You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Menurut Chaer (2009 :194) pada tahap pertama dalam kehidupan seorang bayi menghabiskan waktunya untuk mengamati dan mengumpulkan sebanyak banyaknya informasi yang ada di sekitarnya. Pengamatan ini dilakukan melalui seluruh panca indranya. Apa yang diamatinya dikumpulkan menjadi pengetahuan dunianya. Adapun yang melatarbelakangi masalah yang penulis bahas dalam makalah ini adalah begitu pesat dan cepatnya bayi yang bernama Shamila ini mengerti dan merespons apa apa yang dikatakan dan diucapkan kepadanya, sehingga ia mampu mengeluarkan bunyi bunyi serta gerakan gerakan tubuhnya membuktikan bahwa ia mengerti dan paham dengan apa yang kita katakan padanya. Hal ini juga membuktikan bahwa ia berkomunikasi dengan kita. Dengan demikian penulis tertarik untuk membahas tentang pemerolehan fonologi bagi bayi, sehingga dengan demikian penulis dapat mengetahui dari sekian banyak teori fonologi penulis dapat mengetahui teori mana yang cocok dan sesuai dengan bayi yang penulis amati. B. Batasan Masalah Berdasarkan dengan latar belakang di atas maka batasan masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah adanya diantara bayi bayi yang cepat merespons atau berkomunikasi meskipun belum bisa bicara, dan adanya diantara bayi- bayi yang mampu berbicara bersamaan dengan perkembangan fisiknya.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apakah ada diantara bayi bayi yang cepat merespons atau

berkomunikasi belum bisa bicara? 2. Adakah diantara bayi- bayi yang mampu berbicara bersamaan

dengan perkembangan fisiknya? D. Tujuan Penulis Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Psikolingistik yang dibimbing oleh dosen Redo Andi Marta, M.Pd. Demoga dengan bimbingan beliau penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

BAB II PEMBAHASAN

A. Kajian Teori Adapun teori yang relevan dengan pembahasan dalam makalah ini adalah (1) pemerolehan bahasa dan (2) pemerolehan fonologi. Berikut akan dijelaskan tentang kedua teori tersebut. 1. Pemerolehan Bahasa Chaer (2009:167) mengatakan bahwa bahasa diperoleh manusia sejak lahir sampai usia lima tahun, yang dikenal dengan istilah pemerolehan bahasa pertama. Pemerolehan bahasa melalui tahap-tahap perkembangan yang berjalan sesuai dengan jadwal biologis seseorang. Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika ia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa sangat berpengaruh berdasarkan

perkembangan, pertumbuhan serta lingkungan tempat tinggal anak tersebut. Tata cara berbahasa ini terjadi secara sadar dan berangsur-angsur seiring dengan pertumbuhan anak. Seorang anak akan lebih mudah menyerap atau memahami bahasa dari orangnya yang merupakan orang pertama yang mengetahui pertumbuhan anaknya. Salah satu bidang kajian psikolinguitik adalah pemerolehan bahasa. Maksan (1993:20) mengatakan bahwa pemrosesan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang (tidak hanya anak-

anak) secara sadar, implisit atau informal. Menurut Maksan (1993:24) bahwa terdapat dua teori tentang pemerolehan bahasa. Pertama, teori aliran behaviorisme, yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak melalui penambahan sedikit demi sedikit, bersifat linier atau garis lurus, bertambah dari hari ke hari sehingga lengkap seperti bahasa orang dewasa. Kedua, teori rasionalisme, yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak itu mengikuti pola perkembangan tertentu. Setiap pola perkembangan bahasa itu mempunyai tata bahasa sendiri-sendiri pula yang mungkin saja tidak sama dengan tata bahasa orang dewasa (tata bahasa yang sebenarnya). Selanjutnya tata bahasa yang tidak benar tersebut berangsurangsur diperbaikinya. Pemerolehan bahasa anak berlangsung secara bertahap sesuai dengan perkembangan usianya. Setiap anak memiliki perkembangan pemerolehan bahasa yang berbeda-beda, ada yang cepat dan ada yang lambat. Namun, proses tersebut tidak ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan anak (intelegensi). Dalam situasi normal, anak sudah dapat berbahasa dengan baik sesuai dengan tata bahasa orang dewasa pada usia lima tahun. Menurut Maksan (1993:25-27) tahapan pemerolehan bahasa terdiri dari :
a. Tingkat membabel (0;0 1;0)

Pada tingkat ini anak mengarah untuk mengucapkan pola suku kata KV (Konsonan dan Vokal)
b. Masa holofrasa (1;0 2;0)

Pada masa ini anak-anak mengucapkan satu kata dengan maksud sebenarnya menyampaikan sebuah kalimat
c. Masa ucapan dua kata (2;0 2;6)

Pada masa ini anak-anak sudah mulai mengucapkan dua buah kata
d. Masa permulaan tata bahasa (2;6 3;0)

Pada masa ini anak sudah mulai menggunakan bentuk bahasa yang lebih rumit, seperti penggunaan afiksasi
e. Masa menjelang tata bahasa dewasa (3;0 4;0)

Pada masa ini anak sudah mampu menghasilkan kalimat-kalimat yang rumit dalam artian anak telah menggunakan afiksasi secara lengkap, dan mempunyai S.P.O.K (kalau diperlukan)
f. Masa kecakapan penuh (4;0 5;0)

Pada masa ini anak-anak yang normal sudah mempunyai kemampuan berbicara sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa ibunya. 2. Pemerolehan Fonologi Maksan (1993:39-41) menyatakan bahwa dalam masa pemerolehan fonologi ini sebenarnya seorang anak melalui dua periode, yakni masa persepsi dan masa ekspresi. Masa persepsi adalah waktu anak hanya menerima apa saja yang didengarnya. Semua ucapan dari orang-orang yang berada disekitarnya atau lingkungannya didengar tanpa memberikan reaksi ucapan. Namun walaupun tanpa reaksi ucapan, si anak sebenarnya telah memberikan reaksi-reaksi fisik seperti menangis, tertawa, menggeliat manja dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena struktur alat ucap (artikulasi) si anak belum lagi berkembang sehingg dapat digunakan untuk

memberikan reaksi terhadap ucapan-ucapan itu. Setelah usia bertambah dan struktur alat ucapnya telah tumbuh dan berkembang dengan normal, barulah secara berangsur-angsur ia dapat mengucapkan kata sebagai ungkapan perasaan dan fikirannya. Pada masa ini seorang anak telah masuk ke periode kedua yang dinamakan masa ekspresi, dimana pada masa ini anak sudah mulai mengucapkan kata-kata mulai dari kata yang tidak jelas (mungkin juga tidak bermakna sama sekali) sampai pada katakata yang makin sempurna. Masa persepsi dibagi menjadi dua bagian. Pertama, anak mengenal ucapan bahasa dan ucapan bukan bahasa setelah anak mengenal bunyi-bunyi bahasa dan non bahasa. Kedua, anak masuk pada pengenalan bentuk-bentuk fonetik tertentu yang mengarah pada pengenalan bunyi kata-kata pertama yang dikenal si anak. Masa ekspresi dibagi tiga. Pertama, masa mendekut (cooling). Disebut juga masa mengucapkan bunyi bunyi bahasa seluruh dunia. Dikatakan demikian karena setiap anak mampu seperti bahasa penutur asli billa ia dibesarkan dalam lingkungan bahasa tersebut, kedua, masa membabel (babbling). Pada masa ini anak telah mengucapkan pola satu suku kata. Pola yang tampil adalah KV (konsonan dan vokal) seperti ma, pa, ba, da, dan lain lain. Ketiga, masa prakata. Prakata adalah kata kata yang belum lengkap diucapkan pleh anak seperti apa yang diucapkan oleh orang dewasa. Namun demikian, orang dewasa yang dekat dengan si anak seperti orang tuanya, kakaknya, neneknya paham dengan maksud si anak.

B. Data dan Analisis Data 1. Informan/ Responden Biodata anak yang penulis teliti adalah: Nama Tempat/Tanggal Lahir Jenis kelamin Umur Alamat : Nur Shamila Madiha : Solok/ 13 Oktober 2011 : Perempuan : 14 bulan : Simpang TJ. Nan IV Kec. Danau Kembar Kabupaten Solok Nama Ayah Nama Ibu Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu 2. Dialog/ Percakapan Data yang diambil sebagai bahan penelitian adalah hasil observasi atau dialog antara peneliti (orang tua/bunda) dengan Nur Shamila Madiha (putri peneliti) pada tanggal 4 5 januari 2013. Dialog ini nantinya akan diterjemahkan dari bahasa daerah ke dalam bahasa indonesia. Berikut ini akan digambarkan dialog antara peneliti dengan objek peneliti kedalam sebuah tabel. : Novembli : Elvinawati : Wiraswasta : Rumah tangga

Ujaran NO Bahasa Daerah Bahasa Indonesia 1 Peneliti: Shamila, sabuik ayah! Peneliti: Shamila, Bilang ayah! Shamila: Yaaah 2 Peneliti: Shamila, sabuik Bubda! Shamila: Buaa/ ema
3

Shamila: Ayah Peneliti: Shamila, Bilang Bunda! Shamila: Bunda Peneliti: Shamila, Panggil Abang! Shamila: Abang Peneliti: Shamila, bilang dedek! Shamila: dedek Peneliti: Shamila, bilang Abak! Shamila: Abak Peneliti: Shamila, imbau Ibu! Shamila: Ibu Peneliti: Shamila, ayo mandi! Shamila: Mana Sampo Peneliti: Shamila, mana lampu? Shamila: Lampu (Sambil menunjuk lampu) Peneliti: Shamila, mimik lagi! Shamila: Mau susu Peneliti: Shamila, mana bola? Shamila: Bola (sambil mengambil bola) Peneliti: Shamila, siapa namanya? Shamila: shamila Peneliti: Shamila, mana rokok abak?

Peneliti: Shamila, imbau Abang! Shamila: Baah

Peneliti: Shamila, sabuik dedek! Shamila: dedeeek

Peneliti: Shamila, sabuik Abak! Shamila: Abak

Peneliti: Shamila, imbau Ibu! Shamila: Buuu

Peneliti: Shamila, mandi lai nak! Shamila: Sampooo Peneliti: Shamila, maa lampu?

Shamila: ampuu Peneliti: Shamila, mimik lai!

10

Shamila: aah mimi Peneliti: Shamila, maa bola?

11

Shamila: gogoo Peneliti: Shamila, sia namonyo?

12

Shamila: taaa Peneliti: Shamila, maa rokok abak?

13

Shamila: aaak Peneliti: Shamila, maa Kuciang/

Shamila: Rokok Peneliti: Shamila, mana Kucing? Shamila: Kucing Peneliti: Shamila, naik motor! Shamila: Ayok Peneliti: Shamila, minum obat! Shamila: obat Peneliti: Shamila, bunda pergi lagi ya! Shamila: da da Peneliti: Shamila, kis bay nak! Shamila: bayy Peneliti: Shamila, makan lagi nak! Shamila: tidak Peneliti: Shamila, mana gigi? Shamila: gigi (sambil menunjuk gigi) Peneliti: Shamila, mana mata? Shamila: mata (sambil menunjuk mata) Peneliti: Shamila, tidur lagi! Shamila: tidur di ayunan

14

Shamila: eong- eong Peneliti: Shamila, naiek bum!

15

Shamila: ngah - ngah Peneliti: Shamila, minum ubek!

16

Shamila: ngam - ngam Peneliti: Shamila, bunda pai lai yo!

17

Shamila: daaa Peneliti: Shamila, kis bay nak!


18

Shamila: baaah Peneliti: Shamila, makan lai nak! Shamila: ndaak

19

20

Peneliti: Shamila, maa gigi? Shamila: iii

21

Peneliti: Shamila, maa mato? Shamila: aaa Peneliti: Shamila, bobok lai! Shamila: ok buai- ok buai

3. Data Pemerolehan Fonologi NO Ujaran Anak

1 2
3 4 5 6 7 8 9

Yaaah Buaa/ ema Baah dedeeek Abak Buuu Sampooo ampuu aah mimi gogoo aaak eong- eong ngah - ngah ngam - ngam daaa baaah ndaak iii aaa ok buai- ok buai

10 11
12 13 14 15 16 17 18 19 20

4. Analisis Data Secara teori pemerolehan fonologi responden/ informan pada usia 1;0 1;2 adalah masa anak anak mengucapkan satu kata dengan maksud sebenarnya

10

menyampaikan sebuah kalimat. Berdasarkan ujaran ujaran responden yang telah dikumpulkan oleh peneliti maka diperoleh kesimpulan bahwa responden dapat menguasai pemerolehan fonologi dengan baik tanpa ada hambatan. Contohnya bua ( bunda), ampooo (sampo), dan sebagainya. Ujaran tersebut adalah kata yang termasuk ke dalam fonologi.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

11

Dari data pemerolehan fonologi terdapat 20 kata yang diucapkan oleh responden. Penelitian yang dilakukan tentang pemerolehan fonologi Nur Shamila Madiha (satu tahun dua bulan) di Kenagarian Simpang Tanjung Nan IV Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok memberikan gambaran bahwa terdapat hubungan antara teori dengan kenyataan dilapangan. Teori Maksan tentang pemerolehan fonologi pada anak usia di atas berada pada masa holofrasa (1;0 2;0) Shamila lebih aktif mengucapkan bunyi bunyi dari pengamatannya walaupun dia belum bisa mengucapkan kata dengan jelas. Shamila sesuai dengan umurnya serta perkembangan fisiknya juga mempunyai kemanpuan yang sangat baik dalam pemerolehan fonologi tanpa ada gangguan ataupun hamabatan hambatan dalam pemerolehan bahasa. Ia juga memiliki kemampuan berbicara bersamaan dengan kemampuanya untuk berjalan sendiri.

B. Saran Hendaknya bagi orang tua yang memiliki anak terutama bayi supaya dapat memberikan stimulus kepada bayinya sebanyak mungkin. Sebagai orang tua hendaknya berbahasa/berbicara dengan baik dihadapan anaknya dan menjadi orang tua yang perhatian terhadap anaknya dalam rangka membantu anak untuk memperoleh bahasa yang baik. Karena semau bayi yang normal, apapun perkataan /pembicaraan kita, dia selalu menyerab meskipun itu baik atau pun buruk, seiring berjalanya waktu dia selalu akan mengikuti bahasa, logat, dan gaya bahasa lingkungan sekitarnya.

12

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik kajian teoritik. Jakarta: PT. Rineka Cipta Maksan, Marjusman. 1993. Psikolinguistik. Padang : IKIP Padang Press.

13

14

You might also like