You are on page 1of 22

STRATEGI MERAWAT

PASIEN DENGAN DELUSI


1. Bina hubungan interpersonal dan saling percaya
 Jangan mengemukakan alasan, berdebat atau menentang delusi.
Upaya untuk tidak menyetujui delusi tidak ada manfaatnya.
 Yakinkan orang tersebut bahwa dia berada dalam keadaan aman
dan tidak berbahaya.
 Jangan tinggalkan pasien itu sendiri, gunakan keterbukaan dan
kejujuran setiap saat.
 Sarankan orang tersebut mengungkapkan perasaan ansietas, takut
dan tidak amanya.tawarkan kepedulian untuk mencegah cedera
terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain
 Tunjukan penerimaan terhadap kebutuhanya untuk
mempertahankan keyakinanya yang salah.
 Pusatkan pasien sebagai manusia, daripada pada kebutuhan untuk
mengendalikan gejala.
 Tetap tenang.
2. Identifikasi isi/jenis delusi

Bantu dalam pemehaman pasien dan manfaat delusi.


Klarifikasi keracunan tentang verbalisasi dengan
menanyakan apa yang dikatakan pasien.
Jika anda tidak berupaya untuk mengklarifikasi
kerancuan akibatnya bahkan akan lebih menimbulkan
kerancuan, ansietas, dan lebih menguatkan delusi.
Identifikasi adanya toik sentral.
Identifikasi adanya pada perasaan sentral
3. Selidiki arti delusi
 Kaji area dalam kehidupan indifidu yang tidak dapat lagi
pasien atur, kendalikan, atau ikut serta.
 Kaji cara kongkrit delusi mengganggu fungsi atau mungkin
menjelaskan malfungsi terhadap individu.
 Tanya apakah pasientersebut telah melakukan sesuatu
berdasarkan delusinya.
 Tanpa menyetujui atau mendebat, tanyakan alasan atau
logik yang melatar belakangi delusi.
4. Kaji Intensitas, Frekuensi, dan lama
delusi.
 Delusi sekilas dapat diatasi dalam waktu singkat
 Delusi campuran yang telah dialami dalam waktu lama dapa dihindari
secara sementara untuk mencegah terhambatnya hubungan.
 Apakah seseorang selalu menyalami anda dengan delusi? Jika
demikian dengarkan saja, dan kemudian beri petunjuk unuk
melakukan sesuatu.
 Jika pasien tampaknya tidak dapat menghentikan pembicaraan tentang
delusinya, tanya dengan ramah apakah dia masih ingat dengan apa
yang dilakukanya dan inilah saatnya untuk melakukan aktifitas
tersebut.
 Pabila pasien sangat bersemangat untuk menceritakan pada anda
dengan delusinya , dengarkan saja sampai tidak ada kebutuhan lagi
untuk mendiskusikanya. Ingat, akan bermanfaat untuk meyakinkanya
bahwa sebagai manusia dirinya adalah orang yang baik.
5. Identifikasi apa yang memicu
delusi

 Kaji kemampuan indifidu untuk melakukan aktifitas


sehari-harinya, karena delusi dapat dipicu oleh
perubahan kecil eperti perubahan dalam jadwal
kehidupan. Segala sesuatu yang potensial
mengganggu individu dapat memacu delusi.
6. Tempatkan delusi dalam bingkai waktu.
 Identifikasi semua komponen delusi dengan
menempatkanya dalam waktu dan urutan.

7. Identifikasi stress yang baru terjadi.


 Kaji apakah indifidu sedang dalam stress berat, seperti
kesulitan finansial, keluarga atau pekerjaan

8. Hubungkan awitan delusi dengan awitan


stress.
 Bantu pasien menghubungkan keyakinan yang salah dengan
waktu dia mengalami peningkatan stress, apabila individu
mampu memutuskan kemampuan ansietas, maka pikiran
delusinya dapat di cegah.
9. Jika pasien bertanya langsung apakah anda
percaya dengan delusi, hargai pertanyaanya
dengan mengatakan bahwa ini adalah
pengalaman pasien.
 Selalu menyajikan realitas pada pasien yang sedang

mengalami delusi, tanpa mendengarkan atau


menentang persepsinya.
 Kuatkan dan pusatkan paada realitas.

 Bicara tentang kejadian yang nyata dan orang-orang

yang nyata dengan menggunakan situasi nyata untuk


mengalihkan perhatian pasien dan pembicaraan
pasien.
10. Identifikasi kebutuhan emosional yang
mungkin dapat dipenuhi oleh delusi.

 Respon terhadap perasaan daripada terhadap sifat delusi


yang tidak logik. Ini akan merangsang diskusi dengan rasa
takut, Ansietas, atau marah tanpa menganggap bahwa
elusinya benar. Pada umumnya individu terikat nuansa
emosional dari pengalaman delusi pertamanya sampai pada
setiap pengalaman berikut dengan delusi tertentu.
 Gunakan proses pembicaraan daripada isi dengan
merefleksikan kembali perasaan pasien.
11. Penuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh
delusi.
 Tingkatkan aktifitas yang memerlukan perhatian, keterampilan fisik atau tindakan.
Jika tenaga pasien dialihkan, maka pemikiran yang patologik dapat dihentikan.
Aktifitas yang memuaskan akan membantu indifidu untuk tidak menggunakan
waktunya dengan pikiran yang delusi.
 Mengenal aspek yang sehat dari kepribadian pasien. Hal ini akan membantu pasien
untuk meragukan persepsi delusinya.
 Atur situasi sehinggaga sulit bagi pasien untuk menggunakan dalam sistem
delusinya, keadaan ini merangsang digunakanya metode alternatif untuk memenuhi
kebutuhan.

12. Begitu delusi dipahami, hindarkan dan


jangan membicarakan tentang delusinya.
 Dorong pasien untuk bertanggung jawab atas prilakunya.
 Beri cara pengendalian hidup sehari-hari dan pengambilan keputusan.
 Libatkan keluarga jika memungkinkan .
RINTANGAN KEBERHASILAN
INTERVENSI TERHADAP DELUSI
1. Menjadi ansius dan menghindari orang tersebut.
 Respon ini akan dapat menimbulkan kejengkelan , kemarahan, dan
perasaan keputus asaan dan perasan gagal, perasaan tidak adekuat dan
potensial untuk menjadi bahan tertawaan terhadap pasien.

2. Menguatkan delusi
 Tidak sejalan dengan delusi, terutama untuk mengharapkan kerjasama
dengan pasien.

3. Berupaya membuktikan bahwa orng tersebut


salah.
 Jangan mencoba untuk membuktikan penjelasan yang logik
4. Menetapkan tujuan yang tidak realistik.
 Jangan meremehkan kekuatan delusi dan kebutuhan
pasien terhadap delusi.

5. Ikut bergabung dalam sistem delusi.


 Hal ini akan menimbulkan kebingungan pada orang
tersebut dan tidak mungkin membuat batasan dalam
hubungan terapeutik.

6. Gagal mengklarifikasi kebingungan yang


berhubungan dengan delusi.
 Jika perawat tidak mengerti secara jelas tentang
kerumitan dan berbagai aspek dari delusi, delusi
tersebut akan menjadi lebih parah.
7. Intervensi yang tidak konsisten.
 Rencana intevensi harus secara tegas diikuti.
Pendekatan “cobalah semuanya” dapat
menimbulkan ketidak konsistenan, sehingga
individu menjadi kurang mampu untuk
mengidentifikasi realitas.

8. Melihat delusi dulu baru orangnya.


 Hindarkan berkata “orang yang berfikir ia
sedang keracunan”
EVALUASI

Untuk mengefaluasi intervensi keperawatan pada pasien dengan


responneurobiologik yang maladaptif, perlu mengajukan pandangan berikut
ini :

• Apakah pasien mampu menguraikan prilaku yang menunjukan perilaku bahwa ia akan
kambuh?

• Apakah pasien mampu mengidentifikasi dan menguraikan pengobatan yang diberikan, alasan
minum obat, frekuensi dan efek smping yang mungkin terjadi

• Apakah pasien berperan serta dalam berhubungan dengan orang lain yang dapat membuatnya
merasa senang.

• Apakah keluarga pasien menyadari karakteristik penyakit dan mampu berperan serta dalam
suatu hubungan yang mendukung pasien.

• Apakah pasien dan keluarga telah diberitahu tentang sumber yang tersedia di komunitas
separti program rehabilitasi, pemberi pelayanan kesehatan jiwa, program penyuluhandan
kelompok pendukung, serta apakah mereka menggunakan sumber tersebut?
STRATEGI MERAWAT PASIEN
DENGAN HALUSINASI

1. Membina hubungan interpersonal, saling


percaya.

 Jika anda ingin orang lain terbuka terhadap anda,


maka anda harus mengekspresikan perasaan anda
secara terbuka, jujur, dan bersikap langsung. Anda
akan menunjukan perilaku yang anda pancarkan jika
anda ketakutan, maka pasien tersebut juga akan
merasa takut. Bersikaplah sekonsisten mungkin.
Sabar, tunjukan penerimaan anda, dan dengarkan.
Selalu ingat bahwa individu edang mengalami
ansietas, takut kesepian dan hargadiri rendah, serta
otak tidak memperoleh stimulus secara akurat.
2. Mengkaji gejala halusinasi.
 Perhatikan dan dengarkan individu terhadap isyarat halusinasi
pada intensitas tingkat awal. Isyarat prilaku termasuk menyeringai
atau tertawa yang tidak wajar, menggerakan bibir tanpa berbicara,
mengedipkan mata secara cepat, respon verbal yang lamban,
diam, atau sering menelfon. Bersabar dan dengarkan pasien
ketika ia sedang berbicara.

3. Fokuskan pada gejala dan minta individu


menguraikan apa yang sedang terjadi.
 Tujuanya adalah untuk memberikan kekuatan kepada individu
dengan membantunya memahami gejala yang dia alaminya atau
gejala yang ditunjukanya. Hal ini akan menolong individu untuk
mengendalikan penyakitnya, meminta bantuan, dan diharapkan
dapat mencegah halusinasi yang lebih hebat. Bersabarlah dan
gunakan tehnik mendengar aktif.
4. Identifikasi kemungkinan pernah
menggunakan obat atau alkohol.
 Anda perlu mencari tahu apakah individu sedang menggunakan
obat terlarang atau alkohol. Anda perlu mengajarkan bahwa
penggunaan obat terlarang dan alkohol sangat berbahaya, bahkan
satu botol bir saja dapat berakibat seperti meminum enam botol.
Banyak orang menggunakan obat atau alkohol sebagai mekanisme
koping atau sebagai suattu cara tercepat untuk mengatai
intensitas gejala. Kombinasi penyakit otak atau obat atau alkohol
dapat menyebabkan bahaya yang tidak dapat diatasi dan
meningkatkan kemungkinan kambuh.

5. Jika ditanya, katakan dengan


singkat bahwa anda tidak sedang
mengalami stimulus yang sama.
 Tujuanya adalah untuk menuntun individu melalui pengalamanya
membuat ia mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi di
lingkunganya. Jangan berdebat atas apa yang sedang tidak
berlangsung. Jika sedang mengalami halusinasi jangan tinggalkan
pasien sendiri.
6. Bantu individu untuk menguraikan dan
membandingkan halusinasi yang sekarang
dan terakhir dialaminya.

 Anda perlu mencari tahu apa yang


sedang dilihat, didengar,dirasakan,
disentuh, atau dihidu untuk
mengungkapkan kapan halusinasi
pertama terjadi. Proses ini hampir
sama dengan mengumpulkan
riwayat medik yang berhubungan
dengan gejala lain. Hampir tidak
mungkin untuk memahami keadaan
sekarang tanpa pemahaman yang
jelas tentang kejadian yang lalu.
7. Dorong individu untuk mengamati dan
menguraikan pikiran, perasaan, dan
tindakanya, sekarang atau yang lalu
berkaitan dengan halusinasi yang
dialaminya.

 Seringkali individu dengan skizofrenia


berkemampuan membuat gejalanya tampak
atau tidak. Banyak yang belajar bagaimana
bertahan dengan penyakitnya melalui menutupi
gejalanya sehingga tampak normal. Tentu
memerlukan tenaga dan konsentrasi yang luar
biasa untuk mengendalikan penyakitnya. Jika
anda mendengarkan minimalnya 15 menit,
individu biasanya akan mampu untuk
mengatakan gejala kognitif dan persepsi dan
memnerikan isyarat serta memberikan isyarat
serta adanya psikosis. Ingat, jangan bersikap
menyalahkan, karena setiap orng yang terlibat
dalam asuhan terhadap pasien bertanggung
jawab terhadap penatalaksanaan penyakit ini.
8. Bantu individu menguraikan kebutuhan
yang mungkin tercermin pada isi
halusinasinya.
Kebutuhan emosional dapat dikelompokan
dalam empat katagori

 Kemempuan mengekspresikan kemarahan.


 Mempunyai kekuatan dan kendali terhadap keputusan
yang mempengaruhi kehidupan sehari-harinya.
 Perasaan Egosintonik dengan seksualitas manusia dan,
 Pengalaman harga diri yang positif.
 Jika satu atau lebih kebutuhan ini tidak terpenuhi oleh
kita semua(anggota keluarga, konsumer, pemberi
pelayanan kesehatan) kita juga akan mengalami
distress emosional yang sama. Cobalah berpijak pada
sepatu individu yang telah mengalami gangguan dalam
kemampuanya untuk menafsirkan realitas secara tepat.
Kemudian tambahkan efek stress ekstra dari
kebutuhan yang tidak terpenuhi. Untuk
mempertahankan kehidupan, halusinasi mungkin
sebagian merefleksikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi tersebut.
9. Bantu individu mengidentifikasi apakah ada hubungan antara
halusinasi dengan kebutuhan yang mungtkin tercermin.

Pusatkan pada kebutuhan yang tidak terpenuhi yang mungkin


sedang di alami individu dan bahas apakah ada hubungan
dengan halusinasi. Dorong individu untuk menandai kalender
tentang kapan halusinasi terjadi dan untuk beberapa lama
sebagai upaya mengedintifikasi pemicu terjadinya halusinasi.

10. Saran kan dan perkuat untuk penggunaan hubungan


interpersonal dalam pemenuhan hubungan.

Sangat penting untuk menemukan seorang individu yang akan


memberikan umpan balik yang jujur untuk membantunya
memilah antara realitas dengan halusinasi. Individu ini harus
siap membantu. Perlu diingat bahwa menurunkan ansietas
merupakan intervensi kunci untuk menghentikan halusinasi.
11. Identifikasi bagaimana gejala psikosis lain telah mempengaruhi
kemampuan individu untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari .

 Hal ini berarti membagi perhatian anda dan


memberikan umpan balik mengenai respon
perilaku umum individu. Gunakan alat
Pengkajian Pengelolaan Gejala Untuk
membantu individu merasa lebih dapat
mengendalikan penyakitnya. Dengan
membantu individu mengidentifikasi dan
mengenal pengaruh gejala terhadap aktifitas
hidup sehari-hari, maka harga diri akan
menungkat, kemarahan berkurang, dan
individu akan merasa sebagai pengendali
gejala dan bukan dikendalikan oleh gejala.
INTERVENSI KEPERAWATAN UNTUK MENCEGAH
KEKAMBUHAN

 Identifikasi gejala yang


menandakan kemungkinan
kambuh.
 Identifikasi gejala pemicu.
 Pilih tehnik penatalaksanaan
gejala.
 Identifikasi strategi koping
untuk pemicu gejala.
 Identifikasi sistem pendukung
jika kambuh lagi.
 Dokumentasi rencana tindakan
dalam formulir tertulis dan
simpan dengan orang yang
menjadi pendukung utama.
 Fasilitasi integrasi dalam
keluarga dan komunitas

You might also like