You are on page 1of 13

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paraggraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik

Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.

Verawaty R. Sitorus

ABSTRAK Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Kemampuan Membaca Skema Dengan Kemampuan Menulis Persuasif Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010 . Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data yakni uji normalitas dan uji linieritas. Untuk normalitas dilakukan dengan menggunakan Liliefors dan diperoleh bahwa variabel X dan variabel Y berdistribusi normal. Teknik pengorganisasian dan perhitungan data dilakukan dengan bantuan program komputer Microsoft Excel. Dari hasil analisa data diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,773. Sedangkan indeks determinasi sebesar 0,5976 atau 59,76%, ini berarti besarnya sumbangan kemampuan membaca skema terhadap kemampuan menulis persuasif sebesar 59,76%. Pengujian hipotesis dilakukan dengan rumus statistik uji-t dimana harga thitung diperoleh sebesar 7,512 harga jauh ini lebih dari harga ttabel = 1,68 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antar Kemampuan Membaca Skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasif oleh siswa kelas XI SMA Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.

Kata Kunci. Membaca Skema, Paragraf Persuasif, SMA Budi Murni

Pendahuluan Pemahaman siswa dalam membaca dapat dicerminkan melalui beberapa hasil misalnya melalui perubahan sikap/tingkah laku yang berarti dia telah mampu menyerap isi bacaan. Jika siswa mampu menyerap isi bacaan berarti dia dapat dikatakan terampil dalam membaca tanpa terkecuali, termasuk membaca skema. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua siswa mampu memproduksi kembali apa yang dibacanya terutama memproduksinya kembali dalam bentuk tulisan persuasif. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan siswa terhadap aspek-aspek pendukung lain yang mengarah pada tingkat ketidakmampuan menyerap isi bacaan dan ketidaktahuan jenis tulisan yang akan diwujudkannya. Siswa cenderung melakukan kegiatan membaca hanya dengan melihat lambang-lambang bahasa tulis tanpa berpikir bahwa ada suatu alur bergaris atau skema yang dapat mengarahkan mereka pada tujuan kegiatan menulis. Padahal dalam pembelajaran membaca dan menulis siswa diharapkan mampu menangkap isi bacaan/ gagasan bukan secara lisan saja, tetapi secara tertulis dalam berbagai bentuk tulisan termasuk persuasif dengan cepat dan efektif. Skema adalah kerangka atau rancangan secara garis besar. Dari membaca skema akan dapat menulis berbagai bentuk tulisan termasuk tulisan persuasif. Karena di dalam skema terdapat hal-hal pokok atau garis besar topiktopik yang akan dikembangkan dalam suatu tulisan. Jadi, skema menjadi hal yang mutlak dipakai untuk menulis persuaif. Skema akan terlihat jelas apabila dikaitkan dengan adanya pemahaman yang baik untuk memanfaatkannya dalam bentuk persuasif yang masih memerlukan evidensi atau bukti yang kuat. Bukti dan fakta

maksudnya adalah evidensi tentang apa yang ingin dipersuasifkan atau butuh logika untuk memanfaatkan situasi dalam dunia seni verbal yang berfungsi

sebagai sarana untuk membujuk, mendorong, dan meyakinkan pembaca agar mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya. Menurut pengamatan penulis pada saat mengadakan PPL T di daerah Tobasa, beberapa siswa sekolah lanjutan kurang memahami cara atau strategi membaca yang baik terutama ketika memahami suatu bacaan yang sederhana, kurang mampu menelaah isi skema/ bacaan secara cepat dan tepat, mengulur-ulur waktu ketika membaca sehingga siswa tidak mampu menuliskan kembali isi bacaan yang dibacanya, apalagi ditugaskan menulis bentuk persuasi berikut dengan pola penalarannya. Padahal siswa telah diberikan pelajaran membaca dan menulis yang baik. Jika kesalahan ini terletak pada guru, maka guru diharapkan dapat menerapkan berbagai strategi pengajaran membaca dan menulis dengan berbagai pola penalaran termasuk penalaran secara analogi, disamping itu guru juga harus mampu memperbaiki kesadaran siswa akan kemampuan membaca dan menulis dengan latihan-latihan yang teratur. Banyak siswa yang tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis dengan baik khususnya dalam membaca skema dan menulis persuasi. Hal ini terlihat masih terdapatnya siswa yang tidak dapat memahami atau menangkap gagasan-gagasan atau pokok pikiran utama yang terdapat dalam skema, padahal skema adalah dasar untuk mengembangkan topik ke dalam menulis khususnya menulis persuasive

Kerangka Teoretis Suatu penelitian yang membahas permasalahan haruslah didukung teoriteori yang kuat dari pemikiran para ahli. Penggunaan teori-teori yang kuat membuat suatu penelitian mempunyai dasar yang kuat dalam memperoleh kebenaran. 1. Pengertian Kemampuan Membaca Skema Tarigan (1986:11) menyatakan kemampuan diartikan sebagai pengetahuan yang dipunyai pemakai bahasa tentang bahasanya, dan nilai-nilai inilah yang merupakan objek penting. Kemampuan berasal dari kata dasar mampu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 707) dikatakan, Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan kita berusaha sendiri. Dalam hal ini istilah kemampuan yang dimaksud pada penelitian ini adalah kemampuan suatu keadaan atau situasi dimana seseorang menganalisis, mengolah, memecahkan, dan menarik kesimpulan suatu permasalahan yang dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca skema dan kemampuan menulis persuasif dengan pola analogi. Jadi, kemampuan berarti kebolehan, kesanggupan, kecakapan, kekuatan seseorang dalam membaca skema dan menulis persuasif dengan pola pengembangan analogi di dalam kegiatan pembelajaran membaca dan menulis. Di dalam bahasa Indonesia telah lama dikenal kata skema yang berpadanan dengan kata-kata : bagan, rangka-rangka, rancangan, dan rencana. Dalam Depdiknas (2002:1979) dituliskan bahwa : Skema adalah bagan ; rangka ; kerangka (rancangan dan sebagainya) ; garis besar ; denah. Kemudian

Soedarso (2005:106) mengemukakan, Bagan berfungsi sebagai petunjuk hubungan antara suatu pokok pikiran tertentu, tanpa harus ada keterangan dalam jumlah. Dalam membaca skema, seorang pembaca dtuntut untuk mecari dan menemukan intisari atau ide-ide pokok dari tulisan tersebut. Kemudian setelah ditemukan ide pokok dari bacaan tersebut maka pembaca dapat menulskannya dalam bentuk kerangka bacaan (skema) untuk memudahkannya dalam memahami buku tersebut. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa skema adalah kerangka atau rancangan secara garis besar yang memiliki simbol garis atau gambar-gambar simbolik. Skema berfungsi sebagai petunjuk hubungan antara suatu pokok pikiran tertentu tanpa harus ada keterangan dalam jumlah. Artinya, meskipun tanpa keterangan informasi yang dihadirkan skema cukup kompleks sehingga kesederhanaannya dapat dipahami dengan jelas. Jadi kemampuan membaca skema adalah kesanggupan memahami bagan atau kerangka referensi yang berisi peristiwa atau data yang berfungsi sebagai petunjuk hubungan antara suatu pokok pikiran. Sebuah skema adalah sebuah struktur pengetahuan yang abstrak. Skema itu abstrak dalam arti bahwa ia meringkas apa yang diketahui tentang beraneka ragam kasus yang mempunyai perbedaan dalam hal-hal tertentu. Skema bertujuan untuk menspesifikasikan keterkaitan antara komponen yang mendasarinya, manakala sebuah unsur dispesifikasikan, ia dapat dipahami dalam konteks yang tepat Pemahaman yang efisiensi mensyaratkan untuk mengaitkan bahasa tekstual pengetahuan sendiri.

2. Langkah-langkah Membaca Skema Soedarso (2005:107) menyarankan empat langkah membaca skema, sebagai berikut : Baca judulnya, dengan adanya judul, anda dapat mengharapkan kronologi peristiwa. Skema itu meliputi peristiwa apa saja ? Baca informasi yang ada, urutkan sesuasi dengan alur berupa garis-garis. Kita tahu isisnya apa saja. Ajukan pertanyaan tentang maksud skema itu. Untuk apa pengarang menyajikan skema ini? Baca sekarang skema itu, Ikuti anak panah dan alurnya. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa membaca skema adalah dimulai dengan membaca judulnya, mencari peristiwa atau informasi apa saja yang terdapat di dalamnya dengan cara mengikuti anak panah sesuai alur garis.. 3. Pengertian Kemampuan Menulis Persuasif Dalam konteks pembelajaran menulis suatu hal yang menarik perhatian penulis adalah tulisan persuasi benar-benar berhubungan dengan pengalaman panca indra, berkaitan dengan itu untuk menghasilkan karangan persuasi yang baik, penulis menggambarkan hasil pengamatan tentang bagian suatu objek dengan segenap perasaan pikirannya sehingga pembaca turut merasakan dan memikirkan apa yang disampaikan dalam tulisan tersebut Seperti halnya tulisan argumentasi, tulisan persuasi juga memerlukan bukti dan fakta. Bukti dan fakta berfungsi sebagai sarana untuk membujuk, mendorong

dan

meyakinkan

pembaca

agar

mengambil

keputusan

sesuai

dengan

keinginannya. Persuasi adalah jenis karangan yang disampaikan dengan cara-cara tertentu bersifat ringkas menarik bertujuan membuat orang percaya, yakin serta mempengaruhi pembaca sehingga terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan. Jadi kemampuan menulis persuasif adalah kesanggupan menulis persuasif yang beupa seni verbal yang bertujuan menyatukan seseorang agar melakukan sesuatu. 4. Langkah-langkah Menulis Persuasif Tulisan persuasif memiliki langkah-langkah sebagaimana dinyatakan Natia (2000:16), menentukan tema tulisan menentukan tujuan tulisan mengumpulkan bahan tulisan menyiapkan kerangka tulisan, dan mengembangkan tulisan. Selain langkah-langkah di atas, Natia (2000:16) juga mengatakan ciri-ciri persuasi ada tiga yaitu : harus ada argumen (alasan dan bukti), ada unsur imbauan atau ajakan dan tidak ada pertentangan (konflik)

5. Tujuan Persuaif Memepengaruhi dan mengubah sikap, atau mengimbau pembaca agar dengan sukarela melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak penulis disertai

kesadaran dan dilandasi dengan pengertian. Untuk mempengaruhi sikap seseorang (pembaca), diperlukan alasan dan bukti nyata, sehingga pembaca mempercayai penulis. 6. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menulis Karangan Persuasi Gie (2002:62) menyatakan ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam menulis karangan persuasi yaitu: Kesatuan Pertautan Penegasan

7. Pola Penalaran Analogi Dalam penulisan yang baik, kemampuan bernalar sangat dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah paragraf, karena penalaran merupakan rangkaian faktorfaktor logis dan hanya dimiliki dari pealaran yang logis pula. Kemampuan bernalar berarti kesanggupan untuk merumuskan pendapat dan argumen-argumen yang dapat diterima akal sehat yang sangat berguna untuk meningkatkan kemampuan mengembangkan paragraf. Untuk memiliki kemampuan dalam membuat tulisan sekaligus

menggunakan prinsip yang terdapat dalam penalaran atau pola dalam mengembangkan ide-ide atau gagasan, maka penalaran dalam sebuah tulisan dapat dilihat dari segi isi dan organisasi tulisan tersebut. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pola pengembangan berarti bentuk atau struktur yang terdapat pada tulisan atau karangan. a. Pola Penalaran Induksi

Induksi adalah pengambilan kesimpulan umum terhadap suatu masalah berdasarkan gejala atau khusus. Penalaran secara induksi menurut Nafiah (1998:138) dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu : o Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual umum yang mencakup semua fenomena sebelumnya. o Analogi adalah suatu kesimpulan yang diambil berdasarkan gejala-gejala khusus menuju ke gejala lainnya. Jadi penalaran analogi yaitu penalaran yang membandingkan dua hal yang memiliki banyak persamaan karena dalam banyak segi terdapat persamaan akhirnya kita menarik kesimpulan bahwa pada segi-segi yang lain pun tentu akan terdapat persamaan juga. o Hubungan Kausal pada umumnya dapat berlangsung dalam tiga pola yaitu sebab ke akibat, akibat ke sebab dan akibat ke akibat. b. Pola Penalaran Deduksi Moeliono (2005 :125) mengatakan, Deduksi sering disebut penalaran dari yang khusus ke yang umum dan dapat digolongkan ke dalam penalaran deduksi adalah silogisme dan entimen.Nafiah (1998 :143) mengatakan, Silogisme atau disebut juga kias adalah bentuk penalaran yang umum terdiri dari dua buah premis yang dihubungkan satu sama lain, untuk kemudian bergerak menuju kepada suatu kesimpulan. Entimem sebagai suatu cara untuk menyatakan pikiran tampaknya bersifat artifisial ke dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nafiah (1998 :144), Biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua premis salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, premis itu dianggap ada dalam pikiran, dan dianggap diketahui pula orang lain. Bentuk semacam ini disebut entimen.

Berdasarkan uraian di atas, pola penyusunan tulisan persuasif secara generalisasi adalah pola penalaran yang mendahulukan argumen atau hal-hal yang dianggap penting, baru kemudian hal-hal yang umum, atau dengan kata lain tulisan tersebut diawali dengan pernyataan khusus kemudian diikuti dengan argumen yang bersifat umum. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah rangkaian pengertian yang logis yang dipakai mengarahkan jalan pikiran dalam penelitian agar diperoleh letak masalah yang tepat agar terhindar dari pengertian yang berbeda-beda terhadap judul penelitian. Oleh sebab itu, dijelaskan kerangka konseptual sebagai berikut: Hubungan, yaitu suatu keadaan yang saling berkaitan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subjek. Jadi penelitian ini hanya menitikberatkan pada dua gejala yang akan diteliti antara kemampuan membaca skema dengan kemajuan menulis persuasi melalui pola analogi. Skema, yaitu kerangka atau rancangan secara garis besar yang memiliki simbol garis atau gambar-gambar simbolik. Skema berfungsi sebagai petunjuk hubungan antara suatu pokok pikiran tertentu tanpa harus ada keterangan dalam jumlah. Menulis persuasi, yaitu tulisan yang mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Pola Analogi, yaitu bagian dari penalaran induktif. Penalaran dengan membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi memiliki dua persamaan. Berdasarkan banyak kesamaan tersebut ditariklah suatu kesimpulan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diduga kemampuan membaca skema berhubungan dengan menulis persuasi dengan pola penalaran analogi beserta dengan argumen mereka sendiri. Jadi, penelitian ini melihat kemajuan siswa menulis persuasi melalui pola penalaran analogi, maksudnya, menilai pola penalaran analogi yang terdapat pada tulisan persuasi tersebut. Skema yang dimaksud dikembangkan menjadi tulisan persuasi, dan dapat ditentukan apakah menggunakan pola penalaran analogi. Hipotetis Penelitian Dalam penelitian ini, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Maka untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, terlebih dahulu dijawab dengan jawaban sementara yang disebut dengan hipotesis. Suatu hipotesis dipandang sebagai jawaban sementara masalah yang diteliti. Kebenaran suatu hipotesis dapat diterima atau ditolak sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Sejalan dengan itu Surkhmad (2000 :73) menyatakan, Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan pendapat di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah : Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasif oleh siswa kelas XI SMA Budi Murni 2 Perumnas Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Asrom, dkk. 2000. Dari Narasi Hingga Argumentasi. Jakarta : Erlangga Dekdikbud.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan Bahasa. Jakarta : Diksi Insan Mulia Gie, The Liang. 2003. Terampil Mengarang. Yogyakarta : Andi Hidayat, Kosadi. 2000. Strategi Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung : Bima Citra Jassin,H.G. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa Keraf, Gorys. 1996. Argumentasi dan Narasi. Ende Flores : Nusa Indah __________. 1996. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores : Nusa Indah Kosasih. 2006. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung : Yrama Widya Maran, Rafael. 2007.Pengantar Logika. Jakarta : Grasindo Moeliono, Anton M. 2005. Kembara Bahasa.: Kemampuan Karangan Terbesar. Jakarta : Gramedia Mundiri, H. 2005. Logika. Jakarta : Grafindo Persada Nafiah, A. Hadi. 1998. Anda Ingin Jadi Pengarang ?. Surabaya : Usaha Nasional Natia, I. K. 2000. Bimbingan Mengarang. Surabaya : Arkola

Soedarso. 2005. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Sulehan. 2005. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya : Amanah Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan. 1996. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa

You might also like