You are on page 1of 3

Rangkuman Skills Lab R.

3 12

Demam Typhoid
Demam Typoid / Enteric Fecer adalah sindrom klinik yang dihasilkan oleh orgarnisme Salmonella typhi. (Nelson,2000). Di Indonesia penyakit ini dikenal penyakit tifus . Epidemiologi Dalam empat dekade terakhir, demam tifoid telah menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Diperkirakan angka kejadian penyakit ini mencapai 13-17 juta kasus di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 jiwa per tahun. Daerah endemik demam tifoid tersebar di berbagai benua, mulai dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, Karibia, hingga Oceania. Patogenesis Masa inkubasi dari Salmonella typi biasanya antara 3 21 hari,rata-rata 10 14 hari. Kuman Salmonella typhi biasanya masuk lewat makanan yang tercemar lambung sebagian dihancurkan oleh asam lambung dan sebagian lolos ke usus berkembang biak ketika IgA tubuh kurang baik, kuman dapat menembus sel-sel epitel lamina propia difagosit makrofag hidup dan berkembang biak di makrofag dibawa ke plaque peyeri kelenjar bening mesentrika sirkulasi darah melalui duktus torasikus terjadi bakteremia I asimptomatik menyebar ke seluruh organ endotelial terutama hati dan limpa di organ tersebut kuman meninggalkan sel fagosit berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid sirkulasi lagi bakteremia II disertai tanda dan gejala sistemik. Di hati, kuman masuk ke kandung empedu VB berkembang biak bersama cairan empedu diekskresikan intermitten ke dalam lumen usus sebagian lagi masuk ke sirkulasi setelah menembus usus proses seperti semula makrofag teraktivasi hiperaktif saat fagositosis kuman, mengeluarkan mediator inflamasi timbul gejala-gejala. Patologi dapat meluas ke lapisan otot, serosa, dan usus sehingga mengakibatkan perforasi (Widodo, 2007).

Gambaran Klinis Pada minggu pertama,penderita mengeluh demam dan biasanya terasa lebih tinggi menjelang sore dan malam hari dibanding pagi hari,lemas,nyeri kepala,pusing,nyeri otot,anoreksia(kehilangan nafsu makan),mual,muntah,obstipasi(diare),perasaan tidak enak di perut,batuk,dan epistaksis (mimisan).Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan suhu badan meningkat. Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas berupa demam bradikardia relatif ( bradikardia relatif adalah peningkatan 1 oC tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit),lidah yang berselaput (kotor di tengah,tepi ujung merah serta tremor),hepatomegali(pembesaran hati),splenomegali(pembesaran limpa),meteroismus(kembung perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung dan usus),somnolen,delirium(suatu keadaan kebingungan,cemas). Penegakan Diagnosis Dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah tepi lengkap sering ditemukan leukopenia,dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis(kadar leukosit naik).Dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia(jumlah trombosit kurang dari 100.000 / mm3).Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia(hilangnya eosinofil) maupun limfopenia(penurunan jumlah limfosit di bawah 1500/mm3). SGOT dan SGPT seringkali meningkat,tetapi akan normal kembali ketika sembuh. Pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji Widal (mendeteksi adanya antibodi aglutinasi terhadap antigen O yang berasal dari somatik dan antigen H yang berasal dari flagella Salmonella typhi ) dan Kultur Organisme. Penatalaksanaan Konsep Trilogi penatalaksanaan demam typhoid. 1. Istirahat dan Perwawatan Mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan 2. Diet dan Terapi Penunjang Mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal. 3. Pemberian Antimikroba dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman.

Istirahat dan Perawatan Tirah baring ( tinggal di tempat tidur dalam waktu yang ditentukan) bertujuan ututk mempercepat pemulihan. Semua kegiatan dilakukan di tempat tidur dan menjaga kebersihan dari tempat tidur,pakaian,dan semua perlengkapan. Diet dan terapi penunjang Diet merupakan hal yang penting dalam penyembuhan typhoid karena pada saat terkena typoid biasanya nafsu makan berkurang dan menurunkan ketahanan tubuh dari orang tersebut yang menghambat penyembuhan. Dahulu dilakukan diet bubur saring seiiring dengan perjalanan waktu ditingkatkan menjadi diet bubur kasar dan akhirnya diet nasi.Pemberian bubur saring mencegah pendarahan saluran cerna dan proliferasi usus.Dipakai juga untuk mengistirahatkan kerja usus.Para peneliti menunjukan pemberiaan makan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa dapat diberikan kepada pasien dengan demam typhoid. Pemberian Antimikroba Hingga saat ini, kloramfenikol masih menjadi drug of choice bagi pengobatan demam tifoid di Indonesia. Dosis yang diberikan pada pasien dewasa adalah 4 x 500 mg hingga 7 hari bebas demam. Alternatif lain : Kotrimoksazol pemberian 2 x 2 tablet selama 2 minggu,Ampisilin/Amoksisilin (50-150 mg/KgBB 2 minggu),Fluorokuinolon ( conoth : ciprofloxcacin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari). Pencegahan 1. Pola hidup yang sehat serta higienis. 2. Vaksin demam typhoid polisakaridai. Beberapa keunggulan vaksin jenis ini diantaranya, efektifitasnya yang baik untuk mencegah typhoid dengan perlindungan hingga 3 tahun, tingkat kenyamanan dengan efek samping lokal yang bersifat sementara dan segera hilang. Tidak untuk anak usia =< 2 tahun. Referensi 1. Buku ajar ilmu penyakit dalam FKUI jilid 3,halaman 2797. 2. Longo, Dan L. dkk. 2012. Harrisons Principles of Internal Medicine (18th ed). McGrawHill. 3. Demam Tifoid oleh dr. Dimas Satya Hendarta.http://medicine.uii.ac.id/index.php/Artikel/Demam-Tifoid.html

You might also like