenti mendadak. Iskemia yang berat dapat menyebabkan oto jantung kehilangan kemampuannya untuk memompa sehingga terjadi pengumpulan cairan di jaringan tepi maupun penimbunan cairan di paru-paru. Orang-orang yang merokok lebih dari 20 batang tembakau/hari memiliki risiko 6 kali lebih besar terkena infark miokard dibandingkan dengan bukan perokok. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama dari kematian di negara-negara industri dan berkembang, yaitu sekitar 30% dari semua penyakit jantung berkaitan dengan tembakau.

2.2.6. Resiko terhadap Arteriosklerosis (Loren, 2009) Merokok merupakan penyebab utama timbulnya penyakit ini, yaitu

menebal dan mengerasnya pembuluh darah. Arteriosklerosis menyebabkan pembuluh darah kehilangan elastisitas serta pembuluh darah menyempit.

22

Arteriosklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah. Wanita yang merokok dan menggunakan pil kontrasepsi mempunyai kemungkinan untuk menderita penggumpalan darah sekitar 10%. Dari 100% yang menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah (Arteriosklerosis Obliteran), 99 di antaranya adalah perokok: Ada 4 tingkat gangguan Arteriosklerosis Obliteran, yaitu: a. Tingkat I: tanpa gejala b. Tingkat II: kaki sakit saat latihan, misalnya berjalan lebih dari 200m dan kurang dari 200m dan keluhan hilang saat istirahat c. Tingkat III: keluhan timbul saat istirahat umumnya saat malam hari dan bila tungkai ditinggikan d. Tingkat IV: jaringan mati. Dalam stadium ini tindakan yang mungkin adalah amputasi. Jika penyumbatan terjadi di percabangan aorta daerah perut akan menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula timbulnya ereksi.

2.2.7. Rokok terhadap Tukak Lambung (Loren, 2009) Di dalam perut dan usus dua belas jari terjadi keseimbangan antar pengeluaran asam yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan. Temabakau meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan usus dua belas jari. Perokok menderita gangguan dua kali lebih tinggi daripada bukan perokok.

2.2.8. Rokok terhadap Bayi (Loren, 2009) Ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan prematur. Jika kedua orang tuanya perokok mengakibatkan daya tahan bayi menurun pada tahun pertama, sehingga akan menderita radang paru-paru maupun bronkhitis dua kali lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap infeksi lain meningkat 30%. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya merokok menunjukkan perkembangan mental terbelakang.

23

2.2.9. Rokok terhadap Otak dan Daya Ingat (Loren, 2009) Akibat proses aterosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen. Kelainan tersebut dibagi menjadi empat bentuk: a. Tingkat I: penyempitan kurang dari 75% tanpa disertai keluhan. b. Tingkat II: defisit neurologis sementara c. Tingkat III: defisit neurologis yang menghilang disekitar 3 hari atau frekuensinya meningkat d. Tingkat IV: terjadinya infark otak lengkap dan menyebabkan defisit neurologis yang menetap Studi tentang hubungan tembakau dan daya ingat juga dilakukan baru-baru ini. Dari hasil analisis otak, peneliti dari Neuripsychiatric Institute University of California menemukan bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel yang digunakan untuk berfikir pada orang yang merokok jauh lebih rendah daripada orang yang tidak merokok.

2.2.10. Rokok terhadap Impotensi (Loren, 2009) Pada laki-laki berusia 30-40 tahun, merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Oleh karena itu, pembuluh darah harus dalam keadaan baik. Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang menuju penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari tubuh.

2.2.11. Rokok terhadap Kanker (Loren, 2009) Insidensi kanker paru mempunyai hubungan antar rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko

24

kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dar perokok pasif (Amin, 2006). Asap tembakau bertanggung jawab terhadap lebih dari 85% kanker paru-paru dan berhubungan dengan kanker mulut, faring, laring, esofagus, lambung, pankreas, saluran kencing, ginjal, ureter, kandung kemih, dan usus. Tipe kanker mulut yang umumnya terjadi pada petembakau: a. Kanker kandung kemih b. Kanker esofagus c. Kanker pada ginjal d. Kanker pada pankreas e. Kanker serviks f. Kanker payudara g. Dll Mekanisme kanker yang disebabkan tembakau yaitu sebagai berikut: merokok menyebabkan kanker pada berbagai organ, tetapi organ yang terpengaruh langsung oleh karsinogen adalah saluran nafas. Sebagian besar karsinogen dalam asap tembakau ditemukan pada fase tar seperti PAH dan fenol aromatik. Tembakau yang mengandung nitrosamin dan derivat nikotin juga bersifat karsinogen karena mudah diabsorbsi ke dalam darah. Berkembangnya pengetahuan tentang karsinogen meningkatkan usaha mengurangi konsentrasi berbagai senyawa dan kadar tar menurun hampir 3 kali sejak tahun 1955. Pengurangan kadar senyawa tertentu dalam tembakau akan mengubah pola merokok untuk memenuhi kebutuhannya.

2.2.12. Rokok terhadap PPOK (Loren, 2009) Kebiasaan merokok mengubah bentuk jaringan saluran nafas dan fungsi pembersih menghilang, saluran nafas membengkak dan menyempit. Seseorang yang menunjukkan gejala batuk berat selama paling kurang 3 bulan pasa setiap

25

tahun berjalan selama 2 tahun, dinyatakan mengidap bronkitis kronik. Hal tersebut terjadi pada separuh perokok di atas umur 40 tahun. Bronkus yang melemah kolaps sehingga udara tidak bisa disalurkan dan alveoli melebar menimbulkan empisema paru-paru. Teori hubungan rokok-PPOK yang saat ini digandrungi adalah peran keseimbangan oksidan-antioksidan dalam pemeliharaan integritas paru. Oksidan berkemampuan merusak sel perenkim serta jaringan ikat dari ekstraseluler, melalui sifatnya sebagai bahan kimia yang elektrofilik reaktif. Asap rokok dapat meningkatkan kadar oksidan melalui peningkatan sel radang antara lain makrofag alveolar meningkat 2-4 kali, netrofil meningkat 3-5 kali, hal yang mengakibatkan bertambahnya kadar superoksida dan hidrogen peroksida. Asap rokok juga bertindak sebagai oksidan serta menekan aktifitas silia, dan dapat mengakibatkan hipertrofi mukus. Kerusakan saluran nafas umumnya dan paru-paru khususnya tersebut dipengaruhi oleh beberapa mekanisme di bawah ini sehingga terjadi penyakit paru obstruksi kronik. a. Cedera akibat oksidasi 1. Oksidasi langsung Fase tar mengandung kuinon, radikal bebas, semikuinon dan hidrokuinon dalam bentuk matriks polimer. Fase gas mengandung nitric oxide. Senyawa ini dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak. 2. Oksidasi pada cell-mediated Asap tembakau mengakibatkan peningkatan jumlah neutrofil dan makrofag secara nyata pada petembakau yang secara normal tidak terjadi pada bukan petembakau. Neutrofil yang dirangsang untuk melepaskan protease dan oksigen dari radikal bebas. Petembakau mengalami penurunan kadar vitamin E pada cairan alveolar, penurunan konsentrasi vitamin C dalam plasma dan peningkatan superoksida dismutase (SOD) serta aktivitas katalase dalam makrofag secara mencolok. b. Aktivasi imunologik

26

Perokok mengalami peningkatan kadar immunoglobulin E serum. Penyebab belum diketahui tetapi peningkatan mencapai hampir 2 kali lipat. Toksisitas dan kerusakan sel akibat oksidasi menimbulkan kerusakan permeabilitas sel mukosa saluran nafas, sehingga memudahkan alergen untuk merangsang sel menjadi aktif secara imunologik. Merokok akan menimbulkan aktivitas subset limfosit T untuk

menghasilkan interleukin-4, suatu sitokin yang merangsang pembentukan imunoglobulin E. Hubungan kadar imminoglobulin E dan perburukan fungsi paru sudah terbukti pada asma (penempitan saluran nafas), tetapi hal ini belum terbukti jelas pada perokok yang tidak mederita asma.

27

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Variabel Independen: pengetahuan, riwayat merokok, psikologis, pengaruh lingkungan, pengaruh teman, peran keluarga, dan pengaruh iklan. Variabel dependen: perilaku merokok.

Pengaruh Lingkungan

Pengaruh Teman

Psikologis

Peran Keluarga

Pengetahuan

Perilaku Merokok

Pengaruh Iklan

28

3.2. Definisi Operasional No Variabel Dependen 1 Perilaku Merokok Kegiatan atau perbuatan menghisap rokok Kuisioner Definisi Alat Ukur Cara Ukur Angket Hasil Ukur Merokok Tidak merokok Skala Ukur Nominal

No

Variabel Independen

Definisi

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur Baik Sedang Kurang

Skala Ukur Ordinal

Pengetahuan Mengetahui bahaya merokok

Kuisioner

Angket

Psikologis

Efek

yang Kuesioner Angket

Ada kepuasan psikologis Tidak ada kepuasan psikologis

Rasio

diperoleh dari merokok yang berupa keyakinan dan perasaan yang menyenangkan yang dirasakan subjek. 3 Pengaruh Lingkungan Pengaruh masyarakat terhadap individu yang merokok. 4 Pengaruh Sejauh mana Kuisioner Angket Kuisioner Angket

Ada Tidak ada

Rasio

Ada

Rasio

29

Teman

subjek mempunyai teman kelompok teman merokok. yang atau

Tidak ada

Peran Keluarga

Bagaimana penerimaan orang terhadap perilaku merokok tua

Kuisioner

Angket

Permisif Tidak permisif

Rasio

Pengaruh Iklan

Pengaruh dari Kuisioner media yang (televisi, pmflet, koran) iklan ada

Angket

Ada Tidak ada

Rasio

3.3 Cara Mengukur Variabel Perilaku merokok Merokok Tidak merokok : bila responden merokok 1 batang perhari : bila responden merokok < 1 batang perhari

Pengetahuan Baik Sedang Kurang : bila didapat jawaban : bila didapat jawaban : bila didapat jawaban : bila didapat jawaban median : bila didapat jawaban < median

Kepuasan Psikologis Ada Tidak ada

Faktor lingkungan
30

Ada Tidak ada

: bila didapat jawaban median : bila didapat jawaban < median : bila didapat jawaban median : bila didapat jawaban < median : bila didapat jawaban median : bila didapat jawaban < median : bila didapat jawaban median : bila didapat jawaban < median

Pengaruh teman Ada Tidak ada

Peran keluarga Permisif Tidak permisif

Pengaruh iklan Ada Tidak ada

31

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan design Cross Sectional Survey yaitu pengumpulan data pada suatu saat (Point Time Approach).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh. 4.2.2. Waktu Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-23 Maret 2011. 4.3. Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah seluruh dokter muda laki-laki yang tercatat dalam siklus reguler Kepaniteraan Klinik Senior di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh. 4.4. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian dari seluruh dokter muda laki-laki yang tercatat dalam siklus reguler Kepaniteraan Klinik Senior di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh. 4.4.1. Cara Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara nonprobalility sampling (quota sampling). Besarnya sample ditentukan dengan rumus Slovin:

n=
Keterangan: N = besar populasi = 214 n = besar sampel = 68

= 68

32

d = tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,1)

4.4.2. Kriteria Sampel Dokter muda laki-laki di RSUDZA Banda Aceh. Terdaftar dalam siklus reguler Kapaniteraan Klinik Senior. Sampel diambil secara acak hingga memenuhi quota yang telah ditetapkan.

4.5. Cara Pengambilan Data Data yang diambil adalah data primer yang diperoleh melalui angket dan dilakukan langsung oleh peneliti dengan alat ukur berupa kuisioner.

4.6. Manajemen Data 4.6.1. Editing Editing yaitu memeriksa kembali data yang diperoleh untuk menghindari kesalahan data, jaminan data sudah lengkap dan benar(Budiarto: 2002). 4.6.2. Coding Coding yaitu pemberian kode pada data yang diperoleh untuk memudahkan pengelolaan data(Budiarto: 2002).

4.6.3. Skoring Merupakan langkah pemberian nilai atau bobot terhadap jawaban responden sehingga dapat menghasilkan jawaban dari variabel(Budiarto: 2002).

4.6.4. Tabulating Tabulating yaitu memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam tabel(Budiarto: 2002).

4.7. Analisa Data Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat. (Notoatmodjo: 2002)

33

DAFTAR PUSTAKA Amelia, Adisti. 2009. Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Laki-Laki. Available from: http://www.repository_usu.ac.id/bitstream/123456789/14536/1/09E00589.pdf Anonymous. 2008. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2008. Available from: http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf Bruntland, Gro Harlem. 2002. The Tobacco http://www.who.int/entity/tobacco/media/en/title.pdf Atlas. Available from:

Budiarto Eko. 2002. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC, Jakarta. Bustan, 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta. Depkes, 2003. Konsumsi Tembakau dan Prevalensinya di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Fadlie, 2008. Merokok dan Kesehatan. http://fadlie.web.id/bangfad/dampak-rokok.html Available from

Gondodiputro Sharon. 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan Tembakau. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Available from: http://www.resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Rokok.pdf Itil O, Ergor G, & Ceylan E. 2004. Knowledge and Attitudes about Smoking among Students in A Medical Faculty in Turkish Respiratory J 5 (2):p86-91. Kelana, Indra , 2008. Efek Bahaya Asap Rokok Bagi Kesehatan Tubuh Manusia Akibat Sebatang Rokok Racun, Ketagihan, Candu, Buang Uang Dan Dosa. Available from http://organisasi.org/efek-bahaya-asap-rokok-bagi-kesehatantubuh-manusia-akibat-sebatang-rokok-racun-ketagihan-candu-buang-uang-dandosa.

34

Komalasari D, Helmi A.F. 2008. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Marokok pada Remaja. Universitas Gajah Mada Pres. Available from: http://www.avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilaku_merokok_avin.pdf Loren, Jeff. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap Rokok. Available from: http://www.repository_usu.ac.id/bitstream /123456789/14273/1/10E01004.pdf MacKay J, Eriksen M, & Shafey O. The Tobacco Atlas, 2nd ed. The American Cancer Society, Atlanta, USA, 2006 Mutadin Z. 2002. Remaja dan Rokok. Available from http://www.epsikologi.com/remaja.050602.htm Nainggolan, R., 1998. Anda Mau Berhenti Merokok?. Indonesia Publishing House. Bandung. Nasution, Indri Kemala. 2007. Perilaku Merokok pada Remaja. Available from: http://www.library.usu.ac.id/download/fk/132316815.pdf Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Prabandari YS, Ng Nawi, dan Padmawati RS. 2009. Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus Bebas Rokok terhadap Perilaku dan Status Merokok Mahasiswa di Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta dalam Jurnal Pelayanan Kesehatan. Vol 12, No. 4, Desember 2009, h218-225. Prasetya Y. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan Terhadap Prilaku Merokok pada Remaja. Available from http://yudaprasetya.blogspot.com/2009/02/hubunganfaktor-lingkungan-terhadap.html

Rasti, 2008. Bahaya Rokok. Available http://knoey.dagdigdug.com/2008/05/05/bahaya-merokok/ Rusdianto, 2007. Mengapa Anda Merokok. Available http://kelompokclover.blogspot.com/2007/09/sekilas-tentanrokok.html

from

from

Sari AT, Ramdhani N, Eliza M. 2003. Empati dan Perilaku Merokok di Tempat Umum. Jurnal Psikologi Tahun XXX No.2 halaman 81-90. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
35

Sosiawan EA. 2007. Konsepsi Manusia dan Perilakunya. Available from: www.edwias.com Wahyuni DS. 2008. Perilaku Merokok pada Remaja. Available from http://images.luqman1968.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SzMbIQoo CGsAAD8r0co1/Deni%20Sri%20Wahyuni%202008.doc?nmid=305949280

36

You might also like