Professional Documents
Culture Documents
2. Perilaku tidak bermoral (immoral behavior) Berarti peilaku yang gagal mematuhi harapan kelompok sosial tersebut. 3. Perilaku diluar kesadaran moral (unmoral behavior) Adalah perilaku yang menyimpang dari harapan kelompok sosial yang lebih di sebabkan oleh ketidakmampuan yang bersangkutan dalam memahami harapan kelompok sosial. 4. Perkembangan moral (moral development) Bergantung pada perkembangan intelektul seseorang. Perkembangan moral ada hubunganya dengan tahap-tahap perkembangan intelektual ini.
Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungn dengan egoisme, yaitu: egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkuwat diri (selfish). Menurut teori ini, orang boleh saja yakin bahwa ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua
tindakan yang terkesan luhur dan tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah ilusi. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (selfinterest). Munculnya paham egoisme etis memberikan landasan yang sangat kuat bagi munculnya paham ekonomi kapitalis dalam ilmu ekonomi.
Utilitarianisme
Utilitarisme besasal dari kata latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris Utility yang berarti bermanfaat ( Bertens, 2000 ). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal: the greatest happiness of the greatest numbers. Jadi, ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu apakah memberi manfaat atau tidak.Itulah sebabnya, paham ini disebut juga paham teleologis. Teleologis berasal dari kata yunani telos yang berarti tujuan. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis adalah melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak ( kepentingan bersama, kepentingan masyarakat ).
Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban ( Beterns, 2000 ). Paham ini dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) dan kembali mendapat dukungan dari filsuf abad ke-20, Anscombe dan suaminya .Peter Geach (Rachels, 2004). Paham deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau dari akibat dari tindakan tersebut. Untuk memahami lebih lanjut tentang paham deontologi ini, sebaiknya dipahami terlebih dahulu dua konsepn penting yang dikemukakan oleh Kant, yatu konsep imperative hypothesis dan impertive categories. Imperative hypotesis adalah perintah-perintah (ought) yang bersifat khusus yang harus diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan. Imperative categories adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa syarat
apa pun. Dalam hal ini, kewajiban moral bersifat mutlak tanpa ada pengecualian apa pun dan tanpa dikaitkan dengan keiginan atau tujuan apa pun.
Teori hak
Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Namun senagaimana dikatakan oleh Bertens (2000), teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi (kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban bagaikan satu keping mata uang logam yang sama dengan du sisi. Teori hak sebenarnya di dasarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai martabat dan semua manusia mempunyai martabat yang sama. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (Weiss, 2006), yaitu: 1) Hak hukum (legal right) Adalah hak yang didasarkan atas sistem/yurisdiksi hukum suatu negara, dimana sumber hukum tertinggi suatu negara adalah Undang-Undang Dasar negara yang bersangkutan. 2) Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right) Dihubungkan dengan pribadi manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Hak moral berkaitan dengan kepentingan individu sepanjang kepentingan individu itu tidak melanggar hak-hak orang lain. 3) Hak kontraktual (contractual right) Mengikat individu-individu yang membuat kesepakatan atau kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pernyataan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina. Dengan demikian, karakteristik/sifat utama dapat didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak yang telah melekat dan dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral bernilai baik.
Tabel 3.1 Teori etika dan hubungannya dengan paradigma hakikat manusia dan kecerdasan
Paradigma No Teori Penalaran Teori Tujuan dari tindakan Kriteria etis Memenuhi kepentingan pribadi 2. Utilitarianisme Tujuan dari tindakan Memberi manfaat/kegunaa n bagi banyak Tujuan hidup Kenikmatan duniawi secara individu Kesejahteraan duniawi masyarakat Hakikat tidak utuh (PQ, IQ, EQ) Hakikat manusia dan kecerdasan Hakikat tidak utuh (PQ,IQ)
1.
Egoisme
orang 3. Deontologo-Kant Tindakan itu sendiri Kewajiban mutlak orang 4. Teori hak Tingkat kepatuhan Aturan HAM Karakter positifnegatif individu tentang Demi martabat kemanusiaan Kebahagiaan duniawi mental (psikologis) 6. Teori Teonom Disposisi karakter dan tingkat keimanan Karakter dan mulia Kebahagiaan rohani (surgawi, akhirat, moksa, nirmala), mental, duniawi dan Hakikat utuh (PQ, IQ, EQ, SQ) dan Hakikat tidak utuh (IQ) Hakikat tidak utuh (IQ, EQ) setiap Demi kewajiban itu sendiri Hakikat tidak utuh (IQ, EQ)
mematuhi
mecoba menjelaskan parilaku manusia dalam konteks sebatas makna hidup duniawi umat manusia dengan mengabaikan sama sekali aspek kesadaran spiritual dalam diri manusia. Ilmu etika kedepan hendaknya didasrkan atas paradigma manusia utuh, yaitu suatu pola pikir yang mengutamakan integrasi dan keseimbangan pada: a) Pertumbuhan PQ, IQ, EQ, dan SQ. b) Kepentingan individu, kepantingan masyarakat, dan kepentingan Tuhan. c) Keseimbangan tujuan lahiriah (duniawi) dengan tujuan rohaniah (spiritual). Inti dari hakikat manusia utuh adalah keseimbangan, yang bisa diringkas sebagi berikut: a) Keseimbangan antara hak (teori hak) dan kewajiban (teori deontologi). b) Keseimbangan tujuan duniawi (teori teleologi) dan rohani (teori teonom). c) Keseimbangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan kepantingan masyarakat (teori utilitarianisme). d) Gabungan ketiga butir diatas akan menentukan karakter seseorang (teori keutamaan). e) Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran.