You are on page 1of 24

Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunianya penulis

dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai tugas untuk mata kuliah Ilmu Keperawatan Anak II dan menambah pengetahuan kepada pembaca tentang Asuhan Keperawatan Anak Dengan Anemia dan Leukemia

Makalah ini berisi beberapa informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Anemia dan Leukemia yang penulis harapkan dapat memberikan informasi yang tepat kepada para pembaca mengenai Asuhan Keperawatan Anak Dengan Anemia dan Leukemia

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................................ 1 Daftar Isi ......................................................................................................................................... 2 BAB I. Pendahuluan ....................................................................................................................... 4 1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4 2. Tujuan .................................................................................................................................. 4 BAB II. Landasan Teori .................................................................................................................. 5 I. Anemia ................................................................................................................................. 5 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. II. 1. 2. 3. 5. 6. Pengertian Anemia ....................................................................................................... 5 Klasifikasi Anemia ....................................................................................................... 5 Etiologi Anemia ............................................................................................................ 8 Patofisiologi Anemia ................................................................................................... 9 Tanda dan Gejala Anemia .......................................................................................... 10 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................. 11 Dampak Anemia terhadap kemampuan belajar Anak ................................................ 11 Leukemia ........................................................................................................................ 12 Pengertian Leukemia .................................................................................................. 12 Etiologi Leukemia ...................................................................................................... 12 Jenis Leukemia ........................................................................................................... 12 Patofisiologi Leukemia ............................................................................................... 13 Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik .................................................................. 13

BAB III. Asuhan Keperawatan ..................................................................................................... 15 I. Anemia ............................................................................................................................... 15 1. Pengkajian Anemia ..................................................................................................... 15

2. 3. II. 1. 2. 4.

Diagnosa Keperawatan Anemia ................................................................................. 16 Rencana Asuhan Keperawatan Anemia ..................................................................... 16 Leukemia ........................................................................................................................ 18 Pengkajian Leukemia ................................................................................................. 18 Diagnosa keperawatan Leukimia................................................................................ 19 Rencana Asuhan Keperawatan Leukemia .................................................................. 19

BAB IV. Penutup .......................................................................................................................... 22 Kesimpulan ............................................................................................................................... 22 Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 23

BAB I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Anemia juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Pada bayi baru lahir penyebabnya seringkali adalah ketidakcocokan darah ibu dengan anak. Sedangkan pada anak penyebabnya bermacam-macam, tetapi yang terbanyak adalah pola konsumsi makanan yang kurang mengandung zat besi (lihat materi defisiensi zat besi pada materi malnutrisi) Boleh jadi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004 yang menunjukkan tingginya kejadian anemia pada kelompok usia sekolah dan lebih sering terjadi pada wanita menjadi alarm bagi para orangtua. Sebab hasil dari SKRT 2004 itu menunjukkan angka persentase anemia defisiensi besi (ADB) terjadi pada 39 persen balita dan 24 persen pada usia 511 tahun. Anemia yang terjadi pada anak-anak dapat menggangu proses tumbuh kembangnya. Bahkan perkembangan berpikir juga bisa terganggu dan mudah terserang penyakit. Anemia yang terjadi pada seseorang bisa muncul karena bawaan (kongenital), akut atau kronik, tidak berbahaya atau berbahaya menyangkut kehidupan, dan berat atau ganas. Kejadian leukemia berbeda dari satu negara dengan negara lainnya, hal ini berkaitan dengan cara diagnosis dan pelaporannya. Kejadian leukemia setiap tahun sekitar 3,5 kasus dari 100.000 anak dibawah 15 tahun. Leukemia akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada anak, dan terdiri dari 2 tipe yaitu : Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) 82 % dan Leukemia Mieloblastik (LMA) 18 %. Hal ini berbeda dengan leukemia pada orang dewasa, yaitu LLA 15 % dan LMA 85%. Leukemia kronik mencapai 3% dari seluruh leukemia pada anak.

2. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anemia dan Leukemia pada anak 2. Tujuan Khusus 1) Agar mahasiswa mengetahui konsep-konsep dasar yang penting mengenai anemia dan leukemia 2) Agar mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan anemia dan leukemia pada anak

BAB II. Landasan Teori I. Anemia 1. Pengertian Anemia Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1 mm 3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

2. Klasifikasi Anemia Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara lain sebagai berikut: 1. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan. 2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah. 3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi malaria, reaksi hemolitik transfusi darah. 4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang). Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis: 1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi: 1. Anemia aplastik Penyebab:

agen neoplastik/sitoplastik terapi radiasi antibiotic tertentu obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason benzene infeksi virus (khususnya hepatitis) Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi) Hambatan humoral/seluler Gangguan sel induk di sumsum tulang Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai Pansitopenia Anemia aplastik Gejala-gejala: Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat. Morfologis: anemia normositik normokromik 2. Anemia pada penyakit ginjal Gejala-gejala: Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl Hematokrit turun 20-30% Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin 3. Anemia pada penyakit kronis

Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan 4. Anemia defisiensi besi Penyebab: a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi) c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.) gangguan eritropoesis Absorbsi besi dari usus kurang sel darah merah sedikit (jumlah kurang) sel darah merah miskin hemoglobin Anemia defisiensi besi Gejala-gejalanya: a) Atropi papilla lidah b) Lidah pucat, merah, meradang c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik 5. Anemia megaloblastik Penyebab: Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol. Sintesis DNA terganggu Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar) Eritrosit immatur dan hipofungsi 6. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah: Pengaruh obat-obatan tertentu Penyakit Hodgkin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase Proses autoimun Reaksi transfusi Malaria Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit Antigesn pada eritrosit berubah Dianggap benda asing oleh tubuh sel darah merah dihancurkan oleh limposit Anemia hemolisis

3. Etiologi Anemia

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah) 2. Perdarahan 3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker) 4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper

4. Patofisiologi Anemia Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia. Anemia viskositas darah menurun resistensi aliran darah perifer penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah beban jantung meningkat kerja jantung meningkat payah jantung

5. Tanda dan Gejala Anemia 1. Tanda-tanda umum anemia: Lesu, lemah, letih, lelah, lalai Nafsu makan berkurang Pucat (mata, bibir, telapak tangan) Produktivitas kerja berkuramg Kemampuan belajar berkurang Pertumbuhan terhambat Mudah terkena penyakit infeksi Menganggu pengaturan suhu tubuh Lebih mudah keracunan timbal Refleks berkurang

2. Manifestasi khusus pada anemia: a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi. b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional. c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali

. 6. Pemeriksaan Penunjang 1. Kadar Hb, Kadar Hb <10 gr/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat. hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. 2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum 3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis. 4. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia : Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik, urobilinuria. Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan. 7. Dampak Anemia terhadap kemampuan belajar Anak 1. Mengubah pola-pola perilaku pada anak menjadi perilaku yang apatis dan isolatif, karena terdapat kelambatan sistem syaraf pusat ke otak sehingga anak memiliki kemampuan fisik dan otak yang terbatas dan semakin lama semakin menurun. 2. Secara tidak langsung, dapat merusak kognisi dengan mengurangi kemampuan individu untuk menaruh perhatian dan merespon terhadap lingkungannya. 3. Bahkan dalam kasus anemia tingkat moderat menyebabkan memendeknya rentang perhatian (shortened attention span), mudah tersinggung, mudah lelah dan menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi. 4. Anak-anak yang mengalami anemia memperlihatkan skor yang buruk dalam tes-tes psikologi, perbendaharaan kata, membaca, dan matematika. 5. Performa anak di sekolah rendah, perkembangan keterampilan motorik terlambat, kemampuan memori memburuk, dan pertahanan terhadap serangan penyakit.

II.

Leukemia 1. Pengertian Leukemia Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ) Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495) 2. Etiologi Leukemia Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : a) Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell Leukemia Lhymphoma Virus/ HLTV). b) Radiasi c) Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol. d) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot. e) Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177) 3. Jenis Leukemia 1. Leukemia Mielogenus Akut AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. 2. Leukemia Mielogenus Kronis CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang

menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar. 3. Leukemia Limfositik Akut ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, lakilaki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.. 4. Leukemia Limfositik Kronis CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain. 5. Patofisiologi Leukemia Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian. (Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175)

6. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik 1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.

2. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat 3. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum. 4. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis. 5. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang. 6. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik. 7. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302).

BAB III. Asuhan Keperawatan I. Anemia 1. Pengkajian Anemia a. Usia anak: Fe biasanya pada usia 6-24 bulan b. Pucat pasca perdarahan pada difisiensi zat besi anemia hemolistik anemia aplastik c. Mudah lelah -> Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh d. Pusing kepala -> Pasokan atau aliran darah keotak berkurang e. Napas pendek -> Rendahnya kadar Hb f. Nadi cepat -> Kompensasi dari refleks cardiovascular g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine h. Gangguan pada sisten saraf -> Anemia difisiensi B 12 i. Gangguan cerna -> Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu makan j. Pika -> Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidakbergizi, Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya (PIKA) k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung) l. Suhu tubuh meningkat -> Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik m. Pola makan n. Pemeriksaan penunjang o. Program terapi, perinsipnya :

- Tergantung berat ringannya anemia - Tidak selalu berupa transfusi darah - Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala Nilai normal sel darah Jenis sel darah Eritrosit (juta/mikro lt) umur bbl 5,9 (4,1 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 5,1), 5 Tahun 4,7 (4,2 5,2), 8 12 Tahun 5 (4,5 -5,4). Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 24), 1 Tahun 12 (11 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 15), 8 12 Tahun 14 (13 15,5). Leokosit (per mikro lt) Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 15), 5 Tahun 8000 (5 13), 8 12 Tahun 8000 (5-12). Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 12 Tahun 260.000 Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 12 Tahun 40.

2. Diagnosa Keperawatan Anemia 1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia 2. Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan 3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang

3. Rencana Asuhan Keperawatan Anemia 1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia Rencana Tindakan: Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya Bantu aktivitas dalam batas tolerasi

Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan istirahat Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat

2. Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat : kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan Rencana Tindakan: Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang, gandum, sereal kering yang diperkaya zat besi Berikan susu suplemen setelah makan padat Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi berikan bersama jeruk Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus jeruk Berikan multivitamin Jangan berikan preparat Fe bersama susu Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau gelap Monitor kadar Hb atau tanda klinks Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam diet

3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang Rencana Tindakan: Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis Jelaskan tujuan pemberian komponen darah Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas anak Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan, dengan harapan anak mau menerima

II.

Leukemia 1. Pengkajian Leukemia

SISTEM Aktivitas

Sirkulasi

Eliminasi

Rasa nyaman

Rasa aman

DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF Lesu, lemah, terasa payah, Kontraksi otot lemah merasa tidak kuat untuk melakukan aktivitas sehari-hari Klien ingin tidur terus dan tampak bingung Berdebar Tachycadi, suara mur-mur jantung, kulit dan mukosa pucat, defisit saraf cranial terkadang ada pendarahan cerebral. Diare, anus terasa lebih lunak, Perianal absess, hematuri. dan terasa nyeri. Adanya bercak darah segar pada tinja dan kotoran berampas, Adanya darah dalam urine dan terjadi penurunan output urine. Nyeri abdominal, sakit kepala, Meringis, kelemahan, hanya nyeri persendian, sternum berpusat pada diri sendiri. terasa lunak, kram pada otot. Merasa kehilangan Dpresi, mengingkari, kemampuan dan harapan, kecemasan, takut, cepat cemas terhadap lingkungan terangsang, perubahan mood baru serta kehilangan teman. dan tampak bingung. Riwayat infeksi yang berulang, Panas, infeksi, memar, riwayat jatuh, perdarahan yang purpura, perdarahan retina, tidak terkonrol meskipun perdarahan pada gusi, trauma ringan. epistaksis, pembesaran kelenjar limpa, spleen, atau hepar, papiledema dan exoptalmus, Kehilangan nafsu makan, tidak Distensi abdomen, mau makan, muntah, penurunan peristaltic usus, penurunan berat badan, nyeri splenomegali, hepatomegali, pada tenggorokan dan sakit ikterus, stomatitis, ulserasi pada saat menelan. pada mulut, gusi membengkak (acute monosit leukemia). Perubahan pola menstruasi, menornhagi. Impoten.

Makan dan minum

Sexualitas

Neurosensori

Respirasi

Belajar

Penurunan kemampuan Peningkatan kepekaan otot, koordinasi, perubahan mood, aktivitas yang tak terkontrol. bingung, disorientasi, kehilangan konsentrasi, pusing, kesemutan, telinga berdenging, kehilangan rasa Nafas pendek, Dyspnoe, tachypnoe, batuk, ada suara ronci, rales, penurunan suara nafas. Riwayat terpapar bahan kimia seperti benzena, phenilbutazone, chloramfenikol, terkena paparan radiasi, riawat pengobatan dengan kemotherapi. Riwayat keluarga yang menderita keganasan.

2. Diagnosa keperawatan Leukimia Menurut Wong, D.L (2004 :596 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia antara lain : 1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia 3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit 4. Rencana Asuhan Keperawatan Leukemia 1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi Intervensi : a) Pantau suhu dengan teliti Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi b) Tempatkan anak dalam ruangan khusus Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi

c) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif d) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi e) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi f) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism g) Berikan periode istirahat tanpa gangguan Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler h) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh i) Berikan antibiotik sesuai ketentuan Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas Intervensi : a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan b) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan c) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi d) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

3. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan Intervensi : a) Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia b) Cegah ulserasi oral dan rektal Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah c) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi Rasional : untuk mencegah perdarahan d) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut Rasional : untuk mencegah perdarahan e) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat) Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan f) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung Rasional : untuk mencegah perdarahan

BAB IV. Penutup Kesimpulan


-

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal.

Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya : Anemia pasca perdarahan, Anemia defisiens, Anemia hemolitik, Anemia aplastik,

Etiologi Anemia : Hemolisis, Perdarahan, Penekanan sumsum tulang, Defisiensi nutrient Tanda dan Gejala Anemia : o Tanda-tanda umum anemia ( Lesu, lemah, letih, lelah, lalai, Pucat, Kemampuan belajar berkurang) o Manifestasi khusus pada anemia

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : Faktor genetic, Radiasi, Obat-obatan, Faktor herediter, Kelainan kromosom

Jenis Leukemia : Leukemia Mielogenus Akut, Leukemia Mielogenus Kronis, Leukemia Limfositik Akut, Leukemia Limfositik Kronis

Diagnosa Keperawatan Anemia 1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia 2. Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan 3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang

Diagnosa keperawatan Leukimia a) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia c) Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

Daftar Pustaka Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.

Anonim, 2009, Asuhan Keperawatan Anak Dengan Leukemia. (http://morningcamp.com/ Diakses 2 Oktober 2010)

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC

Doenges, Marilynn E, et al. 2000, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Nursalam, Rekawati, Sri Utami, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta: Medika

Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta

Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC.

Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, ,Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Sunar Trenggana, Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife Wells, 1998, Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC.

Tabloid Ibu dan Anak. 2007. KD Menyerang Anak-Anak. Portal CBN-Cyber woman (online).( http://cyberwoman.cbn.net.id diakses 24 September 2010)

Wong, Donna L., et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

You might also like