Professional Documents
Culture Documents
=
S
n
L to 28 , 3
3
2
..............................................................(2.3)
Keterangan:
t
o
= inlet time (menit)
n = angka kekasaran Manning
S = kemiringan lahan
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
(Suripin, 2003)
b. Conduit time (t
d
), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk
mengalir di sepanjang saluran sampai ke titik kontrol yang
ditentukan di bagian hilir.
Penentuan t
d
dengan rumus :
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-15
t
d
=
V
L
s
60
.(2.4)
Keterangan:
t
d
= conduit time (menit )
L
s
= panjang saluran (m)
V
d
= kecepatan air dalam saluran (m/detik)
(Suripin, 2003)
Kecepatan air dalam saluran tergantung kepada kondisi salurannya. Untuk
saluran alami, sifat-sifat hidroliknya sulit ditentukan sehingga t
d
dapat ditentukan
dengan menggunakan perkiraan kecepatan air seperti pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Kecepatan untuk Saluran Alami
Kemiringan Rata-rata Dasar Saluran
(%)
Kecepatan Rata-rata (m/detik)
<1
1 2
2 4
4 6
6 10
10 15
0,40
0,60
0,90
1,20
1,50
2,40
Sumber : Drainase Perkotaan, 1997
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-16
2.5.3 Data Hujan
Data curah hujan yang akan dianalisa berupa array data tinggi hujan
harian maksimum dalam setahun, selama paling sedikit 10 tahun pengamatan
berturut-turut. Data hujan yang umum menjadi bahan kajian adalah (Asdak,
2003):
1. Jumlah hujan tahunan total untuk luas wilayah tertentu.
2. Variasi hujan musiman dan tahunan serta reabilitasi hujan musiman.
3. Prakiraan besarnya curah hujan rata-rata untuk luas wilayah tertentu atau
penentuan pola spasial dan perubahan kejadian hujan tunggal.
4. Frekuansi kejadian hujan untuk besaran yang berbeda dan untuk
mempelajari karakteristik statistik data hujan.
5. Prakiraan besarnya kejadian hujan terbesar untuk suatu wilayah tertentu
(Probable Maximum Precipitation).
Untuk menganalisa data curah hujan harian ini, dapat digunakan beberapa
metoda analisa distribusi probabilitas yang dipandang sangat berguna bagi
perencanaan teknis secara teoritis. Beberapa tahapan dalam menentukan curah
hujan maksimum adalah seperti dijelaskan dibawah ini :
a. Melengkapi data curah hujan yang hilang
Hasil pengukuran hujan yang diterima oleh pusat Meteorologi dan
Geofisika dari stasiun-stasiun pengamatan hujan kadang-kadang ada yang tidak
lengkap, sehingga didalam daftar hujan ada data yang hilang. Untuk melengkapi
data yang hilang itu, kit adapt melakukan perkiraan. Sebagai dasar untuk
perkiraan ini digunakan data hujan dari data hujan stasiun pengamat yang
berdekatan dan mengelilingi stasiun pengamat yang datanya tidak lengkap.
- Jika selisih antara hujan tahunan normal dari stasiun yang datanya tdak
lengkap dengan hujan tahunan normal semua stasiun kurang dari 10
%, maka perkiraan data yang hilang bisa mengambil harga rata-rata
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-17
hitung dari stasiunstasiun yang mengelilinginya atau metode
aritmatik .
- Jika selisihnya lebih dari pada 10 %, maka dapat menggunakan
metoda perbandingan rasio normal, yaitu :
) ( .
) 1 (
1
1
Rn
rn
N Rx
rx
n
i=
= ... (2.5)
Keterangan :
rx : Curah hujan yang dilengkapi
Rx : Rata-rata curah hujan pada stasiun pengamat yang salah satu tinggi
curah hujannya sedang dilengkapi
N : Banyaknya stasiun pengamat hujan untuk perhitungan N > 2
rn : Curah hujan pada tahun yang sama dengan rx pada stasiun
pembanding.
Rn : Curah hujan rata-rata tahunan pada stasiun pengamat hujan
pembanding.
(Hardjosuprapto dan Masduki, 1999)
b. Uji Konsistensi Data Curah Hujan
Data-data yang dipakai untuk untuk keperluan perencanaan drainase
adalah data hujan harian maksimum yang memenuhi persyaratan baik kualitas
maupun kuantitas.
Sebelumnya harus ditentukan, apakah terjadi penyimpangan data hujan,
atau ketidakkonsistensian, atau non homogenitas yang bisa mengakibatkan hasil
perhitungan menjadi tidak tepat. Ketidakkonsistensian data curah hujan ini
disebabkan oleh faktor :
- Perubahan mendadak pada sistem lingkungan
- Pemindahan alat ukur
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-18
- Perubahan cara pengukuran
Ketidakkonsistensian data hujan ditandai dengan beloknya grafik garis
lurus yang terdiri dari :
a) Absis, yaitu oleh harga rata-rata curah hujan dari paling sedikit 5 (lima)
stasiun hujan yang datanya dipakai dalam perhitungan perencanaan sistem
drainase .
b) Ordinat, yaitu oleh curah hujan dari stasiun yang diuji konsistensiannya.
Keduanya harus dalam tahun yang bersamaan dan diplot dalam koordinat
cartesius, yang dimulai dari data pada tahun yang terbaru. Harga rata-rata yang
diplot merupakan harga kumulatif .
Konsistensi data hujan kemudian diuji dengan garis massa ganda (double
mass curves technique). Dengan metoda ini dapat juga dilakukan koreksi datanya.
Dasar metoda ini adalah membandingkan curah hujan tahunan akumulatif dari
jaringan stasiun dasar. Curah hujan yang konsisten seharusnya membentuk garis
lurus, namun apabila tidak membentuk garis lurus, maka diadakan koreksi
sebagai berikut :
F
k
=
TL
TB
tg
tg
=
o
|
.....(2.6)
R
k
= F
k
. R.....(2.7)
Keterangan:
o, | : sudut kemiringan data hujan dari stasiun yang dicari
F
k
:
faktor koreksi
R : curah hujan asli
R
k
: curah hujan setelah dikoreksi
(Suripin, 2003)
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-19
c. Menghitung Hujan Wilayah Rata-rata Daerah Aliran
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di
seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu
(Soemarto, 1995). Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan
dinyatakan dalam mm. Curah hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa
titik pengamatan curah hujan. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari
pengamatan curah hujan di beberapa titik adalah sebagai berikut :
- Metode Rata-rata Aljabar
Metode ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di
dalam dan di sekitar daerah yang bersangkutan. Metode ini digunakan
untuk dat hujan dengan jumlah stasiun relative banyak, perbedaan stasiun
tidak terlalu besar dan selisih rata-rata kurang dari 10%.
R =
n
1
(R
1
+ R
2
+ R
3
+ +R
n
).(2.8)
Keterangan:
R : curah hujan daerah (mm)
n : jumlah titik (pos-pos) pengamatan
R
1
, R
2
, R
3
R
n
: curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)
(Tim Penulis Perguran Tinggi Swasta ,1997)
- Metode Polygon Thyssen
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata dan
masing-masing ketinggian terwakili, maka cara perhitungan curah hujan
rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-20
pengamatan (Varsheney, 1979). Curah hujan daerah itu dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
n n
n n
n
n n
R W R W R W R W R
A
R A R A R A R A
R
A A A A
R A R A R A R A
R
+ + + + =
+ + + +
=
+ + + +
+ + + +
=
......
.....
.....
.....
3 3 2 2 1 1
3 3 2 2 1 1
3 2 1
3 3 2 2 1 1
..............(2.9)
Keterangan:
R : Curah hujan daerah
R
1
, R
2,
R
3
,R
n
: Curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah
jumlah titik-titik pengamatan
A
1
, A
2,
A
3
,A
n
: Luas daerah yang mewakili tiap titik pengamatan
Gambar dari penentuan curah hujan dengan metode polygon Thiessen
adalah sebagai berikut :
Gambar 2.8 Poligon Thiessen
Keterangan:
I : Stasiun I dengan luas Poligon A1
II : Stasiun II dengan luas poligon A2
III : Stasiun III dengan luas poligon A3
A1 : Luas daerah yang dibatasi LON
A2 : Luas daerah yang dibatasi LOM
M
L
N
A1
A2
A3
O
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-21
A3 : Luas daerah yang dibatasi MON
(Varsheney, 1979)
- Metode Isohyet
Metode ini digunakan untuk daerah dengan topografi yang tidak rata dan
dihitung sesuai ketinggian kontur, tetapi tidak berlaku untuk masing-
masing tahun. Dirumuskan sebagai berikut :
Gambar 2.9 metode Ishoyet
1 2 1
1
1
3 2
2
2 1
1
.......
2
.......
2 2
+ + +
|
.
|
\
| +
+ +
|
.
|
\
| +
+
|
.
|
\
| +
=
n
n n
n
A A A
P P
A
P P
A
P P
A
P (2.10)
Keterangan:
A
1
, A
2
,A
n
: Luas area
P : Tinggi curah hujan rata-rata areal
P
1
, P
2
,P
n
: Luas total daerah cakupan
(Suripin, 2003)
a. Analisa Frekuensi Data hujan
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-22
Untuk mencari besar presipitasi harian untuk setiap periode ulang dapat
dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya:
- Metode Gumbel
Hujan harian maksimum metode Gumbel dirumuskan sebagai berikut :
R
T
= R + c (Yt /Yn)....(2.11)
Keterangan:
R
T
: HHM rencana dengan PUH T tahun
R : Presipitasi rata-rata dalam kisaran data HHMS (mm/24jam)
o R : Standard Deviasi
o N : Expected Standard Deviasi
Yn : Expected Mean Reduced Variate
Yt : Reduced Variated untuk PUH = t tahun
(Loebis, 1992)
Tabel 2.2
Reduced Variate (Yt) pada PUH t tahun
PUH = t TAHUN REDUCED VARIATED
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
25 3,1985
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-23
PUH = t TAHUN REDUCED VARIATED
50 3,9019
100 4,6001
Sumber: Nemec, 1972
Pada metode ini yang perlu dicari adalah rentang keyakinannya
(convidence interval), yaitu keyakinan bahwa harga-harga perkiraan
tersebut mempunyai rentang harga, misal dari 100 mm/24 jam, yang
ditulis (105 5) mm/24 jam. Jadi rentang keyakinan adalah 5 mm/24
jam. Persamaannya adalah:
R
k
= t(a). Se...(2.12)
Keterangan:
R
k
: rentang keyakinan (mm/24 jam)
T(a) : fungsi a
Untuk a : 90%, t(a) = 1,64
Untuk a : 80%, t(a) = 1,282
Untuk a : 68%, t(a) = 1,00
Se : Probality error (eror deviasi)
Se =
N
R
b
o
.............(2.13)
b =
2
1 , 1 3 , 1 1 K k + + ............(2.14)
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-24
k =
N
Yn Yt
o
................(2.15)
N : Jumlah data tahun pengamatan
(Loebis, 1992)
- Metode Gumbel Termodifikasi
Rumus metode Gumbel termodifikasi adalah:
) ) 45 . 0
1
ln(ln( 78 . 0 ( SD
T
T
R RT +
= .......(2.16)
Keterangan:
R = Rata-rata hujan wilayah terkoreksi
T = Periode ulang hujan
SD = Simpangan deviasi
=
1
) (
2
N
R R
SD
i
........( 2.17)
Keterangan:
Ri = Hujan harian maksimum tiap tahun
R = Rata-rata hujan wilayah terkoreksi
N = Jumlah data curah hujan
(Hardjosuprapto dan Masduki, 1999)
b. Analisa Intensitas Hujan
Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang
disebut intensitas curah hujan (mm/jam). Besarnya intensitas curah hujan berbeda-
beda yang disebabkan oleh lamanya curah hujan atau frekuensi kejadiannya.
Beberapa rumus intensitas curah hujan yang dihubungkan dengan hal-hal ini,
telah disusun sebagai rumus-rumus eksperimental. Yang biasanya digunakan
antara lain :
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-25
- Metode Thalbott
Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Talbott dalam tahun 1881 dan disebut
jenis Talbott. Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan
dimana tetapan-tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang
diukur.
b t
a
I
+
= .......(2.40)
Keterangan:
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
t : Lamanya curah hujan (menit)
( )( ) ( )
2 2
2 2
) ( ) (
)(
I I N
I t I I It
a
=
2 2
2
) ( ) (
) ( ) )( (
I I N
t I N It I
b
=
(Suripin, 2003)
- Metode Sherman
Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Sherman dalam tahun 1905 dan disebut
jenis Sherman. Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan
yang lamanya lebih dari 2 jam
Rumus yang digunakan :
n
t
a
I = .......(2.41)
Keterangan:
log a = ( E log I ) . ( E log
2
t ) ( E log t . log I ) . ( E log t)
N ( E log
2
t ) ( E log t )
2
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-26
n = ( E log I . E log t) N( E log t.log I)
N ( E log
2
t ) ( E log t )
2
(Suripin, 2003)
- Metode Ishiguro
Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro dalam tahun 1953. Rumus yang
digunakan sebagai berikut :
I = a y ....(2.42)
\t + b
Keterangan:
a = ( E I\t . E I
2
) ( E I
2
t ).( E I )
N E I
2
( E I )
2
b = ( E I . E I\t ) N (E I
2
\t)
N E I
2
( E I )
2
Keterangan:
I : Intensitas hujan (mm/jam)
t : Durasi Hujan (menit)
a, b, n : konstanta
n : banyaknya data
(Suripin, 2003)
- Metode Mononobe
Menurut Dr. Mononobe intensitas hujan (I) di dalam rumus rasional dapat
dihitung dengan rumus :
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-27
jam mm
t
R
I
c
/
24
24
3
2
|
|
.
|
\
|
= .......(2.43)
Keterangan:
R : curah hujan rancangan setempat dalam mm
t
c
: lama waktu konsentrasi dalam jam
I : intensitas hujan dalam mm/jam
(Tim Penyusun Perguruan Tinggi Swasta, 1997)
c. Debit Rancangan dengan Metode Rasional
Debit rencana untuk daerah perkotaan umumnya dikehendaki pembuangan
air secara tepat, agar jangan ada genangan air yang berarti.
Faktor-faktor yang menentukan tinggi genangan air yang diperbolehkan
agar tidak menimbulkan kerugian yang berart, adalah:
a. Luas daerah yang akan tergenang.
b. Lama waktu penggenangan.
Besarnya debit rencana dapat dihitung dengan metode rasional dan modifikasinya.
- Metode rasional
Apabila luas daerah pengaliran lebih kecil dari 0,80 km
2
(40-80 Ha),
kapasitas pengaliran dapat dihitung dengan rumus:
Q = a x | xI A (2.44)
Keterangan:
Q : Kapasitas pengaliran (m
3
/detik)
a : Koefisien pengaliran
: Koefisien penyebaran hujan
I : Intensitas hujan (mm/jam)
A : Luas daerah pengaliran (Ha)
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-28
(Tim Penyusun Perguruan Tinggi Swasta, 1997)
- Modifikasi Metode Rasional
Apabila luas daerah pengaliran antara 0,80 50 km
2
maka metode rasional
harus dimodifikasi dengan memperhitungkan efek penampungan saluran.
Efek penampungan tersebut dinyatakan dalm bentuk koefisien
penampungan yang berfungsi untuk memperkecil nilai estimasi suatu
daerah pengaliran yang relatif besar.
Kapasitas pengaliran dapat dihitung dengan rumus:
Q = f x Cs x C x I x A...(2.45)
Keterangan:
Q : Kapasitas pengaliran (m
3
/detik)
f : Faktor konversi (0,278)
I : Intensitas hujan (mm/jam)
C : koefisien pengaliran
A : Luas daerah pengaliran (km
2
)
Cs: koefisien penampungan
(Nemec, 1972)
Cs =
td tc
tc
+ 2
2
............(2.46)
Keterangan:
tc = Waktu konsentrasi
td = Waktu pengaliran
(Nemec, 1972)
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-29
2.6 SUMUR RESAPAN
Sumur resapan telah banyak digunakan pada jaman dulu, yaitu dengan
membuat lubang-lubang galian di kebun halaman serta memanfaatkan sumur-
sumur yang tidak dipakai sebagai penampung air hujan.
Konsep sumur resapan adalah member kesempatan dan jalan pada air hujan
yang jatuh di atap atau lahan yang kedap air untuk meresap ke dalam tanah denga
jalan menampung air pada suatu sistem resapan. Sumur resapan ini merupakan
sumur kosong dengan kapasitas tampungan yang cukup besar sebelum air
meresap ke dalam tanah.
Berdasarkan konsep tersebut, maka ukuran atau dimensi sumur yang
diperlukan untuk suatu lahan tergantung dari beberapa faktor, antara lain:
1. Luas permukaan penutupan,
Yaitu lahan yang airnya akan ditampung dalam sumur resapan, meliputi
luas atap, lapangan parker dan perkerasan lain.
2. Karakteristik hujan
Meliputi intensitas hujan, lama hujan, selang waktu hujan. Secara umum
dapat dikatakan bahwa makin tinggi hujan maka makin lama
berlangsungnya hujan sehingga memerlukan volume sumur resapan yang
makin besar. Sementara selang waktu hujan yang sangat besar dapat
mengurangi volume sumur yang diperlukan
3. Koefisien permeabilitas tanah
Yaitu kemampuan tanah dalam melewatkan air per satuan waktu. Tanah
berpasir mempunyai koefisien permeabilitas lebih tinggi dibandingkan
tanah berlempung.
4. Tinggi muka air tanah
Pada kondisi muka air yang dalam, sumur resapan perlu dibuat secara
besar-besaran karena tanah benar-benar memerlukan pengisian air melalui
sumur-sumur resapan.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-30
Secara teoritis, volume dan efisiensi sumur resapan dapat dihitung berdasarkan
keseimbangan air yang masuk ke dalam sumur dan air meresap ke dalam tanah
dan dapat dituliskan sebagai berikut:
)
Dimana :
H = tinggi muka air dalam sumur (m)
F = faktor geometrik (m)
Q = debit air masuk (m
3
/s)
T = waktu pengaliran (sekon)
K = koefisien permeabilitas tanah (m/s)
R = Jari-jari sumur (m)
Manfaat:
1. Mengurangi aliran permukaaan dan mencegah terjadinya genangan air
2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air
tanah
3. Mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang
berdekatan dengan wilayah pantai
4. Mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air
tanah yang berlebihan
5. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-31
Gambar 2.10 Skema Sumur Resapan
Gambar 2.11 Denah Sumur Resapan
Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur
Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan, menetapkan beberapa persyaratan
umum yang harus dipenuhi sebuah sumur resapan yaitu :
1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah
berlereng, curam atau labil.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-32
2. Sumur resapan harus dijauhklan dari tempat penimbunan sampah, jauh
dari septic tank (minimum lima meter diukur dari tepi), dan berjarak
minimum satu meter dari fondasi bangunan.
3. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua
meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table)
tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan.
4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah
menyerap air) lebih besar atau sama dengan 2,0 cm per jam (artinya,
genagan air setinggi 2 cm akan teresap habis dalam 1 jam), dengan tiga
klasifikasi, yaitu :
Permeabilitas sedang, yaitu 2,0-3,6 cm per jam.
Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus), yaitu 3,6-36 cm per jam.
Permeabilitas tanah cepat (pasir kasar), yaitu lebih besar dari 36 cm
per jam.
Spesifikasi Sumur Resapan
Sumur resapan dapat dibuat oleh tukang pembuat sumur gali
berpengalaman dengan memperhatikan persyaratan teknis tersebut dan spesifikasi
sebagai berikut:
1. Penutup Sumur
Untuk penutup sumur dapat dipilih beragam bahan diantaranya :
Pelat beton bertulang tebal 10 cm dicampur dengan satu bagian semen,
dua bagian pasir, dan tiga bagian kerikil.
Pelat beton tidak bertulang tebal 10 cm dengan campuran
perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak di beri beban di
atasnya atau,
Ferocement (setebal 10 cm).
2. Dinding sumur bagian atas dan bawah
Untuk dinding sumur dapat digunakan bis beton. Dinding sumur bagian atas dapat
menggunakan batu bata merah, batako, campuran satu bagian semen, empat
bagian pasir, diplester dan di aci semen.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-33
3. Pengisi Sumur
Pengisi sumur dapat berupa batu pecah ukuran 10-20 cm, pecahan bata merah
ukuran 5-10 cm, ijuk, serta arang. Pecahan batu tersebut disusun berongga.
4. Saluran air hujan
Dapat digunakan pipa PVC berdiameter 110 mm, pipa beton berdiameter 200
mm, dan pipa beton setengah lingkaran berdiameter 200 mm.
Satu hal yang penting, setelah sumur resapan dibuat, jangan lupakan
perawatannya. Cukup dengan memeriksa sumur resapan setiap menjelang musim
hujan atau, paling tidak, tiga tahun sekali.
Dengan membuat sumur resapan di pekarangan setiap rumah, maka diharapkan
volume banjir dapat diminimumkan dan sekaligus menjaga cadangan air dalam
tanah.
Sumur resapan air hujan adalah prasarana untuk menampung dan
meresapkan air hujan ke dalam tanah. Sedangkan Lahan pekarangan adalah lahan
atau halaman yang dapat difungsikan untuk menempatkan sumur resapan air
hujan.
Persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut:
1) Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar;
2) Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak
tercemar;
3) Penetapan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan
bangunan sekitarnya;
4) Harus memperhatikan peraturan daerah setempat;
5) Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui Instansi
yang berwenang.
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi antara lain adalah sebagai berikut:
1) Ke dalam air tanah minimum 1,50 m pada musin hujan;
2) Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai
permebilitas tanah 2,0 cm/jam.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-34
3) Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan, dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Jarak minimum sumur resapan air hujan terhadap bangunan.
Perhitungan Sumur Resapan air Hujan antara lain :
1) Volume andil banjir digunakan Rumus :
Vab =0,855 Ctadah A tadah. R
Dimana;
Vab = Volume banjir yang akan ditampung sumur resapan (M3)
Ctadah = Koefesien limpasan dari bidang tadah(tanpa satuan)
A tadah = Luas bidang tadah (m2)
R = Tinggi hujan harian rata-rata (L/m2 hari).
2). Volume air hujan yang meresap digunakan rumus :
Vrsp = te/24.Atotal.K.
Dimana:
Vrsp = Volume air hujan yang meresap (m2).
te = durasi hujan efektif (jam).= 0,9.R.0,92/60 (jam).
Atotal = Luas dinding sumur+ luas alas sumur(m2).
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-35
K = Koefesien permeabilitas tanah (m/hari).
2.7 BIOPORI
Lubang Resapan Bipori adalah lubang yg dibuat secara tegak lurus
(vertikal) kedalam tanah, dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 100 cm atau
tidak melebihi muka air tanah dangkal. Lubang perlu diisi sampah organik sebagai
sumber makanan fauna tanah dan akar tanaman yang mampu membuat biopori
atau liang (terowongan-terowongan kecil) didalam tanah. Lubang Resapan
Biopori adalah metode resapan air yg ditujukan untuk mengatasi banjir dengan
cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Fungsi lubang resapan atau biopori
sangat penting bagi lingkungan. Dengan adanya lubang ini, maka air hujan akan
langsung terserap ke dalam tanah. Sehingga akan menambah ketersediaan air di
dalam tanah.
Gambar 2.12 Biopori
Lubang bioporiLubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat
secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman sekira
100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak
sampai melebihi kedalaman muka air tanah.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-36
Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori.
Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh
aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.
Lubang resapan biopori merupakan teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resapan air.
Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang
resapan air, setidaknya sebesar luas kolom atau dinding lubang.
Dengan aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan
terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Karena itu bidang resapan ini
akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresap air. Dengan demikian
kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-
sama akan meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.
Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik
ke dalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme
tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang
telah didekomposisi ini dikenal dengan kompos.
Melalui proses itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai
bidang peresap air juga sekaligus sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos
dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis
tanaman lainnya.
Untuk membuat biopori ada beberapa lokasi yang dapat dipilih. Pada dasar
saluran, di sekeliling pohon, dan pada batas taman. Sementara alat yang
digunakan untuk membuat lubang resapan biopori ini dibuat dengan
menggunakan bor tanah, yaitu tipe bor LRB.
Adapun cara pembuatan lubang biopori:
1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diamater
10 cm. Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui
muka air tanah bila air tanahnya dangkal. Jarak antarlubang antara 50 -
100 cm.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
II-37
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm dengan
tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.
3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur,
sisa tanaman, dedaunan atau pangkasan rumput.
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan kedalam lubang yang isinya
sellau berkurang dan menyusup akibat proses pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir
musim kemarau dengan pemeliharaan lubang resapan.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
III-1
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
3.1 TUJUAN PERENCANAAN
Tujuan perancangan sistem drainase di Kelurahan Tugurejo,
Kecamatan Tugu, Semarang adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis dan mengevaluasi sistem drainase dan permasalahan yang
ditimbulkan.
2. Membuat perhitungan teknis yang meliputi debit air bersih dan buangan
yang dihasilkan untuk menentuan dimensi saluran.
3. Menentukan rencana penanganan permasalahan dalam sistem drainase.
4. Menentukan bangunan-bangunan pelengkap yang diperlukan untuk
menunjang sistem drainase di Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu,
Kota Semarang.
5. Membuat desain sistem drainase secara utuh dan sistematis.
6. Membandingkan kondisi sistem drainase di lapangan dengan kondisi
perancangan sehingga diperoleh sistem yang lebih baik.
3.2 METODE PERENCANAAN
Secara garis besar,sistem perencanan drainase ini merupakan perencanan
saluran,baik secara terpisah maupun tercampur.Selain itu juga akan
direncanakan bangunan pelengkap dan sistem pemeliharaan saluran
drainase.
Metode perencanaan sistem drainase ini meliputi :
a. Persiapan
1. Mengumpulkan masalah drainase meliputi data jenis tanah,survei
tanah, dan tata guna lahan serta pengembangannya
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
III-2
2. Mengumpulkan data dan laporan yang berkaitan dengan sistem
drainase,antara lain: peta daerah seluas batas administratif kota
termasuk catchment area yang mempengaruhi,peta daerah
pengaliran dari peta topografi,peta tata guna lahan,peta hidrologi
dan hidrogeologi daerah perencanaan studi
3. Menganalisis dan mengevaluasi permasalahan serta memproses
data tersebut dalam bentuk perencanaan
b. Pembuatan Outline Plan Drainase
1. Membuat proyeksi pelayanan
2. Membuat rencana penanganan permasalahan serta pentahapan
penentuan prioritas dan rencana pelaksanaannya seperti
penentuan sistem yang akan digunakan terpisah atau tercampur
3. Membuat perhitungan teknis meliputi limpasan hujan untuk debit
aliran dan juga penentuan dimensi saluran
c. Pengerjaan Perencanaan Teknis
1. Mengevaluasi,menganalisis,dan mengolah data derta informasi
yang telah dikumpulkan secara sistematik dari berbagai alternatif
pemecahan persoalan banjir dan genangan pada daerah yang
diidentifikasi
2. Menganalisis secara sistematik penyususnan prioritas dan
pentahapan rencana
3. Menganalisis secara sistematik jenis konstruksi yang akan
dilaksanakan serta mengadakan perhitungan
hidrologi,hidrolika,struktur mekanika untuk menentukan dimensi
saluran dan bangunan pelengkap
3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
III-3
3.3.1 Pengumpulan Data Primer
1. Data Literatur, jurnal, makalah dan laporan perencanaan.
2. Data berupa debit air saluran
3. Data dimensi saluran, slope saluran dan kecepatan air saluran yang
sesuai data klimatologi Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu,
Semarang.
4. Data bangunan-bangunan pelengkap yang diperlukan untuk
menunjang system Drainase di Kelurahan Tugurejo, Kecamatan
Tugu, Semarang.
5. Data kondisi sistem drainase di lapangan untuk dibandingkan
dengan kondisi perancangan.
3.3.2 Pengumpulan Data Sekunder
Data-data yang diperoleh dari kantor Bappeda ,kantor BPS Jawa
Tengah dan BMKG kemudian diolah dalam bentuk perhitungan dan
dianalisa untuk mendapatkan data-data sekunder. Data primer tersebut
diantaranya:
a. Data kondisi fisik daerah perencanaan,meliputi posisi geografi,
batas administrasi, kondisi iklim, topografi, hidrologi dan
hidrogeologi serta tata guna lahan.
b. Data kependudukan
c. Data fasilitas yang tersedia
3.4 TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data dalam perencanaan sistem drainase Kelurahan Tugurejo,
Kecamatan Tugu, Semarang. ini menggunakan beberapa tahap perhitungan
yang disesuaikan dengan metode perencanaan. Tahap tahap perhitungan
tersebut meliputi:
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
III-4
a. Perhitungan limpasan hujan untuk debit aliran
b. Perhitungan kecepatan dalam saluran
c. Perhitungan dimensi pada saluran drainase
3.5 TEKNIK ANALISIS
Dalam perencanaan, diperlukan analisis data untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi dilapangan seperti permasalahan banjir dan
genangan air. Analisis data tersebut dilakukan secara sistematis berdasarkan
pertimbangan daerah pelayanan.
Sistem Drainase di Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, Semarang
ini direncanakan berdasarkan pengolahan data primer yang diperoleh dari
Bappeda , BPS (Badan Pusat Statistik) dan BMKG setempat. Pengolahan
data tersebut berupa tahapan perhitungan secara matematis.Perhitungan
curah hujan rerata digunakan untuk perhitungan limpasan hujan sehingga
didapatkan debit air yang diperoleh.Perhitungan kecepatan dalam saluran
diperoleh dari kondisi daerah setempat seperti tata guna lahan dan
topografi.Kemudian perhitungan-perhitungan tersebut dapat ditentukan
dimensi saluran.Sedangkan dalam menentukan dimensi saluran perlu
memperhatikan prioritas daerah perencanaan yang didasarkan ada tingkat
pelayanan masing-masing.
Hasil dari perhitungan tersebut dianalisis dengan mempertimbangkan
jenis konstruksi bangunan dan membandingkannya dengan eksisting dari
sistem drainase Kelurahan Pudak Payung.Pada tahap akhir perencanaan
diambil kesimpulan berupa desain saluran yang telah dianalisis dan sesuai
dengan daerah pelayanan .
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
III-5
3.6 DIAGRAM ALIR PERENCANAAN SISTEM DRAINASE
Studi Literatur : Jurnal, Laporan Perencanaan
PenentuanDaerah Perencanaan
Pengumpulan Data
Data Primer :
Survei Lapangan:
Survei kondisi wilayah
perencanan
(menentukan
Gambaran Umum
Wilayah Perencaan
Data Sekunder :
Peta Topografi
Peta Jaringan Jalan
Peta Administrasi
Peta Tata Guna Lahan
Data Penduduk/
Demografi
Data Fasilitas
Data Curah Hujan
Pengolahan Data
Analisa Data Curah Hujan
Curah Hujan Wilayah
Uji Konsistensi Hujan
Penulisan Laporan
Evaluasi dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3. 1 Diagram Alir Perencanaan Sistem Drainase
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
IV-1
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
4.1 UMUM
Dalam merencanakan sistem drainase, kita harus mengetahui
terlebih dahulu gambaran umum daerah perencanaan, yaitu Kelurahan
Gondang, yang ditinjau dari aspek fisik meliputi batas-batas administrasi,
kondisi iklim, topografi, hidrologi dan geohidrologi, tata guna lahan, serta
keberadaan sumber mata air yang ada saat ini. Disamping itu juga ditinjau
dari aspek sosial ekonomi yang kesemuanya akan diperlukan untuk
mendukung perencanaan drainase pada daerah tersebut.
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kelurahan Tugurejo
4.2 ASPEK FISIK
Identifikasi potensi dan masalah fisik merupakan penilaian
terhadap kemampuan atau daya dukung lahan kota terhadap
pengembangan kegiatan perkotaan. Dalam menentukan kesesuaian lahan
Gambar 4. 1 Daerah Perencanaan
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
IV-2
fisik tersebut, faktor-faktor ruang fisik harus diperhitungkan secara
komprehensif.
4.2.1 ADMINISTRASI
Kelurahan Tugurejo ini mempunyai batas-batas
administrasi wilayah sebagai berikut :
- Utara : Laut Jawa
- Selatan : Kecamatan Ngalian
- Timur : Kecamatan Semarang Barat, Kelurahan
- Barat : Kelurahan Karanganyar
4.2.2 KLIMATOLOGI
Kelurahan Tugurejo ini beriklim tropis dengan suhu udara
berkisar antara 22C - 42C. Seperti pada umumnya daerah
daerah lain di Indonesia, Kelurahan Tugurejo memiliki 2 musim,
yaitu musim hujan antara bulan November-April dan musim
kemarau pada bulan Juni-September.
Tabel 4. 1 Hujan Harian Maksimum
Tahun
Stasiun
A
Stasiun
B
Stasiun
C
1997 141.00 102 161.0
1998 181.00 120.6 226.8
1999 244.90 95.52 219.8
2000 156.80 182.3 201.7
2001 186.20 145.8 226.6
2002 131.40 144.1 182.4
2003 177.00 154.9 238.8
2004 145.30 145.6 215.2
2005 185.70 153.7 214.5
2006 215.00 125.2 203.0
2007 201.00 123.4 219.9
2008 164.00 219.3 222.8
2009 193.30 174.2 224.8
2010 223.30 282.7 267.0
2011 189.20 144.3 221.0
Sumber : Data BMKG Semarang
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
IV-3
4.2.3 GEOLOGI DAN HIDROLOGI
Keterdapatan air tanah dan produktivitas akuifer berantung
pada keadaan geologi dan jenis tanahnya. Bila dikaitkan dengan
infiltrasi, maka daerah perencanaan yang jenis tanhnya lempung,
daya infiltrasinya relatif kecil
4.2.4 TATA GUNA LAHAN
Luas Kecamatan Tugu yaitu 609.797 Ha. Penggunaan lahan
didominasi oleh perkebunan, pertanian, dan permukiman.
Tabel 4. 2 Tata Guna Lahan Kelurahan Tugurejo
No Kategori Penggunaan Luas (ha)
1 Pemukiman 121.959
2 Perkebunan 182.9391
3 Pertanian 152.4492
4 Rerumputan 60.9797
5 Empang 91.4695
4.2.5 TOPOGRAFI
Wilayah Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu ini
memiliki topografi rendah dengan ketinggian beragam,
ditunjukkan dengan ketinggian wilayah 25 sampai 10 meter di atas
permukaan laut.
Gambar 4. 2 Topografi Kelurahan Tugurejo
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
IV-4
4.3 ASPEK SOSIAL
4.3.1. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Kelurahan Tugurejo berdasarkan jenis
kelamin yang tercatat sampai dengan tahun 2010 adalah 6290 jiwa.
Tabel 4. 3 Jumlah Penduduk Kelurahan Tugurejo
NO TAHUN JUMLAH PENDUDUK (jiwa)
1. 2006 5891
2. 2007 6067
3. 2008 6125
4. 2009 6201
5. 2010 6290
Sumber : Kelurahan Tugurejo dalam Angka
4.3.2. KEPADATAN PENDUDUK
Kepadatan penduduk dapat dikategorikan menjadi 2 kategori,
yaitu kepadatan kotor dan kepadatan bersih. Kepadatan kotor, yaitu
angka perbandingan antara jumlah penduduk secara total dengan
jumlah luas wilayah yang ada, sedangkan kepadatan bersih, yaitu
perbandingan antara jumlah penduduk secara total dengan luas
pekarangan atau bangunan yang ada.
Kedua kepadatan tersebut pada prinsipnya untuk mengetahui
tingkat persebaran penduduk dan luas lahan yang belum atau tidak
digunakan untuk wilayah terbangun.
Kepadatan penduduk di Kelurahan Tugurejo, Kecamatan
Tugu pada tahun 2010 adalah 5160 orang/km
2
.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
IV-5
4.4 SARANA DAN PRASARANA
4.4.1 FASILITAS PENDIDIKAN
Kelurahan Tugurejo telah memiliki fasilitas pendidikan
yang memadai. Fasilitas pendidikan tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
Sumber : Kelurahan Tugurejo dalam Angka tahun 2009
4.4.2 FASILITAS PERIBADATAN
Di Kelurahan Gondang hanya terdapat fasilitas peribadatan masjid
dan mushola, karena sebagian besar penduduk di Kelurahan Tugurejo
beragama Islam. Hal ini dapat ditunjukkan dengan tabel berikut ini:
Tabel 4. 5 Fasilitas Peribadatan di Kelurahan Tugurejo
No Fasilitas Peribadatan Jumlah
1
2
3
4
5
Masjid
Surau/Mushola
Gereja
Pura
Wihara
5
14
1
-
-
Sumber : Kelurahan Tugurejo dalam Angka Tahun 2009
Tabel 4. 4 Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Tugurejo pada tahun 2009
No Fasilitas Pendidikan Jumlah
Gedung
Jumlah
Guru
Jumlah
Murid
1
2
3
4
Taman Kanak-kanak
Sekolah Dasar/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
2
4
1
0
22
33
26
0
381
730
357
0
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
IV-6
4.4.3 FASILITAS KESEHATAN
Berdasarkan data yang didapat, fasilitas kesehatan di Kelurahan
Tugurejo seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. 6 Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Tugurejo
No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1
2
3
4
5
Rumah Sakit
Puskesmas Pembantu
Dokter Umum
Rumah Bersalin
Posyandu
-
-
-
-
7
Sumber : Kelurahan Tugurejo dalam Angka Tahun 2009
4.4.4 FASILITAS INDUSTRI
Di Kelurahan Tugurejo , Kecamatan Tugu terdapat
area/kawasan perindustrian.
Tabel 4. 7 Fasilitas Industri
No Fasilitas Perekonomian Jumlah
1
2
3
Industri Rumah Tangga
Industri Besar dan Sedang
Industri Kecil
0
7
3
Sumber : Kelurahan Tugurejo dalam Angka Tahun 2009
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
IV-7
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-1
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 Umum
Untuk perencanaan saluran air hujan (drainase) dilakukan analisa curah
hujan terhadap data curah hujan harian maksimum, yaitu data curah hujan yang
paling tinggi untuk tahun tertentu. Pengolahan dan analisa data dilakukan terhadap
data curah hujan harian maksimum sebanyak 15 tahun terakhir. Kriteria
perencanaan dimensi saluran air hujan ini adalah sebagai berikut :
a. Dimensi yang direncanakan harus mampu mengalirkan debit puncak
b. Di usahakan pengaliran tidak menimbulkan pengendapan lumpur maupun
pengikisan saluran. Range kecepatan untuk mengatasi hal tersebut adalah 0,6
3.0 m/det
c. Dimensi saluran merupakan dimensi yang menguntungkan ditinjau dari segi
ekonomis maupun hidrolis (efisien)
d. Pada perencanaan ini saluran berbentuk segi empat denga pertimbangan lebih
ekonomis dan tidak banyak menghabiskan lahan
.
5.2 Analisa Hidrologi
5.2.1 Melengkapi Data Hujan Yang Hilang
Dalam perencanaan sistem drainase ini , menggunakan 3 stasiun hujan.
Stasiun hujan yang digunakan untuk perencanaan sistem drainase di Kelurahan
Lamper Lor adalah sebagai berikut :
1. Stasiun A Tugu
2. Stasiun B Beringin
3. Stasiun C Ngaliyan
Data curah hujan diperoleh dari data pengamatan Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Stasiun Semarang. Dari data yang diperoleh, terdapat
data curah hujan yang hilang, yaitu di stasiun Beringin tahun 1999.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-2
Pada ketiga stasiun hujan tersebut pencatatan dilakukan dengan
menggunakan durasi waktu bulanan. Oleh karena itu data curah hujan maksimum
tiap tahun diperoleh dengan membandingkan nilai curah hujan bulanan terbesar.
Nilai dianggap sebagai curah hujan maksimum pada tahun tersebut.
Data curah hujan maksimum keempat stasiun pada tahun 1995 - 2011
dapat dilihat pada tabel 5.1. dibawah ini:
Tabel 5. 1 Data curah hujan Kecamatan Tugu Tahun 1997-2011
Tahun Stasiun A Stasiun B Stasiun C Keterangan
1997 141.00 102 161,0 Stasiun A = Tugu
1998 181.00 120.6 226,8 Stasiun B = Beringin
1999 244.90
219,8 Stasiun C = Ngaliyan
2000 156.80 182.3 201,7
2001 186.20 145.8 226,6
2002 131.40 144.1 182,4
2003 177.00 154.9 238,8
2004 145.30 145.6 215,2
2005 185.70 153.7 214,5
2006 215.00 125.2 203,0
2007 201.00 123.4 219,9
2008 164.00 219.3 222,8
2009 193.30 174.2 224,8
2010 223.30 282.7 267,0
2011 189.20 144.3 221,0
Total 2,735.10 2218.1 3245,1
RATA2 182.34 158.4357 216.34
( Sumber : BMKG Semarang, 2012 )
Data Yang hilang adalah data tahun 1999 di stasiun B
Mencari Rata-rata di tiap stasiun :
Stasiun A = data stasiun A : n = 2735.1 : 15 = 182.34
Stasiun B = data stasiun B : n = 2218.1: 14 = 158.4357
Stasiun C = data stasiun C : n = 3245.1: 15 = 216.3389
1. Rata-rata ( ) = ( Rata-rata stasiun A + Rata-rata stasiun C ) : 2
= (182.34 + 216,3389) / 2
= 199.339
2. Perbandingan = [ ( - rata-rata stasiun A ) / rata-rata stasiun A ] x 100 %
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-3
= [ (199.339 - 158,44) / 158,44] x 100 %
= 25.81 %
Karena prosentasenya lebih dari 10% maka untuk menghitung curah hujan
yang hilang menggunakan rumus :
))
Data-data hujan setelah dilengkapi dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-4
Tabel 5. 2 Data curah hujan Kecamatan Tugu Tahun 1997-2011
Tahun
Stasiun
A
Stasiun
B
Stasiun C
1997 141.00 102 161.0
1998 181.00 120.6 226.8
1999 244.90 95.52 219.8
2000 156.80 182.3 201.7
2001 186.20 145.8 226.6
2002 131.40 144.1 182.4
2003 177.00 154.9 238.8
2004 145.30 145.6 215.2
2005 185.70 153.7 214.5
2006 215.00 125.2 203.0
2007 201.00 123.4 219.9
2008 164.00 219.3 222.8
2009 193.30 174.2 224.8
2010 223.30 282.7 267.0
2011 189.20 144.3 221.0
Total 2,735.10 2313.6 3245.1
RATA2 182.34 154.24 2,163,389
5.2.2 Uji Konsistensi Data Hujan
Data-data hujan yang dipakai untuk keperluan perencanaan drainase
adalah data hujan harian maksimum dan memenuhi persyaratan baik kualitas
maupun kuantitas.
Konsistensi data hujan dari keempat stasiun pengamatan yang ada dapat
diselidiki dengan teknik garis masa ganda. Dengan demikian dapat diketahui
koreksinya. Caranya adalah dengan membandingkan curah hujan tahunan rata-rata
dari suatu stasiun dengan nilai kumulatifnya. Dari hasil analisa diperoleh nilai
regresi yang sudah mendekati satu, dengan demikian curah hujan harian
maksimum, dianggap konsisten dan tidak memerlukan koreksi. Berikut disajikan
tabel perhitungan dan grafik uji konsistensi data hujan di wilayah perencanaan.
Data uji konsistensi dapat dilihat di tabel 5.3
Setelah itu, kedua data diplotkan pada grafik cartecius. Kumulatif hujan
wilayah Thiessen sebagi data yang di uji kekonsistensiannya diplot pada sumbu y.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-5
Sedangkan kumulatif rata rata keempat stasiun hujan sebagi data stasiun
pembanding di plot pada sumbu x .
Kemudian dari grafik dapat diketahui nilai f ( faktor koreksi). Nilai f ini di
cari apabila ternyata grafik curah hujan tidak konsisten, yaitu R
2
tidak sama
dengan satu.
TUGAS BESAR DRAINASE KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN
TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-6
Tabel 5. 3 Uji Konsistensi Hujan Wilayah
Tahun
Hujan
Harian
Maksimum Avg B,C
Akum
Avg B,C
Akum B Avg A,C
Akum
Avg A,C
Akum C Avg A,B
Akum
Avg A,B
Stasiun A
Stasiun
B
Stasiun
C Akum A
1997 141.00 102 161.0 2632.27 131.50 2779.46 2313.62 151.00 2938.79 3245.30 121.50 2472.95
1998 181.00 120.6 226.8 2491.27 173.70 2647.96 2211.62 203.90 2787.79 3084.30 150.80 2351.45
1999 244.90 95.52 219.8 2310.27 157.66 2474.26 2091.02 232.35 2583.89 2857.50 170.21 2200.65
2000 156.80 182.3 201.7 2065.37 192.00 2316.60 1995.50 179.25 2351.54 2637.70 169.55 2030.44
2001 83.37 145.8 226.6 1908.57 186.20 2124.60 1813.20 154.99 2172.29 2436.00 114.59 1860.89
2002 131.40 144.1 182.4 1825.20 163.25 1938.40 1667.40 156.90 2017.30 2209.40 137.75 1746.30
2003 177.00 154.9 238.8 1693.80 196.85 1775.15 1523.30 207.90 1860.40 2027.00 165.95 1608.55
2004 145.30 145.6 215.2 1516.80 180.40 1578.30 1368.40 180.25 1652.50 1788.20 145.45 1442.60
2005 185.70 153.7 214.5 1371.50 184.10 1397.90 1222.80 200.10 1472.25 1573.00 169.70 1297.15
2006 215.00 125.2 203.0 1185.80 164.10 1213.80 1069.10 209.00 1272.15 1358.50 170.10 1127.45
2007 201.00 123.4 219.9 970.80 171.65 1049.70 943.90 210.45 1063.15 1155.50 162.20 957.35
2008 164.00 219.3 222.8 769.80 221.05 878.05 820.50 193.40 852.70 935.60 191.65 795.15
2009 193.30 174.2 224.8 605.80 199.50 657.00 601.20 209.05 659.30 712.80 183.75 603.50
2010 223.30 282.7 267.0 412.50 274.85 457.50 427.00 245.15 450.25 488.00 253.00 419.75
2011 189.20 144.3 221.0 189.20 182.65 182.65 144.30 205.10 205.10 221.00 166.75 166.75
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-7
Tabel 5. 4 UJI KONSISTENSI STASIUN A
TAHUN AKUMULASI A AKUMULASI B, C
2011 189.20 182.65
2010 412.50 457.50
2009 605.80 657.00
2008 769.80 878.05
2007 970.80 1049.70
2006 1185.80 1213.80
2005 1371.50 1397.90
2004 1516.80 1578.30
2003 1693.80 1775.15
2002 1825.20 1938.40
2001 1908.57 2124.60
2000 2065.37 2316.60
1999 2310.27 2474.26
1998 2491.27 2647.96
1997 2632.27 2779.46
GRAFIK
Gambar 5. 1 KONSISTENSI STASIUN A
y = 170.33x + 100.6
R = 0.9955
0.00
500.00
1000.00
1500.00
2000.00
2500.00
3000.00
A
K
U
M
U
L
A
S
I
A
AKUMULASI B,C
UJI KONSISTENSI HUJAN STASIUN A
AKUMULASI A
Linear (AKUMULASI A)
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-8
Tabel 5. 5 Uji Konsistensi Stasiun B
TAHUN AKUMULASI B AKUMULASI A,C
2011 144.30 205.10
2010 427.00 450.25
2009 601.20 659.30
2008 820.50 852.70
2007 943.90 1063.15
2006 1069.10 1272.15
2005 1222.80 1472.25
2004 1368.40 1652.50
2003 1523.30 1860.40
2002 1667.40 2017.30
2001 1813.20 2172.29
2000 1995.50 2351.54
1999 2091.02 2583.89
1998 2211.62 2787.79
1997 2313.62 2938.79
GRAFIK
Gambar 5. 2 Uji Konsistensi Stasiun B
y = 150.53x + 143.32
R = 0.993
0.00
500.00
1000.00
1500.00
2000.00
2500.00
3000.00
A
K
U
M
U
L
A
S
I
B
AKUMULASI A,C
UJI KONSISTENSI HUJAN STASIUN B
AKUMULASI B
Linear (AKUMULASI B)
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-9
Tabel 5. 6 Uji Konsistensi Stasiun C
TAHUN AKUMULASI C AKUMULASI A,B
2011 221.00 166.75
2010 488.00 419.75
2009 712.80 603.50
2008 935.60 795.15
2007 1155.50 957.35
2006 1358.50 1127.45
2005 1573.00 1297.15
2004 1788.20 1442.60
2003 2027.00 1608.55
2002 2209.40 1746.30
2001 2436.00 1860.89
2000 2637.70 2030.44
1999 2857.50 2200.65
1998 3084.30 2351.45
1997 3245.30 2472.95
GRAFIK
Gambar 5. 3 Grafik Uji Konsistensi Stasiun C
y = 215.28x + 59.784
R = 0.9995
0.00
500.00
1000.00
1500.00
2000.00
2500.00
3000.00
3500.00
A
K
U
M
U
L
A
S
I
C
AKUMULASI A,B
UJI KONSISTENSI HUJAN STASIUN C
AKUMULASI C
Linear (AKUMULASI C)
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-10
Uji konsistensi dilakukan untuk menguji tingkat kekonsistensian data
curah hujan wilayah pada masing masing tahun. Data dinilai konsisten apabila
menghasilkan garis lurus (R
2
=1) atau mendekati garis lurus.
Pada grafik diatas dapat terlihat bahwa curah hujan di setiap stasiun sudah
konsisten, ini ditandai dengan nilai R2 yang mendekati satu. Khususnya untuk
data curah hujan di stasiun utama yaitu stasiun A. Dengan demikian tidak perlu
dilakukan koreksi curah hujan pada data yang sudah ada.
5.3 Uji Homogenitas
Melihat homogenitas atau tidaknya sebuah data curah hujan dapat juga
dilihat dari sebaran data curah hujan. Tidak adanya selisih dari setiap curah hujan
disemua stasiun dalam data curah hujan menunjukka data curah hujan tersebut
homogen. Kehomegenitasan data akan mempengaruhi curah hujan dalm setiap
periode ulang hujan. Melihat data yang tersaji pada perencanaan ini curah hujan
telah memiliki sebaran yang homogen.
5.4 Penentuan Hujan Wilayah
Curah hujan daerah itu dapat dihitung dengan persamaan sbb :
R = A
1
R
1
+ A
2
R
2
+
A
3
R
3
+ + A
n
R
n
A1 + A2 + A3 + + An
= A1R1 + A2R2 + A3R3 + + AnRn
A(total)
Dengan menggunakan metode polygon thiessen, maka daerah cakupan
yang terdiri dari tiga stasiun dibagi pula menjadi tiga bagian wilayah. Dengan luas
sebagai berikut.
Tabel 5. 7 Luas Wilayah Cakupan Perencanaan
LUAS DAERAH CAKUPAN TIAP STASIUN (Ha)
A (Tugu- A1)
B (Beringin- A2)
C (Ngaliyan- A3)
243.919
180.939
184.939
Luas total
609.797
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-11
Gambar 5. 4 Daerah Cakupan Wilayah Perencanaan
Tabel 5. 8 Curah Hujan Wilayah
No Tahun
Hujan Harian Maksimum
Rata -
Rata
Stasiun
A
Stasiun
B
Stasiun
C A1 A2 A3 A1.R1 A2.R2 A3.R3 Aa+Ab+Ac
Hujan
(mm)
1 1997 141.00 102 161.0 243.919 180.939 184.939 34393 18456 29775 609.797 135.49
2 1998 181.00 120.6 226.8 243.919 180.939 184.939 44149 21821 41944 609.797 176.97
3 1999 244.90 95.52 219.8 243.919 180.939 184.939 59736 17283 40650 609.797 192.96
4 2000 156.80 182.3 201.7 243.919 180.939 184.939 38246 32985 37302 609.797 177.98
5 2001 83.37 145.8 226.6 243.919 180.939 184.939 20336 26381 41907 609.797 145.33
6 2002 131.40 144.1 182.4 243.919 180.939 184.939 32051 26073 33733 609.797 150.64
7 2003 177.00 154.9 238.8 243.919 180.939 184.939 43174 28027 44163 609.797 189.19
8 2004 145.30 145.6 215.2 243.919 180.939 184.939 35441 26345 39799 609.797 166.59
9 2005 185.70 153.7 214.5 243.919 180.939 184.939 45296 27810 39669 609.797 184.94
10 2006 215.00 125.2 203.0 243.919 180.939 184.939 52443 22654 37543 609.797 184.72
11 2007 201.00 123.4 219.9 243.919 180.939 184.939 49028 22328 40668 609.797 183.71
12 2008 164.00 219.3 222.8 243.919 180.939 184.939 40003 39680 41204 609.797 198.24
13 2009 193.30 174.2 224.8 243.919 180.939 184.939 47150 31520 41574 609.797 197.19
14 2010 223.30 282.7 267.0 243.919 180.939 184.939 54467 51151 49379 609.797 254.18
15 2011 189.20 144.3 221.0 243.919 180.939 184.939 46149 26109 40872 609.797 185.52
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-12
Dengan menggunakan metode polygon thiessen ini maka curah hujan
wilayah dapat dihitung dengan menggunakan formula seperti yang dituliskan
diatas. Hasil dari curah hujan wilayah seperti yang tertera dalam table 5.8. adapun
contoh perhitungannya adalah sebagai berikut.
Tahun 1997
R1 = 141 mm/hr ; A1 = 243.919 Ha
R2 = 102 mm/hr ; A2 = 180.939 Ha
R3 = 161 mm/hr ; A3 = 184.939 Ha
Maka R wilayah rata-rata = A
1
R
1
+ A
2
R
2
+
A
3
R
3
/ A1 + A2 + A3
= (141 x 243.919) + (102 x 180.939) + (161 x 184.939)/(243.919+180.939+
184.939)
= 135.49 mm/hr
5.5 Pemilihan Jenis Distribusi
Dalam statistik terdapat beberapa jenis sebaran (distribusi), diantaranya yang
sering digunakan dalam hidrologi adalah :
1. Distribusi Gumbel
2. Distribusi Log Normal
3. Distribusi Log-Person tipe III
4. Distribusi Normal
Untuk menentukan jenis distribusi hujan yang tepat dapat dicari dengan
melihat penyimpangan minimum yang dihitung dari table analisa frekuensi
curah hujan seperti yang tersaji pada data dibawah ini.
TUGAS BESAR DRAINASE KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN
TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-13
ANALISIS FREKUENSI METODE THIESSEN UNTUK CURAH HUJAN KELURAHAN TUGUREJO
Tabel 5. 9 Pemilihan Jenis Distribusi Curah Hujan
No. Tahun
Hujan Hujan Probabilitas Dalam %
Asli Diurutkan
Empiris
Normal Log Normal 2 Par. Log Normal 3 Par. Gumbel Pearson III Log Pearson III
(mm) (mm) Teoritis Beda Teoritis Beda Teoritis Beda Teoritis Beda Teoritis Beda Ln x Teoritis Beda
1
1997 135.49 135.49
93.75 95.24 1.49 96.86 3.11 83.07 10.68 96.27 2.52 98.80 5.05 4.91 99.80 6.05
2
1998 176.97 145.33
87.50 90.53 3.03 91.88 4.38 75.67 11.83 89.83 2.33 93.80 6.30 4.98 95.90 8.40
3
1999 192.96 150.64
81.25 86.88 5.63 87.70 6.45 71.30 9.95 84.73 3.48 89.00 7.75 5.01 90.70 9.45
4
2000 177.98 166.59
75.00 70.64 4.36 68.94 6.06 57.41 17.59 64.73 10.27 67.40 7.60 5.12 65.90 9.10
5
2001 145.33 176.97
68.75 56.63 12.12 53.76 14.99 48.47 20.28 50.84 17.91 51.30 17.45 5.18 48.60 20.15
6
2002 150.64 177.98
62.50 55.18 7.32 52.25 10.25 47.62 14.88 49.53 12.97 49.80 12.70 5.18 47.00 15.50
7
2003 189.19 183.71
56.25 46.92 9.33 43.93 12.32 42.95 13.30 42.50 13.75 41.50 14.75 5.21 38.80 17.45
8
2004 166.59 184.72
50.00 45.47 4.53 42.51 7.49 42.15 7.85 41.33 8.67 40.10 9.90 5.22 37.50 12.50
9
2005 184.94 184.94
43.75 45.15 1.40 42.19 1.56 41.97 1.78 41.07 2.68 39.80 3.95 5.22 37.20 6.55
10
2006 184.72 185.52
37.50 44.32 6.82 41.38 3.88 41.52 4.02 40.40 2.90 39.00 1.50 5.22 36.40 1.10
11
2007 183.71 189.19
31.25 39.14 7.89 36.43 5.18 38.70 7.45 36.37 5.12 34.30 3.05 5.24 32.00 0.75
12
2008 198.24 192.96
25.00 34.00 9.00 31.64 6.64 35.91 10.91 32.50 7.50 29.80 4.80 5.26 27.80 2.80
13
2009 197.19 197.19
18.75 28.59 9.84 26.73 7.98 32.94 14.19 28.56 9.81 25.30 6.55 5.28 23.80 5.05
14
2010 254.18 198.24
12.50 27.31 14.81 25.58 13.08 32.22 19.72 27.63 15.13 24.30 11.80 5.29 22.80 10.30
15
2011 185.52 254.18
6.25 0.43 5.82 1.07 5.18 8.26 2.01 4.01 2.24 1.60 4.65 5.54 2.50 3.75
Jumlah
Data
15 Delta Maks 14.81 14.99 20.28 17.91 17.45 20.15
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-14
Tabel 5. 10 Standar Deviasi
Dari data diatas maka jenis distribusi curah hujan yang dipilih
adalah metode normal, karena memiliki penyimpangan yang paling kecil
(minimum). Dapat dilihat bahwa penyimpangan yang terjadi pada distribusi
normal adalah 14.81 paling kecil diatara yang lain. Dengan demikian maka
untuk menentukan curah hujan maksimum dapat diperoleh dari distribusi
normal. Dimana curah maksimum ini akan dijadikan sebagai acuan dasar
dalam penrencanaan drainase perkotaan di daerah tugurejo. Periode ulang
hujan yang diambil adalah 2, 3 dan 5 tahun.
5.6 Curah Hujan Maksimum
Dari jenis distribusi air hujan yang dipilih, didapatkan nilai curah
hujan maksimum tahunan yang sering disebut sebagai periode ulang hujan
sebgai berikut. Nilai curah hujan ini diambil daridistribusi Normal sebagai
jenis distribusi terpilih.
Dalam perencanaan saluran drainase ini data periode ulang hujan
tahunan (PUH) sangat diperlukan untuk perhitungan debit limpasan dari
daerah rayapan yang menuju ke saluran yang dibangun, baik saluran tersier,
sekunder dan primer. Pada perencanaan ini periode ulang tahuanan
maksimum hujan yang digunakan dalam merencanakan debit saluran
Data
Asli
Data
Logaritma
Rata-2 181.5760 5.1912
Standev 27.6129 0.1491
Variasi,
z
0.1521 0.0287
z2 0.2732
Skew 0.8400 0.1512
Kurtosis 2.8738 1.5766
Yn 0.5128
Sn 1.0206
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-15
adalah, periode ulang (PUH) 2 untuk saluran tersier, PUH 5 tahun untuk
saluran sekunder dan PUH 10 untuk saluran primer.
Tabel 5. 11 Curah Hujan Maksimum Tahunan
Periode Ulang
Hujan (PUH)
t
Distribusi Probabilitas
Normal
2 0.0000 181.6
5 0.8416 204.8
10 1.2816 217.0
20 1.6449 227.0
25 1.7507 229.9
50 2.0537 238.3
100 2.3263 245.8
1000 3.0902 266.9
Penyimpangan Maksimum 14.81
Delta Kritis (Sig. Level 5 %) 33.8
Sumber : Rekapitulasi Hasil Perhitungan , 2012
Gambar 5. 5 Grafik Sebaran Distribusi Terpilih
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
C
u
r
a
h
H
u
j
a
n
[
m
m
]
Probabilitas >= [ % ]
Probabilitas Normal
Empiris Teoritis
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-16
5.7 Dimensi Saluran
Setelah diketahui periode ulang hujan maksimum tahunan dari jenis
distribusi terpilih, maka langkah selanjutnya adalah dengan menentukan
dimensi saluran drainase yang direncanakan didaerah kecamatan Tugurejo.
Disini akan disajikan contoh perhitungan dimensi pada sebuah
saluarn tersier di blok 1 yang merupakan sebuah saluran yang melewati
pemukiman penduduk. Contoh perhitungan untuk penentuan dimensi
saluran dalam perencanaan drainase. Untuk data lengkap hasil perhitungan
disajikan dibagian lampiran.
TUGAS BESAR DRAINASE KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN
TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-17
Tabel 5. 12 Perencanaan Dimensi Saluran
Lo V N
Waktu Pengaliran
R24
I Q A
Perba
ndingan
Panjang
V
analisa
te Ie (m)
( asumsi )
Manning
to td
tc =
to+td tc
(mm/jam) tiap
blok
Q
Kom
ulatif
(m
2
) B : H
B H ( m/s )
menit menit menit Menit
(m3/det)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 23 24 25 26 27 28 29 30 31
(menit) mm/jam p.rayapan
107.80 74.65 113 0.64 0.015 14.48 20.94 35.42 107.8 181.6 74.653 0.167 0.167 0.261 1.00 0.7 0.4 0.65
Blok
Ruas
Saluran
Jenis Luas Blok Tata
Elevasi tanah
Beda
Tinggi
Panjang
Slope
Slope
Saluran Terlayani Guna C
Hulu Hilir
Saluran
%
(km2) Lahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12
(m)
1 1 TERSIER 0.0414 pemukiman 0.7 17.00 16.25 0.75 804 0.0009 0.093
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-18
CONTOH PERHITUNGAN DIMENSI
- Jenis saluran tersier
- Luas wilayah cakupan = 0.0414 Km2
- Tata guna lahan adalah pemukiman
- Koefisien limpasan (C) = 0.7
- Elevasi tanah
Hulu = 17.00 m
Hilir = 16.25 m
- Beda tinggi
= Elevasi Hulu Elevasi Hilir
= 17.00 16.25
= 0.75
- Panjang saluran
Diukur dari panjang dalam peta aliran sebesar 804 m
- Slope
S = Elevasi/Ld
S = 0.75/804
S = 0.00093
- Persentase slope
% S = S x 100 %
% S = 0.093 %
- R24 = 181.6 mm/hari
- te
te = 0.9 (R)
0.92
te = 0.9 (181.6)^0.92
te = 107.80 menit
- Ie
Ie =
R te
R R
3 , 0
07 , 0 54
2
+
+
Ie = ((54*181.6)+(0.07*181.6^2))/((107.8)+(0.3*181.6))
Ie = 74.65 mm/hari
- Panjang rayapan
Lo = 113 m
- Kecepatan aliran (V) asumsi
V = 0.64 m/detik
- Koefisien kekasaran n Manning
n = 0.015
- Waktu pengaliran
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-19
to =
3 , 0 4 , 0
6 , 0
) .( ) . (
) ( 33 , 6
So Ie C
nLo
to = ((6.33*(0.015*113)^0.6))/(((0.7*74.65)^0.4)*((0.00093)^0.3))
to = 14.48 menit
td = Ld/60xV
td = 804/60x0.64
td = 20.94 menit
tc = to + td
tc = 14.48 + 20.94
tc = 35.42 menit
karena tc < te 35.42 < 107.8
maka durasi hujan minimum yang dipakai adalah te ditetapkan sebagai
lamanya hujan yang terjadi.
- Intensitas Hujan
I =
RT te
RT RT
3 , 0
07 , 0 54
2
+
+
I = ((54*181.6)+(0.07*181.6^2))/((107.8)+(0.3*181.6))
I = 74.65 mm/jam
- Debit limpasan
Q = f x C x A x I
Q = ((0.278*(I*2.777*10^-7)*(C)*(A*10^6)))
Q = ((0.278*(74.65*2.777*10^-7)*(0.7)*(0.0414*10^6)))
Q = 0.167 m
3
/detik
- Debit kumulatif saluran
Saluran tersier = 0.167 m
3
/detik
- Luas saluran
A = Q/V
A = 0.167 m3/dt/ 0.64 m/dt
A = 0.261 m2
- Perbandingan lebar dan tinggi saluran (B:H)
B : H = 2 : 1
A = B. H
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-20
A = 2H . H
A = 2H2
0.261 = 2H2
H = (0.261/2)
H = 0.361m
B = 2H
B = 2 . 0.36
B = 0.72 m
- Free board
Free board = 25 % x H
Free board = 25 % x 0.36
Free board = 0.09 m 0.1 m (10 cm)
- Dimensi rencana
B = 0.72 m 0.75 m
H = H + Freeboard 0.36 + 0.1 = 0.46 m 0.5 m
- Jari-jari Hidrolis
R = luas basah / keliling basah
R = BH / (B + 2H)
R = 0.72 x 0.36 / (0.72 + 2x 0.36)
R = 0.18
- V analisa
V =(S^0.5)x(1/n)x(R)^(2/3)
V =(S^0.5)x(1/n)x(A/(B+(2H)))^(2/3)
V = (0.00093^0.5)x(1/0.015)x(0.261/(0.72+(2. 0,36)))^(2/3)
V = 0.65 m/detik
Vasumsi V analisa
( 0.64 0.65 ) m/detik
5.8 Analisa Perencanaan
Pada perencanaan kali ini saluran terbuka yang dipilih yaitu, saluran
terbuka segi empat karena saluran drainase yang berbentuk segi empat tidak
banyak membutuhkan ruang dan berfungsi untuk saluran air hujan, air rumah
tangga maupun air irigasi. Sedangkan pada saluran berbentuk tersusun tampang
saluran yang bawah berfungsi mengalirkan air rumah tangga pada kondisi tidak
ada hujan, apabila terjadi hujan maka kelebihan air dapat ditampung pada saluran
bagian atasnya. Tampang saluran ini membutuhkan ruang yang cukup. Bentuk
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-21
saluran ini sebenarnya cukup efektif namun karena terlalu banyak memakan lahan
tidak cocok untuk diterapkan lagi pada daerah studi pada perencanaan sistem
drainase kali ini.
Sistem jaringan drainase selain sistem tertutup juga bisa berupa sistem
terbuka dengan pertimbangan bahwa pada saluran tertutup tidak terlalu banyak
memakan lahan karena lahan di atasnya masih dapat digunakan untuk keperluan
yang lain seperti jalan atau trotoar di samping itu dari segi estetika dan kesehatan
lingkungan pada saluran tertutup diharapkan tidak menimbulkan bau dan
meningkatkan populasi nyamuk. Namun pada kenyataannya saluran drainase
perkotaan banyak yang memakai sistem terbuka dengan pertimbangan untuk
memudahkan dalam operasional dan pemeliharaan.
Tujuan pada perencanaan ini adalah untuk mengalirkan genangan air
sesaat yang terjadi pada musim hujan serta untuk mengalirkan air kotor hasil
buangan dari rumah tangga. Kelebihan air atau genangan air sesaat yang terjadi
pada daerah studi karena keseimbangan air pada daerah tersebut terganggu. Yang
disebabkan air yang masuk ke dalam daerah tersebut lebih besar dari yang ke luar.
Pada daerah perkotaan termasuk di dalamnya pada daerah studi ini sendiri
kelebihan air ini terjadi biasanya dikarenakan oleh kelebihan air hujan, disamping
itu kapasitas infiltrasi pada daerah perkotaan sangat kecil akibat adanya banyak
pembebasan lahan untuk mendukung kepentingan sosial ekonomi, sehingga
menyebabkan terjadinya limpasan air sesaat setelah hujan turun. Untuk itu sangat
dibutuhkan perencanaan sistem drainase yang baik yang meliputi besar dimensi
berdasarkan debit air hujan, bentuk saluran, macam material disamping aspek
ekonomi dan teknis lainnya harus dipertimbangkan dengan matang.
Pada saluran perencanaan terdapat beberapa keadaan di mana kecepatan
aliran pada saluran mengalami kecepatan kritis. Sebagai contoh pada saluran P- Q,
saluran tersebut mengalami kecepatan kritis karena melihat kondisi kemiringan
saluan yang demikian cukup curam. Saluran yang juga mengalami hal tersebut
yaitu saluran a-R, b-S, U-Q. Hal tersebut terjadi karena perbedaan ketinggian
antara saluran di hulu dan hilir. Kondisi tersebut dapat menyebabkan konstruksi
bangunan saluran cepat rusak dan memakan biaya OM yang cukup banyak.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
V-22
Saluran yang mengalami kecepatan kritis juga terjadi pada saluran gorong-gorong.
Hal tersebut terjadi karena kemiringan saluran yang relatif datar sehingga
menyebabkan kecepatan aliran di saluran tersebut cenderungkecil.
Pemecahan beberapa masalah di atas dapat ditangani dengan
menggunakan bangunan terjunan air untuk saluran yang mempunyai kemiringan
saluran cenderung curam. Cara tersebut baik karena akan mencegah pengrusakan
konstruksi saluran, walaupun untuk pembangunan suatu bangunan terjunan air
cukup membutuhkan biaya. Tetapi dengan adanya bangunan terjunan akan
memperkecil biaya OM untuk saluran tersebut. Untuk saluran gorong-gorong
sebaiknya memperbesar sedikit kemiringan saluran tanpa mengganggu
kemiringan jalan.
Pada dasarnya aliran di saluran perencanaan sudah dapat mengalir dengan
baik tanpa melewati jagaan. Hal tesebut sudah diantisipasi pada saat perencanaan
dimensi saluran. Pada perencanaan dimensi saluran ada baiknya jika
direncanakan untuk pengendalian banjir. Sehingga dimensi saluran rencana dapat
digunakan dalam waktu yang lama dan dapat mengalirkan aliran dengan debit
melebihi debit rencana yang sering terjadi di musim hujan. Penggunaan saluran
untuk waktu yang lama perlu diperhatikan tentang biaya OM.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
VI-1
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Daerah perencanaan di kelurahan Tugurejo adalah sebagai berikut:
o Sistem tercampur, yakni limpasan air hujan dan air buangan rumah tangga.
o Saluran yang ada adalah saluran terbuka.
o Saluran terdiri dari saluran tersier, sekunder dan primer
o Dimensi dari saluran bervariasi tergantung dari debit yang ditampung.
o Perencanaan drainase di kelurahan tugurejo langsung dibuang kemuara
sungai didaerah pantai utara Kota Semarang.
o Perencanaan ini tidak diperlukan sumur resapan dan kolam retensi ataupun
polder karena tempat pengaliran sangat mudah dan tidak ada potensi
genangan.
o Perhitungan dan analisa didasarkan pada periode ulang hujan di daerah
Tugurejo sebagai berikut :
PUH 2 = 181.6 mm/hari
PUH 5 = 204.8 mm/hari
PUH 10= 217 mm/hari
Jenis distribusi yang dipakai adalah distribusi Normal karena memiliki
penyimpangan yang paling kecil (minimum)
6.2 SARAN
Perencanaan sistem drainase di daerah tugurejo ini masih memerlukan
beberapa survey lapangan untuk memastikan pemasangan saluran dan ketepatan
pembangunan saluran drainase di daerah Tugurejo. Sehingga pelaksanaan
pembangunan benar-benar tepat guna untuk kemaslahatan masyarakat.
TUGAS BESAR DRAINASE
KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG
POSO NASUTION
21080110110031
DAFTAR PUSTAKA
American Association Of State Highway and Transportation Officials, 1992.
Pedoman Drainase Untuk Jalan Raya, United States.
Gunadarma,1997. Drainase Perkotaan,Jakarta.
Subarkah, Imam,1980. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air,Bandung.
Linsley,Ray,K.,Franzini,Joseph B.,1986.Teknik Sumberdaya Air 1, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Linsley,Ray,K.,Franzini,Joseph B.,1991. Teknik Sumberdaya Air 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Loebis, Joesron,., 1992. Banjir Rencana Untuk Bangunan Air, Yayasan Badan
Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Masduki, H.Moh., Drainase Pemukiman , Institut Teknologi Bandung.
Nemec, J., 1972. Engineering Hydrology, Tata-McGraw Hill Publishing
Company, Ltd., New Delhi.
Soemarto,C.D.,1995. Hidrologi Teknik,Penerbit Erlangga, Jakarta.
Takeda,Kenzaku,1993. Hidrologi Untuk Pengairan, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Varshney,R.S., 1979. Engineering Hydrology, India.