You are on page 1of 9

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan dunia. Sehingga pelabuhan berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi maupun mobilitas sosial dan perdagangan di wilayah ini. Sama halnya dengan Bandara, Pelabuhan Laut mempunyai fungsi sangat penting sebagai prasarana yang menunjang pembangunan negara. Jika Bandara adalah prasarana alternative yang baru, maka sejak dahulu, nenek moyang kita selalu menggunakan kapalkapal laut untuk berbagai macam kepentingan. Semakin berkembangnya permintaan, maka sebagai engineer sipil kita harus bisa membuat perencanaan Pelabuhan Laut yang tepat. Pembangunan pelabuhan memakan biaya yang sangat besar. Oleh kerena itu diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang masak sebelum pelabuhan tersebut dibangun. Pertimbangan bagi perencanaan pelabuhan biasanya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan ekonomi,politis dan teknis.yang paling penting adalah pertimbangan ekonomis. Secara teknis hampir semua semua pelabuhan dapat di bangun, oleh karenanya perlu teknis dapat menyesuaikan. Masalah ekonomis dapat di perhitungkan berdasarkan tujuan dari pelabuhan tersebut, daerah belakang, daerah operasi dan sebagainya. Sejak tahun 1960 pengelolaan pelabuhan di Indonesia dilaksanakan oleh pemerintah melalui Perusahaan Negara (PN) I sampai dengan VIII. Kemudian dalam perkembangannya, pada tahun 1964 aspek operasional Pelabuhan dikoordinasikan oleh lembaga pemerintah yang disebut Port Authority , sedangkan aspek komersial tetap dibawah pengelolaan PN Pelabuhan I sampai dengan VIII. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1969, pengelolaan pelabuhan umum dilakukan oleh Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP). Pada tahun 1983, BPP diubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan yang hanya mengelola pelabuhan umum yang diusahakan, sedangkan pengelolaan pelabuhan umum yang tidak diusahakan dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. PERUM Pelabuhan dibagi menjadi 4 wilayah operasi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1983. Status PERUM ini kemudian diubah lagi menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I sampai IV pada tahun 1992 sampai saat ini.

1. Pengertian Pelabuhan Dalam peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2001 Tentang Kepelabuhan, Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Menurut Bambang Triatmodjo dalam bukunya, pelabuhan merupakan daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar dan muat barang, kran kran untuk muat dan bongkar barang, gudang laut (transito) dan tempat tempat penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya dan gudang gudang dimana barang di simpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. (Buku Pelabuhan karya Prof. Dr. Ir. Bambang Triatmodjo, CES, DEA., Cetakan ke 7, 2007, halaman 3). Sedangkan ditinjau dari sub sistem angkutan (Transport), maka pelabuhan adalah salah satu simpul dari mata rantai kelancaran angkutan muatan laut dan darat. Jadi secara umum, Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang kedalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal kapal yang berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan barang. 2. Klasifikasi Pelabuhan Berdasarkan PP No. 29 tahun 200, Pelabuhan terbagi kedalam beberapa klasifikasi : Ditinjau dari letak geografis 1. Pelabuhan alam: daerah perairan yang terlindungi dari badai dan gelombang seara alam, misalnya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk, estuari dan muara sungai. 2. Pelabuhan buatan: suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang. 3. Pelabuhan semi-alam: suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan buatan hanya pada alur masuk. Ditinjau dari jenisnya 1. Pelabuhan Umum : diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat yang dikelola oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan, di Indonesia PT. Pelabuhan Indonesia

2. Pelabuhan Khusus : dikelola untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu, baik instansi pemerintah, seperti TNI AL dan Pemda Dati I/Dati II, maupun badan usaha swasta seperti, pelabuhan khusus PT BOGASARI yang digunakan untuk bongkar muat tepung terigu.

Ditinjau dari layanan kegiatannya 1. Pelabuhan laut : yaitu pelabuhan yang melayani kegiatan angkutan laut 2. Pelabuhan sungai dan danau : yaitu pelabuhan yang melayani kegiatan angkutan sungai dan danau 3. Pelabuhan penyeberangan : yaitu pelabuhan yang melayani kegiatan angkutan penyeberangan Ditinjau dari peran dan fungsi 1. Pelabuhan Internasional Hub, utama primer yang melayani nasional dan internasional dalan jumlah besar. dan merupakan simpul dalam jaringan laut internasional. 2. Pelabuhan International, utama sekunder yang melayani nasional maupun internasional dalam jumlah besar yang juga menjadi simpul jaringan transportasi laut internasional. 3. Pelabuhan Nasional, utama tersier yang melayani nasional dan internasional dalam jumlah menengah. 4. Pelabuhan Regional, pelabuhan pengumpan primer ke pelabuhan utama yang melayani secara nasional. 5. Pelabuhan Lokal, pelabuhan pengumpan sekunder yang melayani lokal dalam jumlah kecil. Ditinjau dari segi penggunaannya 1. Pelabuhan ikan : pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman yang besar karena kapal kapal motor yang digunakan untuk menagkap ikan tidak besar. Pada umumnya, nelayan nelayan di Indonesia masih menggunakan kapal kecil. Jenis kapal kecil ini bervariasi dari yang sederhana berupa jukung sampai kapal motor. Jukung adalah perahu yang dibuat dari kayu dengan lebar sekitar 1 m dan panjang 6 7 m. Perahu ini dapat menggunakan layar atau motor tempel; dan bisa langsung mendarat di pantai. Kapal yang lebih besar terbuat dari papan atau fiberglass dengan lebar 2,0 2,5 m dan panjang 8 12 m, digerakkan oleh motor. Pelabuhan ikan dibangun disekitar daerah perkampungan nelayan. Pelabuhan ini harus lengkap dengan pasar lelang, pabrik/gudang es, persediaan bahan bakar, dan juga tempat cukup luas untuk perawatan alat alat penangkap ikan. 2. Pelabuhan minyak : untuk keamanan, pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari keperluan umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup membuat jembatan perancah atau tambahan yang dibuat menjorok ke laut untuk

mendapatkan kedalaman air yang cukup besar. Bongkar muat dilakukan dengan pipa pipa dan pompa. 3. Pelabuhan barang : pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar muat barang. Pelabuhan dapat berada di pantai atau estuari dari sungai besar. Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang sehingga memudahkan bongkar muat barang. Pelabuhan barang ini bisa digunakan baik Pemintah maupun swasta untuk keperluan transportasi hasil produksinya seperti baja, alumunium, pupuk, batu bara, minyak, dan sebagainya. Sebagai contoh Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatra Utara. Pelabuhan Kuala Tanjung dimiliki oleh P.T. Aluminium Asahan. Selain itu, P.T. Asean dan P.T. Iskandar Muda juga mempunyai pelabuhan sendiri. 4. Pelabuhan penumpang : pelabuhan penumpang tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang. Pada pelabuhan barang di belakang dermaga terdapat gudang gudang sedangkan untuk pelabuhan penumpang dibagun stasiun penumpang yang melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang berpergian, seperti kantor imigrasi, duane, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran, dan sebagainya. Barang barang yang perlu dibongkar muat tidak terlalu banyak sehingga gudang barang tidak perlu besar. Untuk kelancaran masuk kelaurnya penumpang dan barang, biasanya pada pelabuhan penumpang jalan masuk dipisahkan terhadap jalan keluar. Selain itu pada pelabuhan penumpang, penumpang melalui lantai atas dengan menggunakan jembatan langsung ke kapal, sedangkan barang barang melalui dermaga. 5. Pelabuhan campuran : pada umumnya penggunaan fasilitas pelabuhan ini terbatas untuk penumpang dan barang. Untuk keperluan minyak dan ikan biasanya terpisah. Bagi pelabuhan kecil atau masih dalam taraf perkembangan, keperluan untuk bongkar muat minyak juga masih menggunakan dermaga atau jembatan, berguna untuk meletakkan pipa pipa untuk mengalirkan minyak. 6. Pelabuhan militer : pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan gerakan cepat dari kapal kapal perang dan supaya letak bangunan cukup terpisah. Konstruksi tambatan maupun dermaga hampir sama dengan dengan pelabuhan barang, tetapi situasi dan perlengkapan sedikit berbeda. Pada pelabuhan barang, letak/kegunaan bangunan harus seefisien mungkin, sedangkan pada pelabuhan militer bangunan bangunan pelabuhan harus terpisah dengan jarak yang lebih jauh.

3. Persyaratan Teknis Pelabuhan Pelabuhan adalah daerah yang terlindungi dari pengaruh gelombang sehingga kapal bisa berlabuh dengan aman untuk bongkar muat barang, menarik turunkan penumpang, mengisi bahan bakar, melakukan reparasi dan sebagainya. Untuk memberi pelayanan yang baik maka pelabuhan harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya sebagai berikut : Pelabuhan harus mampu melindungi kapal dari iklim buruk selama berada di pelabuhan Pelabuhan tidak berada di suatu lokasi yang mempunyai daerah belakang (hinterland) yang subur dengan populasi penduduk yang padat Harus ada hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat, seperti: jalan raya dan kereta api, sehingga barang-barang dapat diangkut dari dan ke pelabuhan dengan mudah dan cepat Pelabuhan harus menjamin kemudahan perpindahan penumpang dan barang Pengerukan mula (capital dredging) dan pemeliharaan pengerukan (maintenance dredging) yang minim Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan harus bisa membuang sauh selama menunggu untuk merapat ke dermaga guna bongkar muat barang atau mengisi bahan bakar Kapal harus dapat dengan mudah keluarmasuk pelabuhan dan bebas dari gangguan gelombang dan cuaca Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam dan dalam pelabuhan Keadaan air harus cukup agar kapal terapung meskipun air dalam keadaan surut, Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang dan gudang-gudang penyimpan barang, serta penyediaan peralatan bongkar muat yang memadai. Pembuatan tambatan/dermaga diusahakan sedemikian rupa agar: Biaya awal dan biaya pemeliharaan minim, tetapi kuat memikul muatan, peralatan dan tumbukan kapal pada saat menambat; Letak dan bentuk tambatan yang mampu menampung bermacam jenis kapal dengan sarat (draft) dan atau panjang kapal yang berlainan; Mempunyai ukuran (dimensi) yang cukup untuk melaksanakan bongkar muat; Dapat dilakukan penanganan bongkar muat barang khusus (curah);

Cukup mempunyai tempat-tempat penyimpanan tertutup (gudang transit) atau lapangan terbuka (open storage) untuk menampung muatan; Fasilitas prasarana lain yang mendukung, yaitu air bersih, listrik, telepon dan minyak yang cukup untuk melayani kapal dan muatan; Muatan diusahakan bebas dari gangguan, misalnya: terhadap pencurian dan bahaya kebakaran; Tersedia fasilitas pemeliharaan minimal baik bagi kapal dan peralatan;

Tersedia fasilitas perkantoran untuk para karyawan di pelabuhan; Masih memungkinkan untuk perluasan/pengembangan pelabuhan;

4. Pemilihan Lokasi Pelabuhan Tinjauan topografi dan geologi Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa akan datang. Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti: dermaga, jalan, gudang dan daerah industri. Kondisi geologi menentukan sulit tidaknya melakukan pengerukan daerah perairan dan kemungkinan untuk menggunakan hasil pengerukan tersebut untuk menimbun daerah lain. Tinjauan pelayaran Pelabuhan yang akan dibangun harus mudah dilalui kapal-kapal yang akan menggunakannya. Kapal yang berlayar dipengaruhi oleh faktor-faktor alam seperti: angin, gelombang, arus. Faktor tersebut semakin besar apabila pelabuhan terletak di pantai yang terbuka ke laut dan sebaliknya pengaruhnya berkurang pada pelabuhan yang terletak pada daerah yang terlindung secara alam. Tinjauan gelombang dan arus Gelombang menimbulkan gaya yang bekerja pada kapal dan bangunan pelabuhan. Untuk menghindari gangguan gelombang tersebut dibuat bangunan pelindung yang disebut pemecah gelombang. Tinjauan kedalaman air Kedalaman laut sangat berpengaruh dalam perencanaan pelabuhan. Di laut yang mengalami pasang surut variasi muka air kadang-kadang cukup besar. Tinggi pasang surut yang kurang dari 5 meter masih dapat dibuat pelabuhan terbuka. Bila pasang surut lebih dari 5 meter, maka harus dibuat suatu pelabuhan tertutup yang dilengkapi dengan pintu air untuk memasukkan dan mengeluarkan kapal. 5. Dermaga Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke atas kapal. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan. Hal yang perlu diingat bahwa dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut.

Jenis jenis dermaga berdasarkan jenis barang yang dilayani : 1). Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk bongkar muat barang umum/general cargo keatas kapal. Barang potongan terdiri dari barang satuan seperti mobil; mesin mesin; material yang ditempatkan dalam bungkus, koper, karung, atau peti. Barang barang tersebut memerlukan perlakuan khusus dalam pengangkatannya untuk menghindari kerusakan. 2). Dermaga peti kemas, dermaga yang khusus diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas. Bongkar muat peti kemas biasanya menggunakan crane. 3). Dermaga curah, adalah dermaga yang kusus digunakan untuk bongkar muat barang curah yang biasanya menggunakan ban berjalan (conveyor belt). Barang curah terdiri dari barang lepas dan tidak dibungkus/kemas, yang dapat dituangkan atau dipompa ke dalam kapal. Barang ini dapat berupa bahan pokok makanan (beras, jagung, gandum, dsb.) dan batu bara. Karena angkutan barang curah dapat dilakukan lebih cepat dan biaya lebih murah daripada dalam bentuk kemasan, maka beberapa barang yang dulunya dalam bentuk kemasan sekarang diangkut dalam bentuk lepas. Sebagai contoh adalah pengangkutan semen, gula, beras, dan sebagainya. 4). Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk mengangkut barang khusus, seperti bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan lain sebagainya. 5). Dermaga marina, adalah dermaga yang digunakan untuk kapal pesiar,speed boat. 6). Demaga kapal ikan, adalah dermaga yang digunakan oleh kapal ikan. Perencanaan jenis dermaga disesuaikan dengan kebutahan yang akan dilayani, ukuran kapal, arah gelombang dan angin, kondisi topografi dan tanah dasar laut, dan tinjauan ekonomis dari konstruksi. Dermaga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu wharf/quai dan jetty/pier/jembatan. Wharfadalah dermaga yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai. Jetty adalah dermaga yang menjorok ke laut. Berdasarkan tinjauan daerah topografi di perairan yang dangkal, penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena kedalaman yang yang dibutuhkan untuk kapal menambat akan cukup jauh dan tidak diperlukan pengerukan lumpur yang cukup banyak. Namun berbeda untuk lokasi topografi dengan kemiringan dasar cukup curam. Pada topografi kemiringan dasar yang cukup curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini pembuatanwharf lebih tepat. Dermaga yang melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah mempunyai konstruksi yang ringan; dibandingkan dengan dermaga barang potongan (general cargo); karena dermaga tersebut tidak memerlukan peralatan bongkar muat yang besar, jalan kereta api, gudang gudang, dan sebagainya. Dengan demikian untuk melayani kapal tanker dan kapal barang curah, penggunaan pier akan lebih ekonomis. Lain halnya dengan dermaga yang

melayani barang potongan (general cargo) dan peti kemas. Dermaga yang melayani general cargo dan peti kemas menerima beban yang lebih besar. Untuk keperluan tersebut, dermaga jenis wharf akan lebih cocok. Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan jenis dermaga. Pada umumnya tanah di dekat daratan mempunyai daya dukung yang lebih besar daripada tanah di dasar lautan. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan yang belum padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf atau dinding penahan tanah lebih menguntungkan. Namun, jika tanah dasar berupa karang maka pembuatan wharf akan mahal. Hal ini karena untuk mendapatkan kedalaman yang cukup di depan wharf diperlukan pengerukan. Dalam hal ini pembuatan pier akan lebih murah karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang. (Triatmodjo, 1996 : 157 159)

6. KESIMPULAN Dalam peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2001 Tentang Kepelabuhan, Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Berdasarkan PP No. 29 tahun 200, Pelabuhan terbagi kedalam beberapa klasifikasi : Ditinjau dari letak geografis Ditinjau dari jenisnya Ditinjau dari layanan kegiatannya Ditinjau dari peran dan fungsi Ditinjau dari segi penggunaannya Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke atas kapal. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan. Hal yang perlu diingat bahwa dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut.

7. DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan http://mydipblog.blogspot.com/2009/06/pengetahuan-umum-tentang-pelabuhan.html

You might also like