You are on page 1of 16

Pendahuluan Suatu organisasi internasional dibentuk dan didirikan melalui suatu konferensi internasional yang menghasilkan perjanjian internasional

yang merupakan anggaran dasarnya yang biasa juga disebut piagam, covenant, statuta, atau dengan istilah yang lebih umum disebut juga dengan konstitusi dari sebuah organisasi internasional. Atas dasar piagam atau konstitusinya itu ditentukan asas-asas dan tujuan dari organisasi internasional maupun organ-organ serta mekanisme bekerjanya. Organisasi-organisasi regional tertentu juga diberi wewenang untuk membuat ketentuanketentuan hukum. Perjanjian-perjanjian yang dihasilkan dalam kerangka organisasi internasional ini dibuat oleh wakil-wakil negara yang duduk dalam organ-organ organisasi tersebut. Pasal 26 Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian dalam hal ini menyatakan bahwa tiap-tiap perjanjian yang berlaku mengikat negara-negara pihak dan harus dilaksanakan dengan itikad baik atau in good faith. Prinsip ini merupakan dasar pokok hukum perjanjian dan telah diakui secara universal dan yang merupakan bagian dari prinsip-prinsip hukum umum (general principles of law). Salah satu segi yang menonjol dalam perkembangan hubungan antar negara sejak perang dunia II adalah pesatnya pertumbuhan kerjasama regional. Perkembangan tersebut sifatnya merata dan tidak terbatas pada negara-negara tertentu, tetapi dapat disaksikan di seluruh kawasan dunia, baik di negara-negara maju, maupun di negaranegara yang sedang berkembang, di negara-negara barat, maupun di negara-negara Timur. Hubungan yang makin rapat dan kehidupan bangsa-bangsa yang bergantung satu sama lain itu menuntut adanya kerjasama antar bangsa dalam suatu sistem kerjasama regional. Dengan mengadakan pengelompokkan, negara-negara kecil akan lebih memperkuat posisi tukar dalam menghadapi raksasa-raksasa ekonomi dunia. Atas nama satu kelompok, suara mereka akan merupakan suatu suara yang lebih berat dan tidak dapat begitu saja diabaikan. Lewat kerjasama regional mereka dapat memperjuangkan kepentingan masing-masing dengan harapan mencapai hasil yang diinginkan.

Pembahasan 1. Pengertian Organisasi Internasional Pengertian organisasi internasional adalah suatu organisasi yang dibuat oleh anggota masyarakat internasional secara sukarela atau atas dasar kesamaan yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian dalam tata hubungan internasional. Secara umum organisasi internasional dapat diartikan sebagai organisasi bukan negara yang berkedudukan sebagai subyek hukum internasional dan mempunyai kapasitas untuk membuat perjanjian internasional Namun menurut Sumaryo Suryokusumo, organisasi internasional dapat didefinisikan sebagai : himpunan negara-negara yang terikat dalam suatu perjanjian internasional yang dilengkapi anggaran dasar sebagai instrumen pokok (constituent instrument) dan mempunyai personalitas yuridik. menurut Theodore A Couloumbis dan James H. Wolfe : a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud dan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa Bangsa ; b. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank, UNESCO, International Monetary Fund,International Labor Organization, dan lain- lain; c. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan global,antara lain: ASEAN (Association of South East Asian Nation ), Europe Union. Dalam makalah ini yang akan kita bahas adalah PBB sebagai Organisasi internasional Global dan ASEAN sebagai Organisasi Internasional Regional.

2. PBB Sebagai Organisasi Internasional Global Perserikatan Bangsa-Bangsa atau biasa disingkat PBB (bahasa Inggris: United Nations atau disingkat UN) adalah sebuah organisasi internasional yang anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, pengamanan internasional, lembaga ekonomi, dan perlindungan sosial. Perserikatan Bangsa-bangsa didirikan di San Francisco pada 24 Oktober 1945 setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington, DC, namun Sidang Umum yang pertama dihadiri wakil dari 51 negara - baru berlangsung pada 10 Januari 1946 (di Church House, London). Dari 1919 hingga 1946, terdapat sebuah organisasi yang mirip, bernama Liga Bangsa-Bangsa, yang bisa dianggap sebagai pendahulu PBB. Sejak didirikan pada tahun 1945 hingga 2011, sudah ada 193 negara yang bergabung menjadi anggota PBB, termasuk semua negara yang menyatakan kemerdekaannya masing-masing dan diakui kedaulatannya secara internasional, kecuali Vatikan. Selain negara anggota, beberapa organisasi internasional dan organisasi antar-negara mendapat tempat sebagai pengamat permanen yang mempunyai kantor di Markas Besar PBB, dan ada juga yang hanya berstatus sebagai pengamat.Palestina dan Vatikan adalah negara bukan anggota (non-member states) dan termasuk pengamat permanen (Tahta Suci mempunyai wakil permanen di PBB, sedangkan Palestina mempunyai kantor permanen di PBB). Organisasi ini memiliki enam organ utama: Majelis Umum (majelis musyawarah utama),Dewan Keamanan (untuk memutuskan resolusi tertentu untuk perdamaian dan keamanan),Dewan Ekonomi dan Sosial (untuk membantu dalam mempromosikan kerjasama ekonomi, sosial internasional dan pembangunan), Sekretariat (untuk menyediakan studi, informasi dan fasilitas yang diperlukan oleh PBB), Mahkamah Internasional (organ peradilan primer), Dewan Perwalian (yang saat ini tidak aktif). instansi Sistem PBB lainnya yang menonjol termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Program Pangan Dunia (WFP) dan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa(UNICEF). Organisasi ini didanai dari sumbangan yang ditaksir dan sukarela dari negara-negara anggotanya, dan memiliki enam bahasa resmi: Arab, Cina, Inggris, Perancis, Rusia, dan Spanyol. Kedudukan dan Fungsi PBB Tak lama setelah berdirinya PBB mencari pengakuan sebagai badan hukum internasional supaya bisa menerima "Ganti Rugi Kepada PBB Atas Cidera yang Dideritanya"dengan disertai pendapat dari Mahkamah Internasional (ICJ). Pertanyaan yang muncul adalah
3

"Apakah PBB, sebagai organisasi, memiliki hak untuk meminta klaim internasional terhadap pemerintahan tertentu terkait cedera yang diderita oleh PBB, yang diduga telah disebabkan oleh negara/pemerintahan tersebut." Pengadilan menyatakan: Organisasi ini (PBB) berniat melaksanakan hak dan kewajiban, dan pada kenyataannya memang mampu melaksanakan kewajiban dan menerima hak tertentu yang hanya mungkin dapat dijelaskan jika memiliki kapasitas kepribadian internasional yang besar dan mampu untuk beroperasi dalam ranah internasional. ... Dengan demikian, Pengadilan telah sampai pada kesimpulan bahwa Organisasi ini (PBB) adalah Badan Hukum Internasional. Fungsi dan Tujuan PBB adalah: - Memelihara perdamaian dan keamanan internasional - Mengembangkan hubungan persaudaraan antarbangsa - Menciptakan kerjasama dalam memecahkan masalah- masalah internasional dalam bidang ekonomi,sosial budaya dan hak asasi - Menjadikan PBB sebagai pusat usaha dalam mewujudkan tujuan bersama cita-cita diatas 3. KONFERENSI ASIA AFRIKA Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KTT Asia-Afrika; kadang juga

disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi tingkat tinggi antara negaranegara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KTT ini diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar dikoordinasi (dahulu Burma), oleh Menteri Sri Luar Lanka Negeri

(dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan

Indonesia Roeslan Abdulgani. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya. Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka
4

tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis diAljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat. Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru. Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan NonBlok pada 1961.

4. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) Sejarah berdirinya ASEAN ASEAN memiliki sejarah yang menarik. ASEAN lahir, tumbuh, dan berkembang seirama dengan tuntutan sejarah. Kehadirannya sangat penting bagi bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara, bahkan di dunia. Pembentukan ASEAN dimulai dengan diadakannya pertemuan 5 menteri-menteri luar negeri dari negara-negara Asia Tenggara di Bangkok selama 3 hari dari tanggal 5-8 Agustus 1967. Mereka adalah Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Rajak (Malaysia), Thanat Khoman (Thailand), Rajaratnam (Singapura, dan Narciso Ramos (Philipina). Pada tanggal 8 Agustus 1967 mereka mencapai persetujuan untuk membentuk suatu organisasi kerjasama negaranegara Asia Tenggara. Organisasi ini dinamakan ASEAN (Association of South East Asian Nations). Persetujuan yang ditanda-tangani oleh kelima menteri luar negeri itu kemudian dikenal sebagai Deklarasi Bangkok dan menjadi dasar pembentukan ASEAN. a. ASEAN Sebagai Organisasi Internasional Regional ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) atau yang lebih kita kenal dengan Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara, sebagai kerjasama regional dalam kenyataannya tidak dapat
5

dipisahkan dari perkembangan Asia Tenggara sebelumnya, terutama dalam hubungan kerjasama ASA (Association of Southeast Asia) dan MAPHILINDO. ASA yang dibentuk pada tahun 1961, beranggotakan Malaya, Thailand, dan Filipina. Sedangkan MAPHILINDO dibentuk pada tahun 1963, beranggotakan Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Perbedaan kedua kerjasama ini adalah bahwa ASA berdasarkan ekonomi dan kebudayaan, sedangkan MAPHILINDO berlandaskan pertimbangan politik dan ras. Kedua kerjasama regional tersebut mempunyai pengaruh terhadap pembentukan ASEAN, karena kedua kerjasama regional itulah yang merupakan kerjasama regional pertama di Asia Tenggara yang dibentuk oleh negara-negara Asia Tenggara sendiri, tanpa ikut sertanya negara lain di luar kawasan. ASEAN adalah salah satu dari sedikit organisasi internasional yang bersifat anomali karena selama lebih dari 40 tahun tidak memiliki landasan hukum (konstitusi). Dengan ketiadaan anggaran dasar dan anggran rumah tangga, ASEAN tidak diakui sebagai subyek hukum internasional. Landasan kerjasamanya sebatas komitmen politis non-binding, berupa deklarasi, statement, dan keputusan para menteri dan KTT. Tidak sebagaimana organisasi internasional atau regional lainnya, yang dalam

pembentukannya berdasarkan suatu instrumen pokok, dalam pembentukan ASEAN walaupun tidak dengan persetujuan, para wakil dari lima negara yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand telah mengadakan pertemuan dan memutuskan untuk membentuk apa yang disebut Persekutuan Negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) tanpa perjanjian atau persetujuan yang akan diratifikasi oleh para anggotanya melainkan hanya dengan suatu Deklarasi yang ditandatangani oleh kelima Menteri Luar Negeri. b. Kedudukan dan fungsi ASEAN Dalam perjalanannya hingga empat dekade ASEAN belum memiliki suatu landasan formal yang berkekuatan hukum, mengingat selama ini kerjasama ASEAN cenderung bersifat informal dengan pendekatan musyawarah mufakat. Oleh karena itu, disusunlah ASEAN Charter yang akan menjadi pedoman. Setelah melalui proses panjang, pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-13 di Singapura tahun 2007, negara-negara anggota ASEAN telah menandatangani Piagam ASEAN.

Wadah kerjasama negara-negara Asia Tenggara yang berdiri sejak 8 Agustus 1967 itu kini memiliki jati diri baru yaitu sebagai subyek hukum. ASEAN juga menjadi institusi yang memiliki akuntabilitas dan sistem kepatuhan tertentu, dan sebagai komunitas bersama di wilayah ekonomi, politik, keamanan, dan juga sosial kebudayaan. ASEAN, sebagai wadah negara-negara atau organisasi regional kawasan Asia Tenggara telah memiliki dasar hukum bersama, yaitu melalui Piagam ASEAN yang diberlakukan mulai dari bulan Desember 2009, ini dijadikan sebuah tanggung jawab ASEAN untuk mematuhi peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati pada KTT ASEAN. Adanya Piagam ASEAN secara organisatoris akan membuat negara anggota ASEAN relatif akan lebih terikat kepada berbagai kesepakatan yang telah dibuat ASEAN. Secara teoretis, piagam itu akan semakin mempermudah kerja sama yang dibuat ASEAN dengan mitra-mitra dialognya. Jika pada masa lalu mitra ASEAN terkadang mengeluh bahwa kesepakatan yang telah dibuat dengan ASEAN ternyata hanya dilaksanakan dan dipatuhi oleh beberapa negara anggota ASEAN, kini kekhawatiran itu bisa dikurangi. Tujuan dari ASEAN seperti tercantum dalam Deklarasi Bangkok adalah Mempercepat pertumubuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional Meningkatkan kerjasama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik,ilmu pengetahuan, dan administrasi Memelihara kerjasama yang erat di tengah - tengah organisasi regional dan internasional yang ada Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara Namun dalam menguraikan tujuan/sasaran, Deklarasi bangkok menyatakan : Untuk memelihara perdamaian dan stabilitas regional dengan menaati keadilan, tata hukum dalam

hubungan antara bangsa-bangsa Asia Tenggara serta berpegang teguh pada asas-asas Piagam PBB.

5. OKI OKI merupakan organisasi Negara-negara Islam dan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yang dibentuk sebagai reaksi terhadap pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel pada tanggal 21 Agustus 1969 yang merupakan salah satu tempat suci umat Islam, selain Mekkah dan Madinah serta bentuk penolakan terhadap pendudukan wilayahwilayah arab oleh Israel termasuk pula penguasaan atas Yerussalem semenjak tahun 1967. Latar belakang dan sejarah terbentuknya OKI Pendudukan Israel atas wilayah-wilayah arab khususnya kota Yerusalem semenjak tahun 1967 telah menimbulkan kekawatiran bagi negara-negara arab dan umat Islam akan tindakantindakan yang mungkin dilakukan Israel terhadap wilayah pendudukannya termasuk di Yerusalem yang didalamnya berdiri mesjid Al Aqsa. Pada tanggal 21 Agustus 1969 kekawatiran Negara-negara arab dan umat Islam terbukti dengan tindakan Israel yang membakar mesjid Al aqsa. Pembakaran mesjid Al Aqsa tersebut menimbulkan reaksi dari pemimpin negara arab khususnya Raja Hasan II dari Maroko, menyerukan para pemimpin negara-negara arab dan umat Islam agar bersama-sama menuntut Israel bertanggungjawab atas pembakaran mesjid Al Aqsa tersebut Seruan Raja Hasan II dari Maroko mendapat sambutan dari Raja Faisal dari Arab Saudi dan Liga Arab, yang langsung ditindaklanjuti dengan pertemuan para duta besar dan menteri luar negeri liga arab pada tanggal 22-26 Agustus 1969 yang berhasil memutuskan : Tindakan Pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel merupakan suatu kejahatan yang tidak dapat diterima. Tindakan Israel tesebut merongrong kesucian umat Islam dan Nasrani serta mengancam keamanan Arab. Mendesak agar segera dilakukan Konfrensi Tingkat Tinggi negara-negara Islam. Untuk merealisasikan hasil-hasil pertemuan diatas kemudian dibentuklah panitia penyelenggara KTT Negara-negara Islam oleh Arab Saudi dan Maroko berangotakan; Malaysia, Palestina, Somali dan Nigeria, dan pada tanggal 22-25 September 1969
8

dilangsungkan Konfrensi Tingkat Tinggi negara-negara Islam dihadiri 28 negara dan menghasilkan beberapa keputusan penting diantaranya : 1. Mengutuk pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel 2. Menuntut pengembaliam kota Yerusalem sebagaimana sebelum perang tahun 1967. 3. Menuntut Israel untuk menarik pasukannya dari seluruh wilayah arab. 4. Menetapkan pertemuan menteri luar negeri di Jeddah Arab Saudi pada bulan Maret 1970. Tujuan OKI 1. Memelihara dan meningkatkan solidaritas diantara negara-negara anggota dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan politik dan pertahanan keamanan. 2. Mengkoordinasikan usaha-usaha untuk melindungi tempat-tempat suci. 3. Membantu dan bekerjasama dalam memperjuangkan kemerdekaan rakyat Palestina. 4. Berupaya melenyapkan perbedaan rasial, diskriminasi, kolonialisme dalam segala bentuk. 5. Memperkuat perjuangan umat Islam dalam melindungi martabat umat, dan hak masingmasing negara Islam. 6. Menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis, saling pengertian antar negara OKI dan Negara-negara lain. Struktur organisasi OKI Struktur organisasi terdiri dari : 1. Badan utama meliputi : KTT para raja dan Kepala negara/pemerintahan Sekretaris Jenderal sebagai badan eksekutif Konferensi para Menteri luar negeri Mahkamah Islam Internasional sebagai badan Yudikatif Komite-komite khusus, meliputi : komite Al-Quds 2. komite social, ekonomi dan budaya 3. Badan-badan subsider meliputi: a). Bidang Ekonomi terdiri dari: 1. Pusat Riset dan latihan sosial ekonomi berpusat di Ankara (Turki). 2. Pusat Riset dan latihan teknik berpusat di Dhakka (Bangladesh) 3. Kamar Dagang Islam berpusat di Casablanca (Maroko). 4. Dewan Penerbangan Islam berpusat di Tunis (Tunisia).
9

5. Bank Pembangunan Islam berpusat di Jeddah (Arab Saudi). b). Bidang Sosial Budaya terdiri dari: 1. Dana Solidaritas Islam berpusat di Jeddah (Arab Saudi) 2. Pusat Riset Sejarah dan Budaya Islam berpusat di Istambul (Turki). 3. Dana Ilmu, teknologi dan Pembangunan berpusat di Jeddah (Arab Saudi). 4. Komisi Bulan Sabit Islam berpusat di Bengasi (Libya) 5. Komisi Warisan Budaya Islam berpusat di Istambul (Turki). 6. Kantor Berita Islam Internasional berpusat di Jeddah (Arab Saudi). Anggota - Anggota OKI Organisasi Konfrensi Islam (OKI) pada saat pembentukannya memiliki anggota 28 Negara dan terus mengalami pertambahan, hingga dewasa ini anggota OKI berjumlah 46 negara yang berasal dari kawasan Asia Barat, Asia Tengah, Asia Tenggara, Afrika. Negara-negara anggota OKI adalah : Arab Saudi, Maroko, Aljazair, Bahrain, Libya, Mauritania, Djiboti, Mesir, Suriah, Tunisia, Yaman, Yordania, Oman, Qatar, Somalia, Irak, Lebanon, Kuwait, Uni Emirat Arab, Palestin, Afganistan, Bangladesh, Iran, Pakistan, Maladewa, Turki,Azerbaijan, Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, Nigeria, Mali, Niger, Senegal, Uganda, Siera Leone, Guinea issau, Gabon, Gambia, Chad, Comoros, Camerun, Burkina Faso, Benin. Kegiatan OKI Adapun kegiatan yang dilakukan OKI selalu dalam rangka memperjuangkan kepentingan umat Islam, negara-negara anggota, memelihara perdamaian, ketentraman dan kesejahteraan dunia, memperjuangkan kemerdekaan Palestina, baik dalam kegiatan politk, ekonomi dan sosial budaya. Adapun tantangan yang dialami OKI sampai sekarang antara lain: 1. Meminimalisasi perbedaan orientasi politik diantara negara anggota OKI 2. Mengubah dan menghapuskan salah penafsiran dunia Barat terhadap Islam yang selalu negatif, seperti mengaikkan Islam, dengan kegiatan Fundamentalis, Terorisme, dan kekerasan lainya. 3. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan serta Solidaritas antar Anggota OKI. 4. Meningkatkan Kerjasama dalam berbagai bidang untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat seluruh negara anggota OKI. 5. Mengupayakan terus-menerus agar kemerdekaan dan kedaulatan rakyat Pelestina.

10

6. Organization of the Petroleum Exporting Countries ( OPEC ) OPEC (singkatan dari Organization of the Petroleum Exporting Countries; bahasa Indonesia: Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi) adalah organisasi yang bertujuan menegosiasikan masalah-masalah mengenai produksi, harga dan hak konsesi minyak bumi dengan perusahaan-perusahaan minyak. OPEC didirikan pada 14 September 1960 di Bagdad, Irak. Saat itu anggotanya hanya lima negara. Sejak tahun 1965 markasnya bertempat di Wina, Austria OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak) adalah Organisasi internasional sebelas negara berkembang, yang sangat bergantung pada pendapatan minyak sebagai sumber utama pendapatan mereka. Keanggotaan terbuka bagi setiap negara yang merupakan net eksportir besar minyak dan yang membagi cita-cita Organisasi. Anggota saat ini Aljazair, Indonesia, Iran, Irak, Kuwait, Libya, Nigeria, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Venezuela. Karena pendapatan minyak sangat penting untuk perkembangan ekonomi negara-negara, mereka bertujuan untuk membawa stabilitas dan harmoni bagi pasar minyak dengan menyesuaikan produksi minyak mereka untuk membantu memastikan keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Dua kali setahun, atau lebih sering jika diperlukan, Menteri Minyak dan Energi Anggota OPEC bertemu untuk memutuskan tingkat output Organisasi, dan mempertimbangkan apakah tindakan apapun untuk menyesuaikan output diperlukan dalam terang perkembangan minyak terakhir dan diantisipasi pasar. Sebelas anggota OPEC secara kolektif memasok sekitar 40 persen dari produksi minyak dunia, dan memiliki lebih dari tiga perempat dari total cadangan terbukti minyak mentah dunia. Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) adalah permanen, Organisasi antarpemerintah, dibuat pada Konferensi Baghdad pada September 10-14, 1960, oleh Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi dan Venezuela. Lima Anggota Pendiri kemudian bergabung dengan delapan anggota lainnya: Qatar (1961); Indonesia (1962); Orang-orang sosialis Jamahiriya Arab Libya (1962); Uni Emirat Arab (1967); Aljazair (1969); Nigeria (1971); Ekuador (19731992) dan Gabon (1975-1994). OPEC kantor pusatnya di Jenewa, Swiss, dalam lima tahun pertama keberadaannya. Ini telah dipindahkan ke Wina, Austria, September 1, 1965. Tujuan OPEC adalah untuk mengkoordinasikan dan menyatukan kebijakan perminyakan antara Negara-negara Anggota, dalam rangka untuk mengamankan harga yang adil dan stabil untuk produsen minyak bumi; yang efisien, ekonomi dan teratur pasokan minyak untuk negara-negara konsumen; dan pengembalian yang adil pada modal untuk investasi mereka dalam industri. 1960-1970: Ini adalah tahun formatif OPEC, dengan Organisasi, yang mulai hidup sebagai kelompok lima penghasil minyak, negara berkembang, mencari untuk menegaskan hak-hak yang sah di pasar minyak internasional didominasi oleh "Negara-negara Anggotanya perusahaan multinasional Seven Sisters '. Kegiatan umumnya bersifat low-profile, sebagai OPEC menetapkan tujuan, mendirikan Sekretariat, yang dipindahkan dari Jenewa ke Wina pada 1965, diadopsi resolusi dan terlibat dalam negosiasi dengan perusahaan. Keanggotaan tumbuh sampai sepuluh selama dekade. 1970-1980: OPEC bangkit untuk menonjol internasional selama dekade ini, sebagai Negaranegara Anggotanya menguasai industri minyak domestik mereka dan memperoleh katakan utama dalam harga minyak mentah di pasar dunia. Ada dua krisis minyak harga, dipicu oleh embargo minyak Arab di 1973 dan pecahnya Revolusi Iran lima tahun kemudian, namun diberi makan oleh ketidakseimbangan mendasar di pasar; baik mengakibatkan harga minyak
11

naik tajam. KTT OPEC pertama Penguasa dan Kepala Negara diadakan di Aljir Maret 1975. Anggota OPEC diperoleh 11 dan terakhir saat ini, Nigeria, di 1971. 1980-1990: Harga memuncak pada awal dekade, sebelum memulai penurunan dramatis, yang berpuncak pada runtuhnya di 1986 krisis minyak harga ketiga. Harga rally di tahun-tahun akhir dekade, tanpa mendekati tingkat tinggi dari awal 1980-an, sebagai kesadaran tumbuh dari kebutuhan untuk tindakan bersama antara produsen minyak jika pasar stabilitas dengan harga yang wajar adalah untuk dicapai di masa depan. Isu lingkungan mulai muncul pada agenda.1990s internasional 1990-2000: Krisis harga keempat dihindari pada awal dekade, pada pecahnya permusuhan di Timur Tengah, ketika peningkatan tajam tiba-tiba harga pada panik pasar ini dimoderatori oleh peningkatan output dari Anggota OPEC. Harga kemudian tetap relatif stabil sampai 1998, ketika ada runtuh, di bangun dari krisis ekonomi di Selatan Asia Timur. Tindakan kolektif oleh OPEC dan beberapa non-OPEC terkemuka produsen membawa pemulihan. Sebagai dekade berakhir, ada serentetan mega-merger antara perusahaan-perusahaan minyak internasional utama dalam suatu industri yang mengalami kemajuan teknologi utama. Untuk sebagian besar tahun 1990-an, negosiasi perubahan iklim yang sedang berlangsung internasional mengancam penurunan permintaan minyak berat di masa mendatang.

7. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)APEC

KTT APEC diadakan setiap tahun di negara-negara anggota. Pertemuan pertama organisasi APEC diadakan di Canberra, Australia pada tahun 1989.APEC menghasilkan Deklarasi Bogor pada KTT 1994 di Bogor yang bertujuan untuk menurunkan bea cuka hingga nol dan lima persen di lingkungan Asia Pasifik untuk negara maju paling lambat tahun 2010 dan untuk negara berkembang selambat-lambatnya tahun 2020. Pada tahun 1997, KTT APEC diadakan di Vancouver, Kanada. Kontroversi timbul ketika kepolisian setempat menggunakan bubuk merica untuk meredakan aksi para pengunjuk rasa yang memprotes kehadiran Soeharto yang menjabat sebagai presiden Indonesia pada saat itu. Pada tahun 2003, kepala organisasi Jemaah Islamiyah Riduan Isamuddin alias Hambali berencana melancarkan serangan pada KTT APEC di Bangkok, Thailand. Hambali ditangkap di kota Ayutthaya oleh kepolisian setempat sebelum ia dapat melaksanakan serangan itu.Pada tahun 2004, Chili menjadi negara Amerika Selatan pertama yang menjadi tuan rumah KTT APEC. Peran Serta Indonesia Dalam APEC Pada bulan Agustus 2005, Departemen Luar Negeri (Deplu) bekerja sama dengan CSIS mengadakan workshop dengan tema APEC dan Indonesia di Persimpangan Jalan. Workshop ini, yang dihadiri kalangan swasta, akademisi, LSM, dan pemerintah, dibagi menjadi dua sesi. Sesi Pertama membahas tema Mid-Term Stocktake: Kemajuan dan Tantangan dalam Bidang Liberalisasi dan Fasilitasi Menuju Bogor Goals. Fokus sesi ini adalah mengidentifikasi sejauh mana liberalisasi perdagangan dan investasi dalam forum APEC telah dicapai. Berbagai hambatan pada bidang-bidang yang belum mencapai kemajuan juga dibahas dalam sesi ini.

12

Tema Sesi Kedua adalah APEC dan Indonesia: Relevansi APEC dalam Membahas Isu-Isu di luar Isu-Isu Ekonomi. Sesi ini membahas prioritas jangka panjang Indonesia di APEC dan relevansi APEC sebagai forum untuk membahas isu-isu non-ekonomi, seperti isu sosial dan keamanan. Seminar diawali oleh laporan Dirjen Asia Pasifik dan Afrika, Deplu dan dilanjutkan oleh pidato pembukaan Menteri Luar Negeri serta keynote speech Menteri Perdagangan. Menteri Luar Negeri menekankan bahwa, sebagai salah satu pendiri kerjasama ini, Indonesia memainkan peran yang sangat menentukan untuk merumuskan visi APEC dan telah berperan aktif dalam mencetuskan Bogor Goals, yaitu mewujudkan kawasan perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka tahun 2010 untuk ekonomi maju serta 2020 untuk ekonomi berkembang. Menlu menggarisbawahi agar Indonesia dapat kembali memainkan peran kepemimpinan dalam proses APEC. Latar Belakang Pembentukan APEC Konperensi negara-negara kawasan Asia Pasifik yang dilaksanakan atas prakarsa Australia pada bulan November 1989 di Canberra merupakan forum antar pemerintah yang kemudian dikenal dengan nama Asia Pacific Ekonomic Cooperation atau disingkat APEC. Latar belakang berdirinya APEC ditandai dengan kebutuhan pembangunan ekonomi regional akibat globalisasi sistem perdagangan, dan adanya perubahan berbagai situasi politik dan ekonomi dunia sejak pertengahan tahun 1980-an Kemajuan teknologi di bidang transportasi dan telekomunikasi semakin mendorong percepatan perdagangan global yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan yang cepat pada pasar uang, arus modal, dan meningkatnya kompetisi untuk memperoleh modal, tenaga kerja terampil, bahan baku, maupun pasar secara global. Globalisasi perdagangan ini mendorong meningkatnya kerja sama ekonomi di antara negara-negara seka-wasan seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang menerapkan sistem pasar tunggal untuk Eropa; North American Free Trade Area (NAFTA) di kawasan Amerika Utara; ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan Asia Tenggara; dan Closer Economic Relations (CER) yang merupakan kerja sama ekonomi antara Australia dan Selandia Baru. Tujuan Pendirian APEC Pada Konperensi Tingkat Menteri (KTM) I APEC di Canberra tahun 1989, telah disepakati bahwa APEC merupakan forum konsultasi yang longgar tanpa memberikan Mandatory Consequences kepada para anggota-nya. Dari kesepakatan yang diperoleh dalam pertemuan tersebut dapat disimpulkan bahwa APEC memiliki dua tujuan utama: 1. Mengupayakan terciptanya liberalisasi perdagangan dunia melalui pembentukan sistem perdagangan multilateral yang sesuai dengan kerangka GATT dalam rangka memajukan proses kerja sama ekonomi Asia Pasifik dan perampungan yang positif atas perundingan Putaran Uruguay. 2. Membangun kerja sama praktis dalam program-program kerja yang difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang menyangkut penyelenggaraan kajian-kajian ekonomi, liberalisasi perdagangan, investasi, alih teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia Sekretariat APEC

Sekretariat APEC dibentuk pada tahun 1993. Para pegawai Sekretariat APEC terdiri atas 21 pejabat dari seluruh negara anggota ekonomi dan beberapa orang staf lokal.
13

Sekretariat APEC dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif dengan masa tugas satu tahun dan berasal dari negara anggota ekonomi yang sedang menjadi ketua APEC. Indonesia menempatkan wakil-nya di Sekretariat APEC dan mendapat tugas sebagai Direktur Bidang Gender dan Policy Level Group on Small and Medium Enterprises (PLG SME) sejak tahun 1998. Sekretariat APEC yang berdomisili di Singapore, dalam melaksanakan tugasnya terbagi dalam beberapa bidang yakni, Sekretariat APEC di bidang Committee on Trade and Investment (CTI), bidang services, Tariff and Non Tariff Measures (NTMs), bidang Standards and Conformance (SCSC), bidang Customs Procedures (SCCP), bidang Intelectual Pro-perty Right (IPEG), Competition Policy, Government Procurement (GPEG), Deregulation, Rules of Origin, Dispute Mediation, Mobility of Business People, Implementation of Uruguay Round Outcomes (UR Outcomes), Early Voluntary Sectoral Liberalization (EVSL), Economic Committee, Budget and Management Committee (BMC), ECOTECH, Energy, Fisheries, Human Recources Development (HRD), Industrial Science and Technology (ISTWG), Marine Resource Conservation, Telecommunications, Tourism, Trade Promotion, Transportation, Policy Level Group on Small and Medium Enterprises (PLG SME), Agrculture Technical Cooperation Reports Group (ATC), APEC Study Centers, Sustainable Development, Infrastructure Workshop, Gender Issues Sustainable Recovery, Management Review, Electronic Commerce, APEC Food System, Public Affairs, Communications and Database.

CGI (Consultative Group for Indonesia) CGI adalah kelompok negara pemberi kredit kepada Indonesia yang dibentuk sebagai kelanjutan dari IGGI (Inter Government on Indonesia) yang teian dibubarkan tahun 1992. Adapun alasan dibubarkannya IGGI antara lain bahwa Indonesia tidak dapat menerima kredit atau bantuan ekonomi bila dikaitkan dengan hak asasi manusia atau bila bersifat mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Maka keianjutannya dibentuk konsorsium CGI dengan syarat tanpa Belanda di dalamnya. Untuk seianjutnya, keanggotaan CGI adalah Amerika Serikat, Australia, Beigia, Jepang, Jerman, lnggris, Italia, Kanada, Prancis, Selandia Baru, dan Swis. Di samping itu, ada beberapa organisasi internasionai yang berafiiiasi dengan CGI, yaitu sebagai berikut. a. IBRD (International Bank for Reconstruction and Development) atau Bank Internasional untuk Pembangunan dan Perkembangan. b. IDA (lnternasional Development Association) atau Perhimpunan Pembangunan internasional c. IMF (International Monetery Fund) atau Dana Moneter Internasionai d. UNDP (linited Nations Development Programme) atau Program Permbangunan PBB. e. ADB (Asian Development Bank) atau Bank Pembangunan Asia. Negara dan Iembaga internasional sebagai peninjau CGI, yaitu sebagai berikut. a. Austria b. Denmark c. Finlandia d. Norwegia
14

e. Spanyol f. UNICEF (United Nations Childrens Fund) atau Dana Kanak-Kanak PBB. g. EEC (European Economic Community) atau Masyarakat Ekonomi Eropa h. OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) atau Organisasi untuk Pembangunan dan Kerja Sama Ekonomi. Tujuan CGI sebagai kelanjutan tujuan IGGI, yaitu membantu Indonesia yang sedang mengadakan pembangunan ekonomi, agar Indonesia dapat berkembang sehingga menjadi negara yang maju. Untuk dapat melaksanakan tujuan tersebut, CGI setiap tahun mengadakan pertemuan atau sidang dua kali, yaitu pada bulan April dan Desember. Dalam pertemuan ini para anggota serta badan , afIIiasinya membIcarakan mengenai program pembangunan Indonesia dan koordinasi bantuan keuangan kepada Indonesia. Biasanya pertemuan bulan Desember dipergunakan untuk meninjau kemajuan pelaksanaan pembangunan di Indonesia dan keperluan bantuan keuangan untuk tahun berikutnya. Pertemuan bulan April dipergunakan untuk melihat sampai di mana komitmen negara-negara kreditur telah diberikan, sehingga seluruh bantuan yang ditetapkan untuk keperluan iskal yang berjalan sudah terbagi pengadaannya di antara anggota CGI dan organisasi-organisasi internasional. Adapun kredit dari CGI diberikan untuk pinjaman jangka pendek samapi 25 tahun, bungan 3% setahun, dan bebas biaya 7 tahun. Sedangkan kredit dari badan internasional Iainnya, misalnya Bank DunIa yang dlbeflkan melalui lnternasional Development Association (IDA) dengan syarat yang Iunak, yaitu tanpa bunga, kecuali pungutan administrasi 3/4 persen, masa pembayaran 15 30, atau 50 tahun, sedang masa bebas membayar 10 tahun.

8. Dampak Kerja Sama Ekonomi Internasional Bagi Indonesia

Indonesia sedang melaksanakan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan ekonomi tersebut, Indonesia memerlukan bantuan dari negara-negara maju. Bantuan yang datang dari negara maju dapat berupa modal, teknologi, sumber-sumber pro-duksi yang tidak dimiliki oleh Indonesia, maupun tenaga ahli. Hubungan ekonomi yang dilakukan Indonesia dengan negara lain sangat luas. Ada yang berbentuk kerja sama ekonomi, baik yang bersifat regional maupun internasional, ada yang di bawah naungan PBB maupun tidak. Kerja sama ekonomi internasional mempunyai beberapa

15

dampak bagi negara yang melakukan. Bagi Indonesia, dampak yang diterima dengan adanya kerja sama internasional di antaranya sebagai berikut. a. Lapangan pekerjaan menjadi semakin luas. Ini terjadi karena dengan adanya kerja sama ekonomi internasional dapat membuka proyek-proyek baru. b. Negara mendapatkan pajak dari perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. c. Indonesia bisa memperoleh transfer teknologi dari negara yang menanamkan modalnya di Indonesia. d. Dengan masuknya teknologi modern dari luar, Indonesia dapat meningkatkan efisiensi dalam melakukan produksi suatu barang sehingga harga tersebut bisa menjadi murah. e. Jika Indonesia dapat memproduksi barang-barang yang semula di impor (karena ada kerja sama ekonomi dengan negara maju), Indonesia dapat menghemat devisa.

16

You might also like