You are on page 1of 3

M2711D

DIPHTERIA

Adalah penyakit infeksi akut oleh karena Corynebacterium diphteriae. Klasifikasi: Diphteria Nasal Diphteria Tonsil Diphteria Faring Diphteria Laring Patofisiologi:

Diagnosis Banding: Faringitis o.k Streptococcus Mononukleosis infeksiosa Tonsilitis membranosa non bakterialis Epiglotitis Komplikasi Obstruksi saluran pernafasan dan kematian mendadak Miokarditis Paralisis otot : palatum, mata, N phrenicus Gagal jantung Nefritis Terapi: 1. Netralisasi toksin bebas ADS dosis

Prednison 1-1,5 mg/kgBB/hr per oral dibagi 3 dosis selama 14 hari pada kasus berat.

2. Stadium Paroksismal

Kuman masuk lewat hidung/mulut menetap di mukosa sal nafas bagian atas Setelah 2-4 hari dikeluarkan toksin. Respon peradangan lokal, nekrosis jaringan Patchy exudate Bertambahnya pembentukan toksin, di daerah infeksi membentuk pseudomembran Edema jaringan lunak meluas ke dalam membran memberikan gambaran Bullneck Toksin yang dihasilkan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh.

Pencegahan Waktu dipulangkan imunisasi : DPT < 7 tahun DT 7 tahun Untuk kontak dengan pasien periksa sediaan hapus hidung/tenggorok: Hasil (-)

Batuk makin hebat t.u malam hari, menimbulkan whoop, diakhiri muntah Muka merah atau sianosis Mata menonjol, lakrimasi

Lidah menjulur, hipersalivasi Anak apatis 3. Stadium Konvalesens Batuk , muntah Perdarahan konjungtiva Dapat terjadi ronkhi difus Lekositosis Ig G thd toksin pertusis Komplikasi Pneumonia, atelektasis Pneumothoraks Perdarahan subkonjungtiva, intrakranial Hernia umbilikalis/inguinalis Terapi 1. Supportif Isolasi

Imunisasi DPT/DT yang


belum imunisasi atau imunisasi ulang bagi yang pernah Erythromicin 40 mg/kgBB/hr p.o selama 7 hari Hasil (+) Imunisasi Erithromicin 40 mg/kgBB/hari p.o selama 7 hari

D. hidung 40.000 U D. faring 60-80.000 U

Diagnosis: Kontak dengan penderita Gejala rinitis, tonsilitis/faringitis Suara serak

Stridor dan tanda obstruksi saluran nafas Demam tidak begitu tinggi Limfadenitis servikal Bullneck Ditemukan membran pada tempat infeksi berwarna putih keabu-abuan, mudah berdarah bila diangkat Lekositosis, anemia EKG dapat terjadi aritmia. Perubahan segmen ST dan gelombang T bila ada miokarditis Diagnosis pasti kuman bakteri pada sediaan langsung atau biakan (+)

D. laring dg Bullneck 100.000 Dilakukan sensitivity test intradermal indurasi > 3 cm sesudah 20 menit (+) ADS diberikan secara Besredka (perlahan-lahan) dengan interval 20 menit: 0,05 mL larutan 1 : 20 SC 0,10 mL larutan 1 : 20 SC 0,10 mL larutan 1 : 10 SC 0,10 mL tanpa pengenceran SC 0,30 mL tanpa pengenceran IM 0,50 mL tanpa pengenceran IM 0,60 mL tanpa pengenceran IV 2. Eradikasi Kuman PP 50.000 U/kgBB/hr I.M dibagi 2 dosis selama 14 hari Eritromisin 400 mg/KgBB/hr dibagi 4 dosis selama 14 hari 3. Isolasi 4. suportif bedrest 2-3 minggu

Bila anak ada gejala rawat


Prognosis Tergantung umur, virulensi kuman, lokasi membran, status imunisasi, kecepatan terapi, perawatan umum Adanya trombositopeni, Lekositosis > 25.000/mm3 prognosis buruk Mortalitas 5% t.u o.k miokarditis

Infus untuk nutrisis O bila sesak


2

PERTUSIS
Adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang ditandai dengan batuk hebat yang disebabkan Bordetella pertusis Manifestasi Klinis Kontak dengan pasien 1. Stadium Kataral: Panas tidak tinggi Pilek Conjungtiva merah Lakrimasi Batuk ringan

Mencegah faktor yang merangsang batuk , ex: permen Obat untuk mengurangi batuk 2. Eradikasi kuman

Erythromicin 50 mg/kgBB/hr
p.o 4 dosis selama 14 hari Kotrimoksasol 50 mg/kgBB/hr dibagi 2 dosis selama 14 hari Ampicillin 100 mg/kgBB/hr dibagi 4 dosis selama 14 hari Pencegahan Kontak dengan pasien pertusis Anak < 7 tahun DPT dengan erythromicin 50 mg/kgBB/hr selama 14 hr 7 tahun erithromicin 50 mg/kgBB/hr 14 hari

O2 bila sesak nafas Diet makanan lunak mudah dicerna Tracheostomy bila plerlu

M2711D
Takikardi Takipnea Apneic spell (serangan tak bisa nafas) Derajat IV: = Derajat III dan ditambah gangguan autoimun berat hipertensi, takikardi hipotensi, bradikardi hipertensi/hipotensi berat

500 IU i.v (T. Neonatorum)

b.

ATS 10.000 IU i.v (T. Neonatorum) 50.000-100.000 i.v (1/2 i.m -1/2 i.v)

oropharynx dan usus viremia antibodi, bila tidak cukup kerusakan saraf berupa nekrosis neuron/kematian sel saraf. Gejala klinis: Infeksi abortif (4-8%) 1-3 hari febris, myalgia, muntah kemudian timbul gangguan pada SSP, kerusakan lebih hebat bila dilakukan aktivitas berlebihan. Non Paralitik gx rangsang meningeal, muntah, sakit kepala, kaku kuduk, punggung, kaku otot ekstremitas dan badan Paralitik kelumpuhan tipe flaccid dan asimetris tersering pada otot besar tungkai bawah, refleks tendon Laboratorium Darah : - LED - lekopeni/lekositosis Lapangan Pandang

TETANUS dan TETANUS NEONATORUM


Adalah penyakit toksemia akut disebabkan Clostridium tetani. Klasifikasi: Derajat I ringan Derajat III berat Derajat II sedang Derajat IV sangat berat Etiologi: Clostridium tetani Gram (+) Patofisiologi Manifestasi klinis pengaruh eksotosin (tetanospasmin) thd SSP gangguan inhibisi presinap hilangnya keseimbangan tonus otot kekakuan otot Gx Klinis Riwayat trauma, pemotongan tali pusat yang tidak steril Tidak imunisasi/tidak lengkap Derajat I Trismus ringan Kekakuan ringan Spasme (-), disfagia (-) Derajat II: Trismus sedang Kekakuan jelas Spasme sebentar, t.u saat dirangsang Disfagia Takipnea Derajat III: Trismus berat Otot spastis Spasme spontan, disfagia berat

Tetanus Neonatorum
Bayi sukar menetek Mulut mencucut sepert ikan Ricus sardonicus, epistotonus Kekakuan otot ekstrimitas Tanda infeksi tali pusat Hipoksia krn sering kejang Cyanosis Apneic spell DD/ Abses gigi/peritonsiler/nasofaring (jika tidak bisa buka mulut) Tetani Rabies Epilepsi Meningitis /encephalitis Khas tetanus : kejang +sadar Komplikasi Aspirasi pneumonia Sepsis Fraktur Laserasi lidah Shock Terapi I. Penanganan dasar antibiotik

Anti Kejang Diazepam 0,25 0,5 mg/kgBB/ x atau Diazepam drip 20 mg/kgBB/hr II. Perawatan Luka III. Penanganan Umum O2 (O2 jika sering apnea) Isolasi di ruang tertutup dan tenang Stimulasi minimal Cairan nutrisi adekuat Pencegahan Luka dibersihkan, benda asing dibuang Luka kotor: Imunisasi (-) HTIG : 250-500 U ATS : 3000-5000 UI TT Prognosis Tergantung: - masa inkubasi derajat penyakit panas badan

jumlah sel t.u PMN, protein N

sesudah 10-14 hari setelah gx, sel N, protein Dx pasti isolasi virus DD/ Non paralitik meningitis serosa bakterialis Paralitik GBS (lumpuh atas bawah sampai otot pernafasan) mirip polio encephalitis Terapi : Tidak ada pengobatan spesifik Tirah baring, min 7 hari Dipenuhi kebutuhan, cairan, dan kalori Simptomatik, analgesik, sedatif Fisioterapi: setelah rasa sakit hilang Pencegahan: imunisasi

POLIOMYELITIS
Adalah penyakit akut disebabkan virus polio dengan predileksi pada sel anterior masa kelabu medula spinalis dan inti motorik, batang otak, sehingga terjadi kelumpuhan flaccid dan atropi otot. Etiologi: Virus polio tergolong Enterovirus tipe I,II,III Patofisiologi: Virus masuk melalui mulut implantasi, multiplikasi di mukosa

1. 2. 4.

PP 50.000/kgBB/x 2x

Ampicillin 150 mg/kgBB/hr 4x 3. + Gentamicin 5 mg/kgBB/ hr 2 dosis (T. Neonatorum) Erythromicin 40-50 mg/kgBB/hr p.o 4 dosis Netralisir toksin

a.

HTIG 3.000-6.000 IU i.m

M2711D
Prognosis makin berat paralisis dalam 10 hari pertama makin berat squale Mortalitas 3-7% pada tipe bulbar, sering pada 2 minggu pertama.

You might also like