You are on page 1of 11

Aktif Budi (F1C012018) Desy Wulandari (F1C012025) Ibnu Yana (F1C012044) Arifah Nurul Fauziah (F1C012069) Alexander Agus

S. (F1C012022) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman 2012

PERKEMBANGAN MARHAENISME DALAM DUNIA KAPITALIS

A. PENDAHULUAN

Marhaenisme diambil dari nama Marhaen yang merupakan sosok petani miskin yang ditemui Sukarno. Kondisi prihatin yang dialami seorang petani miskin itu telah menerbitkan inspirasi bagi Sukarno untuk mengadopsi gagasan tentang kaum proletar yang khas Marxisme. Namun dalam Penyambung Lidah Rakyat (Cindy Adams) ia bercerita mengenai pertemuan itu terjadi di Bandung selatan yang daerah persawahannya terhampar luas. Ia menemui seorang petani yang menggarap sawahnya dan menanyakan kepemilikan dan hasil dari sawah itu. Yang ia temukan adalah bahwa walaupun sawah, bajak, cangkul adalah kepunyaan sendiri dan ia mengejakannya sendiri hasil yang didapat tidak pernah mencukupi untuk istri dan keempat anaknya. Petani itu bernama Marhaen.Namun, yang jelas, Sukarno mengembangkan gagasan sentral Marhaenisme jelas-jelas bersumber pada Marxisme. Bahkan, banyak yang menyatakan bahwa Marhaenisme merupakan Marxisme yang diterapkan di Indonesia. Sejak 1932, ideologi Marhaenisme telah mewarnai wacana politik di Indonesia. Pada 4 July 1927 ia mendirikan PNI dimana Marhaenisme menjadi asas dan ideologi partai di tahun 1930-an. Dalam bukunya berjudul Indonesia Menggugat, Sukarno sangat menekankan pentingnya penggalangan massa untuk sebuah gerakan ideologis. Menurut penafsiran Sutan Syahrir, Marhaenisme sangat jelas menekankan pengumpulan massa dalam jumlah besar. Untuk menjelaskan kedua prinsip itu, Sukarno telah mengadopsi pemikiran dari Jean Jaurhs (sosialis) dari Perancis dan Karl Kautsky (komunis) dari Jerman. Ajaran Jaurhs yang melawan sistem

demokrasi parlementer digunakan oleh Sukarno untuk mengembangkan sikap para Marhaenis yang wajib taat pada pemimpin revolusi, tanpa boleh banyak tanya soal-soal yang pelik dalam bidang politik. Untuk ini, dibutuhkan dua prinsip gerakan yang kelak dapat dijadikan pedoman dalam sepak-terjang kaum Marhaenis. Ditemukanlah dua prinsip Marhaenisme, yakni sosionasionalisme dan sosio-demokrasi. Sosio-nasionalisme adalah faham yang mengandung faham kebangsaan yang sehat dan berdasarkan perikemanusiaan, persamaan nasib, gotong royong, hidup kemasyarakatan yang sehat, kerjasama untuk mencapai sama bahagia, tidak untuk menggencet dan menghisap. Jadi dalam faham kebangsaan itu harus ada semangat kerjasama dan gotong royong antar bangsa Indonesia dan antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Sosio-demokrasi adalah faham yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Gagasan ini merupakan reaksi terhadap demokrasi yang muncul di barat pada waktu Soekarno mencetuskan ide ini. Demokrasi di Barat yang dipahami Soekarno adalah Demokrasi yang lebih bersifat liberalistis yang hanya menjamin kebebasan warganya dalam bidang politik saja dan tidak berlaku di bidang ekonomi. Oleh karena itu supaya tidak terjadi penindasan dan ada kebebasan di bidang ekonomi maka sistem kapitalisme didalam masyarakat itu harus dihapus, karena selama sistem itu masih ada tidak mungkin terjadi kebebasan ekonomi. Rakyat yang mengatur negaranya, perekonomiannya dan kemajuannya supaya segala sesuatunya bisa bersifat adil, tidak membedabedakan orang yang satu dengan orang yang lainnya. Rakyat menginginkan berlakunya demokrasi social yaitu terlaksananya demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Ia mempunyai prinsip utama yaitu, perikemanusiaan, nasionalisme yang berperikemanusiaan, dan

demokrasinyapun harus breperikemanusiaan pula seperti yang dikatakan Gandhi. Sedangkan dari Karl Kautsky, Sukarno makin dalam mendapatkan keyakinan bahwa demokrasi parlementer merupakan sistem masyarakat borjuis yang tidak mengenal kasihan pada kaum yang miskin. Bahkan didalam bukunya yang berjudul Dibawah Bendera Revolusi, Sukarno benar-benar terpengaruh oleh Kautsky, dengan menyatakan bahwa seseorang tidak perlu untuk menjadi komunis jika hanya ingin mencermati demokrasi sebagai benar-benar produk masyarakat borjuis. Selanjutnya Sukarno menyatakan bahwa setiap Marhaenis harus menjadi revolusioner sosial, bukan revolusioner borjuis, dan sosok itu dijuluki Sukarno sebagai sosio-nasionalisme

atau nasionalisme marhaenis. Namun, pada 26 November 1932 di Yogyakarta, Sukarno menandaskan bahwa Partai Indonesia dimana ia berkumpul, tidak menginginkan adanya pertarungan kelas. Disini jelas Sukarno memperlihatkan awal watak anti-demokrasinya dan hendak menafikan keberadaan pertarungan kelas sebagai tak terpisahkan untuk memperjuangkan kelas lemah yang tertindas. Kediktatoran Sukarno juga mulai terlihat sejak konsep Marhaenisme berusaha diwujudkannya menjadi ideologi partai. Syahrir dan Hatta yang memperkenalkan kehidupan demokratis didalam Partindo (Partai Indonesia) pelan-pelan dipinggirkan dan kehidupan partai mulai diarahkan pada disiplin ketat dan tunduk pada pucuk pimpinan. Untuk menempuh ini Sukarno tidak menggunakan cara yang ditempuh oleh Lenin yang pernah menjelaskan secara logis kepada kelompok Mesheviks ketika Lenin menjadi diktator. Jalan yang ditempuh Sukarno hanyalah sibuk dengan penjelasan-penjelasan pentingnya keberadaan partai pelopor yang memiliki massa besar. Bagi Sukarno, menegakkan ideologi Marhaenisme lebih penting ketimbang membangun kehidupan demokratis. Sembari mengutip Karl Liebknecht, ideologi komunis Jerman, Sukarno menegaskan bahwa massa harus dibuat radikal dan jangan beri kesempatan untuk pasif menghadapi revolusi. Meski kelak sesudah kemerdekaan tercapai, penganut Marhaenisme cenderung bergabung dengan partai Murba, namun Marhaenisme ini lebih menyepakati tafsiran Tan Malaka tentang Marhaenisme.

B. PERKEMBANGAN MARHAENISME DAN KAPITALISME SAAT INI

Marhaenisme

Marhaenisme adalah azas perjuangan yang menghendaki hilangnya kapitalisme dan imperialisme. Marhaenisme merupakan ideologi ajaran Bung Karno secara keseluruhan, didalam marhaenisme terkandung alur pemikiran yang konsisten, suatu ideologi yang membela rakyat dari penindasan dan pemerasan. Pemikiran ini berangkat dari kebutuhan hidup manusia yang paling substansial dan bersifat universal, yaitu Tuntutan Budi Nurani Manusia (The Social Consience of Man), yang menghendaki terwujudnya kesejahteraan hidupmanusia yang hanya dapat terpenuhi apabila telah tercipta harmonisasi antara kemerdekaan individu dan keadilan

sosial. Golongan masyarakat yang miskin dan melarat inilah yang disebut Soekarno sebagai kaum marhaen yang harus dipenuhi hak-haknya.

Rumusan marhaenisme ini kemudian dijabarkan Bung Karno menjadi tiga pengertian sebagai berikut: 1. Marhaenisme adalah asas yang menghendaki susunan masyarakat dan negara yang didalam segala halnya bertujuan hanya untuk menyelamatkan kaum marhaen. 2. Marhaenisme adalah cara perjuangan yang revolusioner sesuai dengan watak marhaen. 3. Marhaenisme sekaligus sebagai asas dan cara perjuangan yang revolusioner menuju kepada hilangnya kapitalisme, imperialisme, dan kolonialisme. Marhaenisme ajaran Bung Karno sebagai ideologi perjuangan bagi kaum marhaen memiliki asas perjuangan sesuai dengan watak dan karakter ideologi marhaenisme. Perjuangan kaum marhaenis dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta beradab memerlukan suatu strategi dan cara yang disebut asas perjuangan. Dengan demikian, asas perjuangan marhaenisme dapat dirumuskan kedalam 3 misi, yakni: 1. Membangun kesadaran rakyat atas penderitaan serta sebab-sebab yang dapat mengakibatkannya. 2. Membangun kekuatan kaum marhaen dan marhaenis agar dapat menjadi subjek sosial-politik yang menentukan tata kehidupan berbangsadan bernegara.

3. Menggalang kekuatan progressif-revolusioner, yaitu semua kekuatan yang mendukung tercapainya revolusi Indonesia sesuai dengan tahapan-tahapannya. Soekarno juga menjelaskan golongan mana yang disebut dengan kaum marhaenis, yakni kaum yang mengorganisir berjuta-juta kaum marhaen dan yang bersama-sama dengan tenaga massa marhaen yang hendak menumbangkan sistem kapitalisme, imperialisme serta kolonialisme, dan kaum yang bersama-sama dengan marhaen membanting tulang untuk membangun negara dan masyarakat yang kuat, bahagia-sentosa, serta adil dan makmur. Bung Karno dalam menjelaskan marhaenisme tidak pernah keluar dari benang merah yang telah digariskan sejak tahun 1927 tentang marhaenisme, diantaranya :

1. Marhaen adalah kaum melarat Indonesia yang terdiri dari buruh, tani, pengusaha kecil,

pegawai kecil, tukang, kusir, dan kaum kecil lainnya. Soekarno sering menyebutkan marhaen adalah rakyat Indonesia yang dimiskinkan oleh imperialisme. 2. Marhaen Indonesia ada yang berdomisili di pantai, di gunung, di dataran rendah, di kota, di desa dan dimana saja. Marhaen itu ada yang beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan ada juga yang menganut animisme. Marhaen Indonesia ada yang kyai, pastor, pendeta, biksu, mpu atau dukun di kalangan PSII, Budi Utomo, TNI, KORPRI dan dimana saja. 3. Kaum marhaen sesuai dengan kodratnya berupaya melepaskan belenggu kemiskinan dan mengharapkan terjadinya perbaikan nasib. 4. Marhaenisme adalah ideologi yang bertujuan menghilangkan penindasan, penghisapan, pemerasan, penganiayaan dan berupaya mencapai serta mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, melalui kemerdekaan nasional, melalui demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. 5. Terhapusnya kemiskinan dan terwujudnya masyarakat adil dan makmur hanya bisa dicapai dengan kemerdekaan nasional, dimana kemerdekaan itu hanyalah jembatan emas. Di seberang jembatan emas itu terbuka dua jalan. Satu jalan menuju masyarakat yang adil dan makmur, dan jalan satu lagi menuju masyarakat celaka dan binasa. Kapitalisme Pemikiran Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yang filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada azas pengembangan hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta perluasan faham kebebasan. Sistem ini telah banyak melahirkan malapetaka terhadap dunia. Tetapi ia terus melakukan tekanan-tekanannya dan campur tangan politis sosial dan kultural terhadap bangsabangsa di dunia. Sejarah Kapitalisme Eropa pernah diperintah kerajaan Romawi yang telah mewariskan sistem feodalistik. Dalam rentang waktu antara abad ke-14 sampai abad ke-16 muncul apa yang disebut kelas bourgeois mengiring tahap feodal dimana keduanya saling mengisi. Kemudian sejak awal abad ke-16 secara bertahap fase borjuis disusul dengan fase kapitalisme. Maka yang pertama kali muncul ialah seruan kebebasan menyusul seruan-seruan nasionalisme sekuler dan penciutan dominasi spiritual Paus. Di Perancis kemudian muncul aliran bebas pada pertengahan abad ke-18 yg melahirkan kaum naturalis.

Tokoh Kapitalis Francois Quesnay, lahir di Versailes Perancis dan bekerja sebagai dokter di istana Louis XV. Tetapi ia lebih mengutamakan bidang ekonomi dan mendirikan aliran lesphisiocrates. Tahun 1756 ia menerbitkan dua buah makalah tentang para petani dari selatan. Pada tahun 1758 ia menerbitkan tabel ekonomi yang disebut La Tableau Economique yang di dalamnya digambarkan peredaran uang di dalam masyarakat sebagai peredaran darah. Tentang tabel tersebut Mirabeau berkata Di dunia ini terdapat tiga penemuan besar yaitu tulisan mata uang dan tabel ekonomi. John Locke meramu teori naturalisme liberal. Tentang hak milik ia berkata Hak milik pribadi adalah salah satu hak alam dan instink yang tumbuh bersama pertumbuhan manusia. Karena itu tak ada seorangpun yang mengingkari instink ini. Adam Smith adalah penganut aliran klasik terkenal. Ia lahir di kota Kirkcaldy Scotlandia. Belajar filsafat dan pernah menjadi guru besar logika di Universitas Glasgow. Tahun 1766 ia pergi ke Perancis dan bertemu dengan para penganut liberalisme. Tahun 1776 ia menerbitkan Penelitian Alam dan Sebab-sebab Kekayaan Manusia. Buku inilah yg dikatakan kritikus Edmund Burke sebagai karya tulis teragung yang pernah ditulis manusia. David Ricardo yang membahas hukum pembagian hasil percapita dalam ekonomi kapitalisme. Teorinya yang terkenal ialah Hukum Pengurangan Penghasilan. Kata orang ia berorientasi falsafi yang bercampur dengan dorongan moral. Hal ini didasarkan kepada ucapannya Segala perbuatan dipandang menghilangkan moral jika bukan keluar dari perasaan cinta kepada orang lain. Robert Malhus seorang ekonom Inggris klasik yang dikenal pesimistis. Ia penemu teori kependudukan yang populer bahwa jumlah penduduk berkembang menurut deret ukur sedangkan produksi pertanian berkembang menurut deret hitung. Lord Keynes, teorinya berkisar tentang pengangguran dan lapangan kerja. Teori ini telah melampaui teori-teori yang lain. Karena itu dialah yang berjasa dalam menciptakan lapangan kerja secara utuh bagi suatu kekutan aktif di masyarakat kapitalis. Teori-teorinya itu disebut

dalam bukunya yang berjudul Teori Umum Tentang Lapangan Kerja Bursa dan Mata Uang. Buku ini beredar pada tahun 1930. David Hume penemu teori pragmatisme yang integratif. Ia mengatakan Hak milik khusus adalah tradisi yang dianut masyarakat yang harus diikuti. Sebab disanalah manfaat mereka. Prinsip-prinsip Kapitalisme Perfect Competition . Price system sesuai dengan tuntutan permintaan dan kebutuhan dan bersandar pada peraturan harga yang diturunkan dalam rangka mengendalikan komoditas dan penjualannya. Mencari keuntungan dengan berbagai cara dan sarana kecuali yang terang-terangan dilarang negara karena merusak masyarakat seperti heroin dan semacamnya. Mendewakan hak milik pribadi dengan membuka jalan selebar-lebarnya agar tiap orang mengerahkan kemampuan dan potensi yang ada utk meningkatkan kekayaan dan memeliharanya serta tidak ada yang menjahatinya. Karena itu dibuatlah peraturan-peraturan yang cocok untuk meningkatkan dan melancarkan usaha dan tidak ada campur tangan negara dalam kehidupan ekonomi kecuali dalam batas-batas yg yg sangat diperlukan oleh peraturan umum dalam rangka mengokohkan keamanan. Bentuk Kapitalisme Sistem Kartel yaitu kesepakatan perusahaan-perusahaan besar dalam membagi pasaran internasional. Sistem ini memberi kesempatan untuk memonopoli pasar dan pemerasan seluasluasnya. Aliran ini tersebar di Jerman dan Jepang. Sistem Trust yaitu sebuah sistem yg membentuk satu perusahaan dari berbagai perusahaan yang bersaing agar perusahaan tersebut lebih mampu berproduksi dan lebih kuat untuk mengontrol dan menguasai pasar. Kapitalisme perdagangan yang muncul pada abad ke-16 setelah dihapusnya sistem feodal. Dalam sistem ini seorang pengusaha mengangkat hasil produksinya dari satu tempat ke tempat lain sesuai dengan kebutuhan pasar. Dengan demikian ia berfungsi sebagai perantara antara produsen dan konsumen

Kapitalisme industri yang lahir karena ditopang oleh kemajuan industri dengan penemuan mesin uap oleh James Watt tahun 1765 dan mesin tenun tahun 1733. Semua itu telah membangkitkan revolusi industri di Inggris dan Eropa menjelang abad ke-19. Kapitalisme industri ini tegak di atas dasar pemisahan antara modal dan buruh yakni antara manusia dan mesin.

1. RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL

Marhaenisme merupakan suatu teori yang berkembang pada era kapitalisme berwujud imperialisme dan kolonialisme di Indonesia pada awal abad ke-20, yang dirumuskan oleh Soekarno sebagai teori politik sekaligus teori perjuangan untuk mempersatukan dan membebaskan rakyat Indonesia dari sistem kapitalisme tersebut. Dalam perkembangannya, Marhaenisme memang mendapatkan peran dan posisi penting dalam masyarakat Indonesia pada masa tersebut terutama saat dijadikan sebagai asas dan ideologi suatu partai politik dan atau organisasi kemasyarakatan yang menentang sistem kapitalisme. Apalagi pada masa Soekarno menjabat sebagai Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia, Marhaenisme menjadi istilah yang populer di kalangan rakyat Indonesia dan banyak kebijakan-kebijakan Soekarno yang anti-kapitalisme diterapkan di Indonesia karena besarnya pengaruh Marhaenisme dalam pemikiran-pemikiran dan konsepsi-konsepsi Soekarno. Selain faktor Soekarno, Marhaenisme pun menjadi suatu wacana yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia karena sifatnya yang mempersatukan rakyat dan juga oleh karena mampu mengkritisi dan memberikan solusi yang sesuai dengan situasi dan kondisi atas persoalan-persoalan masyarakat Indonesia pada saat itu. Namun dalam perkembangan selanjutnya, terutama setelah Soekarno tidak lagi berkuasa kemudian diikuti bubarnya beberapa partai politik dan dilebur kedalam satu partai politik pada masa Orde Baru, Marhaenisme seolah hilang menjadi suatu istilah yang semakin asing didengar apalagi diwacanakan khususnya dalam perpolitikan Indonesia. Namun, di sisi lain, kapitalisme justru semakin berkembang dan tumbuh mendominasi dunia dengan wujudnya yang tidak lagi penjajahan secara fisik, akan tetapi menjelma kedalam suatu ide-ide dalam pemikiran-pemikiran politik dan ekonomi suatu negara, tidak terkecuali Indonesia. Dominasi kapitalisme yang telah berkembang di seluruh dunia tersebut kini dikenal sebagai kapitalisme global.

Keadaan dimana orang yang memiliki kekayaan akan semakin kaya dan mampu menindas orang yang lebih kecil nampaknya masih sering dijumpai di negara ini. Selaras dengan pernyataan tersebut, penindasan yang terjadi di zaman sekarang memang tidak sekejam pada zaman feodalis dimana kolonial Belanda merasa dirinya berada dikelas teratas dan bangsa pribumi berada di kelas terbawah, namun penindasan yang terjadi lebih ditekankan pada pemilik modal yang memeras daya dan kekayaan pemilik lahan. Contoh yang di maksud disini adalah PT. FREEPORT INDONESIA, yang merupakan perusahaan asing yang masih terus bergerak hingga saat ini untuk menggerogoti pertambangan emas di Indonesia dengan menguras 300 ribu ton bijih per hari, sekaligus menghancurkan ekosistem tiga sungai besar dan Laut Arafura. Padahal, royalti yang diterima dari penjualan bersih sangatlah kecil, yaitu 1 hingga 3,5 persen untuk konsentrat tembaga dan 1 persen fixed untuk emas dan perak. Kenyataan tersebut yang kemudian menjadi pertanyaan besar bagi bangsa ini mengenai relevansi teori marhaenisme yang mengunggulkan kehidupan sejahtera bagi rakyat kecil dalam menjawab tantangan zaman di era kapitalisme global. Terutama mengenai penilaian kritis Marhaenisme terhadap kapitalisme global dan solusi berupa kebijakan-kebijakan yang berdasarkan Marhaenisme sebagai antitesis sekaligus sintesis dari kapitalisme. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan bahwa Marhaenisme memiliki relevansi untuk menjawab tantangan zaman di era kapitalisme global karena penilaian Marhaenisme bahwa kapitalisme dalam bentuk apapun dan sampai kapanpun memiliki watak yang eksploitatif dan menindas. Kemudian sebagai sintesisnya, gambaran masyarakat yang dicita-citakan dalam Marhaenisme telah diterapkan melalui kebijakan-kebijakan pemerintah oleh Soekarno pada masa kepemimpinannya. Kini diharapkan adanya sisi-sisi marhaenisme yang mampu menyaring pengaruh kapitalisme barat untuk menyokong integritas bangsa yang dilandaskan atas asas persatuan dan kesatuan tanpa adanya penindasan dari kaum yang berkuasa kepada kaum yang lebih lemah.

C. KESIMPULAN Seperti yang sudah di bicarakan di atas jika paham mahaenisme adalah paham yang menggunakan dua prinsip yaitu sosio-nasionaisme dan sosio=demokrasi. Sosio-nasionalisme adalah faham yang mengandung faham kebangsaan yang sehat dan berdasarkan

perikemanusiaan, persamaan nasib, gotong royong, hidup kemasyarakatan yang sehat, kerjasama untuk mencapai sama bahagia, tidak untuk menggencet dan menghisap. Jadi dalam faham kebangsaan itu harus ada semangat kerjasama dan gotong royong antar bangsa Indonesia dan antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Sosio-demokrasi adalah faham yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Sedangkan kapitalisme memiliki prinsip-prinsip: Perfect Competition . D. Price system sesuai dengan tuntutan permintaan dan kebutuhan dan bersandar pada peraturan harga yang diturunkan dalam rangka mengendalikan komoditas dan penjualannya. E. Mencari keuntungan dengan berbagai cara dan sarana kecuali yang terang-terangan dilarang negara karena merusak masyarakat seperti heroin dan semacamnya. F. Mendewakan hak milik pribadi dengan membuka jalan selebar-lebarnya agar tiap orang mengerahkan kemampuan dan potensi yang ada utk meningkatkan kekayaan dan memeliharanya serta tidak ada yang menjahatinya. Karena itu dibuatlah peraturan-peraturan yang cocok untuk meningkatkan dan melancarkan usaha dan tidak ada campur tangan negara dalam kehidupan ekonomi kecuali dalam batasbatas yg yg sangat diperlukan oleh peraturan umum dalam rangka mengokohkan keamanan. Keduanya pun dijelaskan masing memiliki perbedaan yang khas dan mencolok. Marhenisme lebih mengutamakan akan azas-azas para petani, buruh, pekerja kasaran dan kaum tertindas lainnya agar mereka mempunyai hak yang sama dan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi masyarakatnya. Sedangkan Kapitalisme lebih mementingkan kepentigan individu secara pribadi yang kemudian diberikan kebebasan untuk mengelolah kekayaan bumi untuk dirinya. Walaupun kedua paham ini agak bertentangan antara Marhaen yang memperjuangkan kaum Wong cilik dan kapitalisme yang menyebabkan kaum Wong Cilik itu semakin tertindas khususnya aspek ekonomi, tetapi kedua paham ini memiliki kesamaan yaitu sama sama memperjuangkan hak asasi manusia.

DAFTAR PUSTAKA
IDEOLOGI.(16 Desember 2008). Marhaenisme ajaran bung karno.(online). Diperoleh 19 Desember 2012, dari http://chandrapoetrasangfajar.blogspot.com/2008/12/marhaenisme-ajaran-bungkarno_16.html,

diakses 16 Desember 2012 http://blog.re.or.id/kapitalisme.htm, diakses 16 Desember 2012

You might also like