You are on page 1of 5

Syarat Dalam UU No.

1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 (1) ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi setiap orang atau badan yang menjalankan usaha, baik formal maupun informal, di manapun berada dalam upaya memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan semua orang yang ada di lingkungan kerja. Adapun syarat-syarat keselamatan kerja yang di maksudkan5: 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. 2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. 3. Memberi kesempatan dan jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan. 4. Memberi pertolongan pada kecelakaan. 5. Memberi alat pelindung diri pada para pekerja. 6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoron, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar radiasi, kebisingan dan getaran. 7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik amupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan. 8. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. 9. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Menyelanggarakan penyegaran udara yang cukup. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban. Menerapkan ergonomi ditempat kerja. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan

perlakuan dan penyimpanan barang.

yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. 2.2.2 Potensi bahaya penyebab penyakit akibat kerja.

Potensi bahaya yang ada di tempat kerja dapat mempengaruhi kesehatan bagi pekerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Untuk mempermudah pengendalian terhadap potensi bahaya serta mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, perlu bagi seorang pekerja mengenal dan memahami potensi bahaya tersebut. Potensi bahaya ini dapat dikelompokkan sebagi berikut:5,7 1. Bahaya fisik. Misalnya kebisingan, vibrasi (getaran), radiasi, suhu ekstrim (terlalu panas atau dingin), tekanan, intensitas penerangan yang kurang memadai, dll. 2. Bahaya kimia. Berdasarkan data dari ILO, dari 100.000 bahan kimia yang digunakan dalam industri terdapat 31 bahan kimia teridentifikasi sebagai penyebab.
3. Bahaya biologis. Potensi bahaya yang ditimbulkan oleh bakteri, virus,

jamur, parasit, dll. Dapat berasal dari tenaga kerja yang menderita penyakit tertentu (TBC, AIDS, Hepatitis A/B) ataupun berasal dari alat dan bahan yang digunakan saat bekerja.
4. Bahaya fisiologis. Potensi bahaya yang disebakan penerapan ergonomi

yang tidak baik dan sesuai dengan aturan-aturan ergonomi dalam melakukan pekerjaan serta peralatan alat kerja. Salah satunya adalah kesalahan dalam memposisikan tubuh saat bekerja, yang berdampak pada Musculoskeletal Disorder (MSDs). 2.2.3 Potensi bahaya pada praktik dokter gigi. 1. Bahaya biologis. Seorang dokter gigi mempunyai risiko untuk terkena infeksi dan dapat pula menularkan infeksi dari pasien ke pasien lainnya atau lebih dikenal dengan nama infeksi silang. Infeksi dapat disebabkan oleh kontaminasi alat/instrumen kedokteran gigi dan tangan operator yang tidak steril, serta dapat melalui mulut dan saluran nafas bagian atas. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan selama perawatan diantaranya TBC, HIV/AIDS, influenza, dan infeksi

hepatitis, dapat ditularkan melalui darah, saliva, maupun lesi dengan kontak tangan.8 2. Bahaya kimia. Bahan-bahan kimia di kedokteran gigi contohnya Hg (merkuri) yang dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh melalui cara: inhalation (melalui pernapasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), atau skin contact (melalui) kulit. 3. Bahaya fisik.
a. Bahaya Radiasi. Pada dasarnya radiasi tidak kasat mata, tidak mempunyai

bau, warna, atau rasa. Namun namun diketahui dampak buruk yang ditimbulkannya seperti kanker, cacat tubuh, bahkan kematian. Contohnya bahaya sinar-X. Bahaya radiasi sinar-X dapat dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu efek somatik non-stokastik, efek somatik stokastik, dan efek genetik somatik. Efek somatik non-stokastik adalah efek radiasi di mana seseorang mengalami kerusakan dalam tubuhnya diakibatkan paparan radiasi dosis tertentu, yang berat ringannya sebanding dengan dosis yang diterima (misalnya katarak, kemerahan pada kulit). Efek somatik stokastik adalah efek radiasi yang terjadi tidak bergantung pada besaran dosis, namun bergantung pada kesempatan dan probabiilitasnya (seperti kanker). Serta efek genetik somatik adalah efek radiasi yang mungkin terjadi pada organ reproduksi sehingga merusak DNA, sperma, atau sel telur, sehingga terjadi mutasi gen dan kromosom, serta dapat mengakibatkan cacat pada keturunan.9 Bahaya dan sifat radiasi pengion yang merugikan:10 1. Dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh yang menyebabkan komponen pertahanan rongga mulut terhadap kolonisasi bakteri dan jamur meningkat. 2. Dapat menimbulkan efek biologis tidak hanya terhadap sel-sel kanker tetapi juga sel-sel yang masih sehat.

3. 4. 5.

Oleh karena tidak dapat dilihat oleh panca indera, maka orang yang Tidak dapat difokuskan pada daerah yang akan disinari. Efeknya pada tubuh tidak segera terlihat dan bersifat kumulatif.

terkena radiasi ionisasi tidak dapat menyadari bahaya radiasi tersebut.

Bahaya radiasi pertahanan rongga mulut antara lain:10 1. 2. 3. 4. 5. Berubahnya integrasi anatomik berupa meningkatnya permeabilitas. Perubahan fisiologis secara spesifik dari komposisi protein saliva. Terganggunya fungsi penelanan. Berkurangnya sekresi saliva lebih dari 90% Berubahnya sekretori Imunoglobulin A (sIgA) berupa

berkurangnya aktifitas antimikroba saliva karena turunnya kadar sIgA saliva.


6.

Terganggunya perubahan sel mukosa berupa menurunnya aktifitas Vibrasi (getaran) handpiecie. Mechanical stress. Intensitas penerangan pada ruang praktik. Suhu dan kelembaban ruang praktik.

antibiotik dalam lapisan basal.


a. b.

c. d.

4. Bahaya fisiologis. Dapat disebakan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik dan sesuai dengan aturan-aturan ergonomi dalam melakukan pekerjaan serta peralatan alat kerja; seperti sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dokter gigi ataupun ketidakserasian manusia dengan insturmen/mesin. Salah dampak kesalahan dalam memposisikan tubuh saat bekerja ialah Musculoskeletal Disorder (MSDs). Musculoskeletal Disorder (MSDs) adalah kelainan yang cukup penting dipermasalahkan mengingat gejalanya yang muncul lambat serta dampak yang diberikan bagi penderitanya cukup serius. Berdasarkan data didapatkan 36% pada dokter

gigi yang bekerja kurang dari 10 tahun; 27,6% untuk 10-21 tahun; 25,4% untuk 21-30 tahun dan 13,4% pada dokter gigi yang bekerja lebih dari 30 tahun.11

You might also like