You are on page 1of 6

Pasar Tradisional Dan Baju Kotak Kotak Panji Cybersufi

Sebenarnya saya tidak terlalu suka menyangkutkan segala hal dengan politik. Nyatanya situasi dan kondisi seperti itu tetap melingkupi dan mengikat. Pesta demokrasi pemilihan Kepala daerah Jakarta 2012 memang telah usai dengan terpilihnya Joko Widodo dan Basuki Cahaya Purnama. Ada suatu hal yang menarik dari pasangan ini. Brand image baju kotak kotak. Dalam dunia bisnis, kekuatan branding dengan positioning dan differentiation yang prima menjadikan suatu produk yang ditawarkan menjadi lebih kompetitif. Apalagi dibalut dengan nuansa emosi. Tak dapat dipungkiri masyarakat kita dewasa ini menentukan pilihan ( dalam segala hal ) masih mengandalkan emosi. Baju kotak kotak merupakan suatu brand image. Identik dengan pakaian yang dikenakan orang kelas bawah ( kuli pasar, kuli bangunan, dll ). Pakaian businessman akan lebih memilih motif garis garis atau polos dengan warna yang monoton ( Hitam, Putih, Abu abu, Coklat, Biru ). Batik menjadi pakaian formal ( pejabat ataupun orang yang akan menghadiri kondangan ). Juga merupakan identitas kebangsaan yang bisa disandingkan dengan jas dan blazer. Tulisan ini bukan ingin membicarakan masalah gaya berpakaian tetapi brand image secara lebih luas dalam keterkaitannya dengan politik. Maka kloplah, Jokowi dengan baju kotak kotak turba ke pasar tradisional. Kenalilah suatu daerah dengan mengunjungi pasar tradisionalnya. Suatu adagium yang telah meluas di masyarakat. Orang dengan cepat akan membayangkan ; kekumuhan, pengap, bau, orang orang kelas bawah, rawan copet, tawar menawar harga, dll. Pasar tradisional merupakan kegiatan ekonomi berbasisi kerakyatan. Dikelola oleh BUMN sedangkan pelaksanaannya diserahkan pemerintah daerah masing masing. Sebagai salah satu aplikasi Sisitem Otonomi daerah. Pada awalnya pasar dibangun untuk mengakomodir rakyat dengan menyediakan suatu tempat jual beli hasil hasil bumi daerah setempat ataupun antar daerah. Hasil hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan dan komoditas lainnya. Sehingga rumusan awal ini sejalan dengan amanat UUD 1945 pasal 33. Sistem Ekonomi Kerakyatan mengacu pada Pancasila. Mutualism, brotherhood masih sangat kental dalam lingkungan pasar tradisional. Baik secara

formal atau non formal, para pedagang mengorganisir diri dalam suatu kelompok ( paguyuban ). sifat kelembagaan ini mempermudah para pedagang untuk peminjaman permodalan dan bantuan lainnya yang bersifat tidak mengikat. Karena sikap Mutualism dan brotherhood yang masih kental itu pula, sistem barter masih dipraktekkan. Walaupun terbatas intern antar pedagang. Penjual Tempe membarterkan Tempe dengan Bayam dari Penjual sayuran untuk bahan memasak di rumah. Suasana guyub akan lebih terasa apabila salah satu pedagang sedang memiliki hajatan tertentu. Mereka akan turut menyumbang tenaga, uang ataupun bahan bahan yang dibutuhkan secara sukarela.

Tidak setiap hari pasar ramai oleh penjual dan pembeli. Pasar tradisional khususnya di Jawa akan begitu ramai oleh penjual dan pembeli ketika hari pasaran. Setiap pasar memiliki hari pasaran ( Kliwon, Legi, Pahing, Pon, Wage ) masing masing. Beberapa waktu lalu aku aku ingin ngembanke Batu Akik dengan bahan Monel di Pasar Kotagedhe. Tapi sayang, pengrajin Batu Akik ( cincin ) tidak buka kecuali Pasaran Legi. Jika bahannya perak atau emas, tidak perlu berpikir karena Kotagedhe merupakan sentra kerajinan perak. Dalam nuansa tradisional, ternyata legitimasi kekuasaan dan mitos masih mendapatkan ruang tersendiri. Fenomena para pembeli yang ramai ramai membeli sayur 3, 7 rupa di pasar tradisional menandakan hal tersebut. Tidak tahu persis alasan ataupun perintah dari mana, yang jelas sayur tersebut sebagai sarana penolak bala atas perintah Sri Sultan. Dalam pikiran dan batin Orang jawa, jika segala hal sudah sampai pada Sri Sultan sebagai raja tentu saja ketaatan itu diejawantahkan menjadi abdi dalem. Mungkin juga merupakan salah satu upaya para pedagang pasar ( khusunya ; sayuran dan sembako ) sesuai dengan prinsip dan motif ekonomi agar untung dengan memanfaatkan legitimasi kekuasaan dan mitos. Ataupun memang amanat Sri Sultan yang diteruskan melalui abdi dalem. Lalu siapa yang tahu ?!. Selamat datang di pasar tradisional.

Pasar Tradisional VS Toko Modern

Menurut William J Stanton ( 1993 ), pasar adalah orang orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja dan kemampuan untuk membelanjakannya. Merebaknya fenomena super market, mini maket dan toko swalayan yang merambah sampai ditingkat kabupaten memberi dampak terhadap eksistensi warung kecil dan pasar tradisional. Toko modern menawarkan fasilitas belanja yang nyaman, aman, bersih, kualitas produk bahkan buka 24 jam. Bandingkan dengan pasar tradisional pada umumnya. Alfamart, Indomaret, Circle K dengan konsep toko modernnya ( waralaba ) saling bersaing merebut pasar lokal. Memang toko modern, waralaba, pasar tradisional mempunyai segmentasi konsumen masing masing. Pada situasi dan kondisi seperti inilah, fungsi pemerintah untuk campur tangan dalam mekanisme pasar. Bukan hanya merupakan aplikasi dari UDD 1945 pasal 33 tetapi sedikit banyak berkaitan dengan konsep sosialisnya Karl Marx. Negara tidak bisa membiarkan begitu saja, mekanisme pasar ditentukan dengan Hukum Supply and Demand. Juga membiarkan mekanisme pasar akan mencapai keseimbangan secara alami melalui Invisible hands ( kapitalisme ala Adam Smith ). Saya jadi ingat film A Beatiful Mind. Kisah nyata seorang ilmuwan jenius yang telah mematahkan Teori Invisible hands nya Adam Smith yang begitu kokoh selama 150 tahun. John Nash menyusun Game Theory ( Nash Equilibrium ) yang merupakan teori matematika dalam konteks ekonomi. Dewasa ini dalam perkembangannya sistem ekonomi berkecenderungan kearah konsep ekonomi campuran. Sejarah panjang, latar kebudayaan mempengaruhi sisitem ekonomi yang diterapkan pada suatu negara. Kontrol mekanisme pasar sebagai wujud keberpihakan pemerintah ( pusat dan daerah ) terhadap rakyat ( pasar tradisional ) dapat berupa ; 1. Segi Komoditas Pembatasan produk yang dijual di toko modern dan waralaba. Toko yang menganut Konsep Mini market ( Alfamart, Indomaret, Warung Swalayan ) menjual kebutuhan sehari hari. Makanan pokok, bumbu dapur, sayur mayur dijual belikan di pasar tradisional. Terkadang kebutuhan sehari hari menjadi rancu. Warung warung kecil dan pasar tradisional kalah bersaing dengan toko modern. Konsep Convenience Store ( Circle K ) menjual barang barang yang langsung dikonsumsi,

lebih didominasi makanan dan minuman. Kelebihan Sistem Waralaba disamping menjual produk juga menawarkan Sistem Frenchisenya. 2. Segi Waktu Pembatasan waktu operasional toko modern ( waralaba ). Mini market buka dari jam 08.00 22.00 WIB. Toko modern yang buka 24 jam akan mematikan warung warung kecil dan pasar tradisional disekitarnya. Tetapi berkebalikan dengan Pasar Tradisional Cikupa ( Tangerang ) yang buka 24 jam setiap harinya. 3. Pengawasan Perijinan Toko Waralaba. Tetapi perlu diperhatikan juga, agar iklim investasi tetap tumbuh sehat.

Pemerintahpun membuat aturan yang jelas dalam PP No. 112 Tahun 2007 Tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat pembelanjaan dan toko modern juga Permendag No. 53 Tahun 2008. Tetapi sebagian orang masih sinis, kenyataannya negara masih lemah terhadap korporasi juga kepentingan asing. Sisitem otonomi daerah memberi keleluasaan sepenuhnya untuk mengatur daerahnya masing masing. Seperti juga di DIY ( khususnya Kabupaten Bantul ) yang menindak lanjuti peraturan tersebut dengan mengeluarkan Peraturan Bupati No. 12 Tahun 2010 Tentang Penataan toko modern. Jarak toko modern dengan pasar tradisional minimal 1,5 km, toko modern dengan toko modern minimal 1 km, khusus toko waralaba minimal 2,5 km dari pasar tradisional.

Bantul, 18 Oktober 2012.

Membangun Kembali Pasar Tradisional Dan Toko Waralaba Untuk Mempersiapkan Diri Menyambut Pasar Bebas 2020
KOPERASI - Bentuk / jenis : KUD, Simpan Pinjam, Syari`ah, dll - Pemberdayaan Koperasi sbg LKM ( Lembaga Kredit Mikro )

PASAR TRADISIONAL

Paguyuban Pedagang Pasar - Dibentuk secara legal

- PERMODALAN - PELATIHAN ( TEKNIS, MANAGERIAL )


Program pemberdayaan Berbasis Masyarakat - sesuai demografi Penduduk, Potensi daerah, dll

POSITIONING, DIFFERENTIATION Bangunan Fisik ( Arsitektur Pasar )

- Kelompok Petani Organik, nelayan,peternak, pengrajin, pertanian organik, dll

Sanitasi, Sisitem Drainase ( Management & pengelolaan Sampah, 4 R, dll ).

PRODUK DENGAN NILAI TAMBAH - Hasil hasil pertanian organik, perikanan, Peternakan, handy craft - Konsep Pasar Terpadu, Pasar Sehat, Pasar Wisata, Pasar Seni, Pasar Heterogen, Pasar Homogen

TOKO WARALABA

Program Pemberdayaan Masyarakat & UMKM di sekitar Lokasi toko ( Konsep CSR )

GO INTERNATIONAL
- Perkuat Sistem Franchise ( teknis, managerial ) - Positioning, differentiation - Jaringan waralaba tingkat lokal Sudah kuat - Dukungan instansi terkait ( Pemda, pemerintah pusat, APINDO, dll ) - Waralaba lokal GO Internasional

PRODUK

PEMERINTAH DAERAH & DINAS TERKAIT


( Pusat Pedukuhan, DPRD, Disperindagkop, Disnakertrans, Dispar, Dishub, Dinas Pertanian , Dinas kehutanan, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan, Dinsos, Dinkes, PU, Dinas Pertanahan, BAPEDAL, Kantor Pajak, BPS, Puskesmas, PMI, Dll ) - APBD ( pembangunan sarana prasarana, Fasilitas pendukung, perawatan, dll ) - Visi misi, konsep pasar - Survei, analisa pasar, assesment untuk Pengembangan - Strategi promosi, pemasaran, pameran - Pemberdayaan UMKM dan Koperasi, Program Berbasis masyarakat & Terintegrasi - Bantuan modal usaha ( Hibah, KUR, dll ) - Perda sebagai payung hukum tata kelola Pasar Tradisional, Toko Modern, Toko Waralaba, tata kelola lahan & hal hal terkait Teknis pelaksanaan lainnya. - Mendorong & memfasilitasi Toko Waralaba Lokal Go International. - Kerjasama dengan akademisi, praktisi untuk Melakukan kajian kajian ilmiah

BANK PEMERINTAH & SWASTA


- Permodalan, Peminjaman - Syarat peminjaman modal - Konsep CSR

MEDIA MASSA - Ekspos, promosi, publikasi,


Dokumentasi - Jejaring internet - Konsep CSR

You might also like